ringkasan evaluasi pbm fip ta 2014-2015.doc
TRANSCRIPT
RINGKASAN
Evaluasi Pembelajaran Dosen dan Mahasiswa Semester Juli-Desember 2014 Dan
Januari-Juni 2015 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
Pendahuluan
Pembelajaran merupakan proses pengembangan kreativitas berfikir yang
dapat meningkatkan kemampuan berfikir mahasiswa serta meningkatkan dan
mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
dan pengembangan yang baik terhadap materi kuliah. Dosen ditantang untuk
menyelenggarakan pembelajaran secara profesional, yaitu pembelajaran yang
menggunakan pendekatan andragogis dengan menerapkan strategi-strategi
pembelajaran yang aktif dan partisipatif. Sebagai dosen profesional sebelum
mengadakan pembelajaran tentunya telah mempersiapkan pembelajaran secara
strategis agar dapat menumbuhkan motivasi dan lebih memahamkan mahasiswa
secara sederhana dalam komunikasi pembelajaran.
Keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran berpengaruh
positif pada kemajuan belajar, pendewasaan, dan pengarahan diri. Dalam
pembelajaran aktif, mahasiswa mengaktifkan otaknya untuk berpikir
mengemukakan pendapat, pengalaman, mempertajam penganalisaan, dan
menjawab berbagai persoalan atau pertanyaan pertanyaan secara logis dan
argumentatif. Mahasiswa dirangsang untuk memaksimalkan fungsi-fungsi panca-
indra dan bekerjanya saraf-saraf otak secara seimbang.
Evaluasi pembelajaran sebagai suatu sistem yang sangat bermanfaat
dalam upaya menemukan informasi tentang komponen sistem pembelajaran yang
belum berfungsi secara optimal. Evaluasi proses pembelajaran perlu dilakukan
untuk mendapatkan informasi dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran.
Sesuai dengan tujuan evaluasi pembelajaran dosen dan mahasiswa pada masing-
masing jurusan/program studi selingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Padang, berdasarkan data tersebut dapat diketahui kekuatan dan
kelemahan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai langkah pengendalian
mutu pembelajaran secara berkelanjutan dalam rangka memperbaiki kualitas
pembelajaran. Hasil evaluasi pembelajaran ini diharapkan bermanfaat bagi
1
perbaikan mutu secara berkelanjutan (continuously improvement quality) dan
meningkatkan daya saing lulusan dalam percaturan global.
Metode
Evaluasi pembelajaran ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif
kuantitatif. Populasi penelitian mahasiswa S1 FIP - UNP Padang, semester Juli-
Desember 2014 dan semester Januari-Juni 2015. Semester Juli-Desember 2014
mahasiswa berjumlah 5543, tersebar pada sepuluh Jurusan/ program studi; (1)
Administrasi Pedidikan (S1) berjumlah 613 orang, (2) Pendidikan Luar Biasa (S1)
berjumlah 677 orang, (3) Teknologi Pendidikan (S1) berjumlah 510 orang, (4)
Bimbingan dan Konseling (S1) berjumlah 615 orang, (5) Pendidikan Profesi
Konselor berjumlah 26 orang, (6) Psikologi (S1) 414 orang, (7) Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini (S1) 719, (8) Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1)
1355 orang, (9) Bimbingan Konseling (S2) 165 Orang (10) Pendidikan Luar
Sekolah 380 orang.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Evaluasi Pembelajaran Semester Juli-Desember 2014 dan Januari-
Juni 2015
Berdasarkan hasil analisis data evaluasi pembelajaran dosen dan
mahasiswa pada program studi selingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan dapat
dikemukakan bahasan hasil temuan sebagai berikut:
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa rata-rata rencana
pelaksanaan pembelajaran periode Juli - Desember 2014 masing-masing
prodi dengan kategori Lebih Baik, nilai dan persentasenya adalah: Nilai
rata-rata dari masing-masing prodi adalah: Prodi Administrasi Pendidikan
dalam kegiatan perencanaan pembelajaran 5,8 dengan 83% penilaian lebih
baik; Pendidikan Luar Biasa dalam kegiatan perencanaan pembelajaran
6.02 dengan 86% penilaian lebih baik; Teknologi Pendidikan 5,82 dengan
83% penilaian lebih baik; Pendidikan Luar Sekolah 5,84 dengan 83%
penilaian lebih baik; Bimbingan dan Konseling 5,97 dengan 85% penilaian
lebih baik; Pendidikan Profesi Konselor 6,17 dengan 88% penilaian lebih
2
baik; Psikologi 5,71 dengan 82% penilaian lebih baik; PGPAUD 6 dengan
86% penilaian lebih baik; PGSD 5,97 dengan 85% penilaian lebih baik; BK
S2 5,96 dengan 85% penilaian lebih baik.
