bab i pendahuluan 1.1 latar...

15
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan gender pada posisi jabatan struktural di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, yang dilihat dari sisi situasi dan kondisi perempuan yang bekerja di organisasi birokrasi pemerintahan pada posisi jabatan struktural dan bagaimana organisasi tersebut memperlakukan para pegawai perempuan. Penelitian ini berangkat dari melihat bagaimana pengarusutamaan gender yang terjadi di Indonesia, khususnya di lingkungan organisasi birokrasi pemerintahan. Birokrasi pemerintahan di Indonesia bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada publik sesuai dengan misi yang diberikan kepadanya dari kebijakan-kebijakan publik 1 .Sedangkan pengarusutamaan gender merupakan salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender, melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. 1 Nugroho, Riant. 2008. Buku Gender dan Administrasi Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 197 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATAN STRUKTURAL (Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta) MONICA WILLIA HAPSARI Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Upload: hoangtram

Post on 14-Jun-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

ketimpangan gender pada posisi jabatan struktural di Dinas Perhubungan Kota

Yogyakarta, yang dilihat dari sisi situasi dan kondisi perempuan yang bekerja di

organisasi birokrasi pemerintahan pada posisi jabatan struktural dan bagaimana

organisasi tersebut memperlakukan para pegawai perempuan. Penelitian ini

berangkat dari melihat bagaimana pengarusutamaan gender yang terjadi di

Indonesia, khususnya di lingkungan organisasi birokrasi pemerintahan. Birokrasi

pemerintahan di Indonesia bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada publik

sesuai dengan misi yang diberikan kepadanya dari kebijakan-kebijakan

publik1.Sedangkan pengarusutamaan gender merupakan salah satu strategi

pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender,

melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan

perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan

evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang

kehidupan dan pembangunan.

1 Nugroho, Riant. 2008. Buku Gender dan Administrasi Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 197

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2

Sebelumnya, telah terdapat studi-studi atau penelitian yang hampir serupa

dengan penelitian ini. Terdapat studi yang berjudul “Pengaruh Kepribadian

Tangguh dan Konflik Peran Ganda Terhadap Kinerja” oleh Betril Lovely

Burmana pada tahun 2010. Penelitian tersebut membahas tentang bagaimana

konflik peran ganda yang dialami oleh pegawai perempuan dapat mempengaruhi

kinerja mereka di kantor, namun tidak memiliki spesifikasi bahwa para pegawai

perempuan tersebut bekerja di organisasi birokrasi/pemerintahan. Kemudian

terdapat studi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Gender di Lingkungan

Departemen Dalam Negeri” oleh Siti Barieroh Munir pada tahun 2005. Studi

tersebut membahas tentang bagaimana di sebuah Departemen Dalam Negeri yang

dimana termasuk sebagai salah satu organisasi birokrasi masih terdapat

ketimpangan gender, namun lebih memiliki fokus dari segi kebijakan

pengarusutamaan gender yang telah ada. Sedangkan pada penelitian ini, penulis

akan membahas dengan lebih mendalam bagaimana faktor-faktor yang

menyebabkan ketimpangan gender serta bagaimana suatu organisasi

memperlakukan pegawai perempuannya, dalam hal ini merupakan di posisi

jabatan struktural karena penelitian akan dilakukan di organisasi birokrasi

pemerintahan.

Fenomena mengenai kesetaraan gender di Indonesia pun sudah dimulai sejak

lama. Ketika masa pra-kemerdekaan, terdapat beberapa tokoh-tokoh perempuan

yang memperjuangkan persamaan hak-hak antara perempuan dan laki-laki, yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3

Kartini, Dewi Sartika, Cut Nyak Dien, dan lain-lain. Pada masa kemerdekaan dan

masa Orde Lama, gerakan perempuan mulai diperhitungkan dengan cukup tinggi.

Tetapi, ketika masa Orde Baru telah berkuasa, terkesan perkembangan akan

kesetaraan gender pun mulai berkurang. Orde Baru membentuk sebuah ideologi

gender yang berdasar pada “ibuisme‟, sebuah paham yang berarti seorang

perempuan seharusnya menjadi peranan seperti seorang ibu seperti kegiatan

ekonomi perempuan, dan partisipasi dalam dunia politik dianggap tidak layak.

Ketika masa Reformasi telah tiba, pemberdayaan perempuan semakin

menemukan bentuknya. Peran perempuan pun semakin diperhitungkan dalam

dunia politik, seperti yang terlihat pada komposisi kabinet saat ini.

