ski

20
DAULAH BANI ABBASIYAH 1 DAN 2 Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam Dosen Pengampu : Herawati Disusun oleh : 1. Yuliani Afitasari (106800) 2. Erwin Fertina (106800 ) 3. Anis Arzia Muntiani (10680048) 4. Tusfiyatul Aimmah (106800 ) 5. Haibatun Nisa’ (106800 ) 6. Agus Suroto (10680034) PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 0

Upload: rezki-hedianti

Post on 11-Aug-2015

51 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKI

DAULAH BANI ABBASIYAH 1 DAN 2

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Sejarah Kebudayaan Islam

Dosen Pengampu : Herawati

Disusun oleh :

1. Yuliani Afitasari (106800)2. Erwin Fertina (106800 )3. Anis Arzia Muntiani (10680048)4. Tusfiyatul Aimmah (106800 )5. Haibatun Nisa’ (106800 )6. Agus Suroto (10680034)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2010

0

Page 2: SKI

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: �اسدين ,العّب al-Abbāsidīn) adalah

kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini

berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan

dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya

dari Bani Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah ini

didirikan oleh Abdullah As Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Dia dilahirkan

di Humaimah pada tanggal 3 Rabiul Awwal 132 H. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung

dari tahun 750 – 1258 M.

Pada abad ketujuh terjadi pemberontakan di seluruh negeri. Pemberontakan yang paling dasyat

dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang antara pasukan Abdul Abbas

melawan pasukan Marwan bin Muhammad (Dinasti Umayyah). Yang akhirnya di menangkan oleh

pasukan Abdul Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani Umayyah

dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.

Dari sini dapat diketahui bahwa bangkitnya Abbasiyah bukan saja pergantian Dinasti akan tetapi

lebih dari itu adalah pergantian struktur sosial dan ideologi. Sehingga dapat dikatakan kebangkitan

Daulah Bani Abbasiyah merupakan suatu revolusi. Sebelum Bani Abbasiyah berdiri, terdapat tiga

tempat yang menjadi pusat kegiatan kelompok Bani Abbas, antara satu dengan yang lain

mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan

keluarga besar paman Nabi SAW yaitu Abbas bin Abdul Muthalib.

2. RUMUSAN MASALAH

a. Apa yang menjadi latar belakang berdirinya kekuasaan Bani Abbasiyah?

b. Siapa saja Khalifah yang pernah memimpin Daulah Bani Abbasiyah?

c. Bagaimanakah sistem pemerintahan, politik dan negara pada masa Bani Abbasiyah 1dan 2?

d. Bagaimanakah masa kejayaan Bani Abbasiyah dan peradaban serta perkembangan bagi

Islam?

1

Page 3: SKI

PEMBAHASAN

1. AWAL BERDIRINYA BANI ABBASIYAH

Pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah yang

telah runtuh di Damaskus. Di namakan Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Daulah ini

adalah keturunan dari Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu paman Rasulullah SAW yang termuda. Bani

Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul

Aziz (717-720 M) berkuasa. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah

Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk

menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.

Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua

fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Propaganda dikirim ke

seluruh pelosok negara dan mendapat pengikut yang banyak terutama dari golongan-golongan yang

merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah

Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya

inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan

rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam

gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian

cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas

singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum

Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian

memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang

waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu

sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada

bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan

maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.

Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan,

dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah

penggantinya Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad.

Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih

2

Page 4: SKI

dari lima abad lamanya mulai dari tahun 132-656 H atau 750-1528 M. Imperium ini dikenal dengan

nama Daulah Abbasiyah. Di antara tokoh pendiri Daulah Bani Abbasiyah ialah :

1.Muhammad bin Ali

2. Ibrahim bin Muhammad bin Ali

3. Abu Abbas As Shaffah

4. Abu Ja’far Al Mansur

5. Abu Muslim Al Khurasani

2. KHALIFAH – KHALIFAH YANG MEMBAWA BANI ABBASIYAH PADA PUNCAK

KEEMASAN

a. Abu Abbas As Shaffah, pendiri dinasti ini, sangat singkat, yaitu tahun 750 – 754 M.

