sap hipertensi22

34
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN “HIPERTENSI” OLEH: Ida Ayu Febiana M. Surya (1002105060)

Upload: nikchrisstal-queenlovers

Post on 22-Dec-2015

253 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SAP Hipertensi22

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

“HIPERTENSI”

OLEH:

Ida Ayu Febiana M. Surya(1002105060)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UINVERSITAS UDAYANA

2014

Page 2: SAP Hipertensi22

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI

PADA KELUARGA Tn. KA KHUSUSNYA Tn. KA

Satuan Acara Pendidikan Kesehatan

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Oktober 2014

Waktu : 30 menit

Tempat : Rumah Tn. KA di Jln. Pulau Yapen nomor 1

Sasaran : Keluarga Tn KA

Topik Kegiatan : Penyakit Hipertensi

Sub Topik : 1. Pengertian Hipertensi

2. Penyebab Hipertensi

3. Tanda dan Gejala Hipertensi

4. Cara Perawatan Hipertensi

5. Nutrisi pada Penderita Hipertensi

6. Obat tradisional Hipertensi jus mentimun

7. Demonstrasi teknik relaksasi otot progresif

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals

atau disingkat dalam MDGs), hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189

negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang telah dijalankan mulai September 2000

lalu, memiliki beberapa poin sasaran salah satunya yaitu tercapainya kesejahteraan rakyat

dan pembangunan masyarakat pada 2015 (Bappenas, 2004). Pencapaian kesejahteraan

rakyat tentunya didukung oleh kesehatan keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil

dalam masyarakat.

Salah satu komponen masyarakat yang cukup rentan terhadap penurunan kondisi

kesehatan adalah kaum lansia, karena adanya peningkatan usia dan penurunan

kemampuan fisik. Hal ini mendasari perlunya perhatian khusus terhadap kesehatan lansia.

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada

Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 1

Page 3: SAP Hipertensi22

tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan

kematian (Nugroho, 2008).

Berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke

atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk. Selanjutnya, pada tahun 1980, jumlah

ini meningkat menjadi ± 8 juta (5,5%) dari 12 jumlah penduduk dan pada tahun 1990,

jumlah ini meningkat menjadi ±11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000, diperkirakan

meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah

ini diperkirakan meningkat menjadi ±18,3 juta (8,5%). Pada tahun 2005-2010, jumlah

lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (± 9%) dari

jumlah penduduk. Bahkan pada tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki peringkat

Negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan

Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008).

Salah satu penyakit yang banyak diderita lansia adalah hipertensi. Hipertensi

menjadi salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit

kardiovaskular dan diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Lebih kurang

10-30 persen penduduk disemua negara mengalami hipertensi (Elokdyah, 2007).

Hipertensi ini disebut sebagai “pembunuh diam-diam” atau “silence killers” karena

umumnya orang yang mengalami hipertensi tidak merasakan efek sampingnya (tidak

merasakan keluhan).

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan data

bahwa salah satu anggota keluarga Tn. DR yaitu Ny. AR yang merupakan orang tua dari

Tn. DR menderita penyakit hipertensi dan keluarga belum mengetahui mengenai penyakit

Hipertensi, untuk itu diperlukan adanya suatu pendidikan kesehatan kepada keluarga Tn.

DR khususnya Ny. AR mengenai hipertensi untuk lebih meningkatkan pemahaman

mengenai penyakit hipertensi sehingga diharapkan nantinya keluarga dapat merawat Ny.

AR dan Ny. AR dapat mengontrol tekanan darahnya.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit, diharapkan sasaran

dapat mengerti dan memahami mengenai penyakit hipertensi.

