definisi rhinitis

21
Definisi Rhinitis 1.1 Definisi Rhinitis Menurut Para Ahli a. Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ) b. Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ) 1.2 Anatomi Dan Fisiologi Rinitis a. Membran Mukosa Nasal 1. Struktur a) Kulit pada eksternal volikel hidung yang mengandung folikel rambut, keringat, dan kelenjar sebasea,merentang sampai vestibula yang terletak di dalam nostril. Kulit di nagian dalam ini mengandung rambut(vibrisae) yang berfungsi untuk menyaring partikel dari udara terhisap. b) Di bagian rongga nasal yang kebih dalam, epitelium respiratorik membentuk mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya.Lapisan ini terdiri dari epiteluim bersilia dengan sel goblet yang terletak di pada jaringan ikat tervaskularisasi dan terus memanjang untuk melapisi saluran pernafasan sampai ke bronkus. 2. Fungsi

Upload: nuris-zaman

Post on 16-Feb-2015

530 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Definisi Rhinitis

Definisi Rhinitis

1.1 Definisi Rhinitis Menurut Para Ahli

a. Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.

(Dipiro, 2005 )

b. Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

1.2 Anatomi Dan Fisiologi Rinitis

a. Membran Mukosa Nasal

1. Struktur

a) Kulit pada eksternal volikel hidung yang mengandung folikel rambut, keringat,

dan kelenjar sebasea,merentang sampai vestibula yang terletak di dalam nostril.

Kulit di nagian dalam ini mengandung rambut(vibrisae) yang berfungsi untuk

menyaring partikel dari udara terhisap.

b) Di bagian rongga nasal yang kebih dalam, epitelium respiratorik membentuk

mukosa yang melapisi ruang nasal selebihnya.Lapisan ini terdiri dari epiteluim

bersilia dengan sel goblet yang terletak di pada jaringan ikat tervaskularisasi dan

terus memanjang untuk melapisi saluran pernafasan sampai ke bronkus.

2. Fungsi

a) Penyaringan partikel kecil. Silia dalam epitelium respiratorik melambai ke

depan dan belakang dalam suatu lapisan mukus. Gerakan dan mukus membentuk

suatu perangkap untuk partikel yang akan disapu ke atas untuk ditelan,

dibatukkan,atau dibersihkan ke luar.

b) Penghangatan dan pelembapan udara yang masuk. Udara kering akan

dilembabkan melalui evaporasi sekrisi serosa dan mukus serta dihangatkan oleh

radiasi panas dari pembuluh darah yang ada di bawahnya.

Page 2: Definisi Rhinitis

c) Resepsi Odor. Epiteliun Olfaktori yang terletak di bagian atas rongga hidung

di bawah lempeng kibriform, mengandung sel –sel olfaktori yang mengalami

spesialisasi untuk indra penciuman.

Klasifikasi

Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan

menjadi dua:

a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa

hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri.

Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali

terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan

musim semi.

b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang

disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.

Rinitis berdasarkan penyebabkannya dibedakan menjadi :

a. Rhinitis alergi

Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh

perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa

saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap,

serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang

mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat

mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang

menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan

semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis.

Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap

reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman.

Page 3: Definisi Rhinitis

Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:

1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)

Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan

allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan

angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.

2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)

Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang

masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada

di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan

yang menyengat

b. Rhinitis Non Alergi

Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas (rhinitis viral dan

rhinitis bakterial, masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas struktural,

neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan nasal, penggunaan

kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif.

Berdasarkan penyebabnya, rhinitis non alergi di golongkan sebagai berikut:

a. Rinitis vasomotor

Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa

hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.(www.

Google.com). Rinitis vasomotor mempunyai gejala yang mirip dengan rinitis

alergisehingga sulit untuk dibedakan.

b. Rinitis Medikamentosa

Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan

respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical (obat

Page 4: Definisi Rhinitis

tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan,

sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini

disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).

c. Rhinitis Atrofi

Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda

adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka. Secara klinis, mukosa hidung

menghasilkan secret kental dan cepat mongering, sehingga terbentuk krusta

berbau busuk. Sering mengenai masyarakat dengan tingkat social ekonomi

lemah dan lingkungan buruk. Lebih sering mengenai wanita, terutama pada usia

pubertas.

Etiologi

a. Rinitis Alergi

Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang

secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas

memiliki peran penting. Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak

semuanya atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali

lebih besar atau mencapai 50 %. Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu

alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun

yang secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi.

Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk

bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu

binatang, jamur, serbuk sari, dan lain-lain.

b. Rinitis Nonalergi

1. Rinitis vasomotor

Keseimbangn vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :

Page 5: Definisi Rhinitis

a) Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti:

ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.

b) Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang

tinggi, dan bau yang merangsang

c) Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme

d) Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)

2. Rinitis Medikamentosa

Rinitis Medikamentosa merupakan akibat pemakaian vasokonstriktor topical

(obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan,

sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap. Dapat dikatakan hal ini

disebabkan oleh pemakaian obat yang berlebihan (Drug Abuse).

3. Rinitis Atrofi

Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti

infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella

ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi

Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit

kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

1.3 Pathofisiologi Dan WOC Rinitis

Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa

hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu

individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin

lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan

neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal

dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema,

radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan

hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik.

Page 6: Definisi Rhinitis

Tanda Dan Gejala Rinitis

Tanda dan gejala rhinitis diantaranya kongesti nasal, rabas nasal (purulen dengan

rhinitis bakterialis), gatal pada nasal dan bersin-bersin, sakit kepala dapatt saja terjadi

terutama jika terdapat juga sinusitis.Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kanan,

tergantung pada posisi pasien. Terdapat rinorea yang mukus atau serosa, kadang tidak

banyak. Jarang disertai bersin, dan tidak disertai gatal dimata,. Gejala memburuk pada

pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga

karena asap rokok dan sebagainya.

Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan yang obstruksi dan

rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema

mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat.

Permukaanya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid,

biasanya sedikit, namun pada golongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya serosa

dan dalam jumlah banyak.

Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau

(sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau, gangguan

penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.

Pada penderita THT ditemukan ronnga hidung sangat lapang, kinka inferiordan media

hipotrofi atau atrofi, sekret purulen hijau, dan krusta berwarna hijau.

Pemeriksaan Diagnostik

Dapat dilakukan transiluminasi, fotosinus para nasal, pemeriksaan mikro organisme

uji resistensi kuman, pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Fe serum, dan serologi darah.

Dari pemeriksaan histo patologi terlihat mukosa hidung menjadi tipis, silia hilang,

metaplasia thoraks menjadi epitel kubik atau gepeng berlapis, kelenjar degenerasi dan

atrofi, jumlahnya berkurang dan bentuknya mengecil.

Page 7: Definisi Rhinitis

.

Penatalaksanaan

Hindari kontak & eliminasi, Keduanya merupakan terapi paling ideal. Hindari kontak

dengan alergen penyebab, sedangkan eliminasi untuk alergen ingestan (alergi makanan).

Simptomatik : Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan

kortikosteroid

a. Antihistamin

Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral

dibagi menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai

antihistamin sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin

nonsedatif.

Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang

mengalami gangguan tidur karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek

samping yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek

antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi.

Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan

tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.

Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar

allergen. Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai

efek sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative

yang sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.

b. Dekongestan

Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang

beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi.

Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray.

Penggunaan dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi

Page 8: Definisi Rhinitis

secara sistemik (Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama

dapat menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-

obatan). Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara

lain rasa terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan

obat ini memerlukan konseling bagi pasien.

Sistemik dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun

durasinya biasanya bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah

pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat

walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati

digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah

ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini rasional

karena mekanismenya berbeda.

c. Nasal Steroid

Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan

untuk rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang

sedikit.Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan

ipatropium bromida. Berikut adalah tindakan operatif dan tindakan Imunoterapi

yang dilakukan pada pasien rinitis:

1. Tindakan Operatif : Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior

yang mengalami hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka

nasi inferior menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor

asetat.

2. Tindakan Imunoterapi : Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi.

Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk

alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain

belum memuaskan. Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk

alergi ingestan.

Page 9: Definisi Rhinitis

Komplikasi

a. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan

polip hidung.

b. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan

terutama kita temukan pada pasien anak-anak.

c. Sinusitis kronik

d. Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi

melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Rinitis

1.4 Pengkajian

Identitas: Nama, jenis kelamin,umur, bangsa.

keluhan utama: Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan

hidung gatal

Riwayat peyakit dahulu: Pernahkan pasien menderita penyakit THT sebelumnya.

Riwayat keluarga: Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang di alami

pasien

Pemeriksaan fisik yang terdiri dari:

a. Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid

b. Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi

Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan nasoendoskopi, Pemeriksaan sitologi hidung,

Hitung eosinofil pada darah tepi, Uji kulit allergen penyebab.