Untuk evaluasi perencanaan pembelajaran periode Januari - Juni
2015 adalah sebeagai berikut, nilai rata-rata dari masing-masing prodi
adalah: Prodi Administrasi Pendidikan dalam kegiatan perencanaan
pembelajaran 5,81 dengan 83% penilaian lebih baik; Pendidikan Luar Biasa
dalam kegiatan perencanaan pembelajaran 5,99 dengan 86% penilaian lebih
baik; Teknologi Pendidikan 5,65 dengan 81% penilaian lebih baik;
Pendidikan Luar Sekolah 5,81 dengan 83% penilaian lebih baik; Bimbingan
dan Konseling 5,9 dengan 84% penilaian lebih baik; Pendidikan Profesi
Konselor 5, 98 dengan 85% penilaian lebih baik; Psikologi 5,44 dengan
78% penilaian lebih baik; PGPAUD 5,85 dengan 84% penilaian lebih baik;
PGSD 5,81 dengan 83% penilaian lebih baik; BK S2 6.18 dengan 88%
penilaian lebih baik.
Perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh jurusan atau
program studi di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan periode Juli -
Desmber 2014 dan Januari - Juni 2015 dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya penilaiannya semua kategori lebih baik, namun apabila dicermati
ada penurunan yang bagi setiap program studi/ jurusan yang perlu dicermati
dan dicari akar permasalahannya, walaupun tidak banyak namun perlu
diperhatikan, hal itu dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Rekapitulasi Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Fakultas Ilmu Pendidikan
No Nama Prodi Gasal Genap Kriteria1 Administrasi Pendidikan (S1) 83% 83% Tetap2 Pendidikan Luar Biasa (S1) 86% 86% Tetap3 Teknologi Pendidikan (S1) 83% 81% Menurun4 Pendidikan Luar Sekolah (S1) 83% 83% Tetap 5 Bimbingan dan Konseling (S1) 85% 84% Menurun6 Pendidikan Profesi Konselor (PR) 88% 85% Menurun7 Psikologi (S1) 82% 78% Menurun9 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (S1) 86% 84% Menurun
10 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1) 85% 83% Menurun11 Bimbingan dan Konseling (S2) 85% 88% Meningkat
3
Nilai rata-rata untuk merencanakan pembelajaran termasuk kategori
Lebih Baik, dalam setiap penilaian mahasiswa terhadap setiap dosen dari
setiap jurusan memberikan penilaian 5 bahkan di atas lima. Namun perlu
juga ditingkatkan dari setiap item butir instrumen, sehingga akan mencapi
penilaian yang lebih maksimal dari mahasiswa sebagai wujud dari
pelayanan paripurna dari dosen kepada mahasiswa.
Sesuai dengan instrumen, nilai rata-rata pada perencanaan
pembelajaran yang sudah cukup dan dosen perlu meningkatkan terkait
dengan (1) menjelaskan silabus di awal perkuliahan, (2) menjelaskan
keterkaitan mata kuliahnya dengan mata kuliah lain dan, (3) menjelaskan
manfaat mata kuliah dalam kehidupan.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 39, Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Ada beberapa definisi tentang “perencanaan” yang rumusannya
berbeda-beda satu dengan yang lain. Diantaranya diungkapkan oleh
Cunningham dalam Hamzah (2008) perencanaan ialah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang
akan datang dengan tujuan memvisualisasi dan memformulasi hasil yang
diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan prilaku dalam batas-batas
yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Perencanaan
menekankan pada usaha menyeleksi dan menghubungkan sesuatu dengan
kepentingan masa depan serta usaha untuk mencapainya. Apa wujudnya
yang akan datang itu dan bagaimana usaha untuk mencapainya merupakan
kegiatan menyusunan rencana perencanaan.
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan - kegiatan yang harus
dilakukan sebelum masa perkuliahan dilakukan (kontrak perkuliahan).
Kegiatan tersebut terdiri atas; (1) Menetapkan kompetensi yang akan
dicapai (2) Menyusun materi ajar berdasarkan sistem keilmuan atau skema
4
proses keilmuan, (3) Menyusun strategi pembelajaran sesuai pokok bahasan
dan sub pokok bahasan, termasuk rencana presentasi pengumpulan tugas.
(4) Memilih sub pokok bahasan/topik yang dijadikan tugas, dan (5)
Membuat diskripsi tugas dan presentasi maupun ujian secara konkrit agar
kompetensinya tercapai.
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu
tugas penting dosen dalam memproses pembelajaran mahasiswa belajar.
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional yang dituangkan dalam
Permendiknas RI. No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disebutkan
bahwa salah satu komponen dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang di dalamnya
menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa sesuai dengan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Agar
proses pembelajaran dapat terkonsepsikan dengan baik, maka sebagai dosen
dituntut untuk mampu menyusun dan merumuskan tujuan pembelajaran
secara jelas dan tegas. Kendati demikian, dalam kenyataan di lapangan saat
ini, tampaknya kita masih dapat menemukan permasalahan yang dihadapi
para dosen dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang hendak
dilakukannya, yang berujung pada inefektivitas dan inefesiensi
pembelajaran.
