bab i pendahuluan -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan metafora konseptual banyak dimanifestasikan dalam
penggunaan iklan (Kovecses 2010: 65). Tujuannya ialah untuk menarik
perhatian seseorang pada suatu produk, jasa, atau pesan layanan masyarakat.
Pemilihan metafora konseptual yang tepat pada sebuah iklan bisa memberi
tambahan daya pikat atau persuasi yang bisa menggerakkan orang-orang,
minimal memengaruhi pandangannya atau bertindak untuk melakukan
sesuatu. Sebagaimana dilihat dari pola komunikasinya yang searah atau
tidak dialogis, iklan berpotensi memiliki kekuatan luar biasa dalam
memengaruhi khalayak.
Kovecses mencontohkan iklan sabun cuci yang ditampilkan sebagai
teman baik, mengandung metafora konseptual SABUN CUCI ADALAH
SEORANG TEMAN (A WASHING POWDER IS A FRIEND) dan JENIS
BARANG YANG DIJUAL ADALAH ORANG (ITEMS TO SELL ARE
PEOPLE). Metafora pada iklan tersebut berfungsi untuk membangkitkan
pengalaman dan pemahaman orang-orang tentang suatu hubungan
pertemanan yang berkorelasi dengan produk sabun cuci.
Contoh manifestasi metafora konseptual pada produk sabun cuci di
atas menunjukkan adanya peran yang signifikan dalam pembentukan
wacana iklan. Seperti semut yang dapat mengangkat beban berkali lipat
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
dibanding berat tubuhnya, begitu pula metafora dalam sebuah iklan.
Metafora dapat digunakan untuk menampung dan menyampaikan pesan
dalam sebuah promosi iklan. Bertujuan agar setiap penerima pesan bisa
mengalami kesamaan pengalaman tentang suatu produk dengan pengalaman
yang lain. Sehingga iklan bisa lebih menggugah dan memicu rasa ingin tahu
(curiosity) setiap konsumen tentang suatu produk atau pesan layanan yang
dipromosikan.
Penelitian ini berupaya untuk menganalisis penggunaan metafora
dalam wacana iklan. Kajiannya difokuskan hanya pada ekspresi kebahasaan
atau unsur verbal pada wacana iklan. Mengenai unsur visual pada wacana
iklan hanya digunakan untuk menentukan konteks ekstralingualnya. Adapun
sumber data yang digunakan sebagai bahan analisis ialah iklan rokok dan
antirokok.
Menurut Brandt (2007: 2) perkembangan iklan rokok berbahasa
Inggris, terutama di Amerika, dimulai sejak pertengahan abad 20. Mulai saat
itu, iklan rokok menjadi simbol daya pikat yang mentransformasikan nilai-
nilai sosial berupa kenikmatan, waktu santai, seksualitas, dan gender.
Sampai di akhir abad 20 mulai muncul regulasi tentang
pelarangan/pembatasan iklan rokok. Regulasi pelarangan/pembatasan iklan
rokok dimotori oleh lembaga-lembaga kesehatan dunia. Seiring dengan
adanya larangan tersebut kemudian bermunculan iklan-iklan antirokok yang
menyerukan larangan merokok. Salah satu seruan itu dimunculkan oleh
WHO (world health organization) yang menginisiasi gerakan hari
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
antitembakau sedunia pada tahun 1988. Namun, sampai saat ini, regulasi
pelarangan iklan rokok belum sepenuhnya diterapkan secara total, hanya
berbentuk pembatasan. Oleh karena itu, gerakan antirokok semakin gencar
mengkampanyekan iklannya.
Publikasi iklan rokok di Amerika Serikat dan Inggris masih dapat
ditemui di majalah dan media online, kecuali di televisi dan billboard sudah
dilarang total. Sedangkan iklan antirokok bebas dipublikasikan di mana saja.
Karakteristik pesan iklan antirokok ialah terus berupaya melarang penjualan,
promosi, dan konsumsi rokok. Sebaliknya, iklan rokok terus berupaya agar
semakin banyak orang merokok sehingga penjualan produk rokoknya laku
terbeli. Berikut ini contoh wacana iklan antirokok dan iklan rokok:
a. Iklan antirokok
1) Bob, I’ve got cancer. Tobacco kills –don’t be duped. It should not be
advertized, glamorized or subsidized.
‘Bob, saya mengidap kanker’. ‘Tembakau dapat membunuh, jangan
tertipu. Tembakau/rokok seharusnya tidak diiklankan, digembar-
gemborkan sehingga terlihat sangat menarik atau disubsidi
(dimurahkan harganya).’
2) Tobacco free film. Tobacco free fashion. Action!
‘Bebas pengaruh tembakau dalam tayangan film. Bebas pengaruh
tembakau sebagai kebiasaan/tren. Mulailah!’
3) Tobacco: deadly in any form or disguise. Tobacco causes 5 million
deaths a year it could happen to you.
‘Tembakau: sangat mematikan dalam setiap wujud atau bentuk
samarannya’. Tembakau menyebabkan 5 juta kematian dalam
setahun, itu dapat terjadi pada anda.’
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
b. Iklan rokok
4) Reduced carcinogens. Never thought you’d hear a cigarette say that,
did you? The only cigarette to significantly reduce carcinogens that
are among the major causes of lung cancer. The only one to still
deliver premium taste. The only one to finally give smokers a real
reason to switch. Only Omni.
‘Mengurangi karsinogen (zat yang mengandung bahan penyebab
kanker). Tidak pernahkah kamu mendapat informasi bahwa rokok
mengabarkan itu, bukan? Hanya inilah rokok yang secara signifikan
mengurangi karsinogen saat kebanyakan yang lain menjadi
penyebab kanker paru-paru. Satu-satunya yang masih menyediakan
citarasa premium. Satu-satunya yang akhirnya memberi perokok
suatu alasan yang sebenarnya untuk mengganti rokoknya. Hanya
Omni.’
5) I speak my mind, and I stand up for what I believe in. I vote, and I
pay my taxes. I am a member of a free society, and I choose to smoke.
‘Saya menyampaikan isi pikiran saya, dan saya berdiri
(mempertahankan) apa yang saya yakini. Saya memilih, dan saya
membayar pajak. Saya adalah bagian dari kelompok masyarakat
bebas, dan saya memilih untuk merokok.’
6) Filtered cigarette smoke is better for your health. The nicotine and
tars trapped by this Exclusive Viceroy Filter cannot reach your
throat or lungs!
I advise my patients: switch to Viceroy cigarettes because Viceroy
filters your smoke!
Each Viceroy tip has 7200 square millimeters of absorbent filter.
Viceroy usually costs only one penny per pack more than ordinary
cigarettes which do not filter your smoke!
‘Asap rokok yang disaring lebih baik untuk kesehatan kamu. Nikotin
dan tar dijebak oleh filter eksklusif Viceroy sehingga tidak dapat
sampai di tenggorokan atau paru-paru!’
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
‘Saya menyarankan pada setiap pasien: beralihlah ke rokok Viceroy
karena Viceroy menyaring rokokmu!’
‘Setiap busa filter Viceroy memiliki saringan penyerap 7200 kali per
milimeternya. Viceroy umumnya lebih mahal satu sen setiap
bungkusnya dibanding rokok biasa yang tidak memiliki filter untuk
rokokmu.’
