revisi skripsi bab ii,
TRANSCRIPT
BAB II
LANDASAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
1. Konsep Variabel
Dalam melaksanakan penelitian di Madrasah Aliyah Darul A’mal 16 B ,
dan sesuai dengan permasalahan yang ada terdapat beberapa variabel
penelitian :
Pengertian variabel adalah : “Konsep yang mempunyai bermacam-macam
nilai badan misalnya, adalah konsep bukan variabel karena badan tidak
mempunyai keragaman nilai, sebaliknya besar badan adalah variabel “1
Menurut pendapat lain variabel adalah “obyek penelitian atau yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian “2
Dari kedua pendapat diatas dapat penulis tarik kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan variabel adalah suatu konsep yang memiliki
bermacam-macam nilai dalam sebuah penelitian dan menjadi titik
pokok/obyek dalam dalam penelitian tersebut
Adapun jenis variabel menurut Winarno Surahmad ada 2 yakni :
1. Variabel bebas atau disebut juga variabel experimental atau variabel X, yang diselidiki pengaruhnya
2. Variabel terikat atau disebut juga variabel kontrol atau variabel ramalan ataupun variabel Y, yakni variabel yang diramalkan akan timbul dalam
1 Muh. Nasir, Metode Penelitian¸Ghalia, Jakarta, 1988, hlm. 1492 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm.91
hubungan yang fungsional dengan (atau sebagai pengaruh dari) variabel bebas “3
Dalam sekripsi ini yang menjadi variabelnya adalah :
a. Variabel bebas
Adapun yang dimaksud dengan variabel bebas disini adalah merupakan
hal-hal yang akan memberikan pengaruh terhadap variabel yang lain.
Adapun variabel bebas penelitian ini adalah : Tingkat ekonomi orang tua
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam hal ini adalah merupakan faktor yang akan
dipengaruhi oleh variabel bebas, adapun variabel terikatnya adalah
Prestasi belajar mata pelajaran Aqidah Akhlak siswa Madrasah Aliyah
Darul A’mal.
2. Teori
a. Pengertian Tingkat Ekonomi Orang tua
Pada bagian pendahuluan pengertian tingkat ekonomi sudah
dikemukakan, bahwa tingkat ekonomi adalah “ usaha-usaha manusia untuk
dapat memenuhi kebutuhan, sehingga tingkat kemakmuran dan tingkat
kesejahteraan akan lebih baik ”.4
3 Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Metode, Jeanmars, Bandung, 1985, hlm.73.
4 Melayu.S.P. Hasibuan, Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia, Bandung. Armico, 1987, hlm.02
Adapun maksud dari tingkat ekonomi orang tua adalah keadaan
pendapatan ekonomi orang tua atau keluarga peserta didik Madrasah Aliyah
Darul A’mal 16B Kecamatan Metro Barat dalam memenuhi kebutuhan sehari-
sehari termasuk kebutuhan pembelajaran peserta didik Madrasah Aliyah Darul
A’mal 16B Kecamatan Metro Barat. Dimana keadaan ekonomi orang tua
tersebut diatas berbeda – beda tingkatannya seperti yang dikemukakan oleh
Wagiman selaku KASI kependudukan pada tanggal 10 Januari 2002
membagi tingkatan ekonomi keluarga dalam beberapa tingkatan pendapatan
yaitu :
1. Golongan I (satu) dengan pendapatan kurang dari Rp.300.000 perbulan. Golongan ini dikelompokan dalam suatu golongan rendah.
2. Golongan II (dua) dengan pendapatan antara Rp. 300.000 – Rp.500.000 perbulan. Golongan ini dikelompokan dalam satu golongan yang sedang.
3. Golongan III (Tiga) dengan pendapatan lebih dari Rp.850.000 perbulan. Golongan ini dikelompokan dalam satu golongan yakni golongan tinggi 5
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat ekonomi
orang tua dapat digolongkan menjadi tiga yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Dengan demikian tingkatan atau tingkat ekonomi rendah, dimana seseorang
atau kelompok belum dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari masih
berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan dialaminya.
Tingkat ekonomi sedang dimana seseorang atau sekelompok orang dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya sekedar mencukupi kebutuhan saja.
5 Wagiman,Wawancara KASI Kependudukan Kantor Statistik Kota Metro Tanggal 10 Desember 2002
Sedang tingkat ekonomi tinggi adalah dimana seseorang atau sekelompok
orang telah mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari bahkan bisa memenuhi
semua kebutuhan hidup yang lainnya.
b. Prestasi Belajar
1) Pengertian Prestasi Belajar
Yang dimaskud dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai
oleh siswa setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu
tertentu dan mengikuti evaluasi. Hasil belajar itu dapat berupa sikap;
pengetahuan dan ketrampilan pada diri siswa.
