bab ii - revisi

62
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teknologi Pendidikan Dalam Teknologi Pendidikan, istilah teknologi berasal dari bahasa Yunani yaitu technologis. Technie berarti seni, keahlian atau sains dan logos yang berarti ilmu. Teknologi menurut Gaibraith dapat diartikan sebagai penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah atau terorganisasikan dalam hal- hal yang praktis. Sedang dalam arti luas menurut Association for Educational Communication and Technology (AECT) dalam Saputra.A, dkk. (2013:8) adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemacahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dilain pihak ada pendapat bahwa 16

Upload: urangtalagasari

Post on 13-Dec-2015

247 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

REVISI

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II - Revisi

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teknologi Pendidikan

Dalam Teknologi Pendidikan, istilah teknologi berasal dari bahasa

Yunani yaitu technologis. Technie berarti seni, keahlian atau sains dan logos

yang berarti ilmu. Teknologi menurut Gaibraith dapat diartikan sebagai

penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah atau terorganisasikan dalam

hal-hal yang praktis. Sedang dalam arti luas menurut Association for

Educational Communication and Technology (AECT) dalam Saputra.A, dkk.

(2013:8) adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,

prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari

problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemacahan masalah

yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dilain pihak ada pendapat

bahwa teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian

sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan

proses belajar manusia. Di sini diutamakan proses belajar itu sendiri di

samping alat-alat yang dapat membantu proses belajar itu. Dengan demikian

secara umum Pengantar Teknologi Pendidikan.

Teknologi pendidikan diartikan sebagai media yang lahir dari

revolusi teknologi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan-

tujuan

16

Page 2: Bab II - Revisi

17

pengajaran disamping guru, buku, ide, peralatan dan organisasi yang dikaji

secara sistematis, logis dan ilmiah. Pengertian ini mengandung asumsi bahwa

sebenarnya media teknologi tertentu tidak secara khusus dibuat untuk

teknologi yang dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pendidikan.

Sedangkan menurut Darmawan, (2014:2) pemaknaan teknologi

yang menghsilkan sebuah kajian ilmu yang disebut dengan teknologi

pendidikan bahkan dalam perkembangannya telah melahirkan ilmu teknologi

pembelajaran. Teknoogi pendidikan dan teknologi pembelajaran membawa

upaya terwujudnya berbagai ide dan pemikiran serta prosedur tindakan yang

harus dilakukan dalam rangka mewujudkan proses inovasi dalam dunia

pendidikan sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru baik itu yang

berhubungan dengan ide, proses, prosedur, dan hasil yang berhubungan

langsung maupun tidak langsung dengan berbagai sumber belajar yang

meliputi lingkungan, orang, alat, prosedur, konsep, teori, teknologi, media,

seta prosedur pemecahan masalah itu sendiri.

B. Teknologi Pembelajaran.

Dalam telaah mengenai teknologi pembelajaran di dalamnya

terdapat pemahaman terhadap teknologi dan pembelajaran. Pembelajaran

yang mnegadopsi hasil pikir dan rancang bangun suatu ide yang diwujudkan

dalam produk tertentu dan memberikan kemudahan dalam pembelajaran,

maka istilah salah satu pemahaman terhadap teknologi pembelajaran di

samping pemahaman lainnya bahwa teknologi pembelajaran merupakan suatu

Page 3: Bab II - Revisi

18

teknologi, yaitu teknologi sebagai ide dan rancang bangun tentang bagaimana

suatu proses pembelajaran bisa berkualitas. Darmawan (2014:3). Sedangkan

menurut Deterline (Miarso 2009) yang dikutip Saputra. A, dkk (2013:10)

berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan pengembangan

ataupun aplikasi dari teknologi perilaku yang digunakan untuk menghasilkan

suatu perubahan perilaku tertentu dari pebelajar secara sitematis guna

pencapaian ketuntasan hasil belajar itu sendiri.. Belajar berkaitan dengan

perkembangan psikologis peserta didik, pengalaman yang perlu diperoleh,

kemampuan yang harus dipelajari, cara atau teknik belajar, lingkungan yang

perlu menciptakan kondisi yang kondusif, sarana dan fasilitas yang

mendukung, dan berbagai faktor eksternal lainnya.

