ski aliyah 3

Upload: muhammad-muhaimin

Post on 08-Jul-2015

530 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SKI Aliyah 3 SEMESTER 1 Standar Kompetensi :

May 30, '10 3:14 AM untuk semuanya

Kemampuan mengidentifikasi, mengenal dan merekontruksikan sejarah Islam di Andalusia. dan gerakan modernisasi dunia Islam, latar belakang dan dampaknya. Kompetensi Dasar Indikator ke Andalusia Menjelaskan proses masuknya Islam di Andalusia Mengambil ibrah dari masuknya Islam di Andalusia Daulah Umayyah II Menunjukkan peta wilayah Materi Pokok Mengidentifikasi faktor-faktor masuknya Islam

Menganalisis sejarah Daulah Umayyah II di Andalusia

Menganalisis kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Daulah Umayyah II kekuasaan Daulah Umayyah II Menyebutkan peninggalan sejarah Daulah Umayyah II

Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai dibidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam bidang sosial budaya Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab

Mendiskripsikan sejarah keruntuhan Daulah Umayyah II kemunduran dan kehancuran peradaban Islam di Andalusia Menggali hikmah keruntuhan Daulah Umayyah II

Mengidentifikasi kejayaan Islam pada masa Daulah Muwahiddun kemajuan yang dicapai Daulah Muwahiddun

Mengidentifikasi kemajuan-

Menyebutkan ilmuwan, filosof dan ulama pada masa Daulah Muwahiddun Menjelaskan keadaan dunia Islam saat

Menganalisis proses masuknya imperialisme ke dunia Islam kedatangan penjajah.

Menyebutkan motifasi dan tujuan bangsa-bangsa Barat menjajah negara Islam Menyebutkan beberapa wilayah yang dikuasai bangsa Barat Menyebutkan dampak penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam dalam bidang politik dan ekonomi Menjelaskan dampak penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam dalam bidang ilmu pengetahuan Mengambil ibrah dari imperialisme tersebut Imperialisme ke dunia Islam Menjelaskan secara singkat biografi Muhammad bin

Menganalisis gerakan pembaharuan Wahabi Abdul Wahab

Menjelaskan gerakan di bidang akidah dan syariah Muhammad bin Abdul Wahab Menilai pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab Gerakan pembaharuan Wahabi Menceritakan secara singkat biorafi

Menganalisis gerakan anti imperialisme Jamaluddin al-Afgani Jamaluddin al-Afgani Menceritakan peran Jamaluddin al-Afgani di bidang politik Menjelaskan konsep khilafiyah ( Pan-Islamisme) al-Afgani. Membandingkan konsep khilafiyah dengan negara modern Menjelaskan peranannya di penerbitan Urwatul Wusqo

Meneladani sikap intelektual dan anti imperialisme Jamaluddin al-Afgani

Jamaluddin al-Afgani

Menganalisis gerakan pembaharuan Muhammad Abduh Muhammad Abduh Menjelaskan peran Muhammad Abduh di bidang politik Menjelaskan konsep khilafah Muammad Abduh

Menceritakan sejarah singkat biografi

Menilai pemikiran pembaharuan Muhammad Abduh Gerakan pembaharuan Muhammad Abduh Menceritakan secara singkat biografi

Menganalisis gerakan pembaharuan Muhammad Rsyid Ridha Muhammad Rasyid Ridha

Menyebutkan peranan Muhammad Rasyid Ridha dalam pengembangan pemikiran Muhammad Abduh Menyebutkan nama tafsir yang ditulis Muhammad Rasyid Ridha Menilai pemikiran pembaharuan Muhammad Rasyid Ridha Gerakan pembaharuan Muhammad Rasyid

Ridha Menganalisis pemikiran Kamal Attatruk di Turki Menjelaskan peranan Attatruk di bidang politik Menjelaskan konsep sekulerisme attatruk Menjelaskan reaksi ulama atas ide sekulerisme Mengambil hikmah dari sekulerisme di Turki Pemikiran Kamal Attatruk Menceritakan secara singkat biografi Mhammad Iqbal Pemikiran Muhammad Iqbal Menceritakan secara singkat biografi Kamal Attatruk

Menganalisis pemikiran Muhammad Iqbal

Menjelaskan pemikiran Muhammad Iqbal tentang dinamisme Islam dan filsafat dri Meneladani sikap intelektual dan nasionalisme Iqbal

Bagian 1

PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI ANDALUSIA Spanyol dulu lebih dikenal dengan sebutan Andalusia. Sebelumnya andalusia lebih dikenal dengan sebutan Vandal. Dikalangan orang-orang Arab menyebutnya dengan nama Andalus atau Andalusia. Nama ini merujuk pada kebiasaan dan tradisi masyarakatnya yang masih primitif saat itu bila dibandingkan dengan masyarakat Islam yang telah mencapai banyak kemajuan di bawah pemerintahan Khalifah Bani Umayyah. Wilayah ini pada abad ke-2 M sampai dengan awal abad ke-5 M berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi. Kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5M. Bangsa Vandal kemudian melarikan diri ke wilayah Afrika Utara setelah dikalahkan oleh bangsa Gothic, tepatnya berada di kepulauan kecil di Ujung Benua Afrika, yaitu di pulau Ceuta. Di sinilah seorang bangsawan bernama De Graft Julian mempertahankan kekuasaan dari serangan raja Roderick. Serangan Roderick dan keinginan Julian untuk membebaskan diri dari kekuasaan bangsa Gothic ini, menimbulkan keinginan Julian untuk meminta bantuan kepada Musa ibn Nushair, salah seorang gubenur Bani Umayyah yang berkedudukan di Afrika Utara. Untuk kepentingan itu, kedua orang penguasa mengadakan perjanjian kerja sama dalam usaha penggulingan Roderick. Setelah mendegar permohonan dari Julian untuk membebaskan diri dari kekuasaan bangsa Gothic, gubenur Musa Ibn Nushair meminta persetujuan dari khalifah al-Walid Ibn Abdul Malik. Pada prinsipnya, khalifah tidak keberatan dengan permintaan itu, ia memerintahkan kepada gubenur Musa Ibn Nushair melakukan ekspedisi dengan mengirim orang kepercayaaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan situasi politik di negeri itu, di samping untuk membuka jalan masuknya tentara Islam. Sebagaimana permintaan khalifah, maka pada tahun 9 H / 710 M Musa Ibn Nushair mengutus orang bernama Tharif Ibn Malik yang dibantu oleh De Graft Julian menuju Andalusia. Hasilnya, ditemukan jalan yang tidak mendapat banyak hambatan-hambatan dari pasukan Roderick. Hanya saja, jalan yang harus di tempuh banyak liku-likunya dan terjal di tengah bukit karang, yang kemudian hari dikenal dengan nama Bukit Thariq (Jabal Thariq atau Gibraltar). Ekspedisi yang dilakukan menghasilkan banyak data dan informasi mengenai keberadaan dan kekuasaan Roderick. Situasi inilah kemudian dimanfaatkan oleh musa Ibn Nushair dalam usaha peneklukan ke wilayah Eropa. Namun usaha tersebut baru terwujud pada tahun 711 M, ketika Musa Ibn Nushair mengutus pasukan di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Untuk mempermudah usaha itu, Khalifah al-Walid Ibn Abdul Malik mengirim tentara sebanyak 5000 orang, terdiri dari 4000 tentara biasa dan 1000 pasukan berkuda ditambah pasukan Musa Ibn Nushair sejumlah 2000 orang tentara, sehingga jumlah pasukan bertambah menjadi 7000 orang tenatra. Sementara bantuan yang diberikan De Graft Julian berupa perahu yang dapat digunakan untuk menyeberangi Selat Mediterania (Laut Tengah). Pasukan di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad ini berhasil menyeberangi selat tersebut dan mendarat di sebuah bukit berbatu pada bulan Syaban 92 H / tahun 711 M. Bukit ini kemudian diberi nama sesuai dengan orang yang pertama kali menginjak mendarat disitu, yaitu Gilbraltar atau selat Jabal Thariq. Roderick sangat terkejut mendengar pasukan Islam sudah mendarat di selat Gilbraltar di bawah pimpinan Thariq Ibn Ziyad. Hanya saja saat itu ia sedang menghadapi pemberontakan kelompok Achilla di Andalusia Utara, sehingga ia tidak segera melakukan serangan balik. Ketidakmampuan ini selain disebabkan adanya pemberontakan di dalam negeri, juga karena pendaratan Thariq Ibn Ziyad dan pasukannya tidak dipekirakan sebelumnya. Menyadari bahaya dan ancaman itu, akhirnya ia membelokkan sekitar 100.000 pasukannya menuju selatan Andalusia untuk menyambut kedatangan tentara Islam.

Kedatangan tentara Roderick dengan membawa pasukan yang cukup besar itu, tidak menciutkan hati Thariq ibn Ziyad dan pasukannya, malah membangkitkan semangat juang untuk meneruskan cita-cita umat Islam menaklukkan Andalusia yang ketika itu berada dibawah kekuasaan Roderick. Namun karena tidak sebandingnya pasukan, akhirnya Thariq Ibn Ziyad meminta tambahan pasukan dari Mus Ibn Nushair yang kemudian disanggupi dengan tambahan sekitar 5000 orang tentara, sehingga pasukan Thariq Ibn Ziyad saat itu berjumlah 12.000 orang. Kekuatan yang begitu besar semakin memperkuat keinginan Thariq Ibn Ziyad untuk terus melanjutkan serangan ke wilayah Utara Andalusia dan menguasai Spanyol secara keseluruhan. Kedua pasukan bertemu di sungai kecil yang disebut oleh orang Arab dengan nama Wadi Bekka dekat Guadalete yang mengalir ke selat Tarafalagar. Thariq Ibn Ziyad dengan semangat juang yang didukung dengan 12.000 pasukan menyerang musuh-musuhnya dan memperoleh kemenangan, sehingga Roderick terbunuh dalam peperangan tersebut. Sementara pasukan Roderick menjadi tawanan perang. Setelah pasukan Thariq Ibn Ziyad menang melawan lawan yang jauh pasukannya lebih besar, maka ia berusaha meneruskan penyerangannya ke seluruh wilayah Andalusia. Setelah melakukan musyawarah dengan pasukannya, akhirnya ia terus melakukan niatnya itu. Untuk kepentingan perluasan wilayah tersebut, ia membagi pasukannya menjadi tiga resimen yang ia sebarkan ke seluruh Siberia. Didukung 700 pasukan berkuda, pasukan umat Islam menuju Cordova. Sebagian besar penduduk Cordova mengungsi di Toledo, sementara yang masih menetap di kota ini hanyalah putra raja dan keluarganya yang dikawal dengan 400 pasukan berkuda, sehingga memudahkan pasukan umat Islam melakukan serangan ke pusat kekuasaan di Cordovo tanpa menimbulkan koban jiwa masyarakat sipil. Wilayah Cordova telah dikelilingi oleh salju. maka tidak begitu mudah tentara Islam menaklukkan Cordova. Untunglah ada seorang pengembala (tidak disebutkan namanya) yang memberi petunjuk cara masuk ke benteng istana yang dijaga ketat. Karena cuaca begitu dingin ditambah angin dan hujan salju yang deras, para penjaga benteng tidak mendengar derap langkah pasukan berkuda umat Islam, sehingga umat Islam dengan mudah menyerang dan membuka pintu gerbang benteng istana. Dalam situasi ini putra raja dapat melarikan diri dan berlindung di gereja selama 3 bulan yang kemudian ditangkap. Di kota inilah kemudian orang-orang Yahudi dikumpulkan dan menetap. Masyarakay Yahudi terlibat di dalam kemenangankemenangan bangsa Arab Muslim. Mereka memberikan kemudahan umat Islam untuk melakukan penaklukan kota Rayya, Malaga, Granada di propinsi Elvira. Penduduk kota Ariola dan Toledo membuka pintu gerbangnya untuk orang-orang muslim. Kemenangan umat Islam ini tidak lepas dari jasa-jasa orang Yahudi. Sebagai batas jasa, kaum Yahudi kemudian diperintahkan untuk tinggal dan menetap di Toledo yang dibantu dengan kawalan pasukan umat Islam. Sementara penduduk asli Toledo melarikan diri dan berlindung di bukit Karang. Mereka kemudian menyebrangi Guadalaxana (bukit batu) menuju Medinaceli terus ke Galicia di Barat Laut Andalusia. Thariq Ibn Ziyad dan pasukannya terus mengalami kemenangan. Sehingga hampir seluruh Andalusia ditaklukan dan berada di bawah kekuasaan Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa di Damaskus. Dengan cara-cara seperti itulah agama Islam masuk ke Andalusia, sehingga Andalusia menjadi daerah kekuasaan Islam selama lebih kurang 8 (delapan) abad, yaitu dari tahun 711-1492 M. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Andalusia pada saat itu telah menjadi salah satu propinsi atau wilayah dari kekuasaan dinasti Bani Umayyah, yang kemudian menjadi negara sendiri di seberang lautan Mediterania. Keberhasilan umat Islam menaklukan Andalusia saat itu, tidak hanya berkat jasa Thariq dan pasukannya, juga jasa-jasa orang lain, seperti Tharif Ibn Malik dan Musa Ibn Nushair, ditambah dengan