Page 10: Definisi Rhinitis

1.5 Diagnosa

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret yang

mengental

2. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur

tindakan medis

3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung

4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

1.6 Intervensi

a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adnya secret yang

mengental.

Tujuan : Jalan nafas efektif setelah secret dikeluarkan

Kriteria :

1. Klien tidak bernafas lagi melalui mulut

2. Jalan nafas kembali normal terutama hidung

Intervensi Rasional

Page 11: Definisi Rhinitis

a. Kaji penumpukan secret yang

ada

b. Observasi tanda-tanda vital.

c. Kolaborasi dengan team medis

a. Mengetahui tingkat keparahan dan

tindakan selanjutnya

b. Mengetahui perkembangan klien

sebelum dilakukan operasi

c. Kerjasama untuk menghilangkan obat

yang dikonsumsi

b. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan prosedur

tindakan medis

Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang

Kriteria :

1. Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya

2. Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta

pengobatannya.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan klien

2. Berikan kenyamanan dan ketentaman

pada klien :

- Temani klien

- Perlihatkan rasa empati( datang dengan

menyentuh klien )

1. Menentukan tindakan selanjutnya

2. Memudahkan penerimaan klien terhadap

informasi yang diberikan

3. Meningkatkan pemahaman klien tentang

Page 12: Definisi Rhinitis

3. Berikan penjelasan pada klien tentang

penyakit yang dideritanya perlahan,

tenang seta gunakan kalimat yang jelas,

singkat mudah dimengerti

4. Singkirkan stimulasi yang berlebihan

misalnya :

- Tempatkan klien diruangan yang lebih

tenang

- Batasi kontak dengan orang lain /klien

lain yang kemungkinan mengalami

kecemasan

5. Observasi tanda-tanda vital.

6. Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis

penyakit dan terapi untuk penyakit

tersebut sehingga klien lebih

kooperatif

4. Dengan menghilangkan stimulus yang

mencemaskan akan meningkatkan

ketenangan klien.

5. Mengetahui perkembangan klien secara

dini.

6. Obat dapat menurunkan tingkat

kecemasan klien

c. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung

Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman

Kriteria : Klien tidur 6-8 jam sehari

Page 13: Definisi Rhinitis

Intervensi Rasional

a. Kaji kebutuhan tidur klien.

b. ciptakan suasana yang nyaman.

c. Anjurkan klien bernafas lewat

mulut

d. Kolaborasi dengan tim medis

pemberian obat

a. Mengetahui permasalahan klien dalam

pemenuhan kebutuhan istirahat

tidur

b. Agar klien dapat tidur dengan tenang

c. Pernafasan tidak terganggu.

d. Pernafasan dapat efektif kembali

lewat hidung

Page 14: Definisi Rhinitis

d. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore

Intervensi: Rasional

a. Dorong individu untuk bertanya

mengenai masalah, penanganan,

perkembangan dan prognosis

kesehatan

b. ajarkan individu menegenai sumber

komunitas yang tersedia, jika

dibutuhkan (misalnya : pusat

kesehatan mental)

c.dorong individu untuk

mengekspresikan perasaannya,

khususnya bagaimana individu

merasakan, memikirkan, atau

memandang dirinya

a. memberikan minat dan perhatian,

memberikan kesempatan untuk

memperbaiakikesalahan konsep

b. pendekatan secara komperhensif

dapat membantu memenuhi kebutuhan

pasienuntuk memelihara tingkah laku

koping

c. dapat membantu meningkatkan

tingkat kepercayaan diri, memperbaiki

harga diri, mrnurunkan pikiran terus

menerus terhadap perubahan dan

meningkatkan perasaan terhadap

pengendalian diri

1.7 Implementasi

1. Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan

prognosis kesehatan

2. Mengatur kelembapan ruangan untuk mencegah pertumbuhan jamur

Page 15: Definisi Rhinitis

3. Menjauhkan hewan berbulu dari pasien alergi, namun hal ini sering tidak dipatuhi

terutama oleh pecinta binatang

4. Membersihkan kasur secara rutin

1.8 Evaluasi

1. Mengetahui tentang penyakitnya

2. Sudah bisa bernafas melalui hidung dengan normal

3. Bisa tidur dengan nyenyak

4. Mengutarakan penyakitnya tentang perubahan penampilan