skripsi achyar (revisi) 1

139
ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris Perusahaan dalam Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2008-2010) ACHYAR SAEPUDIN NIM 40108002 PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM SEBI 1433 H / 2012 M

Upload: akuntan-syariah

Post on 24-Jun-2015

4.196 views

Category:

Spiritual


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi achyar (revisi) 1

ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

(Studi Empiris Perusahaan dalam Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) Tahun

2008-2010)

ACHYAR SAEPUDIN

NIM 40108002

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM SEBI

1433 H / 2012 M

Page 2: Skripsi achyar (revisi) 1

ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

(Studi Empiris Perusahaan dalam Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) Tahun

2008-2010)

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi

Persyaratan mencapai gelar

Sarjana Ekonomi Islam

Oleh :

ACHYAR SAEPUDIN

NIM 40108002

Program Studi Akuntansi Syari’ah

JURUSAN MUAMALAT

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM SEBI

1433 H / 2012 M

Page 3: Skripsi achyar (revisi) 1

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa

skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang

berlaku di STEI SEBI.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh STEI

SEBI kepada saya.

Depok, 22 Maret 2012

Penulis

Achyar Saepudin

Page 4: Skripsi achyar (revisi) 1

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diujikan pada hari Rabu, tanggal 28 Maret 2012 dan dinyatakan

lulus.

PANITIA UJIAN

Ketua Penguji Pembimbing

Sri Mulyati, SE, Ak., M.Ak. Sepky Mardian, SEI., MM.

Disahkan pada hari Jum’at, tanggal 13 April 2012 oleh :

Wakil Ketua I

Bidang Akademik

Ketua Program Studi

Akuntansi Syari’ah

Azis Budi Setiawan, SEI., MM. Sepky Mardian, SEI., MM.

Page 5: Skripsi achyar (revisi) 1

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM SEBI

Deklarasi Hak Cipta

Persetujuan Pemanfaatan Karya Ilmiah

Hak Cipta @2012 oleh ACHYAR SAEPUDIN, Hak Cipta terpelihara. Judul

“ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA KEUANGAN (Studi Empiris Perusahaan dalam

Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2008-2010) ”.

Tidak ada bagian dari kaya ilmiah ini yang telah diproduksi dalam bentuk

apapun, dengan maksud apapun baik secara elektronik, manual, foto copy dan

lain-lain tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pemegang hak cipta,

kecuali dengan ketentuan dibawah ini:

1. Semua isi tertulis dari bahan-bahan dalam karya ilmiah ini hanya dapat

digunakan oleh pihak lain dalam tulisan ilmiah mereka dengan pemberitahuan

terlebih dahulu.

2. STEI SEBI atau perpustakaan STEI SEBI memilki hak untuk melakukan

penggandaan atas karya ilmiah ini, baik berupa tulisan maupun data

elektronik untuk keperluan institusi dan akademik.

3. STEI SEBI atau perpustakaan STEI SEBI memilki hak untuk menerbitkan

karya ilmiah ini jika ada permintaan dari perguruan tinggi lain, perpustakaan

atau pihak-pihak lain baik organisasi maupun individu.

Disetujui oleh

Achyar Saepudin

Page 6: Skripsi achyar (revisi) 1

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-

Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta

salam semoga tetap atas baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan mudah-

mudahan kita termasuk umat yang senantiasa istiqamah dalam menjalankan

syariatnya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan puji syukur alhamdulillah

untuk semua nikmat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat melalui

proses studi yang panjang ini dan dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris Perusahaan dalam

Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2008-2010)”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Program

Studi Akuntansi Syariah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI Depok.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat

bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka

dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Sigit Pramono, SE.Ak., MSACC., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ekonomi Islam SEBI.

2. Bapak Azis Budi Setiawan, SEI, MM selaku Wakil Ketua I Bidang

Akademik Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI.

Page 7: Skripsi achyar (revisi) 1

ii

3. Bapak Sepky Mardian, SEI, MM selaku Ketua Prodi Akuntansi Syariah

Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI sekaligus sebagai Dosen Pembimbing

yang telah meluangkan waktu, perhatian dan segala bimbingan serta

arahannya selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Edi Suprapto, SE. selaku Dosen Pembimbing Metodologi Penelitian

yang telah sangat sabar membimbing dan memotivasi selama penulisan

skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama

penulis menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI serta staf

Akademik dan Perpustakaan, terima kasih atas kesabaran dan kemudahan

yang diberikan.

6. Kedua orang tuaku tercinta (Ayah Oong Sunanto, S.Pd dan Ibu Suryati) atas

segala kasih sayang, do’a, semangat, dukungan, bimbingan dan nasihat yang

tak pernah usai. Keluarga besar penulis yang senantiasa memberikan

dorongan dan inspirasi selama masa studi di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam

SEBI.

7. Adik-adiku tersayang (Tuti Suryani, Yesi Nasrudin dan Yuni Yustia) terima

kasih untuk dukungan dan do’anya, rajin belajar dan bahagiakan kedua orang

tua.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan AS2012A: Mas Bro “kuprul” (Agusnar,

Alipiah, Jayadi, Bahrizal, Erwin S, Erwin PS, Fadli, Fahmi, Fahrozi, Ibnu,

Irfan) and M’bak Sis “keong” (Azza, Ai, Erina, Ina, Helda, Lis, Dea, Retno,

Page 8: Skripsi achyar (revisi) 1

iii

Marfuah, Puput, Laili, Lina). Terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan

perhatian kalian semua. Tetap semangat untuk menggapai masa depan.

9. Teman-teman Angkatan 2008, terima kasih untuk semua dukungan dan

kepedulian kalian semua.

10. Temen-temen penghuni Kosan Yongky (Ka Faza, Uung, Makhrus, Yudi,

Saprudin, Kamal, Ozan, Ozay, Rijal, Syuhada), keluarga Pak Sugeng dan Bu

Toni (Ibu Kost) dan keluarga Mak Saroh (Syukur, Karim”Nye”, Irma) terima

kasih sudah menjadi tetangga yang baik dan paling dekat untuk minta

bantuan.

11. Divisi Kemahasiswaan STEI SEBI (Pak Lutfi, S.Ag., K’Fahmi, SEI.,

K’Aries., SEI, K’Deni Lc.) yang selalu memberikan semangat.

12. Teman-teman MMM masa amanah 2011-2012 (Kang Aep, Usep, Emet,

Erwin, Fadli, Erina, Niswah, Linda, Lis, Mahrini) dan adik-adik di

ORMAWA STEI SEBI (BEM, IsEF, SSP) semoga tetap semangat dalam

kerja-kerja kebaikan untuk STEI SEBI yang lebih baik.

13. Keluarga B.S 24 dan mentor spiritual (Ust. Quintanto, ST) semoga saya tetap

istiqamah hadir dalam pertemuan pekanan.

14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terima kasih

banyak.

Semoga Allah SWT membalas semua amal baik semua pihak yang telah

memberikan inspirasi, dukungan, bantuan, arahan dan bimbingan kepada penulis.

Depok, 22 Maret 2012

Penulis

Page 9: Skripsi achyar (revisi) 1

iv

ABSTRAKSI

ACHYAR SAEPUDIN. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan dalam Perhitungan

Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2008-2010)”. (Di Bawah Bimbingan Sepky

Mardian, SEI, MM dan Edi Suprapto, SE). Program Studi Akuntansi Syariah

STEI SEBI, 2012.

Perkembangan perspektif corporate governance berawal dari agency theory,

dimana dalam agency theory, prinsipal yang bertindak sebagai pemilik

perusahaan menyerahkan kewenangannya kepada agen. Dengan adanya

pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan maka akan

memunculkan perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal yang dapat

menimbulkan potensi konflik kepentingan. Corporate governance muncul untuk

mengendalikan perilaku dan mengatasi konflik antara pihak-pihak dalam

perusahaan. Penelitian tentang corporate governance terhadap kinerja, telah

menjadi fokus umum namun hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan hasil

yang tidak konsisten. Untuk merekonsiliasi perbedaan hasil penelitian tersebut,

dilakukan penelitian serupa dengan objek yang berbeda.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh

mekanisme good corporate governance terhadap kinerja perusahaan yang diukur

dengan Tobin’s Q. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII), sedangkan sampel

adalah perusahaan yang konsisten selama periode 2008-2010 terdaftar sebagai

saham Jakarta Islamic Index (JII). Pengambilan sampel dilakukan dengan

metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis

regresi berganda.

Dari hasil pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa pengaruh mekanisme

corporate governance secara simultan mempunyai hubungan yang positif dan

signifikan terhadap kinerja. Corporate governance yang diproksi oleh

kepemilikan institusional dan komisaris independen mempunyai hubungan yang

positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan

bahwa komite audit mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap

kinerja. Sementara variabel aktivitas komisaris dan ukuran dewan direksi dapat

mempengaruhi kinerja tetapi tidak signifikan. Secara umum hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perusahaan yang tercatat dalam perhitungan saham Jakarta

Islamic Index (JII) sudah menerapkan good corporate governance dalam upaya

meningkatkan kinerja perusahaan serta untuk melindungi kepentingan

stakeholders.

Kata Kunci : Good Corporate Governance, Kepemilikan Institusional, Aktivitas

Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Komite Audit, Komisaris

Independen dan Tobin’s Q

Page 10: Skripsi achyar (revisi) 1

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

ABSTRAKSI ......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 13

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 14

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 15

1.5 Batasan Penelitian .................................................................................. 16

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................. 16

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 19

2.1 Corporate Governance ........................................................................... 19

2.1.1 Pengertian Corporate Governance ................................................. 19

2.1.2 Prinsip-Prinsip Corporate Governance........................................... 23

2.1.3 Implementasi Corporate Governance di Pasar Modal.................... 28

2.2 Kinerja Keuangan ................................................................................... 33

Page 11: Skripsi achyar (revisi) 1

vi

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................... 40

2.4 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 47

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................. 48

2.5.1 Kepemilikan Institusional ............................................................... 48

2.5.2 Aktivitas Komisaris ......................................................................... 49

2.5.3 Ukuran Dewan Direksi .................................................................... 54

2.5.4 Ukuran Komite Audit ...................................................................... 61

2.5.5 Komisaris Independen ..................................................................... 63

2.6 Perumusan Hipotesis .............................................................................. 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 69

3.1 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 69

3.1.1 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 69

3.1.2 Populasi dan Sampel ....................................................................... 69

3.1.3 Pengumpulan Data .......................................................................... 71

3.1.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya .............................. 72

3.2. Metode Analisis .......................................................................................... 77

3.2.1. Statistik Deskriptif ............................................................................... 77

3.2.2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 77

3.2.3. Analisis Regresi ............................................................................. 79

3.2.4 Pengujian Hipotesis ......................................................................... 80

Page 12: Skripsi achyar (revisi) 1

vii

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 83

4.1 Gambaran Umum dan Deskriptif Data Obyek Penelitian ...................... 83

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................................... 83

4.1.2 Statitik Deskriptif ............................................................................ 83

4.2. Hasil Pengolahan Data ........................................................................... 86

4.2.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 86

4.2.2 Analisis Regresi .............................................................................. 99

4.2.3 Pengujian Hipotesis ....................................................................... 101

4.2.4 Pembahasan ................................................................................... 107

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 116

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 116

5.1.1 Hasil Pengujian Simultan .............................................................. 116

5.1.2 Hasil Pengujian Parsial ................................................................. 117

5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 119

5.3 Saran ..................................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 122

Page 13: Skripsi achyar (revisi) 1

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ........................................................... 46

Tabel 4 1 Output Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 84

Tabel 4 2 Output Uji Normalitas ........................................................................... 86

Tabel 4 3 Output Variabel Y ................................................................................. 88

Tabel 4 4 Output Variabel X1 ............................................................................... 89

Tabel 4 5 Output Variabel X2 ............................................................................... 90

Tabel 4 6 Output Variabel X3 ............................................................................... 91

Tabel 4 7 Output Variabel X4 ............................................................................... 92

Tabel 4 8 Output Variabel X5 ............................................................................... 93

Tabel 4 9 Output Uji Heteroskedastisitas (no cross terms) .................................. 95

Tabel 4 10 Output Uji Heteroskedastisitas(cross terms)....................................... 96

Tabel 4 11 Output Uji Autokorelasi ...................................................................... 98

Tabel 4 12 Output Regresi Linear Berganda (Uji Regresi)................................... 99

Tabel 4 13 Output Regresi Linear Berganda (Uji R) .......................................... 101

Tabel 4 14 Output Regresi Linear Berganda(Uji F)............................................ 102

Tabel 4 15 Output Regresi Linear Berganda (t test) ........................................... 103

Page 14: Skripsi achyar (revisi) 1

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Harga Penutupan Saham Perusahaan Dalam Indeks JII..................... 6

Gambar 1. 2 Harga Penutupan Saham & Kinerja Perusahaan Tahun 2008 .......... 10

Gambar 1. 3 Harga Penutupan Saham & Kinerja Perusahaan Tahun 2009 .......... 10

Gambar 1. 4 Harga Penutupan Saham & Kinerja Perusahaan Tahun 2010 .......... 11

Gambar 2 2 Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................... 48

Page 15: Skripsi achyar (revisi) 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda Asia Timur pada akhir 1997 telah memicu

terjadinya diskusi tentang pentingnya sistem tatakelola dalam suatu negara.

Iskandar dan Chamlou (2000) menyampaikan bahwa krisis ekonomi yang terjadi

di kawasan asia tenggara dan negara lain bukan hanya akibat faktor ekonomi

makro namun juga karena lemahnya good corporate governance yang ada di

negara-negara tersebut, seperti lemahnya hukum, standar akuntansi dan

pemeriksaan keuangan (auditing) yang belum mapan, pasar modal yang masih

under-regulated, lemahnya pengawasan komisaris dan terabaikannya hak

minoritas. Hal ini berarti bahwa GCG tidak saja berakibat positif bagi pemegang

saham, namun juga bagi masyarakat yang lebih luas yang berupa pertumbuhan

ekonomi nasional. Karena itulah berbagai lembaga-lembaga ekonomi dan

keuangan dunia seperti World Bank dan International Monetary Fund sangat

berkepentingan terhadap penegakan corporate governance di negara-negara

penerima dana, karena mereka menganggap bahwa corporate governance

merupakan bagian penting sistem pasar yang efisien. Penelitian yang dilakukan

oleh Asian Development Bank (2000) menyimpulkan bahwa negara-negara Asia,

termasuk di dalamnya Indonesia, kondisi yang sering terjadi adalah tidak

Page 16: Skripsi achyar (revisi) 1

2

berfungsinya mekanisme pengawasan dewan komisaris untuk melindungi

kepentingan pemegang saham dan belum dilakukannya pengelolaan perusahaan

secara profesional (Hidayah, 2008).

Skandal korporate (corporate scandal) yang terjadi pada abad ke dua puluh

satu sangat mempengaruhi keuangan, integritas dan sistem ekonomi Amerika.

Skandal korporate mengakibatkan kehilangan kesetiaan, kepercayaan dalam

hubungan dan sering melanggar hukum. Perusahaan energi Enron Corporation,

perusahaan ketujuh terbesar di Amerika Serikat, mengalami kebangkrutan.

Perusahaan raksasa komunikasi Global Crossing dan Worldcom juga mengalami

nasib yang sama. Perusahaan-perusahaan lain yang melakukan kecurangan adalah

Tyco, Q-West, Adelphia Communication Corporation, Imclone, Xerox

Corporation, Subbeam Corporation, Tyco International Ltd., dan lain-lain.

Sementara di Eropa skandal korporate terjadi juga pada perusahaan Shell, Royal

A Hold, Parmalat, Lernout & Hauspie dan Enron (Tunggal, 2007).

Semakin hari kompleksitas kegiatan di dunia bisnis semakin tinggi, yang

berarti potensi resiko dan tantangan juga berpotensi meningkat. Perusahaan-

perusahaan di Indonesia pun tidak luput dari kecurangan, karyawati bank BNI

ditangkap polisi karena diduga kuat menggelapkan dana nasabah dengan cara

menggunakan tanda tangan palsu dari nasabah bank yang sudah dikenalnya.

Wakil pimpinan cabang Bank Lippo ditahan karena diduga menggelapkan dana

bank dengan cara memindahkan rekening antar kantor (RAK) ke beberapa

rekening fiktif dan hasilnya digunakan untuk kepentingan pribadi (Tunggal,

2007). Oleh karena itu untuk merendam skandal korporat tersebut, penerapan

Page 17: Skripsi achyar (revisi) 1

3

prinsip-prinsip corporate governance sangat diperlukan agar tidak ada pihak-

pihak yang dirugikan. Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah

adanya tindakan-tindakan yang mementingkan diri sendiri dengan mengabaikan

kepentingan investor dan stakeholder yang lain, sehingga menyebabkan jatuhnya

harapan para investor terhadap pengembalian atas investasi yang telah mereka

lakukan (Sabrinna, 2010). Pelaksanaan dari corporate governance diharapkan

bermanfaat untuk menambah dan memaksimalkan nilai perusahaan serta mampu

mewujudkan keseimbangan antara berbagai kepentingan yang dapat memberikan

keuntungan bagi perusahaan secara menyeluruh (CGPI, 2008).

Di negara-negara Asia, pelaksanaan prinsip corporate governance

merupakan bagian penting dari pembaharuan-pembaharuan ekonomi yang mutlak

untuk mengatasi krisis ekonomi. Demikian juga di Indonesia, usaha-usaha untuk

memperbaiki corporate governance telah dimulai. Hal ini dapat diketahui dari

nota kesepakatan (letter of intent) yang ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia

dan International Monetary Fund (IMF), yang secara tersirat menyatakan bahwa

kelanjutan bantuan keuangan dari pihak IMF bergantung pada perbaikan di

bidang corporate governance. Menindaklanjuti nota kesepakatan tersebut,

pemerintah Indonesia telah mencanangkan penerapan tata kelola perusahaan yang

baik. Wujud dari kepedulian pemerintah tersebut didirikan satu lembaga khusus

yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance

(KNKCG), yang kemudian dirubah menjadi Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG). KNKCG dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Negara

Koordinator Bidang Keuangan dan Industri Nomor: KEP-31/M.EKUIN/06/2000.

Page 18: Skripsi achyar (revisi) 1

4

Tugas pokok KNKG merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan

nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang

corporate governance di Indonesia (Emirzon, 2006).

Pelaksanaan tata kelola perusahaan atau yang lebih dikenal dengan

corporate governance pada dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan iklim

bisnis yang sehat. Corporate governance sebagai ukuran dan pedoman bagi

pengelolaan perusahaan, harus mampu meningkatkan kemampuan daya saing dan

berperan aktif dalam menghindari penyimpangan dalam mengelola manajemen

perusahaan. Penerapan prinsip-prinsip corporate governance sangat diperlukan

agar perusahaan dapat menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat

terwujud iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan. Penerapan corporate

governance secara langsung akan memberikan arahan yang jelas bagi perusahaan

dalam pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dan memungkinkan

pengelolaan perusahaan secara lebih amanah, sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan, kepercayaan dari stakeholder dan meningkatkan investasi.

Investasi merupakan salah satu kegiatan yang bersifat muamalah, yang

bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Pada dasarnya, Islam sangat

menganjurkan umatnya untuk melakukan aktivitas ekonomi (muamalah) dengan

cara yang baik dan benar, serta melarang penimbunan barang, atau membiarkan

harta (uang) tidak produktif, sehingga kegiatan ekonomi yang dilakukan dapat

meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat. Namun demikian, dalam melakukan

investasi harus tetap memperhatikan prinsip, etika dan hukum ekonomi syariah.

