skripsi revisi 1

Upload: dede-suhada

Post on 17-Oct-2015

56 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Skripsi Penelitian

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok. Badan Pusat Statistik (2013), melaporkan bahwa produksi padi tahun 2012 sebesar 69,05 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami kenaikan sebesar 3,29 juta ton (5%) dibandingkan dengan tahun 2011. Kenaikan produksi tersebut terjadi karena peningkatan luas panen seluas 239,80 ribu hektar (1,82%) dan kenaikan produktifitas sebesar 1,56 kuintal/ha (3,13%). Kenaikan produksi padi tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya memberikan dorongan untuk mengupayakan agar produksi padi terus meningkat di tahun berikutnya.Salah satu cara untuk mengimbangi laju kebutuhan beras yaitu dengan meningkatkan produksi padi melalui program ekstensifikasi di lahan kering. Keberadaan lahan kering di Indonesia yang tersedia sangat luas, lebih dari 55,6 juta ha. Tersedianya lahan kering tersebut memberikan peluang besar bagi upaya peningkatan produksi padi nasional. Hal ini telah diprogramkan oleh pemerintah yang akan meningkatkan areal tanam di lahan kering seluas 400.000 ha hingga tahun 2014 (Bappenas, 2010).Perluasan areal padi di lahan kering perlu diikuti dengan intensifikasi pertanian berupa pemanfaatan varietas yang adaptif di lahan kering. Kelompok padi yang cocok untuk lahan kering dikenal dengan nama padi gogo. Produktivitas padi gogo saat ini masih jauh dibandingkan dengan rata-rata produktivitas padi sawah. Produktivitas padi gogo tahun 2011 sebesar 3,30 ton/ha, masih jauh dibandingkan dengan produktivitas padi sawah. Produksi padi gogo baru mencapai 3,23 juta ton tahun 2011, sedangkan padi sawah mencapai 62,53 juta ton tahun 2011. Ini berarti padi gogo memberikan kontribusi yang kecil terhadap produksi padi nasional (5,17%). Luas panen padi gogo baru mencapai 1,05 juta ha tahun 2011, sedangkan luas panen padi sawah mencapai 12,17 juta ha tahun 2011 (Kementan 2012).Menurut Toha dan Daradjat (2008), hal-hal yang menjadi faktor pembatas produktivitas padi gogo adalah ketersediaan unsur hara yang tidak tercukupi di dalam tanah yang dapat menyebabkan defisiensi unsur hara. Topografi berlereng dan tekstur yang ringan pada lahan kering menyebabkan tanah tidak dapat menyimpan air. Tidak adanya genangan menyebabkan gulma tumbuh bersamaan dengan tanaman padi gogo. Penyakit blas (Pyricularia grisea) yang merupakan penyakit utama padi gogo juga menjadi salah satu pembatas yang dihadapi pada produksi padi gogo di lahan kering.Faktor penghambat pada produksi padi gogo dapat diatasi dengan menanam varietas padi gogo yang memiliki daya hasil tinggi dan umur genjah. Oleh karena itu perakitan padi gogo berdaya hasil tinggi dengan beberapa sifat khusus telah dan sedang dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Unsoed, dalam rangka menyediakan varietas unggul padi yang sesuai untuk lahan lingkungan sub-optimal dan fungsional (Susanti et al. 2011). Beberapa sifat khusus tersebut adalah padi gogo berdaya hasil tinggi-aromatik, daya hasil tinggi-efisien hara,daya hasil tinggi-protein tinggi dan daya hasil tinggi-kandungan Fe tinggi. Jumlah varietas padi gogo yang telah dilepas pemerintah sampai saat ini masih terbatas, antara lain Situ Bagendit, Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang, Batutegi, Towuti, Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6 dan Inpago 8 (BB Padi 2012).Varietas padi gogo dengan daya hasil tinggi dapat diperoleh dengan melakukan serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman. Peningkatan daya hasil padi gogo sudah sejak lama dilakukan di seluruh dunia melalui persilangan/hibridisasi dalam spesies maupun antar spesies, serta mutasi.

Penggunaan varietas yang memiliki umur genjah berarti tanaman padi memiliki umur kurang dari 110 hari. Umur padi gogo yang kurang dari 110 hari dan sistem tanam tugal, memberikan petani lahan kering berpeluang menanam padi gogo dua kali dalam satu tahun. Penanaman dua kali ini diharapkan mampu meningkatkaan produksi padi pada luasan lahan kering yang sama, pada kurun waktu tertentu. Peluang ini telah diujikan pada padi sawah, melalui penerapan IP padi 400, di mana petani dapat menanam dan panen padi dari luasan yang sama empat kali dalam satu tahun.Varietas baru dengan keunggulan sifat tertentu dapat diperoleh melalui program pemuliaan tanaman, salah satunya dengan cara melakukan suatu persilangan antar dua tetua yang mempunyai sifat berbeda. Dengan adanya persilangan diharapkan mampu memperoleh keragaman genetik yang selanjutnya dilakukan seleksi.

