revisi ttg 3

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat. Sementara itu, kesehatan merupakan salah satu variabel pengukuran dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di Pedesaan sehingga menjadi hal yang wajar apabila IPM Indonesia masih bernilai sangat rendah. Kesehatan merupakan aspek penting dan menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu hak yang seharusnya didapatkan oleh semua masyarakat termasuk masyarakat desa. Keterbatasan financial menjadi hambatan masyarakat desa dalam mengakses sarana kesehatan. Selain itu umumnya program ataupun teknologi kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai dengan keadaan masyarakat desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu perlu adanya Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya. 1

Upload: dian-novitasari

Post on 15-Jul-2016

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ttg dalam pelayanan persalinan

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat

dilepaskan dari kehidupan pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa

tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat. Sementara itu, kesehatan

merupakan salah satu variabel pengukuran dari Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), dan mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di Pedesaan

sehingga  menjadi hal yang wajar apabila IPM Indonesia masih bernilai

sangat rendah. Kesehatan merupakan aspek penting dan menjadi salah satu

kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu 

hak yang seharusnya didapatkan oleh semua masyarakat termasuk masyarakat

desa.

Keterbatasan financial menjadi hambatan masyarakat desa dalam

mengakses sarana kesehatan. Selain itu umumnya program ataupun teknologi

kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai dengan keadaan

masyarakat desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu

perlu adanya Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan  yang dapat membantu

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.

Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan

mempertimbangkan aspek lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi

komunitas. Ciri-ciri teknologi adalah (1) mudah diterapkan (2) mudah

dimodifikasi (3) untuk kegiatan skala kecil (4) padat karya (5) sesuai dengan

perkembangan budaya masyarakat (6) bersumber dari nilai tradisional (7)

adaptif terhadap perubahan lingkungan.

Adanya Teknologi Tepat Guna Kesehatan diharapkan dapat

menjembatani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan hidup sehat.

Maka, perlu kiranya melihat kondisi penerapan Teknologi Tepat Guna,

khususnya bidang kesehatan yang berkembang di  masyarakat dan melihat

sejauh mana teknologi tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat

yang sehat.

1

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian yang akan dilakukan, telah

dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana definisi dari teknologi kesehatan?

2. Bagaimana definisi teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan

kebidanan?

3. Bagaimana teknologi terapan (Alat-alat) dalam pelayanan kehamilan?

1.3. Tujuan

Merujuk latar belakang yang telah dikemukan sebelumnya, adapun tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apa itu Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang

diterapkan dan bagaimana pelaksanaannya.

2. Mengetahui sejarah dari TTG kesehatan yang diterapkan.

3. Mengetahui perkembangan TTG kesehatan yang diterapkan.

4. Mengetahui cara penggunaan dari TTG kesehatan yang diterapkan.

5. Mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian dari TTG kesehatan yang

diterapkan.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Teknologi Kesehatan

Berdasarkan Pasal 1 Angka 10 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan Teknologi Kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode

yang ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan

penanganan permasalahan kesehatan manusia.

Sumber : https://en.wordpress.com, diakses pada 5 september 2015, pukul

17.00 WIB

2.2 Definisi Teknologi Terapan Tepat Guna dalam Pelayanan Kebidanan

Teknologi Tepat Guna adalah metoda-metoda, prosedur-prosedur, teknik-

teknik, dan peralatan yang secara ilmiah sah sesuai dengan kebutuhan-

kebutuhan lokal dan dapat diterima oleh yang memakainya dan dapat

dipelihara dan dimanfaatkan dengan sumber-sumber masyarakat atau negara

dapat menyediakan.

2.3 Teknologi Terapan (Alat-alat) dalam Pelayanan Kehamilan

2.3.1 Alat untuk Mengetahui Kehamilan

Banyak cara yang dilakukan untuk mengetahui kehamilan, salah satu

diantaranya yang paling umum dilakukan oleh masyarakat yaitu

menggunakan alat test kehamilan atau testpack. Sedangkan bagi anda yang

ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat yaitu dengan menggunakan

pemeriksaan kehamilan pada dokter kandungan melalui USG.

1. Test Pack

a. Pengertian

Test pack merupakan alat untuk mengetahui kehamilan dengan

mendeteksi kandungan hormon HCG yang terdapat dalam urine atau

darah yang diproduksi oleh sel telur setelah dibuahi dan menempel pada

dinding rahim setelah terjadinya proses pembuahan sel telur oleh sperma.

Hormon ini yang akan dibaca oleh test pack sekitar seminggu setelah

konsepsi.

(Sumber : https://en.wordpress.com, diakses pada 5 september 2015, pukul 17.00 WIB)

3

b. Sejarah

Human chorionic gonadotropin dalam sejak lama urin telah

digunakan untuk tes kehamilan, yakni sejak akhir tahun 1920-an, ketika

Aschheim dan Zondek mulai melakukan uji biologis terhadap keberadaan

hormon ini. Tes kehamilan secara biologis dilakukan dengan

menggunakan hewan percobaan yang kecil dan belum matur (tikus,

cecurut, kelinci, katak). Sedangkan hasil percobaan diterapkan

berdasarkan respons ovarium atau testis hewan tersebut setelah disuntik

serum atau urine dari wanita yang dicurigai hamil. Tes ini kemudian

diganti dengan uji imunologi hCG. Pada uji imunologi percobaan dengan

menggunakan antiserum khusus yang diambil dari hewan (kelinci). Pada

tubuh hewan ini, respons antigen terhadap hormon hCG distimulasi.

Pengujian ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa hCG merupakan suatu

protein. Artinya, hCG bersifat antigenik. Antiserum tersebut bercampur

dengan urine dari wanita yang dicurigai hamil. Antigen ini

memperantarai respons antiserum ketika bercampur dengan partikel

lateks yang diselubungi hCG (tes penghambatan aglutinasi partikel

lateks) atau denga eritrosit (dari kambing) yang telah disensitisasi

terhadap hCG (tes penghambatan hemaglutinasi). Apabila wanita

tersebut hamil, urinenya mengandung hcg, yang kemudian menetralkan

antibodi di dalam antiserum dan menghambat aglutinasi berti tes

kehamilan positif. Apabila wanita tersebut tidak hamil, urinenya tidak

mengandung hCG sehingga terjadilah aglutinasi-menunjukkan tes

kehamilan negatif.

(Sumber : Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)

Perusahaan yang memproduksi tes kehamilan menyiapkan bahan-

bahan yang diperlukan ke dalam petunjuk langkah per langkah

melakukan dan menginterpretasi tes, informasi tentang kapan hasil tes

yang diperoleh paling akurat selama masa hamil, dan data tingkat

kepekaan tes tersebut dalam mendeteksi kadar hCG tertentu dalam satu

unit internasional hCG per liter atau mililiter urine. Karena struktur hCG

sama dengan struktur hormon luteinzing (LH), maka antibodi kedua

4

hormon ini tidak akan mengalami reaksi-silang terhadap satu sama lain.

Oleh karena itu, kebanyakan tes membatasi kepekaan kuantitas

maksimumnya untuk menghindari tes positif palsu yang disebabkan oleh

reaktivitas-silang dengan hormon luteinzing.

Tes kehamilan imunologi negatif palsu ditemukan pada sekitar dua

persen dari seluruh tes yang dilakukan dan biasanya terjadi karena tes

dilakukan terlalu dini pada masa hamil (mis., sebelum enam minggu

sejak hari pertama haid terakhir) atau kadang-kadang, terlalu terlambat

pada masa hamil (setelah pertengahan kehamilan). Hasil positif-palsu

didapat pada sekitar lima persen dari seluruh tes imunologi. Hasil positii-

palsu dapat terjadi karena wanita mengalami proteinuria berat (masif)

atau dapat terjadi selama awitan menopouse pada usia paruh baya., ketika

kadar gonadotropin hipofisis meningkat sementara fungsi endokrin pada

ovarium menurun. Tes kehamilan positif-palsu juga dapat terjadi akibat

reaksi-silang gonadotropin hipofisis dengan hCG.

(Sumber : Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)

Secara keseluruhan, tes kehamilan imunologi sama akurat dengan

tes-tes kehamilan biologis (95 hingga 98%), meski keakuratan dapat

bervariasi tergantung pada tes yang dilakukan dan apakah upaya

dilakukan untuk memastikan bahwa tes dilaksanakan pada waktu gestasi

yang tepat. Karena tes kehamilan tidak dapat memberi hasil akurat 100%

dan hasilnya dianggap sebagai salah satu tanda dugaan kehamilan, maka

hasil tes kehamilan harus dievaluasi dengan mempertimbangkan ada

tidaknya tanda-tanda kehamilan yang lain.

(Sumber: Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)

Tes radioreceptorassay dan radioimunoassay merupakan tes

kehamilan yang sangat peka untuk mendeteksi hcg dengan menggunakan

kadar yang jauh lebih rendah daripada yang dapat dilakukan tes-tes

sebelumnya. Kedua tes ini memerlukan peralatan yang mahal dan tenaga

yang terlatih namun, karena radioreceptorassay memili reaksi silang

5

dengan hormon luteinizing, kepekaan tes ini terbatas dibanding dengan

radioimunoassay.

Human chorionic gonadotropin dalam sejak lama urin telah

digunakan untuk tes kehamilan, yakni sejak akhir tahun 1920-an, ketika

Aschheim dan Zondek mulai melakukan uji biologis terhadap keberadaan

hormon ini. Tes kehamilan secara biologis dilakukan dengan

menggunakan hewan percobaan yang kecil dan belum matur (tikus,

cecurut, kelinci, katak). Sedangkan hasil percobaan diterapkan

berdasarkan respons ovarium atau testis hewan tersebut setelah disuntik

serum atau urine dari wanita yang dicurigai hamil. Tes ini kemudian

diganti dengan uji imunologi hCG. Pada uji imunologi percobaan dengan

menggunakan antiserum khusus yang diambil dari hewan (kelinci). Pada

tubuh hewan ini, respons antigen terhadap hormon hCG distimulasi.

Pengujian ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa hCG merupakan suatu

protein. Artinya, hCG bersifat antigenik. Antiserum tersebut bercampur

dengan urine dari wanita yang dicurigai hamil. Antigen ini

memperantarai respons antiserum ketika bercampur dengan partikel

lateks yang diselubungi hCG (tes penghambatan aglutinasi partikel

lateks) atau denga eritrosit (dari kambing) yang telah disensitisasi

terhadap hCG (tes penghambatan hemaglutinasi). Apabila wanita

tersebut hamil, urinenya mengandung hcg, yang kemudian menetralkan

antibodi di dalam antiserum dan menghambat aglutinasi berti tes

kehamilan positif. Apabila wanita tersebut tidak hamil, urinenya tidak

mengandung hCG.

(Sumber: Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)

c. Keefektifan

Test pack mempunyai akurasi mendeteksi hamil sekitar 97%

berdasarkan klaim para produsen test pack. Namun Studi yang pernah

dilakukan di AS menunjukkan, 12,5% hasil tes alat ini tidak akurat.

Kebanyakan karena petunjuk dalam test pack itu tidak dimengerti oleh

konsumen, atau digunakan dengan cara yang salah. Namun hasil positif

6

yang dideteksi alat ini biasanya akurat, lebih tinggi dibanding hasil

negatif yang tidak akurat.

Test pack akan menunjukkan hasil akurat jika digunakan dua hari

sebelum tanggal datang bulan (tanggal ini dapat dihitung jika siklus

menstruasi Anda teratur, yaitu 28 hari), atau 12 hari setelah berhubungan

seks di masa subur. Atau, untuk mudahnya setelah diketahui adanya

keterlambatan menstruasi. Setiap produk test pack mungkin

mensyaratkan waktu pelaksanaan tes yang berbeda-beda, tergantung pada

tingkat kepekaan alat.

(Sumber: Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)

Ada anggapan bahwa melakukan tes kehamilan paling bagus

dilakukan pada pagi hari. Anggapan itu tidak mutlak benar. Tes

kehamilan dapat dilakukan kapan saja. Namun, memang urine di pagi

hari lebih pekat, sehingga kemungkinan deteksi kadar hCG oleh alat tes

menjadi lebih mudah.

(Sumber: Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)

Sebagai catatan, tanda positif pada alat tes kehamilan pribadi tidak

mengindikasikan apakah kehamilan itu normal (sehat) atau tidak. Alat tes

ini hanya mendeteksi keberadaan hCG yang tetap diproduksi tubuh Anda

meskipun yang terjadi adalah kehamilan anggur. Kehamimlan anggur

merupakan kehamilan abnormal. Dalam kehamilan ini yang terbentuk

bukan janin, melainkan gelembung-gelembung yang menyerupai buah

anggur (gelembung mola).

(Sumber : www.kompas.com, Narasumber: Dr Vivi Sylvia Konstantine, Sp.OG, M.Kes, dari RSIA Melania dan RS PMI, Bogor.diakses tanggal 5 September 2015 pukul 12.00 WIB)

d. Cara Kerja

Cara kerjanya, alat ini mendeteksi hormon hCG, yaitu hormon

yang diproduksi setelah terjadi pembuahan. Pada perempuan hamil akan

terdeteksi kadar hCG yang cukup tinggi dalam urinenya (sedikitnya akan

mencapai 25 mlU/ml). Namun, kadar sensitivitas setiap alat tes

7

kehamilan berbeda-beda. Semakin sensitif tentu semakin baik. Ada alat

tes yang mampu mendeteksi kadar hCG sebanyak 5 mlU/ml saja.

Ketika alat tes menyentuh urine, biasanya akan terjadi perubahan

warna, pertambahan garis, atau tanda tertentu (positif), yang

menunjukkan ditemukannya hCG di dalam urine. Yang berbentuk strip

umumnya akan menunjukkan dua garis merah bila terdapat hCG di urine

sebagai tanda positif hamil. Bila tidak ada hCG dalam urine, yang akan

muncul adalah tanda satu setrip saja yang berarti negatif, atau tidak

hamil. Sedangkan pada alat yang berbentuk compact, jika urine yang

disentuhkan mengandung hCG, maka akan muncul tanda positif.

Sebaliknya, jika urine tidak (cukup) mengandung hCG maka yang

muncul adalah tanda negatif, berarti tidak hamil.

(Sumber : www.kompas.com, Narasumber: Dr Vivi Sylvia Konstantine, Sp.OG, M.Kes, dari RSIA Melania dan RS PMI, Bogor.diakses tanggal 5 September 2015 pukul 12.00 WIB)

e. Jenis-Jenis Test Pack

Bentuk test pack ini ada dua macam, setrip dan compact. Bentuk

setrip harus dicelupkan ke dalam urine yang telah ditampung pada

sebuah wadah atau disentuhkan pada urine waktu buang air kecil.

Sedangkan bentuk compact dengan meneteskan urine langsung pada

bagian tertentu dari alatnya.

(Sumber : www.kompas.com, Narasumber: Dr Vivi Sylvia Konstantine, Sp.OG, M.Kes, dari RSIA Melania dan RS PMI, Bogor, diakses tanggal 5 September 2015 pukul 12.00 WIB)

8

Gb. Test Pack

Gb. Hasil Tes Kehamilan dengan Test Pack

2. Ultrasound Scans (USG)

Selanjutnya dengan menggunakan pemindaian ultrasound yaitu

penggunaan gelombang suara frekuensi ke dalam rongga perut yang

menampilkan citra janin di dalam monitor. Pemeriksaan ini sangat akurat

karena dapat mengetahui janin langsung serta mengetahui kondisi

kesehatan selama didalam kandungan. Test ini berlangsung kurang lebih

selama 6 minggu ketika embrio berumur 7 minggu kemudian dilakukan

antara 12-14 pada masa hamil. Test dalam menentukan usia janin, tumbuh

kembang janin dan posisi yang tepat dari janin di dalam plasenta,

mendeteksi ketidaknormalan dan mengandung lebih dari satu janin dapat

dilakukan dengan cara ini.

(Sumber: http://bidanku.com, diakses pada 2 September 2015 pukul 20.00 WIB)

Dengan demikian cara mengetahui kehamilan dibagi menjadi dua

cara yaitu cara yang dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan urine,

baik dengan menggunakan test pack atau urine yang dicampur dengan

berbagai zat untuk mengetahui kehamilan posif.Hanya saja ketika

menggunakan test kesehatan tersebut belum tentu dapat mengetahui

kehamilan secara pasti/akurat. Sedangkan untuk mengetahui test

9

kehamilan yang lebih akurat adalah dengan menggunakan pemeriksaan ke

dokter.

(Sumber : http://bidanku.com, diakses pada 2 September 2015 pukul 20.00 WIB)

Pemeriksaan ke dokter dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu

dengan menggunakan test darah atau dengan menggunakan ultrasound

scans. Anda juga dapat mengetahui perkembangan janin, usia janin di

dalam kandungan  dan berkonsultasi dalam menjaga kehamilan anda

melalui pemeriksaan dokter kandungan atau bidan . 

(Sumber : http://bidanku.com, diakses pada 2 september 2015 pukul 20.00 WIB)

2.3.2 Alat untuk Menghitung Denyut Jantung Janin (DJJ)

1. Doppler

a. Pengertian

Fetal Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung janin di

dalam kandungan sang ibu. Gunanya untuk memeriksa apakah sang

janin tumbuh dengan normal, dengan ditandai adanya denyut

jantungnya. Umumnya teknik yang digunakan untuk deteksi detak

jantung janin adalah dengan ultrasound (frekuensi 2 MHz).

Alat   ini  merupakan  Ultrasonic  Fetal Doppler  dimana digunakan

untuk mendiagnosa detak jantung janin pada masa kehamilan.

Dengan bantuan probe, alat ini meradiasi gelombang ultrasonik dan 

organ yang bergerak seperti hati, aliran darah. Sinyal ultrasonik

akan menginterprestasikan setiapperubahan yang terjadi. Alat ini 

dapatsecara otomatis mengukur detak  jantung dengan menggunakan

teknologi mikroprosesor dan output secara digital.

(Sumber : http ://fungsidoppler.blogspot.com, diakses pada 8 september 2015 pukul 14.00 WIB)

10

b. Kegunaan

Untuk mengetahui detak jantung normal atau tidak, dan Untuk

menunjukkan adanya perbedaan frekuensi  bunyi  yang diterima oleh

pendengar dan yang dikeluarkan oleh sumber bunyi.

Gb. Doppler

c. Sejarah

Prinsip doppler pertamakali diperkenalkan oleh Cristian Jhann

Doppler dari Australia pada tahun 1842. Di bidang kedokteran

penggunakaan tekhnik Doppler Ultrasound pertamakali dilakukan

oleh Shigeo Satomura dan Yosuhara Nimura untuk mengetahui

pergerakan katup jantung pada tahun 1955. Kato dan Izumi pada

tahun 1966 adalah yang pertama menggunakan ociloscope pada

penggunaan Doppler Ultrasound sehingga pergerakan pembulauh

darah dapat didokumentasikan.

(Sumber : http ://bidanzulfiisma.blogspot.com, diakses pada 9 september 2015 pukul 20.00 WIB)

Pada tahun 1968 H. Takemura dan Y. Ashitaka dari Jepang

memperkenalkan penggunaan Doppler velocimetri di bidang

kebidanan dengan menggambarkan tentang spektrum Doppler dari

arteri umbilikalis. Sementara itu, di Barat penggunaann velocimetri

Doppler di bidang kebidanan baru dilakukan pada tahun1977. Pada

awal penggunaan Doppler Ultrasound difokuskan pada arteri

11

umbilikalis, tetapi pada perkembangan selanjutnya banyak digunakan

untuk pembuluh darah lainnya.

(Sumber : http ://bidanzulfiisma.blogspot.com, diakses pada 9 september 2015 pukul 20.00 WIB)

Sedangkan untuk fetal doppler sendiri diciptakan pada tahun

1958 oleh Dr Edward H.Hon, yakni sebuah Doppler monitor janin

atau Doppler monitor denyut jantung janin dengan transduser

genggam ultrasound yang digunakan untuk mendeteksi detak jantung

dari janin. Edward menggunakan Efek Doppler untuk memberikan

stimulasi terdengar dari detak jantung. Untuk perkembangan

selanjutnya, alat ini menampilkan denyut jantung janin per menit.

Penggunaan alat ini dikenal sebagai auskultasi doppler.

d. Aplikasi Klinis

Aplikasi klinis dari Doppler yaitu:

1. Mendeteksi dan mengukur kecepatan aliran darah dengan sel

darah merah sebagai reflektor yang bergerak.

2. Pada bidang kebidanan, fungsi alat ini dispesifikkan untuk

menghitung jumlah dan menilai ritme denyut jantung bayi.

e. Diagnostik Doppler

Pemeriksaan dengan menggunakan Doppler adalah suatu

pemeriksaan dengan menggunakan efek ultrasonografi dari efek

Doppler. Prinsip efek doppler ini sendiri yaitu ketika gelombang

ultrasound ditransmisikan kearah sebuah reflektor stationer,

gelombang yang dipantulkan memiliki frekuensi yang sama. Jadi, jika

reflektor bergerak kearah transmiter, frekuensi yang dipantulakn akan

lebih tinggi, sedangkan jika reflektor bergerak menjauhi maka

frekuensi yang dipantulkan akan lebih rendah. Perbedaan antara

frekuensi yang ditransmisikan dan yang diterima sebanding dengan

kecepatan bergeraknya reflektor menjauhi atau mendekati transmiter.

Fenomena ini dinamakan efek Doppler dan perbedaan antar frekuensi

tersebut dinamakan Doppler shift.

12

Fetal Doppler hanya menggunakan teknik auskultasi tanpa

teknik pencitraan seperti pada velocimetri Doppler maupun USG.

Untuk fetal Doppler, agar bisa menangkap suara detak jantung,

transduser ini memancarkan gelombang suara kearah jantung janin.

Gelombang ini dipantulkan oleh jantung janin dan ditangkap kembali

oleh transduser. Jadi, transduser berfungsi sebagai pengirim

gelombang suara dan penerima kembali gelombang pantulnya (echo).

Pantulan gelombang inilah yang diolah oleh Doppler menjadi sinyal

suara. Sinyal suara ini selanjutnya diamplifikasikan. Hasil terakhirnya

berupa suara cukup keras yang keluar dari mikrofon. Dengan alat ini

energi listrik diubah menjadi energi suara yang kemudian energi suara

yang dipantulkan akan diubah kembali menjadi energi listrik. Pada

velocimetri Doppler maupun USG, pencitraan yang diperoleh dan

ditampilkan pada layar adalah gambaran yang dihasilkan gelombang

pantulan ultrasound.

Fetal Doppler memberikan informasi tentang janin mirip

dengan yang disediakan oleh stetoskop janin . Satu keuntungan dari

fetal Doppler dibanding dengan stetoskop janin (murni akustik) adalah

output audio elektronik, yang memungkinkan orang selain pengguna

untuk mendengar detak jantung. Fetal dopler juga mempermudah

seorang bidan dalam menghitung denyut jantung janin tanpa harus

berkonsentrasi penuh dalam menghitung DJJ.

(Sumber : http ://bidanzulfiisma.blogspot.com, diakses pada 9 september 2015 pukul 20.00 W)

2. CTG (Cardiotocography)

a. Pengertian

Suatu alat untuk mengetahui kesehatan janin di dalam rahim,

dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan

gerakan janin atau kontraksi rahim.

(Sumber : http:/J Fikriamrullah,wordpress.com)

13

Pemeriksaan Cardiotocography penting dilakukan pada setiap ibu

hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:

1) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid,

penyakit infeksi kronis, dll)

2) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth

Retriction)

3) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)

4) Polihidramnion (air ketuban berlebih)

(Sumber : http:/J Fikriamrullah,wordpress.com )

Cardiotocography (CTG) adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur DJJ pada saat kontraksi maupun tidak. Jadi bila

doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga

terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan

diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan

adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik.

b. Cara Penggunaan

Cara pengukuran Cardiotocography hampir sama dengan

doppler hanya kalau pada Cardiotocography yang ditempelkan 2 alat

yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi,

alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit.

Pemeriksaan Cardiotocography :

1. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.

2. Waktu pemeriksaan selama 20 menit,

3. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak

menyakitkan ibu maupun bayi.

4. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat

segera diberikan pertolongan yang  sesuai.

5. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan

(Sumber : Ensiklopedy Kedokteran)

14

Gb. CTG

c. Hasil CTG

Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non

reaktif) apabila ditemukan :

a) Bradikardi

b) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau DJJ mencapai 90

dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih

Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan

bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila

janin belum viable.

Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang

masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar

90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan  1 minggu kemudian.

Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM,

perdarahan atau oligohidramnion  hasil CTG yang reaktif tidak

menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1

minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1

minggu).       Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif

yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan

dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif

yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai

sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi

15

kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut

(dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).

(Sumber: https://jfikriamrullah.wordpress.com/2011/06/23/kardiotokografi-ctg/ )

d. Non Stress Test(NST)

Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung

janin (DJJ) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin.

Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ,

variabilitas (naik turunnya) dan timbulnya akselerasi (peningkatan)

yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin.

Interpretasi dari NST

1. Reaktif

a. Terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin dalam waktu 20

menit pemeriksaan yang disertai dengan adanya akselerasi

paling sedikit 10-15 dpm

b. Frekuensi dasar DJJ di luar gerakan janin antara 120-160 dpm

c. Variabilitas DJJ antara 6-25 dpm.

2. Non reaktif

a. Tidak didapatkan gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan

atau tidak ditemukan adanya akselerasi pada setiap gerakan

janin

b. Variabilitas DJJ mungkin masih normal atau berkurang sampai

menghilang

3. Meragukan

a. Terdapat gerakan janin akan tetapi kurang dari 2 kali selama 20

menit pemeriksaan atau terdapat akselerasi yang kurang dari 10

dpm

b. Frekuensi dasar DJJ normal

(Sumber: https://jfikriamrullah.wordpress.com/2011/06/23/kardiotokografi-ctg/ )

c. Variabilitas DJJ normal

Pada hasil yang meragukan pemeriksaan hendaknya diulangi

16

dalam waktu 24 jam atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST

(Contraction Stress Test)

4. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun

non reaktif) apabila ditemukan :

a. Bradikardi (DJJ lambat/kurang dari 120 dpm).

b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah DJJ rata2, atau DJJ mencapai

90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih

Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan

bila janin sudah viable (mampu hidup) atau pemeriksaan ulang

setiap 12-24 jam bila janin belum viable

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang

masih baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang

dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti

hipertensi, diabetes, perdarahan atau oligohidramnion hasil NST yang

reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik

sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih

sering (1 minggu). Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi

positif yang rendah <30%, > Contraction Stress Test (CST).

Pemeriksaan CST dimaksudkan untuk menilai gambaran DJJ

dalam hubungannya dengan kontraksi uterus. Seperti halnya NST

pada pemeriksaan CST juga dilakukan penilaian terhadap frekuensi

dasar DJJ, variabilitas DJJ dan perubahan periodik (akselerasi ataupun

deselerasi) dalam kaitannya dengan kontraksi uterus.

Interpretasi CST

1. Negatif

a. Frekuensi dasar DJJ normal

b. Variabilitas DJJ normal

c. Tidak didapatkan adanya deselerasi lambat (penurunan DJJ

yang lambat kembali normal)

d. Mungkin ditemukan akselerasi (kenaikan DJJ) atau deselerasi

dini (penurunan DJJ yang cepat kembali)

17

2. Positip

a. Terdapat deselerasi lambat yang berulang pada sedikitnya 50%

dari jumlah kontraksi

b. Terdapat deselerasi lambat yang berulang, meskipun kontraksi

tidak adekuat

c. Variabilitas DJJ berkurang atau menghilang

3. Mencurigakan

a. Terdapat deselerasi lambat yang kurang dari 50% dari jumlah

kontraksi

b. Terdapat deselerasi variabel

c. Frekuensi dasar DJJ abnormal

Bila hasil CST yang mencurigakan maka pemeriksaan harus

diulangi dalam 24 jam

4. Tidak memuaskan (unsatisfactory)

a. Hasil rekaman tidak representatif misalnya oleh karena ibu

gemuk, gelisah atau gerakan janin berlebihan

b. Tidak terjadi kontraksi uterus yang adekuat

Dalam keadaan ini pemeriksaan harus diulangi dalam 24 jam

(Sumber: https://jfikriamrullah.wordpress.com/2011/06/23/kardiotokografi-ctg/ )

2.3.3 Alat untuk Mengetahui Keadaan Janin

1. USG

a. Pengertian

Ultrasonografi (USG) merupakan sesuatu metode diagnostik

engan menggunakan gelombang ultrosonik. Gelombang ultrasonik

adalah suara atu getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk

bias didengar oleh manusia, yautu kira-kira di atas 20 kilohertz. Dalam

hal ini gelombang ultrasonik merupakan gelombang diatas frekuensi

suara. Gelombang ultrasonik dapat merambat melalui medium padat,

cair dan gas. Reflektivitas dari gelombang ultrasonik ini di permukaan

cairan hampir sma dengan permukaan padat , tetapi pada tekstil dan

busa dapat didengar, bersifat langsung dan mudah difokuskan.

18

Kelebihan gelombang ultrasonik yang tidak dapat didengar, bersifat

langsung dan mudah difokuskan jarak suatu benda yang memanfaatkan

delay gelombang pantu dan gelombang datang, seperti pada sistem

radar dan deteksi gerakan oleh sensor pada robot atau hewan.

(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)

Gb. USG

b. Sejarah Perkembangan USG

Pada awalnya penemual alat USG diawali dengan penemuan

gelobang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya

sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai

diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam

bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan

terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.

Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan

gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan

“berbahaya” ini kemudian secara luas diterapakan pula untuk

menyembuhkan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya terapi untuk

penderita ulkus peptikus (tukak lambung), asma, thyroxitosis, artgritis,

haemorrhoids, dan bahakan terapi untuk penderita angina pectoris

(nyeri dada). Dan baru pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik

dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendignosis

suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut

19

disimpulkan berkat hasil hasi leksperimen Karl Theodore Dissik,

seorang dokter ahli syaraf dari universitas vienna, austria. Bersama

dengan saudaranya, Freiderich, sorang alhi fisika, berhasil

menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak

dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui

tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat

pengirim dan penerima dara), hasil pemindaian masih berupa gambar

dua dimensi yang tersiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah.

Kemusian george ludwig, ahli fisika Amerika menyempurnakan alat

temuan Dussik.

Seperti yang kita ketahui bahwa ultrasonography adalah salah

satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat

ini medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk

mencitrakan bagaian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada

tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non invasive). Interaksi

antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan pendeteksian hasil

interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu

citra (image). Menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.

Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an

memungkinkan sinyal gelombang yang diterima menghasilkan

tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan

komputer pada tahun 1990 jelas sangat membantu teknologi ini.

Gelombang ultrasonik akan memalui proses sebagai berikut, pertama,

gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut

diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan

gambar terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri

dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tida dmendi.

Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat

ini.

(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)

c. Cara Kerja20

Adapun cara kerja dari USG yang bermanfaat gelombang ultrasonik

adalah sebagai berikut :

1. Transduser

Transduser addalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian

tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros

usus besar pada pada pemeriksaan prostat. Di dalam ternasduser

terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan

gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang

diterima masih dalam bentuk helombang akustik (gelombang

pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah

gelombang tersebut menajdi gelombang elektronik yang dapat

dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk

gambar.

(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)

2. Monitor

Monitor yang digunakan dalam USG.

3. Mesih USG

Mesin USG merupakan kegiatan dari USG dimana fungsinya untuk

mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin

USG adalah CPU-nya USG sehingga di dalamnya terdapat

komponen-komponen yang sama seprti pada CPU pada PC cara

USG merubah gelombang menjadi gambar.

d. Jenis-Jenis USG

1. USG 2 Dimensi

Menampilakan gambar dua bidang (memanjang dang melintang).

Kualitas yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

2. USG 3 Dimensi

Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang

disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seprti aslinya.

Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat

dengan jelas. Begitupun keadaan janin diri posisi yang berbeda. Ini

21

dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya

yang diputar).

(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)

3. USG 4 Dimensi

Sebetulnya USG 4 dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi

yang bergerak (live 3D). kalau gambar yang diambil dari USG 3

dimensi statis, sementara pada USG 4 diemnsi, gambar janinnya

dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan

membahayakan keadaan janin di dalam rahim.

4. USG Doppler

Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah

terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan

kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi :

1) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit)

2) Tonus (gerak janin)

3) Indeks cairan ketuban (normal 10-20n cc).

4) Dopler arteri umbilikalis

5) Rektivitas denyut jantung janin.

e. Manfaat USG

a) Pada kehamilan timester 1

1. Meyakinkan adanya kehamilan

2. Menduga tanggal lahir dengan mencocokkan ukuran bayi

3. Menetukan kondisi bayi jika ada kemungkinan kelainan

4. Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada

kehamilan muda, misal, kehamilan ektopik.

5. Menentukan lokasi janin didalan atau diluar rahim

6. Mendiaknosa adanya hal-hal yang mengganggu kehamilan,

misal, ada kista atau mioma

(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)

22

b) Pada kehamilan trimester II dan III

1. Menilai jumlah air ketuban

2. Menentukan kondisi plasenta

3. Menentukan ukuran janin

4. Menentukan letak janin

c) Untuk kepentingan ginekologi

1. Melihat adanya tumor di pangul atau tidak

2. Melihat kesejahteraan janin, misal, bagaimana aliran darah ke

otaknya

Melihat fungsi dan cara kerja USG, dapat dikatakan bahwa

kinerja USG identik dengang scanner ssecara umum yang

membedakan hanyalah data yang diterima, USG menerima data

berupa gelombang sedangkan scanner menerima data berupa barang.

Prof.Ian Donald adalah sang pelopor penggunaan ultasonografi

(USG) di bidang obstetri ginokologi. Hasil inovasinya ini diciptakan

tahun 1950-an menerapkan teknik sonar atau gelombang ultrasonik

untuk mendiagnosis suatu penyakit.

Lebih lanjut, perkembangan ginekologi USG pada saat ini telah

jauh melampaui kemampuannya yang dahulu yaitu hanya sebagai alat

bantu diagnostik saja, tetapi juga menjadialat bantu terapi misalnya,

janin yang anemia akibat penyakit aloimun dapat diperpanjang

hidupnya dengan pemberian transfusi darh intrauterin dengan bantuan

USG.

(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)

2.3.4 Alat untuk Mengetahui Kadar Hemoglobin (Hb)

Pemeriksaaan kadar Hb dilapangan umumnya menggunakan 3 metode

yaitu: kertas saring (talquist), sahli dan Hemocue. Tetapi metode umum

yang direkomendasikan untuk digunakan pada survei prevalensi anemia

pada populasi adalah haemogloblinometri dengan metode

cyanmetheglobin di laboratorium dan sistem hemocue (UNICEF, UNU,

23

WHO, 2001 dalam Indriawati 2002). Berikut adalah teknologi kesehatan

berupa alat-alat yang digunakan dalam metode pemeriksaan Hb tersebut:

(Sumber : Siswanto. 2008. “Bahan Ajar Fisiologi”. Laboratorium

Universitas Udayana)

1. Tallquist Scale (Kertas Saring Talquist)

a. Pengertian

Metode Talquist Adam adalah metode yang ditujukan untuk

menentukan kadar hb di lapangan, karena metode ini praktis, efsien,

tetapi keakuratan (presisi) yang rendah. Cara ini berpedoman pada

intensitas warna darah pada kertas talquist dengan warna standar.

Talquist menggunakan skala warna dalam suatu buku, mulai

dari merah muda (10%). Ada 10 macam skala warna dan tiap skalanya

naik 10%. Di tengahnya terdapat lubang tempat dimana darah

dibandingkan secara langsung.

b. Cara Penggunaan (Metode Talquist)

Pemeriksaan kadar Hb dengan metode talquist dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

1) Darah dihisap dengan kertas hisap sampai meresap betul dan

ditunggu 1-2 menit dengan kertas hisap sampai Hb menjadi HBO2

2) Kemudian bercak darah yang didapatkan, ditempatkan dibawah

lubang dari skala berwarna untuk disamakan . Pembacaan hanya

dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari ( siang hari ).

Perincian pembacaan skala ( dibandingkan dengan metode sahli )

yaitu 100% = 16 gram / 100 ml secara optimal, yang warnanya

lebih tua dibandingkan warna darah diawal penghisapan di kertas

saring.

c. Efektivitas

Pemeriksaan dengan metode talquist ini tidak begitu akurat dan hanya

dilakukan untuk mengetahui kekurangan Hb secara kasar saja.

24

Gb. Skala dan Kertas Saring Talquist

2. Haemometer (Metode Sahli)

a. Pengertian

Metode Sahli merupakan metode estimasi kadar hemoglobin

yang tidak teliti, karena alat hemoglobinometer tidak dapat

distandarkan  dan pembandingan warna secara visual tidak teliti.

Metode sahli juga kurang teliti  karena karboxyhemoglobin,

methemoglobin dan sulfhemoglobin tidak dapat diubah menjadi

hematin asam (Gandasoebrata 2010, h. 13-14).

Prinsip metode ini adalah hemoglobin diubah menjadi hematin

asam kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan

standart warna pada alat hemoglobinometer. Dalam penetapan kadar

hemoglobin, metode sahli memeberikan hasil 2% lebih rendah dari

pada metode lain (Dacie & Lewis 1996, h. 50).

b. Cara Penggunaan (Metode Sahli)

Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian

warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam

alat itu (R. Gandasoebrata, 2001:13).

25

Adapun pemeriksaan Hb dengan menggunakan metode sahli adalah

sebagai berikut :

1) Tabung diisi dahulu dengan 0,1 N HCL sampai tanda 2, kemudian

darah diserap dihisap dengan menggunakan pipet sampai tanda 20

dan sebelum menjedal segera dihembuskan kedalam tabung. Untuk

membersihkan sisa – sisa darah didalam pipet maka HCL didalam

tabung dihisap dan dihembuskan lagi dampai 3 kali.

2) Ditunggu dahulu sampai 1 – 2 menit, berturut – turut akan terdjadi

hemolisis eritrosit, dan Hb yang dipecah akan menjadi hem dan

globin. Kemudian hem dengan HCL akan membentuk hematicin –

HCL yang merupakan senyawa yang lebih stabil siudara

dibandingkan dengan Hb yang berwarna coklat.

3) Dengan pipet penetes, hematicin – HCL diencerkan sampai

warnanya sesuai dengan warna standart. Tambahkan air setetes

demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang

tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standard harus

dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl

dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya tabung

diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.

4) Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.

c. Efektivitas

Cara Sahli ini bukanlah cara teliti. Kelemahan metodik

berdasarkan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa

hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu

tidak dapat distandardkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak

semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya

karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.

Kesalahan yang biasanya dicapai oleh ± 10 % kadar

hemoglobin yang ditentukan dengan cara Sahli dan cara-cara

kolorimetri visual lain hanya patut dilaporkan dengan meloncat-loncat

½ g/dl, sehingga laporan menjadi ump, 11,11½, 12, 12½, 13 g/dl.

Janganlah melaporkan hasil dengan memakai angka desimal seperti

26

8,8; 14; 15,5 g/dl ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang

memadai tidak membolehkan laporan seperti itu.

Hemoglobinometer yang berdasarkan penetapan hematin asam

menurut Sahli dibuat oleh banyak pabrik. Perhatikanlah bahwa bagian-

bagian alat yang berasal dari pabrik yang berlainan biasanya tidak

dapat saling dipertukarkan: tabung pengencer berlainan diameter;

warna standard berlainan intensitasnya; dll.

Jadi pada prinsipnya metode sahli dilakukan dengan

mengencerkan darah menggunakan larutan HCL sehingga HB berubah

menjadi hematinin asam. Larutan campuran tersebut dilarutkan dengan

akuades sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standart,

kadar Hb dapat ditentukan ( Indriawati, 2002).

d. Kelebihan

a) Alat (Hemoglobinometer) praktis dan tidak membutuhkan listrik.

b) Harga alat (Hemoglobinometer) murah.

d. Kekurangan

a) Pembacaan secara visual kurang teliti.

b) Alat (Hemoglobinometer) tidak dapat distandarkan.

c) Tidak semua bentuk hemoglobin dapat diubah menjadi hematin

asam.

Gb. Set Haemometer

27

Gb. Set Haemometer

3. Spektrofotometer (Metode Cyanmethemoglobin)

a. Pengertian

Metode fotometrik cyanmethemoglobin merupakan metode

estimasi kadar hemoglobin yang yang paling akurat. Jika semua

fasilitas tersedia metode ini yang sebaiknya digunakan (Chairlain &

Estu 2011, h. 264).

Prinsip metode ini adalah darah diencerkan dengan larutan

drabkin sehingga terjadi hemolisis eritrosit dan konversi hemoglobin

menjadi hemoglobinsianida (cyanmethemoglobin). Larutan yang

terbentuk selanjutnya diperiksa dengan spektrofotometer (atau

colorimeter), yang absorbansinya sebanding dengan kadar hemoglobin

dalam darah. Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau

filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah

hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan

karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin

tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur (R. Gandasoebrata,

2001:11).

b. Cara Penggunaan (Metode Cyanmethemoglobin)

1) Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin

28

2) Dengan pipet hemoglobin diambil 20 μl darah (kapiler, EDTA atau

oxalat); sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu

dimasukkan ke dalam tabung kolorimeter dengan membilasnya

beberapa kali

3) Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali.

Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin

menjadi sianmethemoglobin

4) Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai

blanko digunakan larutan Drabkin

5) Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbasinya

dengan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari

kurve tera.

c. Efektivitas

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat

dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena

standard cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil

dan dapat dibeli. Kesalahan cara ini dapat mencapai ± 2 %.

Larutan Drabkin: natriumbikarbonat 1 g; kaliumsianida 50 mg;

kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml. Adakalanya

ditambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya

perubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna

dalam waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol coklat dan

perbaruilah tiap bulan. Meskipun larutan Drabkin berisi sianida, tetapi

ia tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-hari karena jumlah

sianida itu sangat kecil.

Kekeruhan dalam suatu sampel darah mengganggu pembacaan

dalam fotokolorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar

hemoglobin yang lebih tinggi dari sebenarnya. Kekeruhan semacam

ini dapat disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia dan adanya

globulin abnormal seperti pada macroglobulinemia.

Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai

cara cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut

29

satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit

sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat

dicapai dengan metode ini. Variasi-variasi fisiologis juga

menyebabkan digit kedua di belakang tanda desimal menjadi tanpa

makna.

d. Kelebihan Metode Cyanmeth

1. Pemeriksaan akurat. Penetapan kadar Hb teliti karena standart

cyanmeth hemoglobin bersifat stabil.

2. Reagent dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin dapat

dikontrol dengan larutan standart yang stabil. 

Gb. Fotometer 5010 untuk pemeriksaan kadar Hb cara Cyanmeth Hemoglobin 

e. Kekurangan Metode Cyanmeth

a. Alat untuk mengukur absorbansi (spektrofotometer atau photometer)

mahal dan membutuhkan listrik.

b. Larutan drabkin yang berisi sianida bersifat racun.

4. Alat Test Darah Portable Hemoglobin (Hb) Digital Analyzer

EASYTOUCH 

a. Pengertian

Hb Digital Analyzer adalah alat untuk mengukur kadar hemoglobin hb

darah portable yang praktis. Agar memudahkan analisa Hb darah. Alat

ini, memungkinkan pemeriksaan secara mudah dan simple, dan juga

30

bisa dilakukan oleh siapapun. Karena alat ini tidak diutamakan

keahlian dan sebagainya.

Gb. Hb Digital Analyzer

b. Cara Pakai

Setiap botol strip pada gula, kolesterol dan Hb terdapat chip test.

Untuk cek gula,masukan chip guladan strip gula terlebih dahulu. Pada

layar akan muncul angka/kode sesuai pada botol strip. Setelah itu akan

muncul gambar tetes darah dan kedip-kedip. Masukan jarum pada

lancing/alat tembak berbentuk pen dan atur kedalaman jarum.

Gunakan tisu alkohol untuk membersihkan jari anda. Tembakkan

jarum pada jari dan tekan supaya darah keluar. Darah di sentuh pada

strip dan bukan di tetes diatas strip. Sentuh pada bagian garis yang ada

tanda panah. Darah akan langsung meresap sampai ujung strip dan

bunyi beep. Tunggu sebentar,hasil akan keluar beberapa detik pada

layar. Cabut jarumnya dari lancing juga stripnya dan buang. Chip gula

di simpan ke botol lagi. Gunakan chip kolesterol untuk tes kolesterol

dan chip Hb untuk tes Hb. Tutup rapat botol strip jika tidak digunakan

lagi. Perhatikan masa expired pada setiap strip .

c. Keuntungan

1) Rentang pengukuran 7.0 - 26.0 g/dL 

2) Volume sampel darah hanya 1 µl  

3) Kapasitas memori hingga 180 kali pemakaian 

4) Lama pengukuran hanya 10 detik

5) Hemoglobinometer digital merupakan alat yang mudah di bawa

31

6) Teknik untuk pengambilan sampel darah yang mudah

7) Pengukuran kadar hemoglobin tidak memerlukan penambahan

reagen.

8) Alat ini juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding

metode laboratorium yang standar.

9) Alat ini juga stabil dan tahan lama

32

BAB III

PENUTUP

        3.1   Kesimpulan

Teknologi Tepat Guna (TTG) merupakan teknologi yang telah

dikembangkan secara tradisional dan proses pengenalannya banyak

ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok

masyarakat setempat.

Sebelum menggunakan TTG, terlebih dahulu kita lakukan penerapan

dari TTG tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya penerapan ini di

harapkan masyarakatnya berubah dan mengerti tentang manfaat TTG dan

mampu menggunakan TTG tersebut dengan sebaik mungkin. Sehingga

pengguna dari TTG tersebut bermanfaat bagi masyarakat, yaitu dapat

memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat  karena kebutuhan

masyarakat semakin hari semakin meningkat.

        3.2   Saran

 Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangun. Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput dari

kesalahan.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat

bagi pembaca dan teman-teman.Amin.

33

ANALISIS

1. Tes Pack

Tes pack termasuk dalam teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan

kebidanan, seperti tercantum dalam kriteria Centers for Medical care and

medical Services yaitu teknologi memberikan kemampuannya untuk

mendiagnosis kondisi pasien yang sebelumnya tidak terdeteksi dengan

metode yang tersedia atau mampu mendiagnose kondisi medis pasien lebih

dini. Seperti kita ketahui bahwa sebelum adanya tes pack, untuk mengetahui

kehamilan masyarakat menggunakan cara-cara sederhana untuk mengetahui

kehamilan dengan akurasi hasil pemeriksaan yang rendah dan rawan terjadi

kekeliruan. Maka dengan adanya alat berupa tes pack lebih memudahkan

untuk mendiagnosa kehamilan dengan cara yang lebih sederhana dan hasil

yang akurat jika digunakan sesuai prosedur yang benar

2. Doppler

Doppler merupakan teknologi terapanan tepat guna dalam pelayanan

kebidanan sesuai dengan Centers for Medical Care and Medical Service,

kriteria teknologi terapan guna yaitu teknologi yang memberikan kemampan

diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi dengan metode yang

tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna

memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang

tersedia saat ini karena Doppler berfungsi sebagai alat diagnostik yang

digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip

pantulan gelombang elektromagnetik. Dibandingkan dengan efektifitas alat

untuk menghitung DJJ lainnya seperti funandoskop, doppler memiliki hasil

pemeriksaan yang lebih akurat dan tidak dipengaruhi oleh subjektifitas

pemeriksa, dan kesalahan penghitungan. Namun sebagai tenaga kesehatan

bidan harus tetap dapat menggunakan funandoskop dengan penghitungan

yang benar.

34

3. CTG (Cardiothophografi)

CTG (Cardiothophografi) merupakan teknologi terapanan tepat guna dalam

pelayanan kebidanan sesuai dengan Centers for Medical Care and Medical

Service, kriteria teknologi terapan guna yaitu teknologi yang memberikan

kemampan diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi dengan metode

yang tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna

memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang

tersedia saat ini, karena alat ini adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur DJJ pada saat kontraksi maupun tidak dengan menggunakan 2

bentuk pemeriksaan; Non Stress Test(NST) pemeriksaan NST ini dilakukan

untuk menilai gambaran denyut jantung janin dalam hubungannya dengan

gerakan atau aktivitas janin, dan Contraction Stress Test(CST) pemeriksaan

CST dimaksudkan untuk menilai gambaran DJJ dalam hubungannya dengan

kontraksi uterus. Maka Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada

CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada

saat kontraksi dan diluar kontraksi. Maka dalam hal ini CTG termasuk alat

yang sesuai kriteria di atas.

4. Alat Pemeriksaan Hb

a. Tallquist Scale (Kertas Saring Talquist)

Metode Tallquist

Ketika darah dihisap dengan kertas saring dan dibiarkan sampai darah

tersebut mengering kemudian dicocokan dengan warna darah yang telah

terbukukan didalam buku metode Tallquist ternyata kadar hemoglobin

pasien ; Konsentrasi Hb sebesar 60 %.

Penentuan kadar hemoglobin di dalam darah dengan menggunakan metode

Tallquist sangatlah berbeda dengan metode yang digunakan dalam

pengukuran hemoglobin yang menggunakan Hemometer Sahli, karena jika

dalam pengukuran yang menggunakan metode Tallquist harus memiliki

buku ”Standar Tallquist Adam” yang digunakan untuk membandingkan

35

dan membaca kadar darah yang terkandung dalam sampel darah yang

diambil dari pasien. Metode Tallquist sangatlah sederhana dalam proses

pengerjaannya karena hanya menghisap sampel darah pasien dengan

kertas hisap lalu ditunggu sampai darah tersebut mengering, lalu

dibandingkan hasilnya.

Metode tallquist dengan meneteskan sampel darah pada kertas

saring, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar mempunyai

presentase kesalahannya terlalu besar, sekitar 25-50%, sehingga metode

ini jarang dipakai.

b. Hb Sahli

Pemeriksaan hemoglobin dengan metode Sahli bukan merupakan

teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan kebidanan karena pada

metode ini banyak sekali sumber kesalahannya contohnya seperti

kemampuan untuk membedakan warna tidak sama, sumber cahaya yang

kurang baik, kelelahan mata, alat-alat kurang bersih, ukuran pipet kurang

tepat (perlu kalibrasi), warna gelas standar pucat atau kotor dll. Dari

penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Haemometer sahli tidak

memenuhi kriteria teknologi terapan guna menurut Centers for Medical

Care and Medical Service, yaitu teknologi yang memberikan kemampan

diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi dengan metode yang

tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna

memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang

tersedia saat ini.

c. Spektrofotometer (Metode Cyanmethemoglobin)

Metode Sianmethemoglobin merupakan teknologi terapanan tepat guna

dalam pelayanan kebidanan sesuai dengan Centers for Medical Care and

Medical Service, kriteria teknologi terapan guna yaitu teknologi yang

memberikan kemampan diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi

dengan metode yang tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru

secara bermakna memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan

36

teknologi yang tersedia saat ini. Karena, Metode cyanmethemoglobin

untuk menentukan kadar Hb adalah metode laboratorium terbaik untuk

pemeriksaan kuantitatif Hb, sehingga dianjurkan oleh WHO (Indriawati,

2002) metode ini merupakan rujukan untuk perbandingan dan standarisasi

metode – metode yang lainya. Pemeriksaan akurat. Penetapan kadar Hb

teliti karena standart cyanmeth hemoglobin bersifat stabil. 

d. Alat Test Darah Portable Hemoglobin HB Digital Analyzer

EASYTOUCH 

Merupakan teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan kebidanan

sesuai dengan Centers for Medical Care and Medical Service, kriteria

teknologi terapan guna yaitu teknologi yang memberikan kemampan

diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi dengan metode yang

tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna

memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang

tersedia saat ini. karena alat ini sangat praktis dan simpel. Dapat dibawa

kemana-mana tahap keakuratannya cukup tinggi. Alat ini sampai saat ini

masih digunakan. Alat ini mempunyai rentang pengukuran 7.0 - 26.0 g/dL.

Jika dibandingkan dengan Tallquist Scale dan haemometer sahli maka alat

hb digital ini lebih dapat memberikan hasil yang lebih akurat, sehingga

dapat mendiagnosis keadaan pasien dengan tepat.

5. USG

USG merupakan teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan kebidanan

sesuai dengan Centers for Medical Care and Medical Service, kriteria

teknologi terapan guna yaitu teknologi yang memberikan kemampan

diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeteksi dengan metode yang

tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna

memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang

tersedia saat ini kriteria tersebut telah dipenuhi oleh alat ini yaitu sesuai

dengan perkembangannya USG telah menjadi salah satu alat yang sering

digunakan dalam pemeriksaan ibu hamil, meskipun seorang ibu tidak

37

memiliki risiko tinggi yang mengharuskan untuk dilakukan pemeriksaan

USG. Kini pemeriksaan USG seakan menjadi suatu yang rutin dilakukan

untuk sekedar mengetahui jenis kelamin seorang bayi. Bahkan dengan

berkembangnya USG 4 D, calon orang tua akan memiliki keiinginan untuk

melakukan pemeriksaan USG tersebut.

38