revisi tulisan skripsi 3
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah
adalah keterampilan menulis. Kegiatan menulis merupakan kegiatan
merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang dirangkai menjadi sebuah
paragraf sehingga memiliki pokok pembahasan tertentu. Dimana pembelajaran
keterampilan menulis bertujuan untuk melatih siswa agar dapat berfikir kreatif
dalam menyampaikan informasi, gagasan, meyakinkan, dan dapat juga
menghibur para siswa. Mengacu pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan), menulis sudah menjadi bagian dari pembelajaran bahasa
khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam KTSP
SMA Kelas X semester genap, pada Pedoman Penyusunan Silabus Bahasa dan
Sastra Indonesia, salah satu indicator pencapaian hasil belajar yang harus
dicapai siswa adalah dapat menulis cerpen (Depdiknas, 2005:4). Untuk
mencapai standar kompetensi ini, proses pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia bukan hanya sekadar pengajaran mengenai teori-teori sastra akan
tetapi siswa pun dituntut untuk dapat mengungkapkan pikiran, gagasan,
pendapat, dan perasaannya melalui sebuah karya sastra yang berupa cerpen.
(Win Nur Azizah; 2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan
keterampilan menulis cerpen. Dimana hambatan yang seringkali ditemukan
adalah daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam
1
menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema, dan kurang
dapat mengembangkan ide. Hal ini terjadi karena proses belajar mengajar
Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada
teori dan pengetahuan semata-mata sehingga keterampilan berbahasa
khususnya keterampilan menulis kurang dapat perhatian.
Erlin Novianti Prihastuti; 2011 dalam penelitiannya menyatakan bahwa
dibutuhkan media pembelajaran menulis cerpen yang tepat agar siswa tidak
cepat merasa bosan dan kesulitan dalam mengikuti pelajaran menulis. Untuk
itu, guru harus selektif dalam memilih media yang hendak digunakan.
Penelitian mengenai media pembelajaran menulis cerpen sudah banyak
dilakukan. Metode dan media yang telah digunakan antara lain karya wisata,
pengalaman pribadi sebagai basis melalui pendekatan keterampilan proses dan
pemodelan. Hal ini memberi inspirasi bagi penulis untuk melakukan penelitian
mengenai metoda Magnifying or Shrinking a Topic.
Strategi Magnifying or Shrinking a Topic mengajarkan siswa cara
mengidentifikasi saat-saat penting suatu kejadian dalam sebuah cerita. Setelah
momen penting atau peristiwa itu ditemukan, siswa diarahkan untuk
memahami teknik-teknik untuk perluasan cerita. Dimana perluasan yang dapat
dikembangkan antara lain membangun arti dari suatu tempat, menambah
bahasa dan tempat atau suasana, memberikan pembaca arti dari tempat dalam
cerita. Selain itu, strategi ini juga memberikan cara dalam mengembangkan
nada atau intonasi, memperlambat berlalunya waktu, menambahkan dialog
dan menambahkan pemikiran penasaran. Di sisi lain, strategi ini mengajarkan
2
cara memberikan istilah-istilah agar secara tidak langsung memberikan tugas
bagi si pembaca untuk menyimpulkan pada sebuah cerita, mengidentifikasi
tempat-tempat dalam tulisan siswa, melakukan penyusutan dengan cara kokus
pada ruang kecil waktu dan mengurangi pengulangan. Sehingga dapat
menghilangkan kalimat yang bertele-tele dan menghindari terlalu banyak
deskripsi dalam cerita.
Berdasarkan paparan di atas, penulis memiliki hipotesa bahwa strategi
Magnifying or Shrinking a Topic (perluasan atau penyusutan topik) dapat
dijadikan solusi alternative dalam pembelajaran menulis cerpen bagi siswa
kelas X agar terarah dan menarik. Untuk membuktikan hipotesa tersebut,
peneliti melakukan penelitian tindakan kelas sekaligus sebagai bahan
penyusunan skripsi mengenai strategy Magnifying or Shrinking a Topic pada
siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti telah
mengidentifikasi masalah-masalah yang dapat dijadikan bahan penelitian,
yaitu :
1. Bagaimana kemampuan menulis siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik
Sleman?
2. Apa yang menjadi permasalahan ketika siswa menulis cerpen?
3. Bagaimana siswa membangun ide pokok dalam cerpen yang mereka
tulis?
3
4. Bagaimana hubungan antara strategi menulis cerpen yang telah diajarkan
guru terhadap kemampuan menulis cerpen siswa?
5. Apakah strategi Magnifying or Shrinking a Topic dapat dijadikan solusi
efektif dalam pembelajaran menulis cerpen?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diungkapkan di atas, maka dapat diketahui bahwa terdapat berbagai macam-
masalah yang muncul ketika pembelajaran menulis cerpen. Oleh karena itu,
perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini agar pembahasan yang
dilakukan tidak meluas. Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or Shrinking a
Topic dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional.