Definisi tahun 1994, dalam Darmawan (2014:4) teknologi

pembelajaran dirumuskan dengan berdasarkan pada lima bidang garapan bagi

teknologi pembelajaran, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan,

pengelolaan, dan penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan dari bidang

teknologi pembelajaran.

1.      Kawasan desain

Desain adalah proses untuk menentukan kondisi

belajar, tujuan desain ialah untuk menciptakan setrategi

danproduk pada tingkat makro, seperti program dan

kurikulum dan pad tingkat makro seperti pelajaran dan

modul.

a.       Desain system pembelajaran

Adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi

langkah-langkah:

Page 4: Bab II - Revisi

19

1)      Penganalisaan ( proses perumusan apa yang akan

di pelajarai)

2)      Perancangan (proses penjabaran bagaimana

caranya hal tersebut akan di pelajari).

3)      Pengembangan (proses penulisan dan pembuatan

atau produksi bahan-bahan pembelajaran).

4)   Pengaplikasian (pemanfaatan bahan dan setrategi

yang bersangkutan).

5)      Penilaian pembelajaran (proses penentuan

ketepatan belajar).

b.     Desain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa

bentuk fisik dari pesan yang mencakup prinsip-prinsip

perhatian, persepsi dan daya serap agar terjadi

komunikasi antara pengeirim dan penerima.

c.  Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk

menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau

kegiatan pembelajran dalam suatu pelajaran.

d.   Karakteristik pembelajar adalah segi-segi latar belakang

pengalaman pemelajar yang pengaruh terhadap

egektifitas proses belajarnya

2.   Kawasan pengembangan adalah proses penterjemahan

spesifikasi desain kedalam bentukk fisik berupa :

a.      Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau

menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-

bahan visual yang statis terutama melalui proses

pencetakan mekanis atau fotografi, yang mencakup

representasi dan reproduksi teks, grafik, dan fotografis.

b. Teknologi audio visual merupakan cara memproduksi

dan meyampaikan bahan dengan menggunakan

Page 5: Bab II - Revisi

20

peralatan mekanis dan elektrolis untuk menyajikan

pesan-pesan audio dan visual.

c.    Teknologi berbasis computer merupakan cara-cara

memproduksi dan menyampaikan bahan dengan

menggunakan perangkat yang bersumber pada

mikroposesor, yang dapat menyimpan pesan secara

elektronis dalam bentuk digital.

d.  Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi

dan menyampaikan bahan dengan memadukan

beberapa jenis media yang di kendalikan computer

yang merupakan teknik yang paling sulit diantara yang

lain karena melibatkan beberapa komponen dan

peralatan yang di kendalikan oleh computer.

3.      Kawasan Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan

proses dan sumber untuk belajar. Yang teribat dalam

pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk

mencocokan pemelajar dengan bahan dan aktifitas yang

spesifik, menyiapkan pemelajar, memberikan bimbingan

selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil, serta

memasukan ke prosedur yang selanjutnya.

a. Pemanfaatan media adalah penggunaan yang

sistematis dari sumber untuk belajar yang merupakan

proses pengambilan keputusan berdasarkan

spesifikasi desain pemelajaran, yang berkaitan antara

di implementasikan atau tidaknya desain tersebut.

b.   Difusi inovasi adalah proses berkomuniksi melalui

strategi yang terencana dengan tujuan untuk di

adopsi, tujuan ahir yang ingin di capai ialah untuk

terjadinya perubahan.

Page 6: Bab II - Revisi

21

c.      Implementasi dan pelembagaan. Implementasi ialah

penggunaan bahan dan setrategi pembelajaran dalam

keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan

pelembagaan ialah pengggunaan yang rutin dan

pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu

struktur ata budaya organisasi. Keduanya tergantung

pada perubahan dan perkembangan individu dan

organisasi.

d.      Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan

dari masyarakat atau wakilnya yang mempengaruhi

difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi

pembelajaran yang mempunya hambatan utama etika

dan ekonomi.

4.      Kawasan pengelolaan. Konsep pengelolaan merupakan

bagian yang integral dalam bidang teknologi

pembelajaran. Pengelolaan meliputi pengendalian

teknologi pembelajaran melalui perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervise.