2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, sasaran dapat:

a) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai pengertian Hipertensi

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 2

Page 4: SAP Hipertensi22

b) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai penyebab Hipertensi

c) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai tanda dan gejala Hipertensi

d) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai komplikasi dan cara perawatan

Hipertensi

e) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai nutrisi untuk penderita

Hipertensi

f) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai obat tradisional Hipertensi

g) Mampu meredemonstrasi teknik relaksasi otot progresif

C. TEMPAT

Pendidikan kesehatan pada Tn. DR akan dilaksanakan di Rumah Tn. DR di Jln. Saelus

Gg. 5 No. 7 Banjar Pande Kelurahan Pedungan

D. WAKTU

Kegiatan akan berlangsung selama 30 menit yaitu pukul 16.00 WITA sampai dengan

pukul 16.30 WITA

E. SASARAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Keluarga Tn. DR

F. PENYELENGGARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Penyelenggara pendidikan kesehatan pada Keluarga Tn. DR adalah mahasiswa semester

IX Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

G. METODE PELAKSANAAN

1. Ceramah

2. Demonstrasi

3. Tanya jawab

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 3

Page 5: SAP Hipertensi22

H. STRATEGI PELAKSANAAN

Tahap Waktu Kegiatan

Pembukaan 2 menit Penyaji mengucapkan salam

Penyaji melakukan perkenalan diri

Penyaji menyampaikan maksud dan tujuan

Penyaji mengadakan kontrak waktu

Kerja 10 menit Menyampaikan materi mengenai penyakit

Hipertensi

5 menit Demonstrasi teknik relaksasi dan pembutan jus

mentimun

5 menit Redemonstrasi

5 menit Tanya jawab

Penutup 3 menit Menyimpulkan seluruh materi yang diberikan

dan mengevaluasi jalannya ceramah.

Mengakhiri kontrak

Melakukan evaluasi kegiatan

Salam penutup

I. MEDIA DAN ALAT

1. Leaflet

2. Flip card

3. Alat demontrasi (juicer)

J. SETTING TEMPAT

K. PENGORGANISASIAN

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 4

1 2

3

Keterangan gambar:1. Penyuluh

2. Asisten

3. Peserta3

3

3

3

Page 6: SAP Hipertensi22

Penyuluh : Mahasiswa PSIK FK UNUD

Peserta : keluarga Tn. KA

L. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

a) Rencana kegiatan dipersiapkan dua hari sebelum kegiatan

b) Kontrak sudah dilakukan sebelumnya

c) Sarana prasarana seperti leaflet, flip card dan alat demontrasi disiapkan dua hari

sebelum pelaksanaan kegiatan.

2. Evaluasi Proses

a) Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai

Hipertensi berlangsung tepat waktu.

b) Peserta yang mengikuti pendidikan kesehatan

minimal berjumlah 3 orang.

c) Peserta yang aktif bertanya mencapai 3 orang.

3. Evaluasi Hasil

Sasaran pendidikan Kesehatan:

a) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai pengertian Hipertensi

b) Mengetahui dan mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab Hipertensi

c) Mengetahui dan mampu menyebutkan 5 dari 10 tanda dan gejala Hipertensi

d) Mengetahui dan mampu menyebutkan mengenai komplikasi dan cara perawatan

Hipertensi

e) Mengetahui dan mampu menyebutkan 7 dari 10 nutrisi untuk penderita Hipertensi

h) Mengetahui dan mampu mendemontrasikan mengenai obat tradisional (jus

mentimun) Hipertensi

f) Mampu meredemonstrasi teknik relaksasi otot progresif

M. LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Materi

2. Leaflet

3. Alat demontrasi

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 5

Page 7: SAP Hipertensi22

Lampiran Materi

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN

PENYAKIT HIPERTENSI

A. PENGERTIAN HIPERTENSI

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and

Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari

140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari

tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan

sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai

akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Doengoes,

2000).

Klasifikasi

JNC VI membuat klasifikasi hipertensi sebagai berikut:

Category Systole (mmHg) Diastole (mmHg)

Optimal < 120 dan < 80

Normal < 130 dan < 85

Normal Tinggi 130 – 139 atau 85 – 89

Hipertensi Derajat 1 140 – 159 atau 90 – 99

Hipertensi Derajat 2 160 – 179 atau 100 – 109

Hipertensi Derajat 3 ≥ 180 atau ≥ 110

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atas (JNC VI).

Hipertensi sistolik terisolasi (Isolated Systolic Hypertension) didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg.

B. PENYEBAB HIPERTENSI

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 6

Page 8: SAP Hipertensi22

Menurut Lany Gunawan (2001) Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan

menjadi 2 golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya.