Sebagai dosen dituntut menyusun perencanakan pembelajaran dengan
perencanaan dan tujuan yang jelas, terarah dan terinci. Mengemas perencanaan dan
pengalaman belajar yang akan diberikan kepada mahasiswa dengan baik,
menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan mahasiswa
sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih
bermakna bagi mahasiswa. Selain itu, mahasiswa hendaknya diberi kesempatan
untuk proaktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual
maupun dalam kelompok.
Menurut Richards (1991) menyebutkan bahwa informasi terpenting
yang harus diungkap lewat analisis kebutuhan mencakup: Pertama, analisis
situasi yang antara lain mencakup pemetaan pada lingkup apa saja lulusan
akan menggunakan kompetensinya/kemampuannya. Kedua, tujuan
penyelenggaraan program studi yang dirumuskan dalam seperangkat
5
kompetensi dasar (dalam kurikulum berbasis kompetensi). Ketiga, jenis-
jenis kompetensi/kemampuan apa sajakah yang dibutuhkan agar lulusan
dapat bersaing dalam lingkup tugasnya. Keempat, tingkat atau standar
kompetensi yang dibutuhkan agar lulusan dapat berperan dengan baik dalam
lingkup tugasnya/pekerjaannya kelak.
Penyusunan perangkat perkuliahan antara lain seperti silabus
perkuliahan, Satuan Acara Perkuliahan (SAP), buku ajar, buku teks,
petunjuk pratikum dan lain sebagainya merupakan skenario proses
pembelajaran untuk mengarahkan kegiatan belajar mahasiswa, di dalamnya
tercermin kegiatan yang harus dilakukan dosen dan mahasiswa dalam
upaya mencapai kompetensi. Di dalam silabus dan SAP memuat capaian
pembelajaran (learning outcomes) mata kuliah, tujuan pembelajaran secara
umum dan khusus, materi ajar yang dilakukan secara eksplorasi, elaborasi
dan konfirmasi, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber
belajar, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan
penilaian hasil belajar.
Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, dalam merencanakan
pelaksanaan pembelajaran Progran studi di lingkungan Fakultas Ilmu
Pendidikan sama-sama kategori lebih baik. Pada semester juli-Desember
2014 dan Januari - Juni 2015 setiap program studi di Fakultas Ilmu
Pendidikan mendapatkan bantuan jatah 33 mata kuliah setiap prodi untuk
penulisan perangkat pembelajaran dalam bentuk silabus, SAP, modul
praktek, bahan ajar, media pembelajaran serta penulisan buku teks.
2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Nilai rata-rata dari masing-masing prodi adalah: Prodi Administrasi
Pendidikan dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran 5,74 dengan 82%
penilaian lebih baik; Pendidikan Luar Biasa dalam kegiatan pelaksanaan
pembelajaran 5,92 dengan 85% penilaian lebih baik; Teknologi Pendidikan
5,73 dengan 82% penilaian lebih baik; Pendidikan Luar Sekolah 5,77
dengan 82% penilaian lebih baik; Bimbingan dan Konseling 5,86 dengan
84% penilaian lebih baik; Pendidikan Profesi Konselor 6,18 dengan 88%
penilaian lebih baik; Psikologi 5,62 dengan 80% penilaian lebih baik;
6
PGPAUD 5,93 dengan 85% penilaian lebih baik; PGSD 5,87 dengan 84%
penilaian lebih baik; BK S2 5,9 dengan 84% penilaian lebih baik.
Nilai rata-rata untuk pelaksanaan pembelajaran termasuk kategori
lebih Baik, diketahui nilai rata-rata pelaksanaan proses pembelajaran,
dosen lebih meningkatkan terhadap; (1) menghubungkan materi
pembelajaran dengan pengalaman mahasiswa, (2) menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi, (3) menggunakan model pembelajaran yang
inovatif, (4) menerapkan model pembelajaran secara menyenangkan, (5).
Mengembalikan tugas yang sudah diperiksa kepada mahasiswa, (6)
menggunakan media pembelajaran yang menarik dan bervariasi, (7)
memberikan apresiasi terhadap mahasiswa yang hadir tepat waktu, (8)
memberikan bimbingan terhadap tugas yang dikerjakan mahasiswa, (9)
mengenal mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, dan (10) memanfaatkan
hasil-hasil penelitian untuk mendukung kegiatan perkuliahan.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pasal 40 Pendidik dan
tenaga kependidikan berkewajiban: menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; mempunyai
komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan
memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Sesuai dengan kutipan di atas, berarti bila dosen menganggap
pelaksanaan pembelajaran hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran
akan berbeda dengan dosen yang menganggap mengajar adalah suatu proses
pemberian bantuan kepada mahasiswa. Perbedaan ini akhirnya
mempengaruhi kemampuan dosen dalam menerapkan strategi pembelajaran.