Karakteristik wacana iklan antirokok (1) menyampaikan pesan bahwa
rokok dapat menyebabkan penyakit kanker yang bisa membunuh seseorang.
Oleh sebab itu, rokok harusnya tidak diiklankan, digembar-gemborkan, atau
malah disubsidi harganya oleh pemerintah. Berbeda dengan karakteristik
wacana iklan rokok (4) yang menyampaikan pesan bahwa produk rokok
Omni telah mengurangi kandungan karsinogen (zat yang mengandung
bahan penyebab kanker).
Selanjutnya, pada wacana iklan antirokok (2) menyampaikan pesan
berupa ajakan untuk menghilangkan pengaruh tembakau/rokok pada
tayangan film dan sebagai sebuah kebiasaan/tren. Berbeda dengan pesan
wacana iklan rokok (5) yang menyampaikan bahwa merokok adalah hak
seseorang.
Begitu pula pada wacana iklan antirokok (3) yang menyampaikan
pesan bahwa rokok dapat menyebabkan kematian dalam setiap bentuk atau
bentuk samarannya. Berbeda dengan pesan wacana iklan rokok (6) yang
menyampaikan bahwa produk rokok Viceroy telah melengkapi rokoknya
dengan busa filter untuk menyaring zat nikotin dan tar sehingga lebih aman
untuk kesehatan tenggorokan dan paru-paru.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Kedua karakteristik wacana iklan tersebut memiliki persepsi yang
bertolakbelakang mengenai produk rokok dan aktivitas merokok. Wacana
iklan rokok mengekspresikan produk rokok dan aktivitas merokok sebagai
sesuatu yang positif/menyenangkan. Berbeda dengan wacana iklan
antirokok yang mengekspresikan produk rokok dan aktivitas merokok
sebagai sesuatu yang negatif dan untuk dihindari.
Adanya perbedaan persepsi tentang produk rokok dan aktivitas
merokok berhubungan erat dengan perbedaan konsep dalam wacana iklan
rokok dan antirokok. Konsep berdasarkan pandangan linguistik kognitif
merupakan unit dasar pengetahuan manusia yang dalam prosesnya
berhubungan dengan kategorisasi dan konseptualisasi (Evans, 2007: 31).
Kategorisasi yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi suatu entitas
berdasarkan pengelompokan, sedangkan konseptualisasi ialah proses
pembentukan makna melalui bahasa. Setiap konsep sifatnya dinamis dan
terus berkembang membentuk persepsi yang terejawantah menjadi
pengalaman (perceptual experience). Pengalaman kemudian membentuk
skema citraan (image schema) atau representasi konseptual yang sifatnya
abstrak, berkembang dari hasil interaksi dan observasi keseharian seseorang
dengan dunia sekitarnya.
Proses terbentuknya skema citraan berada di dalam sistem konseptual.
Sistem konseptual berdasarkan pandangan linguistik kognitif ialah tempat
penyimpanan konsep/skema citraan sebagai penunjang proses berpikir pada
seseorang yang dapat dikodekan melalui bahasa. Proses berpikir tersebut
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
dipengaruhi oleh adanya pemetaan (mappings) yang secara alamiah
tertanam (grounding) dalam pikiran. Pemetaan memiliki dua sifat, yaitu
pemetaan yang relatif stabil dan tetap – berada dalam memori jangka
panjang – sebagian lainnya bersifat temporer karena berkaitan dengan
proses konstruksi makna yang dinamis.
Pemetaan merupakan sifat dasar metafora konseptual. Sebagaimana
pendapat Lakoff yang menyatakan bahwa lokus metafora bukan hanya pada
bahasa, tetapi merupakan cara seseorang mengkonseptualisasi satu leksikon
mental ke dalam leksikon mental yang lain (dalam Geeraerts, 2006: 185).
Leksikon mental dapat mewakili: apa yang dirasakan, dialami, dan
dipikirkan oleh seseorang di dalam sistem konseptualnya.
Adanya perbedaan persepsi pada iklan rokok dan antirokok seperti
yang dicontohkan di atas, dapat dilihat dari sisi kebahasaan dan sisi
konseptual. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan paradigma
linguistik kognitif yang mengkaji hubungan antara bahasa, pikiran, dan
pengalaman sosio-fisikal. Fokus analisisnya ditekankan pada strategi
penggunaan ekspresi kebahasaan untuk menunjukkan keberadaan metafora
di tataran kebahasaan dan di tataran konseptual. Kemudian, analisis
dilanjutkan untuk menggambarkan strategi berupa persepsi dan fungsi
penggunaan metafora pada wacana iklan rokok dan antirokok.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan pada latar belakang.
Berikut ini susunan rumusan masalah penelitian:
1. Bagaimana mengidentifikasi metafora kebahasaan pada wacana iklan
rokok dan antirokok?
2. Bagaimana menganalisis metafora konseptual pada wacana iklan rokok
dan antirokok?
3. Bagaimana persepsi dan fungsi penggunaan metafora pada wacana iklan
rokok dan antirokok?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan penggunaan metafora kebahasaan pada wacana iklan
rokok dan antirokok.
2. Mendeskripsikan proses pemetaan atau korespondensi metafora
konseptual pada wacana iklan rokok dan antirokok.
3. Mendeskripsikan fungsi dan persepsi pada wacana iklan rokok dan
antirokok secara metaforis.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis diharapkan ikut berkontribusi dalam
mengembangkan penelitian linguistik kognitif terutama mengenai metafora
kebahasaan, metafora konseptual, serta persepsi dan fungsi yang
dimunculkan dari penggunaan metafora pada wacana iklan.
Dalam kajian metafora kebahasaan, penelitian ini menawarkan
pengembangan metode prosedur identifikasi metafora (MIP) yang
diperkenalkan oleh kelompok Pragglejaz (2007). Metode MIP menfokuskan
pada identifikasi metafora di tataran kata dan frase. Berikutnya, dalam
kajian metafora konseptual, penelitian ini menawarkan suatu gagasan baru
tentang bagaimana memahami dan mengalami suatu pengetahuan dengan
pengetahuan yang lain. Terakhir, yaitu menawarkan suatu cara pandang
baru untuk memahami iklan dari sisi persepsi dan fungsi penggunaan
metafora di dalamnya.
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini ialah untuk memberi
gambaran mengenai peran strategis metafora dalam iklan. Khusus bagi
konsumen iklan, penelitian ini bisa membantu untuk memahami strategi
pembentukan atau konstruksi wacana iklan. Selain itu, konsumen iklan juga
dapat mengenali perbedaan atau pertarungan wacana pada iklan rokok dan
antirokok secara metaforis. Selanjutnya, bagi produsen iklan, penelitian ini
bisa dijadikan panduan untuk mengeksplorasi penggunaan metafora secara
efektif dalam pembuatan iklan.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
1.5 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini terdiri atas penelitian-penelitian
yang memiliki relevansi baik secara teoritis, metodologis, atau model
analisis. Berikut pemaparan beberapa penelitian-penelitian yang memiliki
relevansi:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Javier Herrero Ruiz –
Universitas La Rioja (Spanyol) – dalam penelitiannya berjudul The Role of
Metaphor, Metonymy, and Conceptual Blending in Understanding
Advertisement: The Case of Drug-prevention Ads (2006). Ruiz membahas
peran penggunaan metafora, metonimi, dan pemaduan konseptual dalam
memahami iklan pencegahan penggunaan obat-obatan terlarang. Pendekatan
dalam penelitiannya, Ruiz menggunakan teori pragmatik dengan perspektif
kognitif dalam iklan. Selain itu, teori semantik yang digunakan untuk
mengkaji makna metafora dalam iklan. Dibuktikan oleh Ruiz tentang peran
penting penggunaan metafora, metonimi, dan konsep pemaduan dalam iklan
agar mudah meraih perhatian publik. Sehingga iklan menjadi sangkil dan
mangkus dalam mempengaruhi kognisi dan pandangan publik.