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya diketahui, menunjukkan

gejala dan keluhan yang jelas,di sebabkan oleh penyakit lain antara lain ;

a. Penyakit jantung : koartasi aorta.

b. Penyakit endokrin : peokhromositoma, tumor katekolamin.

c. Penyakit ginjal : glomerulonefritis, penyempitan arteri renalis.

d. Kehamilan : toksemia gravidarum.

e. Otak : trauma, peningkatan TIK.

f. Pengaruh sekunder obat – obatan tertentu seperti kontrasepsi oral.

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 %

sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui

dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang

sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar

untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur

bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)

dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi

garam yang tinggi (melebihi dari 40 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress

dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine,

prednison, epineprin).

C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )

1. Tidak ada gejala

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 7

Page 9: SAP Hipertensi22

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan

darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti

hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan klien yang mencari pertolongan medis.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

Sakit kepala

Epistaksis

Pusing / migrain

Rasa berat ditengkuk

Sukar tidur

Mata berkunang kunang

Lemah dan lelah

Muka pucat

Suhu tubuh rendah

D. PENANGANAN HIPERTENSI

Prinsip penatalaksanaan hipertensi yaitu:

1. Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah yang

masih dapat ditoleransi penderita.

2. Meningkatkan kemungkinan kualitas dan harapan hidup penderita.

3. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal

mungkin komplikasi yang sudah terjadi.

Penatalaksanaan pasien dengan hipertensi adalah:

1. Penatalaksanaan Diet

Tujuan penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan

mempertahankan tekanan darah menuju normal. Prinsip diet pada penderita hipertensi

adalah sebagai berikut:

a Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 8

Page 10: SAP Hipertensi22

b Jenis dan komposisi makanan yang disukai dengan kondisi penderita

c Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan

dalam daftar diet. Yang dimaksud garam disini adalah garam natrium yang

terdapat dalam hamper semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan

tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh

karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok

teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.

Menurut Anie kurniawan (2002) diet pada pasien Hipertensi dapat dilakukan dengan

3 cara yaitu:

1) Mengatur menu makanan

Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk

menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol

darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami

stroke atau infark jantung.

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:

a Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, minyak kelapa,

gajih)

b Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biksuit, craker,

keripik, dan makanan kering yang asin)

c Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta

buah-buahan dalam kaleng, soft drink)

d Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,

pindang, udang kering, telur asin, selai kacang)

e Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein

hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning

telur, kulit ayam.

f Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco,

serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.

g Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan tape.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah memperbaiki rasa tawar

dengan menambahkan gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan

bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan

dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 9

Page 11: SAP Hipertensi22

makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih.

Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam

jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.

Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:

a) Diet rendah garam I: untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak

menambahkan garam dapur dalam makanan.

b) Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114

mmHg). Garam dianjurkan ¼ sendok teh garam dapur.

c) Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole

kurang dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok teh.

Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari) dapat

memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian

kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah

natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari apel (159

mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang (451 mg

kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas (406 mg

kalium).

Kecukupan kalsium penting untuk memcegah dan mengobati hipertensi : 2-3

gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi

kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata

808 mg.

2) Pengendalian Faktor Risiko

Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat saling

berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko

yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :

a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi

pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi

pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang

yang badannya normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan

sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Dengan demikian

obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.

b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 10

Page 12: SAP Hipertensi22

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan

penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit

dilaksanakan.

Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram ( 1 sendok teh ) per hari pada

saat memasak.

c. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi progresif dilakukan dalam mengontrol hipertensi :

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan

stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi

rasa tida nyaman atau nyeri,stress fiisk, dan emosi pada nyeri. Teknik

relaksasi dapat digunakan saat individu dalam kondisi sehat atau sakit.

Teknik relaksasi meliputi meditasi, yoga, Zen, teknik imajinasi, dan

latihan relaksasi progresif (Perry, Potter ; 2005)

Latihan relaksasi progresif meliputi kombinasi latihan pernapasan yang

terkontrol dan rangkaian kontraksi serta relaksasi kelompok otot. Relaksasi

progresif pada seluruh tubuh memakan waktu sekitar 15 menit. Klien

memberikan perhatian pada tubuh, memperlihatkan daerah ketegangan.

