s2-2014-336803-chapter1

11

Click here to load reader

Upload: asonleite

Post on 04-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: S2-2014-336803-chapter1

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siklus perkembangan reproduksi wanita berlangsung secara alamiah mulai

dari menarche sampai menopause. Premenopause merupakan masa dimana tubuh

mulai bertransisi menuju menopause. Masa ini terjadi selama dua hingga delapan

tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa

reproduksi. Pada periode ini, umumnya produksi hormon estrogen dan

progesteron berfluktuasi, naik dan turun tak beraturan. Siklus menstruasipun

berubah bisa memanjang atau memendek. Masa premenopause terjadi pada usia

40-an. Sekitar 40–85% dari semua wanita pada rentang usia klimaterik

mempunyai keluhan, baik keluhan fisik maupun psikologis (Atikah, 2000).

Usia rata-rata menopause 51,4 tahun (Malhotra, 2004; Boback, 2005).

Sebanyak 70% wanita peri hingga pasca menopause mengalami keluhan gejala

vasomotorik, somatik, psikis dan depresi (Baziad, 2005). Penurunan fungsi

reproduksi ini sering menimbulkan kekhawatiran (Zhou, 2011).

Berdasarkan data WHO (2010) jumlah wanita menopause di Asia pada

tahun 2025 akan mencapai 373 juta jiwa. Di Indonesia tahun 2020 wanita

menopause dengan usia rata-rata 49 tahun sebanyak 30,3 juta (Depkes RI, 2005).

Wanita menopause di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 sudah mencapai

3,9 ribu jiwa (10,73%) dari jumlah penduduk DIY (Profil DIY, 2013).

1

Page 2: S2-2014-336803-chapter1

2

2

Menopause merupakan fenomena alami sebagaimana tahap perkembangan

lainnya. Perubahan fisik dan psikologis yang menyertai penurunan estrogen sering

menambah kecemasan yang sudah ada karena ketidakpahaman mengenai

menopause (Martaadisoebrata, 2005). Keterbatasan informasi tentang menopause

membuat wanita semakin khawatir, takut dan cemas ketika memasuki masa

menopause. Wanita Indonesia sering menganggap menopause menjadi masa yang

menakutkan karena kehilangan yang menjadi kebanggaan (Kasdu, 2002).

Sindroma menopause sampai saat ini masih dialami oleh wanita di

beberapa negara misalnya di Eropa mencapai 70-80%, Amerika 60%, Malaysia

57%, China 18%, Jepang dan di Indonesia 10%. Perbedaan persentase sindroma

menopause disebabkan jumlah estrogen wanita Eropa dan Amerika lebih banyak

dibanding wanita Asia (Urnobasuki, 2004).

Menurut Wijayanti (2011) prevalensi kecemasan berat wanita pada masa

menopause mencapai (35,5%). Wanita usia pertengahan lebih sering mengalami

kecemasan, karena pada masa transisi ini mulai terjadi penurunan fungsi ovarium

yang menimbulkan gejala fisik dan psikologis. Menurut Zhou (2011) sindrom

menopause berhubungan dengan gangguan emosional bukan dengan penyakit

fisik.

Pengetahuan yang cukup tentang menopause dapat membantu wanita

premenopause menyiapkan dirinya menjalani masa menopause. Salah satu cara

menyiapkan wanita menghadapi masa menopause dengan mengubah kognitifnya

melalui pendidikan kesehatan. Menurut Dale cit Arsyad (2006) manusia

memperoleh pengetahuan melalui indra yang dimilikinya, semakin banyak indra

Page 3: S2-2014-336803-chapter1

3

3

yang digunakan untuk menerima informasi akan semakin banyak pula

pengetahuan yang diperolehnya. Pengetahuan yang diperoleh melalui indra

penglihatan sebesar 75% (Notoatmodjo, 2007).

Menurut kerucut Dale yang dikenal dengan “cone of learning Dale”,

setelah dua minggu pengalaman belajar dengan mendengar, seseorang dapat

menyerap informasi di dalamnya dan tersimpan dalam memori sebanyak 20%,

dengan membaca seseorang sebanyak 10%. Hal ini menjadi dasar pemilihan

media dalam memberikan pendidikan kesehatan agar informasi dapat mencapai

sasaran dengan tepat.

