its undergraduate 19692 chapter1 190907
DESCRIPTION
hghgjhTRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan sesuatu yang bersifat kekal, sesuai
dengan hukum kekekalan energi dan hukum I termodinamika
yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk energi
ke bentuk energi lainnya. Hukum alam inilah yang mendorong
manusia untuk terus berusaha memanfaatkan energi yang ada
disekitar, baik yang terbuang secara percuma maupun yang belum
termanfaatkan untuk menjadi sumber energi alternatif dan
terbarukan, serta nantinya diharapkan dapat berguna bagi
kehidupan. Semangat dalam pencarian energi alternatif dan
terbarukan semakin besar, karena juga didorong oleh situasi
global yang mengindikasikan cadangan energi fosil, khususnya
minyak bumi makin lama makin menipis karena sifatnya yang
tidak terbarukan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Martin Djamin yang merupakan Staf Ahli Menristek Bidang
Energi Alternatif dan Terbarukan yang menyatakan bahwa
dengan terbatasnya cadangan energi fosil yang ada saat ini, perlu
segera dilakukan pemanfaatan energi alternatif secara bertahap
dan berorientasi pasar menuju pola bauran energi (energy mix)
yang terpadu, optimal, dan bijaksana (sumber :
www.lppm.rumahkucing.com).
Selain kebutuhan akan sumber energi yang semakin
meningkat, perkembangan teknologi pun secara langsung juga
ikut meningkat dengan pesat, antara lain perkembangan teknologi
otomotif, teknologi pemesinan, dan termasuk salah satunya
perkembangan teknologi dibidang transportasi kereta api, yaitu
-
2
telah diciptakannya peralatan yang memungkinkan untuk dapat
menghasilkan daya listrik yang mana akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan listrik tiap gerbong dengan memanfaatkan
energi terbuang yang dihasilkan dari suspensi kereta api.
Kereta api merupakan alat angkutan penumpang maupun
barang yang memiliki keunggulan terutama dalam hal kapasitas
angkut yang besar, efisien, aman, serta kelancaran transportasi
dibandingkan alat angkutan lainnya. Untuk mencapai hal tersebut,
sarana kereta api tersebut (lokomotif, kereta, dan gerbong)
haruslah dapat beroperasi seoptimum mungkin dengan breakdown
atau unscheduled down time akibat kerusakan komponen-
komponennya diminimalkan. Keandalan (reliability) sarana
sangat menentukan kelancaran, keselamatan, keamanan dan
keberhasilan pengoperasian kereta api. Salah satu sistem dalam
kereta api adalah sistem suspensi, yang terdiri dari dua jenis yaitu
system suspensi ulir dan sistem suspensi daun.
Gambar 1.1. Sistem suspensi pegas ulir dan pegas daun pada
kereta api
-
3
Suspensi ini terletak pada bagian antara roda kereta api dan
gerbong yang disebut dengan bogie. Pada gerbong kereta dengan
jenis bogie tipe k9 untuk gerbong kereta penumpang terdapat 2
bogie (chassis) yang terdiri atas 4 roda, 8 pegas ulir roda, dan 4
pasang pegas ulir bogie yang setiap pasangnya terdiri atas satu
pegas ulir bogie luar dan satu pegas ulir bogie dalam, sehingga
dalam satu gerbong kereta terdapat 8 roda, 16 pegas ulir roda, dan
8 pasang pegas ulir bogie yaitu 8 pegas ulir bogie dalam dan 8
pegas ulir bogie luar. Pegas ulir bogie luar adalah komponen
bagian dari bogie kereta api yang berfungsi untuk mengurangi
beban impact atau meringankan kejutan dan sebagai pendukung
getaran massa dengan mekanisme lendutan lilitan-lilitan pegasnya
yang berosilasi diantara posisi keseimbangannya pada saat
gerbong kereta mengalami goyangan kiri-kanan. Dalam
operasinya pegas ulir bogie luar ini mengalami beban puntir
dengan tegangan-tegangan yang bekerja terdiri atas tegangan
normal dan tegangan geser.
Gambar 1.2. bogie kereta api
-
4
Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik pada fasilitas
kereta, maka digunakan genset yang diletakkan pada satu gerbong
tertentu yang berfungsi sebagai penyuplai daya listrik dengan
menggunakan bahan bakar solar. Solar merupakan sumber energi
yang tidak dapat diperbarui.
Oleh karena itu, ketergantungan akan kebutuhan energi
listrik pada minyak bumi inilah yang menjadi salah satu hal yang
mendasari dicarinya sumber energi alternatif dan terbarukan,
sebagai sumber energi tambahan yang mampu memperlama masa
pemakaian serta dapat memenuhi kebutuhan daya listrik per
gerbong pada kereta api. Sesuai dengan pernyataan Bria Yohanes
sebagai Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben)
Propinsi Nusa Tenggara Timur yang menyatakan bahwa
pemenuhan energi listrik dengan memanfaatkan sumber energi
baru terbarukan merupakan suatu keharusan saat ini mengingat
keterbatasan sumber energi konvensional (sumber : www.dion-
bata.blogspot.com).