Klien mulai latihan bernapas dengan perlahan dan menggunakan

diafragma, sehingga memungkinkan diafragma, sehingga memungkinkan

abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Perry, Potter ;

2005)

Terapi relaksasi progresif, memiliki beberapa efek terhadap tubuh,

yaitu penurunan nadi, tekanan darah, dan pernapasan. Penurunan konsumsi

oksigen, penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metabolisme,

peningkatan kesadaran global, kurang perhatian terhadap stimulus

lingkungan, tidak ada perubahan posis yang volunter, dan persaan damai

sejahtera (Perry, Potter ; 2005)

Langkah – langkah melakukan terapi relaksasi progresif

Posisi tubuh untuk relaksasi:

a. Duduk

Duduk dengan seluruh punggung bersandar pada kursi

Letakkan kaki datar pada lantai

Letakkan kaki terpisah satu sama lain

Gantungkan lengan pada sisi atau letakkan pada lengan kursi

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 11

Page 13: SAP Hipertensi22

Pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 12

Page 14: SAP Hipertensi22

b. Berbaring

Letakkan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak

meregang lurus kea rah luar

Letakkan lengan pada sisi tanpa menyentuh sisi tubuh

Pertahankan kepala sejajar dengan tulang belakang

Gunakan bantal yang tipis dan kecil di bawah kepala

(Potter & Perry, 2005: 1530-1531)

Relaksasi bertahap dapat dilakukan dengan berbaring

atau duduk di kursi dengan kepala ditopang. Setiap otot atau

kelompok otot dikontraksikan selama 5-7 detik dan relaksasi 12-

20 detik dan dapat diulang beberapa kali. Relaksasi progresif

pada seluruh tubuh memakan waktu sekitar 15 menit.

Tabel. 1 Gerakan Relaksasi Otot Progresif

No Posisi Gerakan

1 Duduk pada kursi

sandaran

Genggam tangan kiri sambil membuat suatu

kepalan. Kepalan dibuat semakin kuat, sambil

merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.

Lepaskan kepalan, kemudian rileks selama 10

detik. Prosedur serupa juga dilatihkan pada

tangan kanan.

2 Duduk pada kursi

sandaran

Gerakan untuk melatih otot tangan bagian

belakang, dilakukan dengan cara menekuk

kedua lengan ke belakang pada pergelangan

tangan sehingga otot-otot di tangan bagian

belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari

menghadap ke langit-langit.

3 Duduk pada kursi

sandaran

Untuk melatih otot-otot Biceps. Diawali

dengan menggenggam kedua tangan sehingga

menjadi kepalan kemudian membawa kedua

kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps

akan menjadi tegang.

4 Duduk pada kursi Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 13

Page 15: SAP Hipertensi22

sandaran akan bahu akan dibawa hingga menyentuh

kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini

adalah kontras ketegangan yang terjadi di

bahu, punggung atas, dan leher.

5 Duduk pada kursi

sandaran

Untuk melemaskan otot-otot di wajah..

Kerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya

terasa dan kulitnya keriput.

Menutup keras-keras mata sehingga dapat

dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-

otot yang mengendalikan gerakan mata.

Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit

gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-

otot rahang.

Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga

akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut

6 Duduk pada kursi

sandaran

Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat,

kemudian tekankan kepala pada permukaan

bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat

merasakan ketegangan di bagian belakang

leher dan punggung atas.

Bawa kepala ke muka, kemudian benamkan

dagu ke dada. Sehingga dapat merasakan

ketegangan di daerah leher bagian muka.

7 Duduk pada kursi

sandaran

Angkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian

punggung dilengkungkan, lalu busungkan

dada.

8 Duduk pada kursi

sandaran

Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru

dengan udara sebanyak-banyaknya. Rasakan

ketegangan di bagian dada kemudian turun ke

perut

9 Duduk pada kursi

sandaran

Tarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian

menahannya sampai perut menjadi kencang

dan keras.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 14

Page 16: SAP Hipertensi22

10 Duduk pada kursi

sandaran

Luruskan kedua belah telapak kaki sehingga

otot paha terasa tegang. Gerakan ini

dilanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian

sehingga ketegangan pidah ke otot-otot betis.