Tujuan utama investasi dalam syariah islam bukan semata-mata mencari

Page 19: Skripsi achyar (revisi) 1

5

keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan,

komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini tanpa harus mengabaikan keinginan

dari investornya. Oleha karena itu, investasi yang dilakukan tidak boleh

menginvestasikan dananya pada bidang-bidang yang bertentangan dengan syariah

islam, misalnya saham-saham atau obligasi-obligasi dari perusahaan pengelolaan

atau produknya bertentangan dengan syariat islam (Firdaus, dkk., 2005).

Stakeholder yang paling utama dalam sistem perusahan Islam adalah Islam

itu sendiri. Jika perusahaan tidak mampu untuk menunjukan kinerja yang baik,

orang akan beranggapan bahwa sistem Islam tidak selaras dengan dunia modern

dan Islam akan disalahkan karena kinerja perusahaan yang buruk (Chapra dan

Ahmed, 2008).

Tujuan untuk memenuhi kepentingan seluruh stakeholder telah menjadi

perhatian penting dalam peran corporate governance. Inti persoalan dari peran ini

adalah menciptakan keseimbangan bagi seluruh stakeholder melalui pemisahan

aturan formal maupun non formal, standar dan batasan dibuat untuk mengarahkan

dan mengontrol perusahaan agar melindungi kepentingan semua pihak dengan

biaya sekecil mungkin. Masalah biaya ini menjadi penting karena jika biayanya

tinggi, maka akan menyebabkan kepentingan seluruh stakeholder menjadi tidak

aman (Chapra dan Ahmed, 2008).

Penerapan corporate governance juga bermanfaat untuk mengurangi agency

cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham akibat pendelegasian

wewenangnya kepada manajemen; menurunkan cost of capital sebagai dampak

dikelolanya perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab, meningkatkan nilai

Page 20: Skripsi achyar (revisi) 1

6

saham perusahaan serta menciptakan dukungan stakeholders terhadap perusahaan

(CGPI, 2008).

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Perusahaan yang masuk dalam perhitungan indeks JII dan menerapkan

corporate governance terlihat tren harga penutupan sahamnya meningkat dari

tahun 2008, 2009 dan 2010. Tapi ada perusahaan yang mengalami tren penurunan

saham seperti yang dialami oleh PT. Telkom (TLKM) dariharga saham 9.450

(tahun 2009) turun menjadi 7.950 (tahun 2010) dan PT. Bakrie Sumatera

Plantations (UNSP) yang mengalami penurunan harga saham dari 580 (tahun

2009) menjadi 390 (tahun 2010).

Good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik

membantu terciptanya hubungan yang kondusif dan dapat dipertanggungjawabkan

diantara elemen dalam perusahaan (dewan komisaris, dewan direksi, dan para

pemegang saham) dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam

paradigma ini, dewan komisaris berada pada posisi untuk memastikan bahwa

manajemen telah benar-benar bekerja demi kepentingan perusahaan sesuai strategi

Gambar 1. 1 Harga Penutupan Saham Perusahaan Dalam Indeks JII

Page 21: Skripsi achyar (revisi) 1

7

yang telah ditetapkan serta menjaga kepentingan para pemegang saham, yaitu

untuk meningkatkan nilai ekonomis perusahaan. Demikian juga komite audit

mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam hal memelihara

kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan seperti halnya menjaga

terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta dilaksanakannya

prinsip good corporate governance (Sam’ani, 2008).

Salah satu prinsip corporate governance menurut Organization for

Economic Cooperation and Development (OECD) adalah menyangkut peranan

dewan komisaris. Bentuk dewan komisaris tergantung pada sistem hukum yang

dianut. Terdapat dua sistem yang berbeda, yaitu Anglo Saxon dan Kontinental

Eropa. Dalam sistem hukum Anglo Saxon, sistem yang dianut adalah sistem satu

tingkat atau one tier system. Pada sistem satu tingkat, perusahaan mempunyai

satu dewan direksi yang merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus

senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja dengan

prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif). Negara-negara yang menerapkan

sistem ini adalah Amerika Serikat dan Inggris. Sistem hukum Kontinental Eropa

menganut sistem dua tingkat atau two tier system. Pada sistem dua tingkat,

perusahaan mempunyai dua badan terpisah;yaitu dewan pengawas (dewan

komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi). Dewan direksi bertugas

mengelola dan mewakili perusahaan sesuai dengan pengarahan dan pengawasan

dewan komisaris. Dewan direksi diangkat dan setiap waktu dapat diganti oleh

badan pengawas (dewan komisaris). Tugas utama dewan komisaris adalah

Page 22: Skripsi achyar (revisi) 1

8

bertanggungjawab mengawasi tugas-tugas manajemen. Indonesia termasuk negara

yang mengadopsi sistem dua tingkat ini (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2005).

Pelaksanaan pedoman umum good corporate governance oleh

perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan terbuka (emiten/perusahaan

publik) maupun perusahaan tertutup pada dasarnya bersifat comply and explain.

Dimana perusahaan diharapkan menerapkan seluruh aspek pedoman good

corporate governance ini. Apabila seluruh aspek pedoman ini belum dilaksanakan

maka perusahaan harus mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut

beserta alasannya dalam laporan tahunan. Namun demikian mengingat pedoman

ini hanya merupakan acuan sedangkan pelaksanaannya diharapkan diatur lebih

lanjut oleh otoritas masing-masing industri maka penerapan ini bersifat voluntary

dan tidak terdapat sanksi hukum apabila perusahaan tidak menerapkan pedoman

ini. Saat ini, BAPEPAM-LK sebagai otoritas pasar modal tidak mewajibkan

emiten dan perusahaan publik untuk menerapkan pedoman ini, namun beberapa

substansi yang terdapat dalam pedoman ini diadopsi oleh BAPEPAM-LK

kedalam peraturan-peraturan BAPEPAM-LK yang sifatnya mandatory seperti

kewajiban pembentukan komite audit dan keberadaan komisaris independen

dalam perusahaan. Dengan cara demikian, BAPEPAM-LK dapat memberikan

sanksi atas ketidak patuhan terhadap peraturan tersebut. Lebih lanjut,

BAPEPAM-LK juga mewajibkan emiten dan perusahaan publik untuk

mengungkapkan pelaksanaan tata kelola perusahaan dalam laporan tahunan

seperti frekuensi rapat dewan komisaris dan direksi, frekuensi kehadiran anggota

dewan komisaris dan direksi dalam rapat tersebut, frekuensi rapat dan kehadiran

Page 23: Skripsi achyar (revisi) 1

9

komite audit, pelaksanaan tugas dan pertanggungjawaban dewan komisaris dan

direksi serta remunerasi dewan komisaris dan direksi (BAPEPAM-LK, 2010).

Ada beberapa peraturan terkait dengan penerapan good corporate

governance baik yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM),

maupun Keputusan Menteri BUMN. Berdasar surat keputusan Ketua BAPEPAM

KEP 41/PM/2003, SK Dir. BEJ Nomor 315/BEJ/06-2000, Keputusan Menteri

BUMN Nomor 117/Tahun 2000, dan Undang-undang BUMN Nomor 19/2003,

pembentukan komite audit merupakan suatu keharusan. Komite audit harus

diketuai oleh seorang komisaris independen. Komite audit merupakan salah satu

komite yang memiliki peranan penting dalam corporate governance. Tugas

komite audit adalah membantu dewan komisaris untuk memenuhi

tanggungjawabnya dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh.

Tahun 2002, pemerintah Indonesia dalam hal ini kantor kementrian BUMN

telah membuat Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002

tentang penerapan good corporate governance pada Badan Usaha Milik Negara

(BUMN). Didalamnya menjabarkan tentang prinsip-prinsip good corporate

governance yang sejalan dengan prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh OECD.

Dengan adanya peraturan ini, perusahaan harus menyediakan informasi yang

material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh

pemangku kepentingan. Perusahaan harus melakukan pengungkapan yang akurat

dan tepat waktu serta transparan sehubungan dengan struktur dan operasi

perusahaan. Maka perusahaan yang dikelola dengan benar, terukur, sesuai dengan

kepentingan perusahaan, tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham

Page 24: Skripsi achyar (revisi) 1

10

dan pemangku kepentingan lainnya, diharapkan akan mencapai kinerja yang

berkesinambungan (Hidayah, 2008).

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Gambar 1. 3 Harga Penutupan Saham & Kinerja Perusahaan Tahun 2009

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Gambar 1. 2 Harga Penutupan Saham & Kinerja Perusahaan Tahun 2008

Page 25: Skripsi achyar (revisi) 1

11

Gambar 1. 4 Harga Penutupan Saham & Kinerja Perusahaan Tahun 2010

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Dari gambar diatas bisa dilihat perbandingan harga penutupan saham

perusahaan dalam indeks JII dengan kinerja perusahaan dalam indeks JII tahun

2008, 2009 dan 2010 yang menunjukan arah pergerakan yang positif. Setiap

pergerakan kenaikan harga penutupan saham maka terjadi pula kenaikan terhadap

kinerja perusahaan. Sesuai dengan pendapat Hidayah (2008), maka perusahaan

yang dikelola dengan benar, terukur, sesuai dengan kepentingan perusahaan, tetap

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya, diharapkan akan mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance pada dasarnya

memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.

Corporate governance lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan

yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan

terhadap para pemegang saham, dan stakeholders. Sehingga dapat dijadikan

Page 26: Skripsi achyar (revisi) 1

12

sebagai dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di suatu negara

dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan

yang sitematis, yang dapat digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat

mengenai kinerja perusahaan dan bagaimana korelasi antar kebijakan tentang

buruh dan kinerja perusahaan (Wardani, 2008). Dalam hubungannya dengan

kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja

perusahaan (Pradhono, 2004).

Ketika perusahaan mengalami kegagalan dalam menerapkan good corporate

governance, maka sistem pengendalian perusahaan sulit mengukur semua resiko

secara baik. Sistem keuangan perusahaan akan menjadi tidak konsisten, para

pelanggan beserta stakeholders lainnya akan merasa bosan dengan etika dan

moral pelayanan yang kurang baik dan tidak menyenangkan, serta ada beberapa

hal lain yang dapat menyebabkan perusahaan berada dalam genggaman potensi

negatif. Semua faktor tersebut akan menggerogoti daya saing, cash flow, sumber

daya manusia, produksi serta jasa perusahaan, sehingga perusahaan akan sulit

untuk bernafas dengan baik yang artinya perusahaan sudah tidak dapat berjalan

dengan baik atau diambang kehancuran (Lestariningsih, 2008).

Dengan bisa terukurnya praktik corporate governance di tingkat

perusahaan, banyak penelitian yang berhasil menemukan adanya hubungan positif

antara corporate governance dengan kinerja perusahaan,antara lain: Klapper dan

Love (2002), Black dkk. (2003), Darmawati dkk. (2004), Putri (2006), Pranata

(2007), Maharani (2007), Wardani (2008), Sam’ani (2008), Mulyati (2010) dan

Hardi`kasari (2011). Penelitian-penelitian tersebut secara tidak langsung juga

Page 27: Skripsi achyar (revisi) 1

13

menunjukkan kegunaan (usefulness) dari pemeringkatan praktik corporate

governance di tingkat perusahaan yang sudah dilakukan di beberapa negara

(termasuk Indonesia).

Adanya pengaruh positif dari penelitian-penelitian di atas, membuat peneliti

tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh mekanisme corporate governance

terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini dikembangkan dari

penelitian Sam’ani (2008) dengan objek penelitian pada perusahaan yang masuk

dalam perhitungan saham Jakarta Islamic Index (JII). Konsep indikator

mekanisme corporate governance terdiri dari; kepemilikan institusional, aktivitas

komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit dan komisaris independen. Atas

pertimbangan hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian dengan judul

“ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris Perusahaan dalam

Perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2008-2010”.

1.2 Perumusan Masalah

Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam

meningkatkan efisiensi ekonomis. Peran corporate governance lebih mengarah

pada serangkaian pola prilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja,

pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham dan

stakeholder. Sehingga dapat dijadikan analisis dalam mengkaji corporate

governance dengan memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan

Page 28: Skripsi achyar (revisi) 1

14

keputusan yang sistematis, untuk dapat digunakan sebagai dasar pengukuran yang

lebih akurat mengenai kinerja perusahaan (Wardani, 2008).

Berdasarkan penemuan-penemuan dari beberapa penelitian terdahulu, maka

diajukan pertanyaan penelitian dari perumusan masalah tersebut adalah:

1. Apakah corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional,

aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan?

2. Apakah corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional,

aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh corporate

governance yang terdiri dari; kepemilikan institusional, aktivitas komisaris,

ukuran dewan direksi, komite audit dan komisaris independen terhadap kinerja

keuangan pada perusahaan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) yang

diukur dengan Tobins Q. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan bukti

empiris mengenai:

1. Pengaruh corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional,

aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan.

Page 29: Skripsi achyar (revisi) 1

15

2. Pengaruh corporate governance, dalam hal ini kepemilikan institusional,

aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen berpengaruh secara parsial terhadap kinerja keuangan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dirasakan oleh berbagai

pihak. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai

pengaruh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance terhadap

kinerja perusahaan yang yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic

Index (JII).

2. Manfaat Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan akan memberikan bahan pertimbangan dan

sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam meningkatkan kinerja

keuangan dengan cara menerapkan prinsip-prinsip good corporate

governance.

3. Manfaat Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi para investor yang akan

melakukan investasi untuk memilih perusahaan yang mengungkapkan

laporan corporate governance dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini

disebabkan perusahaan yang menerapkan corporate governance cenderung

Page 30: Skripsi achyar (revisi) 1

16

memiliki nilai kinerja perusahaan yang tinggi sehingga dapat memberikan

keuntungan kepada investor.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan (Akademisi)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan para akademisi

mengenai efektifitas penerapan good corporate governance yang akan

memberikan imbas bagi peningkatan kinerja perusahaan yang masuk dalam

perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) sehingga dapat dijadikan salah satu

referensi atau bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut.

1.5 Batasan Penelitian

Beberapa batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dibatasi pada perusahaan-perusahaan yang masuk dalam

perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) dan perusahaan tersebut

melampirkan laporan corporate governance pada laporan tahunannya.

2. Periode penelitian dibatasi untuk tahun 2008 sampai tahun 2010.

3. Sampel penelitian dibatasi pada perusahaan selama periode pengamatan

(Juni-November) termasuk dalam daftar perusahaan Jakarta Islamic Index

(JII), setelah dilakukan evaluasi periodik setiap enam bulan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika untuk memberikan gambaran umum dari tugas akhir yang

penulis buat adalah sebagai berikut :

Page 31: Skripsi achyar (revisi) 1

17

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan hal-hal seperti Latar Belakang,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Penelitian,

dan Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis membahas secara teoritis mengenai corporate

governance dari berbagai literatur dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan,

daftar penelitian sebelumnya dan pengembangan hipotesis.\

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis dan sumber data, populasi dan

sampel,pengumpulan data, definisi operasional variabel dan pengukurannya serta

metode analisis.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan mengenai deskripsi obyek penelitian serta

analisis data dan pembahasan yang dilakukan, sesuai dengan alat analisis yang

digunakan.

Page 32: Skripsi achyar (revisi) 1

18

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang

dilakukan dan saran-saran yang berguna bagi tujuan penelitian serupa di masa

yang akan datang.

Page 33: Skripsi achyar (revisi) 1

19

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Corporate Governance

2.1.1 Pengertian Corporate Governance

Good1 Corporate Governance (GCG) menurut The Indonesian Institute for

Corporate Governance (IICG) didefinisikan sebagai struktur2, sistem

3 dan proses

4

yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan

nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan

tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan norma yang berlaku (CGPI, 2008).

Corporate governance didefinisikan oleh Forum for Corporate Governance

in Indonesia (FCGI) sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan

antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta

para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-

hak dan kewajiaban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan

1Tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan, menunjukan

kepatutan dan keteraturan operasional perusahaan sesuai dengan konsep corporate governance. 2 Susunan atau rangka dasar manajemen perusahaan yang didasarkan pada pendistribusian hak-hak

dan tanggungjawab diantara organ perusahaan (dewan komisaris, direksi dan RUPS pemegang

saham) dan stakeholder lainnya, dan aturan-aturan maupun prosedur-prosedur untuk

penngambilan keputusan dalam hubungan perusahaan. 3 Prosedur formal dan informal yang mendukung struktur dan strategi operasional dalam suatu

perusahaan. 4Kegiatan mengarahkan dan mengelola bisnis yang direncanakan dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan, menyelaraskan perilaku perusahaan dengan ekspektasi dari masyarakat, serta

mempertahankan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang saham.

Page 34: Skripsi achyar (revisi) 1

20

mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk

menciptakan pertambahan nilai bagi pihak pemegang kepentingan (Tunggal,

2007).

Menurut keputusan menteri BUMN tentang penerapan praktek corporate

governance dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimaksud dengan

corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ

BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan

guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan

perundangan dan nilai-nilai etika (KEP-117/M-MBU/2002).

Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai sistem yang

mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar tercapai

keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan,

untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada

stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur,

manajer, pemegang saham dan sebagainya. Menurut Price Waterhouse Coopers,

corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan yang efektif.

Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses, kebijakan-

kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang

menguntungkan, efisien dan efektif dalam mengelola resiko dan bertanggung

jawab dengan memperhatikan kepentingan stakeholder (Surya dan Yustiavandana,

2008).

Page 35: Skripsi achyar (revisi) 1

21

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)

mendefinisikan corporate governance sebagai sekumpulan hubungan antara pihak

manajemen perusahaan, board, pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai

kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga menyaratkan adanya

struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate

governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen

untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang

saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong

perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.

Menurut Tangkilisan (2003), world bank mendefinisikan corporate

governance sebagai kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang

wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan

bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang

berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar

secara keseluruhan (Emirzon, 2006).

Sutan Remy Sjahdeini mengatakan, corporate governance adalah suatu

konsep yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian

kewenangan dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsur

yang membentuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh

masing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut. Konsep ini juga

menyangkut hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan itu,

mulai dari RUPS, direksi, komisaris, juga mengatur hubungan-hubungan antara

unsur-unsur dari struktur perseroan dengan unsur-unsur di luar perseroan yang

Page 36: Skripsi achyar (revisi) 1

22

pada hakikatnya merupakan stakeholder dari perseroan, yaitu negara yang sangat

berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang bersangkutan dan

masyarakat luas yang meliputi para investor publik dari perseroan itu (dalam hal

perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor, kreditur dan calon

kreditur perseroan. Dengan demikian corporate governance merupakan suatu

konsep yang luas (Khairandy dan Malik, 2007).

Finance Committee on Corporate Governance Malaysia memberi

pengertian corporate governance sebagai proses dan struktur yang digunakan

untuk mengarahkan serta mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan kearah

peningkatan maupun pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.

Sedangkan tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemakmuran kepada pemegang

saham jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders

lainnya (Lestariningsih, 2008).

Di Amerika Serikat konsep tentang corporate governance itu sendiri lebih

bermakna pada tanggung jawab sosial perusahaan (social responsibility) dan

perilaku etis para stakeholder yang di dalamnya termasuk para karyawan,

pelanggan, supplier, kreditur, dan sebagainya. Di sini perusahaan berperan

sebagai trustee dan hubungan antara perusahaan dan para stakeholder-nya harus

didasarkan pada kontrak sosial, di mana perusahaan secara moral terikat pada

constituency statutes untuk memperhatikan seluruh kepentingan dalam

kelompoknya. Di Inggris, konsep corporate governance diasosiasikan dengan

pertanggungjawaban dan kewajiban direksi terkait dengan urusan finansial

perusahaan. Sistem hukum perusahaan Inggris menganut sistem tripartit yang

Page 37: Skripsi achyar (revisi) 1

23

terdiri dari direksi, pemegang saham, dan auditor perusahaan. Peranan pemegang

saham dan auditor adalah untuk memastikan bahwa direksi tidak akan

menggunakan kekuasaannya untuk tujuan yang bertentangan dengan kepentingan

perusahaan (Khairandy dan Malik, 2007).