Selain itu, pembatasan masalah pada penelitian ini adalah perlunya
diujicobakan strategi Magnifying or Shrinking a Topic dalam pembelajaran
menulis cerpen pada siswa kelas X.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan kemampuan menulis cerpen yang signifikan antara
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or
4
Shrinking a Topic dan siswa yang tidak mengikuti pembelajaran
menggunakan strategi Magnifying or Shrinking a Topic pada siswa kelas X
SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman?
2. Apakah strategi Magnifying or Shrinking a Topic dapat dijadikan
alternative solusi pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA
Negeri 2 Ngaglik Sleman ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan kali ini adalah sebagai berikut.
1. Membuktikan ada atau tidaknya perbedaan kemampuan menulis cerpen
antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi
Magnifying or Shrinking a Topic dan siswa yang tidak mengikuti
pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or Shrinking a Topic pada
siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman.
2. Membuktikan keefektifan strategi Magnifying or Shrinking a Topic pada
siswa kelas X SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis. Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
5
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membuktikan secara ilmiah
mengenai keefektifan strategi Magnifying or Shrinking a Topic dalam
menulis cerpen pada siswa kelas X.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi para
pengajar dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis cerpen
pada siswa kelas X. Selain itu, manfaat yang diperoleh oleh siswa yaitu
diharapkan dapat mempermudah mereka dalam meningkatkan kemampuan
menulis cerpen.
G. Batasan Istilah
1. Keefektifan adalah pemanfaatan segala sumber daya yang ada secara
efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
2. Strategi Magnifying or Shrinking a Topic adalah Strategi yang
mengajarkan siswa bagaimana menemukan titik fokus yang perlu
pembesaran atau perluasan dan bagaimana menjelaskan ide pokok
tersebut. Ini juga akan membantu mereka fokus pada cerita yang terlalu
bertele-tele dan perlu penyusutan .
3. Menulis cerpen adalah kegiatan atau kemampuan melahirkan pikiran dan
perasaan melalui sebuah tulisan berbentuk prosa fiksi yang panjangnya
antara seribu sampai lima ribu kata yang bertujuan menyampaikan
pengalaman kepada pembaca dengan memperhatikan keserasian unsur
intrinsik dan ekstrinsiknya.
6
4. Ketrampilan menulis adalah suatu kecakapan seseorang dalam
mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan dalam bahasa tulis
sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami orang lain.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Menulis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Menulis diartikan
sebagai cara menulis yaitu membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan
pena (pensil, kapur, dsb), anak-anak sedang belajar, melahirkan pikiran atau
perasaan (spt mengarang, membuat surat). Dijelaskan oleh Dalman (2012:1)
menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan atau
komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Menurut Nurjamal (2011: 64) menulis merupakan sebuah proses kreatif dalam
bentuk bahasa tulis untuk menyampaikan suatu tujuan, misalnya memberi
tahu, meyakinkan, dan menghibur. Sementara menurut (Tarigan, 1986:3),
menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak tatap muka dengan orang lain.
Komunikasi tidak langsung ini dilakukan dengan menggunakan media tulis
dan menggunakan lambang-lambang bahasa. Keterampilan menulis
merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, dimana
semakin rajin berlatih keterampilan menulis akan meningkat.
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan
keterampilan) berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding ketiga
kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai
bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu
disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi
karangan. Maka dari itu, agar menjadi sebuah karangan yang runtut dan padu,
8
haruslah terjalin baik antara unsur bahasa maupun unsur isi (Nurgiyantoro,
2009: 296).
B. Cerpen
Asura (2005: 6) mengungkapkan bahwa seorang penulis dari Amerika
yang bernama Phyllis Duganne mendefinisikan cerpen sebagai susunan
kalimat- kalimat dalam sebuah cerita yang mempunyai bagian awal, bagian
tengah, dan akhir. Suwardi (1994: 165- 166) mengungkapkan bahwa cerpen
merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat padat, yang unsur ceritanya
terpusat pada suatu peristiwa pokok, sehingga jumlah dan pengembangan
pelaku terbatas sehingga keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal.
Cerpen mempunyai unsur-unsur pembangun dari dalam yaitu tokoh, alur/plot,
judul, sudut pandang, gaya dan nada, serta tema.
Menurut Sayuti (via Wiyatmi, 2009: 30) mengatakan bahwa tokoh
adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi. Sayuti (via Wiyatmi,
2009: 31) membedakan tokoh sesuai dengan keterlibatannya menjadi tokoh
utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal). Berdasarkan wataknya tokoh
dapat dibedakan menjadi tokoh sederhana dan tokoh kompleks. Tokoh
sederhana adalah tokoh yang kurang mewakili keutuhan personalitas manusia
dan hanya ditonjolkan satu sisi karakternya saja. Tokoh kompleks lebih
menggambarkan keutuhan personalitas manusia, yang memiliki sisi baik dan
buruk secara dinamis. Dalam tokoh tentunya terdapat penokohan, yaitu
penggambaran watak dari tokoh tersebut.