World of Psychology : 2011

Gambar 1. Langkah – langkah relaksasi Otot Progresif

d. Melakukan olahraga teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 40-45 menit

sebanyak 34 kali dalam seminggu, diharapkan dapat menambah kebugaran

dan memperbaiki metabolisme tubuh yang ujungnya dapat mengontrol

tekanan darah.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 15

Page 17: SAP Hipertensi22

e. Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat

memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon

monoksida yang dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah

dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan

proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,

dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya

artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke

otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin

meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri. Tidak ada cara

yang benar-benar efektif untuk memberhentikan kebiasaan merokok.

3) Suplementasi anti oksidan

a Vitamin dan penurunan homosistein:

Asam folat, vitamin B6, vitamin B12 dan riboflavin merupakan ko-faktor

enzim yang esensial untuk metabolism homosistein. Peningkatan kadar

homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri koroner.

Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko

aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang berhubungan dengan

rendahnya kadar vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi

homosistein yang tinggi. Sedangkan vitamin B12 tidak berhubungan dengan

penyakit vaskuler.

b Kacang kedelai dan isoflavon

Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki

aktivitas estrogen lemah. Isoflavon dari protein kedelai lebih bermakna

menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, tanpa

mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Dianjurkan mengonsumsi protein

kedelai 20-50 gram/hari, dengan modifikasi diet pada penderita kadar

kolesterol yang tinggi.

c Tempe

Tempe adalah hasil pengolahan kedelai yang melalui proses fermentasi,

dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai. Sehingga tempe dianjurkan

untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber protein nabati.

Nilai Gizi Tempe :

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 16

Page 18: SAP Hipertensi22

(1) Protein

Enzim-enzim yang dihasilkan kaping, menghasilkan asam amino

bebas, sehingga kadarnya meningkat sampai 85 kali kadar protein

kedelai.

(2) Karbohidrat

Kedelai mengandung karbohidrat berupa sakrosa dan stakhiosa dan

rifinosa (2 terakhir menyebabkan pembentukan gas dalam perut).

Fermentasi kedelai menjadi tempe menghasilkan karbohidrat.

(3) Lemak

Enzim dalam kaping dapat menurunkan kadar lemak total dari 22,2%

menjadi 14,4% dan meningkatkan kadar asam lemak bebas dari 0,5%

menjadi 21%.

(4) Mineral

Didalam kedelai terdapat asam fitat yang merupakan senyawa forfose,

yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh

(5) Vitamin

Proses fermentasi dapat meningkatkan kadar vitamin B2 (Riboferum),

Vitamin Bb (Piridoksin), asam folat, asam panthotenat, dan asam

nikotinat. Sedangkan kadar vitamin B1 menurun karena untuk

pertumbuhan kaping dan terbentuk pula vitamin B12 oleh bakteri yang

tidak ada dalam produk nabati lainnya.

(6) Tempe

Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita

hiperkolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat

menurunkan kadar kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya

penyempitan pembuluh darah, karena tempe mengandung asam lemak

tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi dianjurkan untuk

mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.

Tempe juga mengandung zat anti bakteri yang dapat menghambat

pertumbuhan beberapa jenis bakteri granpositif serta penyebab diare

(Salmonella sp dan Shigella sp).

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 17

Page 19: SAP Hipertensi22

d Asam lemak omega 3

Satu porsi ikan yang tinggi lemak atau minyak ikan mengandung omega 3

(EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl. Makanan yang mengandung Omega 3

dapat menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung koroner.

e Serat

Walaupun berbagai studi menunjukan adanya hubungan antara beberapa jenis

serat dengan penurunan kolesterol IDDL dan kolesterol total, namun belum

ada bukti langsung yang menunjukan hubungan antara suplemen serat dengan

penurunan penyakit kardiovaskular.