b. Abu Ja’far Al Manshur (754 - 775 M)

c. Muhammad bin Abi Ja’far Al Manshur Al Mahdi (775 – 785 M)

d. Musa bin Muhammad Al Hadi (775 – 786 M)

e. Harun bin Muhammad Ar Rasyid (786 – 809 M)

f. Al Ma’mun, putra Harun Ar Rasyid (813 – 833 M)

g. Al Mu’tashim (833 – 842 M)

h. Al Wasiq (842 – 847 M)

i. Al Mutawakkil (847 – 861 M)

3. SISTEM PEMERINTAHAN DAN POLITIK ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH 1

DAN 2

Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah,

dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn

al-AbbasRahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda

sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang

waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M).Berdasarkan perubahan pola

pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas

menjadi lima periode:

1. Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia

pertama.

2. Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.

3

Page 5: SKI

3. Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam

pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.

4. Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk

dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki

kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).

5. Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti

lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari

bangsa Mongol.

Pada zaman Abbasiyah konsep kekhalifahan berkembang sebagai sistem politik. Menurut

pandangan para pemimpin Bani Abbasiyah, kedaulatan yang ada pada pemerintahan adalah berasal

dari Allah, bukan dari rakyat sebagaimana di aplikasikan oleh Abu Bakar dan Umar pada zaman

Khulafaurrasyidin.Pada zaman Abbasiyah ini pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda

sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya. Sistem politik yang dijalankan oleh

Daulah Abbasiyah I antara lain :

a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya diambil dari

keturunan persia dan kaum mawalli.

b. Kota Baghdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan politik,

ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan

penganut agama lain.

c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang penting dan mulia, serta menjadi sesuatu

yang harus dikembangkan.

d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya.

e. Para menteri keturunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam

pemerintah.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara

politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama

sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil

menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun

setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik,

meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.

4

Page 6: SKI

Selanjutnya periode dua, tiga dan empat kekuasaan Politik Abbasiyah mulai mengalami

penurunan, terutama kekuasaan politik sentral. Hal ini dikarenakan negara-negara bagian

(kerajaan-kerajaan kecil) sudah tidak menghiraukan pemerintah pusat , kecuali pengakuan

politik saja . Panglima di daerah sudah berkuasa di daerahnya ,dan mereka telah mendirikan atau

membentuk pemerintahan sendiri misalnya saja munculnya Daulah-Daulah kecil, contoh; daulah

Bani Umayyah di Andalusia atau Spanyol, Daulah Fatimiyah .

Pada masa awal berdirinya Daulah Abbasiyah ada 2 tindakan yang dilakukan oleh para

Khalifah Daulah Bani Abbasiyah untuk mengamankan dan mempertahankan dari kemungkinan

adanya gangguan atau timbulnya pemberontakan yaitu : pertama, tindakan keras terhadap Bani

Umayah dan kedua pengutamaan orang-orang turunan persi.

Dalam menjalankan pemerintahan, Khalifah Bani Abbasiyah pada waktu itu dibantu

oleh seorang wazir (perdana mentri) atau yang jabatanya disebut dengan wizaraat .

Sedangkan wizaraat itu dibagi lagi menjadi 2 yaitu:

1) Wizaraat Tanfiz (sistem pemerintahan presidentil ) yaitu wazir hanya sebagai

pembantu Khalifah dan bekerja atas nama Khalifah.

2) Wizaaratut Tafwidl (parlemen kabimet) yaitu wazir yang berkuasa penuh untuk

memimpin pemerintahan, Sedangkan Khalifah sebagai lambang saja .

Pada kasus lainnya fungsi Khalifah sebagai pengukuh Dinasti-Dinasti lokal sebagai gubernurnya

Khalifah.

Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan

sebuah dewan yang bernama diwanul kitaabah (sekretariat negara) yang dipimpin oleh seorang

raisul kuttab (sekretaris negara). Dan dalam menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu

beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen). Tata usaha negara bersifat sentralistik

yang dinamakan an-nidhamul idary al-markazy.

Selain itu, dalam zaman daulah Abbassiyah juga didirikan angkatan perang, amirul

umara, baitul maal, organisasi kehakiman. Selama Dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang

diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya.

4. PERADABAN DAN KEBUDAYAAN PADA MASA BANI ABBASIYAH 1 DAN 2

Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan

Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas

sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang

5

Page 7: SKI

pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu,

lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:

1. Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal

dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu

agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.

2. Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar

daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-

masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya

berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa

pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil

ulama ahli ke sana.

Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan

berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah

universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan

berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan

kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik

sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai

bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal,

yaitu:

1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu

mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani

Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara

efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan

ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat

di bidang pemerintahan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan

ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika

dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam

banyak bidang ilmu, terutama filsafat.

2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-

Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-

karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-

6

Page 8: SKI

Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang

filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah

adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.

Pada masa daulah ini usaha penerjemahan kitab-kitab asing dilakukan dengan giat sekali.

Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama di

bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dari gerakan ini muncullah

tokoh-tokoh Islam dalam ilmu pengetahuan, antara lain ;

a. Bidang filsafat: al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Sina, al-Ghazali,

Ibnu Rusyid.

b. Bidang kedokteran: Jabir ibnu Hayan , Hunain bin Ishaq, Tabib bin Qurra ,Ar-Razi.

c. Bidang Matematika: Umar al-Farukhan , al-Khawarizmi.

d. Bidang astronomi: al-Fazari, al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.

Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil

menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara

lain :

1. Ilmu Umum

a.Ilmu Filsafat

1) Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.

2) Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.

3) Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)

4) Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)

5) Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa,

Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain

6) Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam, karangannya: Al

Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah,Mizanul Amal,Ihya Ulumuddin dll

7) Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful

Afillah dll.

b. Bidang Kedokteran

1) Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.

2) Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal disamping sebagai

penterjemah bahasa asing.

3) Thabib bin Qurra (836-901 M)

7

Page 9: SKI

4) Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan

campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

c. Bidang Matematika

1) Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.

2) Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).

d. Bidang Astronomi

Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak para ahli yang terkenal

dalam perbintangan ini seperti :

1) Al Farazi : pencipta Astro lobe

2) Al Gattani/Al Betagnius

3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan

4) Al Farghoni atau Al Fragenius

e. Bidang Seni Ukir

Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) dan ada seni musik,

seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.

2. Ilmu Naqli

a. Ilmu Tafsir

Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy

(wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin

Ishak dan lain-lain

b. Ilmu Hadist, Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H),

Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At

Tarmidzi, dan lain-lain

c. Ilmu Kalam, Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan

ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf,

Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali

d. Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H).

Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H). Karangannya :

Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al Wajiz dan lain-lain.

e. Para Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih

mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan

8

Page 10: SKI

faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam

Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).

3. Perkembangan Sastra dan Bidang Kesenian Lain

Dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan kontroversial di negeri Arab, muncul beberapa

tulisan orisinal paling awal tentang sastra Arab. Penulis karya sastra Arab adalah orang yang berasal

dari berbagai etnis, serta merta diterapkan disiplin ilmu seperti filologi, linguistik, leksikografi, dan

tata bahasa sekalipun telah melahirkan beberapa sarjana keturunan non-Arab. Al-Jawhari, yang

kamusnya disusun secara alfabetis dari huruf terakhir tiap kata.

Sastra Arab dalam pengertian yang sempit, yakni adab, mulai dikembangkan oleh Al-Jahiz.