Empat kategori dalam kawasan pengelolaan ialah.

a.       Pengelolaan proyek

b.      Pengelolaan sumber

c.       Pengelolaan system penyampaian

d.      Pengelolaan informasi

5.      Kawasan penilaian adalah aktifitas manusia sehari-hari,

melalui penakaran nilai aktifitas atau kejadian yang ada.

Dalam kawasan pendidikan Penilaian ialah proses

penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar,

yang berarti penentuan secara formal mengenai kualitas,

Page 7: Bab II - Revisi

22

efektifitas atau nilai dari suatu program, produk,

proyek ,proses, tujuan atas kurikulum.

a.       Analisis masalah.

b.      Pengukuran acuan patokan

c.       Penilain formatif( perencanaan yang akan dilakukan)

d.   Penilain sumatif ( melihat hasil apakah sesuai dengan

apa yang diberikan)

C. Komputer Sebagai Media Presentasi

1. Komputer

Kemajuan teknologi modern dalam hubungannya dengan dunia

pendidikan lebih dikenal dengan multimedia. Dalam hal ini multimedia

dianggap sebagai media pengajaran dan pembelajaran yang berkesan

berdasarkan keupayaannya menyentuh berbagai pancaindra : penglihatan,

pendengaran, dan sentuhan. Munir (2001) dalam Darmawan, (2013:89)

mengemukakan bahwa multimedia adalah alat, metode, dan pendekatan

yang digunakan untuk membuat komunikasi antara guru dan peserta

didik selama proses pembelajaran menjadi lebih berkesan.

Komputer merupakan hasil karya manusia yang mampu membawa

perubahan besar dalam berbagai bidang pekerjaan manusia, termasuk

dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan, komputer sebagai

hasil teknologi modern sangat membuka kemungkinan-kemungkinan

yang besar untuk menjadi alat pendidikan.Khusus dalam pembelajaran,

komputer dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi

atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran kepada pesera didik.

Page 8: Bab II - Revisi

23

Selain itu, menurut Darmawan (2013:91), bahwa komputer dapat juga

digunakan sebagai media yang memungkinkan peserta didik belajarr

secara mandiri dalam memahami suatu konsep. Hal ini sangat

memungkinkan karena komputer mempunyai kemampuan

mengkombinasikan tek, suara, warna, gambar, gerak, dan video, serta

memuat suatu kepintaran yang sanggup menyajikan proses interaktif.

Pada umumnya dalam bidang pendidikan, penggunaan teknologi

berbasis komputer merupakan cara untuk menghasilkan atau

menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang

berbasis mikroprosesor, dimana informasi atau materi yang disampaikan

disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan. Hal di atas

pada umumnya dikenal dengan pembelajaran berbantuan komputer.

Dalam pembelajaran berbantuan komputer, peserta didik berhadapan dan

berinteraksi secara langsung dengan komputer. Interaksi antara komputer

dan peserta didik ini terjadi secara individual, sehingga apa yang dialami

oleh seorang peserta didik akan berbeda dengan apa yang dialami oleh

peserta didik yang lainnya.

Berdasarkan sifat-sifatnya yang dimilikinya, komputer dapat

didefinisikan sebagai peralatan elektronik yang bekerja secara koordinatif

dan integratif berdasarkan program, dapat menerima masukan berupa

data, mengolahnya dalam memori, dan menampilkan hasil berupa

informasi. Dari pengertian di atas, menurut Daryanto (2004), dalam

Page 9: Bab II - Revisi

24

Darmawan (2013:66) dapat disimpulkan bahwa komputer memiliki tiga

sifat, sebagai berikut.

a. Bekerja dengan menggunakan tenaga listrik (elektronik)

b. Bekerja berdasarkan program

c. Bekerja daalam satu sistem

Dalam perkembangannya komputer menjadi populer sebagai media

pembelajaran karena komputer memiliki keistimewaan yang tidak

dimiliki oleh media pembelajaran lain sebelumzaman komputer.

Keistimewaan komputer, di antaranya menurut Gagne dan Briggs (2001)

dalam Darmwan, (2013:92) adalah sebagai berikut.

a. Hubungan interaktif: komputer menyebabkan terwujudnya hubungan di antara rangsangan dan jawaban, dan dapat menumbuhkan inspirasi serta meningkatkan minat.

b. Pengulangan: komputer memberi fasilitas bagi pengguna untuk mengulang apabila diperlukan. Juga untuk memperkuat proses belajar dan memperbaiki ingatan. Dalam pengulangan amat diperlukan kebebasan dan kreativitas dari para peserta didik.

c. Umpan balik dan peneguhan: media komputer membantu peserta didik memperoleh umpan balik terhadap pelajaran secara khusus dan dapat memacu motivasi belajar dengan peneguhan positif yang diberi apabila peserta didik memberi jawaban.