Menurut penelitian Lei Zuo dari New York State
University, hanya 10-16 persen dari energi bahan bakar yang
efektif digunakan untuk menjalankan kendaraan sehari-hari, yaitu,
untuk mengatasi resistensi dari gesekan jalan, hambatan udara
dan mendorong kendaraan maju. Sebagian besar energinya justru
terbuang sia-sia. Ada beberapa metode yang sedang
dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ini, antara lain
dengan kinetic Energy Recovery System (KERS), Thermal Energy
Recovery System (TERS), dan Vibration Energy Harvester
(VEH).
KERS adalah perangkat yang berfungsi untuk
menyimpan energi kinetik dan dimanfaatkan kembali untuk
menambah akselerasi kendaraan. Pada mobil formula satu energy
yang tersimpan ini kemudian digunakan untuk membantu
akselerasi sehingga percepatan yang didapat setelah pengereman
bisa lebih tinggi. Sekarang pada perkembangannya, KERS
digunakan pula pada mobil hybrid untuk membantu suplai energy
listrik ke batterai/accu.
-
5
Berbeda dengan KERS, thermal energy recovery system
diciptakan untuk memanen energi thermal yang terbuang. Dengan
alat ini, energi panas dari kendaraan akan dikonversi menjadi
energy listrik. Energy listrik tersebut kemudian disimpan dalam
akumulator. Sedangkan efisiensi thermal efektif dari sistem TERS
ini berkisar antara 25-30%.
Sedangkan pada VEH, energy yang ditangkap berasal
dari getaran yang terjadi pada kendaraan, terutama pada sistem
suspensi. Sejauh ini mekanisme VEH yang dilakukan adalah
dengan membuat regenerative shock absorber. Ada beberapa
jenis regenerative shock absorber yang telah dikembangkan, yaitu
hydraulic regenerative shock absorber yang diperkenalkan oleh
mahasiswa MIT dan elektromagnetik regenerative shock absorber
yang dikembangkan oleh tim engineer dari New York State
University.
Sistem peredam kejut regeneratif yang dirancang oleh
peneliti MIT yang memanfaatkan gerakan naik turun suspensi
hidrolik untuk menggerakkan motor hidrolik eksternal.
Sedangkan insinyur mekanik dari New York State University
yang menggunakan konsep induksi magnetic di dalam peredam
kejutnya. Namun berbeda dengan yang lainnya, pada pada tugas
akhir ini gerak relatif naik-turun suspensi akan ditangkap oleh
sebuah alat terpisah dan dikonversi menjadi energi listrik. Alat
pemanen energy yang akan dikembangkan ini memanfaatkan
gerakan naik-turun suspensi yang kemudian dikonversi menjadi
gerak kecepatan rotasi. Gerak kecepatan rotasi ini akan diperbesar
dan dihubungkan ke generator sehingga menghasilkan listrik. Alat
ini dinamakan Vibration Energy Recovery System (VERS).
Penelitian pada Tugas Akhir ini difokuskan pada
pengujian dan analisa besarnya voltase dan arus (DC) bangkitan
akibat pengaruh variasi kecepatan naik turun pada bogie. Konsep
yang digunakan untuk memanen energi dari aktivitas getaran
suspense kereta api dengan cara menangkap energi kinetik
-
6
getaran suspensi menggunakan mekanisme kinematik yang terdiri
dari beberapa pasang roda gigi dan kemudian diubah menjadi
energi listrik dengan menggunakan sistem pembangkit daya
melalui rotasi masa magnet disekitar kumparan.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana pengaruh variasi frekuensi dan amplitudo exciter terhadap energi listrik yang dihasilkan pada P-
Vers
2. Menganalisa perbandingan energi listrik yang dihasilkan dari proses pengujian dengan proses perhitungan.
1.3 Batasan Masalah
Untuk menyederhanakan permasalahan yang akan dibahas,
adapun beberapa batasan masalah yang diambil dalam tugas akhir
ini antara lain:
1. Motor yang digunakan untuk menggerakkan exciter ini adalah motor DC yaitu motor reduksi 30 rpm 24 volt.
2. Generator yang digunakan pada pengujian ini adalah motor DC yang dibalik cara kerjanya, yaitu motor DC 30
volt 3100 rpm.
3. Pengukuran dilakukan dengan 7 variasi frekuensi dan 3 variasi amplitudo
4. Tachometer yang digunakan untuk mengukur putaran disk dalam keadaan normal.
5. Oscilloscope yang digunakan untuk merekam data voltase yang dibangkitkan dalam keadaan normal.
-
7
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini antara lain:
a. Melakukan studi pengaruh variasi frekuensi dan amplitudo exciter terhadap energi listrik yang
dihasilkan pada p-vers.
b. Menganalisa perbandingan energi listrik yang dihasilkan dari proses pengujian dengan proses
perhitungan(yang dibandingkan adalah daya).
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tugas akhir ini
antara lain:
1. Mahasiswa dapat mengetahui performa p-vers yang telah di rancang.
2. Membantu mahasiswa dalam memahami konsep dan merancang produk (exciter).
3. Memberikan salah satu solusi dalam upaya menyediakan kebutuhan sumber energi listrik.