bab i pengantar 1.1 latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENGANTAR
1.1 Latar Belakang
Otonomi daerah dimulai sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang
diubah masing-masing dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004. Ketentuan tersebut berimplikasi terhadap
sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia dari pemerintahan yang
sentralistik menjadi desentralistik. Setiap daerah diberi kesempatan untuk
mengatur dan mengurus sendiri daerahnya berdasarkan asas otonomi dalam
rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan kepada masyarakat.
Dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah ini, setiap kabupaten/kota
dituntut untuk mampu mengurangi ketergantungannya terhadap pemerintah pusat
terutama dalam hal membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah, sehingga kabupaten/kota diharapkan menjadi lebih mandiri dalam
mengelola keuangan daerah, yang salah satunya diindikasikan dengan
meningkatnya kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Namun pada
prakteknya, yang terjadi selama ini adalah kontribusi PAD kabupaten/kota
terhadap Total Penerimaan Daerah (TPD) masih sangat rendah, sehingga
kebanyakan dari kabupaten/kota belum mampu untuk membiayai sendiri anggaran
pembangunannya. Kondisi tersebut juga dialami oleh Pemerintah Kabupaten
Tanah Bumbu di mana penerimaan daerah dari PAD masih sangat rendah serta
struktur pendapatan daerah masih didominasi oleh transfer dari pemerintah pusat.
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Hal ini dapat dilihat dari kontribusi masing-masing komponen PAD terhadap TPD
Kabupaten Tanah Bumbu dari tahun 2011-2013.
Tabel 1.1 Kontribusi PAD, Pendapatan Transfer dari Pusat, Pendapatan dari
Provinsi dan Pendapatan Lain-Lain terhadap Total Penerimaan Daerah
Kabupaten Tanah Bumbu, 2011-2013
Thn PAD
(Rp)
Pendapatan
Transfer Pusat
(Rp)
Pendapatan
Transfer Provinsi
(Rp)
Pendapatan Lain-
lain
(Rp)
Total
Penerimaan
Daerah
(Rp)
2011 29,599,131,622.00 636,668,670,276.00 47,624,689,586.00 164,685,033,714.00 878,577,525,198.00
2012 66,535,645,235.00 804,624,399,564.00 120,087,699,663.00 146,446,965,920.00 1,137,694,710,382.00
2013 84,464,231,169.93 760,967,179,999.00 93,837,938,744.00 138,355,393,656.50 1,077,624,743,569.43
Tahun Kontribusi ( % )
PAD T. Pusat T. Provinsi P. Lain-lain
2011 3.37% 72.47% 5.42% 18.74%
2012 5.85% 70.72% 10.56% 12.87%
2013 7.84% 70.62% 8.71% 12.84%
Rata-
Rata 5.69% 71.27% 8.23% 14.82%
Sumber: Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Bumbu (diolah)
Tabel 1.2 Persentase PAD Terhadap TPD Kabupaten/Kota di Indonesia
Tahun 2011-2013
No Kab/Kota Persentase PAD Terhadap TPD
2011 2012 2013
1 Kabupaten Badung 77.24% 68.25% 75.15%
2 Kota Surabaya 53.87% 51.10% 50.48%
3 Kota Medan 31.57% 38.73% 40.62%
4 Kota Denpasar 30.69% 30.67% 40.12%
5 Kota Batam 27.32% 26.70% 30.64%
6 Kota Yogyakarta 25.44% 26.81% 28.45%
Sumber: Dirjen Perimbangan Keuangan, Data APBD Tahun 2011 s/d 2013 (diolah)
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dari 412 kabupaten dan 92 kota di Indonesia,
hanya 6 (enam) kabupaten/kota saja yang memiliki persentase PAD terhadap TPD
di atas 25 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya ketergantungan
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
kabupaten/kota di Indonesia terhadap pembiayaan/transfer dari pusat. Begitu juga
yang dialami oleh Pemeritah Kabupaten Tanah Bumbu, dari Tabel 1.1
menunjukkan bahwa kontribusi PAD terhadap TPD Kabupaten Tanah Bumbu
tahun 2011-2013 masih sangat rendah yaitu rata-rata kontribusi hanya sebesar
5,69 persen. Hal ini menunjukkan tingkat kemandirian Kabupaten Tanah Bumbu
masih rendah dan tingkat ketergantungan Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu
akan pendapatan dari transfer pemerintah pusat masih mendominasi Total
Penerimaan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu dengan rata-rata kontribusinya
sebesar 71,27 persen.