Padi gogo galur F7 berdaya hasil tinggi dan berumur genjah merupakan hasil seleksi keturunan persilangan dari G39 dengan Silugonggo. Galur 39 (G39) merupakan salah satu galur hasil persilangan padi antara Danau Tempe x Mentik Wangi. G39 memiliki sifat diantaranya umur 112-113 hari setelah tanam (hst), tinggi tanaman 106-113 cm, tanamannya tahan rebah, tahan rontok, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 20,64%. Selain itu, galur padi ini sifat produksi tinggi yaitu rata-rata hasil 4,18 ton/hektar serta sifat khusus dari galur ini adalah aromatik (Ganesatria, 2010).

II. TINJAUAN PUATAKAA. Karakteristik Padi Gogo

Istilah padi gogo diajukan pada berbagai varietas padi yang biasanya ditanam pada lahan kering. Benih padi disebar atau ditugal, kemudian dipelihara sampai tanaman matang panen. Kelembaban tanah sebagai sumber pertumbuhan diperoleh dari hujan (Chang dan Vergara, 1975).

Beberapa perbedaan padi gogo dibandingkan dengan padi sawah adalah sebagai berikut : padi gogo mempunyai tinggi tanaman sekitar 36 cm lebih tinggi dari padi sawah, sehingga peka terhadap kerebahan. Jumlah daun per rumpun lebih sedikit, tetapi daun padi gogo lebih lebar dan tebal. Daun yang lebar memungkinkan ketersediaan hasil fotosintesis yang lebih banyak sehingga anakan lebih berat dan batang lebih tinggi dari pada padi sawah (Anonymous, 1973).

Kebanyakan varietas padi gogo berbuku tebal dan buku-bukunya cepat mengalami penuaan pada saat gabah matang dan pada saat ini padi mudah rebah (Chang dan Vergara, 1975).

Menurut Van Dat, Peterson dan Rutger (1978), tingginya tanaman padi disebabkan oleh panjangnya ruas-ruas pada batang. Selai itu De Datta, Tauro dan Baloing (1968) serta Van Dat et al (1978) juga mengatakan bahwa pemupukan nitrogen secara berlebihan dapat menambah tinggi tanaman secara menyolok karena pemanjangan ruas batang bawah, batang menjadi lebih sukulen, tajuk tumbuh lebat dan tanaman mudah rebah.

Varietas-varietas padi yang tinggi cenderung memiliki hasil total yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas yang lebih pendek. Hal ini berhungan dengan tingginya tingkat kerebahan pada varietas yang tinggi tersebut (De Datta, Tauro dan Baloing, 1968).

B. Syarat Tumbuh Padi Gogo

Iklim sangat menentukan kehidupan tanaman, termasuk pertumbuhan tanaman. Ketinggian tempat yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman padi gogo yang baik adalah 0 1300 meter dari permukaan laut. Ketinggian tempat ini berkaitan dengan suhu udara sehingga untuk pertumbuhan padi gogo yang baik adalah pada suhu 15 30 0C, sedangkan curah hujan yang diperlukan adalah 60 1200 mm/tahun selama fase pertumbuhan. Begitu juga keadaan tanah, padi gogo memerlukan tanah yang cukup subur dan gembur, meskipun tanpa pengairan. Tanah yang cocok untuk pertanaman padi gogo adalah tanah alluvial (endapan), latosol (tanah merah) dan grumosol (Aak, 1990).C. Budidaya Padi Gogo

Hal yang perlu dilakukan pada saat budidaya padi gogo antara lain :

a. Penyiapan lahan : lahan diolah pada kondisi kering, dapat dilakukan secara olah tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum (OTM), dan atau tanpa olah tanah (TOT).

b. Penanaman : waktu tanam tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan menentukan keberhasilan tanaman. Penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang).c. Pemupukan : Urea, SP36, dan KCl sesuai kesuburan tanah setempat. Urea diberikan bagian pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tugal dengan keseluruhan takaran SP36 dan KCl. Sisa urea diberikan saat tanaman berumur 40 hari setelah tugal.d. Pengendalian gulma : dilakukan pada saat pengolahan tanah, penyiangan manual secara rutin menggunakan sabit atau parak, dan penggunaan herbisida.e. Pengendalian hama dan penyakit : melalui penyemprotan pestisida.f. Panen : dilakukan sebaiknya pada fase masak panen dengan ciri kenampakan 90% gabah sudah meguning. (BP2TP, 2010)D. Perakitan Varietas Unggul Padi Gogo