Booklet merupakan salah satu media edukasi memuat poin-poin penting

berbentuk tulisan, dimodifikasi dengan gambar sebagai upaya menstimulus dalam

meningkatkan pengetahuan untuk mengubah kognitif pembacanya (Kemm and

Clouse cit Mintarsih, 2007). Booklet lebih dipilih sebagai media edukasi karena

dapat memuat informasi lebih banyak dan terinci dibanding dengan media edukasi

visual lainnya seperti leaflet dan poster (Adawiyani, 2013).

Dalam studi literatur, pendidikan kesehatan memiliki pengaruh positif

terhadap pengelolaan gejala menopause dan mampu mengaktivasi sistem saraf

otonom (Senba & Matsuo, 2010). Menurut Manurung (2014) pendidikan

kesehatan pada kelompok wanita usia 45–55 tahun memiliki pengaruh bermakna

terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang menopause.

Hasil wawancara terhadap sepuluh wanita berusia 38–51 tahun di lokasi

penelitian. Empat dari 10 wanita mengatakan khawatir menghadapi menopause,

kekhawatiran yang dialami karena merasa cepat lelah, dirinya menjadi tidak

Page 4: S2-2014-336803-chapter1

4

4

menarik bagi suami, sudah menjadi tua. Dua wanita di antaranya mengatakan

takut menghadapi menopause karena kulit wajah akan menjadi hitam seperti

topeng. Lima wanita mengatakan perempuan yang sudah menopause rambutnya

menjadi putih, mudah sakit-sakitan, tidak berguna bagi suami, dan akan

ditinggalkan suami. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari salah satu petugas

kesehatan di tempat penelitian, pendampingan terhadap para wanita menjelang

menopause belum terlaksana. Peneliti berasumsi adanya kekhawatiran para wanita

premenopause di wilayah kerja puskesmas ini disebabkan belum cukupnya

pemahaman terhadap menopause.

Puskesmas di Kecamatan Minggir, menjadi pilihan tempat melakukan

penelitian dengan alasan memiliki 421 wanita berusia 40–50 tahun cepat atau

lambat akan mengalami menopause. Maka dipandang perlu dilakukan pendidikan

kesehatan khususnya pada wanita premenopause guna mencegah terjadinya

kecemasan meskipun belum disadari sepenuhnya oleh wanita premenopause. Oleh

karena itu peneliti ingin mengetahui “Bagaimanakah manakah pengaruh

pendidikan kesehatan menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan gejala

kecemasan pada wanita premenopause”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian

ini adalah: Bagaimanakah pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan booklet

terhadap perubahan pengetahuan dan gejala kecemasan wanita premenopause

menghadapi menopause?.

Page 5: S2-2014-336803-chapter1

5

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan booklet terhadap

pengetahuan dan gejala kecemasan wanita premenopause menghadapi

menopause.

2. Tujuan Khusus :

1) Mengetahui perbedaan pengetahuan wanita premenopause tentang

menopause sesudah pendidikan kesehatan menggunakan booklet.

2) Mengetahui perbedaan kecemasan wanita premenopause menghadapi

menopause sesudah diberi pendidikan kesehatan menggunakan booklet.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu

secara khusus keperawatan maternitas di komunitas sebagai salah satu

alternatif untuk mencegah bertambahnya rasa cemas wanita premenopause

dalam menghadapi menopause.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian lanjut, menambah

wawasan pelaksanaan pendidikan kesehatan bagi wanita premenopause.

Page 6: S2-2014-336803-chapter1

6

6

b. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat digunakan sebagai dasar menyusun rencana kegiatan

pendampingan bagi wanita pramenopause guna meningkatkan pemahaman

menopause untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

c. Bagi wanita premenopause

Diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan menopause bagi para

wanita premenopause khususnya sehingga dapat mengurangi kecemasan

pada saat memasuki masa menopause.

E. Keaslian Penelitian

Hasil penelusuran kepustakaan, laporan penelitian terkait menopause,

pengaruh pendidikan kesehatan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap gejala

psikologis (kecemasan) pada wanita premenopause, penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Takamatsu (2004), Study of psychosocial factors in Japanese patients

suffering from menopausal disorders. Subyek sebanyak 97 wanita berusia

40–60 tahun yang mengalami gangguan menopause di klinik menopause.