Struktur corporate governance pada suatu korporasi dipengaruhi oleh

berbagai faktor terutama teori korporasi yang dianut, budaya, dan sistem hukum

yang berlaku. Tarik menarik di antara faktor-faktor ini menghasilkan struktur

corporate governance yang berbeda-beda pada perusahaan di berbagai negara.

Disamping itu, sistem corporate governance juga tergantung pada latar belakang

budaya masyarakat yang ada dan juga sejarah ekonomi dan politik pada suatu

negara. Dengan demikian, istilah corporate governance antar satu negara dengan

negara lain berbeda-beda. Walaupun berbeda, tetapi dari kesemua istilah

corporate governance tersebut memiliki inti pengertian yang sama (Khairandy

dan Malik, 2007).

2.1.2 Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas corporate governance

diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas

corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai

kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan para

stakeholders (KNKG, 2006).

Page 38: Skripsi achyar (revisi) 1

24

Prinsip-prinsip dasar penerapan corporate governance yang dikemukakan

oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) adalah sebagai berikut:

2.1.2.1 Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil

inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan

keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Adapun pedoman pokok pelaksanaan dalam pemenuhan prinsip ini adalah:

a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,

jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh

pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi,

misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan

kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham

oleh anggota direksi dan anggota dewan komisaris beserta anggota

keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen

risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan

pelaksanaan corporate governance serta tingkat kepatuhannya, dan

kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

Page 39: Skripsi achyar (revisi) 1

25

c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi

kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak

pribadi.

d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2.1.2.2 Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur

dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas

merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan.

Adapun pedoman pokok pelaksanaan dalam pemenuhan prinsip ini adalah:

a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-

masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras

dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi

perusahaan.

b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab,

dan perannya dalam pelaksanaan corporate governance.

Page 40: Skripsi achyar (revisi) 1

26

c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang

efektif dalam pengelolaan perusahaan.

d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan

yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem

penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).

e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan

pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

2.1.2.3 Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga

dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai good corporate citizen.

Adapun pedoman pokok pelaksanaan dalam pemenuhan prinsip ini adalah:

a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan

memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran

dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain

peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar

perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

Page 41: Skripsi achyar (revisi) 1

27

2.1.2.4 Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas corporate governance, perusahaan

harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan

tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Adapun pedoman pokok pelaksanaan dalam pemenuhan prinsip ini adalah:

a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi

oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari

benturan kepentingan (confict of interest) dan dari segala pengaruh atau

tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan

tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab

antara satu dengan yang lain.

2.1.2.5 Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Adapun pedoman pokok pelaksanaan dalam pemenuhan prinsip ini adalah:

a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku

kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat

bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi

Page 42: Skripsi achyar (revisi) 1

28

sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-

masing.

b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada

pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang

diberikan kepada perusahaan.

c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam

penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara

profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan

kondisi fsik.

2.1.3 Implementasi Corporate Governance di Pasar Modal

BAPEPAM-LK selaku otoritas pasar modal Indonesia telah menerbitkan

serangkaian peraturan yang memiliki korelasi yang kuat dengan corporate

governance (Surya dan Yustiavandana, 2008).

Beberapa peraturan BAPEPAM-LK yang terkait dengan penerapan prinsip

good corporate governance adalah:

1. Peraturan Bapepam Nomor IX.D.1 tentang Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu

Peraturan ini berkaitan dengan prinsip fairness dalam GCG yang

mengisyaratkan adanya kewajaran dan keseimbangan yang harus

diterapkan pada semua pemegang saham.

Page 43: Skripsi achyar (revisi) 1

29

2. Peraturan Bapepam No. VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan

Peraturan ini berkaitan dengan prinsip transparansi dari GCG, yang

mewajibkan penyampaian laporan yang penting kepada pihak-pihak

yang berkepentingan secara berkala.

3. Peraturan Bapepam No.IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi

Tertentu

Peraturan ini merupakan salah satu Peraturan Bapepam yang sangat

mencerminkan pentingnya diterapkan prinsip-prinsip GCG dalam suatu

perusahaan.

4. Peraturan Bapepam No.IX.E.2 tentang Transaksi Material dan Perubahan

Kegiatan Usaha yang Dilakukan Perusahaan Terbuka

Peraturan ini menunjukan bagaimana prinsip kewajaran, transparansi dan

akuntabilitas diterapkan. Segala macam transaksi yang dilakukan

perusahaan publik yang memengaruhi perusahaan secara signifikan

(transaksi material), maka harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan

RUPS independen.

5. Peraturan Bapepam No.IX.G.1 tentang Penggabungan Usaha dan

Peleburan Perusahaan Publik dan Emiten

Peraturan ini berkaitan dengan pelaksanaan prinsip responsibilitas yang

menyangkut tanggung jawab suatu perusahaan untuk taat pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 44: Skripsi achyar (revisi) 1

30

6. Peraturan Bapepam No.IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksanaan RUPS

Peraturan ini memuat prinsip tentang keseragaman informasi untuk

rencana RUPS. Dengan demikian, peraturan ini memiliki korelasi yang

kuat dengan prinsip fairness, sehingga terdapat aturan yang memberikan

persamaan hak kepada setiap pemegang saham untuk menyuarakan

kepentingannya berdasarkan jumlah saham yang ia miliki selama ini.

7. Peraturan Bapepam No.IX.J.1 tentang Pengaturan tentang Pokok-

pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum

Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik

Menurut ketentuan ini pemegang saham berhak memperoleh kesempatan

untuk berparisipasi dan menggunakan hak suara dalam RUPS serta

mendapatkan informasi tentang tata cara RUPS, termasuk penggunaan

hak suara.

8. Peraturan Bapepam No.X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus

Segera Diumumkan Kepada Publik

Peraturan ini dengan tegas mewajibkan emiten untuk menyampaikan

kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat paling

lambat hari kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya peristiwa

atau fakta material yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek,

perusahaan, dan keputusan investor.

Page 45: Skripsi achyar (revisi) 1

31

9. Peraturan Bapepam No.X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan

Dana Hasil Penawaran Umum

Peraturan ini memuat kewajiban untuk menyampaikan penggunaan

dana yang diperoleh dari penawaran umum kepada publik. Peraturan ini

juga berkaitan dengan prinsip keterbukaan yang berkaitan erat dengan

perlindungan terhadap pemegang saham publik, mengingat informasi yang

diberikan menyangkut dana yang didapat suatu perusahaan setelah

melakukan penawaran umum.

10. Peraturan Bapepam No.IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan

Terbuka

Peraturan ini memuat kewajiban untuk menyampaikan informasi yang

berkaitan dengan proses pengambilalihan oleh pihak pengambil alih

kepada otoritas pasar modal, bursa, dan publik, serta memuat kewajiban

untuk melakukan tender offer.

11. Peraturan Bapepam No.IX.F.1 tentang Penawaran Tender

Dalam hal terjadinya pembelian perusahaan terbuka, diwajibkan untuk

melakukan tender offer, dimana peraturan ini memberikan bentuk yang

lebih jelas berkaitan dengan pengambilalihan perusahaan terbuka.

12. Peraturan Bapepam No.VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas

Laporan Keuangan

Peraturan ini merupakan peraturan yang memgimplementasikan secara

konkret prinsip akuntabilitas dan prinsip responsibilitas, karena

memberikan gambaran yang jelas bagaimana tanggung jawab para direksi

Page 46: Skripsi achyar (revisi) 1

32

atas laporan keuangan perusahaan yang dilaporkan secara berkala kepada

Bapepam.

13. Peraturan Bapepam No.X.K.5 tentang Keterbukaan Informasi bagi Emiten

atau Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pernyataan Pailit

Ketentuan ini mengatur penerapan prinsip keterbukaan, terutama apabila

terhadap suatu perusahaan publik dimohonkan pernyataan pailit.

14. Peraturan Bapepam No.IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan

Peraturan yang mewajibkan emiten untuk membentuk fungsi sekretaris

perusahaan ini adalah juga merupakan bentuk konkret implementasi

prinsip keterbukaan, mengingat peranan utama dari sekretaris perusahaan

adalah untuk menghubungkan antara perusahaan public atau emiten

dengan para pemodal melalui pemberian informasi-informasi penting

yang dibutuhkan sebelum menanam modal.

15. Peraturan Bapepam No.IX.I.6 tentang Direksi dan Komisaris Emiten dan

Perusahaan

Peraturan ini diterbitkan dengan maksud untuk meningkatkan penerapan

prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate

governance) bagi emiten dan perusahaan public terutama yang berkaitan

dengan persyaratan dan pertanggungjawaban anggota direksi dan

komisaris.

Page 47: Skripsi achyar (revisi) 1

33

2.2 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan

individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu

untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak

keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya

dengan menggunakan ukuran komparatif. Dalam membahas metode penilaian

kinerja keuangan, perusahaan harus didasarkan pada data keuangan yang

dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi keuangan yang

berlaku umum. Laporan ini merupakan data yang paling umum yang tersedia

untuk tujuan tersebut, walaupun seringkali tidak mewakili hasil dan kondisi

ekonomi. Laporan keuangan memuat hasil investasi operasi dan pembiayaan

perusahaan, maka fokus akan diarahkan pada hubungan dan indikator keuangan

yang memungkinkan analisa penilaian kinerja masa lalu dan juga proyeksi hasil

masa depan dimana akan menekankan pada manfaat serta keterbatasan yang

terkandung didalamnya (Sucipto, 2003).

Kinerja keuangan dalam konteks dunia usaha mengandung pengertian yang

sangat luas. Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997)

adalah merupakan kata banda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2.

Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja. Sedangkan penilaian kinerja

menurut Mulyadi (1997) adalah, penentuan secara periodik efektifitas operasional

suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar

dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya

dijalankan oleh manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan

Page 48: Skripsi achyar (revisi) 1

34

penilaian atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan

dalam organisasi.

Barlian (2003) dalam Meta (2010) mengartikan kinerja keuangan suatu

perusahaan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan, dan potensi

perkembangan yang baik bagi perusahaan. Informasi kinerja keuangan diperlukan

untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi, yang mungkin

dikendalikan di masa depan dan untuk memprediksi kapasitas produksi dari

sumber daya yang ada. Pimpinan perusahaan atau manajemen sangat

berkepentingan terhadap laporan keuangan yang telah dianalisis, karena hasil

tersebut dapat dijadikan sebagai alat dalam pengambilan keputusan lebih lanjut

untuk masa yang akan datang. Dengan menggunakan analisis rasio, berdasarkan

data dari laporan keuangan, akan dapat diketahui hasil-hasil finansial yang telah di

capai di waktu-waktu yang lalu, dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang

dimiliki perusahaan, serta hasil-hasil yang dinggap cukup baik.

Evaluasi kinerja keuangan dapat dilakukan menggunakan analisis laporan

keuangan, di mana data pokok sebagai input dalam analisis ini adalah neraca dan

laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan dapat dilakukan menggunakan rasio

keuangan. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan dan pihak

yang berkepentingan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dengan cepat, karena

penyajian rasio-rasio keuangan akan menunjukkan kondisi sehat tidaknya suatu

perusahaan. Analisis rasio menghubungkan unsur-unsur rencana dan perhitungan

laba rugi sehingga dapat menilai efektivitas dan efisiensi perusahaan. Analisis

pos-pos neraca akan memberikan gambaran tentang posisi keuangan perusahaan,

Page 49: Skripsi achyar (revisi) 1

35

sementara analisis terhadap laporan laba rugi akan mendeskripsikan hasil atau

perkembangan usaha dari perusahaan. Informasi yang bisa diperoleh dari evaluasi

kinerja keuangan antara lain tentang kemampuan perusahaan melunasi utang

jangka pendek, kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pokok pinjaman,

dan keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan besarnya modal sendiri

(Orniati, 2009).

Munawir (2002) dalam Orniati (2009) menjelaskan bahwa pengukuran

kinerja keuangan memiliki beberapa tujuan. Tujuan pertama untuk mengetahui

tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan pada saat ditagih. Tujuan kedua untuk mengetahui tingkat solvabilitas,

yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, yang mencakup baik

kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tujuan ketiga untuk

mengetahui tingkat profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan laba selama periode tertentu. Tujuan keempat untuk

mengetahui stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahanya

dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan

untuk membayar cicilan secara teratur kepada pemegang saham tanpa mengalami

hambatan.

Ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian yaitu

kinerja operasi perusahaan dan kinerja pasar. Kinerja operasi perusahaan diukur

dengan melihat kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya.

Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio

Page 50: Skripsi achyar (revisi) 1

36

profitabilitas. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu.

Rasio yang sering digunakan adalah ROE. ROE (Return On Equity) merupakan

rasio antara laba bersih terhadap total equity. Semakin tinggi ROE menunjukkan

semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan

laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk mengukur tingkat

pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan didalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholders’ equity) yang dimiliki

oleh perusahaan (Sabrinna, 2010).

Sabrinna (2010) mengatakan, ada beberapa rasio untuk mengukur kinerja

pasar perusahaan, salah satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi yang

paling baik adalah Tobin’s Q. Tobin’s Q merupakan ukuran penilaian yang

paling banyak digunakan dalam data keuangan perusahaan. Nama Tobin’s Q

berasal dari James Tobin dari Yale University setelah dia memperoleh hadiah

nobel. Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan

memiliki prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset

yang semakin besar. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar

aset perusahaan, semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan

pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Brealey dan Myers

(2000), Sukamulja (2004) dalam Sabrinna (2010) menyebutkan bahwa perusahaan

dengan nilai Tobin’s Q yang tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan

yang sangat kuat, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang

Page 51: Skripsi achyar (revisi) 1

37

rendah umumnya berada pada industri yang sangat kompetitif atau industri yang

mulai mengecil.

Ukuran kinerja keuangan yang mendasarkan pada laba akuntansi

(accounting profit), seperti earnings per share, price earning ratio dan return

on equity, dianggap tidak lagi memadai untuk mengevaluasi efektivitas dan

efisiensi perusahaan. Pada saat ini, banyak perusahaan menggunakan ukuran

kinerja yang lebih menekankan value (Value Vased Management / VBM). Konsep

VBM mendorong manajemen lebih termotivasi dan fokus pada penciptaan arus

kas di masa mendatang bagi pemegang saham. VBM yang diterapkan secara

kontinyu, pada kondisi pasar yang efisien akan merefleksikan kinerja dan prospek

bagus pada harga saham. VBM memiliki dua elemen kunci. Pertama, penciptaan

nilai bagi pemegang saham (shareholder value) sebagai tujuan utama perusahaan.

Kedua, sebagai ukuran kinerja internal perusahaan yang mampu memotivasi

manajemen mengejar tujuan maksimalisasi tujuan di atas. Economic Value Added

(EVA) yang dipopulerkan dan dipatenkan oleh Stewart & Company, sebuah

konsultan manajemen terkemuka adalah salah satu varian value based

management. EVA menghitung economic profit dan bukan accounting profit.

Pada dasarnya, EVA mengukur nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai

tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas

cost of capital perusahaan. Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah

pajak dikurangi dengan cost of capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan

perusahaan telah menciptakan kekayaan (Pradhono & Christiawan, 2004).

Page 52: Skripsi achyar (revisi) 1

38

Meskipun pengukuran kinerja tampaknya objektif, bersifat repetitif dan

merupakan kegiatan yang rutin, namun pengukuran kinerja itu sendiri seringkali

memicu timbulnya prilaku yang tidak semestinya (Sucipto, 2003). Perilaku yang

tidak seharusnya muncul dalam pengukuran kinerja adalah :

a. Perataan (smothing)

Perataan meliputi semua kegiatan yang digunakan oleh manajer untuk

mempengaruhi arus data dengan cara mempercepat atau menunda informasi

yang disampaikan kepada manajer atasnya. Perataan dilakukan dengan cara

mengirim informasi dalam periode sekarang mengenai peristiwa yang

terjadi dalam periode yang akan datang atau menunda pengiriman informasi

mengenai peristiwa sekarang sampai dengan periode yang akan datang.

Informasi pendapatan dan biaya biasanya merupakan informasi yang

menjadi objek perataan untuk memenuhi kepentingan pribadi manajer yang

diukur kinerjanya.

b. Pencondongan (biasing)

Perilaku tidak semestinya yang lain yang kemungkinan timbul dalam proses

pengukuran kinerja sesungguhnya adalah pencondongan, yang merupakan

metode manipulasi data yang digunakan oleh manajer dengan memilih

informasi diantara berbagai rangkaian informasi yang mungkin dihasilkan,

yang kemungkian menghasilkan gambaran yang paling menguntungkan

bagi kinerja manajer tersebut. Jika kemungkinan untuk memilih, manajer

cenderung akan memilih metode akuntansi yang memberikan gambaran

yang paling baik bagi manajer.

Page 53: Skripsi achyar (revisi) 1

39

c. Permainan (gaming)

Manipulasi hasil kerja dapat pula dilaksanakan dengan memanfaatkan

berbagai aspek hubungan antara atasan dengan bawahannya. Permainan

adalah perilaku pengirim informasi yang bertindak untuk menyebabkan

informasiyang diinginkan yang seharusnya dikirim. Jika misalnya manajer

atas menetapkan aturan main dalam pengukuran kinerja seperti target laba,

biaya standar, aturan untuk pendistribusian penghargaan, manajer bawahnya

kemudian memilih satu diantara altematif tindakan yang mungkin

dilaksanakan, yang menghasilkan dampak yang paling menguntungkan bagi

dirinya. Permainan ini dapat dicegah dengan mengukur kinerja manajer

tidak dengan kriteria tunggal tapi dengan kriteria beragam (multiple

creteria) atau kriteria gabungan (composite criteria).

d. Penonjolan dan pelanggaran aturan (focusing and illegal act)

Cara lain yang digunakan oleh manajer yang mengirim pesan tentang

ukuran kinerjanya agar sesuai dengan kebutuhan pribadinya adalah

penonjolan dan tindakan melanggar aturan. Penonjolan terjadi dengan cara

menonjolkan informasi yang menguntungkan diri pengirim informasi dan

menyembunyikan informasi yang tidak menguntungkan dirinya. Prilaku ini

seringkali terjadi jika perusahaan menggunakan kriteria beragam untuk

pengukuran kinerja. Penonjolan dapat berupa pemalsuan data yang

digunakan untuk pengukuran kinerja jika manajer tidak dapat mencapai

target yang telah ditetapkan atau manajer dapat membatasi keluaran

bagiannya untuk menghindari dinaikkannya target keluaran dimasa yang

Page 54: Skripsi achyar (revisi) 1

40

akan datang atau karyawan yang sangat produktif ditekan oleh rekan

sekerjanya untuk mengurangi kecepatan kerjanya. Penonjolan sering

berbentuk pelanggaran aturan perusahaan atau bahkan pelanggaran hukum.

Misalnya untuk memberikan gambaran profitabilitas perusahaan kepada

calon kreditur atau investor, manajemen perusahaan memalsukan angka-

angka pendapatan dan biaya.

