modul tehnik melatih edit.doc

44
MATERI PENUNJANG TEKNIK MELATIH DAN FASILITASI I. DESKRIPSI SINGKAT Pada setiap pelatihan, tugas utama seorang Pelatih atau Fasilitator adalah melatih/memfasilitasi peserta pelatihan untuk belajar dengan lebih baik secara bersama-sama. Dengan kata lain fasilitator harus menguasai teknik memfasilitasi peserta untuk “belajar bagaimana caranya belajar“. Untuk itu, fasilitator hendaknya tidak hanya mengembangkan minatnya dalam isi/substansi tapi juga dalam hal bagaimana proses peserta pelatihan belajar. Pada umumnya, semakin mampu seorang fasilitator menjaga kendali atas dirinya sendiri, untuk tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran, akan semakin baik fasilitator tersebut melakukan fasilitasi. Fasilitator harus menguasai teknik melatih/pembelajaran orang dewasa mulai dari merancang pelatihannya, melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan pengendalian dan evaluasi proses pelatihan tersebut sehingga tercapai tujuan kurikuler yang telah ditetapkan. Dengan demikian pelatih/fasilitator dapat memfokuskan perhatiannya pada proses pembelajaran agar dapat melakukan fasilitasi secara maksimal, bukannya mengajar. Modul ini menguraikan bagaimana fasilitator mengembangkan ketrampilannya melalui tahapan fasilitasi proses pembelajaran sehingga dapat berperan penuh dan menampilkan dirinya sendiri dengan segala kreatifitasnya. II. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum: Meningkatnya kemampuan peserta dalam melaksanakan Teknik melatih/fasilitasi pada pelatihan tenaga pelaksana Konseling HIV Aids . Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah sesi ini selesai, peserta diharapkan mampu: 1. Menjelaskan konsep pembelajaran orang dewasa 2. Merancang pelatihan 3. Melaksanakan proses pembelajaran pelatihan 4. Melaksanakan pengendalian proses pelatihan 5. Melaksanakan evaluasi proses pelatihan 1

Upload: arya-leonhart

Post on 24-Dec-2015

95 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

MATERI PENUNJANGTEKNIK MELATIH DAN FASILITASI

I. DESKRIPSI SINGKAT

Pada setiap pelatihan, tugas utama seorang Pelatih atau Fasilitator adalah melatih/memfasilitasi peserta pelatihan untuk belajar dengan lebih baik secara bersama-sama. Dengan kata lain fasilitator harus menguasai teknik memfasilitasi peserta untuk “belajar bagaimana caranya belajar“. Untuk itu, fasilitator hendaknya tidak hanya mengembangkan minatnya dalam isi/substansi tapi juga dalam hal bagaimana proses peserta pelatihan belajar.Pada umumnya, semakin mampu seorang fasilitator menjaga kendali atas dirinya sendiri, untuk tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran, akan semakin baik fasilitator tersebut melakukan fasilitasi. Fasilitator harus menguasai teknik melatih/pembelajaran orang dewasa mulai dari merancang pelatihannya, melaksanakan proses pembelajaran, melaksanakan pengendalian dan evaluasi proses pelatihan tersebut sehingga tercapai tujuan kurikuler yang telah ditetapkan. Dengan demikian pelatih/fasilitator dapat memfokuskan perhatiannya pada proses pembelajaran agar dapat melakukan fasilitasi secara maksimal, bukannya mengajar. Modul ini menguraikan bagaimana fasilitator mengembangkan ketrampilannya melalui tahapan fasilitasi proses pembelajaran sehingga dapat berperan penuh dan menampilkan dirinya sendiri dengan segala kreatifitasnya.

II. TUJUAN PEMBELAJARANTujuan Pembelajaran Umum:Meningkatnya kemampuan peserta dalam melaksanakan Teknik melatih/fasilitasi pada pelatihan tenaga pelaksana Konseling HIV Aids .

Tujuan Pembelajaran Khusus:Setelah sesi ini selesai, peserta diharapkan mampu: 1. Menjelaskan konsep pembelajaran orang dewasa 2. Merancang pelatihan 3. Melaksanakan proses pembelajaran pelatihan 4. Melaksanakan pengendalian proses pelatihan Melaksanakan evaluasi proses pelatihan

III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN1. Konsep Pembelajaran orang dewasa

a. Cara Belajar Orang Dewasa (CBOD)b. Peran sebagai Pelatih/Fasilitator

2. Perancang pelatihan tenaga pelaksana Konseling HIV Aidsa. Kurikulum dan GBPPb. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

3. Proses pembelajaran pelatihan tenaga pelaksana Konseling HIV Aids a. Menciptakan iklim pembelajaranb. Metode pembelajaranc. Media dan alat bantu pembelajarand. Teknik presentasi interaktif

4. Pengendalian proses pelatihan tenaga pelaksana Konseling HIV Aids 5. Evaluasi proses pembelajaran

1

Page 2: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

IV.LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Fasilitator memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai;2. Fasilitator menjelaskan konsep Pembelajaran orang dewasa;3. Fasilitator menjelaskan perancang pelatihan 4. Fasilitator menjelaskan tentang proses pelatihan/fasilitasi 5. Fasilitator menjelaskan cara pengendalian proses pelatihan 6. Fasilitator menguraikan tentang pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran.

V. URAIAN MATERI

Tujuan dari pelatihan tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kepedulian, komitmen, dan partisipasi aktif dari para pelaksana program.

Pada modul ini akan dibahas beberapa metode pembelajaran yang dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok besar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, yaitu (1) metode pembelajaran yang ditujukan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta dan (2) metode pembelajaran untuk membantu dalam peningkatan kemampuan sikap dan ketrampilan peserta.