Tabel 1.3
Kontribusi Belanja Pegawai, Belanja Barang Jasa, dan Belanja Modal
terhadap Total Penerimaan Daerah
Kabupaten Tanah Bumbu, 2011-2013
Tahun
Kontribusi ( % )
B.Pegawai B.Barang
Jasa B.Modal
2011 35.15% 16.10% 16.29%
2012 32.47% 13.05% 23.51%
2013 39.46% 20.37% 44.55%
Rata-Rata 35.69% 16.50% 28.12%
Sumber: Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah
Bumbu (diolah)
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Tabel 1.4
Realisasi Belanja Daerah
Kabupaten Tanah Bumbu, 2011-2013
(dalam Rupiah)
Uraian Realisasi Belanja Daerah
TA 2013 TA 2012 TA 2011
Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai 425,269,231,688.00 369,430,878,285.00 308,812,321,518.00
Belanja Barang dan Jasa 219,532,714,862.30 148,420,400,713.50 141,420,296,137.00
Belanja Subsidi 0.00 0.00 0.00
Belanja Hibah 70,631,429,144.00 31,270,211,183.00 21,023,763,650.00
Belanja Bantuan Sosial 2,234,621,900.00 7,603,110,216.00 6,655,575,000.00
Belanja Bantuan
Keuangan 44,953,353,104.00 38,673,365,000.00 25,422,792,953.00
Jumlah Belanja Operasi 762,621,350,698.30 595,397,965,397.50 503,334,749,258.00
Belanja Modal
Belanja Tanah 36,315,638,619.00 15,778,125,650.00 6,224,635,200.00
Belanja Peralatan dan
Mesin 73,238,346,892.00 50,836,525,199.00 26,368,584,581.00
Belanja Bangunan dan
Gedung 71,609,801,719.76 27,941,670,560.00 15,631,742,437.00
Belanja Jalan, Irigasi dan
Jaringan 298,389,990,913.07 172,518,492,409.00 90,659,189,944.00
Belanja Aset Tetap
Lainnya 478,236,600.00 391,177,950.00 4,237,985,800.00
Jumlah Belanja Modal 480,032,014,743.83 267,465,991,768.00 143,122,137,962.00
Belanja Tidak Terduga
Belanja Tidak Terduga 1,099,955,740.00 1,492,016,594.00 242,938,100.00
Jumlah Belanja Tidak
terduga 1,099,955,740.00 1,492,016,594.00 242,938,100.00
Transfer
Bagi Hasil Pajak 0.00 0.00 0.00
Jumlah Transfer 0.00 0.00 0.00
Jumlah Belanja + Transfer 1,243,753,321,182.13 864,355,973,759.50 646,699,825,320.00
Sumber: Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Bumbu (diolah)
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Tabel 1.3 dan Tabel 1.4 menunjukkan bahwa sumber pendapatan dari
Pemerintah Pusat walaupun telah memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap penerimaan daerah, akan tetapi sebagian besar peruntukannya ditujukan
untuk belanja pegawai. Belanja pegawai berdasarkan Permendagri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan belanja
kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang
diberikan kepada pegawai negeri sipil juga merupakan uang representasi dan
tunjangan pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah
dan wakil kepala daerah serta penghasilan dan penerimaan lainnya. Dari Tabel 1.4
dapat dilihat bahwa rata-rata belanja pegawai pada Pemerintah Kabupaten Tanah
Bumbu mendominasi penggunaan Total Penerimaan Daerah yaitu sebesar 35,69
persen. Kontribusi belanja modal terhadap Total Penerimaan Daerah hanya
memiliki persentase sebesar 28,12 persen. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi
dana yang dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu untuk
membiayai kegiatan pembangunannya masih cukup kecil, padahal untuk
meningkatkan kegiatan perekonomian dan aktivitas pembangunan dalam rangka
pelaksanaan otonomi daerah diperlukan dana yang besar untuk menunjang
pembangunan infrastruktur dan fasilitas pelayanan masyarakat.
Pemerintah daerah dalam usahanya meningkatkan pembangunan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Tidak bisa dipungkiri bahwa untuk membiayai sebagian besar anggaran
pembangunannya, pemerintah daerah harus aktif menggali sumber-sumber
pendapatan yang akan dijadikan sebagai modal kerja. Pemerintah daerah dituntut
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
untuk mampu mengoptimalkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah (UU Nomor 32 tahun 2004).