Selain memiliki keistimewaan, pembelajaran berbantuan komputer

menurut Nasution (1994) dalam Darmawan (2013:92) mempunyai

sejumlah keuntungan, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Komputer dapat membantu peserta didik dan guru dalam pembelajaran, karena komputer itu, “sabar, cermat, mempunyai ingatan yang sempurna”. Komputer sesuai sekali untuk latihan dan remedial tesching, mengingat tak ada guru yang dapat memberikan latihan tampa jemu-jemunya seperti komputer.

b. Pembelajaran berbantuan komputer memiliki banyak kemampuan yang dapat dimanfaatkan segera seperti membuat hitungan atau

Page 10: Bab II - Revisi

25

memproduksi grafik, gambar, dan memberikan bermacam-macam informasi yang tak mungkin dikuasai oleh manusia mana pun.

c. Pembelajaran berbantuan komputer sangat fleksibel dalam mengajar dan daapat diatur menurut keinginan perancang pengajaran atau penyusun kurikulum.

d. Pembelajaran berbantuan komputer dan mengajar oleh guru dapat saling melengkapi. Apabila komputer tidak dapat menjawab pertanyaan peserta didik, dengan sendirinya guru akan menjawab. Ada kalanya komputer dapat memberikan jawaban yang tak dapat dengan segera dijawab oleh guru

e. Selain itu komputer dapat puta menilai hasil belajar setiap peserta didik dengan segera.

Dengan adanya keistimewaan komputer, sistem-sistem komputer

dapat menyampaikan pengajaran secara langsung kepada peserta didik

melalui cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke

dalam sistem.

Dalam penggunaannya menurut Sudjana dan Rivai (1989), dalam

Darmawan (2013:93) terdapat beberapa model pembelajaran berbantuan

komputer, yaitu (1) model latihan dan praktik (drill an practice), (2)

model tutorial (tutorials), (3) model penemuan (problem solving), (4)

model simulasi (simulations), dan (5) modelpermainan (games). Unutuk

lebih jelasnya berikut ini gambaran model-model tersebut.

1). Model latihan dan praktek

Pembelajaran berbantuan komputer pada dasarnya adalah

memberikan praktik sebanyak mungkin terhadap kemampuan peserta

didik. Untuk itu, dalam menggunakan model ini, hendaknya semua

konsep, peraturan, atau prosedur terlebih dahulu sudah dipelajari oleh

peserta didik. Program akan membimbing peserta didik melalui

Page 11: Bab II - Revisi

26

serangkaian contoh yang kemudian meningkat pada ketangkasan dan

kelancaran dalam mempergunakan suatu keterampilan.

2). Model tutorial

Model pembelajaran yang memuat penjelasan, rumus, prinsip,

bagan, tabel, defenisi istilah, latihan san branching yang sesuai. Dalam

interaksi tutorial ini informasi dan pengetahuan yang disajikan sangat

komunikatif, seolah-olah ada tutor atau guru yangmendampingi

peserta didik dan memberikan arahan secara langsung kepada peserta

didik.

3). Model penemuan

Penemuan adalah istilah umum untuk menjelaskan kegiatan

yang mempergunakan pendekatan induktif dalam pembelajaran.

Misalnya penyajian masalah-masalah yang dipecahkan oleh peserta

didik dengan cara mencoba-coba.model ini mendekati kegiatan belajar

di laboratorium dan kegiatan belajar nyata yang biasa dilakukan di

luar kelas.

4). Model simulasi

Model ini peserta didik dihadapkan pada situasi kehidupan nyata.

Contohnya dalam situasi kehidupan modern memperlihatkan simulasi-

simulasi penjaskes sebagai bahan simulasi dalam komputer.

5). Model permainan

Page 12: Bab II - Revisi

27

Model permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur simulasi.

Seperti halnya permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur

pengajaran, bergantung pada ada tidaknya keterampilan yang

dipraktikkan dalam permainan tersebut sebagai kegiatan akademis,

dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran yang hendak

dicapai.