Hasil penelitian ini 79,4% memiliki beberapa masalah dengan keluarga atau

kerabat mereka. Kecemasan yang berhubungan dengan pekerjaan atau

kesulitan hidup sering terjadi pada pasien masa premenopause. Keluhan

sindrom sarang kosong dilaporkan tinggi pada perempuan yang dilakukan

ovariektomi, namun kecemasan terhadap penuaan banyak terjadi pada

menopause alami. Di antara mereka yang bekerja ada 43,8% memiliki

masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Perselisihan dengan saudara

Page 7: S2-2014-336803-chapter1

7

7

sedarah (26,8%) dan kecemasan terhadap penuaan (16,5%). Kesimpulan

dalam penelitian ini bahwa masalah dengan keluarga dan kesehatan

berpengaruh terhadap gangguan psikososial yang berdampak pada gangguan

menopause.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek penelitian yaitu

wanita berusia 40–55 tahun, belum diketahui adanya gangguan menopause.

Sementara subyek pada penelitian Takamatsu (2004) adalah wanita berusia

40–60 tahun dan sudah mengalami gangguan menopause

2. Indrawati (2008), dengan topik “Kecemasan wanita menghadapi

pramenopause ditinjau dari dukungan suami dan kepercayaan diri”. Penelitian

menggunakan metode non experimental dengan rancangan cross sectional.

Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian

terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial suami dan kepercayaan diri

terhadap kecemasan wanita menghadapi pramenopause. Semakin tinggi

dukungan sosial suami dan kepercayaan diri akan semakin rendah kecemasan

wanita menghadapi pramenopause.

Penelitian Indrawati (2008) menggunakan metode non-experimental

dengan rancangan cross sectional. Sementara penelitian yang dilakukan

menggunakan metode pra-eksperimental dengan rancangan one group

pretest-posttest tanpa kontrol, fokusnya pada pengaruh pendidikan kesehatan

menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan, subyek

penelitian para wanita sebelum dan menjelang memasuki masa menopause.

Kelompok subjek diobservasi sebanyak dua kali yakni sebelum dan setelah

Page 8: S2-2014-336803-chapter1

8

8

perlakuan. Perbedaan hasil dari kedua pengukuran tersebut dianggap sebagai

efek perlakuan.

3. Mintarsih (2008), dengan topik “Pendidikan kesehatan menggunakan Booklet

dan Poster terhadap sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi. Penelitian

menggunakan metode quasi experimental dengan rancangan non randomized

pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling. Hasil penelitan pengetahuan dan sikap remaja meningkat

secara signifikan setelah diberikan pendidikan kesehatan (p<0,05).

Perbedaan penelitian Mintarsih (2008), dengan penelitian yang

dilakukan adalah pada metode penelitian. Penelitian Mintarsih menggunakan

metode quasi experimental dengan rancangan non randomized pretest-

posttest control group design. Sementara penelitian yang dilakukan

menggunakan metode pra-eksperimen dengan rancangan One Group Pretest

and Posttest tanpa kontrol. Penelitian untuk mengetahui pengaruh pendidikan

kesehatan menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan penurunan gejala

kecemasan pada wanita premenopause. Pada rancangan ini tidak ada

kelompok kontrol, untuk menguji perubahan sebelum intervensi dilakukan

pretest kemudian posttest setelah perlakuan. Perbedaan hasil antara pretest

dan posttest merupakan efek dari perlakuan. Persamaan penelitian yang

dilakukan ini dengan penelitian Mintarsih (2008) yaitu penggunaan booklet

sebagai media pendidikan kesehatan.

4. Yang et al., (2008) dengan judul “Menopausal symptoms in mid-life women

in Southern China”. Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional.

Page 9: S2-2014-336803-chapter1

9

9

Subyek penelitian wanita usia 40–65 tahun. Hasil penelitian ini ada tiga

gejala utama yang muncul pada masa menopause yaitu insomnia, nyeri otot

sendi, dan pusing. Masing-masing sebesar (37,2%, 35,7%, dan 31,5%).

Hotflushes sebanyak 17,5%. Faktor yang berpengaruh terhadap frekuensi

gejala menopause adalah sosial ekonomi, pendidikan. Gejala psikologis dan

somatik yang lebih menonjol dibandingkan gejala vasomotor.

