responsi rhinitis vasomotor

27
BAB 1 PENDAHULUAN Rinitis vasomotor merupakan suatu bentuk rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi ( rinitis non alergi) tetapi memiliki gejala yang mirip dengan rinitis alergi. Pada penderita dengan rinitis vasomotor akan dikeluhkan adanya sumbatan pada hidung yang dapat terjadi secara berulang disertai dengan pengeluaran sekret yang encer dan bersin- bersin. Perjalanan penyakit ini cenderung bersifat kronis dan bisa berlangsung seumur hidup, kondisi ini yang kadang membuat pasien terganggu sehingga menjadi tidak nyaman dan frustasi akan penyakitnya yang berdampak terganggunya aktivitas dan produktivitas penderita sehari-hari disamping penderita juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk obat yang biasanya hanya bersifat simtomatis saja. Klasifikasi dari rinitis telah lama diperdebatkan menurut beberapa kepustakaan. Rinitis dibagi menjadi dua kelompok yaitu rinitis yang berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis alergi) dan rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis non-alergi), di mana rinitis vasomotor termasuk ke dalam kelompok rinitis non-alergi. Rinitis non- alergi dapat disebabkan oleh terapi medikamentosa, hormonal, dan infeksi. Rinitis vasomotor terjadi akibat gangguan vasomotor hidung yaitu terdapat gangguan fisiologik lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktifitas parasimpatis. Patofisiologi yang mendasari rhinitis vasomotor yang pasti belum diketahui, tetapi diduga sebagai akibat 1

Upload: gekria

Post on 03-Aug-2015

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Responsi Rhinitis Vasomotor

BAB 1

PENDAHULUAN

Rinitis vasomotor merupakan suatu bentuk rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi

alergi ( rinitis non alergi) tetapi memiliki gejala yang mirip dengan rinitis alergi. Pada

penderita dengan rinitis vasomotor akan dikeluhkan adanya sumbatan pada hidung yang

dapat terjadi secara berulang disertai dengan pengeluaran sekret yang encer dan bersin-

bersin. Perjalanan penyakit ini cenderung bersifat kronis dan bisa berlangsung seumur

hidup, kondisi ini yang kadang membuat pasien terganggu sehingga menjadi tidak nyaman

dan frustasi akan penyakitnya yang berdampak terganggunya aktivitas dan produktivitas

penderita sehari-hari disamping penderita juga harus mengeluarkan biaya ekstra untuk obat

yang biasanya hanya bersifat simtomatis saja.

Klasifikasi dari rinitis telah lama diperdebatkan menurut beberapa kepustakaan.

Rinitis dibagi menjadi dua kelompok yaitu rinitis yang berhubungan dengan reaksi alergi

(rinitis alergi) dan rinitis yang tidak berhubungan dengan reaksi alergi (rinitis non-alergi), di

mana rinitis vasomotor termasuk ke dalam kelompok rinitis non-alergi. Rinitis non-alergi

dapat disebabkan oleh terapi medikamentosa, hormonal, dan infeksi. Rinitis vasomotor

terjadi akibat gangguan vasomotor hidung yaitu terdapat gangguan fisiologik lapisan

mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktifitas parasimpatis.

Patofisiologi yang mendasari rhinitis vasomotor yang pasti belum diketahui, tetapi

diduga sebagai akibat terjadinya gangguan keseimbangan fungsi vasomotor yang

menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi oedem kronis serta sumbatan

hidung disamping gejala lainnya. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai

faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembaban udara,

perubahan suhu luar, latihan jasmani dan sebagainya, yang pada keadaan normal faktor-

faktor tadi tidak dirasakan sebagai gangguan oleh individu tersebut. Bersin-bersin, hidung

tersumbat dan ingus encer-bening sering merupakan barometer keadaan lingkungan. Pada

seorang yang sensitif terhadap perubahan lingkungan sering menunjukkan keluhan sindroma

rinitis seperti di atas. Dengan kemajuan teknologi, bertambahnya jumlah penduduk yang

diikuti dengan semakin meluasnya perusakan lingkungan menyebabkan polusi udara

semakin meningkat. Diduga oleh banyak kalangan bahwa polusi udara adalah salah satu

penyebab meningkatnya angka kejadian rinitis dari tahun ke tahun.

Diagnosis rinitis vasomotor dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang mempunyai gejala yang sama.

1

Page 2: Responsi Rhinitis Vasomotor

Penatalaksanaan rinitis vasomotor dapat berupa konservatif baik medis, nonmedis

ataupun tindakan pembedahan.