4) Garam natrium

Garam natrium terdapat secara alamiah pada bahan makanan atau ditambahkan

pada waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan

biasanya lebih banyak mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Garam natrium yang ditambahkan berupa ikatan, yaitu:

a Natrium klorida atau garam dapur

b Mono-Natrium Glutamat atau vetsin

c Natrium Bikarbonat atau soda kue

d Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging

seperti Corned beef.

Cara memasak untuk mengeluarkan garam natrium antara lain :

a Pada ikan asin direndam dan dicuci terlebuh dahulu

b Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur

margarine dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair

dan garam natrium akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan

memasukan panic kedalam kulkas. Margarine akan mengeras kembali dan

buang air yang mengandung garam natrium. Lakukan ini 2 kali.

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat

komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan

tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

2. Obat-obatan

3. Terapi Penunjang

Selain pengobatan dan pengaturan menu makanan pada penderita hipertensi,

diperlukan juga terapi khusus lain seperti konseling masalah kejiwaan dan fisioterapi,

terutama pada penderita pasca stroke atau infark penting. Pengertian juga diberikan

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 18

Page 20: SAP Hipertensi22

kepada keluarga atau pengasuh untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta

mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi.

E. TERAPI TRADISIONAL HIPERTENSI

Daun Seledri

1. Ambillah segenggam daun seledri (± 16 batang) lalu tumbuk sampai halus

2. Kemudian campur dengan air matang dan saringlah pada sebuah kain bersih / saringan

halus. Usahakan air saringan sampai satu gelas

3. Diamkan selama satu jam baru diminum dengan sedikit ampas.

4. Minum secara rutin setiap pagi dan sore

5. Penggunaan daun seledri tidak boleh lebih dari 1-10 gr per hari, karena dapat

menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis

Mengkudu

1. Ambillah 3 buah mengkudu kemudian parut dan peras airnya

2. Usahakan airnya sampai satu gelas

3. Minum setiap pagi dan sore

Belimbing wuluh

Masak 25 gr biji belimbing wuluh yang telah dihaluskan dalam 4 gelas air, tambahkan 3 buah

belimbing wuluh segar. Saring dan dinginkan lalu minum 1 gelas sehari. Atau rebus 3 buah

belimbing wuluh yang sudah dipotong-potong dengan 3 gelas air, biarkan mendidih hingga

tersisa 1 gelas. Dinginkan dan saring, minum setelah makan pagi.

Sambiloto

Daun sambiloto segar sebanyak 5 - 7 lembar diseduh dengan 1/2 cangkir air panas.

Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk. Setelah dingin minum sekaligus. Lakukan

sehari 3 kali.

Sambung Nyawa

Daun segar 4 lembar (anak-anak 4, dewasa 7 lembar) dicuci lalu dimakan mentah atau dijus

dan diminum, atau dikukus sebentar dan dimakan, atau ditumis sebentar dan dimakan sehari

sekali.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 19

Page 21: SAP Hipertensi22

Daun cincau hijau

Sediakan 20 helai daun cincau hijau lalu dicuci bersih. Remas-remas lalu beri 1 gelas air

minum dingin lalu saring dengan kain. Tambahkan jeruk nipis sesuai selera. Biarkan di

tempat dingin sampai menjadi agar-agar. Taruh di dalam gelas dan beri madu, atau sirup atau

gula aren cair yang sudah dimasak dengan pandan lalu diminum. 

Bawang putih

Cara Pertama:

Kupas 1 atau 2 siung bawang putih lalu kunyah-kunyah sampai halus kemudian ditelan.

Setelah itu minumlah 1 cangkir air hangat. Lakukan 3 kali dalam sehari.

Cara Kedua :

2 siung bawang putih dipanggang di atas api lalu dimakan setiap pagi selama tujuh hari

berturut-turut.

Cara Ketiga :

Tumbuk halus 3 siung bawang putih tambahkan air secukupnya.Peras dan saring lalu

minum secara teratur.

Jeruk nipis

Cuci dan potong-potong 2 buah jeruk nipis, 20 kuntum bunga jeruk nipis dan 30 lembar daun

jeruk nipis. Rebus dengan 3 gelas air, biarkan mendidih hingga air tersisa sebanyak 2 1/4

gelas saja. Saring dan dinginkan lalu bagi menjadi 3 bagian. Tambahkan sedikit madu lalu

minum setiap hari secara rutin.