Salah satu tujuan dari modul ini adalah membantu fasilitator untuk menggunakan pengetahuan, pemikiran, dan keterampilan dasar yang sudah dimiliki dalam bekerja dengan peserta. Seseorang tidak akan langsung menjadi seorang fasilitator yang efektif hanya dengan membaca sebuah buku. Fasilitator perlu menggabungkan pengalaman, umpan-balik, observasi dan refleksi guna membangun kompetensi, karena kenyataan menunjukkan bahwa pengalaman adalah alat pembelajaran yang paling efektif.

Pokok Bahasan 1: Konsep Pembelajaran Orang Dewasa

A. Cara Belajar Orang Dewasa (CBOD)

Peserta latih pada Pelatihan Konseling HIV Aids adalah peserta belajar dewasa (adult learners). Pelatih/ Fasilitator harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa, antara lain seperti berikut:1. Orang dewasa memiliki konsep diri, nilai, keyakinan dan pendapat.2. Orang dewasa mempunyai banyak pengalaman dan kaya akan

informasi. Pengalaman peserta tidak bisa diabaikan atau bahkan dilecehkan. Sebagai peserta mereka merupakan sumber belajar bagi yang lain termasuk bagi fasilitator. Mereka setara dengan fasilitator dengan asumsi bahwa mereka datang ‘bukan tanpa isi’.

3. Orang dewasa mempunyai gaya dan kesiapan belajar yang tidak sama pada setiap orang. Gunakan beberapa strategi dan metode pembelajaran yang tepat.

4. Orang dewasa mempunyai kebutuhan sangat besar untuk mengarahkan dirinya sendiri. Mereka memiliki orientasi waktu dan arah belajar yang jelas. Atur beberapa saat tertentu untuk istirahat. Meskipun hanya peregangan badan selama 2 menit, akan sangat bermanfaat.

5. Orang dewasa mempunyai kebanggaan. Beri dukungan peserta sebagai perorangan. Kepercayaan diri dan kepribadian seseorang akan menjadi resiko di dalam lingkungan kelas yang tidak aman dan mendukung. Peserta tidak akan berani

Page 3: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

bertanya atau berpartisipasi dalam pembelajaran jika ada kekhawatiran diremehkan atau tidak dihargai. Kesempatan diberikan merata dan adil pada semua peserta.

6. Orang dewasa cenderung belajar dengan berorientasi kepada masalah. Upayakan belajar dalam format yang praktis dengan menggunakan metode audio-visual, raba dan partisipatori. Melalui metoda dan teknik pembelajaran yang sangat bervariasi seperti: studi kasus, kelompok pemecahan masalah dan kegiatan partisipatori lainnya seperti demonstrasi, tugas praktek, dll akan sangat meningkatkan kemampuan pembelajaran. Orang dewasa umumnya ingin segera menerapkan informasi atau ketrampilan baru kepada masalah atau situasi terkini.

B. Peran Sebagai Pelatih/ FasilitatorAgar dapat berperan sebagai Pelatih/Fasilitator, hendaknya dipahami hal-hal sebagai berikut :

1. Hindari menggurui & memaksakan kehendak2. Hindari menyalahkan pelatih lain didepan peserta3. Jangan langsung menjawab pertanyaan, beri kesempatan pada peserta yg lain4. Hindari menguraikan sesuatu secara berbelit5. Hindari memberi contoh dengan menguraikan pengalaman pribadi berlebihan.Selain itu ada beberapa persiapan yang harus dilaksanakan dan dikuasai, antara lain sbb:1. Mempersiapkan topik & bahan yang akan disampaikan2. Mempersiapkan metoda pembelajaran yg efektif bagi orang dewasa3. Memiliki sifat sabar & mau mendengar4. Mampu berkomunikasi dengan baik5. Memiliki kemampuan mengelola waktu6. Memiliki sifat fleksibel dan terbuka7. Menunjukan penampilan yang rapih

3

Page 4: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

Pokok Bahasan 2: Perancang Pelatihan

Pengertian Pelatihan:Adalah proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kinerja, profesionalisme dan atau menunjang pengembangan karir tenaga/SDM dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.Agar tujuan pelatihan dapat tercapai sesuai kompetensi yang harus diperoleh peserta, maka sebelum pelatihan berlangsung harus terlebih dahulu disusun Kurikulum pelatihan tersebut, sama seperti halnya pada proses pendidikan. Selain itu untuk berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik diperlukan pula GBPP dan SAP. (Biasanya kurikulum dan GBPP sudah dipersiapkan saat menyusun Modul Pelatihan.)

A. Penyusunan Kurikulum dan GBPP Penyusunan Kurikulum Pengertian Kurikulum: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metoda yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.Fungsi Kurikulum: a. Perencanaan pelaksanaan pelatihan/ pembelajaran (Curriculum is plan for learning) b. Menentukan materi yang akan dipelajari, kegiatan yang harus dilaksanakan dan

pengalaman yang harus diperoleh (curriculum is matter of choice)c. Pemandu pelatihan untuk mencapai tujuan d. Sentral dari kegiatan pelatihan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil

pelatihanKomponen Kurikulum, adalah sebagai berikut:Pendahuluan:1. Latar belakang2. Filosofi

