rhinitis vasomotor

15
RHINITIS VASOMOTOR SASANTI RATNA DINASTITI SUWARNO 09700152

Upload: faisallrizza

Post on 17-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

RHINITIS VASOMOTOR

RHINITIS VASOMOTORSASANTI RATNA DINASTITI SUWARNO09700152Definisi Rhinitis Vasomotor adalah suatu keadaan idiopatik yang didiagnosa tanpa adanya infeksi, alergi, eosinofilia, perubahan hormonal, atau pejanan obat.

Rhinitis vasomotor disebut juga vasomotor catarrh, vasomotr rinorhea, nasal vasomotor instability, atau non- allergic perennial rhinitis.Etiologi dan PatofisiologiEtiologi dan Patofisiologi yang pasti belum diketahui. Namun, dari beberapa hipotesis menerangkan patofisiologi rhinitis vasomotor. Neurogenik (disfungsi otonom)Terdapat dua jenis serabut saraf di hidung. Yang pertama, serabut saraf simpatis yang berasal dari korda spinalis segmen Th1-2, menginervasi pembuluh darah mukosa dan sebagian kelenjar. Serabut saraf simpatis ini yang berperan dalam siklus nasi, dimana seseorang dapat bernapas dengan normal melalui rongga hidung yang luasnya berubah-ubah.Yang kedua adalah serabut saraf parasimpatis berasal dari nukleus salivatori superior membentuk N. vidianus, menginervasi kelenjar eksokrin. Bila terdapat rangsangan, akan melepaskan ko-transmiter asetilkolin dan vasoaktif intestinal peptida sehingga terjadi peningkatan sekresi hidung dan vasodilatasi, dan terjadi kongesti hidung. Pada Rhinitis vasomotor diduga terjadi ketidakseimbangan impuls saraf otonom di mukosa hidung yang berupa bertambahnya aktivitas sistem parasimpatis.

2. Neuropeptidaterjadi disfungsi hidung yang diakibatkan oleh meningkatnya rangsangan terhadap saraf sendoris serabut C di hidung.keadaan ini memicu terjadinya peningkatan respon pada hiper-reaktifitas hidung.

3. Nitrik Oksidakadar nitrik oksida (NO) yang tinggi dan persisten di lapisan epitel hidung dapat menyebabkan terjadinya kerusakan epitel, sehingga rangsangan non-spesifik berinteraksi ke lapisan sub-epitel. Akibatnya,peningkatan reaktifitas serabut trigeminal dan recruitment refleks vaskular dan kelenjar mukosa hidung.

4. Trauma rhinitis vasomotor dapat merupakan komplikasi jangka panjang dari trauma hidung melalui mekanisme neurogenik dan/atau neuropeptidaPencetus Sering dicetuskan oleh rangsangan non-spesifik, seperti :Asap (rokok, dll)Bau menyengat (parfum, dll)Minuman beralkoholMakanan pedasSuhu udaraKelelahan Emosi

Gejala KlinisHidung tersumbatRhinorhea yang mukoid atau serosaGejala diatas dapat memburuk dengan adanya beberapa pencetus.Berdasarkan gelaja dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :Golongan bersin ( sneezers ), gejala memberi respon baik terhadap antihistamin dan glukokortikosteroid topikal.Golongan rhinorhea ( runners ), gejala diatasi dengan anti kolinergik topikalGolongan tersumbat ( blockers ), kongesti merespon baik glukokortikosteroid topikal dan vasokonstriktor oral.Diagnosis Diagnosa umumnya ditegakkan dengan cara ekslusi, yaitu, menyingkirkan adanya rhinitis infeksi, alergi, okupasi, hormonal dan obat.

Dalam anamnesis cari faktor-faktor pencetus yang mempengaruhi.Pemeriksaan Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior tampak gambaran oedem mukosa hidung, konka merah gelap atau merah tua atau pucat. Hal ini dibedakan dengan rhinitis alergi. Permukaan konka licin atau berbenjol-benjol (hipertrofi). Pada hidung terdapat sekret mukoid. Tetapi pada golongan rhinorhea sekret berbentuk serosa dan banyak.Pemeriksaan Laboratorium dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis alergi atau eosinofilia. Tes cukit kulit biasanya negatif, dan kadar IgE spesifik tidak meningkat.

Penatalaksanaan Menghindari faktor pencetus

Pengobatan simptomatis. Seperti, Dekongstan oral, cuci hidung dengan larutan garam fisiologis, kauterisasi konka dengan AgNO3 25%, kortikosteroid topikal 100-200 mikrogram, dapat dinaikan sampai 400 mikrogram, hasil dapat dilihat setelah 2 minggu. Selain itu ada juga anti kolinergik topikal (ipatropium bromida).

3. Operasi ( bedah beku, elektokauter, atau konkotomi parsial konka inferior )

4. Neurektomi N. Vidianus, yaitu pemotongan N. Vidianus. Dengan komplikasi seperti sinusitis, diplopia, buta, dll. Dapat juga dilakukan Blocking ganglion sfenopalatina.

Prognosa Prognosa pengobatan golongan obstruksi lebih baik daripada golongan rhinorhea. Oleh karena golongan rhinorhea sangat mirip dengan rhinitis alergi, perlu anamnesis dan pemeriksaan yang lebih teliti untuk mendiagnosa. TERIMA KASIHSASANTI RATNA DINASTITI SUWARNO09700152