Program pembelajaran berbasis komputer merupakan program

pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan sofware komputer berupa program komputer berisi materi

pelajaran dalam bentuk latihan-latihan. Hal tersebut sejalan dengan apa

yang dikemukakan oleh Robert Heinich, Molenda dan James D. Russel,

dalam Rusman, (2012:291) yang menyatakan bahwa “Computer system

can deliveri instruction by allowing them to interact with the lesson

programed into the system; this is referred to computer based

instruction”.

Sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran secara individual

dan langsung kepada para siswa dengan cara berinteraksi dengan mata

pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem komputer, inilah yang

disebut dengan pembelajaran berbasis komputer.

Dengan sistem komputer kegiatan pembelajaran dilakukan secara

mastery learning, dengan ini maka guru apat melatih siswa secara terus-

menerus sampai mencapai ketuntasan dalam belajar. Selanjutnya,

menurut Musfiqon, (2012:190) menyatakan bahwa, komputer merupakan

Page 13: Bab II - Revisi

28

salah satu bentuk media pembelajaran, keberadaan komputer bisa

menjadi alat bantu belajar sekaligus bisa menjadi sumber belajar yang

bisa membantu guru dan siswa dala menyalurkan dan menerima materi

pembelajaran agar lebih optimal.

Lee merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian

komputer sebagai media pembelajaran (Lee, 1996) Alasan-alasan itu

adalah: pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang

otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada

sumber tunggal, dan pemahaman global.

2. Media Presentasi

Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah masih banyak

mengalami hambatan. Hal tersebut berdampak pada proses pembelajaran

yang tidak efektif dan efisien sehingga hasil pembelajaran pun jauh dari

kompetensi dasar yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik. Salah satu

pemicu masalah tersebut adalah penggunaan metodologi pembelajaran

(teknik dan media) yang digunakan guru kurang tepat, dalam hal ini

berkaitan dengan pendayagunaan media pembelajaran di sekolah.

Masih banyak guru yang belum atau tidak sama bisa sekali

mempergunakan media sebagai alat bantu media pembelajaran, padahal

dengan media penyampaian proses belajar mengajar lebih efektif dan

efesien dan hasil serta tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.

Masalah yang sering ditemui di lapangan atau di sekolah-sekolah,

mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan menggunakan

Page 14: Bab II - Revisi

29

media dalam mengajar, ternyata dari hasil pengamatan dan diskusi dalam

berbagai kesempatan dengan para guru, terdapat sekurang-kurangnya

tujuh alasan guru tidak menggunakan media pembelajaran, yaitu:

pertama, menggunakan media itu repot; kedua, media itu canggih dan

mahal; ketiga, karena tidak bisa; keempat, karena tidak tersedia; kelima,

kebiasaan menikmati ceramah atau bicara; keenam, media itu hiburan

(membuat murid-murid main-main tidak serius); ketujuh, kurangnya

penghargaan dari atasan. Itulah alasan-alasan yang ditemui di lapangan,

dengan alasan itu guru berdalih bahwa proses pembelajaran dapat

berlangsung dan berhasil tanpa media.

Secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang

berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai

kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media

pengantar magnet atau atau panas dalam bidang teknik. Istilah media

digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga

istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.

Selanjutnya, media pendidikan atau media pembelajaran,

Rosi dan Breidle dalam Sanjaya, (2010:163) mengemukakan

bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat

dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku,

koran, majalah dan sebagainya.

Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja,

akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh

Page 15: Bab II - Revisi

30

pengetahuan. Gerlach dan Ely dalam Sanjaya, (2010:163) menyatakan:

“A medium, conceived is any person, material or event that establishs

condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and

attitude.” Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,

peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan

siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.

Dari dua pengertian di atas, maka tampak pengertian terakhir yang

dikemukakan Gerlach lebih luas dibandingkan dengan pengertian yang

pertama. Untuk memahami peranan media dalam proses pembelajaran

bagi siswa, Edgar Dale dalam Sanjaya, (2010:165) melukiskannya dalam

sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of

experience). Kerucut pengalaman Edgar Dale ini pada saat ini, dianut

secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar

siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.