2.3 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai hubungan good corporate governance dengan kinerja

perusahaan memberikan hasil yang bervariasi. Beberapa penelitian terdahulu yang

pernah melakukan penelitian tentang penerapan corporate governance adalah

sebagai berikut:

Penelitian Pranata (2007) dari Universitas Islam Indonesia. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui penerapan corporate governance terhadap ROE,

NPM, dan Tobin‟s Q. Sampel yang digunakan sebanyak 35 perusahaan yang

diambil secara purpose sampling yaitu perusahaan yang telah go public yang

terdaftar di BEJ selama tahun 2001-2005 dan masuk dalam kelompok 10 besar

berdasarkan skor pemeringkatan corporate governance. Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa penerapan corporate governance berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROE, NPM, dan Tobin’s Q.

Penelitian Maharani (2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penerapan good corporate governance yang didukung profitabilitas

dan ukuran perusahaan terhadap nilai pasar perusahaan di BEJ. Penelitian

Page 55: Skripsi achyar (revisi) 1

41

menggunakan metode survey empiris yang menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari The Indonesian Institute foc Corporate Governance (IICG) dan

data kinerja keuangan dari Indonesian Capital Market Directory tahun 2001-

2003. Sampel penelitian adalah 35 perusahaan manufaktur yang diambil dengan

teknik purposive sampling. Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan nilai

pasar (market value) adalah nilai kekayaan yang tidak dapat dilihat dari neraca

yaitu dengan Tobin’s Q. Hasil penelitian menunjukkan bahwa good corporate

governance berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang terdaftar di BEJ.

Perusahaan yang menerapkan prinsip corporate governance dalam manajemennya

akan mendapat apresiasi yang positif dari investor, sehingga nilai pasar semakin

meningkat dan kinerja akan semakin meningkat.

Penelitian Wardhani (2008). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh CG terhadap Kinerja Perusahaan. Corporate governance di-proxy-kan

dengan Indeks CG berdasarkan hasil survei pemeringkatan oleh IICG dan kinerja

perusahaan di-proxy-kan dengan nilai Return on Equity (ROE) dan Tobin’s Q.

Sebagai variabel kontrol digunakan komposisi aktiva perusahaan, kesempatan

pertumbuhan, dan ukuran perusahaan. Sampel penelitian adalah perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan mengikuti survei yang dilakukan oleh IICG

tahun 2001-2005 dan termasuk dalam pemeringkatan CGPI. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa tingkat penerapan CG tidak mempengaruhi ROE, namun

hasil lainnya menunjukkan bahwa tingkat penerapan CG secara positif signifikan

mempengaruhi Tobin’s Q.

Page 56: Skripsi achyar (revisi) 1

42

Penelitian Hidayah (2008). Penelitian ini bertujuan untuk menguji

keterkaitan penerapan CG dengan kinerja perusahaan dan menguji pengaruh

pengungkapan wajib dan ketepatan waktu penyampaian informasi terhadap

hubungan antara CG dengan kinerja perusahaan. Tingkat penerapan CG di-proxy-

kan dengan indeks CG hasil studi IICG tahun 2001-2004 dan kinerja di-proxy-kan

oleh nilai Tobin’s Q. Sedangkan pengungkapan diwakili oleh indeks

pengungkapan dengan rumus n/k dimana n adalah jumlah informasi yang

dipenuhi dan k jumlah seluruh informasi yang mungkin dapat dipenuhi. Ketepatan

waktu penyampaian informasi diwakili oleh variabel dummy dimana 1 untuk

penyampaian informasi tepat waktu (tidak lebih dari 3 bulan sejak tanggal laporan

keuangan) dan 0 untuk penyampaian informasi tidak tepat waktu. Metode yang

digunakan untuk menguji hipotesis adalah statistik regresi linier dan uji interaksi.

Metode regresi linier digunakan sebagai model prediksi terhadap hubungan satu

variabel dependen dengan satu variabel independen. Sedangkan uji interaksi

digunakan sebagai model prediksi hubungan antara satu variabel independen dan

satu variabel dependen dengan satu variabel moderating. Temuannya adalah

penerapan CG tidak mempengaruhi kinerja pasar perusahaan. Demikian juga

untuk pengungkapan wajib dan ketepatan waktu penyampaian informasi, ternyata

bukan merupakan variabel moderating.

Penelitian Sam’ani (2008). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

menemukan bukti empiris pengaruh elemen-elemen dalam penerapan good

corporate governance terhadap kinerja perusahaan perbankan di Indonesia.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di

Page 57: Skripsi achyar (revisi) 1

43

Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan sampel adalah perusahaan perbankan

selama periode 2004-2007. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode

purposive sampling. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi

berganda. Dari hasil pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa pengaruh

corporate governance yang diproksi oleh aktivitas komisaris, ukuran dewan

direksi, komite audit mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap

kinerja. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional

dan rasio leverage mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap

kinerja. Akan tetapi variabel komisaris independen secara signifikan tidak dapat

mempengaruhi kinerja. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

perusahaan perbankan di Indonesia sudah mulai menerapkan good corporate

governance dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan serta untuk

melindungi kepentingan para principal.

Penelitian Mulyati (2010). Penelitian ini menguji pengaruh corporate

governance terhadap kinerja perusahaan. Untuk menguji pengaruh tersebut

digunakan model regresi linier berganda. Pemeringkatan corporate governance

tahun 2005 dan 2007 hasil riset The Indonesian Institute for Corporate

Directorship (IICD) digunakan sebagai ukuran tingkat penerapan corporate

governance, return on equity (ROE) digunakan sebagai ukuran kinerja

operasional, dan nilai Tobin’s Q sebagai ukuran kinerja pasar perusahaan.

Penelitian ini juga menginvestigasi apakah terdapat perbedaan reaksi pasar

terhadap pengumuman penghargaan Good Corporate Governance (GCG) Award

antara perusahaan-perusahaan yang memperoleh penghargaan GCG Award dari

Page 58: Skripsi achyar (revisi) 1

44

IICD pada tahun 2009 dengan perusahaan-perusahaan yang tidak memperoleh

penghargaan. Reaksi pasar dicerminkan oleh abnormal return yang dihitung

dengan menggunakan market model. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak

terdapat pengaruh yang signifikan antara indeks CG terhadap ROE. Namun

terdapat pengaruh positif yang signifikan antara indeks CG dan nilai Tobin’s Q.

Pengujian terhadap reaksi pasar menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

abnormal return selama periode pengamatan antara perusahaan yang memperoleh

penghargaan dengan perusahaan yang tidak memperoleh penghargaan.

Penelitian Sabrinna (2010). Penelitian ini menjelaskan hubungan antara

corporate governance dan struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan.

Pengambilan sampel Corporate Governance Perception Index (CGPI) untuk

2002 sampai 2008 dari The Indonesian Institute for Corporate Governance

(IICG) digunakan untuk mengukur pengaruh corporate governance dengan

Tobin’s Q pada kinerja pasar perusahaan dan Return On Equity (ROE) digunakan

untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Pengambilan sampel struktur

kepemilikan dilihat dari modal saham perusahaan yang terdapat pada laporan

keuangan. Struktur kepemilikan terdiri dari kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan

menggunakan Tobin’s Q dan Return On Equity (ROE). Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara corporate

governance dengan Tobin’s Q (kinerja pasar) tetapi terdapat hubungan positif

signifikan antara corporate governance dengan ROE (kinerja operasional).

Sedangkan pada struktur kepemilikan tidak terdapat hubungan signifikan antara

Page 59: Skripsi achyar (revisi) 1

45

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kinerja

perusahaan, hal ini dikarenakan bahwa keberadaan manajer dan pemegang

saham kurang memiliki pengaruh dalam peningkatan kinerja perusahaan.

Penelitian Hardikasari (2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengukur corporate governance dan kinerja keuangan dalam sektor perbankan

yang nantinya akan menentukan pada pelaksanaan good corporate governance.

Dalam penelitian ini konsep indikator yang dipakai dalam mekanisme

corporate governance terdiri dari: ukuran dewan direksi, ukuran dewan

komisaris dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba yang

dilakukan oleh industry perbankan di Indonesia. Sampel pada penelitian ini adalah

seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun

2006-2008. Untuk menentuan sampel pilihan digunakan metode purposive

sampling. Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan 22 perusahaan

perbankan yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari hasil

pengujian hipotesis, maka menunjukan bahwa corporate governanace yang

dalam penelitian ini terdiri dari indikator ukuran dewan direksi, ukuran dewan

komisaris dan ukuran perusahaan. Dan hasilnya menujukan bahwa ukuran dewan

direksi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kinerja keuangan,

ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja

perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

kinerja keuangan.

Page 60: Skripsi achyar (revisi) 1

46

Secara ringkas penelitian terdahulu dapat dipaparkan dalam tabel 2.1

berikut:

Tabel 2 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Tahun Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1. Yudha Pranata 2007 Corporate

Governance, ROE,

NPM dan Tobin’s Q

Indeks CG berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap ROE, NPM

dan Tobin’s Q

2. Arum

Maharani

2007 Indeks CG,

Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan, Tobin’s

Q

Indeks CG dan

Profitabilitas

berpengaruh positif

terhadap Tobin’s Q

3. Diah Kusuma

Wardhani

2008 Indeks CG, ROE,

Tobin’s Q, Komposisi

aktiva, Kesempatan

pertumbuhan, Ukuran

perusahaan

Indeks CG tidak

mempengaruhi ROE,

namun secara signifikan

mempengaruhi Tobin’s

Q

4. Erna Hidayah 2008 Indeks CG, Tobin’s

Q, Komposisi aktiva,

Kesempatan

pertumbuhan, Ukuran

perusahaan

Tidak terdapat hubungan

antara indeks CG

dengan Tobin’s Q

5. Sam’ani 2008 Kepemilikan

institusioanal, dewan

komisaris, dewan

direksi, komisaris

independen, komite

audit, Leverage,

CFROA

Corporate governance

yang diproksi oleh

aktivitas komisaris,

ukuran dewan direksi

dan komite audit

mempunyai hubungan

positif dan signifikan

terhadap kinerja yang

diproksi dengan CFROA

6. Sri Mulyati 2010 Indeks CG, ROE,

Tobin’s Q, Reaksi

pasar, Komposisi

aktiva, Kesempatan

pertumbuhan, Ukuran

perusahaan

Indeks CG tidak

mempengaruhi ROE,

namun secara positif

signifikan

mempengaruhi Tobin’s

Q.

7. Anindhita Ira

Sabrinna

2010 Indeks CG,

Kepemilikan

Manajerial,

Kepemilikan

Institusional,

Komposisi aktiva,

Tidak terdapat hubungan

antara Indeks CG

dengan Tobin’s Q tetapi

terdapat hubungan

positif signifikan dengan

ROE.

Page 61: Skripsi achyar (revisi) 1

47

Kesempatan

pertumbuhan, Ukuran

perusahaan

8. Eka

Hardikasari

2011 Ukuran Dewan

Direksi, Ukuran

Dewan Komisaris,

Ukuran Perusahaan,

CFROA

Corporate governance

yang diproksi dengan

ukuran dewan komisaris

berpengaruh positif

secara signifikan

terhadap kinerja

perusahaan, sementara

ukuran perusahaan

berpengaruh positif

tetapi tidak signifikan. Sumber: Disarikan dari masing-masing penelitian

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah

diuraikan, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah adanya indikator

dalam suatu perusahaan yang masuk kedalam perhitungan indeks JII; kepemilikan

institusional, aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit dan

komisaris independen yang mempunyai pengaruh terhadap baik atau buruknya

kinerja perusahaan tersebut. Dalam pengukuran kinerja perusahaan, alat ukur yang

digunakan adalah Tobin’s Q. Tobin’s Q ini digunakan untuk menghitung nilai

perusahaan atau menunjukan kinerja pasar perusahaan.

Page 62: Skripsi achyar (revisi) 1

48

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada gambar berikut:

Sumber: dikembangkan dengan justifikasi penelitian terdahulu

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.5.1 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional menurut Soesetio (2008), berarti kepemilikan

saham oleh pihak institusi lain; kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain.

Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki

sumber daya yang lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham

lainnya. Sujoko dan Soebiantoro (2007) mengartikan kepemilikan institusional

sebagai proporsi kepemilikan saham oleh institusi dalam hal ini institusi pendiri

Komisaris Independen

Komite Audit

Kinerja Perusahaan

(Tobin’s Q)

Dewan Direksi

Aktivitas Komisaris

Kepemilikan

Institusional

Gambar 2 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Page 63: Skripsi achyar (revisi) 1

49

perusahaan, bukan institusi pemegang saham publik yang diukur dengan

prosentase jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusi intern.

Kepemilikan institusional menurut Han, dkk. (1999) dalam Soesetio (2008),

diharapkan mampu melakukan pengawasan lebih baik terhadap kebijakan

manajer. Kepemilikan institusional dapat melakukan pengawasan yang lebih baik

dikarenakan dari segi skala ekonomi, pihak institusional memiliki keuntungan

lebih untuk memperoleh informasi dan menganalisis segala hal yang berkaitan

dengan kebijakan manajer. Selain itu, pihak institusional lebih mementingkan

adanya stabilitas pendapatan atau keuntungan jangka panjang, sehingga aset

penting perusahaan akan mendapatkan pengawasan yang lebih baik.

Nuringsih (2010) mengatakan, keterlibatan kelompok pemegang saham

mayoritas menyebabkan kekuatan investor menjadi besar, sehingga dapat

mengawasi kinerja manajer agar sesuai dengan tujuan perusahaan. Pada saat

kepemilikan institusional mengalami peningkatan berarti pengawasan terhadap

kinerja manajer menjadi lebih kuat sehingga menurunkan kepemilikan manajerial.

Sebaliknya, pada kepemilikan institusional mengalami penurunan menyebabkan

penurunan pengawasan, sehingga manajer cenderung meningkatkan keterlibatan

dalam kepemilikan saham perusahaan. mekanisme ini dapat menekan konflik

keagenan dalam perusahaan.

2.5.2 Aktivitas Komisaris

Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab

secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

Page 64: Skripsi achyar (revisi) 1

50

Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun

demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan

operasional. Kedudukan masing-masing anggota Dewan Komisaris termasuk

Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter

pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris (KNKG, 2006).

Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif,

perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan

secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.

2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan

memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik

termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan

semua pemangku kepentingan.

3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup

tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

Pedoman pokok anggota Dewan Komisaris menurut KNKG (2006), adalah:

1. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris

a. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan

kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas

dalam pengambilan keputusan.

b. Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari

pihak terafiliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan

Komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud dengan terafiliasi adalah

Page 65: Skripsi achyar (revisi) 1

51

pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan

pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris

lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota Direksi dan

Dewan Komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk

jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi.

c. Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar mekanisme

pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Salah satu dari Komisaris Independen harus

mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan.

d. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS

melalui proses yang transparan. Bagi perusahaan yang sahamnya

tercatat di bursa efek, badan usaha milik negara dan atau daerah,

perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,

perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas,

serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian

lingkungan, proses penilaian calon anggota Dewan Komisaris

dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite Nominasi dan

Remunerasi. Pemilihan Komisaris Independen harus memperhatikan

pendapat pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan melalui

Komite Nominasi dan Remunerasi.

e. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS

berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada anggota Dewan

Komisaris diberi kesempatan untuk membela diri.

Page 66: Skripsi achyar (revisi) 1

52

2. Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris

a. Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat kemampuan dan

integritas sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian

nasihat untuk kepentingan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.

b. Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan perusahaan untuk

kepentingan pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain.

c. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi anggaran

dasar dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

tugasnya.

d. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan melaksanakan

Pedoman GCG ini.

3. Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris

a. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil

keputusan operasional. Dalam hal Dewan Komisaris mengambil

keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan dalam anggaran dasar atau

peraturan perundang-undangan, pengambilan keputusan tersebut

dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan

kegiatan operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi.

Kewenangan yang ada pada Dewan Komisaris tetap dilakukan dalam

fungsinya sebagai pengawas dan penasihat.

b. Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan Komisaris

dapat mengenakan sanksi kepada anggota Direksi dalam bentuk

Page 67: Skripsi achyar (revisi) 1

53

pemberhentian sementara, dengan ketentuan harus segera

ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan RUPS.

c. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan

tertentu sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan

dan anggaran dasar, untuk sementara Dewan Komisaris dapat

melaksanakan fungsi Direksi.

d. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris

baik secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai

akses dan memperoleh informasi tentang perusahaan secara tepat waktu

dan lengkap.

e. Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja

(charter) sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif

serta dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja mereka.

f. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan

laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan

oleh Direksi, dalam rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan

tanggung jawab (acquit et decharge) dari RUPS.

g. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk

komite. Usulan dari komite disampaikan kepada Dewan Komisaris

untuk memperoleh keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat

di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang

menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang

produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta

Page 68: Skripsi achyar (revisi) 1

54

perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian

lingkungan, sekurang-kurangnya harus membentuk Komite Audit,

sedangkan komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

2.5.3 Dewan Direksi

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara

kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat

melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas

dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota

Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing

anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama

sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi (KNKG,

2006).

Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi

prinsip-prinsip berikut:

1. Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak

independen.

2. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman

serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

3. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat

menghasilkan keuntungan (proftability) dan memastikan kesinambungan

usaha perusahaan.

Page 69: Skripsi achyar (revisi) 1

55

4. Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pedoman pokok anggota direksi menurut KNKG (2006), adalah:

1. Komposisi Direksi

a. Jumlah anggota Direksi harus disesuaikan dengan kompleksitas

perusahaan dengan tetap memperhatikan efektiftas dalam pengambilan

keputusan.

b. Anggota Direksi dipilih dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses

yang transparan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,

perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun

dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya

digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai

dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, proses penilaian calon

anggota Direksi dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite

Nominasi dan Remunerasi.

c. Pemberhentian anggota Direksi dilakukan oleh RUPS berdasarkan

alasan yang wajar dan setelah kepada yang bersangkutan diberi

kesempatan untuk membela diri.

d. Seluruh anggota Direksi harus berdomisili di Indonesia, di tempat

yang memungkinkan pelaksanaan tugas pengelolaan perusahaan sehari-

hari.

Page 70: Skripsi achyar (revisi) 1

56

2. Kemampuan dan Integritas Anggota Direksi

a. Anggota Direksi harus memenuhi syarat kemampuan dan integritas

sehingga pelaksanaan fungsi pengelolaan perusahaan dapat

dilaksanakan dengan baik.

b. Anggota Direksi dilarang memanfaatkan perusahaan untuk

kepentingan pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain.

c. Anggota Direksi harus memahami dan mematuhi anggaran dasar dan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugasnya.

d. Anggota Direksi harus memahami dan melaksanakan Pedoman GCG ini

3. Fungsi Direksi

Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup 5 (lima) tugas utama

yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi,

dan tanggung jawab sosial.

a. Kepengurusan

i. Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta program

jangka panjang dan jangka pendek perusahaan untuk dibicarakan

dan disetujui oleh Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar;

ii. Direksi harus dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki

oleh perusahaan secara efektif dan efsien;

iii. Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari

pemangku kepentingan;

Page 71: Skripsi achyar (revisi) 1

57

iv. Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite yang dibentuk

untuk mendukung pelaksanaan tugasnya atau kepada karyawan

perusahaan untuk melaksanakan tugas tertentu, namun tanggung

jawab tetap berada pada Direksi;

v. Direksi harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter)

sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat

digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja.

b. Manajemen Risiko

i. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem manajemen

risiko perusahaan yang mencakup seluruh aspek kegiatan

perusahaan;

ii. Untuk setiap pengambilan keputusan strategis, termasuk penciptaan

produk atau jasa baru, harus diperhitungkan dengan seksama

dampak risikonya, dalam arti adanya keseimbangan antara hasil

dan beban risiko;

iii. Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan

baik, perusahaan perlu memiliki unit kerja atau penanggungjawab

terhadap pengendalian risiko.

c. Pengendalian Internal

i. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian

internal perusahaan yang handal dalam rangka menjaga kekayaan

dan kinerja perusahaan serta memenuhi peraturan perundang-

undangan.