2

Page 3: Responsi Rhinitis Vasomotor

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Hidung

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan pada hidung, misalnya pada sumbatan hidung

perlu diketahui dulu tentang anatomi hidung. Hidung terbagi atas dua bagian yaitu hidung

bagian luar dan rongga hidung. Hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-

bagiannya dari atas kebawah yaitu pangkal hidung (bridge), dorsum nasi, puncak hidung,

ala nasi, kolumela dan lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka

tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang

berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan rongga hidung.1,2 Kerangka tulang terdiri

dari: tulang hidung (os nasalis), prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os

frontalis.1 Kerangka tulang rawan dibentuk oleh sepasang kartilago nasalis lateralis superior

dan sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (disebut juga kartilago alar mayor), beberapa

pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.1

Kavum nasi berbentuk terowongan, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya

sehingga rongga hidung terbagi menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintu masuk kavum

nasi bagian depan disebut nares anterior dan bagian belakang disebut koana yang

menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.1

Tiap kavum nasi memiliki 4 dinding, yaitu dinding medial, lateral, inferior dan superior.

Dinding medial kavum nasi dibatasi oleh septum nasi, dinding lateral dibatasi oleh konka

nasalis dan meatus nasi, dinding inferior dibatasi oleh dasar kavum nasi, dan dinding

superior dibatasi oleh lamina kribiformis.1

Pada dinding lateral kavum nasi terdapat 4 konka nasalis. Yang terbesar dan letaknya

paling bawah adalah konka inferior, kemudian konka lainya yang lebih kecil ukuranya

antara lain konka media, konka superior dan konka suprema.1

Diantara konka-konka tersebut terdapat rongga sempit yang disebut meatus.

Berdasarkan letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior.

Meatus inferior terletak diantara konka inferior dengan rongga hidung. Pada meatus inferior

terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus medius terletak diantara konka media dan

dinding lateral kavum nasi. Pada meatus ini terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus

semilunaris dan infundibulum etmoid. Hiatus seminularis merupakan suatu celah sempit

dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior.1,2,3

3

Page 4: Responsi Rhinitis Vasomotor

Bagian bawah kavum nasi divaskularisasi oleh cabang a.maksilaris internal. Bagian

depan hidung mendapat perdarahan dari cabang a.fasialis. Pada bagian depan septum

terdapat anastomosis cabang-cabang a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior

dan a.palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach. Pleksus ini letaknya superficial dan

mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis. Vena-vena hidung

bermuara ke v.oftalmika yang berubungan langsung dengan sinus kavernosus. Vena-vena

ini tidak memiliki katup, sehingga memudahkan terjadinya penyebaran infeksi sampai ke

intrakranial.1,2

Hidung diinervasi oleh cabang-cabang nervus trigeminus yaitu ramus oftalmikus dan

ramus maksilaris.

2.2. Fisiologi Hidung

Hidung mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting, antara lain sebagai 1) jalan

nafas, udara masuk melalui nares anterior lalu naik setinggi konka media dan turun ke arah

nasofaring. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan mengikuti dan mengikuti jalan

yang sama yang dilalui udara inspirasi akan tetapi saat di bagian anterior udara memecah,

sebagian melalui nares anterior dan sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran

dan bergabung dengan aliran nasofaring. 2) Sebagai alat pengatur kondisi udara (air

conditioner), mengatur kelembaban udara dan suhu. 3) Sebagai alat penyaring udara (filter),

berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri. 4) Sebagai penghidu,

partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila

menarik nafas dengan kuat. 5) Untuk resonansi suara, penting untuk kualitas suara pada

waktu berbicara dan menyanyi. 6) Ikut membantu proses bicara, hidung membantu proses

pembentukan kata-kata. 7) Refleks nasal, mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang

berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan. Adanya kelainan pada

hidung akan menyebabkan gangguan terhadap fungsi hidung tersebut dan menimbulkan

berbagai macam gejala penyakit.1

2.3 Definisi

Rinitis vasomotor adalah suatu sindrom pada hidung dengan gejala hidung tersumbat

berulang disertai pengeluaran sekret yang encer serta bersin-bersin. Penyebab yang pasti

belum diketahui, tetapi diduga akibat gangguan vasomotor pada hidung yaitu adanya

gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh meningkatnya

aktivitas saraf parasimpatis terhadap saraf simpatis.1,3

2.4 Patofisiologi

4

Page 5: Responsi Rhinitis Vasomotor

Etiologi pasti dari rinitis vasomotor belum diketahui dengan pasti akan tetapi

diperkirakan disebabkan oleh:

1. Adanya ketidakseimbangan sistem saraf otonom ( hipoaktif sistem saraf simpatis)

Hal ini diakibatkan karena terjadinya aktifitas sistem saraf parasimpatis yang

lebih dominan dari pada aktifitas sistem saraf simpatis, sehingga menimbulkan

vasodilatasi pembuluh darah kecil di mukosa hidung. Vasodilatasi ini akan

menimbulkan gejala klinis yang dominan, yang berupa hidung tersumbat. Mukosa

hidung beserta struktur yang ada didalamnya mempunyai fungsi untuk

mempersiapkan udara yang akan masuk kedalam paru-paru antara lain

melembabkan, menyaring, dan memanaskan udara. Semua ini dikontrol oleh serat-

serat saraf parasimpatis dan saraf simpatis.

2. Adanya trauma pada hidung (komplikasi akibat tindakan pembedahan serta non

pembedahan).

3. Neuropeptida

Zat-zat neuropeptida ini menyebabkan:

a. Disfungsi sistem saraf otonom dan saraf-saraf sensoris

Hal ini mengakibatkan gangguan pada saraf nosiseptif tipe C, yang

disebabkan oleh peningkatan ekspresi dari p-substance dan calcitonin gene-

related peptides. Terjadi peningkatan sekresi kelenjar serta pengeluaran

cairan plasma, di mana hal ini dirangsang oleh adanya reflek dari sistem saraf

parasimpatis yang menyebabkan peningkatan sekresi kelenjar submukosa

hidung.

b. Rinitis akibat iritasi kronis dari asap rokok

Hal ini diakibatkan oleh peningkatan ekspresi dari calcitonin gene-related

peptide, p-substance, vasoactive intestinal peptide (VIP), neuropeptide

tyrosine (NPY). NPY, senyawa peptida yang terdiri dari 36 asam amino,

merupakan zat vasokonstriktor yang sering ditemukan bersamaan dengan

noradrenalin pada serabut saraf simpatis perifer. VIP, zat neurotransmiter

yang bersifat antikholinergik pada sistem traktus respiratorius, memberikan

efek bronkodilatasi dan vasodilatasi.

c. Paparan ozone yang berlebihan

Hal ini menyebabkan gangguan pada sel-sel epitel sehingga terjadi

peningkatan permeabilitas serta perangsangan terhadap sel-sel inflamasi.

5

Page 6: Responsi Rhinitis Vasomotor

Akibatnya, jika berlangsung lama akan berlangsung proses proliferasi sel-sel

epitel yang akan merangsang peningkatan sekresi kelenjar.

d. Penurunan kemampuan dari silia mukosa hidung dalam menghalau partikel-

pertikel asing.

e. Peningkatan produksi radikal bebas

f. Peningkatan sintesis DNA

4. Nitric Oxide (NO)

Zat ini menyebabkan nekrosis sehingga luas jaringan normal akan berkurang. Hal

ini diakibatkan adanya peningkatan ekspresi NO pada epitel hidung, sehingga

terjadi peningkatan kadar NO yang persisten. Peningkatan kadar NO ini

membuat sel-sel epitel mengalami gangguan secara terus menerus ( penurunan

kemampuan silia mukosa hidung dalam menghalau partikel-partikel asing,

meregangnya epithel-junction mukosa hidung, diskontinuitas membran basalis),

serta terjadi perangsangan dari serat saraf aferen nervus trigeminus, yang

menyebabkan perangsangan reflek vaskular serta sekresi kelenjar, hal ini

menyebabkan timbulnya gejala dari rinitis vasomotor. Untuk menurunkan kadar

NO, sangat dipengaruhi oleh jumlah reseptor NPY di dalam sirkulasi darah,

dapat diberikan alfa 2 adrenoreseptor agonis yang diberikan secara intranasal.

5. Protein yang disekresi oleh mukosa hidung

Jika dilakukan nasal-washes kadar total protein dan albumin akan ditemukan

lebih tinggi pada rinitis alergi daripada rinitis yang disebabkan oleh non-alergi. Jenis

protein yang ditemukan ( MW 26-kda protein ) pada rinitis non alergi jumlahnya

minimal. Jika dilakukan gel-electrophoresis dari hasil nasal washing kadar total

protein pada rinitis vasomotor akan ditemukan lebih rendah daripada rinitis

penunjang.

Ada beberapa faktor yang diduga sebagai pencetus dari sindroma ini, yaitu: 1,2,3,4

1. Faktor fisik ,seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang

tinggi, serta bebauan yang menyengat.

2. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas, pemakaian kontrasepsi oral, dan

hipotiroidisme.

3. Faktor psikis, seperti rasa cemas, konflik jiwa dan stress.

4. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis antara lain:

ergotamine, chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topical.

6

Page 7: Responsi Rhinitis Vasomotor

2.5 Diagnosis

Diagnosis penyakit ini ditegakkan berdasarkan anamnesa yang lengkap dan

pemeriksaan status lokalis (THT). Dari anamnesa dicari faktor pencetusnya dan

disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.

Rinitis vasomotor menimbulkan gejala sumbatan pada hidung, rinore dan bersin.

Karena mekanisme terjadinya rinitis vasomotor dipengaruhi oleh sistem saraf otonom, maka

dapat dipahami mengapa gangguan emosi sering ditemukan pada pasien rinitis dengan

gejala hidung tersumbat.2 Reaksi vasomotor selain disebabkan oleh disfungsi sistem saraf

otonom, dipengaruhi juga oleh faktor iritasi, fisik dan endokrin. Penderita rinitis vasomotor

umumnya menunjukkan gambaran sensitivitas yang berlebihan terhadap iritasi, rangsangan

dingin atau perubahan kelembaban udara. Keluhan yang dominan pada rinitis vasomotor ini

adalah sumbatan pada hidung dan rinore yang hebat. Keluhan bersin dan gatal tak begitu

dominan pada kasus ini. Jadi disini dapat disimpulkan bahwa gejala rinitis vasomotor dapat

berupa:

1. Hidung tersumbat pada salah satu sisi dan bergantian tergantung pada posisi penderita

(gejala ini yang paling dominan).

2. Rinore yang bersifat serus atau mukus, kadang-kadang jumlahnya agak banyak.

3. Bersin-bersin lebih jarang dibandingkan rinitis alergika

4. Gejala rinitis vasomotor ini dapat memburuk pada pagi hari saat bangun tidur karena

adanya perubahan suhu yang ekstrem, udara yang lembab, dan karena adanya asap

rokok.1,2,4

Pemeriksaan rinoskopi anterior tampak gambaran edema mukosa hidung, konka

berwarna merah gelap atau merah tua, permukaan konka licin atau tidak rata. Pada rongga

hidung terlihat adanya secret mukoid, biasanya jumlahnya tidak banyak. Akan tetapi pada

golongan rinore tampak secret serosa yang jumlahnya sedikit lebih banyak.1

Gambar 1. Gambaran rinoskopi anterior pada rinitis vasomotor

Pemeriksaan laboratorik dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rinitis alergi.

Biasanya pada pemeriksaan sekret hidung tidak ada atau ditemukan eosinofil dalam jumlah

sedikit. Tes kulit biasanya negatif, bila tes ini positif biasanya hanya kebetulan.1,5

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosa banding rhinitis vasomotor:1,2,3

1. Rinitis alergika

2. Rinitis medikamentosa

7

Page 8: Responsi Rhinitis Vasomotor

3. Rinitis akut

2.7 Penatalaksanaan

Pengobatan pada rinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan

gejala yang menonjol. Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam :

1. Menghindari penyebab

2. Pengobatan simtomatis, dengan obat-obatan dekongestan oral, diatermi, kauterisasi

konka yang hipertofi dengan memakai larutan AgNO3 25% atau triklor asetat pekat.

Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal, dua kali sehari dengan dosis 100-200

mikrogram sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 400 mikrogram sehari. Hasilnya

akan terlihat setelah pemakaian paling sedikit selama 2 minggu. Saat ini terdapat

kortikosteroid topical baru dalam aqua seperti flutikason propionate dengan pemakaian

cukup satu kali sehari dengan dosis 200 mcg.

Diagram 1. Tatalaksana manajemen pemberian obat untuk rinitis vasomotor

Tabel 1. Rekomendasi terapi untuk rinitis vasomotor

3. Operasi, dengan cara bedah beku, elektrokauter atau konkotomi inferior, bila

pengobatan yang diberikan gagal memperbaiki gejala klinis.

4. Sphenopalatina ganglion blok dan neurektomi n.vidianus, yaitu dengan melakukan

pemotongan pada n.vidianus, bila dengan cara diatas tidak memberikan hasil. Operasi

ini tidaklah mudah, dapat menimbulkan komplikasi, seperti sinusitis, diplopia, buta,

gangguan lakrimasi, anesthesia infraorbita dan anesthesia palatum. Hal ini dianjurkan

untuk mengatasi intractable rinitis vasomotor.1,5

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang sering timbul pada rinitis vasomotor adalah:3

1. Sinusitis paranasalis

2. Polip nasi

3. Otitis media

BAB 3

8

Page 9: Responsi Rhinitis Vasomotor

LAPORAN KASUS

I. Identitas Penderita

Nama : Ni Nengah Suciartini

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : Tamat SLTP

Pekerjaan : Pegawai swasta

Suku bangsa : Bali

Agama : Hindu

Status perkawinan : Belum menikah

Alamat : Perum Permata Arsandi C 8 Denpasar

Tanggal pemeriksaan : 31 Maret 2005

II. Anamnesis

Keluhan Utama : pilek-pilek setiap pagi sejak satu tahun yang lalu

Penderita datang dengan keluhan pilek-pilek yang dirasakan sejak satu tahun yang

lalu yang sifatnya hilang timbul terjadi setiap pagi hari setelah bangun tidur dan

keluhan berkurang pada waktu siang hari, dengan konsistensi ingus encer dan

berwarna bening. Keluhan ini semakin memberat sejak dua minggu yang lalu dengan

betambah banyaknya ingus yang keluar sehingga membuat penderita merasa tidak

nyaman dan sedikit menganggu aktivitas penderita.

Keluhan ini juga disertai dengan keluhan hidung tersumbat yang lebih sering terjadi

pada satu sisi hidung secara bergantian yang berlangsung kurang lebih satu jam dan

gejala dirasakan membaik saat siang hari.

Terkadang penderita juga bersin-bersin, terutama pada waktu pagi hari, frekuensi

rata-rata empat kali tiap pagi. Keluhan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata dan

telinga disangkal oleh penderita. Tidak ada keluhan panas badan, batuk, nyeri pada

kepala dan sekitar wajah serta gangguan pada telinga.

Riwayat Pengobatan: Penderita belum pernah memeriksakan diri ke dokter maupun

mendapatkan pengobatan terkait dengan keluhannya ini.

Riwayat Penyakit Dahulu: Penderita belum pernah menderita gejala penyakit yang

sama sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit alergi, asma, hipertensi dan penyakit

9

Page 10: Responsi Rhinitis Vasomotor

sistemik lainnya. Penderita juga menyangkal pernah mengalami trauma dan menjalani

operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Di lingkungan keluarga penderita tidak ada anggota keluarga lain yang menderita

penyakit yang sama dengan penderita.

Riwayat Pribadi/Sosial

Penderita adalah seorang pegawai swasta, yang tidak merokok dan tidak memiliki

kebiasaan minum alkohol, dan secar psikologis memiliki hubungan yang baik dengan

keluarga dan di tempat kerja.

III. Pemeriksaan Fisik

Vital Sign

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 83 x/ menit

Respirasi : 21 x/ menit

Temperatur : 36,4o C

Status General

Kepala : normo cephali

Mata : anemis -/-, ikterus -/-

THT : ~ status lokalis

Leher : kelenjar limfe dalam batas normal

kelenjar parotis dalam batas normal

kelenjar tiroid dalam batas normal

Thorak : Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-)

Po : ves +/+, rh-/-, wz-/-

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : dalam batas normal

Status Lokalis THT

Telinga Kanan Kiri

Daun telinga : normal normal

Liang telinga : lapang lapang

Discharge : (-) (-)

10

Page 11: Responsi Rhinitis Vasomotor

Membran timpani: intak intak

Tumor : (-) (-)

Tes pendengaran

Suara bisik: tidak dievaluasi

Rinne : + / +

Weber : lateralisasi (-)

Schwabach: N / N

Tes keseimbangan: tidak dievaluasi

Kelenjar limfe : pembesaran( –)

Hidung Kanan Kiri

Hidung luar : normal normal

Cavum nasi : sempit lapang

Septum : deviasi(-) deviasi(-)

Discharge : - -

Mukosa : pucat pucat

Tumor : - -

Sinus : normal normal

Konka : kongesti dekongesti

(hipertropi)

Koane : normal normal

Tenggorok

Dispneu : -

Sianosis : -

Mukosa : merah muda

Dinding post. : granulasi (-)

Stridor : (-)

Suara : normal

Tonsil : T2/T2

Hiperemis ± / ±

Detritus ± / ±

Kripte melebar / melebar

Laring

11

Page 12: Responsi Rhinitis Vasomotor

Epiglotis : tidak dievaluasi

Plica ventricularus : tidak dievaluasi

Plica vocalis : tidak dievaluasi

Plica glotis : tidak dievaluasi

IV. Resume

Penderita wanita, umur 32 tahun, Hindu, Bali datang dengan keluhan pilek-pilek yang

dirasakan sejak satu tahun yang lalu yang sifatnya hilang timbul terjadi setiap pagi

hari setelah bangun tidur dan keluhan berkurang pada waktu siang hari, dengan

konsistensi ingus encer dan berwarna bening. Keluhan ini semakin memberat sejak

dua minggu yang lalu dengan betambah banyaknya ingus yang keluar sehingga

membuat penderita merasa tidak nyaman dan sedikit menganggu aktivitas penderita.