Dosen yang beranggapan bahwa tujuan memberikan perkuliahan adalah
untuk mengubah prilaku peserta didik kearah yang lebih baik. Sedangkan
sebagian dosen lainnya memiliki pandangan bahwa, tujuan mengajar adalah
untuk memberikan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum.
Dosen yang memiliki pandangan berorientasi pada materi cenderung
menerapkan pembelajaran dengan pola satu arah, kurang memberikan
7
kebebasan kepada mahasiswa untuk berkreasi dalam pembelajaran. Kondisi
tersebut akan mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh
dosen. Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil dari proses apabila
mahasiswa terlibat secara aktif baik fisik maupun mental dalam proses
pembelajaran.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Pendidikan Tinggi dikemukakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pasal 12 Dosen sebagai anggota sivitas akademika
memiliki tugas mentransformasikan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
yang dikuasainya kepada Mahasiswa dengan mewujudkan suasana belajar
dan pembelajaran sehingga Mahasiswa aktif mengembangkan potensinya.
Pelaksanaan pembelajaran erat kaitannya dengan penciptaan
lingkungan yang memungkinkan mahasiswa belajar secara aktif,
pengembangan aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa,
penyesuaian dengan rencana kegiatan dan pengelolaan pembelajaran. Proses
pembelajaran harus berorientasi kepada lingkungan tanpa mengabaikan
prinsip-prinsip kepribadian, dan hasil pendidikan harus bermanfaat dan
dimanfaatkan oleh masyarakat. Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil
dari proses apabila mahasiswa terlibat secara aktif baik fisik maupun mental
dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Adapun beberapa kemampuan
yang harus dimiliki dosen dalam melaksanakan pembelajaran yaitu:
a. Kemampuan Membuka Pembelajaran
Membuka Pembelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan
oleh dosen dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi
bagi mahasiswa, agar mental maupun perhatian mereka terpusat pada apa
yang akan dipelajari sehingga usaha tersebut memberikan efek positif
terhadap kegiatan belajar. Kegiatan ini dilakukan oleh dosen untuk
menciptakan suasana siap mental dan memusatkan perhatian mahasiswa
pada hal-hal yang akan dipelajarinya. Prapembelajaran ini juga dapat
dilakukan oleh dosen dengan memperhatikan kehadiran, kerapian,
ketertiban dan perlengkapan pelajaran mahasiswa.
8
b. Kemampuan Menguasai Pembelajaran
Dosen harus mampu menguasai bahan atau materi yang akan
diajarkan kepada mahasiswa agar tujuan pembelajaran yang diinginkan
dapat tercapai. Rincian materi harus memperjelas dan relevan dengan
tema atau pokok bahasan yang akan diajarkan dan harus mempunyai nilai
aplikasi yang tinggi.
c. Kemampuan Memberi Penjelasan
Kemampuan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematika untuk
menunjukkan hubungan yang satu dengan yang lain. Tujuan memberikan
penjelasan yaitu mengarahkan mahasiswa untuk mendapat dan
memahami hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
d. Kemampuan Menggunakan Metode Pembelajaran
Dalam menggunakan metode Pembelajaran, dosen sebaiknya
menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas juga jumlah mahasiswa
yang mengikuti perkuliahan. Metode yang direncanakan harus
melibatkan aktivitas mahasiswa dalam proses berupa observasi
keterampilan kegiatan keahlian mahasiswa dalam pelaksanaan proses
pembelajaran secara terkombinasi.
e. Kemampuan Memanfaatkan Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media sangat dibutuhkan karena bila
dalam kegiatan pembelajaran, ketidakjelasan bahan yang disampaikan
dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Jadi dapat
dipahami bahwa media adalah alat bantu yang dapat disajikan sebagai
penyalur pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan
mahasiswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pemebalajaran
pada dirinya. Perlu dipahami bahwa penggunaan media sebagai alat
bantu tidak bisa menurut kehendak hati dosen, tetapi harus
memperhatikan dan menyesuaikan antara media yang digunakan dengan
tujuan pembelajaran.
Dalam menggunakan media pengajaran dosen hendaknya
memperhatikan syarat umum sebagai berikut: (1) Media pengajaran yang
9
digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, (2) Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa
belajar, dan (3) Media pengajaran harus sesuai dengan kondisi individu
siswa.
f. Kemampuan Bertanya dan Menanggapi Respon Mahasiswa
Dalam proses pembelajaran, bertanya merupakan keterampilan
yang sangat penting dimiliki. Sebab pertanyaan yang tersusun dengan
baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak yang
positif terhadap mahasiswa. Pertanyaan yang diberikan hendaknya
disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan mahasiswa yang
penyampaiannya sedapat mungkin dengan bahasa yang mudah dipahami.