I. Sasaran dan Kompetensi yang diharapkan pasca pelatihanII. Tujuan Pelatihan III. Materi Pelatihan:

1. Struktur Program2. Garis2 Besar Pokok Pembelajaran (GBPP)

IV. Alur Proses Pembelajaran: 1. Proses Pembelajaran2. Metoda dan Media pembelajaran

V. Tempat dan waktu pelatihanVI. Monitoring dan Evaluasi Pelatihan VII. Akreditasi dan Sertifikasi Pelatihan

1. Penyusunan GBPP (Garis-Garis Besar Program Pembelajaran)

Pengertian GBPP: Menurut literatur adalah Course Outline yang merupakan rumusan dan pokok-pokok isi materi pembelajaran. GBPP merupakan bagian suatu kurikulum pelatihan dan disusun berdasarkan tujuan kurikuler (pelatihan) khusus yang berisi kompetensi umum. Kompetensi ini diharapkan dapat dicapai dan dimiliki peserta setelah mengikuti sesi bersangkutan. Komponen–komponen yang dikandung GBPP meliputi:a. Judul materi pembelajaran, yaitu judul substansi sesuai pengetahuan atau ketrampilan

yang dilatihkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.b. Tujuan pembelajaran, yaitu arah yang harus dicapai setelah sesi materi berakhir. Tujuan

pembelajaran menggambarkan kompetensi yang harus dapat dicapai peserta latih

Page 5: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

setelah selesai mengikuti sesi materi. Merumuskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan rumusan ABCD, yaitu: A = (Audience/ada subyek yang belajar), B = (Behaviour/kata kerja operasional mengacu pada taksonomi BLOOM), C = (Condition/kondisi yang dicapai pada akhir sesi), danD = (Degree/tingkat kualitas dan atau kuantitas

kemampuan). Di dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tidak harus selalu lengkap mencakup ABCD, bisa saja cukup dengan ABC sesuai situasi.

c. Pokok Bahasan dan atau Sub Pokok Bahasan, yaitu bahasan yang terkandung dalam materi. Pokok bahasan dan atau sub pokok bahasan dirumuskan sesuai dengan kompetensi yang telah dijabarkan dalam tujuan kurikuler pelatihan/pembelajaran.

d. Alokasi waktu, yaitu waktu dari masing-masing kegiatan pembelajaran.e. Metode pembelajaran, yaitu cara-cara dan teknik komunikasi yang digunakan oleh pelatih

dalam menyampaikan materi pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran.f. Media pembelajaran, yaitu berbagai alat yang menggunakan isi materi pembelajaran

secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi tersebut. Misalnya bahan cetak berupa buku, hand out, bahan digital, film, dsb.

g. Alat bantu pembelajaran, yaitu seperangkat benda yang digunakan sebagai “pembantu“ fasilitator/pelatih untuk mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi pembelajaran kepada peserta latih. Misalnya OHP, slide/ film projector, manekin (boneka model anatomik), alat peraga, dsb.

h. Referensi, yaitu buku-buku atau sumber lainnya yang digunakan dalam menyusun materi pembelajaran. Cara menuliskan referensi bermacam-macam.

GBPP penting baik bagi fasilitator maupun bagi penyelenggara pelatihan. Untuk penyelenggara pelatihan dapat dipakai sebagai pegangan kunci untuk melaksanakan proses pembelajaran sesuai tujuan kurikuler yang akan dicapai, juga untuk merancang sequence/ urutan materi yg harus diberikan dalam pelatihan tersebut. Untuk fasilitator GBPP diperlukan dalam menyusun Satuan Acara Pembelajaran agar tetap berada di dalam ruang lingkup materi. GBPP disusun untuk seluruh sesi pembelajaran dalam satu pelatihan. Di bawah ini, tersedia 2 (dua) alternatif format GBPP yang dapat dipilih sesuai kebutuhan.

5

Page 6: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP)

JudulMateri

TujuanPembelajaran Umum

TujuanPembelajar-an Khusus

Pokok Bahasan& SubPokok Bahasan

AlokasiWaktu

Metode Media AlatBantu

Referensi

1.

2.

3.

Dst

Page 7: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

B. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

Apabila GBPP telah tersedia, kegiatan pelatih/fasilitator dilanjutkan dengan menyusun SAP atau Satuan Acara Pembelajaran dengan ketentuan berikut:1. SAP atau Satuan Acara Pembelajaran adalah

dokumen berisi skenario proses pembelajaran suatu topik tertentu dalam pelatihan.

2. SAP disusun untuk setiap sesi pertemuan. Format SAP disusun secara naratif agar dapat dioperasionalkan dengan mudah.

3. SAP dikembangkan berdasar semua komponen yang terdapat dalam GBPP.

4. SAP menguraikan secara rinci langkah demi langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan estimasi waktunya untuk masing-masing tahapan kegiatan tersebut. Uraian meliputi tiap tahap pembelajaran mulai dari pendahuluan hingga penutupan.

5. SAP diperlukan sebagai pegangan fasilitator dalam memfasilitasi, agar tidak menyimpang dari alur dan lingkup materi sajian pembelajaran.

6. SAP mengacu pada GBPP namun tidak persis sama dengan GBPP.

7

Page 8: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

Format SAPKomponen SAP untuk satu sesi pembelajaran tercantum dalam format berikut ini :

1. Mata Diklat ( Materi Pembelajaran)

2. Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan

3. Waktu (hari, tgl, jam, durasi)

4. Tujuan Pembelajaran Umum

5. Tujuan Pembelajaran Khusus

6. Kegiatan Pembelajaran

a. Materi Pembelajaran

b. Metode Pembelajaran

c. Langkah Kegiatan & Estimasi Waktu

d. Media & Alat bantu Pembelajaran

7. Evaluasi

8. Referensi

Page 9: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

Pokok Bahasan 3: Pelaksanaan Proses Pembelajaran

A. Penciptaan Iklim Pembelajaran Yang Kondusif

Pelatihan berorientasi pembelajaran memberi kesempatan kepada masing-masing peserta untuk memperoleh pemahaman dan keterampilan mereka secara alamiah. Tiga karakteristik berikut diperlukan untuk membangun suasana pembelajaran efektif di kelas (Combs, 1976):

1. Atmosfir belajar harus diciptakan agar dapat memfasilitasi pencarian pengetahuan dan pemahaman baru. Peserta harus merasa aman dan diterima. Mereka perlu memahami risiko dan manfaatnya. Kelas harus mengakomodir pendekatan keterlibatan, interaksi dan sosialisasi sebagaimana orang bekerja menyelesaikan tugasnya.