Menurut Badan Litbang Pertanian (2007), varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan kualitas produk pertanian. Kontribusi nyata varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional antara lain tercermin dari pencapaian swasembada beras pada tahun 1984. Varietas sebagai salah satu komponen produksi telah memberikan sumbangan sebesar 56% dalam pening-katan produksi, yang pada dekade 1970-2000 mencapai hampir tiga kali lipat. Oleh karena itu, maka salah satu titik tumpu utama peningkatan produksi padi adalah perakitan dan perbaikan varietas unggul baru (Balitpa, 2004).

Hapsah (2005) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan varietas unggul baru. Menurut Imran et al. (2003), upaya untuk terus menemukan dan mengembangkan varietas yang lebih unggul (kualitas dan kuantitas, termasuk aromatik) dan mempunyai daya adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan tumbuh tertentu (spesifik) merupakan salah satu kebijakan yang tepat untuk pengembangan usaha tani padi yang produktif, efektif dan efisien di masa yang akan datang. Makarim & Las (2005) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil maksimal dari penggunaan-penggunan varietas baru, diperlukan lingkungan tumbuh yang sesuai agar potensi hasil dan keunggulannya dapat terwujudkan.

Lubis et al. (1999) dan Baehaki (2001), menyata-kan varietas unggul baru merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan hasil dan mengantisipasi kegagalan usaha tani padi sawah di tingkat petani, dimana varietas unggul yang beredar sekarang pada suatu saat hasilnya akan menurun dan ketahanannya terhadap hama dan penyakit tertentu akan berkurang.

Dengan adanya tindakan perbaikan tersebut diharapkan pemulia tanaman dapat menemukan atau menghasilkan varietas baru yang mempunyai sifat-sifat unggul tertentu. Dengan demikian hasil akhir dari pekerjaan pemuliaan tanaman adalah berupa varietas baru yang lebih unggul dalam beberapa karakter penting daripada varietas yang sudah ada.

Perkembangan varietas unggul padi gogo tidak sepesat padi sawah. Sampai tahun 1990, tingkat penggunaan varietas unggul padi gogo oleh petani baru mencapai 3,7 %. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya ketersediaan benih dan kurangnya minat penangkar untuk memproduksi benih padi gogo karena hasilnya rendah. Dalam pengadaan benih penangkar biasanya memilih varietas yang popular dan berdaya hasil tinggi. Hal ini yang menyebabkan rendahnya tingkat adopsi varietas unggul padi gogo oleh petani adalah mutu beras dan rasa nasinya kurang sesuai dengan selera konsumen (Lubis et al., 1995). Pengujian daya hasil merupakan suatu langkah yang harus ditempuh dalam usaha mendapatkan varietas unggul (Hanarida et al., 1989).

Tujuan perbaikan varietas adalah menggabungkan sejumlah sifat dari beberapa tetua sehingga dihasilkan varietas yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan. Sifat kualitatif dan kuantitatif dalam pemuliaan tanaman mendapat perhatian pemulia tanaman karena pada dasarnya sifat-sifat tersebut yang ingin di perbaiki oleh pemulia. Menurut Carsono (2008), melalui kegiatan pemuliaan tanaman diharapkan dapat dihasilkan beragam kultivar unggul baru. Diharapkan selain memiliki produktivitas yang tinggi, kultivar baru juga memiliki beberapa karakter lain yang mendukung upaya peningkatan kualitas dan daya saing. Kegiatan pemuliaan tanaman yang umum digunakan untuk merakit varietas baru adalah persilangan yang dilanjutkan dengan seleksi. Seleksi dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Seleksi langsung dapat diartikan sebagai pemilihan secara langsung genotip-genotip terbaik berdasarkan karakter-karakter yang memenuhi kriteria seleksi. Seleksi tidak langsung dapat diartikan sebagai pemilihan secara tidak langsung genotip-genotip terbaik berdasarkan karakter-karakter yang dinilai memiliki hubungan dengan tujuan akhir program pemuliaan (Limbongan, 2008).

Secara umum sifat-sifat yang diinginkan pada varietas padi gogo adalah berdaya hasil tinggi, anakan sedang, malai lebat dan panjang, umur genjah atau sangat genjah dan toleran terhadap kekeringan (Lubis, 1995).Padi gogo galur F7 berdaya hasil tinggi dan berumur genjah merupakan hasil seleksi keturunan persilangan dari G39 dengan Silugonggo. Galur 39 (G39) merupakan salah satu galur hasil persilangan padi antara Danau Tempe x Mentik Wangi. G39 memiliki sifat diantaranya umur 112-113 hari setelah tanam (hst), tinggi tanaman 106-113 cm, tanamannya tahan rebah, tahan rontok, tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 20,64%. Selain itu, galur padi ini sifat produksi tinggi yaitu rata-rata hasil 4,18 ton/hektar serta sifat khusus dari galur ini adalah aromatik (Ganesatria, 2010).