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitian yaitu pra-

eksperimental dengan model rancangan one group pretest-posttest tanpa

kontrol dan usia subyek penelitian yaitu wanita premenopause 40–55 tahun.

Sementara pada penelitian Yang (2008) mengunakan design cross-sectional

dan subyek penelitian berusia 40–65 tahun.

5. Senba and Matsuo (2010) Effect of a health education program on

climacteric women. Penelitian dilakukan di Jepang, data dikumpulkan

menggunakan The Simplified Menopausal Index (SMI), The Hospital Anxiety

and Depression Scale (HADS), The Medical Outcomes Study dengan 36-Item

Short Form Health Survey. Menggunakan metode experimental dengan

rancangan Quasi experiment. Subyek penelitian 22 wanita klimakterium usia

45–65 tahun berperan sebagai kelompok intervensi. Dibandingkan dengan

nilai pretest, skor SMI secara signifikan meningkat pada post-test dan follow-

up. Skor HADS post-test cenderung membaik. Perubahan kognitif secara

signifikan meningkat dan ANS teraktivasi lebih baik. Terbukti bahwa

program pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan wanita

klimakterik, berpengaruh positif terhadap pengelolaan gejala menopause,

Page 10: S2-2014-336803-chapter1

10

10

meningkatkan kualitas hidup dan aktivitasi sistem saraf otonom.

Perbedaaan antara penelitian Senba and Matsuo (2010) dengan

penelitian ini terletak pada instrumen dan usia subyek penelitian. Instrumen

yang digunakan oleh Senba and Matsuo (2010) menggunakan skor SMI dan

skor HADS, usia subyek penelitian 45–65 tahun. Sementara penelitian ini

menggunakan kuesioner kecemasan untuk mengungkap sikap tertentu melalui

respon terhadap pernyataan tersebut (Azwar, 2013).

6. Wijayanti (2011) dengan topik “Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan dan kecemasan wanita pramenopause”. Penelitian menggunakan

metode Quasi-exsperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia

masa premenopause usia 40-50 tahun. Pengambilan sampel dengan purposive

sampling dengan jumlah sampel 62 orang. Hasil penelitan ada pengaruh yang

signifikan pendidikan kesehatan terhadap kecemasan, atau pendidikan

kesehatan mampu menurunkan kecemasan (p<0,05).

Perbedaan antara penelitian Wijayanti (2011), dengan penelitian yang

dilakukan terletak pada metode penelitian. Metode penelitian Wijayanti

(2011) menggunakan metode Quasi-exsperiment. Pendidikan kesehatan

diberikan dengan ceramah. Sedangkan penelitian yang dilakukan ini

menggunakan metode Pra-eksperimen dengan rancangan One Group Pretest

and Posttest tanpa kontrol, pendidikan kesehatan menggunakan booklet

dilakukan pada wanita pramenopause untuk mengetahui pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan. Menggunakan satu

kelompok subjek, dilakukan evaluasi sebelum dan sesudah tindakan.

Page 11: S2-2014-336803-chapter1

11

11

Perbedaan hasil antara sebelum dan sesudah perlakuan tersebut dianalisis

sebagai dampak perlakuan. Persamaannya adalah pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan.

7. Zhou (2011), topik penelitian “The simtomatologi climacteric syndrome:

whether associated with the physical factors or psychological disorder in

perimenopausal/postmenopausal patients with anxiety–depression disorder”.

Penelitian kuantitatif dengan pendekatan Quasi eksperimen. Subyek

penelitian 78 wanita perimenopause/menopause dengan gangguan

kecemasan–depresi dan 72 wanita tanpa kecemasan–depresi sebagai

kelompok kontrol. Hasil penelitian ini adalah sindrom klimakterik (gejala

somatik) dan gangguan kecemasan–depresi berhubungan dengan gangguan

emosional tetapi tidak dengan penyakit fisik.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada

subyek penelitian yaitu wanita premenopause yang belum diketahui adanya

gangguan kecemasan. Sementara subyek pada penelitian Borong Zhou

(2011) wanita perimenopause/menopause dengan gangguan kecemasan–

depresi.

Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian

sebelumnya, perbedaan terletak pada variable independen, usia subyek dan

kriteria subyek yaitu belum diketahui mengalami gangguan kecemasan.

Subyek dalam penelitian ini adalah para wanita pramenopause yang tinggal di

wilayah kerja Puskesmas.