Kedua, penelitian yang ditulis oleh Chennan Yu – Kristianstad
University College (Swedia) – dalam tesisnya berjudul Metaphors in Food
Advertisings (2009). Yu membahas metafora dalam penggunaan pada iklan
makanan. Pendekatan dalam menganalisis iklan makanan digunakan teori
linguistik kognitif untuk mencari makna konseptual. Rujukan yang dipakai
yaitu pandangan tentang metafora Lakoff dan Johnson, serta struktur
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
konseptual penggunaan metafora oleh Croft dan Cruse. Yu membuktikan
bahwa penggunaan metafora dalam iklan makanan dapat mempengaruhi
ketertarikan konsumennya. Kebanyakan iklan mengenai makanan dibentuk
dari metafora yang dipersonifikasi pada kehidupan manusia. Muatan
pesannya selalu diarahkan untuk menyampaikan sesuatu yang positif kepada
setiap konsumennya. Nilai manfaat dari makanan ditonjolkan melalui
metafora untuk mempengaruhi selera seseorang terhadap produk makanan
yang dipromosikan.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Xianrong Zhang dan Xingliang
Gao – Asian Sosial Science Journal Vol. 5, No.12, December 2009 –
berjudul An Analysis of Conceptual Metaphor in Western Commercial
Advertisements. Zhang dan Gao melakukan analisis mendalam tentang
keberadaan metafora konseptual pada iklan komersial di Barat. Tujuannya
ialah untuk memahami hakikat penggunaan metafora. Lebih spesifiknya
tentang efektivitas cara kerja metafora dalam iklan untuk membujuk para
konsumen sehingga mereka tertarik membeli suatu produk yang diiklankan.
Analisis datanya difokuskan pada perpaduan metafora verbal dan metafora
visual pada tiga data iklan. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian
ini ialah menggunakan metafora konseptual (Lakoff dan Johnson, 1980) dan
teori relevansi (Sperber dan Wilson, 1986). Penggunaan teori metafora
konseptual ialah untuk menunjukkan jenis metafora apa yang digunakan
dalam iklan. Penentuan metafora konseptualnya didasarkan pada gambar
yang ditampilkan pada iklan, seperti contoh iklan minuman Lipton Ice.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Gambar pada iklan menampilkan alat pemadam api di trotoar jalan (fireplug)
dan slogan Lipton Ice tea: Puts out thirst. ‘Lipton es teh. Pengusir haus.’
Zhang dan Gao memetakan ranah sumbernya adalah fireplug dan ranah
sasarannya adalah produk Lipton Ice Tea. Selanjutnya, penerapan teori
relevansi digunakan untuk menjabarkan beberapa implikatur yang muncul
dalam iklan. Implikatur pertama, bahwa Lipton Ice Tea dapat memadamkan
rasa haus. Implikatur kedua, Lipton Ice Tea sangat berguna di kala
berpergian kemanapun, terutama saat di siang hari. Penggunaan teori
metafora konseptual yang dipadukan dengan teori relevansi dibuktikan oleh
Zhang dan Gao dapat memudahkan proses interpretasi peran persuasif iklan.
Selain itu, prinsip kognitif dan prinsip komunikatif dalam teori relevansi
sangat membantu penentuan konteks penggunaan metafora dalam iklan.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Eveliina Petajaaho – VU
Universitas Amsterdam (2012) – berjudul (Non-)metaphorical meaning
constructions in advertising: a comparative study between American and
Finnish beer commercials. Petajaaho menggunakan pendekatan teori
pemaduan (blending theory) yang dipopulerkan oleh Fauconnier dan Turner
(2002) untuk memahami bagaimana konsumen mengkonstruksi makna
sebuah iklan. Menggunakan analisis metafora iklan berdasarkan pendekatan
multimodal (kajian teks dan gambar) untuk menunjukkan pemaduan
konseptual dalam iklan. Penelitian mengelaborasi antara teori metafora
konseptual dan teori pemaduan dengan metode penelitian deduktif
(pembuktian melalui penggunaan ekspresi kebahasaan) dan induktif
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
(pembuktian melalui penjabaran dan inferensi kebahasaan). Iklan yang
digunakan sebagai data diambil dari dua kebudayaan yang berbeda, antara
Amerika dan Finlandia untuk melihat perbedaan sistem konseptual metafora
berdasarkan karakteristik budaya. Dalam penelitiannya, Petajaaho
menunjukkan bahwa ternyata setiap konsumen memaknai pesan metaforis
dalam iklan tidak secara metaforis. Namun, konstruksi iklan dalam
pandangan konsumen lebih diterima sebagai makna literal, karena iklan
yang disampaikan sarat dengan pengaruh konvensi kebudayaan.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Rod Pitcher – The Qualitative
Research, Vol.18, No.68, 2013 – berjudul Using Metaphor Analysis: MIP
and Beyond. Pitcher meneliti penggunaan metode MIP untuk menguji
tingkat efektivitasnya dalam melakukan analisis metafora secara kuantitatif
dan kualitatif. Pitcher menganalisis penggunaan lima unit leksikal (field,
step, track, pool, area, region) untuk membuktikan penggunaannya. Apakah
kelima unit leksikal tersebut cenderung merujuk pada penggunaan metafora
kreatif/baru (novel metaphor) atau metafora mati (dead metaphor). Ia
melacak penggunaan lima unit leksikal tersebut berdasarkan perbandingan
dalam empat kamus, yaitu Short Oxford English; Merriam-Webster On-line;
Cambridge On-line; dan Macmillan On-line. Hasil penjabaran secara
kuantitatif kemudian dikembangkan untuk pijakan penelitian kualitatif.
Penerapan metode MIP dalam analisis metafora secara kuantitatif dan
kualitatif terbukti menghasilkan identifikasi yang valid, sistematis dan dapat
diuji kembali hasilnya.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
1.6 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah semua teori
yang digunakan untuk menganalisis data. Berikut ini pemaparannya:
1.6.1 Linguistik Kognitif
Pandangan linguis kognitif sama seperti pandangan linguis-linguis
lainnya, mengkaji bahasa dengan mendeskripsikan sistematika, struktur,
dan fungsinya berdasarkan sistem suatu bahasa (langue). Perbedaan
pandangannya hanya terletak pada asumsi yang dibuat oleh linguis
kognitif, bahwa bahasa menggambarkan pola pikir manusia berupa proses
konseptualisasi. Pandangan tersebut sesuai dengan hipotesis yang dianut
dalam linguistik kognitif (Croft dan Cruse, 2004: 1), yaitu 1) bahasa tidak
bisa dipisahkan dari bagian kognitif; 2) struktur bahasa merupakan sistem
konseptualisasi; dan 3) pengetahuan bahasa muncul dari penggunaannya.