Selain mempunyai konsep, media pembelajaran mempunyai fungsi

dan peranan sebagai mana dijelaskan Sanjaya, (2010:169) yaitu:

a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.

b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan

pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme.

c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa Dengan penggunaan media dapat menumbuhkan motivasi belajar

siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

Page 16: Bab II - Revisi

31

Dari penjelasan di atas, media pembelajaran adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),

sehingga dapat merangsang perhatian, minat pikiran, dan perasaan siswa

dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.  

Asnawir dalam Sahlan dan Prastyo, (2012:105) mendefenisikan

media sebagai sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat

merangsang pikiran, preasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga

dapat mendorong proses belajar pada dirinya. Namun jangan lupa dalam

penggunaan media pembelajaran hendaknya dipersiapkan dengan matang,

supaya tidak terjadi pembelajaran yang noninteraktif.

Media terbaik yang dapat digunakan dalam pebelajaran sebenarnya

adalah guru itu sendiri. Hal itu akan terwujud manakala guru mempunyai

sifat eksploratif dalam dirinya untuk mengasah sensitivitas kreativitasnya

dalam mengolah pembelajaran. Kemampuan mengajar, yang ditunjang

dengan penambahan wawasan materi yang disampaikan serta ditunjang

dengan kepribadian yang mampu menggerakan siswa adalah syarat

minimum untuk menjadikan guru sebagai media pembelajaran. Sahlan

dan Prastyo, (2012:109).

            Memahami media pembelajaran, Gerlach dan Ely dalam Musfiqon

(2012:26) menjelaskan bahwa media ada dua macam, yang pertama

dalam arti sempit dan arti luas. Arti sempit, bahwa media itu berwujud

grafik, foto, alat ekanis dan elektronok yang digunakan untuk menangkap,

memproses serta menyampaikan informasi. Sedangkan menurut arti luas,

Page 17: Bab II - Revisi

32

kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi sehingga memungkinkan

peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap

yang baru. Pengertian media dalam arti luas ini sesuai pendapat Sharon

dalam Musfiqon, (2012:26) mengatakan media itu adalah alat komunikasi

dan sumber informasi.

Batasan lain tentang media pembelajaran, dikemukakan pula oleh

para ahli di antaranya, AECT (Association of Education and

Communication Tecknology, 1977) dalam Arsyad, (2014:3) memberi

batasan bahwa media sebgai segala bentuk dan saluran yang digunakan

untuk menyampaikan pesan atau informasi. Selain sebagai sitem

penyampai atau pengantar media sering disebut dengan kata mediator,

menurut Fleming dalam Arsyad, (2014:3) adalah penyebab atau alat yang

turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan

istilah mediator, media menunjukan fungsi atau peranannya, yaiutu

mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses –

siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula

mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang

melakukn peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling

canggih, dapat disebut media. Ringkasannya media adalah alat yang

menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.

Arsyad, (2014:10) mengemukakan beberapa istilah pokok seputar

media pembelajaran, di antaranya Teknologi pembelajaran, Sumber

belajar, dan Alat peraga. Arsyad menyimpulkan bahwa media

Page 18: Bab II - Revisi

33

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar

sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.

Teknologi pembelajaran, adalah kajian dan praktik etis untuk

menfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan,

mrngunakan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang

sesuai. (Januszeswki dan Molenda, 2008:1). Sumber belajar dipahami

sebagai perangkat, bahan/materi, peralatan, pengaturan dan orang dimana

pembelajardapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang

bertujuan untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja.

(Januszeswki dan Molenda, 2008:213).Sedangkan alat peraga adalah alat

– alat yang digunakan guru yang berfungsi membantu guru dalam proses

mengajarnya dan membantu peserta didik dalam proses belajarnya.

(Yaumi dan Syafei,2012).

Gerlach dan Ely dalam Arsyad, (2014:29) mengemukakan tiga ciri

media mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan

oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien)

melakukannya. Ketiga ciri tersebut adalah.

1. Ciri Fiksatif (fixative property)Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut da disusun kembali dengan media seperti fotografi, video taoe, disket, komputer dan film.

2. Ciri Manipulatif (manipulative property)Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri maniulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapserecording. Misalnya,

Page 19: Bab II - Revisi

34

bagaimana proses larva menjadi kepongpong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut.