Di Indonesia, pengarusutamaan gender telah mendapatkan perhatian dari

pemerintah, yaitu berupa GBHN 1999 yang berisi tentang perlunya meningkatkan

kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

melalui kebijakan nasional untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender

dalam berbagai bidang pembangunan baik di pusat maupun di daerah.2 Sehingga

kebijakan pengarusutamaan gender pun dikeluarkan.

Implementasi dari kebijakan pengarusutamaan gender tidak hanya mengetahui

tentang eksistensi perempuan dalam unit-unit pemerintahan, melainkan

bagaimana unit pemerintahan mampu memberikan pemikiran dan kebijakan

pengarusutamaan gender dalam membangun pemerintahan untuk meningkatkan

2 Sekretariat Negara, Garis-Garis Besar Haluan Negara, Jakarta, 1999.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4

kedudukan, peran, kualitas perempuan, serta upaya untuk mewujudkan terjadinya

kesetaraan dan keadilan gender.

Kualitas kesetaraan gender dalam administrasi publik di Indonesia terbagi

menjadi empat variabel, yaitu kualitas kebijakan publik, organisasi,

pendidikan,dan mekanisme. Penelitian ini hanya akan membahas tentang variabel

organisasi, yang terbagi lagi menjadi enam organisasi yang paling penting dalam

administrasi publik di Indonesia, yaitu legislatif, yudikatif, akuntatif, konsultatif,

eksekutif, dan birokrasi.3

Pada variabel organisasi publik, pengukuran untuk kualitas kesetaraan gender

dilakukan dengan menggunakan representasi. Dilihat dari UNDP (United Nations

for Development Programmes), pengukuran representasi diletakkan pada ukuran

50/504, yang berarti ukuran kesetaraan akan terjadi apabila representasi antara

laki-laki dan perempuan berjumlah sama, yaitu 50% dan 50%. Pendekatan ini

merupakan pendekatan yang paling mendapatkan penerimaan di kalangan para

pengarusutamaan gender5.

Untuk memfokuskan penelitian maka yang akan dibahas hanyalah kualitas

kesetaraan gender di organisasi birokrasi pemerintahan. Organisasi birokrasi

merupakan pegawai negeri sipil yang berada di pusat (nasional) atau pegawai

3Nugroho, Riant. 2008. Buku Gender dan Administrasi Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 213

& 243-244 4 Lihat, Megawangi, 1999. 5 Megawangi, 1999.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5

negeri sipil daerah (propinsi dan kabupaten/kota). Birokrasi memiliki kekuatan

yang besar dalam administrasi publik karena organisasi ini berhubungan langsung

dengan publik yang dilayani secara keseluruhan.

Perempuan bekerja bukanlah merupakan suatu hal yang tabu untuk dilakukan.

Keterlibatan perempuan dalam dunia kerja tidak serta merta mengindikasikan

bahwa perempuan bekerja hanya untuk mencari nafkah dan mengejar karir. Ada

sebab-sebab lain yang membuat perempuan ingin bekerja, khususnya bekerja di

organisasi birokrasi. Makna kerja yang paling mendasar selalu dikaitkan dengan

kebutuhan ekonomi, seperti: pemenuhan kebutuhan makanan, tempat tinggal,

baik untuk individu dan masyarakat, meskipun demikian ditemukan juga adanya

makna kerja lain yang lebih bersifat subjektif yang ditawarkan dari suatu

pekerjaan seperti prestasi, kehormatan, kontak sosial (Deresky 2002). Singh

(2006) mendefinisikan makna kerja sebagai penghayatan seseorang dalam

pemenuhan kebutuhan ekonomi individual dengan melaksanakan tugas pekerjaan

dari satu tahap ke tahap yang lainnya dalam organisasi. Ekonomi tidak selalu

menjadi satu-satunya faktor dimana individu bisa memaknai pekerjaannya namun

ada kebutuhan lain yang menjadi tujuan/pencapaian selain permasalahan

ekonomi. Westwood dan Lok (2003) menyebutkan bahwa makna kerja berkaitan

dengan respon terhadap sikap kerja seperti kepuasan, komitmen, dan beberapa

variabel.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

6

Kompleksitas peran ganda merupakan tantangan tersendiri bagi perempuan.