Bahasa dilihat dalam perspektif fungsi simbolik dan interaktif.
Fungsi simbolik bahasa merupakan satuan susunan simbol-simbol, mulai
dari morfem sampai kalimat yang memiliki ikatan bentuk dan makna
(form-meaning pairing) yang konvensional. Makna diasosiasikan dengan
simbol yang secara spesifik berhubungan dengan representasi mental atau
konsep. Keberadaan konsep dipengaruhi oleh persepsi yang diperoleh dari
“dunia luar”, kemudian terintegrasi dalam citraan mental (mental image).
Contohnya saat kita mengujarkan kata “buku”, simbol kata tersebut
berkorespondensi pada makna konvensional, kemudian terhubung secara
langsung pada konsep “buku”, bukan pada obyek fisik buku di dunia nyata.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
Jackendof menyebut proses representasi konseptual tersebut sebagai
“realitas terproyeksi” (dalam Evans, 2007: 7). Namun, realitas terproyeksi
tidak bisa memproyeksikan konsep secara utuh atau semua ide tidak dapat
dituangkan ke dalam bahasa karena bahasa memiliki keterbatasan. Bahasa
hanya dapat memunculkan (prompts) konsep sebagian saja. Walaupun
bahasa hanya dianggap lapis permukaan dari suatu sistem konseptual,
tetapi untuk membuktikan keberadaan sistem konseptual hanya melalui
bahasalah cara termudah membuktikannya.
Linguistik kognitif dikembangkan menjadi dua cabang, yaitu
semantik kognitif (Cognitive Semantics) dan tatabahasa dengan
pendekatan kognitif (Cognitive Approaches to Grammar). Semantik
kognitif (cognitive semantics) mengkaji hubungan antara pengalaman,
sistem konseptual, dan struktur semantik yang terbentuk dalam ekspresi
kebahasaan. Sedangkan tatabahasa dengan pendekatan kognitif (cognitive
approaches to grammar) mengkaji dan mendeskripsikan cara kerja sistem
bahasa itu sendiri hubungannya dengan pengetahuan manusia. Kedua
cabang tersebut ialah satu kesatuan, baik semantik kognitif maupun
tatabahasa kognitif, keduanya saling terkait didasarkan pada penentuan
peran makna kebahasaan secara kognitif.
Landasan teori dalam penelitian ini, lebih difokuskan pada
pendekatan semantik kognitif karena berhubungan langsung dengan kajian
metafora konseptual. Semantik kognitif tidak hanya mengkaji makna
kebahasaan, tetapi lebih pada hakikat sistem penataan konseptual manusia
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
melalui bantuan bahasa. Sesuai pendapat Steen (2009: 14) bahwa
keberadaan metafora konseptual dapat dikaji menggunakan pendekatan
sistem bahasa dan/atau sistem konseptual (pikiran).
1.6.2 Teori Metafora Konseptual (CMT) dan Teori Pemaduan Konseptual (CBT)
Teori metafora konseptual merupakan kerangka teori yang
mengawali pengembangan semantik kognitif, sekaligus sebagai pendorong
munculnya beragam pendekatan lain yang mengkaji hubungan antara
bahasa, pikiran, dan pengalaman yang terejawantah (Evans, 2007: 34).
Pelopor munculnya teori metafora konseptual ialah Lakoff dan Johnson
(1980) yang mengawali kajian metafora konseptual dalam bahasa Inggris.
Mereka mengumpulkan data ekspresi kebahasaan yang biasa digunakan
dalam bahasa keseharian. Seperti pada contoh: kita sudah sampai sejauh
ini; kita tidak bisa kembali lagi; kita berada di persimpangan jalan;
hubungan kita sudah keluar dari jalur; dan sebagainya. Ekspresi
kebahasaan tersebut menunjukkan adanya prinsip hubungan metaforis
yang memetakan ranah sasaran CINTA (LOVE) dipahami melalui ranah
sumber PERJALANAN (JOURNEY).
Prinsip hubungan metaforis dikenal sebagai pemetaan (mappings).
Skenario pemetaan metafora konseptual antara CINTA dan PERJALANAN
direpresentasikan dalam sebuah skema PETUALANG (TRAVELERS),
KENDARAAN (VEHICLE), dan TEMPAT TUJUAN (DESTINATION). Saat
petualang mengalami masalah dengan kendaraannya, bisa membuat
mereka tidak sampai pada tempat tujuan. Konsekuensinya mereka
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
memperbaiki kendaraannya lalu melanjutkan perjalanan atau
meninggalkan kendaraannya dan tidak melanjutkan perjalanan. Skenario
metafora PETUALANG – KENDARAAN – TEMPAT TUJUAN merupakan
pemetaan ontologis dari metafora konseptual CINTA ADALAH
PERJALANAN.
Fungsi metafora konseptual secara kognitif dibagi atas tiga, yaitu
metafora struktural, ontologis, dan orientasional (Kovecses, 2010: 37-40).
Metafora struktural dipahami dalam konteks ranah sasaran (target domain)
yang dapat membentuk keberagaman pengetahuan yang terstruktur pada
ranah sumbernya (source domain). Contohnya dalam bahasa Inggris,
konsep waktu sebagai ranah sasaran dipahami melalui ranah sumber
berupa obyek fisik, lokasi, dan pergerakan/perpindahan. Metafora
ontologis dipahami dalam konteks pengalaman yang diaktualisasikan
dalam bentuk obyek, entitas, dan substansi, tanpa ada rujukan yang
spesifik. Contohnya dalam konsep personikasi, sebagai bagian dari
metafora ontologis, seperti pada kalimat ‘hidup telah menipu saya’.
Hidup/kehidupan yang sifatnya abstrak dipahami dalam bentuk
personifikasi, sehingga dianggap bisa menipu seseorang. Metafora
orientasional dipahami dalam konteks orientasi spasial kehidupan manusia,
seperti atas-bawah; dalam-luar; depan-belakang; pusat-pinggiran;
keseluruhan-sebagian; tercapai-tidak tercapai; terhubung-tidak terhubung;
seimbang-tidak seimbang. Karakteristik metafora orientasional ialah ranah
sasarannya dipetakan ke dalam ranah sumber yang seragam berbentuk
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
orientasi spasial. Orientasi spasial dalam bahasa Inggris dipilah menjadi
dua, yaitu ke atas (UP) atau ke bawah (DOWN) yang cenderung
berhubungan dengan pandangan positif atau negatif.
Beberapa prinsip dasar dalam teori metafora konseptual ialah
sebagai berikut:
1. Metafora konseptual bukan hanya sebagai alat untuk mengekspresikan
bahasa atau makna bagi seseorang, tapi merupakan mekanisme kognitif.