Dengan kata lain pemerintah daerah harus mandiri dalam membiayai sebagian
besar anggaran pembangunannya, sehingga sumber daya yang ada harus dikelola
dan dimanfaatkan secara maksimal termasuk aset-aset berupa tanah maupun
bangunan agar penerimaan daerah bisa tercapai secara optimal.
Kode Etik Penilai Indonesia dan Standar Penilaian Indonesia (2013: 2)
KPUP butir 3.1 menyatakan dari perspektif keuangan dan akuntansi, aset adalah
sumberdaya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai oleh suatu perseorangan atau
entitas atau pemerintah secara historis dan dari mana manfaat ekonomi dan sosial
di masa depan diharapkan dapat diperoleh, serta dapat diukur dalam satuan uang.
Hak kepemilikan dari sebuah aset bersifat tidak berwujud, namun aset yang
dimiliki dapat merupakan aset berwujud dan aset tidak berwujud. Adapun aset
daerah adalah semua harta kekayaan milik daerah baik barang berwujud maupun
barang tidak berwujud (Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 Bab I pasal I).
Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah
(Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 Bab I pasal 1).
Salah satu tahapan kerja manajemen aset menurut Siregar (2004: 518) yaitu
optimalisasi aset yang merupakan proses kerja dalam manajemen aset yang
bertujuan untuk mengoptimalisasi potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/volume, legal
dan ekonomi yang dimiliki aset tersebut. Dalam tahapan ini, aset-aset yang
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
dikuasai pemerintah daerah diidentifikasi dan dikelompokan atas aset yang
memiliki potensi dan yang tidak memiliki potensi.
Kabupaten Tanah Bumbu berdiri berdasarkan pada Undang-undang No. 2
Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten
Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan melalui rapat paripurna DPR RI tanggal
8 April 2003. Kabupaten Tanah Bumbu merupakan wilayah pemekaran dari
Kabupaten Kotabaru. Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak di
antara: 2°52’ – 3°47’ Lintang Selatan dan 115°15’ – 116°04’ Bujur Timur.
Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu dari 13 (tiga belas) kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau
Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan: Kabupaten Kotabaru di sebelah utara
dan timur, Laut Jawa di sebelah selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah
Laut di sebelah barat. Kabupaten yang beribukota di Batulicin ini memiliki 10
(sepuluh) Kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan
Hulu, Batulicin, Karang Bintang, Simpang Empat, Mantewe, Kuranji dan
Angsana. Lima Kecamatan yang terakhir disebutkan adalah kecamatan hasil
pemekaran pada pertengahan 2005 lalu. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas
wilayah sebesar 5.066,96 km2 (506.696 Ha) atau 13,50 persen dari total luas
Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan Kusan Hulu merupakan kecamatan
terluas dan Kecamatan Kuranji merupakan kecamatan terkecil dari luas
keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu.
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Sumber: Bappeda Kabupaten Tanah Bumbu, 2013.
Gambar 1.1
Peta Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
Tabel 1.5
Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu TA 2013
(dalam Rupiah)
Aset Tetap
Tanah 782,985,248,891.09
Peralatan dan Mesin 268,971,337,650.26
Gedung dan Bangunan 485,281,915,253.73
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 857,497,854,868.12
Aset Tetap Lainnya 37,311,789,830.02
Konstruksi dalam Pengerjaan 139,366,548,346.22
Akumulasi Penyusutan 0.00
Jumlah Aset Tetap 2,571,414,694,839.44
Sumber: Bagian Aset Sekretariat Daerah Kabupaten Tanah Bumbu
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
Tabel 1.5 menunjukkan bahwa aset tanah merupakan 30,45 persen dari total
aset yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu. Berdasarkan hasil
inventarisasi aset yang dilakukan pada tahun 2011 diperoleh informasi bahwa
Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu masih banyak memiliki aset berupa tanah
kosong dan masih belum dimanfaatkan, sehingga apabila dimanfaatkan untuk
pembangunan dan perkembangan kota serta sepenuhnya untuk kepentingan
masyarakat akan dapat meningkatkan atau menciptakan sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Pengelolaan aset milik daerah yang baik akan memposisikan aset
tersebut sebagai revenue generator, yang dapat memberikan manfaat ekonomi
bagi pemerintah daerah seperti membuka lapangan kerja, meningkatkan
pendapatan masyarakat dan yang pasti akan meningkatkan pendapatan daerah.