2. Peserta harus diberi kesempatan secara berkala untuk menghadapi informasi dan pengalaman baru ketika proses berlangsung. Sekalipun demikian, kesempatan ini harus diatur sedemikian rupa agar peserta lebih banyak melakukan sesuatu daripada sekedar menerima informasi. Peserta harus diperbolehkan untuk mengkonfirmasi tantangan baru dengan menggunakan pengalaman mereka di masa lalu tanpa dominasi fasilitator atau pemberi informasi.

3. Pengetahuan dan pemahaman baru harus diperoleh melalui proses pencarian yang dilakukan secara mandiri. Metode yang digunakan mendorong pencarian secara mandiri tersebut sangat individual dan diadaptasikan pada gaya dan kecepatan belajar

9

Page 10: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

masing-masing. Pada pembelajaran orang dewasa lebih diterima apabila peserta dapat dilibatkan/ partisipasi secara penuh, misalnya melalui praktek, diskusi dsbnya.

Untuk itu, seorang fasilitator ketika memfasilitasi proses pembelajaran pada suatu pelatihan harus memiliki penguasaan dan kesiapan atas berbagai aspek yang berperan besar dalam pencapaian tujuan pelatihan. Kesiapan dapat diperoleh antara lain dengan memahami hal-hal berkaitan pengelolaan/mengendalikan dan mengorganisasikan kelas yang mencakup lingkungan fisik dan lingkungan sosio-emosional. Tujuan pengelolaan kelas tentu saja agar tujuan pelatihan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah di kelas, maka perlu dilakukan pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut :

1. Menciptakan iklim kelas yang baik (tindakan positif atau preventif).Fasilitator menyampaikan bahasan dengan baik dan lancar, serta melibatkan peserta dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan dengan demikian mencegah timbulnya gangguan atau penyelewengan.

2. Memberikan motivasiMotivasi timbul karena adanya kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman, dan kebutuhan untuk diakui. Dalam proses pembelajaran, motivasi peserta dapat di tumbuhkan dengan memenuhi kebutuhan untuk di hormati dan dihargai

Page 11: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

dengan ikut berpartisipasi. Proses pembelajaran harus dilakukan tanpa ancaman, lakukan motivasi dengan cara yang wajar, alamiah, namun demikian tetap dijaga agar tidak berlebih-lebihan.

3. Memberi umpan balik positip kepada peserta Fasilitator harus mempunyai kumpulan kata-kata positif pilihan. Peserta yang mendapat umpan balik positif akan menebarkan semangat positif kepada peserta lain. Peserta yang tersinggung atas umpan negatif akan menjadi masalah kelas yang menetap. Learning is most effective when it’s fun. Dapat disimpulkan bahwa pelatih lebih banyak berperan sebagai manajer (pengelola) kelas, agar kegiatan pembelajaran bagi peserta dapat berlangsung dengan efisien dan efektif. Hal ini sejalan dengan tuntutan perkembangan, bahwa pelatih harus lebih berperan sebagai fasilitator, motivator, dinamisator daripada sebagai penyampai informasi, penceramah apalagi operator.

B. Pemilihan Metode Pembelajaran

1. Pengertian

Metode pembelajaran adalah cara dan teknik komunikasi/transfer subject/materi yang digunakan oleh pelatih dalam melakukan proses interaksi pembelajaran dengan sasaran/peserta belajar, untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Sudjana, N dan Rivai, A, 2000)Pemilihan metode pembelajaran dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan subject/ materi

11

Page 12: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

pembelajaran. Pemilihan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan tergantung pada banyak faktor, antara lain: kompetensi yang harus dicapai, kriteria dan jumlah peserta, tujuan materi, waktu dan sarana/ prasarana pembelajaran yang tersedia, kemampuan fasilitator dll.

2. Ragam metode PembelajaranBeberapa pilihan metode pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran di dalam kelas meliputi:

a. Ceramah/ kuliah/presentasi Pengertian:

Metode ceramah seringkali disebut metode kuliah (The Lecture Method). Dapat pula disebut dengan metode deskripsi. Metode ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau memberi deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator) tentang materi pembelajaran tertentu.

b. Brainstorming / curah pendapat (gagasan) Pengertian:Curah pendapat adalah metode penggalian sebanyak mungkin ide, gagasan, dan pendapat dari peserta. Fasilitator melontarkan suatu topik, isu, atau permasalahan dan mendorong peserta untuk mengembangkan pendapat-pendapatnya dan orang lain bisa melengkapi. Curah pendapat pada prinsipnya meniadakan kritik terhadap setiap pendapat, membiarkan peserta bebas berimajinasi dan

Page 13: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

memberikan kontribusi masing-masing. Setiap kontribusi dicatat dan ditayangkan sehingga terlihat oleh seluruh peserta. Hal ini sangat membantu fasilitator untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta sebelum penyampaian materi oleh pelatih.