2. Terdapat pemetaan konseptual (conceptual mappings) antara ranah
sumber (source domain) yang bermuatan makna literal/konkret
digunakan untuk menjelaskan ranah sasaran (target domain) yang lebih
abstrak. Pemetaan tersebut bersifat asimetris (tidak sejajar), hanya
memaparkan struktur konseptual ranah sasaran melalui ranah sumber,
dan bukan sebaliknya.
3. Pemetaan antar ranah dalam metafora konseptual bersifat ontologis,
artinya makna tentang sesuatu dapat dipahami dan dialami melalui
sesuatu yang lain.
4. Ekspresi kebahasaan yang bersifat metaforis (linguistic metaphor)
digunakan untuk menentukan keberadaan metafora konseptual.
5. Mengandung skema citraan (image schema) atau pola skema mental
yang diperoleh dari pengalaman indrawi dan persepsi, yang kemudian
mengatur pikiran dan nalar seseorang tentang dunia sekitarnya.
Prinsip dalam teori metafora konseptual (CMT) tersebut digunakan
untuk menganalisis jenis metafora konvensional (conventional metaphor).
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
CMT dianggap masih belum cukup untuk digunakan dalam menganalisis
jenis metafora baru (novel metaphor), yang memiliki perbedaan
karakteristik dengan metafora konvensional (Croft dan Cruse, 2004: 207-
209). Oleh karena itu, diperlukan pendekatan menggunakan teori
pemaduan (blending theory), yang dikembangkan oleh Gilles Fauconnier
dan Mark Turner (2002). Evans menambahkan bahwa teori pemaduan
dapat menunjukkan konstruksi makna dalam bahasa, khususnya mengenai
aspek kreatif dari konstruksi makna, seperti metafora baru (novel metaphor)
dan wacana kontra-faktual (2007: 12).
Dalam teori pemaduan terdapat tiga proses dasar, yaitu composition
‘komposisi’, completion ‘penyesuaian’, dan elaboration ‘penjabaran’.
Komposisi (composition) merupakan proses yang berkelanjutan, merujuk
pada proyeksi isi masing-masing input ke dalam ruang pemaduan,
termasuk di dalamnya proses peleburan (fusion). Penyesuaian (completion)
ialah pengembangan pola melalui proyeksi terstruktur dari ruang input,
lalu disesuaikan dengan informasi yang ada. Penjabaran (elaboration)
merupakan hasil akhir dari rangsangan mental yang terjadi dalam proses
pemaduan. Dari ketiga proses dasar tersebut, kemudian memunculkan
struktur pengetahuan baru (emergent structure) yang merupakan
representasi dari hasil proses pemaduan (blending).
Grady dkk., (1999: 103-105) mencontohkan tiga proses dasar dalam
teori pemaduan (BT) melalui contoh berikut:
This surgeon is butcher.
‘Dokter bedah itu adalah jagal.’
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
Ekspresi kebahasaan tersebut menghubungkan antara dokter bedah
dan jagal. Proses pemetaan konseptualnya tidak cukup jika hanya dikaji
menggunakan dua ranah konseptual (sasaran dan sumber), maka
diperlukan empat ruang mental (mental spaces) untuk menjabarkannya.
Dalam teori pemaduan (BT), ruang input I dan II merupakan proses
komposisi (composition) ranah mental sesuai dengan CMT. Kemudian
diikuti proses penyesuaian (completion) dalam ruang umum (generic space)
yang merepresentasikan ranah sasaran dan ranah sumber secara umum.
Selanjutnya, yaitu proses penjabaran (elaboration) ruang pemaduan
(blended space), merupakan pilihan dari ruang sumber dan ruang sasaran
yang dikombinasikan ke dalam struktur baru. Berikut ini gambaran
mengenai empat ruang mental dalam teori pemaduan:
1. Generic space ‘ruang umum’ terdiri dari:
Agent ‘agen’
Undergoer ‘pengalam’
Sharp instrument ‘peralatan berupa benda tajam’
Work space ‘ruang kerja’
Procedure ‘prosedur’: cutting flesh ‘memotong daging’
2. Input space I (target) ‘ruang input I (sasaran)’
Role ‘peran’: Surgeon ‘dokter bedah’
Agent ‘agen’: (X) (i.e. some individual ‘seorang’)
Role ‘peran’: patient (pasien)
Undergoer ‘pengalam’: (Y) (a different individual ‘orang lain’)
Instrument ‘peralatan’: scalpel ‘pisau bedah’
Work space ‘ruang kerja’: operating theatre ‘ruang operasi’
Goal ‘hasil’: healing ‘penyembuhan’
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
Means ‘cara’: surgery ‘pembedahan’
3. Input space II (source) ‘ruang input II (sumber)
Role ‘peran’: Agent ‘agen’: Butcher ‘jagal’
Role ‘peran’: Undergoer ‘pengalam’: dead animal ‘hewan mati’
Instrument ‘peralatan’: butcher’s knife etc. ‘pisau jagal, dsb.’
Work space ‘ruang kerja’: butcher’s shop ‘toko daging’
Goal ‘hasil’: producing edible portions ‘menyediakan daging
siap masak’
Means ‘cara’: cutting flesh ‘memotong daging’
4. Blended space ‘ruang pemaduan’
Role ‘peran’: Agent ‘agen’: Butcher ‘jagal’ (X)
Role ‘peran’: Undergoer ‘pengalam’: patient ‘pasien’ (Y)
Work space ‘ruang kerja’: operating theatre ‘ruang operasi’
Goal ‘hasil’: healing ‘penyembuhan’
Means ‘cara’: butchery ‘hasilnya kasar’
Pada contoh ‘Dokter bedah itu ialah jagal’, setelah dikaji melalui
proses dasar (komposisi, penyesuaian, penjabaran) menggunakan teori
pemaduan, kemudian dihasilkan stuktur pengetahuan baru. Dokter bedah
tersebut dianggap tidak kompeten (incompetence) dalam pekerjaannya,
karena dilihat dari hasil (goal) dan cara (means) bekerjanya buruk/kasar,
sehingga diasosiasikan dengan jagal.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
Bagan 1: Empat Ruang Mental Teori Pemaduan
GENERIC SPACE
INPUT SPACE I INPUT SPACE II
BLENDED SPACE
Grady dkk., (1999: 101) menambahkan bahwa antara teori metafora
konseptual (CMT) dan teori pemaduan (BT), sama-sama memperlakukan
metafora secara konseptual daripada hanya sebuah fenomena kebahasaan
semata. Namun, ada juga perbedaan mendasar di antara kedua teori
tersebut yaitu: pertama, CMT memaparkan bukti adanya hubungan
representasi dalam dua ranah mental, sedangkan teori pemaduan
Agent
Undergoer
Sharp instrument
Work space
Goal
means
Role: Agent: Butcher
Role: Undergoer: dead
animal
Instrument: butcher’s knifeWork space: butcher’s shop
Goal: producing edible
Role: Agent: Surgeon
Role: Undergoer: patient
Instrument: scalpel
Work space: operation
theatre
Goal: healing
Agent: Butcher
Undergoer: patient
Work space: operation theatre
Goal: healing
Means: butchery
Incompetence
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
menggunakan empat ruang mental. Kedua, CMT mendefinisikan metafora
sebagai fenomena hubungan langsung antar dua ranah, sedangkan BT
tidak. Ketiga, analisis CMT hanya fokus pada penjabaran hubungan
konseptual atau proses penjabaran/elaborasi metafora konvensional,
sedangkan BT lebih memfokuskan pada proses pemaduan konseptual
metafora baru yang menggunakan tiga proses dasar.