Salah satu ciri khas penulisan prosa pada masa itu adalah kecenderungan respon atas pengaruh

Persia, untuk menggunakan ungkapan-unkapan hiperbolik dan bersayap. Masa ini juga menyaksikan

munculnya bentuk baru sastra, yaitu maqamah. Badi al-Zaman al-Hamadzani dikenal sebagai

pencipta maqamah, sejenis anekdot dramatis yang substansinya berusaha dikesampingkan oleh

penulis untuk mengedepankan kemampuan puitis, pemahaman dan kefasihan bahasanya. Sebagai

contoh, kisah-kisah bebahasa Spanyol dan Italia yang bernuansa realis atau kepahlawanan

memperlihatkan kedekatan yang jelas dengan mahqamah Arab.

Tidak lama sebelum pertengahan abad ke-10, draf pertama dari sebuah karya yang kemudian

dikenal dengan Alf Laylah wa Laylah (Seribu Satu Malam) disusun di Irak. Ini adalah karya Persia

klasik, berisi beberapa kisah dari India. Karakteristiknya yang beragam telah mengilhami lahirnya

ungkapan konyol para kritikus sastra modern yang memandang kisah “Seribu Satu Malam” sebagai

kisah-kisah Persia yang dituturkan dengan cara Buddha oleh ratu Esther kepada Haroun Alraschid di

Kairo selama abad ke-14 Masehi. Kisah ini menjadi begitu populer di kalangan masyarakat Barat,

karena telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di belahan bumi Eropa serta pencetakan

berulang-ulang. Selain prosa-prosa tersebut, juga terdapat beberapa puisi klasik, contohnya Abu

Nawas yang mampu menyusun lagu terbaik tentang cinta dan arak.

Dengan kata lain dan mengambil secarik garis merah pada masa Dinasti Abbasiyah, dan penulisan

sastra pada masa-masa lainnya, pada dasarnya bersifat subjektif dan teritorial, sarat dengan warna

lokal, namun tidak mampu menembus batasan tempat dan waktu sehingga tidak memperoleh tempat

di tengah-tengah generasi penyair dari setiap zaman dan tempat.

4. Dalam bidang Keagamaan

Di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa

inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode penafsiran, aitu tafsir bir ra’i

9

Page 11: SKI

dan tafsir bil ma’tsur .

Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan

hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang

namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.

Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya

Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung yang pertama

adalah Abu Hanifah (w.150/767).meskidiangap sebagai pendiri madzhab hanafi,karya-karyanya

sendiri tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi

artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya

terselamatkankarena ditulis oleh para muridnya.

10

Page 12: SKI

KESIMPULAN

Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan

al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn

Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.

Pada periode pertama pemerintahan bani Abbas mencapai masa keemasannya.Secara politis,

khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus.

Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil

menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun

setelah periode ini berakhir pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik

meskipun filsafat dan ilmu ilmu pengetahuan terus berkembang.

Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih

memantapkan dan menjaga setabilitas Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke

Bagdad.

Dengan demikian pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa

Persia. Al-Mansyur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat

sejumlah personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dia menciptakan

tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator departemen, dia juga menbentuk

protokol Negara, sekertaris, dan kepolisian Negara disamping membenahi angkatan bersenjata.

Jawatan pos yang sudah ada ditingkatkan peranannya dari mengatar surat sampai menghimpun

seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar.

Puncak perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa

Bani Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam

bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Namun

lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas dengan berdirinya

perpustakaan dan akademi.

Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.

Al-Farabi menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap

11

Page 13: SKI

filsafat Aristoteles. Ibnu Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat diantaranya adalah As-

Syifa'.

DAFTAR PUSTAKA

1. So’yub, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiyah 1. Jakarta : Bulan Bintang, 1977

2. So’yub, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiyah 2. Jakarta : Bulan Bintang, 1977

3. Yatim, Badri Dr, M.A. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta :

Raja GrafindoPersada.

4. http://afirmanto.blogspot.com/2010/04/peradaban-islam-pada-masa-daulah-bani.html

5. http://supriyadie.multiply.com/journal/item/45

6. http://akitephos.wordpress.com/sejarah-pendidikan-islam/islam-pada-masa-daulah-bani- abbasiyah/

7. http://dikot.blogspot.com/2009/11/daulah-bani-abbasiyah.html s1as1asw11 8. http://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Abbasiyah

12