c. Latihan/Penugasan PraktekPengertian Kegiatan yang dilakukan secara perorangan atau berkelompok untuk melaksanakan suatu tugas tertentu untuk mencapai suatu hasil berupa keterampilan yang telah ditentukan dengan mengikuti pedoman yang ada. Latihan memberikan suatu pengalaman belajar yang terstruktur. Kegiatan dapat berupa olah pikir, olah rasa (emosi), olah verbal atau olah motorik. Fasilitator perlu memiliki kemampuan untuk mempersiapkan bahan dan instrumen secara matang dan memilih jenis latihan yang tepat, antara lain: tugas praktek, assignment (penugasan) membahas/ menjawab pertanyaan/ soal esai, latihan verbal seperti latihan debat, diskusi dan dialog.

d. Role play/Bermain peranPengertianPeserta memerankan dirinya sebagai orang lain atau tokoh tertentu pada situasi yang dirancang secara spesifik atau seperti situasi nyata dan melakukan dialog seperti permintaan skenario. Melalui penokohan tersebut, peserta melibatkan dirinya dalam situasi tertentu dan mengekspresikan sikapnya ketika berada dalam situasi tersebut. Penekanan permainan terletak

13

Page 14: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

pada karakter, sifat atau sikap yang perlu dianalisa dan peserta mampu menggunakan pengalaman tersebut dalam menghadapi permasalahan di tempat kerjanya. Tunjuk beberapa pengamat yang bertugas mengamati dan mencatat kejadian selama role play dan lengkapi dengan instrumen pengamatan. Setelah selesai, para pengamat diminta menyampaikan hasil pengamatannya dan para pemeran diminta mengemukakan pengalamannya dalam memainkan perannya dan menganalisis peranan itu sendiri.

e. SimulasiPengertianSimulasi berasal dari bahasa inggris “Simulation” artinya tiruan. Situasi merupakan tiruan dan kegiatan yang dilakukan bersifat pura-pura atau tidak dalam kondisi sesungguhnya. Menanamkan pemahaman melalui pengalaman berbuat dalam situasi yang mirip sesungguhnya. Lebih tepat bila dikatakan bahwa simulasi meningkatkan keterampilan tertentu dengan jalan “melakukan sesuatu“ dalam kondisi tidak nyata. Misalkan “melakukan pemadaman kebakaran “, atau “mengemudikan pesawat terbang”. Simulasi digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk memberi kesempatan kepada peserta meniru satu kegiatan yang dituntut dalam pekerjaan sehari-hari, yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya atau kegiatan yang akan dan harus dilakukannya. Fasilitator harus mempersiapkan skenario simulasi

Page 15: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

berikut prosedur tetap (protap) penggunaan alat-alat, urutan dan waktu untuk setiap langkah-langkah. Rinci dan jelas. Berikan umpan balik dari para pengamat atau fasilitator setelah simulasi dilakukan, setelah itu refleksi peserta dan ditutup dengan rangkuman dari fasilitator.

f. DemonstrasiPengertianMetode ini dipakai dalam pembelajaran dengan cara mempertunjukkan objek dan/atau memperagakan proses suatu ‘kegiatan’. Metode demonstrasi digunakan untuk memperjelas suatu objek dan proses suatu kegiatan bagi peserta,juga untuk memberi contoh.Contoh: Demontrasi menolong persalinan, demonstrasi sampel air menggunakan Teknologi Tepat Guna/TTG, dll.

g. CoachingPengertianFasilitator membimbing intensif peserta di ‘kelas’nya secara perorangan. Di dalamnya digunakan metode demonstrasi, simulasi dan/ atau praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera untuk perbaikan.

Tujuannya adalah meningkatkan, mengembangkan dan memantapkan kualitas kemampuan khususnya ketrampilan, sikap atau penampilan dalam

15

Page 16: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

melaksanakan atau menerapkan kegiatan atau prosedur tetap suatu jenis pelayanan tertentu.

Fasilitator (coach) menjelaskan langkah demi langkah kegiatan dengan menggunakan berbagai media (misal slides–videotape, model alat tertentu). Peserta mensimulasi ulang interaksi dan ketrampilan yang diperoleh dari coach pada alat kerja, dalam ruang yang telah ditata seperti di tempat kerja sebenarnya (misalnya: klinik, bengkel, dsb).

Contoh: bimbingan/coaching dilakukan untuk mempelajari dan menguasai teknik memasang infus dengan baik dan benar.Fasilitator mempersiapkan sarana dan prasarana semirip mungkin dengan situasi nyata di tempat kerja dan memperagakan setiap langkah tindakan yang harus dilakukan, kemudian peserta mempraktikkan dengan bimbingan. Setelah dinilai mampu melaksanakan ketrampilan secara benar dan mandiri, peserta diberi kesempatan menerapkan kemampuannya di tempat kerja/ lapangan dengan pengawasan pembimbing.

h. Studi kasusPengertianMenurut Yin, R. (1996), studi kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial, tapi bisa juga digunakan untuk masalah2 lain yang berkaitan dengan management. Studi kasus dapat menggambarkan isu administratif yang tipikal atau

Page 17: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

masalah yang berkaitan dengan organisasi. Secara ideal kasus diambil dari kehidupan nyata. Pernyataan masalah biasanya dinyatakan sekalipun tidak secara eksplisit. Penulis kasus akan menyediakan informasi tambahan tentang kegiatan organisasi, lingkungannya dan segala hal yang berkaitan dengan masalah itu. Kasus mengandung data cukup rinci, juga tidak terlalu umum (harus spesifik dan jelas). Tujuannya juga untuk melakukan pembelajaran kepada peserta untuk menggunakan pendekatan problem solving (penyelesaian masalah). Hendaknya dipilih kasus yang tepat, realistis, praktis dan tidak mempunyai sifat berlebihan. Lebih baik jika berkaitan dengan ruang lingkup pekerjaan atau tugas sehari-hari.