Hal ini dijelaskan dalam kebijakan pemerintah Indonesia (Dzuhayatin, 1997)

mengenai empat tugas perempuan, yaitu :

- Sebagai istri dan pendamping suami

- Sebagai pendidik dan Pembina generasi muda

- Sebagai pekerja yang menambah penghasilan Negara

- Sebagai anggota organisasi masyarakat, khususnya organisasi perempuan

dan organisasi sosial

Dapat dilihat bahwa perempuan memiliki kondisi dilematis antara pekerjaan

dengan keluarga. Hal tersebut yang menyebabkan lahirnya sebuah kebijakan baru,

yaitu Family Friendly Policy. FFP tersebut merupakan sebuah kebijakan yang

mengatur tentang kebijakan pekerjaan yang ramah akan keluarga. Terdapat

beberapa contoh praktik FFP6 yang telah dilakukan, yaitu :

a. Tempat penitipan anak

b. Waktu kerja fleksibel

c. Fasilitas transportasi publik dan bus sekolah

Pada praktiknya di Indonesia, FFP masih belum terlaksana. Bahkan, hanya

sedikit yang mengetahui perihal FFP ini. Oleh karena itu, masih sering kita

temukan kondisi dimana masih terdapat ketimpangan gender di dalam jabatan

6Pramusinto, Agus. Family Friendly Policy dan Produktivitas Pegawai Negeri Sipil. Hal 4-6

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

7

struktural, karena di Indonesia masih belum terdapat fasilitas-fasilitas yang

mendukung akan pekerjaan yang ramah akan keluarga.

Dalam dunia kerja di bidang birokrasi pemerintahan, memang telah terdapat

peraturan dan kebijakan yang mengedepankan akan kesetaraan gender sehingga

kecil kemungkinan untuk menemukan ketidaksetaraan gender dalam peraturan

dan kebijakan tersebut. Tetapi, masih terdapat hal-hal lain yang membatasi wanita

untuk dapat berada pada titik yang tinggi di dalam sebuah jabatan. Terkadang,

untuk mendapatkan sebuah posisi yang tinggi diperlukan kinerja yang lebih

daripada biasanya, contohnya seperti harus lembur, melakukan perjalanan dinas

ke luar kota, dan lain sebagainya. Sedangkan, wanita memiliki prioritas yang lain

selain bekerja dan mencari nafkah, yaitu mengurusi keluarga. Maka, seringkali

kita temukan bahwa di sebuah organisasi yang bergerak di bidang birokrasi

pemerintahan pun terjadi bias gender.

Di Indonesia, pelibatan perempuan dalam berbagai aktivitas pembangunan

dan pengambilan keputusan merupakan hal yang realistis karena jumlah

penduduk perempuan di Indonesia mencapai lebih dari 50% dari jumlah

penduduk yang ada. Namun, walaupun telah diakui bahwa kedudukan antara laki-

laki dan perempuan adalah sama, dalam prakteknya hal tersebut masih terkesan

normatif. Hal tersebut dapat terlihat pada kehidupan politik dan pemerintahan.

Keterwakilan perempuan di parlemen dan juga lembaga pemerintahan pun

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

8

jumlahnya masih tergolong kecil, apalagi ketika kita melihat dari keterlibatan

perempuan dalam jabatan-jabatan strategis.

Menurut data ketenagakerjaan di Indonesia, keterlibatan perempuan di dalam

sektor publik belum memuaskan. Contohnya saja, walaupun telah ada Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2003 yang berisi tentang kuota 30% jumlah perempuan

dalam lembaga legislatif, namun pada hasil pemilu 2009 jumlah perempuan di

parlemen hanyalah mencapai 9%. Hal tersebut disebabkan karena masih

kurangnya interest atau ketertarikan perempuan untuk terjun dan memahami

dunia politik.

Untuk mewujudkan kesetaraan gender di dalam praktek di pemerintahan

bukanlah persoalan yang mudah, karena budaya patriarkhi masih dominan di

dalam masyarakat kita. Budaya merupakan nilai-nilai yang tertanam kuat di

masyarakat dan seringkali diyakini sebagai kebenaran dan mempengaruhi cara

orang dalam melihat realitas.

Namun di sisi lain, pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen dalam

mewujudkan upaya kesetaraan gender melalui pelaksanaan Pengarusutamaan

Gender, yang dimana isu gender diutamakan dalam pembangunan dan

pemberdayaan perempuan. Terdapat kebijakan-kebijakan yang memberikan

peluang untuk PNS perempuan dalam memperoleh jabatan-jabatan strategis di

pemerintahan atau organisasi publik. Salah satunya adalah dengan Inpres Nomor

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

9

9 Tahun 2009 tentang Pengarusutamaan Gender yang diamanatkan untuk

dilaksanakan oleh semua lembaga pemerintah termasuk Pemerintah Daerah.