Padi varietas Silugonggo merupakan padi yang termasuk ke dalam golongan padi cere (padi indica). Panen pada umur 85-90 hari. Bentuk tanaman tegak dan mempunyai tinggi tanaman antara 80-85 cm. Tanaman padi ini bisa mempunyai jumlah anakan produktif antara 9-11. Tahan terhadap serangan hama wereng coklat biotipe 1 dan 2, tahan terhadap penyakit blas, dan tidak tahan hawar daun bakteri (Suprihatno et al., 2009).

Padi Silugonggo memiliki tekstur agak pulen. Varietas ini dapat dikembangkan sebagai padi sawah atau gogo, beradaptasi baik pada lingkungan tumbuh rawan kekeringan, cocok ditanam pada daerah di bawah 500 m dpl. Potensi hasil padi silugonggo 5,5 ton/ha, sedangkan rata-rata hasil 4,5 ton/ha (Litbang, 2009).

Sejumlah galur F7 hasil persilangan G39 dengan Silugonggo memiliki keunggulan diantaranya tinggi tanaman tergolong sedang sampai pendek berpotensi untuk dikembangkan menjadi varietas yang tahan rebah, memiliki jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif lebih tinggi dari pada G39, menghasilkan persentase gabah isi per malai dan jumlah gabah per malai lebih tinggi dibanding Silugonggo. Umur panen lebih genjah dibandingkan dengan salah satu tetuanya, yaitu G39 dan menghasilkan bobot gabah lebih tinggi (Susanti et al., 2013).

Pengujian padi gogo galur F7 berdaya hasil tinggi dan berumur genjah memerlukan varietas pembanding yang berguna untuk membandingkan daya hasil galur F7 dengan tetuanya maupun dengan varietas yang sudah di tanam petani. Dalam penelitian ini varietas pembanding yang digunakan adalah padi gogo Silugonggo, Inpago Unsoed 1, dan Situ Patenggang.Penggunaan varietas Silugonggo digunakan untuk membandingkan umur panen tanaman padi gogo, karena varietas padi gogo silugonggo cenderung memiliki umur panen yang relatif lebih pendek berkisar 85 90 hari. Sedangkan varietas Inpago Unsoed 1 untuk membandingkan kualitas hasil, karena padi ini memiliki sifat aromatik dan tekstur nasi yang pulen. Serta penggunaan varietas pembanding Situ patenggang untuk membandingkan daya hasil tanaman.

Saat ini telah diperoleh galur - galur F7 yang terseleksi dari hasil persilangan Silugonggo x G39 serta resiproknya, yang dievaluasi lebih lanjut keragaan agronomik dan daya hasilnya. Galur galur tersebut antara lain; G50-3-1-2, G50-4-3-2, G50-1-2-3, G50-2-4-4, G50-3-3-2 dan G50-5-3-2. Galur hasil seleksi tersebut yang akan di jadikan bahan penelitian dalam melakukan uji daya hasil tanaman padi gogo berdaya hasil tingi dan umur genjah. Setiap galur yang sudah terseleksi memiliki sifat kualitatif maupun kuantitatif yang leih baik dibandingkan dengan varietas pembanding. Menurut data yang diperoleh berdasarkan bobot gabah per petak yang tertinggi yaitu pada galur G50-3-1-2 mencapai 3,74 kg/ha dan yang terendah yaitu 3,41 kg/ha pada galur G50-3-3-2 hasil tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding varietas Situ Patenggang, yang hanya memiliki bobot gabah per petak 1,64 kg/ha. Dari hasil materi seleksi yang memiliki umur paling genjah yaitu pada galur G50-2-4-4 dengan umur panen 93 hari dan umur panen paling lama 97 hari pada galur G50-4-3-2. Hasil tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan umur panen varietas pembanding yang hanya mencapai 89 hari. Hasil persilangan G39 dan Silugonggo ini diharapkan mampu memperbaiki daya hasil, umur panen dan kualitas padi gogo yang dihasilkan.III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara,Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Penelitian akan dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan November 2013 sampai dengan Maret 2014.

A. Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan, yaitu: galur - galur F7 hasil persilangan G39 dan Silugonggo antara lain: G50-3-1-2, G50-4-3-2, G50-1-2-3, G50-2-4-4, G50-3-3-2 dan G50-5-3-2, varietas pembanding yaitu: Inpago Unsoed 1, Silugonggo dan Situpatenggang, pupuk urea, pupuk NPK, pestisida dan sebidang tanah. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu: gunting, bambu, kertas label, tali, traktor, cangkul, timbangan analitik, kantong kertas, penggaris, meteran, pH meter, alat tulis, sabit, tugal, alat perontok padi, jaring, timbangan, kantong plastik, amplop, altimeter dan sprayer. B. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 11 genotip terdiri dari 8 galur harapan antara lain: G50-3-1-2, G50-4-3-2, G50-1-2-3, G50-2-4-4, G50-3-3-2, G50-5-3-2 dan 3 varietas pembanding yaitu Inpago Unsoed 1, Silugonggo dan Situpatenggang sebagai faktor yang dicoba dan diulang sebanyak 3 kali.

C. Variabel Pengamatan

Variabel yang diamati pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Tinggi tanaman (cm)Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi, waktu pengukuran menjelang panen2. Jumlah anakan total (batang)Dihitung jumlah anakan dalam satu rumpun padi dan dilaksanakan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman.3. Jumlah anakan produktif (batang)Dihitung jumlah anakan produktif (yang mengeluarkan malai) per rumpun, waktu penghitungan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman.4. Umur berbunga (hss)Dihitung mulai dari saat sebar atau semai sampai dengan padi mulai berbunga. Apabila 50% dari tanaman pada suatu hamparan bunganya telah mekar (Manurung dan Ismunadji,1998).5. Umur panen (hss)Dihitung mulai dari saat sebar atau semai sampai padi siap panen. Malai padi 80% telah menguning (Nugraha, 2008).6. Jumlah gabah total per malai (bulir)Dihitung dari jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai pada sampel-sampel rumpun yang diamati.7. Persentase gabah isi per malai (%)Dihitung dari jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai pada sampel-sampel rumpun yang diamati.8. Bobot 1000 biji (gram)Bobot 1000 biji diperoleh dengan mengambil 1000 biji dari tiap rumpun yang terpanen, kemudian ditimbang pada kadar air 14%. 9. Bobot gabah per rumpun (gram)Dihitung dari berat gabah kering perbaris dalam satu petak dikali dengan jumlah baris dalam petak efektif.D. Analisis Data

Data yang diperoleh akan ditabulasikan dan dianalisis ANOVA RAK dan dilanjutkan dengan uji Least Significant Increase (LSI) untuk mengetahui adanya galur yang sama atau lebih baik dari varietas pembanding berdasarkan variabel yang diamati. Berikut rumus LSI.

Jadi jika nilai rata-rata genotip baru YN lebih besar dari Yc + LSI maka dinyatakan berbeda nyata dengan varietas cek.

E. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

Hal-hal yang dilakukan pada saat persiapan adalah mencari lokasi penelitian, persiapan bahan dan alat serta penanaman materi pada lokasi penelitian dengan rancangan yang telah ditentukan.

1. Penanaman

Benih padi tidak disemai terlebih dahulu, namun langsung ditugal luas petakan 25 cm x 25 cm tanaman ditanam dengan jarak tanam 2.5 cm x 2.5 cm. Setiap lubang tanam ditanam 5 biji.2. Pemeliharaan

Setiap dua hari sekali tanaman padi dikontrol untuk mengetahui kondisinya. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam. Pengairan/irigasi melalui system tadah hujan. Pengendalian hama/penyakit tanaman padi dilakukan apabila intensitas serangan hama/penyakit sudah berada di atas ambang ekonomi.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada karakter - karakter yang dibutuhkan. Waktu pengamatan tergantung pada karakter apa yang akan diamati.4. Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika daun-daun dan gabah-gabah telah menguning (80% malai telah masak). Sekitar 3 bulan setelah penanaman. Pemanenan dilakukan per individu tanaman dengan cara memotong malai menggunakan gunting. Setelah itu, malai tersebut dimasukkan ke dalam amplop yang berbeda-beda tiap tanaman agar tidak tertukar, kemudian dijemur di bawah sinar matahari.

5. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dan kemudian dirangkai dalam bentuk tabel dan tulisan.F. Waktu Pelaksanaan

Tabel 4. Jadwal pelaksanaan penelitianKegiatan PenelitianBulan ke-

1234567

Persiapan **

Pelaksanaan penelitian *************

Pengambilan data *************

Analisis data *******

Penyusunan Skripsi*********

DAFTAR PUSTAKAAak, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogjakarta.