9
Plot merupakan salah satu upaya penulis untuk menjalin sebuah cerita.
(Asura, 2005: 52). Alur merupakan rangkaian peristiwa yang disusun sesuai
dengan hubungan kausalitas. Sayuti (via Wiyatmi, 2009: 36) membagi alur
menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Alur juga memiliki kaidah,
yaitu plausibilitas (kemasukakalan), surprice (kejutan), suspence, unity
(keutuhan). Plot memiliki beberapa jenis, antara lain: plot progresif /
kronologis merupakan peristiwa disusun dari awal- tengah- akhir, plot regresif
/ flash back merupakan peristiwa disusun dari tengah- awal- akhir atau akhir-
awal- tengah.
Latar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu,
dan latar sosial. Sayuti (via Wiyatmi : 2009: 40). Latar berfungsi untuk
memberikan konteks cerita.
Judul merupakan hal pertama yang paling mudah dikenal oleh
pembaca karena sampai saat ini tidak ada karya yang tanpa judul. Judul
sering kali mengacu pada tokoh, latar, tema. Maupun kombinasi dari
beberapa unsur tersebut. (Wiyatmi, 2009: 40). Asura (2005: 52)
mengungkapkan bahwa judul cerita adalah sebuah pintu gerbang. Judul
juga bisa diibaratkan sebuah etalase. Judul yang tidak menarik akan
menyebabkan pembaca enggan untuk mengetahui lebih jauh.
Sayuti (via Wiyatmi 2009: 41) membagi sudut pandang dibagi
menjadi empat, yaitu: a) sudut pandang first person central atau akuan
sertaan. b) sudut pandang first person peripheral atau akuan taksertaan. c)
10
sudut pandang third person omniscient atau diaan maha tahu. d) Sudut
pandang third person limited atau diaan terbatas
Gaya dan nada, gaya merupakan cara pengungkapan seseorang
yang khas bagi seorang pengarang. Nada berhubungan dengan pilihan
gaya yang mengekspresikan sikap tertentu.
Tema menurut Asura (2005: 45) merupakan ruh sebuah cerita,
tetapi tanpa bahasa yang baik, penuturan yang logis, sebuah tema yang
dahsyatpun akan sia- sia. Menurut Wiyatmi (2009: 42) tema merupakan
makna cerita.
C. Menulis Cerpen
Menulis merupakan cara berkomunikasi. Secara luas dapat dikatakan
bahwa “komunikasi” adalah suatu proses pengiriman dan penerimaaan pesan-
pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang
ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Komunikasi lisan dan tulis
sangat erat berhubungan karena sifat penggunaan yang berkaitan dalam
bahasa. Phyllis Duganne (melalui Diponegoro, 1994:6) mengatakan bahwa
cerpen ialah susunan kalimat-kalimat yang merupakan cerita dengan bagi
awal, bagian tengah dan bagian akhir. Setiap cerpen punya tema, yakni cerita
atau gagasan yang ingin diucapkan oleh cerita itu. Dan sebagai namanya,
cerita pendek, cerpen ialah bentuk cerita yang dapat dibaca tuntas dalam sekali
duduk. Daerah lingkupnya kecil dan karena itu biasanya ceritanya berpusat
pada satu tokoh atau satu masalah. Ceritanya sangat kompak, tidak ada
11
bagiannya yang hanya berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap
kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada yang sia-sia. Semuanya
memberi saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau
mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian
yang ompong, tidak ada bagian yang kelebihan.
Menulis cerpen menurut Thahar (2009: 17) dapat dikatakan
menuliskan “dongeng” pendek. Artinya, dongeng yang dekat dengan
kehidupan nyata dan fantasi pembaca, angan-angan, bahkan mungkin juga
implus atau desakan hati pembaca.
Dapat disimpulkan bahwa menulis cerpen adalah suatu proses
pengiriman dan penerimaan dari penulis terhadap pembaca dari susunan
kalimat-kalimat yang merupakan cerita yang mempunyai awal, bagian tengah
dan akhir yang dapat dibaca tuntas dalam sekali duduk yang dekat dengan
kehidupan nyata dan fantasi pembaca, angan-angan, bahkan mungkin juga
implus atau desakan hati pembaca.
D. Strategi dalam Ketrampilan Menulis Cerpen
Proses pembelajaran membutuhkan ruang bagi siswa untuk melatih
ketrampilan menulis. Kemampuan siswa untuk menulis cerpen tidak begitu
saja dimiliki oleh siswa. Strategi Magnifying or Shrinking a Topic ini dapat
digunakan untuk menentukan ide pokok yang akan ditulis siswa dalam cerpen
yang mereka tulis.