Usahakan agar tidak menimbulkan rasa takut atau segan kepada
mahasiswa yang dapat mempengaruhi jawaban dari pertanyaan yang
diberikan. Sebaiknya pertanyaan yang diberikan berkesan agar
mahasiswa tidak merasa tertekan dan berani untuk menjawab
pertanyaannya.
g. Kemampuan Melibatkan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Mengajar adalah upaya dalam memberi rangsangan (stimulus),
bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada mahasiswa agar terjadi
proses pembelajaran. Peran aktif dari mahasiswa sangat diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Dosen diharapkan mampu untuk menyiapkan kondisi psikologis siswa
dalam pembelajaran agar bersemangat dalam menerima materi yang
diberikan. Hal ini, sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Pasal 13, ayat satu
sampai lima mengemukakan sebagai berikut;
1) Mahasiswa sebagai anggota sivitas akademika diposisikan sebagai
insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam
mengembangkan potensi diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi
intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional.
2) Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara aktif
mengembangkan potensinya dengan melakukan pembelajaran,
10
pencarian kebenaran ilmiah, dan/atau penguasaan, pengembangan,
dan pengamalan suatu cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi
untuk menjadi ilmuwan, intelektual, praktisi, dan/atau profesional
yang berbudaya.
3) Mahasiswa memiliki kebebasan akademik dengan mengutamakan
penalaran dan akhlak mulia serta bertanggung jawab sesuai dengan
budaya akademik.
4) Mahasiswa berhak mendapatkan layanan Pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, potensi, dan kemampuannya.
5) Mahasiswa dapat menyelesaikan program Pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak melebihi ketentuan batas
waktu yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi.
6) Mahasiswa berkewajiban menjaga etika dan menaati norma
Pendidikan Tinggi untuk menjamin terlaksananya Tridharma dan
pengembangan budaya akademik.
Sesuai kutipan di atas, Dosen sebagai suatu subsistem maupun
proses pendidikan di perguruan tinggi, karena tugas utamanya adalah
melakukan perencanaan, pelaksanaan dan melakukan penilaian akan
keberhasilan mahasiswa sebagai objek dalam proses pembelajaran. Oleh
karenanya, dosen perlu mengetahui karakteristik dari objek (mahasiswa)
yang dijadikan sasaran tugas utamanya tersebut. Pegangan utama dalam
proses pembelajaran termasuk didalamnya interaksi dengan mahasiswa
tentunya adalah pemahaman akan pendekatan pendidikan andragogy.
Melalui pemahaman andragogy tersebut dosen akan mampu menghadapi
mahasiswa secara alamiah dalam interaksi serta mengoptimalkan hasil
pembelajaran yang dilakukan.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dosen dalam
melakukan interaksi secara formal dan non formal dengan mahasiswa
adalah sebagai berikut:
a. Faktor Kebebasan
Kebebasan, adalah merupakan salah satu ciri pada orang dewasa.
Dalam melakukan aktivitasnya (termasuk belajar), mahasiswa cenderung
11
menentukan apa yang ingin dilakukan serta selalu membandingkan
keadaan yang baru diterimanya dengan fenomena yang telah menjadi
referensi mereka. Oleh karenanya dalam melakukan interaksi dengan
mahasiswa diperlukan pandangan yang bersifat demokratis dialogis.
Interaksi yang dilakukan memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk
menyampaikan opini dan pandangan mereka secara terbuka. Indoktrinasi
dan komunikasi yang bersifat satu arah akan dianggap sebagai sesuatu
yang mengekang mereka. Dengan demikian, melakukan tukar pendapat,
diskusi, serta tanya jawab adalah suatu bentuk pendekatan yang pas bagi
mereka.
b. Faktor Tanggung Jawab
Faktor tanggung jawab, adalah yang membedakan sifat antara
orang dewasa dengan sifat anak-anak. Orang dewasa bertanggung jawab
terhadap apa yang dilakukannya. Dengan sifat tanggung jawabnya itu,
mahasiswa dalam kehidupan interaksinya di kampus menganggap dirinya
sejajar dengan dosen, karena mereka menganggap bahwa antara dirinya
dengan dosen sama-sama merupakan orang dewasa, yang membedakan
hanyalah bahwa dosen telah memiliki pengetahuan / keterampilan
tertentu yang belum dimiliki oleh dirinya. Karena kesejajarannya itu,
mahasiswa cenderung ingin diperlakukan sebagai seseorang yang
bertanggung jawab dan dapat dipercaya, mereka lebih senang dianggap
sebagai sahabat yang mengerti terhadap atas apa yang mereka lakukan.