adanya dukungan material dari De Graft Julian yang menjadi penguasa di Ceuta. Perluasan wilayah kekuasaan Islam di Andalusia Musa Ibn Nushair telah menyambut gembira atas kemenangan pasukan perangnya yang dipimpin Thariq Ibn Ziyad mengalami kemenangan, sebab ini merupakan peluang besar di depan mata bagi Musa Ibn Nushair untuk memperluas wilayah kekuasaan. Untuk itu, Musa Ibn Nushair telah memperluas wilayah kekuasaan. Untuk itu, Musa Ibn Nushair telah mempersiapkan sekitar 18.000 pasukan guna membantu Thariq Ibn Ziyad memperluas wilayah kekuasaan Islam. Pada musim panas tahun 712 M, Musa Ibn Nushair dengan pasukannya menyeberangi selat dan mendarat di benua Eropa. Musa dan pasukannya berhasil merebut Carmona, salah satu kota terkuat pertahannya di Andalusia. Kemudian ia melanjutkan ke Seville dan merebutnya dari tangan orang-orang Gothic. Karena kalah, orang-orang Gothic banyak yang melarikan diri ke Toledo. Mereka bertahan di kota Toledo selama beberapa bulan, sampai akhirnya kota itu jatuh ke tangan pasukan Musa Ibn Nushair. Setelah menguasai Toledo, Musa Ibn Nushair dan pasukannya melanjutkan serangan ke Meride, sebuah kota yang menjadi ibu kota Andalusia. Musa Ibn Nushair dan pasukannya terus melanjutkan penyerangan hingga akhirnya ia berhasil menaklukan Barcelona. Dari sini akhirnya Musa Ibn Nushair melanjutkan usaha exspansinya ke Candiz dan Calica. Di suatu tempat Talavera, Musa Ibn Nushair bertemu dengan Thariq Ibn Jiyad dan memecat Thariq dari jabatan panglima perang. Pemecatan itu terjadi karena Thariq Ibn Ziyad dianggap tidak mematuhi perintahnya untuk kembali ke Afrika Utara setelah berhasil menaklukkan beberapa kota di Andalusia. Bahkan kemudian Thariq Ibn Ziyad dipenjara karena kesalahan-kesalahan yang telah dibuatnya.Di sinilah akhir dari riwayat perjalanan hidup seorang mantan jederal perang Islam yang telah berjasa dalam penyebaran Islam di negeri Andalusia. Musa Ibn Nushair tidak hanya berhenti setelah sampai di Talavera, tetai ia melajutkan mengejar musuhnya hingga ke pegunungan Pyreni. Lebih dari itu, ia bahkan memutuskan untuk terus melanjutkan ekspensinya ke wilayah selatan Perancis, hingga akhirnya ia mencapai negeri Konstantinopel. Namun ditengah-tengah perjalanannya, Musa Ibnu Nushair diperintahkan kembali oleh Khalifah Walid Ibn Abdul Malik untuk menghentikan serangannya ke Eropa dan ia diminta kembali ke Damaskus. Kebijakan ini dibuat untuk menghindari bahaya yang lebih besar yang akan mengancam umat Islam di Andalusia. Selain itu, khalifah Walid Ibn Abdul Malik merasa takut apabila pengaruh Musa Ibn Nushair melebihi kekuatan pengaruh khalifah sendiri dan merebut kekuasaan yang telah diraihnya di Eropa. Instruksi tersebut diterima oleh Musa Ibn Nushair, dan langsung kembali ke Damaskus. Hanya saja ketika ia tiba di kota itu pada tahun 96 H / 715 M, khalifah Walid Ibn Abdul Malik telah wafat dan yang berkuasa adalah Sulaiman Ibn Abdul Malik, saudara Walid Ibn Abdul Malik. Khalifah baru ini meminta Musa Ibn Nushair untuk menyerahkan kekuasaan dan harta rampasan yang diperolehnya dari negeri Andalusia. Niat khalifah yang tidak baik ini telah dipahami Musa Ibn Nushair. Hanya saja pada waktu itu, semua rampasan perang dan berbagai kemegahan yang diperoleh Musa Ibn Nushair dan Thariq Ibn Ziyad telah diserahkan ke khalifah sebelumnya, yaitu Walid Ibn Malik. Permintaan itu sebenarnya telah dipahami oleh Musa Ibn Nushair sebagai taktik untuk menjatuhkan dirinya. Hal ini terbukti ketika ia dimasukkan ke penjara hingga meninggal di ruang tahanan itu. Kebijakan ini dikeluarkan Khalifah Sulaiman, karena ia merasa tersaingi oleh kekuatan dan pengaruh Musa Ibn Nushair. Satu hal yang mestinya tidak perlu terjadi. Begitulah nasib tokoh penting ini mengakhiri masa hidupnya. Ia mengalami nasib serupa seperti Thariq Ibn

Ziyad. Rupanya ini merupakan hukum karma bagi orang yang bertindak sewenang-wenang yang telah memecat dan memenjarakan Thariq Ibn Ziyad hingga akhir hayatnya. Pesan Musa Ibn Nushair sebelum meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Damaskus karena panggilan khalifah, ia telah meminta Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair menggantikan posisinya sementara untuk mengatur semua kepentingan masyarakat di Andalusia. Berdasarkan tugas itu, ia kemudian mengorganisir tata pemerintahan dan membentuk dewan khusus untuk menyusun undang-undang yang sah sesuai dengan keadaan penduduk Andalusia. Selain itu, ia juga mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk membenahi sistem irigasi dan pertanian, sebuah bidang yang selama ini banyak digeluti masyarakat Andalusia. Sehingga para petani mendapatkan hasil maksimal dari usaha pertanian. Kebijakan lain yang dikeluarkannya adalah membebaskan Andalusia dan masyarakatnya dari perbuatan lalim orang-orang Gothic. Menurunkan pajak, kebijakan toleransi beragama, menghapuskan diskriminasi karena ras dan agama: memberikan perlindungan hukum kepada rakyat dn menjamin keamanan serta kesejahteraan, selain perlindungan terhadap benda dan jiwa mereka. Kebijakan lain yang tak kalah pentingnya adalah asimilasi, yaitu perkawinan campuran antara orang-orang Arab Islam dengan penduduk setempat. Bahkan Abdul Aziz sendiri menikahi janda Roderick yang masih mempertahankan agama dan keyakinannya semula. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Abdul Aziz ini menimbulkan simpati rakyat, sehingga banyak yang memeluk Islam. Proses asimilasi ini merupakan salah satu metode penyebaran Islam yang terjadi di banyak negara, termasuk di Andalusia. Awal Islam berkuasa di Andalusia Dalam keberhasilannya pasukan yang dipimppin Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair dalam pengembangan kekuasaan Islam Bani Umayyah di Andalusia, membuka lembaran baru sejarah politik Islam. Sebab dengan jatuhnya Andalusia dan kota-kota penting lainnya di negeri itu, menambah luas daerah kekuasaan Islam dinasti Bani Umayyah. Pengambilalihan kekuasaan dari tangan Thariq Ibn Ziyad oleh Musa Ibn Nushair dan penyerahan kekuasaan Musa kepada anaknya, Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair, menandai awal berdirinya kekuasaan Islam di sana. Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair boleh disebut sebagai peletak pertama berdirinya kekuasaan Islam di Andalusia sebab ia merupakan orang pertama yang menjadi penguasa di negeri itu setelah dikalahkan oleh pasukan Islam. Kebijakan-kebijakan politik pemerintahan yang dikeluarkannya merupakan bukti kepiaweannya dalam memimpin negeri yang baru saja porak-poranda dilanda perang. Keberhasilannya membangun masyarakat baru dan proses penyebaran Islam, merupakan karya nyata yang tak bisa dipungkiri oleh siapa pun. Terlepas dari kepentingan politik pribadi dan golongan, hal pasti yang dapat dikatakan disini adalah bahwa Abdul Aziz-lah orang yang pertama kali menjalankan roda pemerintahan di negeri Andalusia. Selama masa pemerintahan kewalian, terdapat sejumlah orang wali yang mewakili pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia. Diantaranya adalah; Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair (95-97 H / 715-717 M). Masa-masa pemerintahannya merupakan periode awal pemerintahan Islam yang tunduk kepada pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Gelar yang dipakai Abdul Aziz saat itu bukan Amir, melainkan wali yang merupakan wakil pemerintahan Islam Bani Umayyah yang berkedudukan di Andalusia. Semua kebijakannya yang dikelurkan harus mendapatkan

persetujuan khalifah. Di antara usaha yang dilakukannya, selain yang telah disebutkan sebelumnya, adalah perluasan wilayah Islam dan menaklukkan kota-kota yang saat itu belum tunduk di bawah kekuasaannya. Kota-kota itu adalah Evora, Santarem, Malaga dan Ellira. Harun Ibn Abdurrahman al-Tsaqafi (98-100 H / 717-719 M). Saman Ibn Malik al-Khaulani (100-102 H / 719-721 M). Anbasah (104-107 H / 723-726 M). Pada masa pemerintahannya, ia berhasil menguasai wilayah Gallia, Septimia dan wilayah dekat sungai Rhone. Abd Al-Rahman Al-Ghafiqi (111/730 H). Pada masa pemerintahannya ia dapat menguasai wilayah Hertogdom dan Aquitania yang masuk ke dalam wilayah kekuasaan Perancis. Semua wali di atas adalah sangat berjasa dalam usaha perluasan dan pengembangan wilayah Islam di Eropa. Atas persetujuan khalifah Bani Umayyah di Damaskus, mereka terus melakukan pengembangan wilayah hingga mencapai wilayah perancis. Usaha ini terus dilakukan hingga dikemudian hari datang anak cucu Muawiyyah yang mengambil alih jbatan dari para wali tersebut. Di antaranya adalah Abdurrahman alDakhil, yang dikenal dengan sebutan Saqar Qurays (Garuda Qurays) karena keberhasilannya menyelamatkan diri dari serangan pasuakn Bani Abbas dan berkuasa di Andalusia. Sejak kedatangannya, sistem pemerintahan menggunakan gelar Amir atau gubenur jenderal. Hanya saja para Amir yang berkuasa di Andalusia tidak memiliki hubungan politik dengan pemerintahan Bani Abbas yang telah mengambil alih kekuasaan Bani Umayyah pada tahun 750 M/132 H. Bahkan mereka menjadi penentang kekuasaan Bani Abbas. Mengingat jarak yang begitu jauh keberadaan kekuasaan para Amir dengan pusat kekhaliffahan Bani Abbas, maka khalifah tidak banyak berhasil menguasai mereka, selain kerena orientasi kebijakan pemerintah Bani Abbas sangat berbeda dengan pemerintahan Bani Umayyah sebelumnya. Kalau Bani Umayyah orientasinya adalah kekuasan dan perluasan wilayah, maka Bani Abbas memiliki orientasi pengembangan peradaban. Sementara untuk menjaga wilayah diserahkan kepada para gubenur atau bahkan diberikan kepada para penguasa lokal asal saja mereka masih tetap dibawah kekuasaan Bani Abbas dan mengakui keberadaannya. Hal ini ditandai dengan munculnya beberapa negara independen yang dikenal dengan nama al-Dawlah alMustaqillah.

La Tansa Spanyol dulu lebih dikenal dengan sebutan Andalusia. Sebelumnya andalusia lebih dikenal dengan

sebutan Vandal. Dikalangan orang-orang Arab menyebutnya dengan nama Andalus atau Andalusia Musa Ibn Nushair telah menyambut gembira atas kemenangan pasukan perangnya yang dipimpin Thariq Ibn Ziyad mengalami kemenangan, sebab ini merupakan peluang besar di depan mata bagi Musa Ibn Nushair untuk memperluas wilayah kekuasaan Musa Ibn Nushair tidak hanya berhenti setelah sampai di Talavera, tetapi ia melanjutkan mengejar musuhnya hingga ke pegunungan Pyreni. Lebih dari itu, ia bahkan memutuskan untuk terus melanjutkan ekspensinya ke wilayah selatan Perancis, hingga akhirnya ia mencapai negeri Konstantinopel. Namun ditengah-tengah perjalanannya, Musa Ibnu Nushair diperintahkan kembali oleh Khalifah Walid Pesan Musa Ibn Nushair sebelum meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Damaskus karena panggilan Ibn Abdul Malik untuk menghentikan serangannya ke Eropa dan ia diminta kembali ke Damaskus khalifah, ia telah meminta Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair menggantikan posisinya sementara untuk mengatur semua kepentingan masyarakat di Andalusia. Dalam keberhasilannya pasukan yang dipimppin Thariq Ibn Ziyad dan Musa Ibn Nushair dalam pengembangan kekuasaan Islam Bani Umayyah di Andalusia, membuka lembaran baru sejarah politik Islam Selama masa pemerintahan kewalian, terdapat sejumlah orang wali yang mewakili pemerintahan Bani

Umayyah di Andalusia. Diantaranya adalah; 1. Abdul Aziz Ibn Musa Ibn Nushair (95-97 H / 715-717 M). 2. 3. Harun Ibn Abdurrahman al-Tsaqafi (98-100 H / 717-719 M). Saman Ibn Malik al-Khaulani (100-102 H / 719-721 M).