Sebaliknya jika pengelolaan aset milik daerah tidak dilakukan dengan baik, maka
akan menjadikan aset tersebut sebagai cost center yang membebani Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), khususnya jika dikaitkan dengan segi biaya
pemeliharaan dan pengamanannya terutama untuk mencegah kemungkinan
adanya penyerobotan dari pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab.
Aset daerah berupa tanah merupakan salah satu kekayaan milik daerah yang
pengelolaannya harus dilakukan secara baik dan benar, karena dapat memberikan
manfaat ekonomi yang tinggi bagi daerah. Untuk itu perlu dilakukan optimalisasi
pemanfaatan aset dengan menganalisis kegunaan tertinggi dan terbaik (highest
and best use) terhadap aset non operasional milik Pemerintah Kabupaten Tanah
Bumbu terutama pada tanah-tanah kosong maupun terhadap tanah-tanah terlantar
yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Siregar (2004: 523)
menyatakan studi optimalisasi aset pemerintah daerah dapat dilakukan dengan: (1)
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
identifikasi aset; (2) pengembangan basis data aset; (3) studi Highest and Best Use
atas aset; dan (4) pengembangan strategi optimalisasi aset. Dengan demikian salah
satu langkah penting yang harus dilakukan dalam optimalisasi aset pemerintah
daerah adalah studi atau analisis tentang Highest and Best Use (HBU).
Konsep penggunaan tertinggi dan terbaik (Highest and Best Use atau HBU)
dapat diartikan sebagai kegunaan yang paling layak, memungkinkan, dan sah dari
suatu tanah kosong atau tanah yang sudah dibangun, yang secara fisik
memungkinkan, dibenarkan oleh peraturan, layak secara finansial, dan yang
menghasilkan nilai tertinggi (AIREA, 2008: 278).
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini disusun
guna menjawab tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Tanah
Bumbu dalam menjalankan fungsi dan perannya secara maksimal terutama dalam
hal identifikasi dan optimalisasi pemanfaatan aset terutama pada aset idle yang
dimiliki. Optimalisasi pemanfaatan aset idle ini mengambil sampel satu bidang
tanah yang belum dimanfaatkan dengan luas ±2 hektar yang terletak di Jalan Raya
Batulicin, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Simpang Empat, untuk
kemudian dianalisis dengan menggunakan metoda highest and best use. Dengan
tujuan menemukan kegunaan tertinggi dan terbaik yang mungkin dikembangkan
berdasarkan studi kelayakan fisik, legalitas dan perizinan, keuangan, dan
kemampuan memberikan hasil yang maksimal agar nantinya dapat memberikan
kontribusi pada Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Bumbu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana identifikasi dan optimalisasi pemanfaatan aset tetap non
operasional milik Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu?
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
2. Bagaimana penerapan analisis highest and best use untuk menentukan
kegunaan paling optimal atas aset tetap non operasional milik Pemerintah
Kabupaten Tanah Bumbu berupa tanah dengan luas ± 2 hektar yang terletak di
Jalan Raya Batulicin, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Simpang Empat?
1.3 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai optimalisasi aset milik pemerintah daerah dengan
melakukan studi highest and best use telah beberapa kali dilakukan oleh peneliti
lainnya. Pada intinya, antara penelitian-penelitian terdahulu dengan penelitian
yang sekarang dilakukan memiliki kesamaan dan juga perbedaan. Kesamaan
penelitian terletak pada alat analisis yang digunakan dalam mengolah data untuk
menghasilkan kesimpulan, sedangkan perbedaanya terletak pada penentuan lokasi
dan objek penelitian. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan diantaranya
sebagai berikut:
1. Wilantono (2011) meneliti penggunaan tertinggi dan terbaik terhadap lahan
bekas terminal lama yang berlokasi di Jalan Dr. Rajiman Ngawi, dengan
melakukan analisis produktivitas properti, analisis pasar dan dilanjutkan
dengan kelayakan keuangan. Dari hasil analisis didapatkan tiga usulan
penggunaan lahan yang layak dan memungkinkan yaitu penggunaan hotel,
komplek ruko, dan gelanggang olahraga. Berdasarkan indikator kelayakan
keuangan diketahui bahwa usulan penggunaan hotel merupakan penggunaan
tertinggi dan terbaik.