Page 72: Skripsi achyar (revisi) 1

58

ii. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan

negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau

jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang

mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus

memiliki satuan kerja pengawasan internal;

iii. Satuan kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas membantu

Direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan

usaha dengan: (i) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan

program perusahaan; (ii) memberikan saran dalam upaya

memperbaiki efektifitas proses pengendalian risiko; (iii)

melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan

perusahaan, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan; dan (iv)

memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal;

iv. Satuan kerja atau pemegang fungsi pengawasan internal

bertanggung jawab kepada Direktur Utama atau Direktur yang

membawahi tugas pengawasan internal. Satuan kerja pengawasan

internal mempunyai hubungan fungsional dengan Dewan

Komisaris melalui Komite Audit.

d. Komunikasi

i. Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara

perusahaan dengan pemangku kepentingan dengan

memberdayakan fungsi Sekretaris Perusahaan;

Page 73: Skripsi achyar (revisi) 1

59

ii. Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah: (i) memastikan kelancaran

komunikasi antara perusahaan dengan pemangku kepentingan;

dan (ii) menjamin tersedianya informasi yang boleh diakses

oleh pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan wajar dari

pemangku kepentingan;

iii. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan

negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau

jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang

mempunyai pengaruh terhadap kelestarian lingkungan, harus

memiliki Sekretaris Perusahaan yang fungsinya dapat mencakup

pula hubungan dengan investor (investor relations);

iv. Dalam hal perusahaan tidak memiliki satuan kerja kepatuhan

(compliance) tersendiri, fungsi untuk menjamin kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan dilakukan oleh Sekretaris

Perusahaan;

v. Sekretaris Perusahaan atau pelaksana fungsi Sekretaris

Perusahaan bertanggung jawab kepada Direksi. Laporan

pelaksanaan tugas Sekretaris Perusahaan disampaikan pula kepada

Dewan Komisaris.

Page 74: Skripsi achyar (revisi) 1

60

e. Tanggung Jawab Sosial

i. Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan,

Direksi harus dapat memastikan dipenuhinya tanggung jawab

sosial perusahaan;

ii. Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus

dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

4. Pertanggungjawaban Direksi

a. Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan

dalam bentuk laporan tahunan yang memuat antara lain laporan

keuangan, laporan kegiatan perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG.

b. Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, dan khusus untuk

laporan keuangan harus memperoleh pengesahan RUPS.

c. Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS diselenggarakan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk memungkinkan pemegang

saham melakukan penilaian

d. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan

pengesahan atas laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan

pembebasan dan pelunasan tanggung jawab kepada masing-masing

anggota Direksi sejauh hal-hal tersebut tercermin dari laporan tahunan,

dengan tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing anggota

Direksi dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan dan atau

kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat

dipenuhi dengan aset perusahaan.

Page 75: Skripsi achyar (revisi) 1

61

e. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan

akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas

GCG.

2.5.4 Komite Audit

Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan

prinsip GCG. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan

pemeriksaan atau penelitian yan dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi

direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusashaan serta melaksanakan tugas

penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit

diharuskan memiliki keahlian yang memadai. Komite audit ini memiliki

kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan (Surya dan

Yustiavandana, 2008).

Menurut pedoman umum good corporate governance Indonesia (KNKG,

2006), tugas dan tanggung jawab komite audit adalah:

1. Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan

bahwa: (i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur pengendalian internal

perusahaan dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan audit internal

maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku,

dan (iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen;

2. Komite Audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya

untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris;

Page 76: Skripsi achyar (revisi) 1

62

3. Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan kompleksitas

perusahaan dengan tetap memperhatikan efektiftas dalam pengambilan

keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,

perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan

mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya

digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai

dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite Audit diketuai oleh

Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan

atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang anggota memiliki

latar belakang dan kemampuan akuntasi dan atau keuangan.

Pengaturan mengenai jumlah Komite Audit bagi Emiten dan

Perusahaan Publik diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 tentang

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Dalam peraturan

tersebut Emiten dan Perusahaan Publik diwajibkan membentuk Komite Audit

yang berjumlah sekurang-kurangnya tiga orang dimana salah satunya merupakan

Komisaris Independen Perusahaan dan bertindak sebagai ketua Komite Audit

(BAPEPAM-LK, 2010).

Adapun persyaratan anggota Komite Audit sebagai berikut :

1. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman

yang memadai sesuai latar belakang pendidikannya;

2. Mempunyai kemampuan komunikasi yang baik;

3. Memiliki kemampuan yang cukup untuk membaca dan memahami

laporan keuangan;

Page 77: Skripsi achyar (revisi) 1

63

4. Memiliki pengetahuan yang memadai mengenai peraturan perundang-

undangan dibidang pasar modal;

5. Salah satu anggota memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau

keuangan;

6. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Konsultan

Hukum maupun Pihak lain yang memberikan jasa audit, non audit

maupun jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik dalam

waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat;

7. Tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan

sampai derajat kedua dengan Direksi, Komisaris dan Penegang saham

Utama Emiten maupun Perusahaan Publik;

8. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung mapun tidak langsung

dengan kegiatan usaha Emiten maupun Perusahaan Publik;

9. Tidak memiliki saham Emiten atau Perusahaan Publik baik langsung

maupun tidak langsung;

10. Bukan merupakan orang yang berwenang dan bertanggungjawab

merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan emiten maupun

perusahaan publik dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat.

2.5.5 Komisaris Independen

Adanya komisaris independen tidak terlepas dari keberadaan komisaris

(pada umumnya). Komisaris merupakan organ yang mengawasi kebijaksanaan

direksi dalam menjalankan perseroan serta memberikan nasihat kepada direksi. Di

Indonesia, dewan komisaris merupakan organ yang bersifat pasif dan tidak dapat

Page 78: Skripsi achyar (revisi) 1

64

menjalankan fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Atau

sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering

kali melakukan intervensi terhadap kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi

masalah pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila

perusahaan tersebut telah go publik. Sikap pasif ini atau sikap yang

mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan

dapat merugikan kepentingan pemegang saham (minoritas) serta para stakeholder

lainnya. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat bersikap netral

terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peratuan BEI mewajibkan

perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI untuk memiliki komisaris independen

sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh per seratus) dari jajaran anggota dewan

komisaris yang dapat dipilih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai

bertindak sebagai komisaris independen setelah saham perusahaan tersebut

tercatat (Surya dan Yustiavandana, 2008).

Kriteria komisaris independen menurut Forum for Corporate Governance in

Indonesia (FCGI), yaitu:

1. Komisaris independen bukan merupakan anggota manajemen;

2. Komisaris independen bukan merupakan pemegang saham mayoritas, atau

seorang pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung

atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari perusahaan;

3. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak

dipekerjakan dalam kapasitasnya sebagai eksekutif oleh perusahaan atau

perusahaan lainnya dalam satu kelompok usaha dan tisak pula dipekerjakan

Page 79: Skripsi achyar (revisi) 1

65

dalam kapasitasnya sebagai komisaris setelah tidak lagi menempati posisi

seperti itu;

4. Komisaris independen bukan merupakan penasihat profesional perusahaan

atau perusahaan lainnya yang satu kelompok dengan perusahaan tersebut;

5. Komisaris independen bukan merupakan pemasok atau pelanggan yang

signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang

satu kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau

tidak langsung dengan pemasok atau pelanggan tersebut;

6. Komisaris independen tidak memiliki kontraktual dengan perusahaan atau

perusahaan lainnya yang satu kelompok selain sebagai komisaris

perusahaan tersebut;

7. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apa

pun atau hubungan lainnya yang dapat atau secara wajar dapat dianggap

sebagai campur tangan secara material dengan kemampuannya sebagai

seorang komisaris untuk bertindak demi kepentingan yang menguntungkan

perusahaan.

Sementara kriteria komisaris independen menurut Keputusan Direksi PT

Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 Jakarta tanggal 19 Juli 2004,

yaitu:

1. Jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota

dewan komisaris;

2. Komisaris independen tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak

langsung pada emiten atau perusahaan publik;

Page 80: Skripsi achyar (revisi) 1

66

3. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emitan atau

pemegang saham mayoritas atau pemegang saham utama dari perusahaan

tercatat yang bersangkutan;

4. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan direktur

dan/atau komisaris lainnya dari perusahaan tercatat yang bersangkutan;

5. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan

lainnya yang terafiliasi denga perusahaan tercatat yang bersangkutan atau

hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan

dengan kegiatan usaha perusahaan tercatat;

6. Komisaris independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan

publik;

7. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal;

8. Komisaris independen diusulkan atau dipilih oleh pemegang saham

minoritas yang bukan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum

pemegang Saham (RUPS).

Dengan demikian, terlihat bahwa pada dasarnya komisaris independen

memiliki peranan yang sama dengan komisaris yaitu menjamin pelaksanaan

strategi perusahaan dan mengawasi manajemen perusahaan dalam mengelola

perusahaan. Pada intinya komisaris independen merupakan suatu mekanisme

independen (netral) mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan

arahan pada pengelola perusahaan.

Page 81: Skripsi achyar (revisi) 1

67

2.6 Perumusan Hipotesis

Dari telaah pustaka yang telah dijelaskan pada bagian atas, maka penelitian

ini akan mengambil simpulan sementara sebagai hipotesis arah penelitian ini,

yaitu sebagai berikut :

Ho1 : Kepemilikan institusional, aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi,

komite audit dan komisaris independen secara simultan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Ha1 : Kepemilikan institusional, aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi,

komite audit dan komisaris independen secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Ho2 : Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Ha2 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Ho3 : Aktifitas komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Ha3 : Aktifitas komisaris berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Page 82: Skripsi achyar (revisi) 1

68

Ho4 : Ukuran dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Ha4 : Ukuran dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Ho5 : Ukuran komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Ha5 : Ukuran komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Ho6 : Komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Ha6 : Komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

Page 83: Skripsi achyar (revisi) 1

69

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

3.1.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan

keuangan perusahaan yang masuk dalam daftar perhitungan saham Jakarta

Islamic Index (JII) periode 2008-2010 yang dipublikasikan untuk umum serta

tercantum dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data penelitian

yang mencakup data periode 2008-2010 dipandang cukup mewakili kondisi

perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) pada saat itu dan

indikator-indikator keuangan perusahaan pada periode itu.

Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan

keuangan perusahaan selama periode tahun 2008 sampai tahun 2010 yang bisa

dilihat dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id,

serta dari situs masing-masing perusahaan sampel.

3.1.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang masuk dalam

perhitungan indeks JII 2008-2010 yang diseleksi dari daftar saham/efek syariah

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh BAPEPAM-LK. Berdasarkan

pengumuman PT Bursa Efek Jakarta No. Peng-18/BEJ-DAG/U/06-2000 tanggal

Page 84: Skripsi achyar (revisi) 1

70

28 Juni 2000 tentang Jakarta Islamic Index (JII), emiten yang masuk dalam

perhitungan indeks JII dilakukan evaluasi periodik enam bulan dan telah

ditetapkan sebanyak 30 emiten dalam perhitungan indeks JII. Berdasarkan hasil

evaluasi, terdapat saham baru yang masuk kedalam perhitungan indeks JII, yang

secara langsung menggantikan saham-saham yang tidak tercantum dalam daftar

indeks JII periode tersebut.

Jumlah emiten yang masuk dalam populasi penelitian :

Tahun Periode Populasi Jumlah Emiten

2008 6 Juni 2008 s/d November 2008 30

2009 5 Juni 2009 s/d November 2009 30

2010 4 Juni 2010 s/d November 2010 30

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

konsisten selama periode pengamatan (Juni-November) masuk dalam perhitungan

indeks JII dan melampirkan laporan tata kelola perusahaan dalam laporan

tahunannya selama periode penelitian tahun 2008 sampai tahun 2010. Metode

pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling,

yaitu teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan dan batasan tertentu

sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian. Jumlah

perusahaan yang dijadikan sampel sesuai kriteria ada 57 perusahaan selama tahun

2008-2010

Page 85: Skripsi achyar (revisi) 1

71

Di bawah ini akan dijelaskan metode pengambilan sampel:

Jumlah populasi perusahaan yang termasuk dalam perhitungan

indeks JII pada tahun 2008-2010

90

Jumlah sampel perusahaan yang konsisten selama 3 tahun termasuk

dalam perhitungan indeks JII

60

Jumlah sampel perusahaan yang tidak memiliki laporan tata kelola

perusahaan

3

Jumlah Sampel 57

3.1.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data dokumentasi yaitu

data sekunder yang berupa annual report perusahaan yang dipublikasikan. Data

laporan keuangan adalah data cross section dari semua perusahaan yang masuk

dalam perhitungan indeks JII dan data time series untuk tahun 2008-2010.

Pengambilan data selama 3 (tiga) periode tersebut dimaksudkan untuk dilakukan

uji stabilitas antara regresi tahun 2008-2010.

Prosedur pengumpulan data dilakukan berdasarkan teknik dokumenter

yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencatat data dari laporan-laporan,

catatan dan arsip-arsip yang ada di beberapa sumber seperti; BEI, perpustakaan,

internet dan sumber-sumber lain yang relevan dengan data yang dibutuhkan.

Informasi mengenai data akuntansi, data kepemilikan saham institusional, jumlah

rapat dewan komisaris, komposisi dewan direksi, jumlah komite audit dan

komisaris independen diperoleh dari soft copy laporan keuangan 2008-2010 dan

homepage BEI, yaitu www.idx.co.id .

Page 86: Skripsi achyar (revisi) 1

72

3.1.4 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya

3.1.4.1 Kepemilikan Institusional

Struktur kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu outsider dan insider

ownership. Outsider ownership dalam hal ini kepemilikan saham perusahaan

oleh institusional, sedangkan insider ownership merupakan kepemilikan saham

oleh manajemen perusahaan. Penelitian ini menggunakan istilah struktur

kepemilikan seperti yang dikemukakan Jensen dan Meckling (1976). Kepemilikan

institusional diproksi oleh para pemegang saham institusional. Seperti; dana

pensiun, perusahaan asuransi dan perseroan terbatas yang memiliki proporsi

saham cukup besar pada perusahaan di bursa. Di mana investasinya bersifat

jangka panjang dan berorientasi memperoleh dividen pada akhir periode

(Mursalim, 2009). Perhitungan kepemilikan institusional dalam penelitian ini

menggunakan rumus sebagai berikut:

3.1.4.2 Aktifitas Dewan Komisaris

Aktifitas dewan komisaris merupakan jumlah rapat dewan komisaris

perusahaan (Beiner, dkk. 2003 dalam Sam’ani, 2008). Dewan komisaris sebagai

organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk

melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan

Page 87: Skripsi achyar (revisi) 1

73

bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, dewan komisaris tidak

boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional (KNKG, 2006).

Aktifitas dewan komisaris diukur dengan menggunakan indikator jumlah rapat

dewan komisaris suatu perusahaan. Sesuai dengan keputusan Menteri Badan

Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117/M-MBU/2002, Pasal 11 ayat 1

menetapkan bahwa rapat komisaris/dewan pengawas harus diadakan secara

berkala, yaitu pada prinsipnya sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan.

Perhitungan aktifitas dewan komisaris dalam penelitian ini menggunakan rumus

sebagai berikut:

3.1.4.3 Dewan Direksi

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara

kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat

melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas

dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota

direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama (KNKG, 2006). Dewan direksi

diukur dengan jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan. Menurut

Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 jumlah anggota dewan direksi

dalam suatu perusahaan paling kurang 3 orang. Perhitungan dewan direksi dalam

penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 88: Skripsi achyar (revisi) 1

74

3.1.4.4 Komite Audit

Komite audit bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan,

mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal

(termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang

melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi

laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal (Sam’ani,

2008). Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas

perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan

keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan

negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana

masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat

luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian

lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya

dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah

seorang anggota memiliki latar belakang dan kemampuan akuntansi dan atau

keuangan (KNKG, 2006).

Komite audit diukur dengan jumlah anggota komite audit. Sesuai dengan

Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-41/PM/2003 tanggal 22 Desember

2003 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit,

menetapkan bahwa komite audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang;

satu orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota

Page 89: Skripsi achyar (revisi) 1

75

lainnya berasal dari luar emiten atau perusahan publik. Perhitungan komite audit

dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

3.1.4.5 Komisaris Independen

Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak

terafliasi yang dikenal sebagai Komisaris Independen dan Komisaris yang

terafliasi. Jumlah Komisaris Independen harus dapat menjamin agar mekanisme

pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan. Salah satu dari Komisaris Independen harus mempunyai latar

belakang akuntansi atau keuangan (KNKG, 2008). Proporsi dewan komisaris

independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan

komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan

komisaris perusahaan.Sesuai dengan keputusan Menteri Badan Usaha Milik

Negara Nomor: KEP-117/M-MBU/2002, Pasal 10 ayat 2 menetapkan bahwa

paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari anggota komisaris / dewan pengawas

harus berasal dari kalangan di luar perusahaan yang bersangkutan. Perhitungan

komisaris independen dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 90: Skripsi achyar (revisi) 1

76

3.1.4.6 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan. Kinerja

keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal

dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan Tobin’s Q.

Tobin’s Q merupakan salah satu dari beberapa jalur other asset channel

yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam mempengaruhi perekonomian

khususnya dalam mencapai sasaran akhir dari kebijakan moneter yang

dikeluarkan yaitu kestabilan harga-harga (tingkat inflasi). Penelitian ini

menganalisa mengenai jalur yang melihat harga asset, yang dipegang oleh

masyarakat sebagai ekuitas, sebagai indikator untuk mengendalikan tingkat inflasi

(Wardani, 2008).

Model ini telah digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Klapper

dan Love (2002), Black, et.al. (2003), Darmawati, dkk. (2005), Hidayah (2005),

Pranata (2007), Wardani (2008) dan Mulyati (2010).

Tobin’s Q model dihitung dengan menggunakan formula:

Keterangan :

MVE : harga penutupan saham di akhir tahun buku X banyaknya saham

biasa yang beredar.

Page 91: Skripsi achyar (revisi) 1

77

DEBT : (utang lancar – aktiva lancar) + nilai buku persediaan + utang

jangka panjang.

TA : nilai buku total aktiva.

3.2. Metode Analisis

3.2.1. Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum data

penelitian, mengenai variabel-variabel penelitian yaitu kepemilikan institusional,

jumlah rapat dewan komisaris, ukuran dewan direksi, ukuran komite audit, ukuran

komisaris independen dan kinerja keuangan. Deskripsi variabel tersebut disajikan

untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum dan

standar deviasi dari variabel-variabel yang diteliti.

3.2.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang diperoleh dalam

penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar, dan

pengujian yang dilakukan meliputi:

3.2.2.1 Normalitas

Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data terdistribusi normal.

Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal. Sebenarnya normalitas data dapat dilihat dari gambar histogram, namun

Page 92: Skripsi achyar (revisi) 1

78

seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva normal, sehingga sulit

disimpulkan. Lebih mudah bila melihat Jarque-Bera dari Probabilitas-nya.

Rahmanta (2009) mengatakan, untuk mendeteksi apakah residualnya

berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque-Bera (JB)

dengan X2 tabel, yaitu:

a. Jika nilai JB > X2 tabel, maka residualnya berdistribusi tidak normal.

b. Jika nilai JB < X2 tabel, maka residualnya berdistribusi normal.