Kumis kucing

Ramuan ini membutuhkan daun kumis kucing yang basah dan kering masing-masing

sebanyak 50 gr. Rebus daun kumis kering dengan air secukupnya. Daun yang segar diseduh

dengan air panas. Campur kedua ramuan lalu saring. Minum 1 gelas sehari.

Kemangi

Rebus daun kemangi dan belimbing wuluh secukupnya dengan 2 gelas air hingga air tersisa 1

gelas. Minum sekaligus sampai habis.

Kunyit

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 20

Page 22: SAP Hipertensi22

Parut rimpang kunyit seukuran 1/2 jari. Tambahkan 1 sdm madu lalu remas-remas. Peras dan

saring. Minum 2 - 3 kali sehari.

Mentimun

Rebus 150 gr mentimun dengan air secukupnya lalu minum air rebusan tersebut secara teratur

setiap hari Atau parut 2 buah mentimun yang sudah dicuci bersih. Lalu diperas dan disaring.

Minum air perasan tersebut 2 - 3 kali dalam sehari.

Cara Pembuatan Jus:

1. Bahan: 200 gram labu siam 200 gram ketimun.

Cara membuat : kedua bahan dicuci dan dipotong-potong, dimasukkan ke dalam juicer,

airnya/sarinya diminum.

2. Bahan: 100 gram seledri jenis kecil, 100 gram selada air, 100 cc air dingin

Cara membuat : semua bahan dicuci dan dimasukkan ke dalam juicer atau diblender dan

disaring, airnya diminum untuk 2 kali sehari, pagi dan sore hari.

3. Bahan: 250 gram belimbing manis yang matang, 250 gram semangka.

Cara membuat : semua bahan dijus, airnya diminum. lakukan secara teratur 2 kali sehari.

4. Bahan: 250 gram wortel, 50 gram seledri, 2 siung bawang putih

100 cc air dingin.

Cara membuat : semua bahan dijus atau diblender dan disaring, airnya/sarinya diminum.

5. Bahan: 100 gram pisang ambon, 150 gram tomat, 150 gram jeruk mandarin

100 cc air dingin.

Cara membuat : semua bahan diblender, diminum.

6. Bahan: 2 buah mengkudu matang.

Cara membuat : mengkudu dijus, sarinya diminum.

7. Bahan: 60 gram pegagan segar, 100 cc air matang

Cara membuat : pegagan dicuci bersih, diblender hingga halus, disaring. Diminum

airnya.

*Catatan : pilih salah satu resep/terapi jus dan lakukan setiap hari secara teratur. resep dapat

diganti-ganti.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 21

Page 23: SAP Hipertensi22

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:

Sagung Seto

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Husada, Bakti. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Hipertensi.

Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Departemen Kesehatan RI

Ismayadi. 2004. Proses Menua. Dalam: http://subhankadir.files.wordpress.com/20 12 /01/

perkembangan-lansia.pdf (Akses : 24 Juli 2012)

Kurniawan, Anie. 2002. Gizi seimbang untuk Mencegah Hipertensi. Disampaikan pada

Seminar Hipertensi Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran YARSI. Direktorat Gizi

Masyarakat (Akses: 23 Juli 2012)

Pauline. 2008. Hipertensi. Dalam: http://sehatkita.com/artikel.php?

kategori=Hipertensi&idartikel=0. (Akses: 23 Juli 2012)

Ririn. 2008. Epidemiologi Hipertensi. Dalam: http://yienmail.wordpress.com/2008/11/

19/epidemiologi-hipertensi/. (Akses: 23 Juli 2012)

Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sugiyanto, Edi. 2007. Cermin Dunia Kedokteran vol.34 no.4/157 Edisi Juli - Agustus 2007 :

Hipertensi dan Komplikasi Serebrovaskular. Jakarta : Grup PT. Kalbe Farma Tbk.

Subhan. 2007. Proses Menua. Dalam: http://subhankadir.wordpress.com/2007/08/20/9/

[Akses : 23 Juli 2012]

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA KELUARGA TN. KA 22