Kesuksesan yang diraih oleh organisasi birokrasi pemerintahan bergantung

pada seberapa banyak partisipasi laki-laki dan perempuan yang bekerja disana.

Tetapi, partisipasi antara laki-laki dan perempuan haruslah seimbang, termasuk

pembagian porsi untuk menduduki jabatan struktural di organisasi birokrasi.

Kuota minimal aspirasi perempuan pada organisasi birokrasi pemerintah

adalah 30%, mengikuti kebijakan kuota minimal untuk lembaga legislatif. Di

Indonesia, masih belum ada kebijakan lainnya mengenai kuota minimal

perempuan selain di lembaga legislatif, oleh karena itu untuk organisasi birokrasi

pemerintahan pun juga menggunakan kebijakan tersebut. Pada dasarnya,

penentuan kuota minimal 30% pada lembaga legislatif tersebut dicetuskan karena

jumlah laki-laki lebih banyak di parlemen sehingga dapat disebut sebagai politik-

maskulinitas. Sehingga 30% pun dirasa sudah cukup untuk mewakili aspirasi

perempuan. Dan apabila melihat dari negara-negara lain, juga menerapkan kuota

tersebut, yaitu rata-rata antara 20% hingga 30%.

Adapula jumlah dan prosentase Pegawai Negeri Sipil menurut Jenis Jabatan

dan Jenis Kelamin secara struktural seluruh Indonesia (yang menduduki jabatan

struktural eselon I-V pada lembaga pemerintahan pusat), yaitu :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

10

Tabel 1.1

Jumlah dan Prosentase PNS Menurut Jenis Kelamin dan Jenis Jabatan Secara

Struktural di Indonesia Tahun 2014

No Lembaga Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentasi

Perempuan

1 Eselon I 529 133 662 21,38 %

2 Eselon II 11.209 1.985 13.194 15,04 %

3 Eselon III 49.080 12.730 61.810 20,59 %

4 Eselon IV 129.752 65.030 194.782 33,38 %

5 Eselon V 5.022 2.275 7.297 31,17 %

Total 195.592 82.153 277.745 29,57 % Sumber: bkn.go.id

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat

ketimpangan gender di lingkungan organisasi birokrasi khususnya pada jabatan

struktural, bahkan secara keseluruhan pun masih kurang dari 30% walaupun

hampir memenuhi kuota.Terlebih lagi apabila mengacu pada jabatan Eselon II,

jumlah pejabat struktural wanita hanya berkisar 15,04% dari jumlah keseluruhan.

Menurut data dari Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta, pada tahun

2013 lingkungan pemerintah Kota Yogyakarta memiliki Pegawai Negeri Sipil

sebanyak 7.784 pegawai. Yang dimana terbagi menjadi 3.616 pegawai laki-laki

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

11

dan 4.168 pegawai perempuan. Angka tersebut cukup memuaskan, karena jumlah

pegawai perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki.

Dapat dilihat bahwa terdapat beberapa jenis dinas yang berada di lingkungan

Pemerintah Kota Yogyakarta. Terdapat pula prosentase keseluruhan dinas di

Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 1.2

Prosentase Jumlah Pegawai Keseluruhan Dinas di Pemerintah Kota

Yogyakarta Berdasarkan Jenis Kelamin

No Lembaga Laki-laki Perempuan Prosentasi

Perempuan

1 Dinas Pendidikan

1.564 2.631 62,72%

2 Dinas Kesehatan

189 483 71,87%

3 Dinas Sosial, Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi

54 54 50%

4 Dinas Perhubungan

93 18 16,21%

5 Dinas Kependudukan Dan

Pencacatan Sipil

30 18 37,5%

6 Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan

27 20 42,55%

7 Dinas Permukiman Dan Prasarana

Wilayah

115 19 14,18%

8 Dinas Perind., Perdag., Koperasi

Dan Pertanian

79 42 34,71%

9 Dinas Pajak Daerah Dan

Pengelolaan Keuangan

61 64 51,2%

10 Dinas Perizinan

41 28 40,58

11 Dinas Pengelolaan Pasar 103 21 16,93%

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

12

12 Dinas Ketertiban

161 11 6,39%

13 Dinas Bangunan Gedung Dan Aset

Daerah

33 20 37,73%

Total

2.534 3.425 57,47%

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah, 2013, Jumlah Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari keseluruhan dinas-dinas tersebut, dapat dilihat bahwa Dinas