3.2.2.2 Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah tiap variabel

independen saling berhubungan secara linear. Apabila sebagian atau seluruh

variabel independen berkorelasi kuat berarti terjadi multikolinearitas.

Ketentuan ada atau tidaknya temuan multikolinearitas menurut Rahmanta

(2009), adalah:

a. Bila R2

1 > R211, R

212, R

213, R

214, R

215 maka model tidak diketemukan

adanya multikolinearitas.

b. Bila R2

1 < R2

11, R212, R

213, R

214, R

215 maka model diketemukan adanya

multikolinearitas.

3.2.2.3 Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah terjadinya ketidaksamaan variance dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji White menggunakan residual

kuadrat sebagai variabel dependen. Variabel independennya terdiri atas variabel

independen yang sudah ada ditambah dengan kuadrat variabel independen,

ditambah lagi dengan perkalian dua variabel independen. Nilai probabilitas hasil

Page 93: Skripsi achyar (revisi) 1

79

pengujian lebih kecil dari α = 5% maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut

bersifat heteroskedastisitas.

Apabila nilai X2 hitung (nilai Obs*R-squared) > nilai X

2tabel, baik untuk

cross terms maupun no cross terms maka dapat disimpulkan model tidak lolos uji

heteroskedastisitas (Rahmanta, 2009).

3.2.2.4 Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual atau observasi dengan

residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang

bersifat runtut waktu, karena berdasarkan sifatnya, data masa sekarang

dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya.Uji LM adalah salah satu uji

yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Bila nilai

probabilitas > α =5%, maka tidak ada aotukorelasi.

Winarno (2009) mengatakan, untuk mengindikasikan bahwa data tidak

mengandung masalah autokorelasi, adalah:

a. Bila nilai Probability > α = 5%, maka tidak ada autokorelasi

b. Bila nilai Probability ≤ α = 5%, maka ada autokorelasi

3.2.3. Analisis Regresi

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi berganda. Untuk mengukur analis regresi berganda menggunakan alat

bantu dengan program Eviews 5.1. Analisis regresi merupakan suatu alat statistik

yang memberikan penjelasan mengenai pola hubungan antara dua variabel, yaitu

variabel independen dan variabel dependen. Analisis regresi berganda digunakan

apabila pengguna/peneliti menggunakan atau memasukan lebih dari satu variabel

Page 94: Skripsi achyar (revisi) 1

80

prediktor. Dalam penelitian ini regresi dilakukan untuk mendapatkan gambaran

mengenai bagaimana variabel Tobin’s Q dipengaruhi oleh variabel corporate

governance.

3.2.4 Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan pengujian hipotesis terhadap pengaruh mekanisme

corporate governance terhadap kinerja keuangan (H1, H2, H3, H4 dan H5)

digunakan alat analisis regresi berganda. Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis

yang digunakan antara lain adalah uji koefisien determinan (uji R2), uji regresi

simultan (Uji F) dan pengujian signifikan parameter individual (uji t).

3.2.4.1 Uji R2

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Menurut

gujarati (2003) dalam Sam’ani (2008), koefisien determinasi dapat dicari dengan

rumus sebagai berikut:

Ghozali (2005) mengatakan bahwa nilai koefisien determinasi adalah antara

0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati

1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi veriabel dependen (Sam’ani, 2008).

Page 95: Skripsi achyar (revisi) 1

81

3.2.4.2 Uji Regresi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh kepemilikan

institusional, jumlah rapat dewan komisaris, ukuran dewan direksi, komite audit

dan komisaris independen terhadap kinerja keuangan secara simultan. Jika Fhitung>

Ftabel dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 5% (df = k-1 ; n-k) maka terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen

secara simultan. Pengolahan data menggunakan Eviews 5.1.

3.2.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (t test)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh rasio keuangan

perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang masuk kedalam perhitungan indeks

JII. Oleh karena itu uji t ini digunakan untuk menguji hipotesis Ha1, Ha2, Ha3,

Ha4, dan Ha5. Menurut gujarati (2003) dalam Sam’ani (2008), langkah-langkah

pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan Hipotesis (Ha)

Ha diterima: berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen (kinerja perusahaan) secara parsial.

b. Menentukan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05

c. Membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung lebih besar dari t tabel maka

Ha diterima.

d. Berdasarkan Probabilitas

Dasar pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah, jika probabilitas

< 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa corporate governance

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Dan sebaliknya, jika

Page 96: Skripsi achyar (revisi) 1

82

probabilitas > 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa corporate

governance tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

e. Menentukan variabel independen mana yang mempunyai pengaruh paling

dominan terhadap variabel dependen. Hubungan ini dapat dilihat dari

koefisien regresinya.

Page 97: Skripsi achyar (revisi) 1

83

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Deskriptif Data Obyek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan yang termasuk dalam daftar perhitungan saham Jakarta Islamic Index

(JII) periode 2008 sampai 2010. Pada periode ini terdapat 90 perusahaan yang

termasuk dalam perhitungan indeks JII, akan tetapi setelah dilakukan purposive

sampling, maka sampel yang layak digunakan (memenuhi kriteria) dalam

penelitian ini ada 57 perusahaan yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic

Index (JII). Data diambil dari annual report perusahaan-perusahaan tersebut.

Terdapat sampel yang digugurkan, karena data perusahaan tersebut tidak

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan karena ketidaklengkapan data.

4.1.2 Statitik Deskriptif

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, maka dalam Tabel 4.1 akan

ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan didalam penelitian ini meliputi:

jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimim, nilai minimum serta

standar deviasi (σ) untuk masing-masing variabel.

Page 98: Skripsi achyar (revisi) 1

84

Tabel 4 1 Output Uji Statistik Deskriptif

X1 X2 X3 X4 X5 Y

Mean 0.683895 0.722175 2.011807 1.157930 0.437263 2.550614

Median 0.737000 0.417000 2.000000 1.000000 0.400000 1.810000

Maximum 0.994000 3.333000 3.333000 2.000000 1.000000 15.00300

Minimum 0.187000 0.083000 1.000000 1.000000 0.167000 0.335000

Std. Dev. 0.219288 0.701686 0.549066 0.309354 0.147623 2.729940

Skewness -0.539081 1.943871 0.402737 1.633384 1.406898 2.730670

Kurtosis 2.429193 6.462793 2.323049 4.117903 5.861008 11.30932

Jarque-Bera 3.534603 64.37548 2.629243 28.31353 38.24418 234.8185

Probability 0.170793 0.000000 0.268576 0.000001 0.000000 0.000000

Sum 38.98200 41.16400 114.6730 66.00200 24.92400 145.3850

SumSq.Dev. 2.692885 27.57232 16.88250 5.359206 1.220389 417.3440

Observation 57 57 57 57 57 57

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Pada tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa jumlah data yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 57 sampel data.

Data rasio Tobin’s Q terendah (minimum) adalah 0.335 dan yang tertinggi

(maximum) 15.003 kemudian rata-rata Tobin’s Q sebesar 2.550. Sementara

standar deviasi sebesar 2.729 menunjukan simpangan data yang relative besar,

karena nilainya yang lebih besar dari mean-nya.

Data rasio kepemilikan institusional terendah (minimum) adalah 0.187

persen dan yang tertinggi (maximum) 0.994 persen, kemudian rata-rata

kepemilikan institusional sebesar 0.683 persen. Sementara standar deviasi

sebesar 0.219 persen menunjukan simpangan data yang relative kecil, karena

nilainya yang lebih kecil dari mean-nya.

Page 99: Skripsi achyar (revisi) 1

85

Data aktivitas komisaris mempunyai tingkat terendah (minimum) adalah

0.083 kali rapat dalam satu tahundan yang tertinggi (maximum) 3.333 kali rapat

komisaris, kemudian rata-rata aktivitas komisaris sebesar 0.722. Sementara

standar deviasi sebesar 0.701 menunjukan simpangan data yang relative kecil,

karena nilainya yang lebih kecil dari mean-nya.

Data ukuran dewan direksi mempunyai tingkat terendah (minimum) adalah

1.00 persen dan yang tertinggi (maximum) 3.333 persen, kemudian rata-rata

ukuran dewan direksi sebesar 2.011. Sementara standar deviasi sebesar 0.549

menunjukan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil

dari mean-nya.

Data rasio ukuran komite audit mempunyai nilai terendah (minimum)

sebesar 1.00 persendan yang tertinggi (maximum) 2.00 persen, kemudian rata-rata

ukuran komite audit sebesar 1.157. Sementara standar deviasi sebesar 0.309

menunjukan simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil

dari mean-nya.

Data komisaris independen mempunyai nilai terendah (minimum) adalah

0.167 persendan yang tertinggi (maximum) 1.00 kemudian rata-rata komisaris

independen sebesar 0.437. Sementara standar deviasi sebesar 0.147 menunjukan

simpangan data yang relative kecil, karena nilainya yang lebih kecil dari mean-

nya.

Page 100: Skripsi achyar (revisi) 1

86

4.2. Hasil Pengolahan Data

Dengan menggunakan data yang tersedia dari berbagai sumber yang

relevan, pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak siap pakai

Eviews 5.1. Estimasi dilakukan dengan menggunakan data panel.

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

4.2.1.1 Uji Normalitas

Tabel 4 2 Output Uji Normalitas

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Rahmanta (2009) mengatakan, untuk mendeteksi apakah residualnya

berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque-Bera (JB)

dengan X2

tabel, yaitu:

a. Jika nilai JB > X2

tabel, maka residualnya berdistribusi tidak normal.

b. Jika nilai JB < X2

tabel, maka residualnya berdistribusi normal.

Page 101: Skripsi achyar (revisi) 1

87

Analisis hasil output, bahwa nilai JB sebesar 6.406 < 58.124 maka dapat

disimpulkan bahwa residualnya berdistribusi normal.

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas

Tahapan pengujian melalui program Eviews 5.1 dengan pendekatan korelasi

parsial dengan tahapan sebagai berikut:

Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 + a3 X3 + a4 X4 + a5 X5............................................... (1)

X1 = b0+ b1 X2 + b2 X3 + b3 X4 + b4 X5 ........................................................... (2)

X2 = b0+ b1 X1 + b2 X3 + b3 X4 + b4 X5 ........................................................... (3)

X3 = b0+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X4 + b4 X5 ........................................................... (4)

X4 = b0+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X5 ........................................................... (5)

X5 = b0+ b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 ........................................................... (6)

Page 102: Skripsi achyar (revisi) 1

88

Hasil estimasi regresi untuk persamaan pertama untuk Y:

Tabel 4 3 Output Variabel Y

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:22

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.004029 1.558750 -1.927204 0.0595

X1 6.515898 1.424062 4.575572 0.0000

X2 0.295653 0.420663 0.702825 0.4854

X3 0.422073 0.501657 0.841357 0.4041

X4 -3.706537 1.075011 -3.447906 0.0011

X5 9.897293 1.855923 5.332814 0.0000 R-squared 0.527211 Mean dependent var 2.550614

Adjusted R-squared 0.480859 S.D. dependent var 2.729940

S.E. of regression 1.966960 Akaike info criterion 4.290156

Sum squared resid 197.3156 Schwarz criterion 4.505214

Log likelihood -116.2695 F-statistic 11.37411

Durbin-Watson stat 1.305601 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 103: Skripsi achyar (revisi) 1

89

Hasil estimasi regresi untuk persamaan kedua untuk X1:

Tabel 4 4 Output Variabel X1

Dependent Variable: X1

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:25

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.242721 0.148012 1.639876 0.1071

X2 0.021942 0.040851 0.537132 0.5935

X3 0.017184 0.048793 0.352177 0.7261

X4 0.356038 0.092310 3.856992 0.0003

X5 -0.049193 0.180601 -0.272388 0.7864 R-squared 0.291540 Mean dependent var 0.683895

Adjusted R-squared 0.237043 S.D. dependent var 0.219288

S.E. of regression 0.191542 Akaike info criterion -0.383784

Sum squared resid 1.907802 Schwarz criterion -0.204569

Log likelihood 15.93783 F-statistic 5.349653

Durbin-Watson stat 0.838223 Prob(F-statistic) 0.001101

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 104: Skripsi achyar (revisi) 1

90

Hasil estimasi regresi untuk persamaan ketiga untuk X2:

Tabel 4 5 Output Variabel X2

Dependent Variable: X2

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:26

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.249535 0.512688 -0.486719 0.6285

X1 0.251462 0.468157 0.537132 0.5935

X3 -0.135145 0.164310 -0.822498 0.4145

X4 0.901601 0.331598 2.718959 0.0089

X5 0.063192 0.611757 0.103295 0.9181 R-squared 0.207045 Mean dependent var 0.722175

Adjusted R-squared 0.146048 S.D. dependent var 0.701686

S.E. of regression 0.648424 Akaike info criterion 2.055088

Sum squared resid 21.86362 Schwarz criterion 2.234303

Log likelihood -53.57002 F-statistic 3.394367

Durbin-Watson stat 0.834332 Prob(F-statistic) 0.015329

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 105: Skripsi achyar (revisi) 1

91

Hasil estimasi regresi untuk persamaan keempat untuk X3:

Tabel 4 6 Output Variabel X3

Dependent Variable: X3

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:27

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.460792 0.380303 3.841126 0.0003

X1 0.138472 0.393190 0.352177 0.7261

X2 -0.095028 0.115536 -0.822498 0.4145

X4 0.066968 0.297024 0.225463 0.8225

X5 1.023177 0.493029 2.075289 0.0429 R-squared 0.089375 Mean dependent var 2.011807

Adjusted R-squared 0.019327 S.D. dependent var 0.549066

S.E. of regression 0.543734 Akaike info criterion 1.702918

Sum squared resid 15.37363 Schwarz criterion 1.882133

Log likelihood -43.53317 F-statistic 1.275904

Durbin-Watson stat 1.121844 Prob(F-statistic) 0.291380

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 106: Skripsi achyar (revisi) 1

92

Hasil estimasi regresi untuk persamaan kelima untuk X4:

Tabel 4 7 Output Variabel X4

Dependent Variable: X4

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:27

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.621815 0.181649 3.423176 0.0012

X1 0.624782 0.161987 3.856992 0.0003

X2 0.138057 0.050776 2.718959 0.0089

X3 0.014583 0.064682 0.225463 0.8225

X5 -0.046219 0.239326 -0.193122 0.8476 R-squared 0.375310 Mean dependent var 1.157930

Adjusted R-squared 0.327257 S.D. dependent var 0.309354

S.E. of regression 0.253735 Akaike info criterion 0.178581

Sum squared resid 3.347843 Schwarz criterion 0.357796

Log likelihood -0.089550 F-statistic 7.810316

Durbin-Watson stat 1.071634 Prob(F-statistic) 0.000052

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 107: Skripsi achyar (revisi) 1

93

Hasil estimasi regresi untuk persamaan keenam untuk X5:

Tabel 4 8 Output Variabel X5

Dependent Variable: X5

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:28

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.322288 0.107554 2.996529 0.0042

X1 -0.028963 0.106330 -0.272388 0.7864

X2 0.003246 0.031429 0.103295 0.9181

X3 0.074756 0.036022 2.075289 0.0429

X4 -0.015507 0.080296 -0.193122 0.8476 R-squared 0.079608 Mean dependent var 0.437263

Adjusted R-squared 0.008809 S.D. dependent var 0.147623

S.E. of regression 0.146972 Akaike info criterion -0.913522

Sum squared resid 1.123236 Schwarz criterion -0.734307

Log likelihood 31.03537 F-statistic 1.124418

Durbin-Watson stat 0.738471 Prob(F-statistic) 0.355144

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Untuk persamaan (1) nilai R2 adalah sebesar 0.527211 selanjutnya disebut R

21

Untuk persamaan (2) nilai R2 adalah sebesar 0.291540 selanjutnya disebut R

211

Untuk persamaan (3) nilai R2 adalah sebesar 0.207045 selanjutnya disebut R

212

Untuk persamaan (4) nilai R2 adalah sebesar 0.089375 selanjutnya disebut R

213

Untuk persamaan (5) nilai R2 adalah sebesar 0.375310 selanjutnya disebut R

214

Untuk persamaan (6) nilai R2 adalah sebesar 0.079608 selanjutnya disebut R

215

Page 108: Skripsi achyar (revisi) 1

94

Ketentuan ada atau tidaknya temuan multikolinearitas menurut Rahmanta

(2009), adalah:

a. Bila R2

1 > R211, R

212, R

213, R

214, R

215 maka model tidak diketemukan adanya

multikolinearitas.

b. Bila R2

1 < R211, R

212, R

213, R

214, R

215 maka model diketemukan adanya

multikolinearitas.

Analisis hasil output menunjukan bahwa nilai 0.527211 (R21) > 0.291540

(R211), 0.207045 (R

212), 0.089375 (R

213), 0.375310 (R

214), 0.079608 (R

215) maka

dalam model tidak diketemukan adanya multikolinearitas.

Page 109: Skripsi achyar (revisi) 1

95

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4 9 Output Uji Heteroskedastisitas (no cross terms)

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 3.851373 Prob. F(10,46) 0.000782

Obs*R-squared 25.97545 Prob. Chi-Square(10) 0.003773

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:24

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 9.315281 21.59655 0.431332 0.6682

X1 22.67106 17.56843 1.290443 0.2033

X1^2 -15.96953 14.56899 -1.096131 0.2787

X2 0.757430 4.192162 0.180678 0.8574

X2^2 -0.188682 1.312666 -0.143740 0.8863

X3 3.124037 8.380512 0.372774 0.7110

X3^2 -0.782516 1.955427 -0.400176 0.6909

X4 -13.43817 27.92528 -0.481219 0.6326

X4^2 3.598541 9.724683 0.370042 0.7130

X5 -39.55018 18.47733 -2.140470 0.0377

X5^2 53.21033 16.58538 3.208267 0.0024 R-squared 0.455710 Mean dependent var 3.461676

Adjusted R-squared 0.337386 S.D. dependent var 5.342734

S.E. of regression 4.349046 Akaike info criterion 5.949345

Sum squared resid 870.0531 Schwarz criterion 6.343618

Log likelihood -158.5563 F-statistic 3.851373

Durbin-Watson stat 2.215216 Prob(F-statistic) 0.000782

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 110: Skripsi achyar (revisi) 1

96

Tabel 4 10 Output Uji Heteroskedastisitas(cross terms)

White Heteroskedasticity Test: F-statistic 1.917973 Prob. F(20,36) 0.043497

Obs*R-squared 29.40432 Prob. Chi-Square(20) 0.080098

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:24

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 40.47465 46.58667 0.868803 0.3907

X1 -24.56115 52.37504 -0.468948 0.6419

X1^2 -30.85409 22.02615 -1.400793 0.1698

X1*X2 12.43297 15.15070 0.820621 0.4173

X1*X3 4.397057 11.92986 0.368576 0.7146

X1*X4 36.45635 49.27996 0.739780 0.4642

X1*X5 25.59622 41.47826 0.617100 0.5411

X2 -19.26652 20.87914 -0.922764 0.3623

X2^2 -0.123609 1.534486 -0.080554 0.9362

X2*X3 2.465158 7.368291 0.334563 0.7399

X2*X4 -4.062552 9.340734 -0.434929 0.6662

X2*X5 26.05713 32.84479 0.793341 0.4328

X3 -0.376050 16.87196 -0.022288 0.9823

X3^2 0.033480 2.957748 0.011319 0.9910

X3*X4 -8.714695 15.67543 -0.555946 0.5817

X3*X5 10.91695 17.68680 0.617237 0.5410

X4 -22.12778 45.38196 -0.487590 0.6288

X4^2 10.91426 17.13833 0.636833 0.5283

X4*X5 -55.22163 55.82703 -0.989156 0.3292

X5 -17.62672 68.97423 -0.255555 0.7997

X5^2 37.27624 23.93612 1.557322 0.1281 R-squared 0.515865 Mean dependent var 3.461676

Adjusted R-squared 0.246902 S.D. dependent var 5.342734

S.E. of regression 4.636492 Akaike info criterion 6.183103

Sum squared resid 773.8939 Schwarz criterion 6.935806

Log likelihood -155.2184 F-statistic 1.917973

Durbin-Watson stat 2.316165 Prob(F-statistic) 0.043497

Page 111: Skripsi achyar (revisi) 1

97

Apabila nilai X2 hitung (nilai Obs*R-squared) > nilai X

2tabel, baik untuk

cross terms maupun no cross terms maka dapat disimpulkan model di atas tidak

lolos uji heteroskedastisitas (Rahmanta, 2009).

