spo keracunan makanan

4
PUSKESMAS BEJEN KERACUNAN MAKANAN SPO No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Dibuat Oleh Koordinator BP Umum dr. Andrew Nugroho, M.M NIP. 198310172010011027 Disetujui Oleh Ketua Tim Akreditasi Drg. Fuad Fatkhurrohman NIP. 198409202011011013 Disahkan Oleh Kepala Puskesmas Bejen dr. Supriyanto NIP. 196803042008011008 RUANG LINGKUP Prosedur ini memuat langkah-langkah penegakkan diagnosis keracunan makanan serta penatalaksanaannya. TUJUAN 1. Mengupayakan penanganan keracunan makanan yang cepat dan tepat . 2. Mencegah komplikasi. KEBIJAKAN Keputusan Kepala Puskesmas No 005/2015 tentang Pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pedoman Pengobatan Dasar REFERENSI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer PROSEDUR 1. Pengertian Keracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan zat patogen dan atau bahan kimia, misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter, dan Staphylococcus aureus. 2. Anamnesis: 2.1. Keluhan : 2.1.1. Diare akut. Pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu. Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

Upload: andrew-nugroho

Post on 04-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SPO 155 Diagnosis Puskesmas

TRANSCRIPT

Page 1: SPO Keracunan Makanan

PUSKESMAS BEJEN

KERACUNAN MAKANAN

SPO No. Dokumen :No. Revisi :Tanggal Terbit :Halaman :

Dibuat OlehKoordinator BP Umum

dr. Andrew Nugroho, M.MNIP. 198310172010011027

Disetujui OlehKetua Tim Akreditasi

Drg. Fuad FatkhurrohmanNIP. 198409202011011013

Disahkan OlehKepala Puskesmas Bejen

dr. SupriyantoNIP. 196803042008011008

RUANG LINGKUPProsedur ini memuat langkah-langkah penegakkan diagnosis keracunan makanan serta penatalaksanaannya.

TUJUAN1. Mengupayakan penanganan keracunan makanan yang cepat dan

tepat .2. Mencegah komplikasi.

KEBIJAKANKeputusan Kepala Puskesmas No 005/2015 tentang Pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pedoman Pengobatan Dasar

REFERENSIPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

PROSEDUR 1. PengertianKeracunan makanan merupakan suatu kondisi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi dengan zat patogen dan atau bahan kimia, misalnya Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter, dan Staphylococcus aureus.

2. Anamnesis: 2.1. Keluhan :

2.1.1. Diare akut. Pada keracunan makanan biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu.

2.1.2. Darah atau lendir pada tinja; menunjukkan invasi mukosa usus atau kolon.

2.1.3. Nyeri perut.

2.1.4. Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasari, seperti pada kolera yang berat.

2.1.5. Kembung.

2.2. Faktor Risiko

2.2.1. Riwayat makan/minum di tempat yang tidak higienis

2.2.2. Konsumsi daging /unggas yang kurang matang dapat dicurigai untuk Salmonella spp, Campylobacter spp, toksin Shiga E coli, dan Clostridium perfringens

2.2.3. Konsumsi makanan laut mentah dapat dicurigai untuk Norwalk-like virus, Vibrio spp, atau hepatitis A.

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

Page 2: SPO Keracunan Makanan

PUSKESMAS BEJEN

KERACUNAN MAKANAN

SPO No. Dokumen :No. Revisi :Tanggal Terbit :Halaman :

PROSEDUR 3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik harus difokuskan untuk menilai keparahan dehidrasi.

3.1. Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah turun, nadi cepat, mulut kering, penurunan keringat, dan penurunan output urin.

3.2. Nyeri tekan perut, bising usus meningkat atau melemah.

4. Pemeriksaan penunjang

4.1. Lakukan pemeriksaan mikroskopis dari feses untuk telur cacing dan parasit.

4.2. Pewarnaan Gram, KOH dan metilenbiru Loeffler untuk membantu membedakan penyakit invasif dari penyakit non-invasif.

5. Komplikasi : dehidrasi berat

6. Penatalaksanaan

6.1. Karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut adalah self-limiting, pengobatan khusus tidak diperlukan. Dari beberapa studi didapatkan bahwa hanya 10% kasus membutuhkan terapi antibiotik. Tujuan utamanya adalah rehidrasi yang cukup dan suplemen elektrolit. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian cairan rehidrasi oral (oralit) atau larutan intravena (misalnya, larutan natrium klorida isotonik, larutan Ringer Laktat). Rehidrasi oral dicapai dengan pemberian cairan yang mengandung natrium dan glukosa. Obat absorben (misalnya, kaopectate, aluminium hidroksida) membantu memadatkan feses diberikan bila diare tidak segera berhenti. Diphenoxylate dengan atropin (Lomotil) tersedia dalam tablet (2,5 mg diphenoxylate) dan cair (2,5 mg diphenoxylate / 5 mL). Dosis awal untuk orang dewasa adalah 2 tablet 4 kali sehari (20 mg / d). Digunakan hanya bila diare masif.

6.2. Jika gejalanya menetap setelah 3-4 hari, etiologi spesifik harus ditentukan dengan melakukan kultur tinja. Untuk itu harus segera dirujuk.

6.3. Modifikasi gaya hidup dan edukasi untuk menjaga kebersihan diri.

7. Konseling dan Edukasi

Edukasi kepada keluarga untuk turut menjaga higiene keluarga dan pasien.

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

Page 3: SPO Keracunan Makanan

PUSKESMAS BEJEN

KERACUNAN MAKANAN

SPO No. Dokumen :No. Revisi :Tanggal Terbit :Halaman :

PROSEDUR 8. Kriteria Rujukan

8.1. Gejala keracunan tidak berhenti setelah 3 hari ditangani dengan adekuat.

8.2. Pasien mengalami perburukan.

8.3. Dirujuk ke layanan sekunder dengan spesialis penyakit dalam atau spesialis anak.

UNIT TERKAITPendaftaran, BP Umum, Kesling, IGD, Rawat Inap, Laboratorium, dan Apotik

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen