revisi ttg 3
DESCRIPTION
ttg dalam pelayanan persalinanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa
tertinggal yang jauh dari perilaku hidup sehat. Sementara itu, kesehatan
merupakan salah satu variabel pengukuran dari Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), dan mayoritas masyarakat Indonesia tinggal di Pedesaan
sehingga menjadi hal yang wajar apabila IPM Indonesia masih bernilai
sangat rendah. Kesehatan merupakan aspek penting dan menjadi salah satu
kebutuhan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu
hak yang seharusnya didapatkan oleh semua masyarakat termasuk masyarakat
desa.
Keterbatasan financial menjadi hambatan masyarakat desa dalam
mengakses sarana kesehatan. Selain itu umumnya program ataupun teknologi
kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai dengan keadaan
masyarakat desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa. Oleh karena itu
perlu adanya Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang dapat membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi
komunitas. Ciri-ciri teknologi adalah (1) mudah diterapkan (2) mudah
dimodifikasi (3) untuk kegiatan skala kecil (4) padat karya (5) sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat (6) bersumber dari nilai tradisional (7)
adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Adanya Teknologi Tepat Guna Kesehatan diharapkan dapat
menjembatani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan hidup sehat.
Maka, perlu kiranya melihat kondisi penerapan Teknologi Tepat Guna,
khususnya bidang kesehatan yang berkembang di masyarakat dan melihat
sejauh mana teknologi tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat
yang sehat.
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian yang akan dilakukan, telah
dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana definisi dari teknologi kesehatan?
2. Bagaimana definisi teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan
kebidanan?
3. Bagaimana teknologi terapan (Alat-alat) dalam pelayanan kehamilan?
1.3. Tujuan
Merujuk latar belakang yang telah dikemukan sebelumnya, adapun tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apa itu Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang
diterapkan dan bagaimana pelaksanaannya.
2. Mengetahui sejarah dari TTG kesehatan yang diterapkan.
3. Mengetahui perkembangan TTG kesehatan yang diterapkan.
4. Mengetahui cara penggunaan dari TTG kesehatan yang diterapkan.
5. Mengetahui apa saja keuntungan dan kerugian dari TTG kesehatan yang
diterapkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Teknologi Kesehatan
Berdasarkan Pasal 1 Angka 10 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Teknologi Kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau metode
yang ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, dan
penanganan permasalahan kesehatan manusia.
Sumber : https://en.wordpress.com, diakses pada 5 september 2015, pukul
17.00 WIB
2.2 Definisi Teknologi Terapan Tepat Guna dalam Pelayanan Kebidanan
Teknologi Tepat Guna adalah metoda-metoda, prosedur-prosedur, teknik-
teknik, dan peralatan yang secara ilmiah sah sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan lokal dan dapat diterima oleh yang memakainya dan dapat
dipelihara dan dimanfaatkan dengan sumber-sumber masyarakat atau negara
dapat menyediakan.
2.3 Teknologi Terapan (Alat-alat) dalam Pelayanan Kehamilan
2.3.1 Alat untuk Mengetahui Kehamilan
Banyak cara yang dilakukan untuk mengetahui kehamilan, salah satu
diantaranya yang paling umum dilakukan oleh masyarakat yaitu
menggunakan alat test kehamilan atau testpack. Sedangkan bagi anda yang
ingin mendapatkan hasil yang lebih akurat yaitu dengan menggunakan
pemeriksaan kehamilan pada dokter kandungan melalui USG.
1. Test Pack
a. Pengertian
Test pack merupakan alat untuk mengetahui kehamilan dengan
mendeteksi kandungan hormon HCG yang terdapat dalam urine atau
darah yang diproduksi oleh sel telur setelah dibuahi dan menempel pada
dinding rahim setelah terjadinya proses pembuahan sel telur oleh sperma.
Hormon ini yang akan dibaca oleh test pack sekitar seminggu setelah
konsepsi.
(Sumber : https://en.wordpress.com, diakses pada 5 september 2015, pukul 17.00 WIB)
3
b. Sejarah
Human chorionic gonadotropin dalam sejak lama urin telah
digunakan untuk tes kehamilan, yakni sejak akhir tahun 1920-an, ketika
Aschheim dan Zondek mulai melakukan uji biologis terhadap keberadaan
hormon ini. Tes kehamilan secara biologis dilakukan dengan
menggunakan hewan percobaan yang kecil dan belum matur (tikus,
cecurut, kelinci, katak). Sedangkan hasil percobaan diterapkan
berdasarkan respons ovarium atau testis hewan tersebut setelah disuntik
serum atau urine dari wanita yang dicurigai hamil. Tes ini kemudian
diganti dengan uji imunologi hCG. Pada uji imunologi percobaan dengan
menggunakan antiserum khusus yang diambil dari hewan (kelinci). Pada
tubuh hewan ini, respons antigen terhadap hormon hCG distimulasi.
Pengujian ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa hCG merupakan suatu
protein. Artinya, hCG bersifat antigenik. Antiserum tersebut bercampur
dengan urine dari wanita yang dicurigai hamil. Antigen ini
memperantarai respons antiserum ketika bercampur dengan partikel
lateks yang diselubungi hCG (tes penghambatan aglutinasi partikel
lateks) atau denga eritrosit (dari kambing) yang telah disensitisasi
terhadap hCG (tes penghambatan hemaglutinasi). Apabila wanita
tersebut hamil, urinenya mengandung hcg, yang kemudian menetralkan
antibodi di dalam antiserum dan menghambat aglutinasi berti tes
kehamilan positif. Apabila wanita tersebut tidak hamil, urinenya tidak
mengandung hCG sehingga terjadilah aglutinasi-menunjukkan tes
kehamilan negatif.
(Sumber : Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)
Perusahaan yang memproduksi tes kehamilan menyiapkan bahan-
bahan yang diperlukan ke dalam petunjuk langkah per langkah
melakukan dan menginterpretasi tes, informasi tentang kapan hasil tes
yang diperoleh paling akurat selama masa hamil, dan data tingkat
kepekaan tes tersebut dalam mendeteksi kadar hCG tertentu dalam satu
unit internasional hCG per liter atau mililiter urine. Karena struktur hCG
sama dengan struktur hormon luteinzing (LH), maka antibodi kedua
4
hormon ini tidak akan mengalami reaksi-silang terhadap satu sama lain.
Oleh karena itu, kebanyakan tes membatasi kepekaan kuantitas
maksimumnya untuk menghindari tes positif palsu yang disebabkan oleh
reaktivitas-silang dengan hormon luteinzing.
Tes kehamilan imunologi negatif palsu ditemukan pada sekitar dua
persen dari seluruh tes yang dilakukan dan biasanya terjadi karena tes
dilakukan terlalu dini pada masa hamil (mis., sebelum enam minggu
sejak hari pertama haid terakhir) atau kadang-kadang, terlalu terlambat
pada masa hamil (setelah pertengahan kehamilan). Hasil positif-palsu
didapat pada sekitar lima persen dari seluruh tes imunologi. Hasil positii-
palsu dapat terjadi karena wanita mengalami proteinuria berat (masif)
atau dapat terjadi selama awitan menopouse pada usia paruh baya., ketika
kadar gonadotropin hipofisis meningkat sementara fungsi endokrin pada
ovarium menurun. Tes kehamilan positif-palsu juga dapat terjadi akibat
reaksi-silang gonadotropin hipofisis dengan hCG.
(Sumber : Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)
Secara keseluruhan, tes kehamilan imunologi sama akurat dengan
tes-tes kehamilan biologis (95 hingga 98%), meski keakuratan dapat
bervariasi tergantung pada tes yang dilakukan dan apakah upaya
dilakukan untuk memastikan bahwa tes dilaksanakan pada waktu gestasi
yang tepat. Karena tes kehamilan tidak dapat memberi hasil akurat 100%
dan hasilnya dianggap sebagai salah satu tanda dugaan kehamilan, maka
hasil tes kehamilan harus dievaluasi dengan mempertimbangkan ada
tidaknya tanda-tanda kehamilan yang lain.
(Sumber: Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)
Tes radioreceptorassay dan radioimunoassay merupakan tes
kehamilan yang sangat peka untuk mendeteksi hcg dengan menggunakan
kadar yang jauh lebih rendah daripada yang dapat dilakukan tes-tes
sebelumnya. Kedua tes ini memerlukan peralatan yang mahal dan tenaga
yang terlatih namun, karena radioreceptorassay memili reaksi silang
5
dengan hormon luteinizing, kepekaan tes ini terbatas dibanding dengan
radioimunoassay.
Human chorionic gonadotropin dalam sejak lama urin telah
digunakan untuk tes kehamilan, yakni sejak akhir tahun 1920-an, ketika
Aschheim dan Zondek mulai melakukan uji biologis terhadap keberadaan
hormon ini. Tes kehamilan secara biologis dilakukan dengan
menggunakan hewan percobaan yang kecil dan belum matur (tikus,
cecurut, kelinci, katak). Sedangkan hasil percobaan diterapkan
berdasarkan respons ovarium atau testis hewan tersebut setelah disuntik
serum atau urine dari wanita yang dicurigai hamil. Tes ini kemudian
diganti dengan uji imunologi hCG. Pada uji imunologi percobaan dengan
menggunakan antiserum khusus yang diambil dari hewan (kelinci). Pada
tubuh hewan ini, respons antigen terhadap hormon hCG distimulasi.
Pengujian ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa hCG merupakan suatu
protein. Artinya, hCG bersifat antigenik. Antiserum tersebut bercampur
dengan urine dari wanita yang dicurigai hamil. Antigen ini
memperantarai respons antiserum ketika bercampur dengan partikel
lateks yang diselubungi hCG (tes penghambatan aglutinasi partikel
lateks) atau denga eritrosit (dari kambing) yang telah disensitisasi
terhadap hCG (tes penghambatan hemaglutinasi). Apabila wanita
tersebut hamil, urinenya mengandung hcg, yang kemudian menetralkan
antibodi di dalam antiserum dan menghambat aglutinasi berti tes
kehamilan positif. Apabila wanita tersebut tidak hamil, urinenya tidak
mengandung hCG.
(Sumber: Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)
c. Keefektifan
Test pack mempunyai akurasi mendeteksi hamil sekitar 97%
berdasarkan klaim para produsen test pack. Namun Studi yang pernah
dilakukan di AS menunjukkan, 12,5% hasil tes alat ini tidak akurat.
Kebanyakan karena petunjuk dalam test pack itu tidak dimengerti oleh
konsumen, atau digunakan dengan cara yang salah. Namun hasil positif
6
yang dideteksi alat ini biasanya akurat, lebih tinggi dibanding hasil
negatif yang tidak akurat.
Test pack akan menunjukkan hasil akurat jika digunakan dua hari
sebelum tanggal datang bulan (tanggal ini dapat dihitung jika siklus
menstruasi Anda teratur, yaitu 28 hari), atau 12 hari setelah berhubungan
seks di masa subur. Atau, untuk mudahnya setelah diketahui adanya
keterlambatan menstruasi. Setiap produk test pack mungkin
mensyaratkan waktu pelaksanaan tes yang berbeda-beda, tergantung pada
tingkat kepekaan alat.
(Sumber: Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)
Ada anggapan bahwa melakukan tes kehamilan paling bagus
dilakukan pada pagi hari. Anggapan itu tidak mutlak benar. Tes
kehamilan dapat dilakukan kapan saja. Namun, memang urine di pagi
hari lebih pekat, sehingga kemungkinan deteksi kadar hCG oleh alat tes
menjadi lebih mudah.
(Sumber: Varney, Hellen. 2006. “Buku Ajar Asuhan Kebidanan”. Jakarta: EGC)
Sebagai catatan, tanda positif pada alat tes kehamilan pribadi tidak
mengindikasikan apakah kehamilan itu normal (sehat) atau tidak. Alat tes
ini hanya mendeteksi keberadaan hCG yang tetap diproduksi tubuh Anda
meskipun yang terjadi adalah kehamilan anggur. Kehamimlan anggur
merupakan kehamilan abnormal. Dalam kehamilan ini yang terbentuk
bukan janin, melainkan gelembung-gelembung yang menyerupai buah
anggur (gelembung mola).
(Sumber : www.kompas.com, Narasumber: Dr Vivi Sylvia Konstantine, Sp.OG, M.Kes, dari RSIA Melania dan RS PMI, Bogor.diakses tanggal 5 September 2015 pukul 12.00 WIB)
d. Cara Kerja
Cara kerjanya, alat ini mendeteksi hormon hCG, yaitu hormon
yang diproduksi setelah terjadi pembuahan. Pada perempuan hamil akan
terdeteksi kadar hCG yang cukup tinggi dalam urinenya (sedikitnya akan
mencapai 25 mlU/ml). Namun, kadar sensitivitas setiap alat tes
7
kehamilan berbeda-beda. Semakin sensitif tentu semakin baik. Ada alat
tes yang mampu mendeteksi kadar hCG sebanyak 5 mlU/ml saja.
Ketika alat tes menyentuh urine, biasanya akan terjadi perubahan
warna, pertambahan garis, atau tanda tertentu (positif), yang
menunjukkan ditemukannya hCG di dalam urine. Yang berbentuk strip
umumnya akan menunjukkan dua garis merah bila terdapat hCG di urine
sebagai tanda positif hamil. Bila tidak ada hCG dalam urine, yang akan
muncul adalah tanda satu setrip saja yang berarti negatif, atau tidak
hamil. Sedangkan pada alat yang berbentuk compact, jika urine yang
disentuhkan mengandung hCG, maka akan muncul tanda positif.
Sebaliknya, jika urine tidak (cukup) mengandung hCG maka yang
muncul adalah tanda negatif, berarti tidak hamil.
(Sumber : www.kompas.com, Narasumber: Dr Vivi Sylvia Konstantine, Sp.OG, M.Kes, dari RSIA Melania dan RS PMI, Bogor.diakses tanggal 5 September 2015 pukul 12.00 WIB)
e. Jenis-Jenis Test Pack
Bentuk test pack ini ada dua macam, setrip dan compact. Bentuk
setrip harus dicelupkan ke dalam urine yang telah ditampung pada
sebuah wadah atau disentuhkan pada urine waktu buang air kecil.
Sedangkan bentuk compact dengan meneteskan urine langsung pada
bagian tertentu dari alatnya.
(Sumber : www.kompas.com, Narasumber: Dr Vivi Sylvia Konstantine, Sp.OG, M.Kes, dari RSIA Melania dan RS PMI, Bogor, diakses tanggal 5 September 2015 pukul 12.00 WIB)
8
Gb. Test Pack
Gb. Hasil Tes Kehamilan dengan Test Pack
2. Ultrasound Scans (USG)
Selanjutnya dengan menggunakan pemindaian ultrasound yaitu
penggunaan gelombang suara frekuensi ke dalam rongga perut yang
menampilkan citra janin di dalam monitor. Pemeriksaan ini sangat akurat
karena dapat mengetahui janin langsung serta mengetahui kondisi
kesehatan selama didalam kandungan. Test ini berlangsung kurang lebih
selama 6 minggu ketika embrio berumur 7 minggu kemudian dilakukan
antara 12-14 pada masa hamil. Test dalam menentukan usia janin, tumbuh
kembang janin dan posisi yang tepat dari janin di dalam plasenta,
mendeteksi ketidaknormalan dan mengandung lebih dari satu janin dapat
dilakukan dengan cara ini.
(Sumber: http://bidanku.com, diakses pada 2 September 2015 pukul 20.00 WIB)
Dengan demikian cara mengetahui kehamilan dibagi menjadi dua
cara yaitu cara yang dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan urine,
baik dengan menggunakan test pack atau urine yang dicampur dengan
berbagai zat untuk mengetahui kehamilan posif.Hanya saja ketika
menggunakan test kesehatan tersebut belum tentu dapat mengetahui
kehamilan secara pasti/akurat. Sedangkan untuk mengetahui test
9
kehamilan yang lebih akurat adalah dengan menggunakan pemeriksaan ke
dokter.
(Sumber : http://bidanku.com, diakses pada 2 September 2015 pukul 20.00 WIB)
Pemeriksaan ke dokter dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
dengan menggunakan test darah atau dengan menggunakan ultrasound
scans. Anda juga dapat mengetahui perkembangan janin, usia janin di
dalam kandungan dan berkonsultasi dalam menjaga kehamilan anda
melalui pemeriksaan dokter kandungan atau bidan .
(Sumber : http://bidanku.com, diakses pada 2 september 2015 pukul 20.00 WIB)
2.3.2 Alat untuk Menghitung Denyut Jantung Janin (DJJ)
1. Doppler
a. Pengertian
Fetal Doppler adalah alat untuk deteksi detak jantung janin di
dalam kandungan sang ibu. Gunanya untuk memeriksa apakah sang
janin tumbuh dengan normal, dengan ditandai adanya denyut
jantungnya. Umumnya teknik yang digunakan untuk deteksi detak
jantung janin adalah dengan ultrasound (frekuensi 2 MHz).
Alat ini merupakan Ultrasonic Fetal Doppler dimana digunakan
untuk mendiagnosa detak jantung janin pada masa kehamilan.
Dengan bantuan probe, alat ini meradiasi gelombang ultrasonik dan
organ yang bergerak seperti hati, aliran darah. Sinyal ultrasonik
akan menginterprestasikan setiapperubahan yang terjadi. Alat ini
dapatsecara otomatis mengukur detak jantung dengan menggunakan
teknologi mikroprosesor dan output secara digital.
(Sumber : http ://fungsidoppler.blogspot.com, diakses pada 8 september 2015 pukul 14.00 WIB)
10
b. Kegunaan
Untuk mengetahui detak jantung normal atau tidak, dan Untuk
menunjukkan adanya perbedaan frekuensi bunyi yang diterima oleh
pendengar dan yang dikeluarkan oleh sumber bunyi.
Gb. Doppler
c. Sejarah
Prinsip doppler pertamakali diperkenalkan oleh Cristian Jhann
Doppler dari Australia pada tahun 1842. Di bidang kedokteran
penggunakaan tekhnik Doppler Ultrasound pertamakali dilakukan
oleh Shigeo Satomura dan Yosuhara Nimura untuk mengetahui
pergerakan katup jantung pada tahun 1955. Kato dan Izumi pada
tahun 1966 adalah yang pertama menggunakan ociloscope pada
penggunaan Doppler Ultrasound sehingga pergerakan pembulauh
darah dapat didokumentasikan.
(Sumber : http ://bidanzulfiisma.blogspot.com, diakses pada 9 september 2015 pukul 20.00 WIB)
Pada tahun 1968 H. Takemura dan Y. Ashitaka dari Jepang
memperkenalkan penggunaan Doppler velocimetri di bidang
kebidanan dengan menggambarkan tentang spektrum Doppler dari
arteri umbilikalis. Sementara itu, di Barat penggunaann velocimetri
Doppler di bidang kebidanan baru dilakukan pada tahun1977. Pada
awal penggunaan Doppler Ultrasound difokuskan pada arteri
11
umbilikalis, tetapi pada perkembangan selanjutnya banyak digunakan
untuk pembuluh darah lainnya.
(Sumber : http ://bidanzulfiisma.blogspot.com, diakses pada 9 september 2015 pukul 20.00 WIB)
Sedangkan untuk fetal doppler sendiri diciptakan pada tahun
1958 oleh Dr Edward H.Hon, yakni sebuah Doppler monitor janin
atau Doppler monitor denyut jantung janin dengan transduser
genggam ultrasound yang digunakan untuk mendeteksi detak jantung
dari janin. Edward menggunakan Efek Doppler untuk memberikan
stimulasi terdengar dari detak jantung. Untuk perkembangan
selanjutnya, alat ini menampilkan denyut jantung janin per menit.
Penggunaan alat ini dikenal sebagai auskultasi doppler.
d. Aplikasi Klinis
Aplikasi klinis dari Doppler yaitu:
1. Mendeteksi dan mengukur kecepatan aliran darah dengan sel
darah merah sebagai reflektor yang bergerak.
2. Pada bidang kebidanan, fungsi alat ini dispesifikkan untuk
menghitung jumlah dan menilai ritme denyut jantung bayi.
e. Diagnostik Doppler
Pemeriksaan dengan menggunakan Doppler adalah suatu
pemeriksaan dengan menggunakan efek ultrasonografi dari efek
Doppler. Prinsip efek doppler ini sendiri yaitu ketika gelombang
ultrasound ditransmisikan kearah sebuah reflektor stationer,
gelombang yang dipantulkan memiliki frekuensi yang sama. Jadi, jika
reflektor bergerak kearah transmiter, frekuensi yang dipantulakn akan
lebih tinggi, sedangkan jika reflektor bergerak menjauhi maka
frekuensi yang dipantulkan akan lebih rendah. Perbedaan antara
frekuensi yang ditransmisikan dan yang diterima sebanding dengan
kecepatan bergeraknya reflektor menjauhi atau mendekati transmiter.
Fenomena ini dinamakan efek Doppler dan perbedaan antar frekuensi
tersebut dinamakan Doppler shift.
12
Fetal Doppler hanya menggunakan teknik auskultasi tanpa
teknik pencitraan seperti pada velocimetri Doppler maupun USG.
Untuk fetal Doppler, agar bisa menangkap suara detak jantung,
transduser ini memancarkan gelombang suara kearah jantung janin.
Gelombang ini dipantulkan oleh jantung janin dan ditangkap kembali
oleh transduser. Jadi, transduser berfungsi sebagai pengirim
gelombang suara dan penerima kembali gelombang pantulnya (echo).
Pantulan gelombang inilah yang diolah oleh Doppler menjadi sinyal
suara. Sinyal suara ini selanjutnya diamplifikasikan. Hasil terakhirnya
berupa suara cukup keras yang keluar dari mikrofon. Dengan alat ini
energi listrik diubah menjadi energi suara yang kemudian energi suara
yang dipantulkan akan diubah kembali menjadi energi listrik. Pada
velocimetri Doppler maupun USG, pencitraan yang diperoleh dan
ditampilkan pada layar adalah gambaran yang dihasilkan gelombang
pantulan ultrasound.
Fetal Doppler memberikan informasi tentang janin mirip
dengan yang disediakan oleh stetoskop janin . Satu keuntungan dari
fetal Doppler dibanding dengan stetoskop janin (murni akustik) adalah
output audio elektronik, yang memungkinkan orang selain pengguna
untuk mendengar detak jantung. Fetal dopler juga mempermudah
seorang bidan dalam menghitung denyut jantung janin tanpa harus
berkonsentrasi penuh dalam menghitung DJJ.
(Sumber : http ://bidanzulfiisma.blogspot.com, diakses pada 9 september 2015 pukul 20.00 W)
2. CTG (Cardiotocography)
a. Pengertian
Suatu alat untuk mengetahui kesehatan janin di dalam rahim,
dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan
gerakan janin atau kontraksi rahim.
(Sumber : http:/J Fikriamrullah,wordpress.com)
13
Pemeriksaan Cardiotocography penting dilakukan pada setiap ibu
hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
1) Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid,
penyakit infeksi kronis, dll)
2) Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth
Retriction)
3) Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
4) Polihidramnion (air ketuban berlebih)
(Sumber : http:/J Fikriamrullah,wordpress.com )
Cardiotocography (CTG) adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur DJJ pada saat kontraksi maupun tidak. Jadi bila
doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga
terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan
diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan
adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik.
b. Cara Penggunaan
Cara pengukuran Cardiotocography hampir sama dengan
doppler hanya kalau pada Cardiotocography yang ditempelkan 2 alat
yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi,
alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit.
Pemeriksaan Cardiotocography :
1. Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
2. Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
3. Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak
menyakitkan ibu maupun bayi.
4. Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat
segera diberikan pertolongan yang sesuai.
5. Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
(Sumber : Ensiklopedy Kedokteran)
14
Gb. CTG
c. Hasil CTG
Hasil pemeriksaan CTG disebut abnormal (baik reaktif ataupun non
reaktif) apabila ditemukan :
a) Bradikardi
b) Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau DJJ mencapai 90
dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan
bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila
janin belum viable.
Hasil CTG yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang
masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar
90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian.
Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM,
perdarahan atau oligohidramnion hasil CTG yang reaktif tidak
menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1
minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1
minggu). Hasil CTG non reaktif mempunyai nilai prediksi positif
yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan
dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif
yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya CTG tidak dipakai
sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi
15
kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut
(dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).
(Sumber: https://jfikriamrullah.wordpress.com/2011/06/23/kardiotokografi-ctg/ )
d. Non Stress Test(NST)
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung
janin (DJJ) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin.
Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar DJJ,
variabilitas (naik turunnya) dan timbulnya akselerasi (peningkatan)
yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin.
Interpretasi dari NST
1. Reaktif
a. Terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin dalam waktu 20
menit pemeriksaan yang disertai dengan adanya akselerasi
paling sedikit 10-15 dpm
b. Frekuensi dasar DJJ di luar gerakan janin antara 120-160 dpm
c. Variabilitas DJJ antara 6-25 dpm.
2. Non reaktif
a. Tidak didapatkan gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan
atau tidak ditemukan adanya akselerasi pada setiap gerakan
janin
b. Variabilitas DJJ mungkin masih normal atau berkurang sampai
menghilang
3. Meragukan
a. Terdapat gerakan janin akan tetapi kurang dari 2 kali selama 20
menit pemeriksaan atau terdapat akselerasi yang kurang dari 10
dpm
b. Frekuensi dasar DJJ normal
(Sumber: https://jfikriamrullah.wordpress.com/2011/06/23/kardiotokografi-ctg/ )
c. Variabilitas DJJ normal
Pada hasil yang meragukan pemeriksaan hendaknya diulangi
16
dalam waktu 24 jam atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST
(Contraction Stress Test)
4. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun
non reaktif) apabila ditemukan :
a. Bradikardi (DJJ lambat/kurang dari 120 dpm).
b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah DJJ rata2, atau DJJ mencapai
90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan
bila janin sudah viable (mampu hidup) atau pemeriksaan ulang
setiap 12-24 jam bila janin belum viable
Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang
masih baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang
dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti
hipertensi, diabetes, perdarahan atau oligohidramnion hasil NST yang
reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik
sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih
sering (1 minggu). Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi
positif yang rendah <30%, > Contraction Stress Test (CST).
Pemeriksaan CST dimaksudkan untuk menilai gambaran DJJ
dalam hubungannya dengan kontraksi uterus. Seperti halnya NST
pada pemeriksaan CST juga dilakukan penilaian terhadap frekuensi
dasar DJJ, variabilitas DJJ dan perubahan periodik (akselerasi ataupun
deselerasi) dalam kaitannya dengan kontraksi uterus.
Interpretasi CST
1. Negatif
a. Frekuensi dasar DJJ normal
b. Variabilitas DJJ normal
c. Tidak didapatkan adanya deselerasi lambat (penurunan DJJ
yang lambat kembali normal)
d. Mungkin ditemukan akselerasi (kenaikan DJJ) atau deselerasi
dini (penurunan DJJ yang cepat kembali)
17
2. Positip
a. Terdapat deselerasi lambat yang berulang pada sedikitnya 50%
dari jumlah kontraksi
b. Terdapat deselerasi lambat yang berulang, meskipun kontraksi
tidak adekuat
c. Variabilitas DJJ berkurang atau menghilang
3. Mencurigakan
a. Terdapat deselerasi lambat yang kurang dari 50% dari jumlah
kontraksi
b. Terdapat deselerasi variabel
c. Frekuensi dasar DJJ abnormal
Bila hasil CST yang mencurigakan maka pemeriksaan harus
diulangi dalam 24 jam
4. Tidak memuaskan (unsatisfactory)
a. Hasil rekaman tidak representatif misalnya oleh karena ibu
gemuk, gelisah atau gerakan janin berlebihan
b. Tidak terjadi kontraksi uterus yang adekuat
Dalam keadaan ini pemeriksaan harus diulangi dalam 24 jam
(Sumber: https://jfikriamrullah.wordpress.com/2011/06/23/kardiotokografi-ctg/ )
2.3.3 Alat untuk Mengetahui Keadaan Janin
1. USG
a. Pengertian
Ultrasonografi (USG) merupakan sesuatu metode diagnostik
engan menggunakan gelombang ultrosonik. Gelombang ultrasonik
adalah suara atu getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk
bias didengar oleh manusia, yautu kira-kira di atas 20 kilohertz. Dalam
hal ini gelombang ultrasonik merupakan gelombang diatas frekuensi
suara. Gelombang ultrasonik dapat merambat melalui medium padat,
cair dan gas. Reflektivitas dari gelombang ultrasonik ini di permukaan
cairan hampir sma dengan permukaan padat , tetapi pada tekstil dan
busa dapat didengar, bersifat langsung dan mudah difokuskan.
18
Kelebihan gelombang ultrasonik yang tidak dapat didengar, bersifat
langsung dan mudah difokuskan jarak suatu benda yang memanfaatkan
delay gelombang pantu dan gelombang datang, seperti pada sistem
radar dan deteksi gerakan oleh sensor pada robot atau hewan.
(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)
Gb. USG
b. Sejarah Perkembangan USG
Pada awalnya penemual alat USG diawali dengan penemuan
gelobang ultrasonik kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya
sekira tahun 1920-an, prinsip kerja gelombang ultrasonik mulai
diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan ultrasonik dalam
bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan
terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Dalam hal ini yang dimanfaatkan adalah kemampuan
gelombang ultrasonik dalam menghancurkan sel-sel atau jaringan
“berbahaya” ini kemudian secara luas diterapakan pula untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit lainnya. Misalnya terapi untuk
penderita ulkus peptikus (tukak lambung), asma, thyroxitosis, artgritis,
haemorrhoids, dan bahakan terapi untuk penderita angina pectoris
(nyeri dada). Dan baru pada awal tahun 1940, gelombang ultrasonik
dinilai memungkinkan untuk digunakan sebagai alat mendignosis
suatu penyakit, bukan lagi hanya untuk terapi. Hal tersebut
19
disimpulkan berkat hasil hasi leksperimen Karl Theodore Dissik,
seorang dokter ahli syaraf dari universitas vienna, austria. Bersama
dengan saudaranya, Freiderich, sorang alhi fisika, berhasil
menemukan lokasi sebuah tumor otak dan pembuluh darah pada otak
dengan mengukur transmisi pantulan gelombang ultrasonik melalui
tulang tengkorak. Dengan menggunakan transduser (kombinasi alat
pengirim dan penerima dara), hasil pemindaian masih berupa gambar
dua dimensi yang tersiri dari barisan titik-titik berintensitas rendah.
Kemusian george ludwig, ahli fisika Amerika menyempurnakan alat
temuan Dussik.
Seperti yang kita ketahui bahwa ultrasonography adalah salah
satu dari produk teknologi medical imaging yang dikenal sampai saat
ini medical imaging (MI) adalah suatu teknik yang digunakan untuk
mencitrakan bagaian dalam organ atau suatu jaringan sel (tissue) pada
tubuh, tanpa membuat sayatan atau luka (non invasive). Interaksi
antara fenomena fisik tissue dan diikuti dengan pendeteksian hasil
interaksi itu sendiri untuk diproses dan direkonstruksi menjadi suatu
citra (image). Menjadi dasar bekerjanya peralatan MI.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an
memungkinkan sinyal gelombang yang diterima menghasilkan
tampilan gambar suatu jaringan tubuh dengan lebih jelas. Penemuan
komputer pada tahun 1990 jelas sangat membantu teknologi ini.
Gelombang ultrasonik akan memalui proses sebagai berikut, pertama,
gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut
diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan
gambar terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri
dari transduser penghasil gambar dua dimensi atau tida dmendi.
Seperti inilah hingga USG berkembang sedemikian rupa hingga saat
ini.
(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)
c. Cara Kerja20
Adapun cara kerja dari USG yang bermanfaat gelombang ultrasonik
adalah sebagai berikut :
1. Transduser
Transduser addalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian
tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros
usus besar pada pada pemeriksaan prostat. Di dalam ternasduser
terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan
gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang
diterima masih dalam bentuk helombang akustik (gelombang
pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah
gelombang tersebut menajdi gelombang elektronik yang dapat
dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk
gambar.
(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)
2. Monitor
Monitor yang digunakan dalam USG.
3. Mesih USG
Mesin USG merupakan kegiatan dari USG dimana fungsinya untuk
mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin
USG adalah CPU-nya USG sehingga di dalamnya terdapat
komponen-komponen yang sama seprti pada CPU pada PC cara
USG merubah gelombang menjadi gambar.
d. Jenis-Jenis USG
1. USG 2 Dimensi
Menampilakan gambar dua bidang (memanjang dang melintang).
Kualitas yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang
disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seprti aslinya.
Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat
dengan jelas. Begitupun keadaan janin diri posisi yang berbeda. Ini
21
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya
yang diputar).
(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi
yang bergerak (live 3D). kalau gambar yang diambil dari USG 3
dimensi statis, sementara pada USG 4 diemnsi, gambar janinnya
dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan
membahayakan keadaan janin di dalam rahim.
4. USG Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah
terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan
kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin ini meliputi :
1) Gerak napas janin (minimal 2x/10 menit)
2) Tonus (gerak janin)
3) Indeks cairan ketuban (normal 10-20n cc).
4) Dopler arteri umbilikalis
5) Rektivitas denyut jantung janin.
e. Manfaat USG
a) Pada kehamilan timester 1
1. Meyakinkan adanya kehamilan
2. Menduga tanggal lahir dengan mencocokkan ukuran bayi
3. Menetukan kondisi bayi jika ada kemungkinan kelainan
4. Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada
kehamilan muda, misal, kehamilan ektopik.
5. Menentukan lokasi janin didalan atau diluar rahim
6. Mendiaknosa adanya hal-hal yang mengganggu kehamilan,
misal, ada kista atau mioma
(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)
22
b) Pada kehamilan trimester II dan III
1. Menilai jumlah air ketuban
2. Menentukan kondisi plasenta
3. Menentukan ukuran janin
4. Menentukan letak janin
c) Untuk kepentingan ginekologi
1. Melihat adanya tumor di pangul atau tidak
2. Melihat kesejahteraan janin, misal, bagaimana aliran darah ke
otaknya
Melihat fungsi dan cara kerja USG, dapat dikatakan bahwa
kinerja USG identik dengang scanner ssecara umum yang
membedakan hanyalah data yang diterima, USG menerima data
berupa gelombang sedangkan scanner menerima data berupa barang.
Prof.Ian Donald adalah sang pelopor penggunaan ultasonografi
(USG) di bidang obstetri ginokologi. Hasil inovasinya ini diciptakan
tahun 1950-an menerapkan teknik sonar atau gelombang ultrasonik
untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Lebih lanjut, perkembangan ginekologi USG pada saat ini telah
jauh melampaui kemampuannya yang dahulu yaitu hanya sebagai alat
bantu diagnostik saja, tetapi juga menjadialat bantu terapi misalnya,
janin yang anemia akibat penyakit aloimun dapat diperpanjang
hidupnya dengan pemberian transfusi darh intrauterin dengan bantuan
USG.
(Sumber: Barsasella, Diana. 2010. “Fisika untuk Mahasiswa Kesehatan”. Jakarta: TIM)
2.3.4 Alat untuk Mengetahui Kadar Hemoglobin (Hb)
Pemeriksaaan kadar Hb dilapangan umumnya menggunakan 3 metode
yaitu: kertas saring (talquist), sahli dan Hemocue. Tetapi metode umum
yang direkomendasikan untuk digunakan pada survei prevalensi anemia
pada populasi adalah haemogloblinometri dengan metode
cyanmetheglobin di laboratorium dan sistem hemocue (UNICEF, UNU,
23
WHO, 2001 dalam Indriawati 2002). Berikut adalah teknologi kesehatan
berupa alat-alat yang digunakan dalam metode pemeriksaan Hb tersebut:
(Sumber : Siswanto. 2008. “Bahan Ajar Fisiologi”. Laboratorium
Universitas Udayana)
1. Tallquist Scale (Kertas Saring Talquist)
a. Pengertian
Metode Talquist Adam adalah metode yang ditujukan untuk
menentukan kadar hb di lapangan, karena metode ini praktis, efsien,
tetapi keakuratan (presisi) yang rendah. Cara ini berpedoman pada
intensitas warna darah pada kertas talquist dengan warna standar.
Talquist menggunakan skala warna dalam suatu buku, mulai
dari merah muda (10%). Ada 10 macam skala warna dan tiap skalanya
naik 10%. Di tengahnya terdapat lubang tempat dimana darah
dibandingkan secara langsung.
b. Cara Penggunaan (Metode Talquist)
Pemeriksaan kadar Hb dengan metode talquist dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1) Darah dihisap dengan kertas hisap sampai meresap betul dan
ditunggu 1-2 menit dengan kertas hisap sampai Hb menjadi HBO2
2) Kemudian bercak darah yang didapatkan, ditempatkan dibawah
lubang dari skala berwarna untuk disamakan . Pembacaan hanya
dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari ( siang hari ).
Perincian pembacaan skala ( dibandingkan dengan metode sahli )
yaitu 100% = 16 gram / 100 ml secara optimal, yang warnanya
lebih tua dibandingkan warna darah diawal penghisapan di kertas
saring.
c. Efektivitas
Pemeriksaan dengan metode talquist ini tidak begitu akurat dan hanya
dilakukan untuk mengetahui kekurangan Hb secara kasar saja.
24
Gb. Skala dan Kertas Saring Talquist
2. Haemometer (Metode Sahli)
a. Pengertian
Metode Sahli merupakan metode estimasi kadar hemoglobin
yang tidak teliti, karena alat hemoglobinometer tidak dapat
distandarkan dan pembandingan warna secara visual tidak teliti.
Metode sahli juga kurang teliti karena karboxyhemoglobin,
methemoglobin dan sulfhemoglobin tidak dapat diubah menjadi
hematin asam (Gandasoebrata 2010, h. 13-14).
Prinsip metode ini adalah hemoglobin diubah menjadi hematin
asam kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan
standart warna pada alat hemoglobinometer. Dalam penetapan kadar
hemoglobin, metode sahli memeberikan hasil 2% lebih rendah dari
pada metode lain (Dacie & Lewis 1996, h. 50).
b. Cara Penggunaan (Metode Sahli)
Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian
warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam
alat itu (R. Gandasoebrata, 2001:13).
25
Adapun pemeriksaan Hb dengan menggunakan metode sahli adalah
sebagai berikut :
1) Tabung diisi dahulu dengan 0,1 N HCL sampai tanda 2, kemudian
darah diserap dihisap dengan menggunakan pipet sampai tanda 20
dan sebelum menjedal segera dihembuskan kedalam tabung. Untuk
membersihkan sisa – sisa darah didalam pipet maka HCL didalam
tabung dihisap dan dihembuskan lagi dampai 3 kali.
2) Ditunggu dahulu sampai 1 – 2 menit, berturut – turut akan terdjadi
hemolisis eritrosit, dan Hb yang dipecah akan menjadi hem dan
globin. Kemudian hem dengan HCL akan membentuk hematicin –
HCL yang merupakan senyawa yang lebih stabil siudara
dibandingkan dengan Hb yang berwarna coklat.
3) Dengan pipet penetes, hematicin – HCL diencerkan sampai
warnanya sesuai dengan warna standart. Tambahkan air setetes
demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang
tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standard harus
dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl
dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya tabung
diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.
4) Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.
c. Efektivitas
Cara Sahli ini bukanlah cara teliti. Kelemahan metodik
berdasarkan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa
hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu
tidak dapat distandardkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak
semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya
karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.
Kesalahan yang biasanya dicapai oleh ± 10 % kadar
hemoglobin yang ditentukan dengan cara Sahli dan cara-cara
kolorimetri visual lain hanya patut dilaporkan dengan meloncat-loncat
½ g/dl, sehingga laporan menjadi ump, 11,11½, 12, 12½, 13 g/dl.
Janganlah melaporkan hasil dengan memakai angka desimal seperti
26
8,8; 14; 15,5 g/dl ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang
memadai tidak membolehkan laporan seperti itu.
Hemoglobinometer yang berdasarkan penetapan hematin asam
menurut Sahli dibuat oleh banyak pabrik. Perhatikanlah bahwa bagian-
bagian alat yang berasal dari pabrik yang berlainan biasanya tidak
dapat saling dipertukarkan: tabung pengencer berlainan diameter;
warna standard berlainan intensitasnya; dll.
Jadi pada prinsipnya metode sahli dilakukan dengan
mengencerkan darah menggunakan larutan HCL sehingga HB berubah
menjadi hematinin asam. Larutan campuran tersebut dilarutkan dengan
akuades sampai warnanya sama dengan warna batang gelas standart,
kadar Hb dapat ditentukan ( Indriawati, 2002).
d. Kelebihan
a) Alat (Hemoglobinometer) praktis dan tidak membutuhkan listrik.
b) Harga alat (Hemoglobinometer) murah.
d. Kekurangan
a) Pembacaan secara visual kurang teliti.
b) Alat (Hemoglobinometer) tidak dapat distandarkan.
c) Tidak semua bentuk hemoglobin dapat diubah menjadi hematin
asam.
Gb. Set Haemometer
27
Gb. Set Haemometer
3. Spektrofotometer (Metode Cyanmethemoglobin)
a. Pengertian
Metode fotometrik cyanmethemoglobin merupakan metode
estimasi kadar hemoglobin yang yang paling akurat. Jika semua
fasilitas tersedia metode ini yang sebaiknya digunakan (Chairlain &
Estu 2011, h. 264).
Prinsip metode ini adalah darah diencerkan dengan larutan
drabkin sehingga terjadi hemolisis eritrosit dan konversi hemoglobin
menjadi hemoglobinsianida (cyanmethemoglobin). Larutan yang
terbentuk selanjutnya diperiksa dengan spektrofotometer (atau
colorimeter), yang absorbansinya sebanding dengan kadar hemoglobin
dalam darah. Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau
filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah
hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan
karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin
tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur (R. Gandasoebrata,
2001:11).
b. Cara Penggunaan (Metode Cyanmethemoglobin)
1) Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin
28
2) Dengan pipet hemoglobin diambil 20 μl darah (kapiler, EDTA atau
oxalat); sebelah luar ujung pipet dibersihkan, lalu darah itu
dimasukkan ke dalam tabung kolorimeter dengan membilasnya
beberapa kali
3) Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali.
Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin
menjadi sianmethemoglobin
4) Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai
blanko digunakan larutan Drabkin
5) Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbasinya
dengan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari
kurve tera.
c. Efektivitas
Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat
dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena
standard cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil
dan dapat dibeli. Kesalahan cara ini dapat mencapai ± 2 %.
Larutan Drabkin: natriumbikarbonat 1 g; kaliumsianida 50 mg;
kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml. Adakalanya
ditambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya
perubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna
dalam waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol coklat dan
perbaruilah tiap bulan. Meskipun larutan Drabkin berisi sianida, tetapi
ia tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-hari karena jumlah
sianida itu sangat kecil.
Kekeruhan dalam suatu sampel darah mengganggu pembacaan
dalam fotokolorimeter dan menghasilkan absorbansi dan kadar
hemoglobin yang lebih tinggi dari sebenarnya. Kekeruhan semacam
ini dapat disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia dan adanya
globulin abnormal seperti pada macroglobulinemia.
Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai
cara cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut
29
satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit
sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat
dicapai dengan metode ini. Variasi-variasi fisiologis juga
menyebabkan digit kedua di belakang tanda desimal menjadi tanpa
makna.
d. Kelebihan Metode Cyanmeth
1. Pemeriksaan akurat. Penetapan kadar Hb teliti karena standart
cyanmeth hemoglobin bersifat stabil.
2. Reagent dan alat untuk mengukur kadar hemoglobin dapat
dikontrol dengan larutan standart yang stabil.
Gb. Fotometer 5010 untuk pemeriksaan kadar Hb cara Cyanmeth Hemoglobin
e. Kekurangan Metode Cyanmeth
a. Alat untuk mengukur absorbansi (spektrofotometer atau photometer)
mahal dan membutuhkan listrik.
b. Larutan drabkin yang berisi sianida bersifat racun.
4. Alat Test Darah Portable Hemoglobin (Hb) Digital Analyzer
EASYTOUCH
a. Pengertian
Hb Digital Analyzer adalah alat untuk mengukur kadar hemoglobin hb
darah portable yang praktis. Agar memudahkan analisa Hb darah. Alat
ini, memungkinkan pemeriksaan secara mudah dan simple, dan juga
30
bisa dilakukan oleh siapapun. Karena alat ini tidak diutamakan
keahlian dan sebagainya.
Gb. Hb Digital Analyzer
b. Cara Pakai
Setiap botol strip pada gula, kolesterol dan Hb terdapat chip test.
Untuk cek gula,masukan chip guladan strip gula terlebih dahulu. Pada
layar akan muncul angka/kode sesuai pada botol strip. Setelah itu akan
muncul gambar tetes darah dan kedip-kedip. Masukan jarum pada
lancing/alat tembak berbentuk pen dan atur kedalaman jarum.
Gunakan tisu alkohol untuk membersihkan jari anda. Tembakkan
jarum pada jari dan tekan supaya darah keluar. Darah di sentuh pada
strip dan bukan di tetes diatas strip. Sentuh pada bagian garis yang ada
tanda panah. Darah akan langsung meresap sampai ujung strip dan
bunyi beep. Tunggu sebentar,hasil akan keluar beberapa detik pada
layar. Cabut jarumnya dari lancing juga stripnya dan buang. Chip gula
di simpan ke botol lagi. Gunakan chip kolesterol untuk tes kolesterol
dan chip Hb untuk tes Hb. Tutup rapat botol strip jika tidak digunakan
lagi. Perhatikan masa expired pada setiap strip .
c. Keuntungan
1) Rentang pengukuran 7.0 - 26.0 g/dL
2) Volume sampel darah hanya 1 µl
3) Kapasitas memori hingga 180 kali pemakaian
4) Lama pengukuran hanya 10 detik
5) Hemoglobinometer digital merupakan alat yang mudah di bawa
31
6) Teknik untuk pengambilan sampel darah yang mudah
7) Pengukuran kadar hemoglobin tidak memerlukan penambahan
reagen.
8) Alat ini juga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding
metode laboratorium yang standar.
9) Alat ini juga stabil dan tahan lama
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teknologi Tepat Guna (TTG) merupakan teknologi yang telah
dikembangkan secara tradisional dan proses pengenalannya banyak
ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok
masyarakat setempat.
Sebelum menggunakan TTG, terlebih dahulu kita lakukan penerapan
dari TTG tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya penerapan ini di
harapkan masyarakatnya berubah dan mengerti tentang manfaat TTG dan
mampu menggunakan TTG tersebut dengan sebaik mungkin. Sehingga
pengguna dari TTG tersebut bermanfaat bagi masyarakat, yaitu dapat
memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat karena kebutuhan
masyarakat semakin hari semakin meningkat.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput dari
kesalahan.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan teman-teman.Amin.