Dosen dalam konteks ini perlu menempatkan diri sebagai sosok tempat
bertanya (shoulder to cry on) dikala mereka mengalami masalah dan
kesulitan.
c. Faktor Pengambilan Keputusan sendiri
Mahasiswa sebagai orang dewasa mampu mengambil keputusan
sendiri. mereka tidak mau digurui, dipaksa untuk menerima kebenaran-
kebenaran dari luar, karena mereka menganggap dapat memutuskan
tentang apa yang akan mereka lakukan, tentang apa yang akan mereka
ambil manfaatnya dari perilaku tersebut serta mereka menganggap
dirinya mampu menilai baik buruknya sesuatu yang akan dan sedang
12
mereka lakukan. Mengapa demikian?…Karena mereka menganggap
bahwa hanya dirinyalah yang lebih mengetahui hal-hal yang berguna dan
bermanfaat bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini,
seorang dosen harus melengkapi (bukan mengganti) kemampuan dirinya
sebagai seseorang yang berperan sebagai “fasilitator”. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara lebih mengutamakan pada pemberian informasi
yang relevan dan netral, membantu para mahasiswa dalam mengambil
keputusan dan menyeleksi informasi yang diterima, terutama dalam hal-
hal baru.
d. Faktor Pengarahan Diri Sendiri
Mahasiswa sebagai orang dewasa, mereka menganggap dirinya
dapat mengarahkan diri sendiri, mereka juga memiliki pandangan hidup
sendiri (way of life) dalam berinisiatif dan dalam berkreasi yang
disesuaikan dengan pandangan yang dimilikinya, serta mereka memiliki
tingkat interaktivitas yang tinggi antar sesama mahasiswa lain. Namun
hal tersebut bukan berarti mereka harus dilepas begitu saja, peran dosen
dalam hal ini harus dapat mengakomodasi tingkat interaktivitas antar
sesama pembelajar serta memberikan pengarahan diri dalam kelompok
dimaksud.
e. Faktor Psikologis
Tidak jarang, faktor psikologis para mahasiswa kurang
diperhatikan. Hal tersebut dimungkinkan karena ada anggapan bahwa
seorang dosen, tetaplah seorang dosen yang bertugas menyampaikan
ilmu, bukan psikolog ataupun psikiater yang harus bersusah payah untuk
mengurusi masalah kejiwaan para mahasiswa. Tentunya, bukan itu yang
dimaksud. Yang harus diperhatikan oleh seorang dosen adalah mereka
harus dapat meyakinkan mahasiswa bahwa mereka diterima dan
diperlakukan sebagai orang dewasa yang memiliki kebebasan untuk
berekspresi dan berkreasi dan dihargai sebagai seorang sahabat. Selain
itu, empati dosen sangat diperlukan, karena walau bagaimanapun,
mahasiswa mengharapkan pemahaman dosen tentang apa yang
13
diinginkan, dibutuhkan, diharapkan serta yang dirasakan oleh mereka.
Asas humanistik sangat penting dalam hal ini.
h. Kemampuan Menggunakan Waktu yang Efisien
Salah satu hambatan yang sering dialami dalam proses
pembelajaran adalah soal waktu. Seringkali seseorang tidak dapat
mengendalikan waktu, akibatnya bisa terjadi materi pembelajaran sudah
selesai, namun waktu masih panjang. Atau sebaliknya, waktu sudah
habis, bahan belum tuntas, sehingga adakalanya mahasiswa terlambat
untuk mengikuti perkuliahan berikutnya, apalagi bila sebelumnya mata
kuliah praktek olahraga. Hal ini membawa pengaruh terhadap proses
pembelajaran yang dilaksanakan. Sebab itu, diperlukan dosen yang
mampu untuk membuat pengaturan waktu yang akurat dan efektif.
Pengaturan waktu dikatakan baik apabila ada kesesuaian antara waktu
yang digunakan dengan banyak materi pembelajaran yang akan
disampaikan. Materi yang cukup sulit tentu membutuhkan waktu yang
lebih lama daripada materi yang mudah.
i. Kemampuan Menutup Pembelajaran
Menutup pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh dosen
untuk mengakhiri kegiatan proses pembelajaran. Usaha menutup
pembelajaran dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari oleh mahasiswa, mengetahui tingkat
pencapaian mahasiswa dan tingkat keberhasilan dosen dalam proses
pembelajaran. Usaha dosen dalam mengakhiri kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dosen dengan meninjau kembali penguasaan inti
pembelajaran dengan merangkum inti pembelajaran dan membuat
ringkasan. Selain itu, mengakhiri pembelajaran dapat berupa saran-saran
misalnya meminta mahasiswa untuk mempelajari kembali di rumah
tentang bahan yang baru saja dipelajari secara mandiri dan tugas.
3. Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar
Pelaksanaan penilaian hasil belajar, nilai rata-rata dari masing-
masing prodi kategori Lebih Baik. Hal ini dibuktikan: Nilai rata-rata dari
masing-masing prodi adalah: Prodi Administrasi Pendidikan dalam kegiatan
14
hasil belajar 5,69 dengan 81% penilaian lebih baik; Pendidikan Luar Biasa
dalam hasil belaajr 5,88 dengan 84% penilaian lebih baik; Teknologi
Pendidikan 5,73 dengan 82% penilaian lebih baik; Pendidikan Luar Sekolah
5,74 dengan 82% penilaian lebih baik; Bimbingan dan Konseling 5,8
dengan 83% penilaian lebih baik; Pendidikan Profesi Konselor 6,02 dengan
86% penilaian lebih baik; Psikologi 5,6 dengan 80% penilaian lebih baik;
PGPAUD 5,9 dengan 84% penilaian lebih baik; PGSD 5,82 dengan 83%
penilaian lebih baik; BK S2 5,85 dengan 84% penilaian lebih baik.
Penilaian hasil pembelajaran termasuk kategori Lebih Baik pada
setiap jurusan dan prodi. Namun walaupun mendapatkan penilaian lebih
baik, namun jika dicermati dari prosesntase perencanaan menuju ke proses
pembelajaran terjadi pengurangan, begitupun dengan hasil pembelajaran.
Pengurangan itu berkirsar antara 1% sampai dengan 3 persen. Memang
tidak terlalu signifikan pengurangannya, namun hal itu mengindikasikan ada
masalah dalam penilaian terhadap mahasiswa, dan mahasiswa merasakan
ada penilaian yang tidak maksimal.
Sesuai penilaian hasil pembelajaran, agar dosen: (1) mengembalikan
lembar jawaban ujian yang telah diperiksa, dan (2) memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk konfirmasi nilai.
Penilaian merupakan salah satu aspek dalam proses pembelajaran di
perguruan tinggi. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar yang menggunakan instrumen tes maupun non tes. Jadi tidak hanya
sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih
ditekankan untuk menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu
proses atau hasil yang diperoleh seseorang atau tim. Penilaian yang
dilaksanakan oleh dosen terhadap mahasiswa pada umumnya masih
menggunakan acuan pedoman akademik yang belum terintegrasi. Untuk itu
perlu dibuat suatu pedoman pelaksaan penilaian yang dapat menjawab
pertanyaan bagaimana dan mengapa pelaksanaan proses pembelajaran.
Penilaian terhadap kegiatan belajar dapat dilakukan terhadap
konteksnya, proses dan produk atau hasil belajarnya. Sodikun (2005, 1)
15
mengemukakan” Pada umumnya orang hanya menekankan kepada hasil
belajarnya, padahal sebenarnya penilaian dapat juga dilakukan pada proses
dan konteks” Proses dan hasil belajar merupakan dimensi atau parameter
dari keberhasilan program pembelajaran. Dalam pembelajaran evaluasi tidak
hanya berorientasi pada hasil semata, tetapi juga berorientasi pada proses.
Pelaksanaan evaluasi harus berorientasi pada proses (proses oriented), dan
hasil (oriented produc). Oleh karena itu, sudah seharusnya evaluasi proses
dan hasil belajar dilakukan secara simultan (Wahjoedi, 2001).
Menurut Surya (1997) bahwa hasil belajar akan tampak dalam: (1)
Kebiasaan; seperti peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga
akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar, (2)
Keterampilan; seperti menulis dan bergerak yang meskipun sifatnya
motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang
teliti dan kesadaran yang tinggi. (3) Pengamatan; yakni proses menerima,
menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-
indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian
yang benar, (4) Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara
mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat,
(5) Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan
dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti
“bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). (6) Sikap yakni kecenderungan
yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap
orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan, (7)
Inhibisi (menghindari hal yang mubazir), (8) Apresiasi (menghargai karya-
karya bermutu, dan (9) Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan
dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-
was dan sebagainya.
Sedangkan menurut Bloom, perubahan perilaku yang terjadi sebagai
hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan (domain) kognitif, afektif
dan psikomotor, beserta tingkatan aspek-aspeknya. Hasil belajar merupakan
rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
16
tentang proses dan hasil belajar yang dilaksanakan secara sistematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Makna penilaian hasil belajar yang diberikan dosen terkait dengan
(1) Keadaan materi pembelajaran, hasil penilaian memberikan gambaran tentang
daya serap mahasiswa terhadap materi yang diberikan dosen, (2) keadaan metode
pembelajaran, hasil penilaian menunjukkan sesuai tidaknya metode yang
digunakan, (3) keadaan mahasiswa, hasil penilaian memberikan informasi kepada
dosen perihal kemajuan belajar tiap mahasiswa berikut letak kesulitan belajar yang
dialami mahasiswa.
Bila evaluasi yang dilakukan hanya terhadap hasil belajar semata,
tanpa mengevaluasi proses cenderung melihat mahasiswa hanya sebagai
objek pembelajaran, bahkan tidak jarang para dosen pengampu mata kuliah
cenderung mengkambinghitamkan mahasiswa sebagai penyebab kegagalan
perkuliahan. Padahal tidak mustahil kegagalan tersebut disebabkan oleh
lemahnya proses pembelajaran. Pada sisi lain, pendidikan dikatakan berhasil
apabila berubahan-perubahan yang terjadi pada mahasiswa merupakan
akibat dari proses pembelajaran yang dialaminya. Apa yang dicapai oleh
mahasiswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya melalui
program yang dirancang dan dilakukan oleh dosen dalam proses
pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar lebih ditekankan pada tingkat atau jenjang
penguasaan tujuan pembelajaran oleh para mahasiswa, sedangkan evaluasi
terhadap proses lebih ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan
kegiatan pembelajaran itu sendiri atau kegiatan membelajarkan mahasiswa.