12
Siswa kadang-kadang menulis banyak untuk membuat sebuah bagian
dari cerita dan kemudian bergegas mencari ide pokok. Oleh karena itu, ide
pokok dari cerita mereka kadang-kadang membutuhkan perluasan. Strategi ini
akan mengajarkan siswa bagaimana menemukan titik fokus yang perlu
pembesaran atau perluasan dan bagaimana menjelaskan ide pokok tersebut. Ini
juga akan membantu mereka fokus pada cerita yang terlalu bertele-tele dan
perlu penyusutan.
Langkah-langkah dalam pembelajaran menulis cerpen dengan strategi
Magnifying or Shrinking a Topic adalah sebagai berikut:
a. Ketika siswa memulai menulis cerpen tekankan bahwa setiap cerita
pendek harus memiliki momen penting yang membahas tujuan dari cerita,
dan menginstruksikan siswa untuk mengidentifikasi saat-saat penting atau
kejadian cerita mereka. Seringkali unsur ini hilang dari menulis, siswa
sering mengoceh dari acara ke acara. Jika peristiwa penting yang hilang,
siswa perlu mengeksplorasi topik untuk menemukannya.
b. Setelah momen penting atau peristiwa penting telah ditemukan, siswa
diarahkan agar memahami teknik-teknik untuk perluasan cerita atau
pembesaran cerita, diantaranya sebagai berikut:
1. Membangun arti dari suatu tempat atau area atau mengembangkannya.
Menambah bahasa dan membangun tempat atau suasana, memberikan
pembaca arti dari tempat dalam cerita. Ini dapat membantu siswa
untuk membayangkan diri mereka dalam mengendalikan cerita.
13
Mereka harus menulis untuk menunjukkan pembaca apa yang dilihat
dari cerita. Rincian yang ditambahkan seharusnya tidak mengalihkan
perhatian dari cerita, tetapi menambahkan untuk memberikan arti yang
lebih bagi cerita tersebut.
2. Mengembangkan nada atau intonasi. Dengan pengembangan bahasa
“rasa” dari situasi cerita. Apakah tempat yang menyeramkan atau
tempat yang dingin? Bahasa tambahan yang menunjukkan perasaaan
karakter akan memperluas atau memperbesar isi dari cerita.
3. Memperlambat berlalunya waktu. Mintalah siswa membayangkan
momen penting dalam gerakan lambat dan menggambarkannya
bingkai demi bingkai. Seorang penulis memperlambat suatu bagian
dengan menambahkan rincian lebih lanjut, memungkinkan pembaca
untuk menikmati itu.
4. Tambahkan dialog. Interaksi karakter dan bagaimana mereka
berkomunikasi dengan satu sama lain dapat menempatkan pembaca
dalam adegan pemikiran karakter.
5. Tambahkan “pemikiran penasaran”. Penjelasan yang membuat si
pembaca menjadi penasaran dengan setiap alur cerita dan berfikir
bahwa cerita itu asli adanya, “pemikiran penasaran” dapat
meningkatkan ketegangan atau ketidakpastian.
6. Berilah istilah-istilah agar secara tidak langsung memberikan tugas
bagi si pembaca untuk menyimpulkan pada sebuah cerita. Carilah
14
model ini dalam sastra dan penulisan dewasa untuk berbagi dengan
siswa.
c. Tulisan siswa sering mengandung banyak rincian yang memperlambat
cerita ditempat yang salah. Pembaca menjadi bosan dan pikiran mereka
mengembara. Mintalah siswa mengidentifikasi tempat-tempat ini dalam
tulisan mereka sendirri. Siswa dapat melakukan penyusutan kata atau
kalimat dalam cerita setelah melakukan identifikasi terhadap hasil karya
cerita mereka. Dimana sebagai penulis muda akan lebih baik untuk belajar
pada penulis yang telah handal agar dapat membuang kalimat dan paragraf
untuk meningkat isi mereka.
d. Cara siswa untuk melakukan penyusutan untuk menghindari perluasan
yang tidak perlu antara lain sebagai berikut:
1. Fokus pada satu ruang kecil waktu. Seorang mahasiswa yang menulis
tentang satu hari untuk menggambarkan lima menit naik roller coaster
atau seluruh musim panas untuk menggambarkan satu acara di kamp,
membutuhkan fokus. Mengubah titik awal kertas akan membantu
penulis mencapai fokus ini. Jika penulis dimulai dengan acara yang
signifikan dan menggunakan teknik dari langkah ke2 untuk
mengeksplorasi, ia akan dapat fokus perbagian bagiannya.