4. Abd Al-Rahman Al-Ghafiqi (111/730 H). 5. Anbasah (104-107 H / 723-726 M). Tamrinat 1

Sejak kapan Islam mulai dikenal di Spanyol ? Siapakah yang paling berjasa atas masuknya Islam di Spanyol Siapakah yang berkuasa di Spanyol sebelum Islam masuk ? Siapakah pemimpin Islam yang berhasil memimpin pertama di Spanyol ? Sebutkan nama-nama wali yang pernah mewalihi di Andalusia ! Amanah : Ceritakan dengan singkat sejarah masuknya Islam di Andalusia 1

Bagian 2 MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM DI ANDALUSIA

Terbentuknya Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia, telah melalui beberapa peristiwa penting, yaitu peristiwa pengambil alihan kekuasaan dari para wali ke tangan para amir yang disebut dengan periode keamiran hingga terbentuknya sistem khilafah saat itu. Dari situlah mulai dikenal khilafah Bani Umayyah II. Abdurrahman Al-Dakhil adalah Amir pertama yang berhasil menguasai Andalusia, ia adalah salah seorang cucu dari Abdul Malik Ibn Marwan yang berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan Abu Abbas AlSaffah. Melalui rute yang tidak bisa dilalui, akhirnya ia berhasil memasuki wilayah Palestina, lalu ke Mesir, Afrika Utara hingga tiba di Ceuta (Septah). Di wilayah inilah ia mendapat bantuan dari bangsa Barbar dan menyusun kekuatan militer guna menyelesaikan konflik etnik politik antara bangsa Arab Mudhariyah dengan Himyariyah di Andalusia. Abdurrahman diminta oleh pihak Arab Himyariyah untuk membantu merencanakan dan melaksanakan pemberontakan terhadap kelompok Mudhariyah. Gubernur Yusuf Ibn Abdurrahman Al-Fikry, yang mewakili kelompok Arab Mudhariyah, menindas kelompok Arab Himyariyah. Sebelum melancarkan serangan, Abdurrahman mengutus orang kepercayaannya bernama Bardar untuk mencari tahu perkembangan terakhir yang etrjadi. Utusan itu diterima dengan baik oleh kabilah-kabilah Arab karena ia merupakan utusan dari keturunan Bani Umayyah yang berkuasa di Damaskus. Badar memperoleh informasi mengenai perkembangan politik muktahir yang terjadi di Andalusia. Berita inilah yang kemudian ia sampaikan kepada Abdurrahman Al-Dakhil. Dari data dan informasi yang dikumpulkan, akhirnya Abdurrahman dan para pendukungnya memasuki wilayah Andalisia pada tahun 755 M. Dan memenangkan peperangan di Massarat pada tahun itu juga, sehingga ia menduduki tahta kekuasaan Andalusia sebagai bagian dari kekuasaan Dinasti Umayyah di Andalusia, yang saat itu telah hancur dikalahkan oleh kekuasaan Bani Abbas. Yusuf Ibn Abdurrahman Al-Fikry sangat marah setelah melihat Abdurrahman Al-Dakhil datang bersama pengikutnya. Karena ia dianggap penentang dan mengancam kekuasaannya di Andalusia. Kedatangan mereka ke Andalusia ini tidak dianggap remeh oleh Yusuf. Dengan berbagai cara, Yusuf mencoba mengusir Abdurrahman Al-Dakhil dan para pendukungnya. Sehingga kelompok Abdurrahman melakukan serangan atas kekuasaan Yusuf di Cordova pada tahun 139 H / 758 M. Kemenangan ini membawa harum nama Abdurrahman Al-Dakhil. Sejak saat itulah ia mendirikan kekuasaan Islam di Andalusia, sebagai bagian dari kepanjangan kekuasaan Bani Umayah yang telah dihancurkan Bani Abbas pada tahun 132 H / 750 M. Sejak Abdurrahman Al-Dakhil menjabat sebagai penguasa Islam di Andalusia, ia menghadapi berbagai gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar terbesar adalah serbuan pasukan Paoin, seorang raja Perancis dan puteranya yang bernama Charlemagne. Namun pasukan pengganggu ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdurrahman Al-Dakhil. Hanya saja sebelum usia tugasnya menghancurkan kekuatan musuh dan memantapkan kekuasaannya di Andalusia, ia keburu meninggal pada tahun 172 H / 788 M. Pasca meninggalnya Abdurrahman Al-Dakhil tidak menyurutkan niat generasi penerusnya untuk tetap

mempertahankan kekuasaan. Posisi Abdurrahman Al-Dakhil digantikan oleh puteranya, yaitu Hisyam I (172180 H / 788-796 M). Dalam catatan sejarah, Hisyam I dikenal sebagai seorang Amir yang lemah lembut dan administratur yang liberal. Semasa ia menjabat, banyak pemberontakan terjadi, diantaranya adalah pemberontakan di Toledo yang dilakukan oleh dua orang saudaranya, yaitu Abdullah dan Sulaiman. Pemberontakan tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Usai mengatasi pemberontakan tersebut, Hisyam melancarkan serangan ke bagian Utara Andalusia. Di sini terdapat kelompok kristen yang sering kali mengganggu keamanan dan ketertiban pemerintahannya. Kota Norebonne dapat dikuasai, sementara sukusuku yang tinggal di Galica mengajukan perundingan perdamaian. Hisyam adalah merupakan sosok pemimpin yang memiliki sifat lemah lembut dan bijaksana. Ia terus melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyatnya. Hampir setiap malam ia melakukan inspeksi ke pemukiman-pemukiman penduduk. Mengunjungi orang yang sedang sakit, dan membantu mereka dengan materi atau uang yang mereka butuhkan. Hal itu dilakukan karena ia ingin mendengar dan melihat sendiri nasib rakyatnya yang diderita rakyatnya. Meskipun tampak kelihatan lemah lembut, ada sifat tegas yang tersembunyi di dalamnya, terutama kepada para pemberontak dan perusuh negara. Sifat ini dibawa hingga ajalnya tiba pada tahun 207 H / 796 M. Pasca meningglnya Hisyam I, posisi kekuasaannya digantikan oleh Hakam (180-207 H / 796-822 M). Selama masa kekuasaannya, banyak terjadi gerakan pemberontakan, baik yang dilakukan oleh saudaranya, yaitu Abdullah yang mendapat dukungan militer dari Charlemagne dan berhasil menyusup ke wilayah Islam, sedang Alfonso panglima suku Galicia, menyerang Aragon. Semua serangan tersebut dapat digagalkan oleh Hakam. Setelah itu, ia berusaha mengatasi gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh kedua saudaranya, yaitu Abdullah dan Sulaiman. Selama dalam kepemimpinannya telah terjadi pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaannya, baik yang dilakukan oleh Kristen Eropa maupun oleh pihak muslim sendiri. Gerakan pemberontakan terbesar dan terlama dilakukan oleh Umar Ibn Hafsyun. Pemberontakan ini dapat diatasi oleh penguasa sesudah Munzir (273-275 H / 886-888 M), yaitu Abdullah (275-300 H/888-912 M) di bawah panglima Obaydillah. Kondisi aman mulai terlihat sejak pemberontak Umar Ibn Hafsyun dikalahkan. Abdullah merupakan Amir terakhir sebelum berdirinya kekhalifahan Bani Umayyah II diproklamirkan oleh Abdurrahman III. Proses pembentukan pemerintahan Islam di Andalusia yang menggunakan sistem khalifah, tidak berlangsung mulus. Banyak pemberontakan terjadi dan kendala yang dihadapi para penguasa saat itu. Kondisi itu baru teratasi dengan baik, sejak akhir masa kekuasaan Abdullah yang masih menggunakan sistem keamiran hingga masa awal pemerintahan Khalifah Abdurrahman III.

Berdirinya Bani umayyah II di Andalusia 1. Abdurrahman al-Dakhil (138-172 H./ 757-788 M.).

Abdurrahman Al-Dakhil adalah keturunan Bani Umayah pertama yang menjadi penguasa dan pelangsung kekuasaan Bani Umayah di Andalusia, tapi ia bukan termasuk salah seorang Khalifah Bani Umayah. Abdurrahman dalam memimpin Andalusia tidak menggunakan khlaifah, tetapi menggunakan istilah Amir. oleh karena itu, dalam jajaran kekhalifahan Bani Umayah di Andalusia dia dikenal sebagai perintis dan pembuka jalan bagi terbentuknya Dinasti Bani Umayah II di Eropa. Penguasa Bani Umayah sebenarnya yang menggunakan gelar khalifah adalah Abdurrahman III yang berkuasa selama lebih kurang 50 tahun. Walau demikian, dalam cacatan penting sejarah Islam, khususnya yang berkenaan dengan Dinasti Bani Umayah II di Andalusia, ia dimasukkan sebagai seorang penguasa Bani Umayah yang paling menonjol, karena keberhasilannya membangun dasar-dasar dan pengembangan kekuasaan Islam di Eropa. Setelah Abdurrahman Al-Dakhil berhasil menguasai wilayah Spanyol dengan menundukkan penguasa Islam lokal bernama Yusuf Ibn Abdurrahman Al-Fikry tahun 758, Abdurrahman Al-Dakhil melakukan berbagai rencana kegiatan untuk membangun kerajaan besar, sebagai penerus dari Dinasti Bani Umayyah yang pernah berkuasa di Damaskus, Syiria. Langkah pertama untuk memperkuat posisinya adalah untuk memperbaiki keadaan dalam negeri, baik dari segi politik, keamanan, ketertiban dan pembangunan lainnya. Hampir selama masa kekuasaan, energinya dipergunakan untuk mempertahankan berbagai serangan yang datang, baik dari dalam wilayah kekuasaannya sendiri maupun dari luar. Misalnya, ancaman yang datang dari Abu Jafar Al-Mansur (137-159 H / 754-775 M), seorang penguasa Bani Abbas kedua, yang bekerja sama dengan Karl Martel, penguasa Perancis untuk menghancurkan kekuasaan Abdurrahman Al-Dakhil. Selain itu, datang pula ancaman dari Peppin, ayah Karl Martel. Sekitar tahun 146 H, Al-Mansur mengutus Al-Ula beserta pasukannya untuk menyerang kekuasaan Abdurrahman, tetapi usaha tersebut mengalami kegagalan, karena kekuatan Al-Ula dapat dipukul mundur oleh kekuatan Abdurrahman Al-Dakhil. Selain ancaman dan serangan tersebut di atas, sekitar tahun 160 H/775 M, datang serangan yang dilakukan oleh Yusuf Ibn Abdurrahman al-Fikry, mantan penguasa Spanyol dan Sulaiman Ibn Al-Araby. Mereka bekerja sama dengan Karl Martel untuk menggulingkan Abdurrahman. Akan tetapi usaha mereka legi-legi mengalami kegagalan. Kemenangan ini membuat posisi Abdurrahman Al-Dakhil semakin kuat, sehingga ia dapat melakukan berbagai kegiatan pembangunan, sesuai yang direncanakannya. Usaha pertamanya adalah pembangunan masjid agung di Cordova, yaitu masjid Al-Hamra. Pembangunan itu dilanjutkan pada masa anaknya, yaitu Hisyam I (172-180 H/ 788-796 M). Beberapa jasa Abdurrahman al-Dakhil diantaranya adalah : Membangun masjid dan beberapa gedunggedung perguruan beserta lembaga-lembaga ilmiah, seperti Universitas Cordova yang sangat terkenal dan melahirkan banyak ilmuan muslim berkaliber dunia. Selain itu, ia juga membangun irigasi untuk keperluan pertanian, sehingga hampir semua ladang yang dulunya tidak ditanami, pada masa pemerintahannya tumbuh dengan berbagai tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Andalusia saat itu. 2. Hisyam Ibn Abdurrahman (172-180 H/788-796 M)

Pasca meninggalnya Abdurrahman, pemerintahan dipegang oleh anaknya bernama Hisyam. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang sholeh dan adil bijaksana. Masa pemerintahannya dipergunakan untuk

membangun dan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya. Ia mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap rakyatnya yang miskin. Sehingga hampir seluruh lapisan masyarakatnya merasakan hasil-hasil pembangunan yang dikerjakan pada masa pemerintahan Hisyam. Di antara usaha pembangunan yang dilakukannya adalah sebagai berikut; a. Bidang pendidikan

Di antara jasanya yang paling besar adalah mempergiat perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian serta perluasan pengguanaan bahasa Arab sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan budaya serta bahasa percakapan sehari-hari. Sehingga lambat laun bahasa Arab mengalahkan bahasa Arab mengalahkan bahasa Latin dalam berbagai kegiatan di semenanjung Liberia itu. b. Bidang pengembangan fisik