Perbedaan antara CMT dan BT secara fundamental sebenarnya
saling melengkapi dan saling menyempurnakan dalam kajian metafora
konseptual. Tujuannya yaitu untuk mengungkap sistem konseptual dalam
pikiran manusia, melalui representasi pengetahuan (conceptual structure)
dan konstruksi makna secara konseptual (conceptualization).
1.6.3 Metafora Konvensional dan Metafora Kreatif/Baru
Metafora konseptual dalam pandangan George Lakoff dan Mark
Johnson (dalam Kovecses, 2010: x-xiii) ialah pertama, metafora adalah
konsep pemikiran manusia. Kedua, fungsi metafora adalah untuk
memahami konsep berpikir secara lebih baik dan tidak hanya sebagai
penyampai pesan imajinatif atau retoris. Ketiga, metafora kerapkali tidak
didasarkan pada kemiripan. Keempat, metafora dipakai dalam komunikasi
sehari-hari oleh semua orang dan tidak hanya orang yang mempunyai
keahlian khusus. Kelima, metafora bukan semata bahasa kiasan, tapi
merupakan bagian dari proses berpikir dan pengungkapan hasil pemikiran.
Metafora dibagi atas, metafora konvensional dan metafora
kreatif/baru. Metafora konvensional sinonim dengan metafora mati (dead
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
metaphor). Karakteristik metafora konvensional ialah penggunaannya
sudah tetap, berkembang luas, digunakan dalam bahasa keseharian, susah
dikenali, tidak perlu upaya keras untuk menggunakannya karena sudah
aktif dalam pikiran, dan memiliki kemampuan mengatur pikiran. Berikut
ini contoh metafora konvensional (Kovecses, 2010: 34):
IDEAS ARE FOOD: I can’t digest all these facts.
THEORIES ARE BUILDINGS: We have to construct a new theory.
ARGUMENT IS A WAR: I defended my argument.
Penggunaan verba digest ‘mencerna’, construct ‘membangun’, dan
verba defended ‘mempertahankan’ disebut metafora kebahasaan
berkorespondensi dengan konsep makanan, bangunan, dan perang
sehingga membentuk metafora konseptual (ditulis dalam huruf kapital
kecil). Dari contoh ekspresi kebahasan dalam bahasa Inggris tersebut
menunjukkan bahwa istilah metafora konvensional ialah korespondensi
antara metafora kebahasaan dan metafora konseptual.
Selanjutnya, metafora kreatif/baru (novel metaphor) ialah metafora
yang hubungannya dapat dirumuskan, X adalah Y, dimana X dan Y
merupakan hubungan antar nomina (Croft dan Cruse, 2004: 195). Lakoff
dan Turner menyebut jenis metafora baru (novel metaphor) sebagai
metafora citraan (image metaphor) karena didasarkan pada kesamaan
pengalaman secara fisik tentang suatu citraan (1989: 89). Sama halnya
seperti jenis metafora konvensional, metafora citraan juga memetakan
(mappings) antara struktur suatu ranah ke struktur ranah yang lain. Bedanya
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
hanya terletak pada ranah citraan mental (mental images), yaitu memetakan
struktur suatu citraan ke struktur citraan lainnya. Berikut ini ekspresi
kebahasaan yang berhubungan dengan metafora citraan dicontohkan oleh
Lakoff dan Turner (1989: 90).
My wife…whose waist is an hourglass.
‘Isti saya…yang pinggulnya menyerupai jam pasir.’
Contoh tersebut memetakan citraan mental hourglass ‘jam pasir’ di
bagian tengahnya yang ramping ke waist ‘pinggul’ seorang wanita. Namun,
dalam ekspresi kebahasaannya tidak disebutkan bagian mana dari jam
pasir yang dipetakan atau dikorespondensikan ke pinggul. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ekspresi kebahasaan hanya menimbulkan (prompts)
sebuah pemetaan dari satu citraan konvensional ke citraan lainnya dalam
tataran konseptual.
Metafora konseptual menurut pandangan Taylor (2003) (dalam Bagea,
2013: 40) ialah metafora kebahasaan (linguistik) yang mengistilahkan ranah
sumber sebagai vehicle atau pembanding, dan ranah sasaran yang
diistilahkan tenor atau pebanding (topik). Hubungan antara pembanding dan
pebanding memunculkan adanya ground ‘relasi persamaan konsep di antara
keduanya’. Dalam penelitian ini, selain menunjukkan adanya ground
‘persamaan’ juga dibahas mengenai blend ‘pemaduan’ antara komponen
makna ranah sumber dan komponen makna sasaran melalui inferensi
(penyimpulan) secara konseptual.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
26
1.6.4 Iklan
Secara etimologis, kata advertisement (iklan) berasal dari bahasa
Latin advertere yang bermakna turn toward ‘menghadapkan’ (Goddard,
1998: 11). Pengertian turn toward berhubungan dengan hakikat iklan
sebagai alat promosi yang persuasif (membujuk). Bujukan iklan
difungsikan untuk menarik perhatian khalayak, sehingga mereka bisa
terpengaruh oleh promosi yang dipublikasikan.
Iklan secara umum dibagi atas dua; yaitu iklan komersial dan iklan
layanan masyarakat. Iklan komersial lebih menekankan pada promosi
sebuah produk dan jasa. Ditujukan untuk menciptakan pencitraan suatu
produk agar mendorong penjualan yang sifatnya komersial. Iklan layanan
masyarakat (ILM) ditujukan untuk menyajikan pesan-pesan sosial atau
kemanusiaan guna membangkitkan kepedulian terhadap suatu masalah
yang berhubungan dengan kepentingan umum. ILM ditujukan untuk
memengaruhi opini, persepsi, dan/atau perilaku konsumen tanpa motivasi
keuntungan, non-komersial. Bentuknya bisa berupa seruan untuk
mendorong donasi, memilih suatu cara, penyadaran pada suatu masalah
sosial, kemanusiaan dan sebagainya.
Iklan rokok ialah contoh iklan komersial dan iklan antirokok ialah
contoh iklan layanan masyarakat. Iklan antirokok diterbitkan/dikeluarkan
untuk menyangkal setiap wacana yang dipublikasikan dalam iklan rokok,
keduanya memiliki hubungan yang saling bertolakbelakang. Di satu sisi,
iklan rokok digunakan untuk memengaruhi khalayak agar terus menikmati
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
27
rokok, di sisi lain iklan antirokok menyerukan tentang bahaya serta
dampak buruk dari produk rokok dan aktivitas merokok.
Sejak tahun 1980-an, iklan rokok di Eropa dan Amerika sudah
dibatasi publikasinya. Tayangan tentang adegan merokok atau yang
menunjukkan produk rokok dibatasi pada jam-jam tertentu. Hal ini
berkenaan dengan produk rokok yang dianggap sebagai produk yang harus
dikontrol peredaran dan konsumsinya. Namun, pengurangan publikasi
iklan rokok tidak memengaruhi pengurangan konsumsi rokok secara
global. Sampai sekarang, warga Amerika dan Eropa tergolong konsumen
rokok peringkat lima besar tertinggi di dunia (Daeng dkk., 2011: 15).