Hasil analisis output, berdasarkan tabel output di atas, tampak bahwa nilai

Obs*R-squared untuk hasil estimasi uji white no cross terms adalah sebesar

25.975 dan uji white cross terms adalah sebesar 29.404, dan nilai X2tabel dengan

derajat kepercayaan α = 5% adalah sebesar 58.124.

Karena nilai X2 hitung (nilai Obs*R-squared) < nilai X

2tabel, baik untuk

cross terms maupun no cross terms maka dapat disimpulkan model di atas lolos

uji heteroskedastisitas.

Page 112: Skripsi achyar (revisi) 1

98

4.2.1.4 Uji Autokorelasi

Tabel 4 11 Output Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.565989 Prob. F(2,49) 0.087133

Obs*R-squared 5.403881 Prob. Chi-Square(2) 0.067075

Test Equation:

Dependent Variable: RESID

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:23

Sample: 1 57

Included observations: 57

Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.098994 1.519114 0.065166 0.9483

X1 -0.265715 1.391492 -0.190957 0.8493

X2 0.009657 0.409927 0.023559 0.9813

X3 -0.020723 0.502346 -0.041252 0.9673

X4 0.194802 1.056107 0.184453 0.8544

X5 -0.212748 1.862568 -0.114223 0.9095

RESID(-1) 0.338793 0.150085 2.257346 0.0285

RESID(-2) -0.091101 0.167198 -0.544871 0.5883 R-squared 0.094805 Mean dependent var -3.74E-16

Adjusted R-squared -0.034509 S.D. dependent var 1.877097

S.E. of regression 1.909210 Akaike info criterion 4.260727

Sum squared resid 178.6091 Schwarz criterion 4.547471

Log likelihood -113.4307 F-statistic 0.733140

Durbin-Watson stat 1.812654 Prob(F-statistic) 0.644840

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Winarno (2009) mengatakan, untuk mengindikasikan bahwa data tidak

mengandung masalah autokorelasi, adalah:

Page 113: Skripsi achyar (revisi) 1

99

a. Bila nilai Probability > α = 5%, maka tidak ada autokorelasi

b. Bila nilai Probability ≤ α = 5%, maka ada autokorelasi

Hasil analisis output,tampak bahwa nilai X2

hitung (nilai Obs*R-squared)

adalah 5.403881, sedang nilai probability-nya adalah 0.067075. Nilai

probabilityini jauh lebih besar daripada α = 5%, yang mengindikasikan bahwa

data tidak mengandung masalah autokorelasi.

4.2.2 Analisis Regresi

Tabel 4 12 Output Regresi Linear Berganda (Uji Regresi)

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:22

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.004029 1.558750 -1.927204 0.0595

X1 6.515898 1.424062 4.575572 0.0000

X2 0.295653 0.420663 0.702825 0.4854

X3 0.422073 0.501657 0.841357 0.4041

X4 -3.706537 1.075011 -3.447906 0.0011

X5 9.897293 1.855923 5.332814 0.0000 R-squared 0.527211 Mean dependent var 2.550614

Adjusted R-squared 0.480859 S.D. dependent var 2.729940

S.E. of regression 1.966960 Akaike info criterion 4.290156

Sum squared resid 197.3156 Schwarz criterion 4.505214

Log likelihood -116.2695 F-statistic 11.37411

Durbin-Watson stat 1.305601 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Page 114: Skripsi achyar (revisi) 1

100

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.12 di atas, diperoleh model

persamaan sebagai berikut:

Y = -3.00 + 6.52 X1 + 0.30 X2 + 0.42 X3 –3.71 X4 +9.90 X5 + ε

Dari tabel 4.12 diatas diperoleh nilai R2

sebesar 0.527211. Hal ini berarti

kepemilikan institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi, komite audit dan

komisaris independen secara bersama-sama mampu menjelaskan variasi data

Tobin’s Q sebesar 52.72%, sedangkan sisanya sebesar 47.28% dijelaskan oleh

variabel lain yang tidak masuk dalam model.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa dengan uji t pada tingkat signifikasi

0.05, koefisien konstanta memiliki nilai probabilitas yang tidak signifikan, yaitu

0.06 > 0.05. Koefisien regresi kepemilikan institusional menunjukkan nilai

probabilitas yang signifikan sebesar 0.00 < 0.05. Sedangkan koefisien regresi

aktivitas komisaris menunjukkan nilai probabilitas yang tidak signifikan, yaitu

0.48 > 0.05. Koefisien regresi dewan direksi juga menunjukkan nilai probabilitas

yang tidak signifikan, yaitu 0.40 > 0.05. Koefisien regresi komite audit

menunjukkan nilai probabilitas yang signifikan, yaitu 0.00 < 0.05. Sementara

koefisien regresi komisaris independen juga menunjukkan nilai probabilitas yang

signifikan, yaitu 0.00 < 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan

hasil estimasi dengan metode efek umum, koefisien regresi aktivitas komisaris,

dan dewan direksi tidak signifikan mempengaruhi Tobin’s Q. Sedangkan

koefisien regresi kepemilikan institusional, komite audit dan komisaris

independen secara statistik signifikan mempengaruhi Tobin’s Q.

Page 115: Skripsi achyar (revisi) 1

101

4.2.3 Pengujian Hipotesis

4.2.3.1 Uji R2

Tabel 4 13 Output Regresi Linear Berganda (Uji R)

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:22

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.004029 1.558750 -1.927204 0.0595

X1 6.515898 1.424062 4.575572 0.0000

X2 0.295653 0.420663 0.702825 0.4854

X3 0.422073 0.501657 0.841357 0.4041

X4 -3.706537 1.075011 -3.447906 0.0011

X5 9.897293 1.855923 5.332814 0.0000 R-squared 0.527211 Mean dependent var 2.550614

Adjusted R-squared 0.480859 S.D. dependent var 2.729940

S.E. of regression 1.966960 Akaike info criterion 4.290156

Sum squared resid 197.3156 Schwarz criterion 4.505214

Log likelihood -116.2695 F-statistic 11.37411

Durbin-Watson stat 1.305601 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Hasil pengujian goodness of fit (R2) yaitu kemampuan variabel kepemilikan

institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen dalam menerangkan pergerakan nilai Tobin’s Q, diperoleh nilai

sebesar 0.527211. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel

independen bisa menjelaskan sebesar 52.72% terhadap variabel dependen,

sedangkan sisanya sebesar 47.28% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk

dalam model persamaan regresi.

Page 116: Skripsi achyar (revisi) 1

102

4.2.3.2 Uji Regresi Simultan (Uji F)

Tabel 4 14 Output Regresi Linear Berganda(Uji F)

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:22

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.004029 1.558750 -1.927204 0.0595

X1 6.515898 1.424062 4.575572 0.0000

X2 0.295653 0.420663 0.702825 0.4854

X3 0.422073 0.501657 0.841357 0.4041

X4 -3.706537 1.075011 -3.447906 0.0011

X5 9.897293 1.855923 5.332814 0.0000 R-squared 0.527211 Mean dependent var 2.550614

Adjusted R-squared 0.480859 S.D. dependent var 2.729940

S.E. of regression 1.966960 Akaike info criterion 4.290156

Sum squared resid 197.3156 Schwarz criterion 4.505214

Log likelihood -116.2695 F-statistic 11.37411

Durbin-Watson stat 1.305601 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Hasil pengujian F-statistic yaitu kemampuan variabel kepemilikan

institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen dalam menerangkan pergerakan nilai Tobin’s Q secara simultan,

diperoleh nilai sebesar 11.37 sementara Ftabel = 2.40. Karena nilai Fhitung > Ftabel

maka terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (kepemilikan

institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen) terhadap variabel dependen (Tobin’s Q) secara simultan.

Page 117: Skripsi achyar (revisi) 1

103

4.2.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (t test)

Tabel 4 15 Output Regresi Linear Berganda (t test)

Dependent Variable: Y

Method: Least Squares

Date: 03/21/12 Time: 01:22

Sample: 1 57

Included observations: 57 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.004029 1.558750 -1.927204 0.0595

X1 6.515898 1.424062 4.575572 0.0000

X2 0.295653 0.420663 0.702825 0.4854

X3 0.422073 0.501657 0.841357 0.4041

X4 -3.706537 1.075011 -3.447906 0.0011

X5 9.897293 1.855923 5.332814 0.0000 R-squared 0.527211 Mean dependent var 2.550614

Adjusted R-squared 0.480859 S.D. dependent var 2.729940

S.E. of regression 1.966960 Akaike info criterion 4.290156

Sum squared resid 197.3156 Schwarz criterion 4.505214

Log likelihood -116.2695 F-statistic 11.37411

Durbin-Watson stat 1.305601 Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel Tobin’s Q

dipengaruhi oleh kepemilikan institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi,

komite audit dan komisaris independen dengan persamaan matematis sebagai

berikut:

Y = -3.00 + 6.52 X1 + 0.30 X2 + 0.42 X3 – 3.71 X4 + 9.90 X5 + ε

Dari persamaan di atas dapat diartikan:

Page 118: Skripsi achyar (revisi) 1

104

a. Nilai konstanta sebesar -3.00

Hal ini berarti bahwa tanpa adanya pengaruh kepemilikan institusional,

aktivitas komisaris, dewan direksi, komite audit dan komisaris independen

maka akan terjadi penurunan Tobin’s Q hingga mencapai nilai sebesar-3.00,

atau dengan kata lain jika variabel independen dianggap konstan, maka

kinerjanya sebesar -3.00.

b. Koefisien regresi variabel kepemilikan institusional (X1)

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi kepemilikan institusional

dengan asumsi variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka Tobin’s Q

akan mengalami perubahan dengan arah yang sama.

c. Koefisien regresi variabel aktivitas komisaris (X2)

Hal ini berarti bahwa setiap perubahanaktivitas komisaris dengan asumsi

variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka Tobin’s Q akan mengalami

perubahan dengan arah yang sama.

d. Koefisien regresi variabel dewan direksi (X3)

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi ukuran dewan direksi dengan

asumsi variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka Tobin’s Q akan

mengalami perubahan dengan arah yang sama.

e. Koefisien regresi variabel komite audit (X4)

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi komite audit dengan asumsi

variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka Tobin’s Q akan mengalami

perubahan dengan arah yang berbeda.

Page 119: Skripsi achyar (revisi) 1

105

f. Koefisien regresi variabel komisaris independen (X5)

Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan proporsi komisaris independen dengan

asumsi variabel lainnya tetap (ceteris paribus), maka Tobin’s Q akan

mengalami perubahan dengan arah yang sama.

Adapun penjelasan terhadap masing-masing variabel sebagai berikut:

a. Kepemilikan Institusional

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan

institusional (X1) secara parsial terhadap kinerja. Koefisien regresi kepemilikan

institusional sebesar 6.52. Hal ini menunjukkan t kepemilikan institusional

mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja. Probabilitas menunjukkan lebih

kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0.00, artinya bahwa variasi variabel kepemilikan

institusional secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja.

Sedangkan arah koefisien dari variabel kepemilikan institusional menunjukkan

arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama

yang menyatakan kepemilikan institusional (X1) secara signifikan berpengaruh

positif terhadap kinerja tidak dapat ditolak atau diterima.

b. Aktivitas Komisaris

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas dewan

komisaris (X2) secara parsial terhadap kinerja. Koefisien regresi aktivitas dewan

komisaris sebesar 0.30. Hal ini menunjukkan tingkat aktivitas dewan komisaris

mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja. Probabilitas menunjukkan lebih

besar dari 0.05 yaitu sebesar 0.48, artinya bahwa variasi variabel aktivitas dewan

komisaris secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Page 120: Skripsi achyar (revisi) 1

106

kinerja. Sedangkan arah koefisien dari variabel aktivitas dewan komisaris

menunjukkan arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis kedua yang menyatakan aktivitas dewan komisaris (X2) secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja tidak dapat diterima atau ditolak.

c. Dewan Direksi

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan direksi

(X3) secara parsial terhadap kinerja. Koefisien regresi ukuran dewan direksi

sebesar 0.42. Hal ini menunjukkan tingkat ukuran dewan direksi mempunyai

pengaruh positif terhadap kinerja. Probabilitas menunjukkan lebih besar dari 0.05

yaitu sebesar 0.40, artinya bahwa variasi variabel ukuran dewan direksi secara

parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan

arah koefisien dari variabel ukuran dewan direksi menunjukkan arah yang positif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan

ukuran dewan direksi (X3) secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja

tidak dapat diterima atau ditolak.

d. Komite Audit

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran komite audit

(X4) secara parsial terhadap kinerja. Koefisien regresi ukuran komite audit

sebesar –3.71. Hal ini menunjukkan tingkat ukuran komite audit mempunyai

pengaruh negatif terhadap kinerja. Probabilitas menunjukkan lebih kecil dari 0.05

yaitu sebesar 0.00, artinya bahwa variasi variabel ukuran komite audit secara

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan arah

koefisien dari variabel ukuran komite audit menunjukkan arah yang negatif.

Page 121: Skripsi achyar (revisi) 1

107

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan

ukuran komite audit secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja tidak

dapat diterima atau ditolak.

e. Komisaris Independen

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komisaris independen

(X5) secara parsial terhadap kinerja. Koefisien regresikomisaris independen

sebesar 9.90. Hal ini menunjukkan komisaris independen mempunyai pengaruh

positif terhadap kinerja. Probabilitas menunjukkan lebih kecil dari 0.05 yaitu

sebesar 0.00, artinya bahwa variasi variabel komisaris independen secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan arah koefisien

dari variabel menunjukkan arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hipotesis kelima yang menyatakan komisaris independen (X5) secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja tidak dapat ditolak atau diterima.

4.2.4 Pembahasan

Hasil pengujian hipotesis pertama yang menguji secara simultan

kemampuan variabel kepemilikan institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi,

komite audit dan komisaris independen dalam menerangkan pergerakan nilai

Tobin’s Q, diperoleh nilai Fhitung sebesar 11.37. Karena nilai Fhitung> Ftabel maka

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (kepemilikan

institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen) secara simultan terhadap variabel dependen (Tobin’s Q).

Hasil penelitian ini mendukung dengan hasil penelitian yang dikemukakan

oleh Pranata (2007), Maharani (2008), Wardhani (2008), Sam’ani (2008), Mulyati

Page 122: Skripsi achyar (revisi) 1

108

(2010) yang menyatakan bahwa corporate governance berpengaruh positif

terhadap kinerja. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara teoritis penerapan

corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, karena dengan

penerapan corporate governance yang baik dapat mengurangi risiko yang

mungkin dilakukan oleh manajemen terkait dengan keputusan-keputusan yang

menguntungkan diri sendiri.

Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

institusional berpengaruh secara positif terhadap kinerja keuangan pada tingkat

signifikan 5%. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan

instutusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan diterima. Temuan ini

menunjukkan bahwa kepemilikan institusional merupakan salah satu mekanisme

corporate governance yang mampu mempengaruhi kinerja keuangan. Jika dilihat

dari pola hubungannya, maka pengaruhnya adalah positif. Artinya, semakin tinggi

tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin tinggi kinerja pada

laporan keuangan.

Berdasarkan review penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa hasil

penelitian ini mendukung dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Porter

(1992), Bushee (1998), Rajgopal dan Venkatachalam (1998), Rajgopal,dkk.

(1999), Midiastuty dan Mas’ud Mahfoedz (2003) dalam Sam’ani (2008) yang

mengatakan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja.

Cornet,dkk. (2006) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyimpulkan

bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat

mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja

Page 123: Skripsi achyar (revisi) 1

109

perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan

diri sendiri.Juniarti (2009) mengatakan, dengan kepemilikan institusi di luar

perusahaan dalam jumlah yang signifikan akan menyebabkan pihak luar

perusahaan melakukan pengawasan yang ketat terhadap pengelolaan yang

dilakukan oleh manajemen. Bagi manajemen, pengawasan oleh pihak luar

mendorong mereka untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, dan melakukan

pengelolaan secara transparan.

Shleifer dan Vishny (1997) dalam Juniarti (2009) menyatakan bahwa

investor institusional memiliki peranan yang penting dalam menciptakan sistem

corporate governance yang baik dalam suatu perusahaan, dimana mereka dapat

secara independen mengawasi tindakan manajemen dan memiliki voting power

untuk mengadakan perubahan pada saat manajemen sudah dianggap tidak efektif

lagi dalam mengelola perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sam’ani

(2008) yang menemukan adanya pengaruh negatif signifikan kepemilikan

institusional terhadap kinerja keuangan. Hasil ini juga menolak pandangan yang

dikemukanan oleh Cornett, dkk (2006) dalam Sam’ani (2008) yang menyatakan

bahwa kepemilikan institusional akan membuat manajer merasa terikat untuk

memenuhi target laba dari para investor, sehingga diduga manajemen perusahaan

akan tetap cenderung terlibat dalam tindakan manipulasi laba. Praktek ini

bertentangan dengan prinsip akuntabilitas dalam penerapan corporate governace

yang mewajibkan perusahaan untuk dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya

secara transparan dan wajar.

Page 124: Skripsi achyar (revisi) 1

110

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa variabel aktivitas

dewan komisaris berpengaruh secara positif terhadap kinerja keuangan, tetapi

pengaruhnya tidak signifikan. Dewan komisaris sebagai organ perusahaan

bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan

memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan

melaksanakan GCG. Sesuai dengan fungsinya, peran dewan komisaris dalam

suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari implementasi

kebijakan direksi. Peran komisaris ini diharapkan dapat meminimalisir

permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham,

yaitu dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tindakan kecurangan

dalam bentuk tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan

keuangan tersebut. Fungsi monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris

dipengaruhi oleh aktivitas dewan komisaris (Vafeas, 2000 dalam Sam’ani 2008).

Sesuai dengan teori agensi, fungsi dewan komisaris sesuai dengan

peranannya akan mereduksi terjadinya agency cost yang tinggi. Dengan adanya

peningkatan pengawasan dan transparansi akan berdampak pada penurunan

information asymmetry, dan implikasinya monitoring cost pun juga akan

mengalami penurunan, sehingga efisiensi perusahaan juga dapat terwujud. Hal ini

didasarkan pada logika ketika manajemen (agen) diawasi secara ketat oleh

komisaris, mereka akan berupaya untuk menunjukkan kepada komisaris

(principal) bahwa mereka tidak akan menyalahgunakan kewenangan yang

diberikan, dan manajer akan berbuat demi kebaikan perusahaan. Kesadaran akan

hal ini memunculkan upaya dari manajemen agar mereka dipercaya oleh

Page 125: Skripsi achyar (revisi) 1

111

principal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menunjukkan itikad

baik dan memberikan mewujudkan kinerja yang prima serta komprehensif kepada

principal (Sam’ani, 2008).