i. Metaplan

PengertianMeta Plan adalah metode yang hampir sama prinsipnya dengan curah pendapat (Brainstorming) merupakan metode penggalian sebanyak mungkin ide, gagasan, dan pendapat dari peserta. Fasilitator melontarkan suatu topik, isu, atau permasalahan dan mendorong peserta untuk mengembangkan pendapat-pendapatnya dalam satu lembar kertas (kertas plano). Meta Plan pada prinsipnya meniadakan kritik terhadap setiap pendapat, membiarkan peserta bebas berimajinasi dan memberikan kontribusi masing-masing. Setiap kontribusi dicatat dan ditempelkan pada

17

Page 18: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

papan/dinding sehingga terlihat oleh seluruh peserta. Hal ini sangat membantu fasilitator untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta sebelum penyampaian materi oleh pelatih. Metode ini bisa juga digunakan untuk membuat rencana aksi yang idenya diharapkan berasal dari peserta dalam kelompok.

CATATAN: Pendekatan yang dipergunakan untukmemilih suatu metode Sebelum memilih suatu metode yang akan dipergunakan, ada baiknya diketahui terlebih dulu hal-hal berikut:1. Kompetensi yang akan dicapai (Marpaung dan

Saptoaji, 2002)2. Tujuan pembelajaran3. Jumlah sasaran atau besarnya kelas (Sianipar dan

Supono, 2002)4. Kemampuan diri sendiri.5. Daya serap dalam proses pembelajaran (Lunardi,

1982)

C. Media Pembelajaran

PengertianMedia pembelajaran bukan media massa atau media individu, tetapi media yang dipakai pada proses pembelajaran di dalam pelatihan. Namun ada baiknya jika secara singkat disampaikan mengenai mediasi dan dampaknya. Secara umum disepakati bahwa setiap pelatih/fasilitator atau guru adalah mediator yang

Page 19: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

menyampaikan banyak pesan berisi informasi dan materi belajar kepada peserta/murid.

Sebagai sumber pesan, pelatih/fasilitator atau guru menerjemahkan gagasan, pikiran, perasaan atau pesannya, juga mengubah, menyimpulkan, dan seringkali tak terhindarkan menambahkan prasangka pada informasi tersebut atau bahkan mengurangi pengetahuan yang mereka cari untuk ditanamkan pada peserta/ muridnya. Pelatih/fasilitator merupakan media-saluran untuk mengalirkan pengetahuan yang selalu disaring atau dimodifikasi bagi peserta/murid. Lambang itu dapat berupa bahasa, tanda-tanda atau gambar.Tetapi, media pembelajaran di sini bukanlah pelatih/ fasilitator atau guru atau ‘orang’nya, melainkan media teknologis yang digunakan oleh ‘orang’. Media teknologis mempunyai arti teori dan praktek tentang media sebagai ilmu pengetahuan terapan.Media bukan juga peralatan. Media dalam pendidikan secara fisik adalah perangkat lunak (software) berupa isi pesan/informasi yang dikembangkan dalam berbagai bentuknya dan disampaikan menggunakan berbagai alat bantu teknis/perangkat keras (hard ware).Media pembelajaran merupakan suatu cara/sarana mengkomunikasikan sesuatu antara pelatih/fasilitator/ guru dan peserta/murid, dan sebaliknya. Dalam proses pembelajaran, media digunakan untuk membantu pelatih dalam menyalurkan materi pembelajaran. Media mengusung pesan. Semakin baik medianya, makin kecil distorsi/ gangguannya dan makin baik pesan itu diterima peserta. Media dapat digunakan dalam pembelajaran

19

Page 20: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

untuk meningkatkan interaksi peserta dengan sumber belajar (fasilitator dan lingkungan) dengan dua cara, yaitu alat bantu (dependent media) dan digunakan sendiri oleh peserta (independent media). Sekalipun demikian, media tidak selalu dapat menggantikan fasilitator.

Media pembelajaran dapat juga dibagi menurut bentuk penyampaian pesan melalui tulisan, gambar, suara (audio), visual sebagai berikut:1. Media cetak: Media yang ditulis dan

diproduksi sebagai bahan bacaan. Contoh: buku teks, majalah, booklet, dsb

2. Media grafis: Media yang mengkombinasikan ide, informasi, dan pesan ataupun data dalam pernyataan naratif dan gambar. Misal: sketsa, grafik, bagan, diagram, kartun, foto dsb.

3. Media berbantuan komputer4. Media Audio5. Media Visual: Media yang menampilkan

pesan dalam gambar baik yang bergerak maupun tidak, baik yang bersuara ataupun tidak.

6. Media Audiovisual: Media yang dapat menampilkan gambar dan suara pada waktu bersamaan, seperi : Film, Compact disc, TV, Video dan sebagainya.

TIPS untuk membuat slides dengan power point:1. Buat bagian isi dengan huruf kecil

(sentence case), maksimal 8-10 baris dan tiap barisnya sebanyak-banyaknya terdiri 8 kata.

Page 21: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

2. Gunakan huruf sederhana, tidak banyak variasi dan mudah dibaca. Gunakan warna kontras antara warna dasar (latar belakang) dan warna huruf. Teks menggunakan warna-warna gelap seperti hitam, biru tua, coklat tua dan warna dasar / latar belakang cerah.