Abu Hamadi mengatakan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh
siswa yang diukur melalui berbagai aktifitas belajar…6
Hal ini berarti tekanan prestasi belajar atau hasil akibat perbuatan belajar.
Sedang menurut W.S. Winkel adalah :
Prestasi belajar yang dituntut dari siswa adalah suatu prestasi yang bersifat spesifik/tertentu, namun semua prestasi belajar mesti tergolong dalam salah satu katagori hasil. Penentuan katagori hasil akan menghasilkan ketentuan mengenai jalan/saluran yang harus dilalui siswa untuk sampai pada hasil yang dituju.7
Prestasi yang dimaksud disini adalah prestasi yang menunjukkan hasil tertentu
yang telah dicapai siswa setelah ia mengikuti belajar.
6 Abu Hamadi,Didaktik Metodik, Toha Putra, Semarang, 1982. hlm 357 WS.Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi, Gramedia, Jakarta, 1983, hlm.84
Prestasi itu sendiri merupakan wujud dari hasil yang telah dilalui oleh siswa,
jadi tolak ukur untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam berbuat
belajar adalah melihat tercapainya tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah
ditetapkan atau dirumuskan. Sebagaimana diketahui bahwa perumusan tujuan
instruksional yang telah ditetapkan baru dikatakan operasional bila sudah
menyangkut perbuatan tingkah laku ketrampilan yang dapat diukur setelah
melakukan perbuatan belajar, hal tersebut sesuai dengan apa yang dikenal perubahan
belajar pada aspek kognitif, afectif dan Psikomotor. Aspek Kognitif adalah suatu
perubahan belajar yang meliputi ingatan, pengembangan kemampuan, dan
ketrampilan intelektual. Pengetahuan yang diserap siswa akan melibatkan suatu
proses psikologis dalam mengingat suatu materi pelajaran. Sedangkan kemampuan
dan ketrampilan intelektual merupakan tingkat yang paling tinggi dari pada hanya
sekedar ingat, prosesnya melibatkan berfikir kritis dan pemecahan masalah.
Bidang afektif meliputi, sikap, emosi, nilai dari tingkah laku siswa yang
reflikasikan dengan perasaan senang dan tidak senang. Jadi bidang efektif ini lebih
menekankan kepada aspek perasaan yang memerlukan suatu tanggapan/persepsi jika
seseorang dihadapkan pada suatu obyek.
Bidang Psikomotor meliputi, kesanggupan seseorang melakukan kegiatan
berdasarkan pengetahuan dan sikap yang dimiliki. Ini mengacu pada pengertian
bahwa jika seseorang telah mengetahui pengetahuan dalam ingatannya dan bersikap
positif terhadap yang difikirkannya, maka apabila ia sanggup untuk bertindak dan
bertingkah laku sesuai dengan makna yang tersirat dalam pengetahuan tersebut. Arti
singkat dari uraian tersebut ini adalah suatu respon seseorang dalam bentuk perbuatan
tingkah laku terhadap pengetahuan yang difikirkan.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Peserta didik dalam mencapai prestasi yang lebih baik tentunya akan
mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar. Dengan kesulitan yang
dialaminya akan mempersulit dan menghambat dalam meraih prestasi belajar
yang lebih baik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Oemar
Hamalik sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri antara lain:Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelasKurang minat terhadap bahan pelajaranKesehatan sering tergangguKebiasaan belajar dan kurang penguasaan bahan
2. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah meliputi:Cara memberikan pelajaranKurang bahan bacaanKurang Alat-alatBahan tidak sesuai dengan kemampuan
3. Faktor yang bersumber dari lingkungan meliputi:Masalah kemampuan ekonomiMasalah broken homeMasalah kontrol orang tua
4. Faktor yang bersumber dari masyarakat meliputi:Gangguan jenis kelaminBekerja disamping kuliahTidak bisa mengatur waktu rekreasi dan waktu senggang8
8 Oemar Hamalik, Methode Belajar dan Kesulitan Belajar, Tarsito, Bandung, 1983, hlm.84
Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa, pada dasarnya prestasi belajar itu
sangat dipengaruhi beberapa faktor antara lain adalah faktor dari diri sendiri,
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan keempat faktor inilah yang
akan mempengaruhi prestasi belajar peserta didik atau anak didik.