Perhubungan merupakan salah satu dinas yang memiliki posisi tiga terbawah

untuk jumlah pegawai perempuan. Dinas Perhubungan memiliki jumlah staff atau

pegawai sebanyak 111pegawai, yang terbagi menjadi 93 pegawai laki-laki dan 18

pegawai perempuan. Pegawai perempuan memiliki angka yang jauh lebih kecil

dibandingkan dengan pegawai laki-laki, sehingga dapat diindikasikan bahwa

terdapat ketimpangan gender pada Dinas Perhubungan tersebut. Terlebih lagi,

pada jabatan struktural yang memiliki jumlah 19 pegawai, hanya 4 pegawai yang

berjenis kelamin perempuan, sedangkan sisanya adalah berjenis kelamin laki-laki

dengan jumlah 15 orang. Pegawai perempuan yang menduduki jabatan struktural

di Dinas Perhubungan hanya memiliki prosentase sebesar 21,04% yang dimana

masih jauh dari ukuran indikator kesetaraan gender. Dapat dilihat bahwa dari

aspek kuantitas, partisipasi perempuan pada jabatan struktural di Dinas

Perhubungan masih kurang, dilihat dari jumlah prosentase masih kurang dari

30%. Berikut adalah rincian dari jumlah pegawai jabatan struktural di Dinas

Perhubungan Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

13

Tabel 1.3

Jumlah Pegawai Jabatan Struktural di Dinas Perhubungan Kota

Yogyakarta Berdasarkan Jenis Kelamin

No

Jabatan/Unit Kerja Laki-Laki Perempuan Jumlah

1

Dinas Perhubungan 2 0 2

2 Sub Bagian Umum dan

Kepegawaian

0 1 1

3

Sub Bagian Keuangan 1 0 1

4 Sub Bagian Administrasi

Data dan Pelaporan

0 1 1

5 Bidang Lalu Lintas dan

Angkutan

0 1 1

6 Seksi Manajemen Lalu

Lintas

1 0 1

7 Seksi Rekayasa Lalu

Lintas

1 0 1

8

Seksi Angkutan 1 0 1

9

Bidang Perparkiran 1 0 1

10 Seksi Optimalisasi

Perparkiran

1 0 1

11

Seksi Retribusi Parkir 1 0 1

12 Bidang Pengendalian

Operasional dan

Bimbingan Keselamatan

1 0 1

13 Seksi Pengendalian

Operasional

1 0 1

14 Seksi Bimbingan

Keselamatan

1 0 1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

14

15

UPT Pengelolaan Terminal 1 1 2

16 UPT Pengujian Kendaraan

Bermotor

2 0 2

Total

15 4 19

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, 2013, Rekapitulasi Berdasarkan Eselon

Jabatan, Yogyakarta.

Dengan rendahnya jumlah angka perempuan pada jabatan struktural di Dinas

Perhubungan, maka penulis pun ingin melakukan penelitian mengenai faktor-

faktor yang menyebabkan ketimpangan gender di jabatan struktural yang terdapat

di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta tersebut, karena ingin mengetahui apa

saja faktor yang menyebabkan sedikitnya jumlah pegawai perempuan di sebuah

jabatan struktural di dalam organisasi birokrasi pemerintahan tersebut. Hal

tersebut pun membuat penulis merasa penelitian akan “Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Ketimpangan Gender di Posisi Jabatan Struktural”adalah hal yang

menarik untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalah yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah:“Apa faktor-faktor yang

mempengaruhiketimpangan gender pada posisi jabatan strukturaldi Dinas

Perhubungan Kota Yogyakarta?”

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

15

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

ketimpangan gender pada posisi jabatan struktural di Dinas Perhubungan Kota

Yogyakarta

2. Mengetahui apakah kesetaraan gender dan peningkatan pemberdayaan

perempuan telah diperhatikan di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran tentang kondisi

kesenjangan dan kesetaraan gender yang sebenarnya terjadi dalam dunia kerja

2. Dapat dijadikan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIMPANGAN GENDER PADA POSISI JABATANSTRUKTURAL(Studi Kasus di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta)MONICA WILLIA HAPSARIUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/