3. Pesan yang disampaikan hanya kata-kata kunci, sehingga harus padat, singkat dan jelas (tidak bermakna ganda), menarik (impresif) namun sederhana. Satu lembar tayangan berisi satu pesan

4. Gunakan gambar /ilustrasi yang sesuai.

D. Teknik Presentasi Interaktif

Pengertian:Adalah teknik penyajian timbal balik/bergantian antara penyaji dan peserta saling merespon (stimulus–respon). Peserta dapat merespon ditengah paparan penyaji, dan penyaji dapat mengembangkan respon peserta sepanjang masih dalam koridor pokok bahasan timbal–balik (mutually) Tujuannya adalah: 1. Memunculkan perhatian dan minat

peserta terhadap materi yang disajikan dan menghargai pengalaman peserta

2. Mengurangi kejenuhan/kebosanan3. Menggali lebih banyak pendapat,

sehingga pokok bahasan menjadi lebih komprehensif Langkah awal untuk presentasi interaktif antara lain sbb:

1. Mereview tujuan bahasan

21

Page 22: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

2. Mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan.

2. Menghubungkan pokok bahasan dengan materi/topic sebelumnya, pengalaman nyata penyaji, pengalaman kerja peserta, serta berbagai pengalaman.

4. Menggunakan alat bantu yang sesuai/tepat 5. Membuka presentasi dengan:6. Menjembatani apa yang baru berlalu dan yang akan

terjadi.7. Paparkan tujuan dan sasaran presentasi ini8. Libatkan peserta dalam topik sesegera mungkinBangun

kepercayaan peserta dengan menjelaskan manfaat materi yg disampaikan.Pastikan peserta memahami bahwa fasilitator tetap pemegang kendali proses pembelajaran.

9. Terbukalah mengenai diri Anda [jika diperlukan]Pastikan peserta mengetahui bahwa Anda sebagai presentan senang berada di kelas.

10. Upayakan menangkap minat seluruh peserta11. Menyiapkan informasi agar peserta dapat mengikutinya12. Membuat peserta menyadari harapan pelatih tentang

pentingnya pencapaian tujuan pembelajaran13. Membantu pembelajar untuk mewujudkan suasana

pembelajaran yang positif dan kondusif

Menutup presentasi secara mengesankan dengan cara:1. Membuat ringkasan2. Himbauan dan Pernyataan

memotivasi3. Mengulangi manfaat

Page 23: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

4. Meminta peserta meringkas dengan bahasa mereka sendiri yang terkait erat/ relevan dengan pokok bahasan dan mudah dipahami.Pada dasarnya ketrampilan berbicara/presentasi dapat dipelajari dan ditingkatkan dengan berlatih,agar mampu berbicara secara efektif maka dalam tiap komunikasi dan presentasi, beberapa tehnik dapat dimanfaatkan dalam meningkatkan efektifitas presentasi:Percaya diri

1. Mengucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan

2. Bicara dengan wajar,jangan seperti penyair atau deklamasi

3. Mengatur irama dan tekanan suara,tidak monoton,gunakan tekanan dan irama tertentu,untuk menampilkan point-point tertentu.

4. Tarik nafas dalam-dalam 2-3 kali untuk mengurangi ketegangan.Mengatur nafas secara normal, tidak terkesan seperti orang yang dikejar-kejar.Bila perlu menghentikan pembicaraan sejenak,selain untuk mengambil nafas juga berguna untuk menarik perhatian

5. Menghindari sindrom aaaa, anu, apa, ehm dst.6. Membaca paragraph yang dianggap penting dari teks

tulisan.7. Siapkan air minum, membantu pembicara berhenti

sejenak untuk membasahi kerongkongan.

Hasil riset (Mechribian & Ferris) menunjukkan bahwa pilar komunikasi ,khususnya pada saat presentasi, keberhasilan penyampaian informasi adalah sbb: 7 % ditentukan oleh kata-kata (word)

23

Page 24: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

35 % Intonasi suara (voice tonality) 55 % Bahasa tubuh (body language)Komunikasi bukan hanya apa yang kita sampaikan, tetapi juga bagaimana kita menyampaikannya. Ternyata menurut penelitian tersebut, cara kita menyampaikannya jauh lebih berpengaruh daripada isi komunikasi itu sendiri.

Page 25: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

Pokok Bahasan 4: Pelaksanaan Pengendalian Proses Pelatihan

Pada saat pelaksanaan pelatihan harus ada 1 orang yang ditugasi sebagai Pengendali Diklat/Master of Training (MOT) atau Training Coordinator, yang berfungsi sebagai pengatur, pelaksana dan pengendali proses pelatihan. Keberadaan Pengendali Diklat ini termasuk dalam SK Pelatihan.Pelaksanaan pelatihan harus sesuai dengan jadwal, kecuali ada perubahan yang disepakati oleh penyelenggara. Proses pelatihan harus dimulai dengan dinamisasi kelas, yang disebut sebagai fase pencairan/Building Learning Commitment, meliputi kegiatan (a) perkenalan dengan seluruh peserta dan panitia termasuk Pengendali Diklat dan fasilitator (b) membentuk tim, membangun kesepakatan dalam proses pembelajaran dan mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta

Proses pembelajaran dilangsungkan dengan memperhatikan:- Filosofi pelatihan yang telah

ditetapkan sejak awal- Sekuensi penyampaian

materi. Apabila terjadi penyimpangan & tidak dpt dipertahankan, Pengendali Diklat mengambil peran untuk menyelaraskan proses.

- Pilihan metode dan media yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta, bahan belajar, ruangan/ tempat belajar dll.