Anonymous, 1973. IRRI (International Rice Research Institute). Annual report for

1973. Los Banos. Laguna. Philippines Biro Pusat Statistik. 1990. Statistik Indonesia 1989. BPS. Jakarta. 593 hal.Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2012.Varietas Padi Gogo (on-line). http://bbpada.litbang.deptan.go.id/index.php/in/varietas-padi-gogo diakses 10 Oktober 2013

Badan Litbang Pertanian. 2007. Pedoman Umum Produksi Benih Sumber Padi. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. 37 hal.Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2013. Deskripsi Varietas

Padi. http://www.puslittan.bogor.net diakses tanggal 10 Oktober 2013.

Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 2010. Budidaya Tanaman Padi Gogo. Kalimantan Selatan.

Badan Pusat Statistik. 2013. Tabel Luas Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi (on-line). http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php.htm diakses 2 Oktober 2013.Baehaki, S.E. 2001. Skrining Lapangan terhadap Hama Utama Tanaman Padi.

Pelatihan dan Koordinasi Program Pemuliaan partisipatif (Shuttle Breeding) dan Uji Multi Lokasi. Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, 9-14 April 2001.Balitpa. 2004. Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani. Balitpa, Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 23 Hal.Bappenas. 2010. Rencana Kebijakan Strategis: Perluasan Areal Pertanian Baru dalam Rangka Mendukung Prioritas Nasional Ketahanan Pangan. Carsono, N. 2008. Peran temuliaan Tanaman dalam meningkatkan produksi

pertanian di Indonesia (On-Line). http://pustaka.unpad.ac.id diakses tanggal 11 November 2013.Chang, T.T. and B. S. Vergara. 1975. Varietas Diversity and Morpho. Agronomic

Charecteristics og Upland Rice, pp : 72-90. In IRRI, ed. Major Research in unpland Rice. IRRI, Philippines. De Datta, S. K. , A. C. Tauro and S. N. Baloing. 1968. Effect of Plant Type ans

Nitrogen Level on the Growth Characteristics and Grain Yield of Indica Rice in the Tropics. Agron. J. 60 : 643-647

Ganesatria, R. 2010. Identifikasi Pengaruh Sitoplasmik Tetua Betina dalam Pewarisan Sifat Kandungan Protein dan Uji Penampilan Karakter Agronomik pada Padi Populasi F1. Sripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. (Tidak dipublikasikan) 58 halaman.

Hanarida, I. S., Sahi, I., dan Diredja, M. 1990. Penampilan Beberapa Galur Harapan Padi Gogo. Dalam Prosiding Lokakarya. Penelitian Komoditas dan Studi Kasus. Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Terapan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hal 76.

Hapsah, M.D. 2005. Potensi, Peluang, dan Strategi Pencapaian Swasembada Beras dan Kemandirian Pangan Nasional. Hal. 55-70. Dalam B. Suprihatno et al. (Ed.) Inovasi Teknologi Padi Menuju Swasembada Beras Berkelanjutan. Buku Satu. Balitbangtan, Badan Litbang Pertanian.

Imran, A., S. Sama, Suriany, & D. Baco. 2003. Uji Multilokasi Beberapa Galur dan Kultivar Padi Superior Baru di Daerah Sidrap, Wajo dan Soppeng di Sulawesi Selatan. Jurnal Agrivigor 3: 74-92.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2012. Pusat Data Pertanian. http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/tan/isi_infoekse_tan.htm diakses tanggal 10 Oktober 2013Limbongan, Y. L . 2008. Analisis genetik dan seleksi genotip unggul padi sawah (Oryza sativa L) untuk aplikasi pada ekosistem dataran tinggi. (On-Line). http://repository.ipb.ac.id diakses tanggal 11 November 2013.

Litbang. 2009. Silugonggo. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.Lubis, E., Z. Harahap, M. Diredja dan B. Kustianto. 1995. Perbaikan Varietas Padi Gogo. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor : Puslitbang Tanaman Pangan. Buku 2 : 473 447.______., Suwarno, & M. Bustaman. 1999. Genetik Ketahanan Beberapa Varietas

Lokal Padi Gogo terhadap Penyakit Blas. Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi. Penelitian Pertanian Tanaman pangan V. 18:2:1999. Puslitbangtan.

Makarim, A.K. & I. Las. 2005. Terobosan Peningkatan Produktivitas Padi Sawah

Irigasi melalui Pengembangan Model Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Hal. 115-127.

Munarung, S. O. dan Ismunadji.1998. Morfologi dan Fisiologi padi. Dalam M. Ismunadji, S. Partohardjono, M Syam, dan A. Widjono (Ed.). Padi. Buku 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. hlm. 55-102.