Adapun yang menjadi faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik atau anak didik menurut Ali Saifullah adalah:
Keadaan keluarga pelajar, seperti jumlah saudara, tingkat status sosial, akademis dan ekonomis dan pola pendidikan. Status sosial orang tua pada suatu ketika dapat menentukan sikap mereka terhadap pendidikan atau peran pendidikan dalam kehidupan manusia, status ekonomi akan menentukan kemampuan orang tua didalam memberikan informasi tentang bahan pelajaran disekolah yang diperlukan oleh anak yaitu bimbingan pendidikan yang mungkin dapat diberikan pada orang tua.Status ekonomi yang banyak menentukan kemampuan keluarga didalam menyediakan fasilitas sarana yang diperlukan si anak dalam menelaah bahan pelajaran. Ketiga jenis status diatas dalam banyak hal sangat menentukan sikp orang tua terhadap pendidikan dan pola-pola kehidupan keluarga yang menunjang perkembangan pendidikan anak sekolah9
Berdasarkan kutipan diatas dapat di fahami bahwa peserta didik yang tidak sukses di
dalam meraih prestasi yang lebih baik disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah keadaan keluarga, status sosial orang tua, yang dapat menyediakan fasilitas
belajar kurang terpelihara, maka anak tidak dapat belajar dengan baik.
9 Ali Saipullah, Pengantar dasar-dasar Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1980, hlm.97.
c. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
1) Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran aqidah akhlak adalah merupakan salah satu dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah Madrasah
Aliyah sesuai dengan kurikulum yang ada. dan merupakan ilmu yang
mempelajari tentang tata sopan santun atau kata lain akhlakul kharimah
terhadap makhluk ciptaan dan pada khaliq-Nya. Jadi mata pelajaran ini
memberikan pendidikan untuk memahami dan mengamalkan apa-apa yang
berkaitan dengan aqidah dan akhlak
2) Dasar dan Tujuan
a) Dasar
Mata pelajaran aqidah akhlak adalah merupakan salah satu pendidikan
agama islam. Jadi untuk dasar dan tujuan dari mata pelajaran aqidah akhlak,
secara umum tidak jauh dari pendidikan agama islam. Jadi dasar dan
tujuannya adalah Alqur’an dan Sunnah.
Menurut Ahmad D. Marimba : “ apakah dasar atau azas pendidikan
agama islam ?, singkat dan tegas adalah Firman Allah dan Sunnah Rosul ”10.
Karena dasar agama islam adalah al-qur’an dan sunnah rasul, pendidikan
agama islam juga berdasar pada alQur’an dan Sunnah. Pendapat ini didukung
oleh Assyaibani Althoumi yakni :
10 Marimba Ahmad. D, Pengantar Filsafat Pendidikan, PT.Alma’rif, Bandung, 1989, hlm.41
Artinya : Dari Kasirin bin Abdullah dari Abi Jahid Rosululloh bersabda: Kutinggalkan untuk mu dua buah pusaka, kamu tidak akan sesat atau menyesatkan selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh pada keduanya yaitu kitabullah dan Sunnah Rosul. (HR. Bukhari)11
Alqur’an mencakup semua masalah, baik masalah peribadatan maupun masalah
kemasyarakatan dan pendidikan agar manusia dapat menegakkan pendidikan guna
mencapai keselamatan hidup, baik di dunia maupun diakhirat.
Dengan demikian akan menghasilkan manusia-manusia yang bertaqwa, berbudi
pekerti luhur, dan berpkepribadian muslim yakni pribadi pribadi yang dapat
memahami, menghayati dan megamalkan ajaran agama islam dalam kehidupan
sehari-hari
b) Tujuan.
Sedangkan tujuan dari Pelajaran Aqidah akhlak itu sendiri, sesuai yang
terdapat dalam Kep. Menteri agama. Nomor.373 Tahun 1993 Tanggal 22
Desember 1993 yaitu :
(1) Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang benar terhadap hal-hal yang harus diimani hingga keyakinan itu
11 Assyaibani Althoumi, Kumpulan Hadist-hadist Soleh, Alih Bahasa oleh Bustami, A. Gani, Sentosa Jakarta, 1979, hlm.41
tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
(2) Siswa memiliki pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan lingkungan sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.12
Sesuai dengan tujuan Pendidikan agama islam, menurut Departemen Agama
Islam, dikatakan :
Tujuan pendidikan agama islam adalah meningkatkan ketaqwaan siswa kepada Tuhan Yang Maha Esa, artinya menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan dan menjadi warga negara yang baik dalam negara RI berdasarkan Pancasila.13
Dengan tujuan pendidikan agama islam penulis dapat menyimpulkan tujuan
dari mata pelajaran Aqidah Akhlak yaitu membimbing dan mempersiapkan anak
untuk dapat menjadi umat yang bertaqwa, yakni umat yang mampu memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari dan
menjadikan sebagai jalan kehidupan, dengan harapan dapat mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan hidup didunia maupun kebahagian dan kesejahteraan hidup kelak
di kampung akhirat.