2. Carilah pengulangan. Jika rincian menambahkan informasi atau negara
jelas sama, mereka harus dihilangkan.
15
3. Hindari kalimat yang bertele-tele. Jika dialog membawa cerita, perlu
melihat dengan mata kritis. Menjaga dialog penting dan menggunakan
deskripsi untuk membawa arah kedalam isi cerita
4. Hindari terlalu banyak deskripsi. Jika terlalu banyak detail
ditambahkan, cerita dapat menjadi terlalu lambat. Siswa dapat daftar
informasi untuk semua panca indera ketika satu atau dua akan
mengatur nada.
E. Penerapan metoda pembelajaran Strategi Magnifying or Shrinking a Topic dalam menulis cerpen
F. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian Novara Andini “Keefektifan Strategi Image Streaming dalam
Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10
Yogyakarta”. Persamaan penelitian ini sama-sama menggunakan strategi
dalam pembelajaran menulis cerpen. Perbedaannya terletak pada strategi
yang digunakan. Novara menggunakan strategi Image Streaming
sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan strategi
Magnifying or Shrinking a Topic. Hasil penelitian Novara terbukti efektif
dibandingkan peembelajaran menulis cerpen tanpa menggunakan strategi
Image Streaming. Hasil perhitungan uji-t skor posttest kelompok
eksperimen dan skor posttest kelompok kontrol menghasilkan t hitung
1,360 dengan db 60 diperoleh nilai p=0,000. Nilai p lebih kecil dari taraf
16
signifikasi 5% (p=0,000<0,05). Hasil uji-t tersebut menunjukkan terdapat
perbedaan ketrampilan menulis cerpen signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan strategi Ima]ge Streaming.
Hasil uji-t skor pretest dan posttest kelompok eksperimen menghasilkan t
hitung sebesar 18,914 dengan db 30 dan nilai p=0,000. Hal tersebut
menunjukkan bahwa strategi Image Streaming efektif digunakan pada
pembelajaran menulis cerpen di X SMA N 10 Yogyakarta.
b. Penelitian Pratita Tiara Raissaka “Keefektifan Penggunaan Strategi Peta
Konsep Laba-Laba dalam Pembelajaran Ketrampilan Menulis Cerpen
pada Siswa XII SMA Negeri Seyegan Sleman”. Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat perbedaan ketrampilan menulis cerpen yang
signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan strategi peta konsep laba-laba dengan siswa yang mengikuti
tanpa menggunakan peta konsep laba-laba. Hal tersebut terbukti dari hasil
uji-t yang dilakukan pada skor posttest antara kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen th sebesar -14,245 dengan df 62 dan P sebesar
0,000. Jadi nilai P 0,05 yang berarti signifikan. Hasil uji-t skor pretest dan
posttest kelompok eksperimen menghasilkan th sebesar -26,587 dengan df
dan nilai p=0,000. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan strategi peta
konsep laba-laba efektif digunakan dalam pembelajaran ketrampilan
menulis.
c. Esti Banowati “Keefektifan Penggunaan Strategi Story Writing Map dalam
Pembelajaran Menulis Cerpen pada Siswa X SMA PGRI Temanggung”.
17
Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, pembelajaran menulis cerpen
siswa kelas X SMA PGRI Temanggung dengan menggunakan Story
Writing Map lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran menulis
cerpen tanpa menggunakan Story Writing Map. Kedua, adanya perbedaan
yang signifikan pada skor pretest dan posttest menulis cerpen kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen. Hasil uji-t skor pretest dan posttest
kelompok eksperimen menghasilkan t hitung sebesar -20,420, df 25. Hasil
perhitungan p= 0,000 dan taraf signifikansi 5%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa strategi Story Writing Map efektif digunakan pada pembelajaran
menulis cerpen bilai p < 0,05 = signifikan.
d. Widiarti “Keefektifan Model Sinektik dalam Pembelajaran Ketrampilan
Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Purworejo”. Kesimpulan
pertama dari penelitian ini adalah perbedaan yang signifikan antara
ketrampilan menulis cerpen kelompok yang mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model sinektetik dan kelompok yang tidak
mengikuti pembelajaran dengan model sinektetik. Kesimpulan kedua yaitu
model sinektetik lebih efektif digunakan dalam pembelajaran ketrampilan
menulis cerpen kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol yang
tidak mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model sinektetik.
G. Hipotesis
18
Hipotesis dalam penelitian ini ada dua, yaitu hipotesis nihil dan
hipotesis kerja. Hipotesis nihil (Ho) dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran ketrampilan
menulis cerpen yang menerapkan strategi Magnifying or Shrinking a
Topic dengan pembelajaran ketrampilan menulis cerpen tanpa menerapkan
strategi Magnifying or Shrinking a Topic.
b. Penggunaan Magnifying or Shrinking a Topic dalam pembelajaran
ketrampilan menuliscerpen tidak efektif dibandingkan dengan
pembelajaran tanpa Magnifying or Shrinking a Topic.