Wahjoedi, (2001) mengemukakan evaluasi proses diantaranya meliputi; a)
tujuan pembelajaran, b) bahan pembelajaran, c) kondisi mahasiswa dan
kegiatan belajarnya, d) kondisi dosen dan kegiatan mengajarnya, e)
mahasiswa dan sumber belajar yang digunakan, f) teknik dan cara
pelaksanaan evaluasi.
Evaluasi proses pembelajaran banyak indikator yang berpengaruh,
profesionalisme dosen merupakan salah satu indikator yang sanngat
berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Profesionalisme
17
dosen berkaitan dengan kemampuan dalam merencanakan pengajaran,
kemampuan melaksanakan pengajaran, serta kemampuan dosen dalam
melakukan penilaian, dari beberapa hal yang dikemukakan merupakan
kompetensi yang harus dimiliki untuk kelancaran proses pembelajaran.
Berarti tujuan evaluasi proses pembelajaran merupakan perbaikan dan
pengoptimalan kegiatan pembelajaran. Optimalisasi kegiatan pembelajaran
tersebut terutama terlihat dari sisi; efisiensi, efektivitas, relevansi dan
produktivitasnya (Wahjoedi, 2001).
Salah satu yang belum keterbiasaan dilakukan dosen pada masing-
masing program studi dalam perkuliahan adalah kurang melakukan evaluasi
prosess terhadap kegiatan perkuliahan sendiri. Sebagian besar dosen kurang
melakukan evaluasi proses pembelajaran, para dosen keberatan melakukan
evaluasi terhadap kegiatan mengajar yang dilakukan terutama yang
berkaitan dengan dirinya sendiri. Dalam evaluasi proses menilai dosen dapat
dilakukan dengan mengamati tugas-tugas dosen dalam mengajar seperti:
rencana pengajaran, kemampuan mengajar, dan hubungan antar pribadi
(Depdikbud, 1993).
Kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dosen bila tidak
dievaluasi, tidak akan diketahui kelemahan-kelemahan yang telah
dilakukan. Disamping itu, keluhan yang disampaikan sebagian mahasiswa
terhadap sebagian dosen atau bebarapa dosen yang menerapkan disiplin
tanpa memperlihatkan keteladanan pada mahasiswa. Seperti misalnya
dosen sulit ditemui untuk bimbingan skripsi, sering kosong dalam mengajar
serta ketidaktepatan dalam memberikan penilaian. Hal ini dapat berdampak
terhadap kompetensi mahasiswa yang diinginkan.
Pengukuran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
penilaian, diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang, atau obyek tertentu menurut aturan
yang jelas. Pada pendidikan tinggi, dosen dapat mengukur penguasaan mahasiswa
dalam suatu mata kuliah tertentu yang telah dilatih, tetapi tidak mengukur
mahasiswa itu sendiri. Tanpa kemampuan melakukan pengukuran, seorang dosen
tidak dapat mengetahui di mana ia berada pada suatu kegiatan. Dalam memberikan
penilaian hasil belajar dosen harus memiliki prinsip-prinsip bahwa penilaian (1)
18
adil dan objektif, (2) terbuka, (3) tranparan terhadap terhasil penilaian, dan (4)
Menilai hasil belajar secara komprehensif/menyeluruh.
Hal lain yang menjadi mempengaruhi optimalisasi proses pembelajaran
adalah ratio antara dosen dengan mahasiswa, yang sangat terkait dengan beban
tugas dosen mengajar. perlu ada strategi penataan pengembangan ketenagaan dosen
Fakultas Ilmu Pendidikan bagi masing-masing program studi kearah pemenuhan
kebutuhan jenis, jumlah dan kualitas keahlian yang diperlukan.
Penutup
Kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan
penilaian hasil belajar, semester Juli – Desember 2014, dan semester Januari-Juni
2015 pada setiap Jurusan/ program studi dilingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan,
ditemukan dengan kriteria lebih baik. Tetapi ditemukan sebagian pernyataan yang
masih rendah. Disarankan kepada dosen pada masing-masing program studi
dalam lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang untuk
selalu (setiap semester) memperbaiki/memperbaruhi perencanaan pelaksanaan
pembelajaran, seperti silabus, Satuan Acara Perkuliahan, dan bahan ajar. Kepada
pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi keahlian tenaga dosen yang sudah
dimiliki masing-masing program studi, dan mengkondisikan penyusunan jadwal
perkuliahan semester yang lebih tepat, jadual dosen tidak lagi berdempet atau
berlanjut tanpa ada waktu istirahat, dan meningkatkan monitoring pelaksanaan
perkuliahan.
19