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa variabel ukuran

dewan direksi berpengaruh secara positif terhadap kinerja keuangan, tetapi

pengaruhnya tidak signifikan. Berdasarkan review penelitian sebelumnya,

menunjukkan bahwa hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang

dikemukakan Jensen (1993,) Lipton dan Lorsch (1992), Yermack (1996), Dalton,

dkk. (1999) dalam Hardikasari (2011) yang menyatakan adanya hubungan

positif antara ukuran dewan dengan kinerja perusahaan.

Hasil ini berbeda dengan penelitian Hardikasari (2011) yang menunjukan

bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.

Hasil ini menolak pandangan Jensen (1993) dan Yermack (1996) sebagaimana

yang diungkap Hardikasari (2011), kerugian dari jumlah dewan yang besar

berkaitan dengan dua hal yaitu : meningkatnya permasalahan dalam hal

komunikasi dan koordinasi dan semakin meningkatnya jumlah dewan dan

turunnya kemampuan dewan untuk mengendalikan manajemen, sehingga

menimbulkan permasalahan agensi yang muncul dari pemisahan antara

manajemen dan kontrol. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa perusahaan

yang memiliki ukuran dewan yang besar tidak bisa melakukan koordinasi,

komunikasi, dan pengambilan keputusan yang lebih baik dibandingkan

dengan perusahaan yang memiliki dewan yang lebih kecil.

Page 126: Skripsi achyar (revisi) 1

112

Pfeffer & Salancik (1978) dalam Sam’ani (2008) menjelaskan bahwa

semakin besar kebutuhan akan hubungan eksternal yang semakin efektif, maka

kebutuhan akan dewan dalam jumlah yang besar akan semakin tinggi. Selain itu

ujung tombak dari efektivitas serta efisiensi perusahaan bergantung pada

mekanisme pengelolaan manajemen perusahaan yang menjadi tugas dari direksi.

Baik atau buruknya kinerja akan bergantung pada kemampuan dewan direksi

sebagai resource perusahaan secara lebih baik.

Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa variabel ukuran

komite audit berpengaruh secara negatif terhadap kinerja keuangan pada tingkat

signifikan 5%. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Felo (2003),

Efendi (2005), Xie, Davidson, Dadalt (2003), Veronika dan Bachtiar (2004),

Wedari (2004) dan Wilopo (2004) dalam Sam’ani (2008), yang membuktikan

bahwa adanya komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja perusahaan

karena dapat menekan terjadinya penyimpangan-penyimpangan akuntansi.

Arifin (2005) mengatakan, profesi akuntan merupakan elemen utama dari

good corporate governace, sehingga penegakan good corporate governace tidak

bisa berjalan tanpa keterlibatan profesi akuntan. Peran utama ini sayangnya

banyak diragukan oleh berbagai pihak dengan adanya kegagalan audit (audit

failures) yang mengakibatkan terjadinya banyak skandal keuangan akhir-akhir ini.

Memang tidak mudah untuk menjaga independensi akuntan pemeriksa (auditor)

dalam melaksanakan tugasnya. Adanya kasus-kasus finansial yang melibatkan

profesi akuntan merupakan bukti bahwa sikap independensi yang harus dimiliki

oleh akuntan sulit untuk dipertahankan. Hal ini disebabkan para auditor atau

Page 127: Skripsi achyar (revisi) 1

113

akuntan ini memiliki tanggung jawab yang ambigius. Di satu sisi mereka harus

bersikap dan bekerja untuk perusahaan yang membayar mereka, di sisi lain

mereka harus memperhatikan kepentingan para investor yang bergantung

sepenuhnya kepada kebenaran laporan audit mereka.

Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa variabel komisaris

independen berpengaruh secara positif terhadap kinerja keuangan pada tingkat

signifikan 5%. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan pada perusahaan-perusahaan di Australia oleh James dan Cotter (2007)

yang dikemukakan oleh Juniarti (2009). Penelitiannya membuktikan bahwa

terdapat hubungan negatif antara proporsi komisaris independen dan komite

pengawas terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dimungkinkan karena keberadaan

komisaris independen dalam struktur dewan komisaris hanya untuk memenuhi

persyaratan dan suatu keharusan bagi perusahaan yang menerapkan good

corporate governance.

Hasil penelitian ini juga menolak pendapat Klein (1997) dan Brickley, dkk.

(1997) seperti yang diungkapkan oleh Budiono (2005), yang menyatakan bahwa

tidak ada jaminan dengan banyak komposisi komisaris independen dan pemisahan

posisi pimpinan dewan komisaris dengan CEO akan meningkatkan kinerja

perusahaan secara keseluruhan. Adanya komisaris independen dalam sebuah

perusahaan dinilai cukup penting. Hanya saja hal tersebut tidak dibarengi dengan

adanya tindakan yang serius dalam menerapkan prinsip-prinsip good corporate

governance. Penempatan atau penambahan anggota dewan komisaris independen

dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang

Page 128: Skripsi achyar (revisi) 1

114

saham mayoritas (pengendali) masih memegang peranan penting sehingga kinerja

dewan tidak meningkat.

Hasil ini juga tidak sejalan dengan pendapat Sam’ani (2008) yang

menyatakan bahwa komisaris utama yang cenderung dapat mengatur keefektifan

seluruh tugas dan fungsi dewan komisaris masih merupakan komisaris yang tidak

independen. Dari beberapa komisaris independen yang ada pun, tidak semua

komisaris independen memiliki waktu dalam rangka memberikan fokus

pengawasan terhadap kinerja manajerial. Hal ini terlihat dari proporsi kehadiran

rapat komisaris, dimana komisaris independen tidak secara keseluruhan

menghadiri rapat dewan komisaris. Aktifnya peranan Dewan Komisaris dalam

praktek memang sangat tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh

perusahaan yang bersangkutan. Dalam beberapa kasus memang ada baiknya

Dewan Komisaris memainkan peranan yang relatif pasif, namun di Indonesia

sering terjadi anggota Komisaris Independen bahkan sama sekali tidak

menjalankan peran pengawasannya yang sangat mendasar terhadap Dewan

Direksi. Komisaris independen seringkali dianggap tidak memiliki manfaat. Hal

ini dapat dilihat dalam fakta, bahwa banyak anggota Dewan Komisaris tidak

memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya, sehingga

dalam banyak kasus, Dewan Komisaris juga gagal untuk mewakili kepentingan

stakeholders lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham mayoritas.

Pada dasarnya komisaris independen memiliki peranan yang sama dengan

komisaris yaitu menjamin pelaksanaan strategi perusahaan dan mengawasi

manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan. Pada intinya komisaris

Page 129: Skripsi achyar (revisi) 1

115

independen merupakan suatu mekanisme independen (netral) mengawasi dan

mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa komposisi komisaris independen yang

berasal dari luar perusahaan menunjukan efektifitas pengawasan dari dewan

komisaris. Dengan adanya komisaris independen memungkinkan pengambilan

keputusan yang efektif, tepat serta dapat bertindak secara independen dalam arti

tidak mempunyai kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk

melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis dalam pengawasan terhadap

kinerja direksi. Sehingga diharapkan peran komisaris independen dapat memantau

efektifitas praktek corporate governance dalam perusahaan.

Page 130: Skripsi achyar (revisi) 1

116

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini berusaha untuk menguji pengaruh corporate governance yang

terdiri dari kepemilikan institusional, aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi,

komite audit dan komisaris independen terhadap kinerja perusahaan yang masuk

dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII). Berdasarkan hasil pengujian secara

simultan menunjukkan kemampuan variabel kepemilikan institusional, aktivitas

komisaris, dewan direksi, komite audit dan komisaris independen terdapat

pengaruh yang signifikan dalam menerangkan pergerakan nilai Tobin’s Q sebagai

ukuran kinerja keuangan. Hasil pengujian parsial menunjukan bahwa variabel

kepemilikan institusional dan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja

keuangan. Akan tetapi variabel aktivitas komisaris, ukuran dewan direksi dan

komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja. Adapun hasil penelitian secara

ringkas dapat dijabarkan sebagai berikut:

5.1.1 Hasil Pengujian Simultan

Hasil pengujian F-statistic yaitu kemampuan variabel kepemilikan

institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen dalam mempengaruhi kinerja keuangan secara simultan, diperoleh

nilai sebesar 11.37 sementara Ftabel = 2.40. Karena nilai Fhitung > Ftabel maka

terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (kepemilikan

Page 131: Skripsi achyar (revisi) 1

117

institusional, aktivitas komisaris, dewan direksi, komite audit dan komisaris

independen) terhadap variabel dependen (Tobin’s Q) secara simultan.

5.1.2 Hasil Pengujian Parsial

1. Kepemilikan Institusional (X1) mempunyai pengaruh signifikan positif

terhadap kinerja keuangan. Probabilitas menunjukkan lebih kecil dari 0.05

yaitu sebesar 0.00, artinya bahwa variasi variabel kepemilikan institusional

secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja.

Sedangkan arah koefisien dari variabel kepemilikan institusional

menunjukkan arah yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

hipotesis pertama yang menyatakan kepemilikan institusional (X1) secara

signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja tidak dapat ditolak atau

diterima.

2. Aktivitas Komisaris (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja

keuangan. Probabilitas menunjukkan lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar

0.48, artinya bahwa variasi variabel aktivitas dewan komisaris secara parsial

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan

arah koefisien dari variabel aktivitas dewan komisaris menunjukkan arah

yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua

yang menyatakan aktivitas dewan komisaris (X2) secara signifikan

berpengaruh positif terhadap kinerja tidak dapat ditolak atau ditolak.

3. Ukuran Dewan Direksi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja

keuangan. Probabilitas menunjukkan lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar

0.40, artinya bahwa variasi variabel ukuran dewan direksi secara parsial

Page 132: Skripsi achyar (revisi) 1

118

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan

arah koefisien dari variabel ukuran dewan direksi menunjukkan arah yang

positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang

menyatakan ukuran dewan direksi (X3) secara signifikan berpengaruh

positif terhadap kinerja tidak dapat diterima atau ditolak.

4. Ukuran Komite Audit mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja

keuangan. Probabilitas menunjukkan lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar

0.00, artinya bahwa variasi variabel ukuran komite audit secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan arah

koefisien dari variabel ukuran komite audit menunjukkan arah yang negatif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang

menyatakan ukuran komite audit secara signifikan berpengaruh positif

terhadap kinerja tidak dapat diterima atau ditolak.

5. Komisaris Independen mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja

keuangan. Probabilitas menunjukkan lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar

0.00, artinya bahwa variasi variabel komisaris independen secara parsial

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja. Sedangkan arah

koefisien dari variabel menunjukkan arah yang positf. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima yang menyatakan komisaris

independen (X5) secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja tidak

dapat ditolak atau diterima.

Page 133: Skripsi achyar (revisi) 1

119

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang mungkin

mempengaruhi hasil penelitian. Adapun beberapa keterbatasan adalah :

1. Jumlah pengamatan yang digunakan didalam penelitian ini relatif sedikit

dan periode yang pendek, yakni terbatas pada perusahaan yang masuk

dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2008 hingga 2010. Hal

ini terkait dengan adanya keterbatasan data dan keterbatasan pengungkapan

aspek syariah dalam perusahaan tersebut. Padahal masih banyak perusahaan

lain yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang mungkin dapat

dijadikan sebagai objek penelitian. Sehingga hasil penelitian tidak dapat di

generalisir pada perusahaan dalam kontek syariah yang lebih luas di

Indonesia.

2. Variabel corporate governance yang ada kurang dapat mengukur secara

komprehensif realitas dari praktik corporate governance dalam perusahaan.

Karakteristik komite audit dan komisaris independen secara spesifik tidak

disertakan, misalnya kompetensi, keahlian, latar belakang pendidikan,

pengalaman dewan direksi, komite audit dan komisaris independen.

Lembaga lain telah mengembangkan suatu alat yang dapat digunakan

sebagai penilaian mandiri yang menamakan alat tersebut GCG Self

Assessment Questionaire, yang dalam kuisioner tersebut pembobotan

dilakukan dalam lima bidang; hak-hak pemegang saham, kebijakan

corporate governance, praktik corporate governance, pengungkapan dan

fungsi audit.

Page 134: Skripsi achyar (revisi) 1

120

3. Hasil juga menunjukkan pengaruh variabel independen dalam

mempengaruhi variabel dependen, yakni sebesar 52.72 persen dan sisanya

sebesar 47.28 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak

dimasukkan dalam model regresi, seperti faktor ekonomi negara secara

makro serta faktor kondisi politik negara.

5.3 Saran

1. Bagi investor

Bagi para investor yang akan melakukan investasi dananya ke dalam

perusahaan yang masuk dalam daftar indeks JII hendaknya memilih

perusahaan-perusahaan yang mengungkapkan laporan corporate

governance dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini disebabkan

perusahaan yang menerapkan corporate governance cenderung memiliki

nilai kinerja perusahaan (Tobin’s Q) yang tinggi sehingga dapat

memberikan keuntungan kepada investor.

2. Bagi manajemen perusahaan

Bagi manajemen perusahaan dalam daftar indeks JII yang menerapkan

corporate governance, informasi empiris dari hasil penelitian ini hendaknya

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi

untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hendaknya manajemen mampu

menjalankan corporate governance secara konsisten dan baik, karena

dengan pelaksanaan yang baik berarti menambah kepercayaan investor

untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Kepercayaan investor

Page 135: Skripsi achyar (revisi) 1

121

secara langsung akan meningkatkan harga saham dan berpengaruh juga

terhadap peningkatan kinerja perusahaan.

3. Bagi peneliti lain

Bagi para peneliti lain yang berminat melakukan kajian ulangan terhadap

penelitian ini hendaknya dapat melakukan perbaikan-perbaikan tertentu

terhadap penelitian ini sehingga hasil penelitian yang diperoleh dapat lebih

baik dan komprehensif dari hasil penelitian ini. Salah satu perbaikan yang

penulis usulkan kepada para peneliti lain adalah melakukan modifikasi

model yaitu dengan jalan menambah variabel-variabel lain yang secara teori

dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Page 136: Skripsi achyar (revisi) 1

122

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2005. Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate

Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori

Keagenan). Sidang Senat Guru Besar Universitas Diponegoro. Semarang :

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Bungin, M. Burhan. 2009. Cet.4. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,

Ekonomi, dan Kebijakan. Jakarta : Kencana.

Chapra, M. Umer dan Ahmed, Habib. 2008. Corporate Governance: Lembaga

Keuangan Syariah. Jakarta : Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Edisi

kedua. Jakarta : Balai Pustaka.

Emirzon, Joni. 2006. Regulatory Driven dalam Implementasi Prinsip-Prinsip

Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia. Jurnal

Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol.4, No. 8, Desember.

Firdaus, Muhammad, dkk,. 2005. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah:

Investasi Halal di Reksa Dana Syariah. Jakarta : Renaisan.

Hidayah, Erna. 2008. Pengaruh Kualitas pengungkapan Informasi Terhadap

Hubungan Antara Penerapan Corporate Governance dengan Kinerja

Perusahaan di Bursa Efek Jakarta. JAAI Volume 12 No. 1, Juni: 53-64.

Juniarti dan Sentosa, Agnes Andriani. 2009. Pengaruh Good Corporate

Governance, Voluntary Disclosure terhadap Biaya Hutang (Cost of Debt).

Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 11, No.2, November: 88-100

Kementrian Keuangan Republik Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan. 2010. Kajian Tentang Pedoman Good Corporate

Governance di Negara-Negara Anggota ACMF. Jakarta.

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. KEP-117/M-MBU/2002

tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan

Usaha Milik Negara (BUMN).

Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-41/PM/2003 tentang Pembentukan dan

Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

Page 137: Skripsi achyar (revisi) 1

123

Khairandy, Ridwan dan Malik, Camelia. 2007. Good Corporate Governance:

Perkembangan Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam

Perspektif Hukum. Yogyakarta : Total Media.

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate

Governance Indonesia.

Lestariningsih. 2008. Peran Penerapan Good Corporate Governance dalam

Pengembangan Perusahaan Publik. Spirit Publik, Vol.4, No.2, Oktober:

113-122.

Meta, Anisa. 2010. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan

Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. Denpasar : Jurnal Fakultas

Ekonomi, Universitas Udayana.

Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. Edisi

kedua. STIE YKPN. Yogyakarta.

Mulyati, Sri. 2010. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja

Perusahaan dan Reaksi Pasar Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 dan 2007. Tesis Program Studi

Magister Akuntansi Universitas Indonesia. Jakarta.

.Mursalim. 2009. Persamaan Struktural : Aktivisme Institusi, Kepemilikan

Institusional dan Manajerial, Kebijakan Dividen dan Utang. JAAI

Volume 13, No.1, Juni: 43-59

Nachrowi dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis

Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta : Lembaga

Penerbit FEUI.

Nuringsih, Kartika. 2010. Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang dan

Kepemilikan Institusional Terhadap Kepemilikan Manajerial dan

Pengaruhnya Terhadap Risiko. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1,

April: 17-28.

Orniati, Yuli. 2009. Laporan Keuangan Sebagai Alat untuk Menilai Kinerja

Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, Tahun 14, No. 3, Nopember: 206-213

Pradhono dan Christiawan, Yulius Jugi. 2004. Pengaruh Economic Value Added,

Residual Income, Earnings dan Arus Kas Operasi terhadap Return yang

Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi & Keuangan,

Vol.6, No.2, November: 140-166.

Page 138: Skripsi achyar (revisi) 1

124

Pranata, Yudha. 2007. Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan. Skripsi Program Studi Akuntansi,

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Rahmanta. 2009. Aplikasi Eviews Dalam Ekonometrika. Jurusan Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian. Medan : Universitas Sumatra Utara.

Sabrinna, Anindhita Ira. 2010. Pengaruh Corporate Governance Dan Struktur

Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi Program Sarjana

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Setyapurnama, Yudi Santara dan Norpratiwi A.M Vianey. 2005. Pengaruh

Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi.

Working Paper.

Soesetio, Yuli. 2008. Kepemilikan Manajerial dan Institusional, Kebijakan

Deviden, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas terhadap

Kebikan Hutang. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No.3,

September: 384-389.

Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. USU digital library. Fakultas

Ekonomi. Universitas Sumatra Utara.

Suharyadi dan Purwanto. 2009. Edisi 2. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan

Modern. Jakarta : Penerbit Salemba Emapat.

Sujoko dan Soebiantoro, Ugy. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham,

Leverage, Faktor Intern dan Faktor Akstern Terhadap Nilai Perusahaan

(Studi Empirik pada Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur di

Bursa Efek Jakarta). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No.1,

Maret: 41-48.

Suprayitno, G, dkk. 2009. Profil Program Corporate Governance Perception

Index 2008: Good Corporate Governance dalam Perspektif Manajemen

Stratejik. The Indonesian Institute for Corporate Governance. Jakarta.

Surya, Indra dan Yustiavandana, Ivan. 2008. Cet.2. Penerapan Good Corporate

Governance: Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan

Usaha. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Tunggal, Amin Widjaja. 2007. Corporate Governance: Suatu Pengantar. Jakarta :

Harvarindo.

Ujiyantho, M Arief dan Pramuka, Bambang Agus. 2007. Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada

Page 139: Skripsi achyar (revisi) 1

125

Perusahaan go publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional

Akuntansi X. Makasar.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara.

Wardani, Diah Kusuma. 2008. Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Kinerja Perusahaan di Indonesia. Skripsi Program Studi Akuntansi,

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Edisi Kedua. Analisis Ekonometrika dan Statistika

dengan Eviews. UPP STIM YKPN.Yogyakarta.

www.idx.co.id/Home/ListedCompanies/CompanyProfile