Pada masa pemerintahannya, Hisyam I berhasil merampungkan pembangunan masjid Al-Hamra di Cordova, sehingga menjadi sebuah masjid megah dan mempesona banyak orang. Masjid itu tidak hanya dipergunakan sebagai tempat ibadah, tetapi juga untuk lembaga pendidikan. Selain itu, ia juga memperluas bangunan irigasi untuk pertanian dan pembangunan saluran air ke berbagai kota di Andalusia. c. Bidang hukum

Di masa pemerintahan Hisyam I, mulai berkembang mazhab Maliki. Mazhab hukum Islam itu dibawa dan dikembangkan di Andalusia oleh para pengikutnya yang mendapat perlindungan Hisyam I. Dalam masalah penegakan hukum, Hisyam I ikut memberikan dorongan agar semua hak-hak seseorang diperhatikan dengan baik dan dilindungi. Karena keadilan dan ketertiban yang ada, maka pemerintahan Hisyam I yang hanya berklangsung selama 7 tahun 7 bulan, berjalan dengan baik hingga ia meninggal dunia pada tahun 180 H/796 M. 3. Abdurrahman II (al-Awsath, 206-238 H/822-852 M)

Al-Awsath telah menerima jabatan sebagai seorang amirdalam usia yang masih cukup muda, yaitu usia 31 tahun. (penguasa) Islam di Andalusia, menggantikan posisi ayahnya. Berbeda dengan sikap dan kebijakan ayahnya, Al-Hakam. Al-Hakam tidak berlaku adil, kurang peduli terhadap kepentingan masyarakat, sehingga ia sangat dibenci. Sementara Al-Awsath disukai, karena kebijakannya yang memihak masyarakat dan sikapnya yang tegas dan berani, terutama dalam mengatasi berbagai pemberontakan yang ada. Diantara usaha-usaha yang dilakukan selama 31 tahum memimpin adalah : Politik dalam negeri Mengatasi pemberontakan Usaha pertama yang dilakukannya adalah memadamkan pemberontakan yang terjadi di dalam negeri. Setelah terkendalinya keadaan, dan situasi politik dalam negeri mulai stabil, ia berusaha keras untuk

melakukan pembangunan dalam berbagai bidang. Sehingga negara menjadi makmur. Membangun masjid dan memperindah kota. Dalam masa pemerintahannya, Abdurrahman II berhasil membangun kota dan daerah Lusitania, Murcia, Valencia, Castile dan kota-kota lainnya. Kota-kota tersebut diperindah dengan bangunan-bangunan umum, seperti masjid-masjid besar, perpustakaan dan lain-lain, termasuk pembangunan pabrik senjata di Cartagena dan Cadiz. Memajukan ilmu pengetahuan Pada masa pemerintahan Abdurrahman Al-Awsath, banyak lahir ilmuwan muslim dan para filosuf kenamaan. Ia membangkitkan gairah keilmuan para intelektual untuk terus melakukan kajian keilmuan dalam berbagai bidang disiplin ilmu dan peradaban lainnya. Untuk kepentingan itu, ia banyak membangun sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang dilengkapi dengan perpustakaan. Kebebasan beragama Salah satu kebijakan yang dikeluarkan pada masa pemerintahannnya adalah kebebasan beragama. Umat Kristen dan umat non-Muslim lainnya diberikan kebebasan untuk menjalankan ajaran agama yang mereka anut. Antara satu agama dengan pemeluk agama yang lain tidak dibenarkan memaksakan kehendak dan ajarannya kepada ogama lain. Kebijakan dan toleransi beragama ini pada akhirnya berdampak positif, karena banyak penganut agama lain memeluk Islam.

Politik luar negeri Pada tahun 808 M terjadi serangan besar-besaran Raja Alfonso II dari kerajaan Lyon ke wilayah kekuasaan Abdurrahman II, sehingga beberapa kekuasaan Abdurrahman di Andalusia berhasil dikuasai, misalnya kota pelabuhan Porto. Keberhasilan tenatra Alfonso ini membuat semangat juang mereka terus bertambah besar, sehingga usaha penyerangan terus dilakukan hingga mencapai wilayah Lusiana, dan berhasil merebut Lisabon. Akan tetapi, ambisi pasukan Alfonso terbendung oleh kekuatan pasukan Abdurrahman, sehingga mereka berhasil mengusir kekuatan pasukan asing. Dengan demikian, dapat dikatakn salah satu kebijakan politik Abdurrahman II adalah mencegah masuknya pasukan asing ke wilayah Andalusia. Hal itu dilakukan demi terciptanya keamanan dan perdamaian di wilayah Andalusia yang pada saat itu berada di bawah kekuasaan Abdurrahman II. Untuk memperkuat pengaruh dan posisinya di mata para penguasa di luar Andalusia, Abdurrahman mengadakan perjanjian persahabatan dengan kerajaan Byzanrium dan Navarra pada tahun 836 M. Perjanjian itu dimaksudkan untuk menciptakan persahabatan dan kerja sama antara kedua negara dalam berbagai

bidang, terutama politik dan ekonomi. Selain itu, juga bertujuan untuk membendung kekuatan serangan yang setiap saat datang di kerajaan Franka. 4. Abdurrahman III (300-350 H/911-961 M)

Abdurrahman III dijuluki Al-Nashir (penolong). Ia naik menjadi pemimpin dalam usia yang sangat muda, yaitu pada usia 21 tahun. Ia diangkat menjadi pemimpin setelah ayahnya meninggal dunia. Kemudian pada tahun 301 H/913 M Abdurrahman mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Sehingga para perusuh dan musuh-musuhnya merasa gentar dengan pasukan yang kuat dan besar itu. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Abdurrahman melakukan penaklukan kota-kota di bagian Utara Spanyol tanpa perlawanan. Setelah itu, ia berhasil menaklukan Seville dan beberapa kota penting lainnya. Para perusuh dan penentangnya, seperti kaum Kristen Andalusia yang selama itu menjadi penentang utama kekuasaan Islam, tidak berani melakukan perlawanan terhadap Abdurrahman III. Hanya masyarakat kota Toledo yang berusaha menentang kekuasaan Abdurrahman III ini. Tetapi, usaha mereka semua dapat digagalkan, karena kekutan pasukan Abdurrahman III tidak ada tandingannnya saat itu. Setelah ia berhasil menaklukkan masyarakat Kristen di Toledo ini, Abdurrahman meneruskan usahanya untuk menundukkan kekuatan Kristen di bagian Utara Andalusia. Abdurrahman dikenal sebagai seorang pemimpin Islam yang tegas dan bijaksana. Ia akan segera menghancurkan semua gerakan yang akan menantang kekuasaannya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, ia mengeluarkan beberapa kebijakan untuk perbaikan pemerintahannya. Di antara kebijakan itu adalah sebagai berikut:

a.

Politik dalam negeri

Sejak awal menjalankan pemerintahannya di Andalusia ia sudah menghadapi beberapa pemberontak, baik dari intern umat Islam ataupun olek kelompok Kriste. Setelah dua tahun memangku jabatan sebagai penguasa Islam di Andalusia, Abdurrahman III menghadapi serangan dari Ordano II, kepala suku Lyon yang berusaha merebut beberapa wilayah kekuasaan Islam. Pada saat bersamaan, Abdurrahman juga tengah berselisih dengan Al-Muiz, Khalifah Fathimiyah di Mesir. Untuk mengatasi persoalan dalam negeri dan mengusir para perusuh, Abdurrahman III memberikan kepercayaan kepada Ahmad Ibn Abu Abda. Tugas itu dijalankan dengan baik, sehingga pasukan Ordano II terdesak. Melihat kenyataan ini, akhirnya Ordano II berkoali dengan pasukan Sancho, kepala suku dari Nevarra. Namun, usaha usaha koalisi mereka dapat dipatahkan oleh Abdurrahman III setelah berhasil mengatasi konflik dengan Khalifah Fathimiah. Dalam pertempuran itu, akhirnya Ordano II dan Sancho tewas terbunuh. Setelah Abdurrahman III berhasil mengatasi gejolak politik dan peperangan di dalam negeri dan berhasil mengatasi persoalan dengan Al-Muiz, akhirnya ia melapaskan gelar Amir dan memproklamirkan gelar

baru, yaitu khalifah dengan sebutan Al-Nashir li Dinillah. Sejak saat itulah para penguasa Islam di Andalusia menggunakan gelar tersebut. Dengan demikian pada masa ini terdapat dua khalifah Sunni di dunia Islam; satu di Bagdad dan satunya lagi di Andalusia. Sementara di dunia Syiah, terdapat satu khalifah di Mesir, yaitu khalifah dari Dinasti Fathimiah. b. Politik luar negeri

Setelah berhasil membangun kekuatan politik di dalam negeri, Abdurrahman melakukan exspansi ke luar Andalusia. Hal itu dilakukan sebagai perwujudan dari kebijakan politik luar negeri yang diambilnya. Salah satu exspansi yang dilakukan adalah serangan ke wilayah Afrika Utara, yang sedang diincar oleh Dinasti Fathimiah. Kalau wilayah Afrika Utara tidak dapat dikuasai, maka akan dengan mudah pasukan lain masuk ke wilayah Andalusia. Pada masa ini, Dinasti Fathimiah di Afrika Utara tengah berusaha melancarkan perluasan wilayah ke Barat, bahkan dengan bekerja sama dengan Umar Ibn Hafsun, Dinasti Fathimiah berusaha menaklukan kekuatan Umayyah di Andalusia. Untuk menahan kekuatan Dinasti Fathimiah itu, Abdurrahman III mendapat bantuan dari penduduk Afrika Barat, dan ia berhasil menaklukan sebagian wilayah tersebut. Akan tetapi, kemenangan itu hanya bersifat sementara karena tak lama kemudian datang serangan yang sangat hebat yang datang dari suku-suku Kristen, sehingga pasukan Abdurrahman III terdesak ke luar Afrika. Kebesaran khalifah Abdurrahman telah melambung tinggi hingga ke Konstatinopel, Italia, Perancis dan Jerman. Negara-negara ini berusaha menjalin hubungan kerja sama dengan mengirim duta besar mereka ke Andalusia. Hal ini membuktikan bahwa Abdurrahman III tidak hanya sebagai seorang Khalifah yang memuliki kepedulian di bidang militer atau hal-hal yang berkaitan dengan persoalan dalam negeri, tetapi juga sangat peduli dalam bidang diplomatik. Hubungan diplomatik ini akan sangat membantu kerja khalifah di luar negeri. c. Mendirikan angkatan laut.

Untuk memberikan keamanan yang terbaik bagi rakyatnya, maka Abdurrahman melakukan kebijakan dalam bidang militer. Salah satu kebijakan yang diambil adalah rekruitmen atau pengangkatan tentara dari masyarakat non-Arab, terutama dari bangsa Franka, Italia dan Slavia. Mereka didik secara militer, sehingga menjadi pasukan yang terlatih dan terampil berperang, selain sangat patuh terhadap khalifah. Salah satu alasannya karena ia tidak suka terhadap para bangsawan dan masyarakat Arab yang seringkali melakukan gerakan perlawanan dan menentang kebijakan-kebijakan yang dibuat Khalifah Abdurrahman III. Kebijakan ini tentu saja menimbulkan amarah dari para bangsawan Arab, sehingga mereka melakukan pemberontakan. Sayangnya, pemberontakan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Abdurrahman III ini. Dalam pertempuran Al-Khandaq dan pengepungan kota Zamora, militer Arab menderita kekalahan besar sehingga mereka tidak dapat berkutik lagi. Konflik internal Umat Islam antara Khalifah Bani Umayyah dengan Khalifah Fathimiah di Afrika saat itu,

melahirkan ide besar Abdurrahman III. Untuk menguasai jalur Laut Tengah dan benua Afrika, Khalifah memerlukan angkatan laut yang cukup besar. Untuk itulah ia membentuk armada angkatan laut yang dilengkapi dengan 300 buah kapal perang. Dengan kekuatan ini, pasukan Umayyah berhasil menguasai Ceuta (Septah) di ujung benua Afrika Utara, sehingga dengan mudah menguasai wilayah-wilayah lain di sekitar Ceuta. d. Membangun Kota Cordova

Pada awalnya kota Cordova merupakan kota kecil yang tidak memiliki daya tarik bagi bangsa lain. Namun setelah khalifah Abdurrahman III berhasil menguasai kota Cordova, maka ia menjadikan kota Cordova sebagai kota terbesar dan termegah di dunia saat itu. Kebesaran dan kemegahan kota tersebut ditandai dengan adanya istana dan bangunan gedung-gedung mewah, masjid-masjid besar, jembatan yang kokoh dan panjang yang melintasi sungai Wail Kabir dan Madinah Al-Zahra, sebagai salah satu kota kecil dan mungil yang terletak di salah satu penjuru Cordova. Pada masa itu, Cordova memiliki 300 masjid besar, 100 istana megah, 1.300 gedung dan 300 buah tempat pemandian umum. Selain itu, pembangunan irigasi dan pertanian menjadi ciri utama kota tersebut, sehingga hasil pertanian menjadi salah satu barang komoditi yang bisa diperdagangkan. Disamping itu, terdapat perkembangan lain di kota ini, dan hal yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan ilmu, pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga Cordova di kenal sebagai pusat peradaban Islam di Barat. e. Memajukan ilmu pengetahuan