Keluhan ini juga disertai dengan keluhan hidung tersumbat yang lebih sering terjadi

pada satu sisi hidung secara bergantian yang berlangsung kurang lebih satu jam dan

gejala dirasakan membaik saat siang hari. Terkadang penderita juga bersin-bersin,

terutama pada waktu pagi hari setelah bangun tidur, dengan frekuensi rata-rata empat

kali tiap pagi.

Keluhan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata dan telinga disangkal oleh penderita.

Penderita belum pernah berobat terkait dengan keluhannya ini.

Penderita tidak pernah menderita penyakit alergi, asma dan menyangkal pernah

mengalami stres, kecemasan, trauma dan operasi. Tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama.

Status lokalis THT :

Telinga : dalam batas normal

Tenggorok : dalam batas normal

Hidung Kanan Kiri

Hidung luar : normal normal

Cavum nasi : sempit lapang

Septum : deviasi(-) deviasi(-)

Discharge : - -

Mukosa : pucat pucat

Tumor : - -

Sinus : normal normal

12

Page 13: Responsi Rhinitis Vasomotor

Konka : kongesti dekongesti

(hipertropi)

Koane : normal normal

V. Diagnosis Banding

a. Rinitis vasomotor

b. Rinitis alergika

c. Rinitis akut infeksiosa

VI. Usulan Pemeriksaan : pemeriksaan sekret hidung, tes kulit, laboratorium darah rutin

VII. Diagnosis Kerja : Rinitis vasomotor

VIII. Penatalaksanaan

Terapi :

Pseudoefedrin 3 x 1 tab

Becomb C 1 x 1 tab

KIE :

- hindari faktor pencetus timbulnya penyakit

- hindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi dan minum minuman

dingin

- memakai pakaian yang cukup tebal saat udara dingin

- olahraga teratur untuk meningkatkan kondisi badan

-

IX. Prognosis : dubius at bonam

13

Page 14: Responsi Rhinitis Vasomotor

BAB 4

PEMBAHASAN

Rinitis vasomotor merupakan suatu sindrom pada hidung dengan gejala hidung

tersumbat berulang disertai pengeluaran sekret yang encer serta bersin-bersin. Etiologi yang

pasti belum diketahui, tetapi diduga akibat gangguan fungsi vasomotor pada hidung yaitu

adanya gangguan fisiologik pada lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh

meningkatnya aktivitas saraf parasimpatis yang dominan terhadap saraf simpatis. 1,3

Saraf otonom mukosa hidung berasal dari n.vidianus yang mengandung serat saraf

simpatis dan serat saraf parasimpatis. Rangsangan pada saraf parasimpatis menyebabkan

dilatasi pembuluh darah dalam konka serta meningkatkan permeabilitas kapiler dan sekresi

kelenjar. Sedangkan rangsangan pada serat saraf simpatis menyebabkan efek sebaliknya.

Pada penderita rinitis vasomotor, mekanisme pengatur ini hiperaktif dan cenderung saraf

parasimpatis lebih aktif.1

Pada kasus diatas didapatkan penderita datang dengan keluhan pilek-pilek setiap

pagi hari bersifat encer dan bening, disertai hidung tersumbat pada satu sisi bergantian

kanan dan kiri, serta bersin-bersin. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan

bahwa gejala yang didapat pada rinitis vasomotor ialah hidung tersumbat, bergantian kiri

dan kanan, tergantung pada posisi pasien, pengeluaran sekret atau rinore yang mukus atau

serus yang kadang-kadang agak banyak. Untuk mengetahui gejala yang timbul pada rhinitis

vasomotor perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan siklus nasi, yaitu

kemampuan untuk dapat bernafas dengan tetap normal melalui rongga hidung yang

berubah-ubah luasnya.1

Keluhan pilek dan hidung tersumbat sebenarnya sudah dirasakan penderita sejak

satu tahun yang lalu dan memberat sejak dua minggu yang lalu. Keluhan ini biasanya timbul

pada waktu pagi hari, ketika bangun tidur dan keluhan berkurang pada waktu siang hari.

Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyebutkan bahwa gejala rinitis vasomotor dapat

memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya perubahan suhu yang

ekstrim dan udara lembab. Perubahan hawa dingin sebagai trauma fisik akan menyebabkan

lymphocyte atau plasma cell melepaskan mediator kimiawi yang secara farmakologik

bersifat vasoaktif dengan akibat vasodilatasi, meningkatnya permeabilitas pembuluh darah

kapiler, edema dan sekresi kelenjar seromucinous. Berdasarkan gejala yang menonjol,

kelainan ini dibagi dalam dua golongan, yaitu golongan rinore (sneezers) dan golongan

obstruksi (blockers). Prognosis dari pengobatan golongan obsruksi lebih baik daripada

14

Page 15: Responsi Rhinitis Vasomotor

golongan rinore. Golongan rinore sangat mirip dengan rhinitis alergika sehingga diperlukan

anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti untuk memastikan diagnosanya.1,4

Pada penderita ini terkadang juga timbul bersin-bersin, terutama pada waktu pagi

hari, frekuensi rata-rata empat kali setiap pagi. Kelainan ini mempunyai gejala yang mirip

dengan rinitis alergika, tetapi pada rinitis vasomotor gejala bersin-bersin lebih jarang, dan

tidak disertai rasa gatal pada mata, rongga hidung serta tenggorokan. Keluhan rasa gatal di

hidung, tenggorok, mata dan telinga disangkal oleh penderita. Selain itu penderita juga tidak

memiliki riwayat alergi.

Keluhan panas badan tidak ada, ini menyingkirkan kemungkinan rinitis akut

infeksiosa karena rinitis vasomotor bukan merupakan radang yang disebabkan oleh bakteri

ataupun virus sehingga tidak menimbulkan tanda khas radang akut.

Keluhan nyeri pada sekitar wajah dan gangguan telinga disangkal oleh penderita.

Hal ini untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyulit sinusitis paranasalis dan otitis

media pada penderita ini.

Ada beberapa factor pencetus yang diduga mempengaruhi keseimbangan rhinitis

vasomotor yaitu:1,3

Faktor fisik seperti iritasi oleh asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi,

serta bebauan yang menyengat. Faktor endokrin, seperti kehamilan, masa pubertas,

pemakaian kontrasepsi oral, dan hipotiroidisme. Faktor psikis, seperti rasa cemas, konflik

jiwa dan stress. Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis antara

lain: ergotamine, chlorpromazine, obat anti hipertensi dan obat vasokonstriktor topikal.

Dari anamnesis terhadap penderita diatas didapatkan faktor-faktor yang

mempengaruhi adalah faktor fisik seperti udara dingin, kelembaban udara yang tinggi,

karena gejala hidung tersumbat, pilek, dan bersin-bersin timbul pada pagi hari saat udara

dingin dan lembab. Dari riwayat pengobatan penderita tidak ada penggunaan obat

vasokonstriktor topikal dalam jangka waktu lama. Hal ini menyingkirkan kemungkinan

adanya rinitis medikamentosa. Penderita juga tidak mempunyai riwayat hipertensi, sehingga

penggunaan obat-obat anti hipertensi yang bekerja menekan dan menghambat kerja saraf

simpatis bisa diabaikan. Faktor psikis seperti rasa cemas dan tegang disangkal oleh

penderita.1

Dari pemeriksaan fisik menggunakan rinoskopi anterior ditemukan adanya kavum

nasi yang sempit pada hidung kanan, dengan konka yang kongesti di hidung kanan dengan

mukosa yang pucat di hidung kanan dan kiri. Hal ini sesuai dengan tanda pada rinitis

vasomotor berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua

15

Page 16: Responsi Rhinitis Vasomotor

(karakteristik), tetapi dapat pula pucat. Hal ini perlu dibedakan dengan rhinitis alergi.

Permukaan konka dapat licin atau berbenjol-benjol (tidak rata).1

Pemeriksaan laboratorik dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis

alergi. Kadang-kadang ditemukan eosinofil pada sekret hidung, akan tetapi dalam jumlah

sedikit. Tes kulit biasanya negatif, bila tes ini hasilnya positif, biasanya hanya kebetulan.