2. Kusumayadi (2011) melakukan penelitian tentang analisis mix-use
development pada lahan komersial yakni kawasan terpadu islamic center yang
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
ada di Provinsi NTB. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
penggunaan yang paling memungkinkan dalam konsep mix-use development
didalam mendapatkan pendapatan yang paling optimal dari pilihan
pengembangan yang ditawarkan berdasarkan metoda highest and best use
(HBU). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
lokasi, analisis pasar properti, analisis keuangan, dan analisis dampak sosial
ekonomi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis atribut
objek (lokasi, karakterfisik, infrastruktur, aksesbilitas, lingkungan, regulasi),
analisis makro ekonomi, analisis permintaan dan penawaran, analisis penilaian
tanah dan keuangan, serta analisis pengaruh sosial dan ekonomi
3. Pratama (2011) melakukan analisis pemanfaatan lahan kosong milik
Pemerintah DKI Jakarta dengan metoda HBU (analisis produktifitas, analisis
penilaian tanah, pendapatan dan keuangan). Alat analisis yang digunakan
adalah analisis produktivitas properti, analisis pasar, analisis keuangan dan
analisis dampak sosial ekonomi. Kesimpulan dari penelitian ini diketahui
bahwa penggunaan paling optimal untuk lahan kosong tersebut adalah
kegunaan sebagai rumah susun.
4. Pradhani (2013) melakukan penelitian pada satu bidang tanah kosong yang
terletak di Jalan Ismail Marzuki, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Penelitian ini berkaitan dengan peluang kerjasama pemerintah dan
swasta dengan mekanisme Built, Operate, and Transfer (BOT). Dalam
menganalisis kegunaan yang terbaik atas lahan kosong tersebut, digunakan
alat analisis yaitu analisis produktivitas, analisis pasar untuk masing-masing
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
pilihan penggunaan, dan analisis keuangan. Adapun hasil akhir yang diperoleh
untuk penggunaan tertinggi dan terbaik adalah mix-use development yang
terdiri dari hotel, mall, dan convention center, lengkap dengan proyeksi
penerimaan pemerintah daerah yang berasal dari sewa tanah, sewa bangunan,
dan nilai sisa bangunan, serta proyeksi penerimaan bagi investor selama masa
konsesi.
5. Supit (2013) melakukan penelitian pada satu bidang tanah kosong yang
terletak di Jalan Trans Manado-Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Dengan
menggunakan alat analisis berupa analisis produktivitas properti yang terdiri
dari aspek fisik dan lokasi lahan serta aspek peraturan dan regulasi, analisis
pasar yang meneliti mengenai keseimbangan pasar, analisis kelayakan yang
mencakup uji kelayakan finansial, uji kelayakan investasi, dan analisis
dampak sosial-ekonomi. Berdasarkan hasil dari keseluruhan alat analisis,
ditarik kesimpulan bahwa penggunaan tertinggi dan terbaik atas lahan tersebut
adalah penggunaan untuk hotel.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis optimalisasi aset khususnya
pada pemanfaatan aset tetap non operasional milik Pemerintah Kabupaten Tanah
Bumbu, berupa sebidang tanah seluas ± 2 hektar yang berlokasi di Jalan Raya
Batulicin, Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Simpang Empat, dengan
menggunakan metoda highest and best use. Analisis dilakukan berdasarkan pada
aspek fisik, legalitas, finansial dan penggunaan yang memberikan hasil paling
optimal.
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
1.4.2 Manfaat penelitian
1. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan menjadi
bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, dalam rangka
mengoptimalkan aset-aset non operasionalnya, sekaligus memberikan
alternatif pemanfaatan aset yang sesuai dengan penggunaan tertinggi dan
terbaik sehingga dapat memberikan manfaat dan kontribusi guna
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Manfaat akademis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
khazanah pengetahuan tentang analisis highest and best use untuk aset tanah
non operasional, serta dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I
merupakan pendahuluan dengan materi bahasan antara lain latar belakang
masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, dan tujuan serta manfaat
penelitian. Bab II membahas tinjauan pustaka dan landasan teori yang menjadi
dasar keilmuan dalam penelitian ini, serta membahas tentang alat analisis yang
digunakan. Bab III mencakup olah data dan pembahasan, yang menjelaskan cara
penelitian dan bagaimana olah data dilakukan untuk menghasilkan simpulan
penelitian. Bab IV sebagai penutup yang berisikan simpulan penelitian dan saran
yang relevan dengan hasil penelitian.
OPTIMALISASI ASET PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN MENGGUNAKANMETODA HIGHEST AND BEST USE“STUDI PADA LAHAN DI JALAN RAYA BATULICIN-SIMPANG EMPAT―Maimuna Mansyur KeneUniversitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/