Abdurrahman III tidak hanya mampu mengendalikan kondisi politik ke yang lebih baik dan beberapa pembangunan yang terus mengalami kemajuan, malainkan juga berhasil memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Ia juga memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang berkaitan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan itu. Misalnya, ia banyak mendirikan lembaga pendidikan dan perpustakaan, sehingga pada masanya banyak sarjana yang lahir sebagai intelektual muslim yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Sehingga Cordova menjadi pusat perhatian dan kunjungan para sarjana atau pencari ilmu dari berbagai negara di Eropa, Asia Barat dan Afrika. 5. Al-Hakam (350-366 H/961-976 M)

Al-Hakam II adalah putra Abdurrahman III. Ia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai khalifah dalam usia 45 tahun. Dalam sejarah pemerintahan Khalifah Bani Umayyah di Andalusia, ia dikenal sebagai salah seorang pemimpin yang cinta damai. Setiap persoalan yang dihadapi, selalu diselesaikan lewat jalur perdamaian. Meskipun begitu, dalam hal-hal tertentu, ia termasuk pemimpin yang tegas. Misalnya pemberontakan yang dilakukan oleh suku Lyon di bawah pimpinan Sancho, Al-Hakam memberantas hingga dapat ditaklikkan. Semula Sancho beranggapan bahwa Al-Hakam tidak akan mungkin menumpas mereka dengan cara-cara kekerasan, karena ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang cinta damai. Namun, anggapan itu sangat keliru dan diluar dugaan Sancho sendiri. Sebab Al-Hakam mengambil kebijakan lain

bahwa pemberontakan Sancho ini tidak dapat dibiarkan, karena akan mengganggu stabilitas dan keamanan negara. Karena itu, Al-Hakam mengirim pasukan untuk memberantas gerakan Sancho yang berusaha ingin memisahkan diri dari wilayah kekuasaan Al-Hakam. Selain itu, Untuk mengatasi konflik antara Bani Umayyah di Andalusia dengan Dinasti Fathimiah di Afrika Utara, ia mengutus Ghalib untuk menekan kekuatan Fathimiah. Ghalib berhasil menaklukan wilayah Afrika Utara dan beberapa suku Barber, seperti suku Barber di Maghrawa, Mikansa dan Zenate mengakui kepemimpinan Al-Hakam. Al-Hakam bukan hanya sebagai seorang khalifah yang baik, tapi juga cerdik dan terdidik. Sehingga ia bisa menempatkan kebijakan sesuai pada tempatnya. Apabila dibutuhkan sikap tegas, maka semua itu sudah dipikirkan dengan masak semua akibat yang akan terjadi. Karena dengan cara-cara seperti ini, keamanan dan kedamaian dapat diwujudkan. Ketika situasi semakin aman, maka pembangunan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Al-Hakam Setelah berhasil mengamankan situasi pilitik dalam dan luar negeri, ia melaksanakan pembangunan pendidikan. Ia mengirim sejumlah utusan keseluruh wilayah Timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip-manuskrip, atau menyalinnya jika buku yang dibutuhkan tidak dapat dibeli, sekalipun dengan harga yang mahal. Semua buku dan manuskrip itu diperintahkan untuk dibawa ke Cordova sebagai bahan ajar bagi semua orang yang ingin menuntut ilmu pengetahuan. Salahh satu keberhasilannnya dalam gerakan ini, adalah mengumpulkan lebih kurang 400.000 buku yang disimpan di perpustakaan negara di Cordova. Sementara katalog perpustakaan ini terdiri dari 44 jilid. Para ilmuan, ulama dan filosuf, dapat dengan bebas menggunakan bahan-bahan tersebut. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyatnya, ia mendirikan sejumlah sekolah di ibukota Cordova. Hasilnya, seluruh rakyat Andalusia dapat menulis dan membaca. Sementara itu, umat Kristen Eropa kecuali para pendeta, tetap berada dalam kebodohan dan tidak dapat tulis baca. Jasanyya yang paling besar dalam dunia pendidikan adalah : mendirikan sebuah perguruan tinggi terkenal, yaitu Universitas Cordova, selain mendirikan masjid-masjid dn pembangunan kota Madinah Al-Zahra. 6. Hisyam II (366-399 H/976-1009 M)

Hisyam II adalahh pewaris dari Al-Hakam. Ketika ia menjabat sebagai khalifah, usianya sekitar sepuluh tahun lebih. Karena usianya yang masih belia, maka kekuasaan sementara dipegang oleh ibunya bernama Sulthana Subh dan Muhammad Ibn Abi Amir yang bertindak sebagai perdana menteri. Ternayta Muhammad Ibn Abi Amir adalah orang yang sangat haus kekuasaan. Sebab, setelah ia berhasil memposisikan diri sebagai perdana menteri, ia kemudian menambah gelarnya dengan sebutan Hajib Al-Manshur. Ia merekrut tenaga militer dari kalangan suku Barber menggantikan militer Arab. Dengan kekuatan militer dari suku Barber ini, ia berhasil menundukkan kekuatan Kristen di wilayah Andalusia, dan berhasil memperluas pengaruh Bani Umayyah di Barat laut Afrika. Akhirnya, ia berhasil

memegang seluruh cabang kekuasaan negara. Sementara sang khalifah tidak lebih hanya sebagai boneka permainannya. Selain itu, surat-surat resmi dan maklumat negara diterbitkan atas nama Hajib Al-Mansur. Untuk memperkuat posisinya, tak jarang ia melakukan tindakan keji, seperti menyingkirkan calon-calon khalifah atau para pangeran Islam yang akan menduduki jabatan khalifah Bani Umayyah di Andalusia. Al-Mansur adalah seorang perdana menteri yang juga ilmu pengetahuan. Ia berusaha mengumpulkan karyakarya dari berbagai penjuru untuk kemudian dibawa ke Andalusia, sehingga banyak di antara mereka berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan umat manusia saat itu. Hasil kerja keras dan kreatifitas mereka benar-benar dihargai sebagai sebuah karya besar. Tidak hanya itu, bahkan kebutuhan mereka terpenuhi, sehingga mereka tidak melakukan pekerjaan lain untuk kebutuhan keluarga. Jasa dalam biodanng pembangunan adalahh mendirikan kota Al-Zahirah, dan memindahkan kantor-kantor pemerintahan di kota tersebut. Di kota inilah ia mencoba memproklamirkan dirinya sebagai seorang khalifah dengan gelar Al-Malik Al-Mansur. Ternyata usaha yang dilakukan berupa pendirian kota dan pemindahan semua kantor negara dan kas negara ke kota tersebut merupakan salah satu rencana besarnya untuk merebut kekuasaan dan menjadi penguasa tunggal di Andalusia. Bahkan namanya tercantum di dalam mata uang negara saat itu. Akhir pemerintahannya, telah terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Muhammad. Pemberontak ini berhasil meruntuhkan kekuasaan Hisyam dan menurunkannya dari jabatan khalifah. Kemudian Muhammad menggantikan kedudukan Hisyam dengan memakai gelar Al-Mahdi. Setelah menduduki jabatan tersebut, ia berusaha menyerang Sanchol dan pasukannya, sehingga Al-Mahdi berhasil menangkap dan memenjarakan Sanchol. Tidak lama setelah itu, Al-Mahdi pun meninggal dan posisinya digantikan oleh Sulaiman. Namun, kepemimpinan Sulaiman tidak sehebat Al-Mansur dan generasi sebelumnya yang berhasil membangun peradaban dan menciptakan kedamaian dan ketentraman warganya. Hajib Al-Mansur dikenal sebagai seorang perdana menteri yang berhasil membangun negara dan memakmurkan rakyatnya. Sehingga Islam dan masyrakatnya menjadi sebuah negara dan masyarakat yang kaya dan diperhitungkan di daratan Eropa ketika itu. Kemajuan peradabann Islam di Andalusia Diantara tahun (711-1498 M) umat Islam di Andalusia telah membuka lembaran baru bagi sejarah perkembangan intelektual Islam, bahkan sejarah intelektual dunia. Para penguasa tidak hanya menyalakan suluh kebudayaan dan peradaban maju, juga sebagai media penghubung ilmu pengetahuan dan filsafat yang telah berkembang pada masa-masa sebelumnya, terutama pada jaman Yunani dan Romawi. Andalusia pada masa pemerintahan Arab Muslim menjadi pusat peradaban tinggi. Para ilmuan dan pelajar dari berbagai penjuru dunia berdatangan ke negeri ini untuk menuntut ilmu pengetahuan. Kota-kota di Andalusia, seperti Granada, Cordova, Seville dan Toledo merupakan pusat kegiatan ilmu pengetahuan dan tempat tinggal kaum intelektual. Selain itu, kota-kota tersebut juga menjadi temapt atau markas tenatra terkenal. Mereka orang-orang terpilih, terdidik dan pandai, sehingga menjadi panutan masyarakat dan model dalam berbagai bidng keahlian.

Beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di Andalusia. Diantaranya: 1. Kedokteran

Diantara ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu antara lain adalah Abu Al-Qasim Al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama Abulcassis. Beliau adalah seorang bedah ahli terkenal dan menjadi dokter istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terkenal adalah Al-Tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain AlQasim, terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli di bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat Al-Thib. 2. Ilmu Tafsir

Beberapa ulama tafsir yang mucul masa masa itu adalah : Al-Baqi, Ibn Makhlad, Al-Zamakhsyari dengan karyanya Al-Kasysyaf, dan Al-Thabary. Selain mereka, terdapat ahli tafsir terkenal saat itu, yaitu Ibn Athiyah. Kebanyakan tafsir yang dibuat mengandung cerita israiliyat. Kebanyakan tafsir yang dibuat mengandung cerita israiliyat. Kumpilan tulisannya itu kemudian dibukukan oleh Al-Qurthubi. 3. Ilmu Fiqh

Demikian juga dengan ulama fiqih. Pada saat itu telah bermunculan sebagai tanda berkemangnya ilmu fiqih. Diantara nama-nama ulama fiqih (fuqaha) yang muncul. Mereka antara lain adalah Abdul Malik Ibn Habib Al-Sulami, Yahya Ibn Laits dan Isa Ibn Dinar. Mereka adalah ahli fiqh mazhab Maliki. Di antara mereka yang paling berperan dalam pengembangan mazhab ini adalah Abdul Malik Ibn Habib dan Ibn Rusyd dengan karyanya Bidayah Al-Mujtahid. Ibnu Rusyd menggunakan metode perbandingan terhadap pemikiran-pemikiran fiqh yang berkembang saat itu. 4. Ilmu Ushul Al-Fiqh

Selain perkembangan dalam bidang ilmu fiqh, terdapat pula perkembangan ilmu ushul al-fiqh (filsafat hukum Islam). Ibn Hazm dan Al-Syatibi adalah dua tokoh terkenal sangat produktif dalam bidang ini. Di antara karyanya adalah Al-Ihkam fi Ushul Al-Ahkam karya Ibn Hazm dan Al-Muwafaqat karya Al-Syatibi. 5. Ilmu Hadits

Selain ilmu yang penulis sebutkan di atas juga ada beberapa ilmu lainnya , seperti ; ilmu Hadits. ilmu hadits saat itu juga menjadi perhatian para ulama di Andalusia. Kebanyakan mereka belajar dari Timur, seperti di Bagdad. Di antara ahli ilmu hadits adalah Abdul Walid Al-Baji yang menulis buku Al-Muntaqal. 6. Sejarah dan Geografi

Ada saat itu pula muncul penulis-penulis terkenal, yaitu Ibn Abdi Rabbi dan Ali Ibn Hazm. Keduanya

adalah penulis dan pemikir muslim kenamaan pada abad ke-11 M. Mereka telah menulis lebih dari 400 judul dalam bidang sejarah, teologi, hadits, logika, syair dan cabang-cabang ilmu lainnya. Pada masa ini juga muncul banyak ilmuan yang menekuni bidang sejarah dan geografi. Mereka antara lain adalah Ibn Khaldun, Ibn al-Khatib, Al-Bakry, Abu Marwan Hayyan Ibn Khallaf, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Hayyan. Salah satu karya monumental Ibn Haldun adalah Al-Mukaddimah. 7. Astronomi

Ilmu astronomi pada saat itu juga mengalami perkembangan yang luar biasa. Para ahli ilmu perbintangan muslim saat itu berkeyakinan bahwa radiasi bintang-bintang besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan kerusakan di muka bumi ini. Al-Majiriyah dari Cordova, Al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat itu. 8. Ilmu Fisika