Adapun hipotesis kerja (Ha) dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran ketrampilan menulis
cerpen yang menggunkan Magnifying or Shrinking a Topic dengan
pembelajaran menulis cerpen tanpa menggunakan Magnifying or
Shrinking a Topic.
b. Penggunaan Magnifying or Shrinking a Topic dalam pembelajaran menulis
cerpen lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menerapkan
Magnifying or Shrinking a Topic.
19
BAB III
Kerangka Teori
Menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk
tulis. Menulis adalah kegiatan yang kompleks. Dalam kegiatan menulis
memerlukan kemampauan berbahasa yang lain seperti kemampuan membaca.
Berdasarkan hal tersebut, siswa seiring merasa kesulitan dalam melakukan
kegiatan menulis. Kesulitan-kesulitan yang sering dihadapi oleh siswa sebelum
menulis adalah menemukan ide yang akan ditulis, kosa kata yang dimiiki masih
terbatas, dan motivasi yang kurang untuk menulis.
Berbagai macam masalah yang menghalangi siswa dalam menulis dapat
diatasi dengan berbagai macam solusi. Salah satu solusi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa adalah menggunakan strategi
Magnifying or Shrinking a Topic pada pembelajaran menulis cerpen. Strategi
Magnifying or Shrinking a Topic lebih mengedapankan pengembangan konflik
cerita secara mendalam di dalam menulis cerpen
.
A. Metode Penelitian
20
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Arikunto
(2006: 3) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen adalah suatu cara
untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausalitas) antara dua
faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengurangi faktor-
faktor lain yang mengganggu sehingga diketahui akibat yang ditimbulkan
dari suatu perlakuan yang dilakukan.
Penelitian penerapan strategi Magnifying or Shrinking a Topic
dalam pembelajaran menulis cerpen dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana efektifitasnya dalam menunjang keberhasilan pembelajaran menulis
cerpen.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode eksperimen
dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Apabila
digambarkan sebagai berikut.
Tabel 1: Control Group Pretest Posttest Design
Kelompok Pretest Perlakuan PosttestE O1 X O2
K O3 - O4
Keterangan:
E : Kelompok eksperimen
K : Kelompok kontrol
O1 : Pretest kelompok eksperimen
O2 : Posttest kelompok eksperimen
O3 : Pretest kelompok kontrol
21
O4 : Posttest kelompok kontrol
X : Perlakuan dengan metode dua tinggal dua tamu
Sugiyono (2011:85)
2. Variabel Penelitian
Variabel (Arikunto: 126) adalah gejala yang bervariasi yang
menjadi objek penelitian. Variabel penelitian merupakan objek yang
menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini,
variabel terdapat variabel bebas dan variabel terikat.
a) Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang
mempengaruhi variabel yang lain (Jonathan Sarwono 2006 metode
penelitian kuantitatif & Kualitatif Sleman: Graha Ilmu) dalam
penelitian ini adalah strategi Magnifying or Shrinking a Topic dalam
pembelajaran menulis cerpen. Strategi tersebut akan diberikan kepada
siswa pada kelompok eksperimen. Namun pada kelompok kontrol
tidak mendapat perlakuan menggunakan strategi Magnifying or
Shrinking a Topic dalam pembelajaran menulis cerpen.
b) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis
cerpen. Variabel terikat ini berupa skor yang diperoleh dari tes
kemampuan menulis cerpen yang telah dilakukan oleh siswa.
3. Definisi Operasional Variabel
Pada setiap variabel dalam penelitian ini memiliki pengertian yang
sama. Untuk itu, agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda terhadap
istilah yang ada dalam penelitian ini maka berikut ini akan dijelaskan
22
definisi operasional pada masing-masing variabel baik variabel bebas
maupun variabel terikat.
a) Strategi Magnifying or Shrinking a Topic adalah Strategi yang
mengajarkan siswa bagaimana menemukan titik fokus yang perlu
pembesaran atau perluasanan untuk menjelaskan suatu ide pokok.
Selain itu, strategi ini dapat membantu siswa untuk fokus pada cerita
sehingga tidak bertele-tele.
b) Cerpen adalah cerita fiksi bentuk prosa yang singkat padat, yang unsur
ceritanya terpusat pada suatu peristiwa pokok, sehingga jumlah dan
pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan cerita memberikan
kesan tunggal.
4. Populasi dan Sempel Penelitian
a) Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 2 Ngaglik Sleman tahun ajaran 2013/2014. Seluruh siswa
tersebut terbagi dalam tiga kelas yaitu XA, XB, dan XC.
b) Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari keseluruhan kelas X
SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman. Teknik pengambilan sempel dalam
penelitian ini menggunakan teknik Sampel Random (sampel acak)
yaitu peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga
semua subjek dianggap sama (Arikunto: 134). Pemilihan sampel dalam
penelitian ini menggunakan cara undian. Jadi peneliti dengan memilih
sampel penelitian secara acak dengan cara diundi dari semua kelas X.