Bagi praktisi periklanan, produk rokok masuk dalam kategori produk
AKROBAT, akronim dari Alkohol, Kondom, Rokok, dan Obat-obatan.
Diperlukan cara-cara kreatif guna mensiasati batasan-batasan regulasi, tapi
tidak sampai kehilangan sisi persuasif-nya dalam pesan promosi. Berbeda
dengan iklan antirokok yang berbentuk ILM, terus-menerus menyerukan
tentang bahaya rokok. Upaya produksi ILM oleh pihak antirokok
dilakukan dengan menyangkal setiap wacana iklan rokok yang sudah
pernah dipublikasi ke khalayak oleh perusahaan rokok.
1.7 Metode Penelitian
Sebagian besar ahli teori metafora konseptual menganggap pikiran
lebih utama daripada bahasa. Mereka membuktikan keberadaan metafora
konseptual melalui metode pemetaan antar-ranah (cross-domain mapping)
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
28
yang sifatnya deduktif. Memulai dari level konseptual kemudian dicari
pembuktiannya dalam penggunaan ekspresi kebahasaan. Pembuktiannya
tidak sama sekali mempertimbangkan data berupa ekspresi kebahasaan
karena cenderung dianggap hanya manifestasi permukaan (surface) dari
fenomena yang lebih penting, yaitu pikiran. Proses pengumpulan data
ekspresi kebahasaannya juga masih dilakukan secara intuitif. Metodenya
bersifat introspektif antara peneliti dan informan sehingga hasil analisis
antara satu peneliti dan lainnya bisa berbeda-beda.
Kemudian, muncul inisiatif dari beberapa peneliti metafora yang
membentuk kelompok Pragglejaz (Peter Crips, Ray Gibbs, Alan Cienki,
Graham Low, Gerard Steen, Lynne Cameron, Elena Semino, Joe Grady,
Alice Deignan, dan Zoltan Kovecses) dan merumuskan Metaphor
Identification Procedure (MIP) ‘Prosedur Identifikasi Metafora’ (Pragglejaz,
2007: 1). Tujuan dirumuskannya MIP ialah untuk membuat metode yang
terukur (ilmiah) dalam mengkaji metafora. MIP digunakan untuk
mengidentifikasi metafora di tataran kebahasaan dengan menggeser sudut
pandang penelitian yang awalnya difokuskan pada pikiran dialihkan ke
penggunaan ekspresi kebahasaan (unit leksikal) yang berpotensi metaforis
dalam sebuah wacana.
Kelompok Pragglejaz memandang setiap unit leksikal yang memiliki
potensi metaforis biasanya terdapat kontras antara makna dasar dan makna
kontekstualnya dalam sebuah perbandingan (comparison). MIP dapat
digunakan untuk mengidentifikasi unit leksikal yang memiliki makna
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
29
konotasi ganda, seperti pada contoh: The emphasis on high wages is
important ‘Memberi perhatian pada kenaikan gaji adalah penting’. Kata
high memiliki makna kontekstual large in amount ‘besaran dalam jumlah’,
sedangkan makna dasarnya merujuk pada Macmillan English Dictionary for
Advanced Learners ialah large in size from the top to the ground ‘besaran
dalam ukuran dari atas ke bawah’. Contoh lainnya ialah He is a real pig
‘Dia benar-benar babi’, kata “babi” memiliki konotasi ganda sebagai animal
‘hewan’ dan an unpleasant person ‘orang yang tidak menyenangkan’.
Adanya perbedaan/kontras antara makna kontekstual dan makna dasar pada
sebuah unit leksikal, tetapi masih bisa dipahami perbandingannya ialah ciri
penggunaan metafora secara konvensional.
Namun, ada juga unit leksikal yang memiliki makna langsung, tetapi
ada maksud lain yang berpotensi digunakan secara metaforis. Contohnya
pada ekspresi kebahasaan Science is glacier ‘Ilmu pengetahuan adalah
gletser.’ Kata glacier ‘gletser’ merujuk pada kamus Macmillan
pengertiannya ‘tumpukan es dalam jumlah besar yang bergerak secara
perlahan-lahan’. Kata gletser dalam kalimat tersebut tidak memiliki makna
kontekstual rujukannya hanya pada kata science ‘ilmu pengetahuan’.
Hubungan komparatif antara ilmu pengetahuan dan gletser memiliki makna
metaforis baru bahwa ilmu pengetahuan ialah sesuatu yang luas/besar,
bergerak secara perlahan, tetapi ajek.
Metode MIP menggunakan pendekatan yang sifatnya induktif
(bottom-up analysis), yaitu menganalisis ekspresi kebahasaan yang
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
30
memiliki potensi sebagai metafora secara konseptual. Sesuai dengan
komitmen kognitif dan generalisasi dalam tradisi linguistik kognitif,
penelitian ini menggunakan metode penelitian bahasa yang secara ilmiah
digunakan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran
pengetahuan tentang bahasa serta hubungannya dengan sistem
konseptual/kognitif. Sesuai pendapat Kesuma (2007: 4) yang menyebutkan
bahwa metode penelitian bahasa ialah cara kerja untuk memahami obyek
ilmu bahasa. Metode yang digunakan berupa metode penelitian deskriptif
kualitatif, karena data-data yang dikumpulkan bukanlah berupa angka,
melainkan berupa kata-kata atau gambaran sesuatu sebagaimana adanya
(Sudaryanto, 1993: 62).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu 1) metode pengumpulan data, 2) metode penganalisisan data, dan 3)
metode penyajian hasil analisis data. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk
memberikan sebuah deskripsi dan eksplanasi atas gejala-gejala kebahasaan
yang muncul (Mahsun, 2007: 257). Berikut ini pemaparan tentang
metodologi dalam mengkaji permasalahan dalam penelitian.
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdapat 20 iklan rokok dan
antirokok. Metode penyediaan data dalam penelitian ini dibagi atas: obyek,
data, dan sumber data. Obyek berupa ekspresi kebahasaan yang berbentuk
kata dan frase yang mengandung ungkapan metaforis sesuai dengan
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
31
prosedur yang diterapkan dalam MIP. Data diambil dari sumber data
berupa dokumentasi iklan rokok dan antirokok yang dikumpulkan oleh
para peneliti Stanford School of Medicine di situs:
http://tobacco.stanford.edu/tobacco_main/index.php.
Data metafora dipilih berdasarkan munculnya ekspresi kebahasaan
yang memiliki makna metaforis dalam iklan rokok dan antirokok dengan
teknik purposive sampling. Dipilih berdasarkan pertentangan antara iklan
rokok dan antirokok. Pencarian data dihentikan setelah data yang diperoleh
dirasa cukup, yaitu apabila data yang dikumpulkan memiliki variasi yang
cukup secara kualitatif. Artinya terdapat variasi data dalam jenis dan
bentuk metafora yang digunakan dalam iklan rokok dan antirokok. Metode
penyajian data yang digunakan, yaitu metode non-participant observation
atau metode simak tidak langsung dengan teknik catat.