Sementara itu kemajuan dalam bidang ilmu fisika ditandai dengan munculnya sejumlah fisikawan muslim terkenal. Di antara mereka adalah Al-Zahrawi dan Al-Zuhry. Selain terkenal dalam bidang fisikawan, mereka terkenal sebagai dokter. Al-Zahrawi hidup pada masa Al-Hakam II, sedang Al-Zuhry pada masa Abu Yusuf Yakub Al-Mansur, Ubaidillah Al-Muzaffar Al-Bahily, selain sebagai fisikawan, juga dikenal sebagai pujangga. 9. Filsafat

Dalam beberapa sejarah Islam telah disebutkan, bahwa Islam di Andalisia telah memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual muslim. Agama ini menjadi jembatan penghubung antara peradaban dan ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12 M. Minat untuk mengkaji dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan sudah dilakukan pada masa pemerintahan Bani Umayyah, yakni sejak abad ke-9 M pada masa pemerintahan Muhammad Ibn Abdurrahman (832-976 M), ketika ia memerintahkan kaum ilmuan dan orang-orang kepercayaannya untuk mencari data dan naskah-naskah dari Timur di bawa ke Barat untuk dikembangkan lebih lanjut. Sehingga perpustakaan-perpustakaan dan universitas-universitas di Cordova penuh dengan karya-karya intelektual muslim. Kemajuan intelektual muslim Andalusia yang paling gemilang di bidang filsafat ditandai dengan munculnya banyak filosuf kenamaan, mereka antara lain adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya Ibn Bajjah, lahir di Saragosa, lalu pindah ke Seville dan Granada. Ia merupakan seorang filosuf terbesar yang pernah hidup pada abad ke-12 M. Selain sebagai seorang filosuf, dikenal pula sebagai seorang saintis, fisikawan, musisi, astronom dan komentator Aristoteles. Karyanya terbesar antara lain adalah Tadbir Al-Mutawahhid. Selain Ibn Bajjah, filosuf terkenal kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, lahir di Granada. Ia banyak menulis ilmu kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang cukup terkenal adalah Hay Ibn Yaqdzan (Si Hidup bin Si Bangkit). Kemudian pada akhir abad ke-12, lahirlah seorang filosuf terkenal bernama Ibn

Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 1126 M. Ia memiliki keahlian tersendiri dalam mengomentari karyakarya filsafat Aristoteles. Pemikiran yang dikembangkannya sangat rasional. Karena begitu besarnya pengaruh pemikiran Ibn Rusyd di kalangan kaum intelektual Barat, maka pemikiran yang dikembangkannya dikenal dengan istilah Avveroisme. Ideologi pemikiran inilah yang membuka cakrawala pemikiran filsafat bangsa Barat. Sehingga bangsa Barat mengalami perkembangan yang sangat maju pada masa-masa sesudahnya. Kemunduran dan Kehancuran daulah Bani Umayyah II di Andalusia Islam berkuasa di Andalusia bertahan cukup lama, mulai dari tahun 711 M hingga tahun 1492 M. Ini berarti agama Islam berada di Eropa kurang lebih selama 781 tahun. Waktu yang begitu lama, telah banyak dimanfaatkan oleh para penguasa dan masyarakat muslim untuk mengembangkan peradaban dunia. Setelah memberikan catatan penting mengenai peran yang telah dimainkan kaum intelektual muslim ketika itu. Mereka telah memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kemajuan peradaban dunia kini. Sejarah panjang yang telah diukir oleh masyarakat muslim dan para penguasa Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia akhirnya mengalami kemunduran dan kehancuran. Kemunduran dan kehancuran itu disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut. Konflik Islam dengan Kristen Para penguasa muslim di Spanyol setelah Al-Hakam II, tidak ada yang secakap para khalifah sebelumnya. Kegigihan para pendahulu mereka dalam menyebarkan Islam dan mempertahankan wilayah kekuasaan, tidak dijadikan panutan. Hal ini berakibat pada melemahnya pertahanan yang ada. Kelemahan itu semakin menjadi ketika umat Kristen menemukan identitas dan perasaan kebangsaan mereka. Sehingga mereka mampu menggalang kekuatan guna mengalahkan para penguasa muslim. Berawal dari kurang maksimalnya para penguasa muslim di Andalusia dalam melakukan proses Islamisasi. Bagi para penguasa, hal yang paling penting adalah pernyataan dan sikap umat dan raja-raja Kristen yang mau tunduk di bawah kekuasaan penguasa Islam dengan cara membayar upeti. Dengan cara itu mereka dibiarkan menganut agama dan menjalankan hukum, adat dan tradisi kristen, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata. Masyarakat Kristen di Andalusia menganggab kehadiran bangsa Arab sebagai penjajah. Kenyataan ini mereka rasakan sendiri ketika bangsa Arab tidak banyak memberikan peluang kepada mereka dalam jabatanjabatan struktural penting di pemerintahan. Realitas politik inilah yang kemudian membangkitkan perasaan dan semangat nasionalisme masyarakat Kristen Andalusia. Kelompok raja-raja dan masyarakat Kristen terus menggalang dan menyusun kekuatan guna mengusir para penguasa Arab Muslim dari Andalusia. Hal ini mnjadi salah satu sebab kehidupan negara Islam di Andalusia tidak pernah berhenti dari konflik antara Islam dengan Kristen. Karena pertentangan ini terus berlanjut, sehingga tidak banyak yang dapat dilakukan oleh para penguasa muslim untuk mengembangkan bidang-bidang keilmuan yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkuat dan mempertahankan kekuasaan, akhirnya umat Islam di Andalusia mengalami

kemunduran. Sementar sekitar abad ke-11 M, masyarakat Kristen mengalami kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi perang. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu Di Andalusia tidak seperti daerah lain yang ditaklukkan Islam. Para muallaf yang berasal dari penduduk setempat tidak pernah diterima secara utuh oleh para penguasa Arab Muslim. Kenyataan ini paling tidak masih diberlakukan hingga abad ke-10 M. Hal itu ditandai dengan masih dipertahankannya istilah ibad dan muwalladun, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok turis etnis non-Arab yang ada terutama etnis Slava dan Barber, seringkali menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal ini tentu saja menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi perkembangan sosio-politik dan sosio-ekonomi Daulah Bani Umayyah II di Andalusia.Realitas ini menunjukkan bahwa tidak ada ideologi pemersatu yang dapat mengikat perasaan kebangsaan mereka. Bahkan banyak diantara mereka yang berusaha menghidupkan kembali fanatisme kesukuan guna mengalahkan kekuatan bani Umayyah. Kesulitan Ekonomi Sebagaimana yang telah dicatat dalahm sejarah Islam, bahwa pada paruh kedua masa Islam di Andalusia, para penguasa begitu aktif pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan pengembangan sektor ekonomi. Akibatnya, timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan negra dan tentu saja berpengaruh bagi perkembangan politik dan militer. Kenyataan ini diperparah dengan datangnya musim paceklik yang dialami para petani. Para petani ini umumnya adalah masyarakat mantan budak yang telah dimerdekakan, sehingga mereka tidk mampu membayar pajak. Tersendatnya pembayaran pajak ini mengganggu perekonomian negara. Hal lain yang menyebabkan tidak terkendalinya perekonomian adalah ; Penggunaan keuangan negara yang tidak terkendali oleh para penguasa muslim, juga merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya perekonomian negara. Krisis ekonomi ini berdampak sangat serius terhadap kondisi sosial, politik, ekonomi, militer dan sebagainya.

La Tansa Terbentuknya Dinasti Bani Umayyah II di Andalusia, telah melalui beberapa peristiwa penting, yaitu

peristiwa pengambil alihan kekuasaan dari para wali ke tangan para amir yang disebut dengan periode keamiran hingga terbentuknya sistem khilafah saat itu. Dari situlah mulai dikenal khilafah Bani Umayyah II Abdurrahman Al-Dakhil adalah Amir pertama yang berhasil menguasai Andalusia, ia adalah salah seorang cucu dari Abdul Malik Ibn Marwan yang berhasil meloloskan diri dari kejaran pasukan Abu Abbas Al-Saffah Sejak Abdurrahman Al-Dakhil menjabat sebagai penguasa Islam di Andalusia, ia menghadapi berbagai gerakan pemberontakan internal. Gangguan pihak luar terbesar adalah serbuan pasukan Paoin, seorang raja Perancis dan puteranya yang bernama Charlemagne. Namun pasukan pengganggu ini dapat dikalahkan oleh kekuatan Abdurrahman Al-Dakhil Pasca meninggalnya Abdurrahman Al-Dakhil tidak menyurutkan niat generasi penerusnya untuk tetap mempertahankan kekuasaan. Posisi Abdurrahman Al-Dakhil digantikan oleh puteranya, yaitu Hisyam I (172180 H / 788-796 M Proses pembentukan pemerintahan Islam di Andalusia yang menggunakan sistem khalifah, tidak berlangsung mulus. Banyak pemberontakan terjadi dan kendala yang dihadapi para penguasa saat itu. Kondisi itu baru teratasi dengan baik, sejak akhir masa kekuasaan Abdullah yang masih menggunakan sistem keamiran hingga masa awal pemerintahan Khalifah Abdurrahman III Beberapa cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di Andalusia. Diantaranya: Kedokteran Ilmu Tafsir Ilmu Fiqh Ilmu Ushul Al-Fiqh Ilmu Hadits Sejarah dan Geografi Astronomi Ilmu Fisika Filsafat

Tamrinat

2

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar ! 1. 2. 3. 4. 5. Sejak kapan Dinasti Umayyah II mulai terbentuk ! Siapakah Abdurrahman al-Dakhil itu ? Bagaimanakah proses pembentukan pemerintahan Islam di Andalusia ! Jelaskan ! Sejak kapan pemerintahan di Andalusia menggunakan sistem kekhalifahan ! Sebutkanbeberapa cabang ilmu yang berkembang di Andalusia !

Amanah : Tuliskan dengan singkat sejarah masuknya Islam ke andalusia !

Bagian 3 DINASTI MUWAHHIDUN (1121-1235 M)

Proses Berdiri dan Berkembangnya Dinasti Muwahhidun Dinasti Muwahhidun merupakan salah satu kerajaan Islam yang didirikan oleh bangsa Barbar Islam II setelah Dinasti Murabithun. Dinasti ini pernah menguasai wilayah yang terbentang dari pulau-pulau yang terbentang di Samudra Atlantik hingga perbatasan Mesir dan Andalusia (Eropa). Ini merupakan prestasi besar yang dilakukan bangsa Barbar Islam di Afrika Utara setelah Murabithun. Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Tumart pada tahun 1121 M. Ibnu Tumart dilahirkan di Sus, Maroko. Ia berasal dari suku Masmudah, salah satu suku yang terkenal dengan keberaniannya, mulia, kaya dan tersebar diseluruh Maroko. Hal-hal diatas merupakan faktor penunjang dari keberhasilan Ibnu Tumart dalam menjalankan pergerakannya. Ibnu Tumart dalam catatan sejarah telah mendirikan pusat studi Islam kenamaan, seperti Cordova, Alexandria, Makkah dan Bagdad. Di kota Bagdad, Ibnu Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad. Dalam pengembaraan ilmiahnya ia banyak berdialog dengan pemikiran-pemikiran yang aktual saat itu, di antaranya soal tidak diperlukannya lagi bagi bagi penganut mazhab Maliki untuk belajar tafsir Al-Quran dan Al-Hadits, karena keduanya telah dilakukan oleh Imam Malik. Kenyataan ini membuat Ibnu Tumart merasa ditantang. Untuk mengimbangi pemikiran seperti itu, ia menyerukan kepada umat Islam di Andalusia, agar menjadikan Al-Quran dan Al-Hadits serta Ijma sahabat sebagai dasar dari ajaran Islam. Selain itu, ia menolak rayu dan Qiyas sebagai dasar hukum. Ibnu umart memanfaatkan waktu yang sedang mengalami stagnasi (mandek) serta pendidikan yang rendah pada masa pemerintahan Dinasti Murabithun, dijadikan sebagai motivasi dirinya untuk pergi ka Bagdad mencari ilmu. Sekembalinya dari Bagdad ke Afrika Utara, Ibnu Tumart pada tahun 1100 M bertekad untuk melakukan pemurnian ajaran Islam. Karena menurutnya, ajaran Islam dibawah pemerintahan Dinasti Murabithun, mengalami penyimpangan. Gerakannya ini di dasari atas keinginan untuk memurnikan ajaran Islam berdasarkan Tauhid. Karena itu, gerakannya ini kemudian dikenal dengan sebutan Muwahhidun. Apa yang dilakukannya tidak banyak mendapat respon dari masyarakat, sehingga ia lebih memilih nomaden. Di tengah perjalanan, setelah keluar dari kota Bogie tahun 1117 M, ia bertemu dengan Abdul Muin. Dialah orang ang akan menggantikan posisinya kelak sebagai pemimpin kelompok Muwahhidun. Dari Maroko,