Dalam penentuan kelas kontrol dan eksperimen juga dilakukan dengan
23
cara diundi dari kedua kelas yang telah terpilih sebagai sampel
penelitian sebelumnya.
5. Prosedur Penelitian
a) Tahap Pra eksperimen
Pada tahap ini, ditentukan dua kelas yang menjadi subjek penelitian.
Satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelas yang lain menjadi
kelompok kontrol. Setelah itu, semua kelompok melakukan pretest
guna mengetahui kemampuan awal siswa dalam keterampilan menulis
cerpen. Hasil dari pretest ini kemudian akan dibandingkan dengan
hasil akhir siswa setelah dilakukan tindakan dalam pembelajaran
keterampilan menulis cerpen.
b) Tahap Eksperimen
Pada tahap praeksperimen telah dilakukan pretest pada kedua
kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen). Maka telah
diketahui bahwa pada kedua kelompok tersebut masing-masing
dipastikan memiliki kemampuan awal yang sama dalam keterampilan
menulis cerpen. Tahap selanjutnya yaitu tahap eksperimen. Pada tahap
ini, siswa pada kelas kontrol akan tetap melakukan pembelajaran
keterampilan menulis cerpen secara konvensional sedangkan pada
kelompok eksperimen akan mendapat pelakukan pembelajaran
keterampilan menulis cerpen menggunakan strategi Magnifying or
Shrinking a Topic. Dalam pemberian perlakuan terhadap kelompok
24
eksperimen melibatkan metode pembelajaran (kolaborasi), siswa,
guru/pengajar, dan peneliti.
c) Tahap Pasca eksperimen
Pada tahap ini, peneliti memberikan tes pada siswa kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Berdasarkan hasil tes tersebut peneliti melihat ada
atau tidaknya perbedaan yang signifikan pada kelompok kelas kontrol
dan kelas eksperimen. Maka peneliti dapat menyimpulkan adanya
pengaruh baik atau tidak dari strategi Magnifying or Shrinking a Topic
dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen.
d) Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar penilaian menulis.
Lembar penilaian tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam
menilai hasil tes menulis cerpen para siswa. Lembar yang digunakan
akan mengacu pada model penilaian tugas menulis yang telah dirinci
dan disertai skor penilaian berdasarkan karakteristik teks deskripsi.
Berdasarkan acuan lembar penilaian tersebut akan diperoleh skor yang
diperoleh siswa. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam teks deskripsi
hasil tulisan siswa yaitu aspek isi, aspek organisasi teks, aspek
penggunaan bahasa, aspek kosa kata, dan aspek mekanik penulisan
teks.
25
Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat
diukur dengan beberapa cara yaitu dengan validitas pertimbangan
melalui analisis rasional dan validitas berdasar analisis data empirik
(Nurgiantoro: 339-341). Validitas berdasar analisis rasional terdiri dari
validitas isi (content validity) dan konstruk (construct validity).
Sedangkan validitas berdasar analisis data empirik terdiri dari validitas
sejalan (concuren validity) dan ramalan (predictive validity).
e) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
berupa tes. Teknik pengumpulan data dengan cara tes digunakan untuk
mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi (Arikunto:
223). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini
menggunakan pengumpulan data menggunakan teknik tes. Tes
digunakan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam menulis
cerpen sesudah dan sebelum strategi Magnifying or Shrinking a Topic
diterapkan dalam menulis cerpen pada siswa. Melalui tes ini, peneliti
dapat mengetahui seberapa jauh perkembangan siswa dalam
pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi Magnifying or
Shrinking a Topic.
f) Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji-t. Uji –t digunakan untuk menguji perbedaan mean kedua
kelompok dalam penelitian ini. Dimana kelompok eksperimen adalah
26
kelompok yang telah mendapat perlakuan dengan menggunakan
strategi Magnifying or Shrinking a Topic dan kelompok kontrol
merupakan yang tidak mendapat perlakuan dengan menggunakan
strategi Magnifying or Shrinking a Topic. Teknik analisis data yang
menggunakan uji-t harus memenuhi persyaratan yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas. Penghitungan uji normalitas, uji homogenitas dan
uji-t menggunakan komputer program SPSS seri 17,00.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui kepastian
sebaran data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan.
Uji normalitas ini menggunakan teknik Kolmogorov Smirov (uji K-
S) seperti yang diungkapkan oleh Nurgiantoro (2009:114).
Interpretasi hasil normalitas dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-
tailed). Adapun interpretasi dari uji normalitas adalah sebagai
berikut.
• Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari tingkat Alpha
5% (Asymp. Sig. (2-tailed)>0,05) dapat disimpulkan bahwa
data berasal dari populasi yang berdistriusi normal.
• Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari tingkat Alpha
5% (Asymp. Sig. (2-tailed)<0,05) dapat disimpulkan bahwa
data berasal dari populasi yang berdistriusi tidak normal.
2) Uji Homogenitas
27
Uji homogenitas dilakukan untuk melihat seragam tidaknya
variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji
didasarkan pada asumsi bahwa apabila varians yang dimiliki oleh
sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda, maka
sampel-sampel tersebut cukup homogen. Menurut Nurgiyantoro
(2009:216), untuk mengkaji homogenitas varian tersebut perlu
dilakukan uji statistik (test of variance) pada distribusi skor
kelompok-kelompok yang bersangkutan.
Perhitungan uji homogenitas dalam penelitian ini
selengkapnya dibantu dengan program komputer SPSS versi 17,00.
Interpretasi hasil uji homogenitas dengan melihat nilai Sig. (2-
tailed). Adapun interpretasinya adalah sebagai berikut.
• Jika signifikan lebih kecil dari 0,05 (Sig. (2-tailed.< Alpha),
maka varian berbeda secara sinifikan (tidak homogen).
• Jika signifikan lebih besar dari 0,05 (Sig. (2-tailed. >Alpha),
maka kedua varian sama secara sinifikan (homogen)
3) Uji-t
Uji-t digunakan untuk menghitung perbedaan rata-rata
hitung. Hasilnya akan menunjukkan adanya perbedaan secara
signifikan atau tidak signifikan. Uji-t dapat digunakan untuk
menghitung distribusi sampel bebas (independent samples)
maupun sampel berhubungan (correlated samples atau paired
samples) (Nurgiyantoro, 2009: 182). Sampel dalam penelitian ini
28
berasal dari populasi yang berbeda (independent sample),
kemudian dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05.
Perhitungan uji homogenitas dalam penelitian ini selengkapnya
dibantu dengan program komputer SPSS versi 17,00
4) Uji hipotesis
Menurut Arikunto (2006: 73-74) hipotesis terbagi menjadi
dua jenis. Yang pertama adalah hipotesis kerja (Ha). Hipotesis
kerja (Ha) menyatakan adanya hubungan anatara variabel X dan Y,
atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Biasa disebut dengan
hipotesis nol (Ho). Hipotesis yang kedua adalah hipotesis stataistik
atau sering disebut juga dengan hipotesis nol (Ho). Hipotesis ini
biasanya digunakan dalam penelitian yang bersifat ststistik dan
menggunakan perhitungan statistik. Hipotesis nol (Ho) menyatakan
tidak adanya perbedaan pengaruh antara variabel X dan variabel Y.
• Ha = U1 ≠ U2
• H0 = U1 = U2
Keterangan:
Ha = ada perbedaan kemampuan keterampilan menulis cerpen
yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or
Shrinking a Topic dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran secara konvensional.
29
H0 = tidak ada perbedaan kemampuan keterampilan menulis
deskriptif yang signifikan antara siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan strategi Magnifying or
Shrinking a Topic dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran secara konvensional.
• Ha = U1 ≠ U2
• H0 = U1 = U2
Keterangan:
Ha = strategi Magnifying or Shrinking a Topic efektif digunakan
dalam pembelajaran menulis teks deskriptif pada siswa
kelas X.
H0 = strategi Magnifying or Shrinking a Topic tidak lebih efektif
untuk digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen pada
siswa kelas X.
Perhitungan uji homogenitas dalam penelitian ini selengkapnya
dibantu dengan program komputer SPSS versi 17,00.
5) Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah sebagai berikut.
No
.Kegiatan
Waktu
Oktober November Desember JanuariFebruari
1Penyusunan
proposalV V
30
2 Pengurusan ijin V v
3Pelaksanaan uji
coba instrumentv
4Pelaksanaan
instrumentv
5Penyusunan
laporanv v
6Pelaksanaan
ujianv
31
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asura, Enang Rokajat. 2005. Panduan Praktis Menulis Skenario dari Iklan
sampai Sinetron.Sleman : Andi.
B. Lane, After the End (Portsmouth, New Hampshire: Heinemann, 1993).
B. Lane, Reviser’s Toolbox (Shoreman, Vermont: Discover Writing Press,
1999).
Dalman. 2012. Menulis karya ilmiah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Nurgiyantoro, B., Gunawan & Marzuki. 2004. Statistik Terapan untuk
Penelitian Ilmi-ilmu Sosial. Sleman: Gadjah Mada University Press.
Nurjamal, Daeng dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung: ALFABETA
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan
Metode R & D. Bandung: Alfabeta.
Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Sleman : Pustaka.
32