12 Keputusan Menteri, GBPP,Kurikulum Madrasah Aliyah. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
13 Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pada SLTP, PT.Multiyasa, 1989.hlm.13
d. Hubungan Tingkat Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Mata Pelajaran Aqidah Akhlak siswa Madrasah aliyah Darul A’mal
Dalam kehidupan sehari-hari umat manusia memerlukan adanya
fasilitas untuk kehidupannya, fasilitas itu dapat dipenuhi dengan keadaan tingkat
ekonomi. Keadaan tingkat ekonomi (pendapatan) seseorang bukan hanya untuk
memenuhi satu bidang saja, akan tetapi juga untuk keperluan lainnya, termasuk
didalamnya pembagian untuk biaya anak dalam pendidikan.
Hal tersebut diatas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sarlito Wirawan
Sarwono sebagai berikut :
Secara gamblang saja kita semua tahu bahwa makin banyak anggota keluarga, makin banyak orang yang harus diurus, makin sulit kita mengatur anggota rumah tangga kita,. Keluarga-keluarga yang pendapatannya terbatas sudah jelas akan payah memberikan makanan, pakaian dan pendidikan kepada anggota yang banyak itu. Tetapi, keluarga-keluarga yang mampu pun akan repot menghadapi berbagai persoalan dan perbedaan pendapatan antara anggota keluarga.14
Dengan melihat pengertian diatas, maka dapat difahami bahwa tingkat
ekonomi orang tua yang terbatas akan merasakan betapa sulitnya dalam mencukupi
kebutuhan-kebutuhan yang ada, disamping itu dapat dilihat adanya korelasi yang erat
antara tingkat ekonomi orang tua dengan prestasi belajar pada mata pelajaran aqidah
akhlak.
14 Sarlita Wirawan Sarwoto, Menuju Keluarga Bahagia Jilid 2, Jakarta, Balai Pustaka, 1982, hlm.80
Bagi keluarga yang tingkat ekonominya tinggi akan lebih mudah mencukupi
kebutuhannya, baik kebutuhan yang menyangkut pembelajaran anak, untuk mencapai
prestasi yang lebih baik maupun kebutuhan keluarga yang lainnya.
B. KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA1. Kerangka Pikir
“Kerangka pikir adalah suatu konsep yang memberikan hubungan-hubungan
klausal hipotesa antara variabel bebas dengan variabel yang tak bebas dalam rangka
memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti”.15
Berangkat dari pengertian di atas kerangka pikir merupakan sistematika berfikir,
dan sistematika berfikir dalam penelitian ini adalah adanya hubungan tingkat
ekonomi orang tua dengan prestasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak siswa
Madrasah Aliyah Darul A’mal Metro.
Dalam penelitian ini terdapat dua Variabel yaitu:
1. Variabel bebas yaitu lingkungan sekolah
2. Variabel terikat yaitu prestasi belajar Aqidah akhlak
Hubungan antara tingkat ekonomi orang tua dengan prestasi belajar khususnya
mata pelajaran aqidah akhlak, dalam hal ini semestinya siswa yang latar belakangnya
tingkat ekonomi orang tuanya tinggi seharusnya prestasi belajar baik (positif)
dikarenakan segala fasilitas terpenuhi akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian.
15 Haris Mujiman, Pokok-pokok Penelitian Ilmiah, Tarsito, Bandung, 1981, hal. 31
2. Paradigma
“Paradigma merupakan suatu cara pandang atau sudut pandang yang
digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mengamati suatu gejala
sehingga berdasarkan paradigma tersebut seseorang atau sekelompok orang dapat
mengamati gejala yang bersangkutan”.16
Berdasarkan kutipan tersebut di atas maka penulis mengemukakan kerangka pikir
dan paradigma sebagai berikut:
Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto istilah hipotesis sebenarnya adalah “kata
majemuk terdiri dari kata-kata hipo dan tesa. Hipo berasalah dari bahasa Yunani
Kuno yang berarti kurang atau lemah. Tesa berasal dari bahasa Yunani Thesia yang
berarti teori atau proposisi yang disajikan sebagai bukti”.17
16 Kartini Kartono, Metodologi Penelitian, Bina Aksara, Jakarta, 1985, hal. 5317 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, CV. Rajawali, Jakarta,
1991, hal. 62
Tinggi HIPOTESI
S Rendah
Baik
Kurang
Tingkat Ekonomi Orang Tua
Prestasi BelajarAqidah AkhlakSedang Cukup
Dengan demikian yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap masalah-masalah penelitian yang harus diuji kembali kebenarannya secara
teliti. Hipotesis akan diuji kebenarannya jika tidak sesuai dengan fakta maka hipotesis
akan ditolak, sebaliknya hipotesis akan diterima jika fakta membenarkannya.
Berdasarkan kutipan di atas maka penulis dapat mengambil suatu hipotesis dalam
penelitian ini adalah “adanya hubungan yang signifikan antara tingkat ekonomi orang
tua dengan prestasi belajar mata pelajaran aqidah akhlak siswa Madrasah Aliyah
Darul A’mal ”.