Ibnu Tumart dan Abdul Muin pindah ke Tinmal. Dari kota inilah Ibnu Tumart melancarkan propagandanya. Dengan usahanya yang maksimal akhirnya mendapatkan pengikut yang banyak dan kepercayaan penuh dari orang-orang terkemuka di sukunya, pada tahun 1121 M. ia mengaku dirinya sebagai Al-Mahdi dan bertekad untuk mendirikan pemerintahan Islam yang didasari atas prinsip-prinsip ketauhidan. Ibnu Tumart mengirimkan sejumlah pengikutnya ke berbagai tempat untuk mengajak penduduk itu ke jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam dan menyelamaykan diri dari ajaran kelompok Murabithun yang dianggap telah menyekutukan Allah. Anjuran yang selalu diajarkan para pengikutnya adalah untuk berakhlak mulia, taat pada undang-undang, sholat tepat pada waktunya, membawa wirid yang dibuat Al-Mahdi dan buku-buku aqidah Muwahhidun. Pengakuan dirinya sebagai Al-Mahdi, pengikutnya terus bertambah dan berhasil menghimpun sejumlah orang Barbar yang ketuanya adalah sahabat atau murid Ibnu Tumart. Dari sinilah kemudian Ibnu Tumart menyusun konsep dan memberikan definisi yang jelas bagi kelompoknya. Pertama, kelompok Muwahhidun merupakan suatu kesatuan sosial yang beriman secara benar. Di luar mereka adalah kafir yang perlu diperangi. Kedua, kesatuan sosial itu dipimpin oleh imam. Imam pertama adalah Al-Mahdi selanjutnya adalah khalifah-khalifah. Ketiga, Al-Mahdi dibantu oleh 10 orang yang dipilih secara ketat dan berfungsi sebagai kabinet pemerintahan. Kesepuluh orang ini dapat menjadi komandan militer atau mewakili Al-Mahdi dalam imam sholat. Keempat, dewan 50 orang yang angota-angotanya terdiri dari cabang-cabang Barbar yang merupakan bagian dari masyarakat Muwahhidun yang berfungsi sebagai penasihat. Kelima, dewan 70 orang sebagai anggota majlis rakyat. Kontak pertama dengan Murabithun terjadi ketika gubenur Sus dengan pasukannya menyerang suku Hurglah yang membangkang terhadap pemerintahan Murabithun. Tetapi, pasukan itu,dapat dikalahkan oleh kelompok Muwahhidun. Kemenangan pertama ini membangkitkan semangat kelompok Muwahhidun untuk melakukan serangan ke Maroko. Dengan kekuatan besar, kelompok Muwahhidun berusaha menaklukkan Maroko pada tahun 1125 M, tetapi gagal. Pasca wafatnya Ibnu Tumart pada tahun1128 M, posisinya digantikan oleh Abdul Muin setelah mendapat pengakuan dan dinobatkan oleh dewan 10 orang. Gelar yang dipakai bukanlah Al-Mahdi, melainkan khalifah. Kebijakan pertama setelah diangkat menjadi khalifah, langkah pertama yang dilakukannya adalah menundukkan kabilah-kabilah di Afrika Utara dan mengakhiri kekuasaan Murabithun di Afrika Utara. Sejak tahun 1144-1146 M, ia berhasil menguasai kota-kota yang pernah dikuasai Murabithun, seperti Tlemcen, Fez, Tangier dan Agmat. Setelah itu Andalusia dikuasainya pada tahun 1145 M. Kemudian pada tahun 1147 M seluruh wilayah Murabithun dikuasai Muwahhidun. Usaha ekspansi Abdul Muin terus berlanjut. Pada tahun 1159 M, ia berhasil menaklukan Almeria dan menjadikan Giblaltar sebagai pusat pemerintahannya. Kemudian pada tahun 1162 M ia kembali ke Afrika Utara untuk memperkuat pangkalan militernya di Rabath guna memperkuat serangannya ke beberapa wilayah di Andalusia. Namun sebelum keinginannya itu terwujud, ia keburu wafat pada tahun 1163 M. Dapat ditaklukkan oleh Abdul Muin pada tahun 1125 M. Pasca meninggalnya Abdul Muin, jabatan khalifah dipegang oleh anaknya bernama Abu Yakub Yusuf (1162 M). Dalam menjalankan roda pemerintahan, ia tetap berpegang pada kebijakan ayahnya. Karena itu, pada tahun 1172 M Abu Yakub berhasil merebut Seville, salah satu bandar penting di Andalusia. Serangan ini kemudian dilanjutkan ke Toledo. Ketika pasukan Abu Yakub bermaksud mengadakan serangan ke

Lisbon, di tengah perjalanan di Santarem pasukannya dihadang oleh pasuakn Kristen. Serangan ini menyebabkan ia tidak dapat menghindar hingga ia terluka dan kemudian wafat tahun 1184 M. Setelah wafat kemudian digantikan oleh Abu Yusuf Yakub Al-Mansur. Untuk menjalankan pemerintahan, ia mengangkat Hafs sebagai Wazir dan Yahya bin Yusuf sebagai panglima militer di Andalusia. Pada masa pemerintahannya, ia menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh sisa-sisa kekuatan Murabithun, seperti Yahya, gubenur Valencia dan Muhammad, gubenur Cordova. Namun keduanya dapat dikalahkan. AlMansur kemudian melanjutkan serangannya dan berhasil menguasai Bogie dan bagian daerah Al-Jazair. Peristiwa penting yang paling bersejarah dalam kepemimpinannya adalah usahanya yang berhasil mematahkan serangan Alfonso VIII di Alacros yang terletak antara Cordova dan Toledo. Usai kemenangan itu, pada tahun 1198 M, Al-Mansur meninggal dan posisinya digantikan oleh Muhammad Al-Nasir. Pada masanya, Dinasti Muwahhidun mulai melemah, sementara pasukan Kristen semakin kuat. Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun. Berbagai kemajuan yang dicapai Muwahhidun di antaranya adalah kemajuan-kemajuan dalam bidang: a. Politik

Dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan Samudra Atlantik hingga Mesir dan Andalusia. b. Ekonomi

Di bidang ekonomi, Dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategia di Italia dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa, Pisa Marseila, Venecia dan Silcilia. Pada tahun 1154 M Muwahhidun mengadakan perjanjian dagang dengan Genoa dan tahun 1157 M dengan Pisa. Perjanjian itu berisi tentang perdagangan, ijin mendirikan bangunan gedung, kantor, loji dan pemungutan pajak. c. Arsitektur

Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monumen, seperti Giralda, menara pada masjid Jami di Seville, Bab Aguwnaou dan Al-Kutubiyah, menara yang sangat megah di Maroko dan menara Hasan di Rabath. d. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

Pada masa Abu Yakub hidup seorang yang terkenal seperti Ibrahim bin Malik(Ibnu Mulkun), seorang pakar Al-Quran dan nahwu, Al-Hafidz Abu Bakar bin Al-Jad, ahli fiqih, Ibnu Zuhry, ahli kedokteran, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd, para filosuf muslim kenamaan. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun

Dalam kepemimpinan halifah Muhammad Al-Nasir, Dinasti Muwahhidun mulai menunjukkan kelemahankelemahannya, karena khalifah ini tidak memiliki kemampuan untuk menyusun strategi militer guna menghadapi kekuatan tentara Kristen. Akiobat kelemahan khalifah kekuasaan yang ada ditangannya digerogoti oleh kekuatan tentara Kristen. Pada tahun 1212 M Alfonso VIII dan pasukan sekutunya dari Leon, Castille, Navarre dan Aragon, melakukan serangan ke markas Muwahhidun di Las Navas de Tolosa (Al-Uqd). Dalam pertempuran ini, pasukan Muwahhidun mengalami kekalahan. Akibat dari kekalahannya, maka ia menderita dalam di hatinya. akhirnya ia meninggalkan Andalusia untuk kembali ke Fez dan Andalus diserahkan kepada anaknya yang baru berusia 15 tahun bernama Abu Yakub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir. Karena usianya masih muda, ia tidak mampu menjalankan pemerintahan. Akibatnya, perpecahan di kalangan keluarga istana tidak dapat dihindari, terutama setelah kematiannya pada tahun 1224 M. Hal itu terjadi karena Khalifah Al-Muntashir tidak memiliki anak yang dapat menggantikan posisinya sebagai khalifah. Kondisi yang tidak stabil ini dibaca oleh para bawahannya, akhirnya beberapa orang kelompok Muwahhidun meneruskan pemerintahannya masing-masing di daerah tertentu. Keadaan ini dimanfaatkan oleh kekuatan Kristen untuk menyingkirkan para penguasa Dinasti Muwahhidun dari Andalusia. Usaha ini berhasil dengan terusirnya mereka dari Andalusia pada tahun 1236 M. Pengusiran ini secara total baru terjadi pada tahun 1238 M, kecuali daerah Granada yang dikuasai Dinasti Bani Nasr (Bani Ahmar) dari kerajaan Arab Madinah. Kehancuran Muwahhidun di Andalusia diikuti oleh Muwahhidun di Afrika Utara. Wilayah Tripoli, sejak lama telah dikuasai oleh Shalahuddin Al-Ayyubi (1172 M) dan Maroko direbut oleh Bani Marin tahun 1269 M. Dengan demikian, hancurlah kekuasaan Dinasti Muwahhidun. Adapun faktor-faktor penyebab kemunduran dan kehancuran Dinasti Muwahhidun adalah sebagai berikut: a. b. c. d. Ketidakmampuan generasi penerus Ibnu Tumart dan Abdul Mumin dalam menjalankan pemerintahan, Ketikmampuan khalifah untuk melakukan kontrol terhadap para penguasa daerah, sehingga pusat Para penguasa dan kelompok Muwahhidun lain melupakan garis perjuangan Ibnu Tumart dan Abdul Menguatnya kelompok dan raja-raja Kristen di Andalusia dan lain-lain.

sehingga menimbulkan konflik di kalangan istana dalam masalah kepemimpinan. menjadi lemah. Mumin, sehingga mereka mulai melemah.

Demikian akhir dari perjalanan sejarah Dinasti Muwahhidun yang telah berjaya menguasai Andalusia. Tetapi karena banyak persoalan yang dihadapi, akhirnya kekuasaan Dinasti Muwahhidun melemah dan kemudian hancur akibat serangan dari berbagai pihak, baik di Andalusia maupun Afrika Utara.

La Tansa

-

Dinasti Muwahhidun merupakan salah satu kerajaan Islam yang didirikan oleh bangsa Barbar Islam II

setelah Dinasti Murabithun. Dinasti ini pernah menguasai wilayah yang terbentang dari pulau-pulau yang terbentang di Samudra Atlantik hingga perbatasan Mesir dan Andalusia (Eropa). Ini merupakan prestasi besar yang dilakukan bangsa Barbar Islam di Afrika Utara setelah Murabithun Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Tumart pada tahun 1121 M. Ibnu Tumart dilahirkan di Sus, Maroko. Ia berasal dari suku Masmudah, salah satu suku yang terkenal dengan keberaniannya, mulia, kaya dan tersebar diseluruh Maroko Ibnu Tumart dalam catatan sejarah telah mendirikan pusat studi Islam kenamaan, seperti Cordova, Alexandria, Makkah dan Bagdad. Di kota Bagdad, Ibnu Tumart pernah belajar di Madrasah Nidlamiyah, sebuah perguruan tinggi terkemuka di kota Bagdad o o o o Kemajuan-kemajuan yang Dicapai Dinasti Muwahhidun. Politik Ekonomi Arsitektur Ilmu Pengetahuan dan Filsafat 3

Tamrinat

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar ! Sejak kapan Dinasti Muwahhidun memegang kekuasaan ? Siapakah pendiri dari dinasti Muwahhidun ? Sebutkan jasa Ibnu Tumart dalam bidang pendidikan ! Sebutkan beberapa kemajuan Dinasti Muwahhidun ! Sebutkan pula beberapa kelemahan Dinasti Muwahhidun ! Amanah : Bacalah buku sejarah Islam lainnya untuk menambah referensi anda. Kemudia tulislah cerita pendek tentang sejarah jatuhnya Dinasti Muwahhidun !