33
ANALISIS
1. Tes Pack
Tes pack termasuk dalam teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan
kebidanan, seperti tercantum dalam kriteria Centers for Medical care and
medical Services yaitu teknologi memberikan kemampuannya untuk
mendiagnosis kondisi pasien yang sebelumnya tidak terdeteksi dengan
metode yang tersedia atau mampu mendiagnose kondisi medis pasien lebih
dini. Seperti kita ketahui bahwa sebelum adanya tes pack, untuk mengetahui
kehamilan masyarakat menggunakan cara-cara sederhana untuk mengetahui
kehamilan dengan akurasi hasil pemeriksaan yang rendah dan rawan terjadi
kekeliruan. Maka dengan adanya alat berupa tes pack lebih memudahkan
untuk mendiagnosa kehamilan dengan cara yang lebih sederhana dan hasil
yang akurat jika digunakan sesuai prosedur yang benar
2. Doppler
Doppler merupakan teknologi terapanan tepat guna dalam pelayanan
kebidanan sesuai dengan Centers for Medical Care and Medical Service,
kriteria teknologi terapan guna yaitu teknologi yang memberikan kemampan
diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi dengan metode yang
tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna
memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang
tersedia saat ini karena Doppler berfungsi sebagai alat diagnostik yang
digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip
pantulan gelombang elektromagnetik. Dibandingkan dengan efektifitas alat
untuk menghitung DJJ lainnya seperti funandoskop, doppler memiliki hasil
pemeriksaan yang lebih akurat dan tidak dipengaruhi oleh subjektifitas
pemeriksa, dan kesalahan penghitungan. Namun sebagai tenaga kesehatan
bidan harus tetap dapat menggunakan funandoskop dengan penghitungan
yang benar.
34
3. CTG (Cardiothophografi)
CTG (Cardiothophografi) merupakan teknologi terapanan tepat guna dalam
pelayanan kebidanan sesuai dengan Centers for Medical Care and Medical
Service, kriteria teknologi terapan guna yaitu teknologi yang memberikan
kemampan diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi dengan metode
yang tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna
memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang
tersedia saat ini, karena alat ini adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur DJJ pada saat kontraksi maupun tidak dengan menggunakan 2
bentuk pemeriksaan; Non Stress Test(NST) pemeriksaan NST ini dilakukan
untuk menilai gambaran denyut jantung janin dalam hubungannya dengan
gerakan atau aktivitas janin, dan Contraction Stress Test(CST) pemeriksaan
CST dimaksudkan untuk menilai gambaran DJJ dalam hubungannya dengan
kontraksi uterus. Maka Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada
CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada
saat kontraksi dan diluar kontraksi. Maka dalam hal ini CTG termasuk alat
yang sesuai kriteria di atas.
4. Alat Pemeriksaan Hb
a. Tallquist Scale (Kertas Saring Talquist)
Metode Tallquist
Ketika darah dihisap dengan kertas saring dan dibiarkan sampai darah
tersebut mengering kemudian dicocokan dengan warna darah yang telah
terbukukan didalam buku metode Tallquist ternyata kadar hemoglobin
pasien ; Konsentrasi Hb sebesar 60 %.
Penentuan kadar hemoglobin di dalam darah dengan menggunakan metode
Tallquist sangatlah berbeda dengan metode yang digunakan dalam
pengukuran hemoglobin yang menggunakan Hemometer Sahli, karena jika
dalam pengukuran yang menggunakan metode Tallquist harus memiliki
buku ”Standar Tallquist Adam” yang digunakan untuk membandingkan
35
dan membaca kadar darah yang terkandung dalam sampel darah yang
diambil dari pasien. Metode Tallquist sangatlah sederhana dalam proses
pengerjaannya karena hanya menghisap sampel darah pasien dengan
kertas hisap lalu ditunggu sampai darah tersebut mengering, lalu
dibandingkan hasilnya.
Metode tallquist dengan meneteskan sampel darah pada kertas
saring, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar mempunyai
presentase kesalahannya terlalu besar, sekitar 25-50%, sehingga metode
ini jarang dipakai.
b. Hb Sahli
Pemeriksaan hemoglobin dengan metode Sahli bukan merupakan
teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan kebidanan karena pada
metode ini banyak sekali sumber kesalahannya contohnya seperti
kemampuan untuk membedakan warna tidak sama, sumber cahaya yang
kurang baik, kelelahan mata, alat-alat kurang bersih, ukuran pipet kurang
tepat (perlu kalibrasi), warna gelas standar pucat atau kotor dll. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Haemometer sahli tidak
memenuhi kriteria teknologi terapan guna menurut Centers for Medical
Care and Medical Service, yaitu teknologi yang memberikan kemampan
diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi dengan metode yang
tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna
memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang
tersedia saat ini.
c. Spektrofotometer (Metode Cyanmethemoglobin)
Metode Sianmethemoglobin merupakan teknologi terapanan tepat guna
dalam pelayanan kebidanan sesuai dengan Centers for Medical Care and
Medical Service, kriteria teknologi terapan guna yaitu teknologi yang
memberikan kemampan diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi
dengan metode yang tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru
secara bermakna memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan
36
teknologi yang tersedia saat ini. Karena, Metode cyanmethemoglobin
untuk menentukan kadar Hb adalah metode laboratorium terbaik untuk
pemeriksaan kuantitatif Hb, sehingga dianjurkan oleh WHO (Indriawati,
2002) metode ini merupakan rujukan untuk perbandingan dan standarisasi
metode – metode yang lainya. Pemeriksaan akurat. Penetapan kadar Hb
teliti karena standart cyanmeth hemoglobin bersifat stabil.
d. Alat Test Darah Portable Hemoglobin HB Digital Analyzer
EASYTOUCH
Merupakan teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan kebidanan
sesuai dengan Centers for Medical Care and Medical Service, kriteria
teknologi terapan guna yaitu teknologi yang memberikan kemampan
diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeeksi dengan metode yang
tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna
memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang
tersedia saat ini. karena alat ini sangat praktis dan simpel. Dapat dibawa
kemana-mana tahap keakuratannya cukup tinggi. Alat ini sampai saat ini
masih digunakan. Alat ini mempunyai rentang pengukuran 7.0 - 26.0 g/dL.
Jika dibandingkan dengan Tallquist Scale dan haemometer sahli maka alat
hb digital ini lebih dapat memberikan hasil yang lebih akurat, sehingga
dapat mendiagnosis keadaan pasien dengan tepat.
5. USG
USG merupakan teknologi terapan tepat guna dalam pelayanan kebidanan
sesuai dengan Centers for Medical Care and Medical Service, kriteria
teknologi terapan guna yaitu teknologi yang memberikan kemampan
diagnosis pasien yang sebelumnya tidak terdeteksi dengan metode yang
tersedia sebelumnya, penggunaan teknologi baru secara bermakna
memperbaiki hasil bagi pasien jika dibandingkan dengan teknologi yang
tersedia saat ini kriteria tersebut telah dipenuhi oleh alat ini yaitu sesuai
dengan perkembangannya USG telah menjadi salah satu alat yang sering
digunakan dalam pemeriksaan ibu hamil, meskipun seorang ibu tidak
37
memiliki risiko tinggi yang mengharuskan untuk dilakukan pemeriksaan
USG. Kini pemeriksaan USG seakan menjadi suatu yang rutin dilakukan
untuk sekedar mengetahui jenis kelamin seorang bayi. Bahkan dengan
berkembangnya USG 4 D, calon orang tua akan memiliki keiinginan untuk
melakukan pemeriksaan USG tersebut.
38