bab i pendahuluan i.1. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Gunung Merapi secara geografis terletak pada posisi 7º 32.5’ Lintang
Selatan dan 110º 26.5’ Bujur Timur, dan secara administrasi terletak pada 4
(empat) wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman di Provinsi D.I. Yogyakarta
dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali serta Kabupaten Klaten di Provinsi
Jawa Tengah.
Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia(Sumber : BNPB dalam Website, www.bnpb.go.id., 2011)
Gunung Merapi Memiliki ketinggian mencapai 2.980 meter di atas
permukaan laut, bertipe strato dan yang paling aktif di Indonesia bahkan di dunia,
dengan intensitas letusan rata-rata dengan siklus pendek mencapai 2 - 5 tahun dan
2
siklus panjang mencapai 5 - 7 tahun, dengan intensitas semacam ini menyebabkan
tingkat risiko bencana pada wilayah di sekitarnya menjadi tinggi. Tingkat risiko
ini akan semakin tinggi lagi karena masih banyaknya masyarakat yang tetap
memilih atau dengan sengaja tinggal di kawasan sekitar gunung Merapi,
mendorong semakin tingginya risiko bencana. Peristiwa letusan dan erupsi
gunung Merapi pada tahun 2010 lalu merupakan rangkaian bencana yang di
akibatkan aktifitas Merapi. Bencana ini memberikan dampak kerusakan dan
kerugian yang cukup besar pada kawasan di seputarnya, yakni korban manusia,
penderitaan, kerugian, kerusakan sarana dan prasarana lingkungan serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang ada di lereng Merapi.
Tabel 1. Jumlah Korban dan Pengungsi Kejadian Merapi 2010
No Kabupaten Meninggal Luka-luka Pengungsi1 Sleman 277 Jiwa 86 Jiwa 11.468 Jiwa2 Magelang 56 Jiwa 14 Jiwa 1.163 Jiwa3 Boyolali 12 Jiwa 1 Jiwa 34 Jiwa4 Klaten 41 Jiwa 14 Jiwa 3.104 Jiwa5 Kulonprogo 0 Jiwa 0 Jiwa 406 Jiwa6 Gunung Kidul 0 Jiwa 0 Jiwa 504 Jiwa
Total 386 Jiwa 115 Jiwa 16.679 JiwaSumber : BNPB dalam Paparan FGD ReKompak, 19Juli 2011
Tabel 2. Penilaian Kerusakan dan KerugianProvinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah Saat Kejadian Merapi 2010
No SektorTotal Kerusakan dan
Kerugian Provinsi D.I.Yogyakarta
Total Kerusakan danKerugian Provinsi
Jawa Tengah
Jumlah
1 Permukiman 580.820,54 45.830,60 626.651,142 Infrastruktur 216.292,79 491.179,31 707.472,103 Ekonomi 803.551,99 888.959,18 1.692.511,174 Sosial 61.243,61 61.228,59 122.472,205 Lintas Sektor 479.529,00 75 479.604,00
Jumlah 2.141.437.83 1.487.272,88 3.828.710,61Sumber : Analisa Tim Gabungan BNPB, Bappenas, Pemda D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah,Januari 2011
3
Permasalahan yang dapat di lihat adalah dengan rangkaian peristiwa
bencana erupsi gunung Merapi tersebut dengan kerugian dan kerusakan yang
ditimbulkannya, tidak serta merta membuat masyarakat yang tinggal disana untuk
takut dan pindah ke tempat yang lebih aman, atau mencari tempat tinggal yang
jauh dari kawasan rawan bencana. Bahkan sebaliknya pertumbuhan penduduk di
seputar Merapi atau di daerah rawan bencana tersebut malah semakin meningkat
dan cenderung tidak terkendali. Berdasarkan data dari BPS Provinsi
D.I.Yogyakarta, terdapat 6.242 kepala keluarga tinggal di Kawasan Risiko
Bencana (KRB) III, yang meliputi 23 dusun di tiga kecamatan di Kabupaten
Sleman. Selama 1995- 2005, pertumbuhan penduduk di sana mencapai 2,7 persen,
jauh lebih tinggi dari pada pertumbuhan penduduk nasional.
Usaha-usaha membangunan ketahanan masyarakat untuk mengatasi
berbagai permasalahan khususnya upaya pengurangan risiko bencana berkenaan
dengan ancaman bencana erupsi Merapi ini telah banyak di lakukan.
Mengembangkan kesadaran mengenai kerawanan, kerentanan, bahaya dan
bencana terhadap masyarakat dan penghidupannya juga telah dilakukan. Untuk itu
pola-pola pengurangan risiko bencana dan usaha peningkatan ketahanan
masyarakat sangat penting adanya, antaranya memahami kapasitas dan kerentanan
masyarakat yang ada di sekitar kawasan rawan bencana dan kegiatannya yang
berbasis masyarakat serta harus di sesuaikan dengan karakteristik wilayah.