Nugraha, S. 2008. Penentuan Umur Panen dan Sistem Panen. Informasi Singkat Bank Penelitian Padi Indonesia. Balai Besai Penelitian dan Pengembangan Pacapanen Pertanian Bogor. http://pustaka.litbang.deptan.go.id diakses 11 November 2013.Suprihatno, B., Daradjat, A. A., Satoto, Baehaki, S. E., Widiarta, I. N., Setyono, A. Indrasari, S. D., Sembiring, H., dan Lesmana O. S. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang.Susanti, D. A. Riyanto, P. Hidayat, E. B. M. Adi, R. Rini, S. Nurchasanah, N. Farid, Suprayogi, Suwarto, Totok Agung D.H. 2011. Seleksi dan Uji Daya Hasil Galur-galur Harapan Padi Gogo Berdaya Hasil Tinggi dan Umur Genjah dalam rangka Peningkatan Produksi Padi di Lahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Sumberdaya Pedesaan & Kearifan Lokal Berkelanjutan tahun 2011. Pp : 97-101.______________. 2013. Seleksi dan Uji Daya Hasil Galur-Galur F6 Padi Gogo Berdaya Hasil Tinggi dan Umur Genjah dalam rangka Mendukung Peningkatan Produksi Padi di Lahan Kering. Laporan Riset Institusional Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. 21 hlm.Toha, H. M. dan Aan A. Daradjat. 2008. Keragaan Varietas Unggul dan Galur Harapan Padi pada Budidaya Padi Gogo dan Padi Sawah. Seminar Nasional Padi 2008 : 645-665Van Dat, T., M. L. Peterson and Rutger. 1978. Performance of Rice Composites dimorphic for plant height for pubescence. Crop. Sci. 18 (1) : 1-4

Lampiran 1. Denah percobaan

Denah PercobaanBLOK IWG50 5-3-2G50 3-1-2

XG50 2-4-4G50 1-2-3

VG50 4-3-2G50 3-3-2

BLOK IIXG50 1-2-3G50 4-3-2

VG50 5-3-2G50 2-4-4

WG50 3-1-2G50 3-3-2

BLOK IIIVG50 3-3-2G50 5-3-2

WG50 1-2-3G50 4-3-2

XG50 2-4-4G50 3-1-2

Keterangan:

G50-3-1-2, G50-4-3-2, G50-1-2-3, G50-2-4-4, G50-3-3-2 dan G50-5-3-2V: Galur F7padi gogo berumur genjah dan berdaya hasil tinggi

: Varietas Silugonggo

W: Varietas Inpago Unsoed 1

X: Varietas Situ Patenggang

Lampiran 2. Deskripsi G39Nomor seleksi

:UNSOED G39

Asal Persilangan

: Danau Tempe x Mentikwangi

Golongan

: Cere

Umur Tanaman

: 112-113 Hst

Bentuk Tanaman

: Tegak

Tinggi Tanaman

: 106-113 cm

Anakan Produktif

: 15-16 malai

Warna Kaki

: Hijau

Warna Batang

: Hijau

Warna Daun Telinga

: Tidak berwarna

Warna Lidah Daun

: Tidak berwarna

Warna Daun

: Hijau

Muka Daun

: Kasar

Posisi Daun

: Tegak

Daun Bendera

: Tegak

Bentuk Gabah

: Sedang

Warna Gabah

: Kuning jerami

Kerontokan

: Tahan rontok

Kerebahan

: Tahan rebah

Tekstur Nasi

: Pulen

Kadar Amilosa

: 20,64%

Bobot 1000 Butir Gabah

: 24,11-25,51 gram

Rata-rata hasil

: 4.18 t/ha

Potensi Hasil : -

Ketahanan Terhadap Penyakit : -

Sifat khusus : Aromatik

Anjuran tanam : -

Pemulia

: Totok Agung DH dan Suwarto

Dilepas tahun

: -Sumber: (Ganesatria, 2010)

Lampiran 3. Deskripsi Varietas SilugonggoNama Varietas

:

Silugonggo

Kategori

:

Varietas unggul nasional (released variety)

SK

:

639/Kpts/TP.240/12/2001 tanggal 13 Desember tahun 2001

Tahun

:

2001

Tetua

:

IR28/IR2053//IR2042/CR94///IR8339/IR36//IR8470/IR747////IR8/PP-MAS//H501//IR833/IR2040///1561/IR1737//PTB21/18/IR8

Rataan Hasil

:

3,5-4,5 ton/ha

Pemulia

:

Ismail BP, B.Suprihatno,ZASimanullang, Yamin S.Atito DS,Hadis S.,Ending S,AA Daradjat, Poniman Taryat T,D.Suardi,Rasyid M,A.Ichwan H.Toha,M.Amir,H.Pane dan Irsal L.