- Jaga hubungan dengan peserta dan pertahankan motivasi peserta hingga akhir sesi

25

Page 26: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

Proses pengendapan merupakan fase pemantapan dan konsolidasi dari hasil-hasil pengalaman fase pencairan dan pembelajaran pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Perubahan yang terjadi mengenai pengetahuan, ketrampilan dan sikap dimantapkan pada antara lain dengan cara meng evaluasi penampilan peserta melalui berbagai kegiatan antara lain: dengan menyusun rencana tindak lanjut (RTL).

Adanya jurnal harian yang disusun tiap hari baik oleh Pengendali Diklat/peserta merupakan bahan masukan untuk pengendalian proses pembelajaran hari demi hari, s/d penutupan.

Penyusunan laporan hasil kegiatan pelatihan yang dibahas bersama, serta disajikan/ dibahas, termasuk hasil praktik kerja lapangan, dsb.

Page 27: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

Pokok Bahasan 5: Pelaksanaan Evaluasi Proses Pembelajaran

A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan pengukuran daya serap terhadap peserta atas pembelajarannya. Dengan kata lain diperolehnya informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan pembelajaran (instruksional) merupakan indikator tingkat perkembangan/ kemajuan belajar yang telah dicapai para peserta, pedoman penentuan kelulusan (passing grade) atau sebagai penentu posisi peringkat seorang pembelajar dalam suatu agregat kelas.Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam suatu kegiatan pelatihan mempunyai kaitan erat dengan materi pembelajaran, metode pembelajaran dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat menyerap materi pelatihan, dapat diperoleh informasinya melalui evaluasi. Evaluasi yang baik haruslah didasarkan pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai seperti tertuang dalam Tujuan Pembelajaran Umum dan Tujuan Pembelajaran Khusus yang merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum atau tujuan pelatihan.

Syarat umum Instrumen pengukuran yang baik adalah:1. Validitas: Mengukur apa yang harus diukur2. Reliabilitas: Hasil akan sama walaupun yang melakukan

pengukuran berbeda

27

Page 28: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

3. Obyektifitas: Pemberian skore/ nilai yang sesuai4. Diskriminatif: Mempunyai daya beda yang tinggi5. Komprehensif: Mengukur semua hal yang dipelajari

walaupun hanya sampel6. Mudah digunakan: Sewaktu digunakan instrumen tidak

berbelit-belit.

B. Jenis Evaluasi Pembelajaran dan Kegunaannya

Berbagai jenis evaluasi pembelajaran yang digunakan dalam sebuah kediklatan mempunyai tujuan/kegunaan masing-masing, diantaranya:

1. Pre Test (disesuaikan dengan kebutuhan) yang antara lain bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal, menentukan strategi pembelajaran, atau mengukur peningkatan yang diperoleh peserta (dibandingkan dengan Post test)

2. Evaluasi terhadap tingkat pencapaian kompetensi peserta dapat dilakukan pada akhir setiap sesi pembelajaran atau akhir pelatihan, antara lain menggunakan :a. Portofolio

Berupa catatan, kumpulan hasil karya peserta yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Dapat berbentuk tugas, jawaban peserta atas pertanyaan fasilitator, catatan hasil observasi fasilitator dan laporan kegiatan peserta.

b. Tes /UjianDiberikan dalam bentuk soal atau kasus untuk dijawab. Jawaban dinilai oleh fasilitator. Sebagai evaluasi

Page 29: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

sumatif, tes atau ujian dilakukan untuk kepentingan dalam menentukan peringkat, kelulusan (passing grade), pemberian sertifikat, evaluasi terhadap kemajuan, atau penelitian terhadap efektifitas kurikulum dan perencanaan pelatihan. Sebagai penentu tingkat kelulusan dapat dipilih 2 (dua) patokan yang biasa digunakan yakni Penilaian Acuan Norma (PAN) yang diacukan kepada rata-rata kelompoknya dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang diacukan pada penguasaan tujuan pembelajaran oleh peserta.

3. Sedangkan evaluasi pada tahap uji coba merupakan evaluasi formatif. Evaluasi ini dirancang untuk proses sistematik memberikan informasi tentang ketepatan materi pembelajaran atau program pelatihan. Dapat digunakan pelatih untuk melakukan perbaikan hasil belajar peserta. Biasa digunakan sebelum kelas berakhir, sehingga masih terdapat kesempatan untuk memperbaiki.

V. REFERENSI 1. Depkes RI, 2006, Tekhnik Melatih. Depkes RI-

Kerjasama Pusdiklat dengan Dit Keperawatan & Keteknisan Medik. Jakarta.

2. Depkes RI, 2006, Modul Pelatihan Tenaga pelatih Program Kesehatan (TPPK). Pusdiklat. Jakarta

3. Anderson, R.H; Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, Pusat UI terbuka berkerja sama dengan PT Raja Grafindo Persada.

4. Evan, T., Metode, Texts and Technologies in Flexible, Online and Distance Education, Study Guide, Victoria

29

Page 30: MODUL TEHNIK MELATIH edit.doc

5. Lunardi, A.G., 1982, Pendidikan Orang Dewasa, PT Gramedia , Jakarta

6. Mardjani dan Azhari, 2002, Pengukuran Hasil Belajar, Lembaga Administrasi Negara RI

7. Sudjana N dan Rivai, A, 2001, Media Pengajaran, Sinar Baru Algesindo, Jakarta

8. Yin, Robert K, 2003, Studi kasus (desain dan metode), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

9. Suke Silverius, 1991, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, PT Gramedia Widyasarana Indonesia, Jakarta

10. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999, Evaluasi Program Diklat, STIA LAN Press, Jakarta.

11. Training manual , NLP-with Sinergy Lintas Batas12. Terapi NLP membangun komunikasi,Ibrahim Elfiky,200913. Understanding NLP,RH Wiwoho,2008