Kerentanan pada sebuah komunitas atau masyarakat, memberikan risiko
yang tinggi terhadap segala aspek penghidupan masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu upaya pengurangan risiko bencana dengan melibatkan dan kesadaran
4
yang tinggi dari masyarakat menjadi unsur yang utama, untuk tercapainya
peningkatan kapasitas atau ketahanan masyarakat yang lebih tinggi pada daerah
yang rawan bencana atau kerentanan yang tinggi.
Kegiatan pengurangan risiko bencana perlu dipastikan efektif, efisien dan
berkelanjutan, untuk itu diperlukan suatu upaya besar partisipasi para pihak baik
pemerintah maupun non pemerintah, khususnya kesadaran yang tinggi dari
masyarakat untuk berpartisipasi terhadap perencanaan mitigasi dan upaya
pengurangan risiko bencana erupsi Merapi. Untuk menjawab semua tantangan
tersebut maka proses dalam penelitian ini, peneliti sangat perlu melakukan dan
juga memahami kerentanan masyarakat dan kapasitas masyarakat yang ada di
wilayah yang dijadikan obyek penelitian. Data potensi dan masalah ini digunakan
sebagai bagian yang menjadi pendukung dalam proses analisis ketahanan
masyarakat untuk mendiskripsikan model ketahanan masyarakat lereng Merapi
terhadap erupsi.
I.2. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan
utama penelitian ini adalah bagaimana upaya dalam menuju ketahanan masyarakat
tersebut, dengan melihat karakeristik masyarakat yang tinggal di kawasan rawan
bencana Merapi. Permasalahan lainnya adalah mengetahui gambaran kondisi
masyarakat sebagai acuan dalam rangka kegiatan pengembangan kapasitas
masyarakat oleh stake holder pada level masyarakat, untuk menciptakan
ketahanan masyarakat.
5
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan upaya-upaya masyarakat lereng Merapi dalam
menghadapi ancaman bencana erupsi gunung Merapi.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat merumuskan model deskriptif
ketahanan masyarakat sesuai karakteristik masyarakat yang tinggal di
kawasan rawan bencana sebagai basis untuk pengembangan suatu
model ketahanan masyarakat lereng Merapi dalam menghadapi erupsi
gunung Merapi.
I.4. Batasan, Lokasi dan Waktu Penelitian
Batasan dari penelitian diperlukan, agar permasalahan yang dirumuskan
dapat mencapai hasil dan tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini
dibatasi atau hanya diarahkan pada upaya penggalian informasi dalam masyarakat
dan unsur pendukungnya untuk mengembangkan ketahanan masyarakat dalam
menghadapi bencana erupsi gunung Merapi. Batasan ini juga diperlukan dalam
proses analisis nantinya adalah menyangkut permasalahan yang harus di hadapi
dalam proses analisis, yakni proses mengkaji dan memahamai sampai sejauh
mana sebenarnya kondisi yang rentan dan kondisi yang tahan yang dimiliki setiap
individu-individu, masyarakat-masyarakat dan sistem-sistem yang berlaku dalam
lingkungannya.
Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian , maka penelitian ini
dibatasi pada wilayah yang terkena dampak erupsi gunung Merapi. Pembatasan
6
ini dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan bias atau penyimpangan yang
dapat terjadi dari konteks permasalahan yang diteliti.
Sedangkan lokasi penelitian adalah sekitar kawasan gunung Merapi di
Kabupaten Sleman khususnya Kecamatan Cangkringan dan Kecamatan Pakem.
Untuk waktu penelitian dilakukan dalam bulan Juli 2011 sampai dengan akhir
pelaporan penulisan ini.
I.5. Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan tujuan akhir dalam penelitian ini, maka manfaat yang di
harapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat bagi ilmu
perencanaan khususnya didalam pengkajian pengurangan risiko bencana berbasis
masyarakat pada wilayah bencana. Serta bermanfaat dari segi keilmuan yang
memberikan sumbangan terhadap konsep, teori dan praktek dalam pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu perencanaan.
I.6. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang model ketahanan masyarakat terhadap erupsi gunung
Merapi di Kabupaten Sleman dengan fokus dan lokus yang sama belum pernah
dilakukan. Namun penelitian dengan topik tentang ketahanan masyarakat secara
umum telah banyak di publikasikan meskipun lokus dan fokus permasalahannya
berbeda. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan diantaranya : Analisis
Empiris Dalam Perumusan Model Ketahanan Daerah Terhadap Bencana Alam
(Ajiek Darminto, 2011).