Diagnosis penyakit ini biasanya ditegakkan berdasarkan anamnesis yang lengkap dan

pemeriksaan fisik status lokalis THT. Dari anamnesa dicari faktor pencetusnya dan

disingkirkan kemungkinan rinitis alergi.1

Pengobatan pada rinitis vasomotor bervariasi, tergantung pada faktor penyebab dan

gejala yang menonjol antara lain: menghindari penyebab, pengobatan simptomatis dengan

obat-obat dekongestan oral, diatermi, kauterisasi konka yang hipertropi dengan memakai

larutan AgNO3 25 % atau triklorasetat pekat. Dapat juga diberikan kortikosteroid topikal,

misalnya budesonid, dua kali sehari dengan dosis 100-200 mikrogram sehari. Dosis dapat

ditingkatkan sampai 400 mikrogram sehari. Hasilnya akan terlihat setelah pemakaian paling

sedikit selama 2 minggu. Saat ini terdapat kortikosteroid topikal baru dalam larutan aqua

seperti flutikason propionat dengan pemakaian cukup satu kali sehari dengan dosis 200

mcg. Operasi dengan cara bedah beku, elektrokauter atau konkotomi konka inferior.

Neurektomi n.vidianus, yaitu dengan melakukan pemotongan pada n.vidianus, bila dengan

cara diatas tidak memberikan hasil. Operasi ini tidaklah mudah, dapat menimbulkan

komplikasi seperti sinusitis, diplopia, buta, gangguan lakrimasi, neuralgia atau anestesi

infraorbita dan anestesis palatum.

Pada penderita ini diberikan KIE agar penderita menghindari faktor pencetus

timbulnya penyakit, menghindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi, menghindari

minum minuman dingin, memakai pakaian yang cukup tebal saat udara dingin dan

berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kondisi badan. Penderita mendapatkan

pengobatan simtomatis dekongestan yaitu Pseudoefedrin 3 x 1 tablet, dan vitamin C 1x1

tablet

16

Page 17: Responsi Rhinitis Vasomotor

BAB 5

RINGKASAN

Telah dilaporkan kasus penderita wanita, umur 32 tahun, Hindu, Bali datang dengan

keluhan pilek-pilek yang dirasakan sejak satu tahun yang lalu yang sifatnya hilang timbul

terjadi setiap pagi hari setelah bangun tidur dan keluhan berkurang pada waktu siang hari,

dengan konsistensi ingus encer dan berwarna bening. Keluhan ini semakin memberat sejak

dua minggu yang lalu dengan betambah banyaknya ingus yang keluar sehingga membuat

penderita merasa tidak nyaman dan sedikit menganggu aktivitas penderita.

Keluhan ini juga disertai dengan keluhan hidung tersumbat yang lebih sering terjadi

pada satu sisi hidung secara bergantian yang berlangsung kurang lebih satu jam dan gejala

dirasakan membaik saat siang hari. Terkadang penderita juga bersin-bersin, terutama pada

waktu pagi hari setelah bangun tidur, dengan frekuensi rata-rata empat kali tiap pagi.

Keluhan rasa gatal di hidung, tenggorok, mata dan telinga disangkal oleh penderita.

Penderita belum pernah berobat terkait dengan keluhannya ini.

Penderita tidak pernah menderita penyakit alergi, asma dan menyangkal pernah mengalami

stres, kecemasan, trauma dan operasi. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

yang sama.

Dari pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan: hidung luar kanan-kiri normal,

cavum nasi kanan sempit, kiri lapang. Tidak ada deviasi septum, tidak ada discharge, sinus

kanan-kiri normal. Konka kanan kongesti, kiri dekongesti, dengan mukosa pucat kanan dan

kiri

Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis kerja rinitis vasomotor.

Penatalaksanaan dengan terapi simptomatis dan KIE agar penderita menghindari faktor

pencetus timbulnya penyakit, , menghindari tempat-tempat dengan kelembaban tinggi,

menghindari minum minuman dingin, memakai pakaian yang cukup tebal saat udara dingin

dan berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kondisi badan.

17

Page 18: Responsi Rhinitis Vasomotor

Daftar Pustaka

1. Soepardi EA,Buku Ajar Telinga hidung Tenggorokan KL, Edisi kelima, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta,2001.

2. Adams,Boies,Higler, Buku Ajar Penyakit THT,Edisi 6, Penerbit Buku

Kedokteran EGC,Jakarta,1997.

3. Vasomotor Rhinitis (VMR), http://www. Auckland Alergy Clinic Vasomotor

Rhinitis.com, Akses 5 April 2005

4. Vasomotor Rhinitis, http://www. Brookwood ENT Asosiates. com, Akses 5 April

2005

5. Vasomotor Rhinitis, http://www. IMcKesson Clinical Reference Products.com,

Akses 5 April 2005

18