1.7.2 Metode Penganalisisan Data
Memasuki tahap penganalisisan data, digunakan metode padan
translasional pada 20 wacana iklan yang sudah diklasifikasi. Metode padan
translasional merupakan metode linguistik yang alat penentunya ialah
bahasa lain di luar bahasa yang diteliti (Kesuma, 2007: 49). Setiap wacana
iklan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tujuan digunakannya
metode padan translasional ialah untuk memudahkan penganalisisan data
oleh peneliti bahasa asing. Setelah dilakukan penerjemahan, data
diidentifikasi dengan menggunakan metode MIP, pemetaan antar ranah,
dan analisis isi. Proses penganalisisan data dilakukan satu per satu untuk
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
32
menunjukkan penggunaan metafora di tataran kebahasaan, konseptual,
serta mengenai persepsi dan fungsinya pada masing-masing wacana iklan
rokok dan antirokok.
Metode MIP digunakan untuk menentukan apakah unit leksikal
tertentu berperan sebagai metafora dalam sebuah wacana kebahasaan.
Penerapan MIP ialah sebagai berikut:
1. Membaca ekspresi kebahasaan secara menyeluruh untuk memahami
maknanya. Tujuannya agar dapat memunculkan pengetahuan tentang
makna kontekstual dalam sebuah ekspresi kebahasaan.
2. Menentukan unit leksikal dalam ekspresi kebahasaan. Setiap satuan
unit leksikal dalam ekspresi kebahasaan dipisahkan dengan tanda garis
miring sebagai batas antar unit leksikal. Contohnya: / For / years, /
Sonia Gandhi / has / struggled / to / convince / Indians / that / she / is /
fit / to / wear / the / mantle / of / the / political / dynasty / into / which /
she / married, / let alone / to / become / premier /. Berdasarkan
pedoman MIP (2007: 4), tidak semua satuan unit leksikal dipisahkan,
di antaranya: a) unit leksikal yang berupa nama (contoh, Sonia
Ghandi); dan b) kelompok kata (polywords) atau ekspresi kebahasaan
yang tidak dapat dipisahkan karena memiliki makna tersendiri (contoh,
let alone). Mengenai batas-batas unit leksikal dalam penelitian ini
ditambahkan dari hasil analisis Krennmayr (2008: 102-103) dan Steen
dkk., (2010: 27) yang mengklasifikasikan kata majemuk (compound
word) dan verba frasal (phrasal verb) sebagai satu unit leksikal.
Seperti pada contoh kata majemuk secondary school ‘sekolah dasar’
dan verba frasal pick up ‘mengangkat’.
3. Langkah berikutnya:
a) Untuk setiap unit leksikal dalam teks dilihat maknanya dalam
konteks, yakni bagaimana makna tersebut berlaku sebagai suatu
entitas, relasi, atau atribut dalam situasi yang ditimbulkan oleh
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
33
teks (makna kontekstual). Perhitungkan apa yang ada sebelum
dan sesudah unit leksikal.
b) Untuk setiap unit leksikal, tentukan apakah unit itu memiliki
makna kontemporer yang lebih mendasar dalam konteks lain
daripada dalam konteks tersebut. Dalam mengidentifikasi
metafora, makna dasar cenderung: (i) lebih nyata (apa yang
diungkapkan lebih mudah dibayangkan, dilihat, didengar, diraba,
dicium, dan dirasakan); (ii) terkait dengan tindakan fisik; (iii)
Lebih tepat (tidak samar-samar); dan (iv) secara historis lebih tua.
MIP mendefinisikan unit leksikal yang berpotensi metaforis
dengan membandingkan antara makna dasar dan kontekstual.
4. Jika unit leksikal memiliki makna kontemporer yang lebih mendasar
dalam konteks lain dibandingkan dengan konteks yang ada.
Selanjutnya diperiksa apakah makna kontekstual berbeda dengan
makna dasar, tetapi dapat dipahami melalui perbandingan dengan
makna dasar tersebut. Jika ya, maka unit leksikal tersebut dapat
ditandai sebagai metafora.
Berdasarkan pedoman MIP, untuk menentukan makna kontekstual
dan makna dasar digunakan atau merujuk pada kamus. Adapun kamus
yang digunakan ada tiga: Macmillan English Dictionary for Advanced
Learners (MED) karangan Rundell dan Fox (2002) yang memiliki entri
sebanyak 220 juta kata dan dapat mewakili kosakata Bahasa Inggris
kontemporer. Selanjutnya apabila terdapat kerancuan untuk menentukan
makna suatu unit leksikal saat menggunakan MED, maka digunakan
rujukan kedua Longman Dictionary of Contemporary English Online
(LDOCE) dan selanjutnya Oxford English Dictionary Online (OED).
Alasan menambahkan kamus LCODE karena korpus datanya cukup baru
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
34
dan contoh penggunaan kalimatnya baik, sedangkan alasan penggunaan
kamus OED karena memiliki rujukan secara historis (Krennmayr, 2008:
102).
Adapun tujuan menggunakan kamus dalam mengidentifikasi
metafora ialah: a) memudahkan penentuan unit leksikal dalam ekspresi
kebahasaan; b) menentukan hubungan makna kontekstual dan makna
dasarnya, apakah maknanya kontras tetapi masih dapat dipahami
hubungan keduanya atau sama atau berbeda sama sekali; dan c)
memudahkan peneliti bahasa asing untuk memahami konteks ekspresi
kebahasaan, sehingga dapat menghindari asumsi secara intuitif.
Metode MIP digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama
tentang metafora secara kebahasaan. Adapun bentuk metafora kebahasaan
yang dimaksud ialah berupa kata dan frase (unit leksikal) yang dapat
dijadikan dasar untuk menyusun konstruksi pemetaan antar ranah
(mappings). Mengenai rumusan masalah kedua, dalam penelitian ini
menggunakan metode pemetaan antar-ranah (cross-domain mapping) dan
pemaduan (blending) untuk menunjukkan keberadaan metafora secara
konseptual. Selanjutnya, untuk menentukan persepsi dan fungsi
penggunaan metafora pada wacana iklan rokok dan antirokok digunakan
metode analisis isi dengan teknik inferensi abduktif (penarikan kesimpulan)
untuk menjawab rumusan masalah ketiga.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
35
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Penganalisisan Data
Penyajian hasil analisis data disajikan dengan metode formal (visual)
dan informal (verbal) yang berlaku dalam kajian linguistik (Sudaryanto,
1993: 145). Metode formal menggunakan tabel, bagan, dan gambar.
Sedangkan, metode informal menggunakan kata-kata atau kalimat.
1.8 Sistematika Penyajian
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab I berisi
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab II mendeskripsikan metafora kebahasaan pada
wacana iklan rokok dan antirokok. Bab III mendeskripsikan metafora
konseptual pada wacana iklan rokok dan antirokok. Bab IV mendeskripsikan
persepsi dan fungsi penggunaan metafora pada wacana iklan rokok dan
antirokok. Bab V berisi kesimpulan.
PENGGUNAAN METAFORA PADA WACANA IKLAN ROKOK DAN ANTIROKOK BERBAHASAINGGRISMARLUTFI YOANDINASUniversitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/