Nomor pedigri

:

IR39357-71-1-1-2-2

Golongan

:

Cere

Umur tanaman

:

85-90 hari

Bentuk tanaman

:

Tegak

Tinggi tanaman

:

80-85 cm

Anakan produktif

:

9-11 batang

Warna kaki

:

Hijau

Warna batang

:

Hijau

Warna telinga daun

:

Putih

Warna lidah daun

:

Putih

Warna helai daun

:

Hijau

Muka daun

:

Bagian atas kasar, bawah permukaan halus

Posisi daun

:

Tegak

Daun bendera

:

Menyudut 30-40 derajat terhadap batang

Bentuk gabah

:

Ramping

Warna gabah

:

Putih

Kerontokan

:

Sedang

Kerebahan

:

Sedang

Tekstur nasi

:

Agak pulen

Bobot 1000 butir

:

25,05-25,55 gram

Kadar amilosa

:

23,88-24,11 %

Ketahanan terhadap hama

:

Tidak tahan penggerek batang

Penyakit

:

Tahan terhadap penyakit blas diferensial, tidak tahan BLB

Keterangan

:

Mampu dikembangkan sebagai padi sawah atau gogo, beradaptasi baik untuk lingkungan tumbuh rawan kekeringan, dapat tumbuh baik pada tanah regosol, mediteran dengan kahat Kalium dan Fostat

Sumber

cocok ditanam pada daerah dibawah 500 m,dpl: (BPPTP, 2013)

Lampiran 4. Deskripsi Varietas Situ Patenggang

Nama Varietas:Situ Patenggang

Tahun:2002

Tetua:Kartuna/TB47H-MR-10

Rataan Hasil:3.6 - 5.6 t/ha gabah kering panen

Karakter Khusus:Aromatik lebih wangi dari Pandanwangi, respon terhadap pemupukan

Pemulia:Ismail BP, Yamin S, Z. A. Simanullang, Aan A. Daradjat

Golongan:Cere

Umur tanaman:110 - 120 HST

Bentuk tanaman:Tegak

Tinggi tanaman:100 - 110 cm

Anakan produktif:10 - 11 malai per rumpun

Warna kaki:Ungu tua

Warna batang:Hijau tua

Warna telinga daun:Kuning kotor

Warna lidah daun:Ungu

Warna daun:Hijau, tepi daun tua berkilau ungu

Muka daun:Bagian atas kasar, bawah permukaan halus

Posisi daun:Tegak

Daun bendera:Menyudut 35 - 50 derajat terhadap batang

Bentuk gabah:Agak gemuk

Warna gabah:Kuning kotor

Kerontokan:Sedang

Kerebahan:Tahan rebah

Tekstur nasi:Sedang

Kadar amilosa:23.93%

Bobot 1000 butir:26.5 - 27.5 gram (k.a. 14%)

Ketahanan terhadap penyakit:Tahan Blast diferensial

Daerah kesesuaian tanam

Sumber : :Lahan kering musim hujan, tumpang sari, sawah pada kemarau, lahan tipe tanah Aluvial dan Podsolik ketinggian tidak lebih dari 300 m dpl(BPPTP, 2013)L

Lampiran 5. Deskripsi Varietas Inpago Unsoed 1

Komoditas :Padi Gogo

Tahun :2011

Anakan Produktif :+/- 16 batang

Asal :Poso / Mentik Wangi

Bentuk gabah :Sedang

Bentuk Tanaman :Tegak

Berat 1000 butir :+/- 27,7 gram

Golongan :Cere

Kadar amilosa :+/- 18 %

Kerebahan :Sedang

Kerontokan :Sedang

Nomor pedigri :UNSOED G10

Permukaan daun :Kasar

Posisi daun :Tegak

Posisi daun bendera :Tegak

Potensi hasil :7,2 ton/ha GKG

Rata-rata hasil :4,9 ton/ha GKG

Tekstur nasi :Pulen

Tinggi Tanaman :+/- 107 cm

Umur tanaman :+/- 110 hari

Warna batang :Hijau

Warna beras :Putih

Warna daun :Hijau

Warna gabah :Kuning bersih

Warna kaki :Hijau

Warna lidah daun :Tidak berwarna

Warna telinga daun :Tidak berwarna

Keterangan:Umur tanaman 110 hari. Potensi hasil 7,2 ton/ha GKG. Tekstur pulen. Ketahanan terhadap hama, agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 2 dan 3. Ketahannan terhadap penyakit, tahan terhadap penyakit blas ras 133. Toleransi cekaman abiotik, agak toleran kekeringnan, toleran sampai sedang terhadap keracunan besi (Fe). Baik untuk ditanam di lahan kering dataran rendah sampai sedang < 700 m dpl.

Sumber

: (BPPTP, 2013)

28

_1442908683.unknown