Bagian 4

Proses masuknya imperialisme ke dunia Islam

Keadaan dunia Islam saat kedatangan bangsa Barat Sejak Andalusia, Sicilia dan beberapa wilayah Islam lainnya di Asia dan Afrika mengalami kemunduran, dunia Islam semakin melemah, baik dari segi kekuasaan politik maupun dari segi penguasaan sains dan tegnologi. Kemunduran Islam diperparah dengan jatuhnya kota Bagdad ke tangan bangsa Mongol di bawah pmpinan Hulughu Khan pada tahun 1258 M. Padahal Bagdad merupakan simbol negara adidaya Islam yang menjadi kebanggaan dunia Islam saat itu. Dengan demikian, sejak saat itu tidak ada adikuasa lagi di dunia Islam. Kekuasaan Islam terpecah menjadi beberapa kesultanan, seperti Murabithun, Muwahhidun, Bani Abad, Bani Ahmar dan sebagainya. Keadaan ini diperparah karena masing-masing kesultanan memiliki kewenangan dan kekuasaan sendiri, sehingga tidak ada kerja sama yang baik denganmengatasnamakan Islam dan umat Islam. Mereka hanya berfikir bagaimana caranya dapat mempertahankan kekuasaan masingmasing. Pada permulaan abad ke-16 M. Muncul tiga adikuasa baru di dunia Islam, yaitu Kerejaan Turki Usmani (1229-1924 M), yang berpusat di Istambul, kerajaan Safawai (1602-1732 M) di Persia, dan kerajaan Mughal di India (1482-1857 M). Pada permulaan abad ke-17 kerajaan Turki Usmani dapat meluaskan kekuasaannya sampai ke pintu gerbang kota Wina di Austria. Keberhasilan ini membuka peluang bagi bangsa Turki Usmani untuk melakukan ekspansi ke wilayah Eropa Timur, Asia kecil, dunia Arab di Asia Barat dan Afrika Utara. Tiga adikuasa ini dalam hal memimpin pemerintahan tidak sebagaimana Bani Abbasyiah dan Bani Umayyah. Mereka dalam memimpin negara tidak diimbangi kemajuan dalam bidang peradaban. Karenanya, ketika kerajaan itu besar dan mengalami kemajuan dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi melemah dalam bidang pemikiran, sains, tegnologi dan filsafat. Akhirnya, kerajaan-kerajaan tersebut mengalami kemunduran pada akhir abad ke-17 M dan kemudian mengalami kehancuran pada awal abad ke-19 atau awal abad ke-20 M seperti kerajaan Turki Usman. Disaat dunia Islam mulai mengalami kemunduran, di Eropa justru sebaliknya, yang sebelumnya dalam kegelapan mulai mengalami perubahan. Bangsa Eropa pada abad ke-16 dan 17 M bangkit dan mengalami kemajuan dalam bidang industri, tegnologi, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Mereka mulai mengembangkan sains dan tegnologi yang mereka pelajari dari dunia Islam, khususnya di universitasuniversitas yang ada di Cordova, Granada, Seville dan Toledo. Orang-orang Eropa menguasai bahasa Arab dan filsafat yang pernah dikembangkan ilmuwan muslim, bukubuku berbahasa Arab diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Mereka bukan saja memindahkan filsafat dan sains ke Eropa, melainkan juga mengadopsi pemikiran rasional Islam untuk menggantikan pemikiran dogmatis yang dikembangkan Gereja di Eropa. Kajian yang mereka lakukan menghasilkan temuan luar biasa dan melahirkan satu periode, yaitu renaisans di Eropa. Pemikiran filosofis dan sains yang dipelajari dari dunia Islam mereka kembangkan, sehingga sejak abad ke-16 Eropa mulai berada di jaman modern. Pada saat yang sama, Eropa juga mengalami kemajuan yang signifikan (berarti) dalam bidang ekonomi, sehingga mereka mampu mengembangkan sains dan tegnologi modern. Hal inilah yang akhirnya mendorong Eropa untuk melakukan penetrasi dalam bentuk

kolonialisme dan imperialisme ke dalam dunia Islam. Para ilmuwan bangsa Eropa telah berhasil menemukan mesin uap, sebuah hasil revolusi industri yang sangat revolusioner ketika itu. Setelah itu, Eropa semakin terdorong untuk menjelajahi samudera (dunia) guna memperoleh dan menguasai jalur perdagangan internasional yang menguntungkan. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari dunia Islam bahwa bumi itu bundar, bangsa Eropa berpendirian bahwa untuk pergi ke sumber rempah-rempah dan sutra di Timur, jalan yang bisa dilalui bukan hanya Timur Tengah, tetapi juga bisa dicapai melalui jalan Barat dan Selatan. Tokoh legendaris yang berhasil menjelajahi dunia adalah Columbus dan Vasco Da Gama. Colombus berusaha menemukan jalan ke Timur Jauh melalui arah Barat dan berhasil menemukan Benua Amerika (1492 M). Sebenarnya Columbus ingin menemukan sumber rempah-rempah dan sutera di Timur Jauh, seperti India. Tetapi dalam pelayarannya, ia malah menemukan benua Amerika. Di benua baru ini ia bertemu dengan penduduk asli benua Amerika itu dengan Indian. Meskipun begitu, Columbus telah mencatat sejarah penting bagi bangsa Eropa, karena ternyata benua yang baru ditemukan itu memiliki harta kekayaan yang sangat berlimpah yang dapat memperkaya bangsa Eropa ketika itu. Keberhasilan Columbus diikuti pula oleh Vasco da Gama. Karena ia berhasil menemukan jalan ke Selatan melalui Tanjung Harapan ke Timur jauh (1498 M). Dengan keberhasilannya ini, Vasco da Gama berpendapat bahwa hubungan perdagangan dan pencarian rempah, sutra dan jenis atau barang komoditi dagang lainnya, tidak harus melalui dunia Islam di Timur Tengah. Sebab hubungan itu dapat dilakukan secara langsung antara Eropa dengan Timur Tengah. Sebab hubungan itu dapat dilakukan secara langsung antara Eropa dengan Timur Jauh melalui Tanjung Harapan. Para pedagang eropa telah menemukan jalur perdagangan baru melalui Tanjung Harapan, hal ini memperparah perekonomian dunia Islam. Sebab, jalur strategis yang ada melalui Timur Tengah, tidak lagi menguntungkan karena tidak banyak disinggahi para pedagang asing. Dua penemuan ini merupakan peristiwa yang sangat berharga bagi bangsa Eropa, karena para pedagang Eropa tidak lagi bergantung pada jalur lama yang dikuasai umat Islam, tetapi telah memiliki jalur sendiri. Tidak hanya itu, penemuan tersebut membuat bangsa Eropa dalam sekejap menjadi penguasa laut dan penguasa dunia. Keseimbangan kekuatan antara dunia Islam dan Kristen Eropa (Barat) mulai goyah dengan keuntungan lebih banyak pada Barat. Penemuan Benua Amerika mendatangkan sebuah daerah baru bagi bangsa Barat dengan sumber penghasilan yang potensial untuk dikembangkan. Harta yang baru ditemukan di Amerika mendorong timbulnya kapitalisme yang melahirkan organisasi industri besar-besaran dan perkembangan teknologi. Salah satu bangsa Eropa yang dapat menandingi kekuatan ekonomi, politik dan militer umat Islam ketika itu adalah bangsa Portugis. Bangsa Portugis merupakan kekuatan kristen Eropa pertama yang menentang supremasi maritim Islam di Laut Arab dan Samudera India. Pada tahun 1509 M, mereka mengalahkan dan menghancurkan persekutuan armada Islam, termasuk Armada Mesir dekat Diu, di barat Pantai India. Serangan Portugis ke Laut Arab merupakan isyarat yang menunjukkan kejatuhn politis, ekonimis dan intelektual bagi dunia Islam. Karena ulah Portugis ini perdagangan Arab (dunia Islam) menjadi lumpuh. Namun, kaum muslimin tidak menyadari akan hal ini. Imperium-imperium Usmani, Persia dan Mughal tidak mengambil langkah-langkah penyembuhan terhadap situasi yang sangat menyedihkan ini. Lumpuhnya perdagangan laut itu akhirnya menimbulkan perbudakan di seluruh dunia Islam, baik secara langsung atau tidak langsung.

Ketiga adikuasa Islam tersebut kini menghadapi saingan berat dari bangsa Eropa. Sementara itu pemikiran rasional dan orientasi dunia yang telah hilang dari dunia Islam, digantikan dengan pemikiran tradisional dan orietasi akherat. Pemikiran seperti ini jelas tidak bisa mengembangkan sains dan teknologi. Sementara di Eropa sains dan teknologi berkembang pesat, di dunia Islam tidak ada lagi sains dan teknologi. Dalam persaingan Inggris dan Perancis denagn sains dan teknologinya yang modern mengungguli ketiga adikuasa Islam senantiasa mengalami kekalahan. Jangankan melawan Inggris dan Perancis, melawan Spanyol dan Portugal saja, dunia Islam tidak sanggup. Spanyol dan Portugal melawan dunia Islam sebagai balas dendam terhadap umat Islam yang menguasai daerah mereka di Eropa untuk lebih dari 700 tahun. Di Timur jauh Spanyol dan Portugal dapat menjajah beberapa daerah seperti Philipina oleh Spanyol dan Timor-Timur oleh Portugal. Sejak kemunduran dan jatuhnya negara-negara adikuasa Islam, wilayah kekuasaan (dunia) Islam jatuh ke dalam pendudukan dan kekuasaan Barat. Kerajaan Usmani yang semula ditakuti Barat karena ketangguhan militernya, kini digelari dengan The sick man of Europe, Si Sakit dari Eropa. Abad ke-18 merupakan babak awal pembalikan sejarah dunia. Bila sebelumnya dunia Islam menjadi adikuasa, kini giliran Eropa yang menguasai dan mendominasi dunia Islam dalam berbagai kehidupan meliputi sains teknologi, ekonomi, politik dan militer. Sejak itulah, maka dunia Islam terus mengalami kemerosotan, karena pada abad ke-19 M dan ke-20 M dapat disebut sebagai abad kemajuan kolonialisme Barat. Pada abad ini, hampir seluruh dunis Islam berada dalam cengkeraman bangsa-bangsa Barat. Dunia Islam yang pertama kali yang mengalami penetrisi dan penjajahan bangsa Barat adalah India dan Malaka yang berada di bawah kekuasaan Inggris. Sejak pada abad ke-17 M Inggris telah datang ke kepulauan Hindia. Koloni Dagang Inggris (BEIC: British East India Company) berusaha menguasai bagian Timur India. Ketika kerajaan Mughal melemah, Inggris mencoba menguasai seluruh India. Pada tahun 1857 M kerajaan Mughal dapat dikuasainya, dan mulai saat itu India berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris. Kemudian pada tahun 1879 M Inggris menguasai Afganistan dan menjadikannya sebagai wilayah kekuasaan India-Inggris. Awal abad ke-19 M Inggris telah melengkapi penaklukannya di India, Birma (Myanmar) dan Malaysia. Belanda di Indonesia dan Rusia di Kaukasus dan Turkistan. Kekuasaan Inggris berkembang dari India, Aden dan Teluk Persia. Tiga kali pasukan Inggris menyerbu Afganistan, sedangkan penaklukan Rusia dalam beberapa kesempatan menduduki sebagian Iran Utara. Di Afrika, Perancis merebut Aljazair pada tahun 1830 M. Dari sana dan sepanjang Pantai Antlantik, Perancis terus menaklukan Sahara Tengah dan sebagian wilayah Barat serta daerah Katulistiwa Afrika yang kebanyakan penduduknya beragama Islam dengan pengecualian nama negara Emirat-emirat Nigeria Utara, yang jatuh ke dalam proteksi Inggris. Kemudian Perancis menduduki Tunisia pada tahun 1882 M, pada tahun 1980-an bergerak masuk ke wilayah sungai Nil ke Sudan. Sementara itu, Spanyol memperluas kedudukan bersejarahnya di Maroko dan Sahara Barat, tetapi bagian terpenting Maroko berada di bawah pengaruh Perncis, yang akhirnya menjadi derah perlindungannya (protektorat) pada tahun 1912 M. Di bagian Sealatan batas dunia Islam, Jerman merebut Kamerun dan Tangnyika. Ra ja Leopold dari Belgia mendirikan sebuah kerajaan pribadi di Kongo, dan Inggris mengambil Zanzibar, Kenya dan Uganda. Italia merebut Eriteria dan membagi daratan Somalia dan Inggris, sedangkan Perancis memperoleh tempat strategis di pelabuhan Jibouti. Bahkan kerajaan Kristen Ethiopia setempat bergabung

dalam pertempuran menundukkan penduduk muslim tetangganya, walaupun negeri itu sendiri akhirnya jatuh sebagai korban imperialisme Italia. Sebelumnya Italia telah menaklukan Libya pada tahun 1911 M. Penetrasi dan penjajahan kolonial Barat yang melibatkan banyak negara berkembang sangat pesat, sehingga dunia Islam bukan saja dipecah-pecah oleh penjajah, juga menjadi mangsa politik dan ekonomi mereka. Mereka menguasai politik dunia Islam dan mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di dalamnya. Demikian cepatnya perkembangan penetrasi dan penjajahan bangsa Barat atas dunia Islam, sehingga pada tiga puluh tahun terakhir di abad ke-19 M, Inggris telah bertambah wilayahnya seluas lima juta mil persegi, dan penduduk sebesar 88 juta jiwa. Pada tahun 1900 wilayahnya telah meliputi seperlima luas dunia, dan memerintah 400 juta jiwa. Imperium Perancis berkembang dari 700 ribu hingga lebih dari 800 juta mil persegi, dari 50 juta jiwa menjadi 52 juta jiwa. Jerman yang tidak memiliki imperium menguasai satu juta mil persegi dan mempunyai penduduk koloni sebanyak 14 juta jiwa pada tahun 1900 M.