3. Ciri Distributif (distributive property)Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada suatu kelas tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.

Ketiga ciri ini merupakan karakteristik media yang dapat

digunakan dalam pembelajaran. Terkadang guru harus menyampaikan

sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau, ruang dan waktu yang

terbatas, serta materi yang sangat abstrak. Dengan mempertimbangkan

ketiga hal ini guru dapat memilih, menciptakan, dan menggunakan media.

Selain konsep, media juga dapat dilihat dari beberapa klasifikasi

sudut pandang yang melihatnya, Sanjaya (2010:172) mengklasifikasikan

media pembelajaran.

a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam1). Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,

atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

2). Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide,foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbgai bentuk bahan yang dicetak seperti

media grafis dan lain sebagainya.3).Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain

mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, mislnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide, suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dn lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam

Page 20: Bab II - Revisi

35

1). Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radi dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tampa harus menggunakan ruaangan khusus.

2). Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya

c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam1). Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip,

transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector, untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparani

2). Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lainsebagainya.

Dalam fungsinya, media pembelajaran, Hamalik dalam Arsyad

(2014:19) mengemukakan bahwa pemakain media pembelajaran dalam

proses beajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang

baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan nmembawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain

membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga

membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan

menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan

informasi.

Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam

kegiatan pembelajaran, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan

pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi

belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan

Page 21: Bab II - Revisi

36

abstrak menjadi sederhana, konkrit serta mudah dipahami. Dengan

demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap atau

refensi belajar siswa terhadap materi pembelajaran. (Marso dalam

Musfiqon, 2012:32).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

media pengajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses

interaksi komunikasi edukatif antara guru dan peserta didik dapat

berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran

yang telah dicita-citakan.

Berbicara maslah media, sebenarnya hampir semua jenis media

pada dasarnya dibuat untuk disajikan atau dipresentasikan kepada sasaran.

Yang membedakan antara media presentasi dengan media pada umumnya

adalah bahwa pada media presentasi pesan/materi yang akan disampaikan

dikemas dalam sebuah program komputer dan disajikan melalui perangkat

alat saji (proyektor). Pesan/materi yang dikemas bisa berupa teks, gambar,

animasi dan video yang dikombinasi dalam satu kesatuan yang utuh,

Daryanto (2013:67). Dikarenakan keefektifannya dalam menyajikan

pesan, maka saat ini media presentasi banyak diaplikasikan untuk

keperluan pendidikan dan pembelajaran. Namun tentu saja ini bukan

berarti bahwa media presentasi merupakan media yang paling cocok

untuk semua materi dan topik pembelajaaran.

Page 22: Bab II - Revisi

37

Media presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang

sifatnya teoritis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group

belajar yang cukup banyak diatas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab

menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar

cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur

media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu

kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas

belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki

tipe visual, auditrif maupun kinestetik.

Berbagai alat yang dikembangkan, telah mernberikan pengaruh

yang sangat besar bukan hanya pada pengermbangan kegiatan praktis

dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada terori-teori

yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi

dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan

penyelenggaraan pembelajaran. Diantaranya tuntutan terhadap

peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah

bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis

komputer.

Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat.

Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar.

Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada

pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar

mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan

Page 23: Bab II - Revisi

38

belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam

memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk

melakukan praktek-praktek dengan benar. Dari pemaparan para ahli

diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa pemanfaatan media presentasi

pada pembelajaran cukup efektif karena membuat siswa tidak bosan/jenuh

dalam belajar, dengan menggunakan media presentasi siswa pun bisa

lebih teransang motivasinya dalam kegiatan pembelajaran.

D. Hasil Belajaran

Ditinjau dari prosesnya, pembelajaran adalah komunikasi, karena

dalam proses pembelajaran terdapat komunikator, komunikan dan pesan.

Agar pesan pembelajaran yang disampaikan dapat diterima siswa dengan

mudah, maka diperlukan desain dan strategi pembelajaran yang tepat, salah

satu didalamnya adalah penggunaan media presentasi dalam pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung, ada dua aspek yang

menonjol, yakni metode pembelajaran dan media pembelajaran sebagai alat

bantu mengajar. Metode adalah teknik atau cara mengajar seorang guru dalam

menyampaikan dan berinteraksi dengan peserta didik, sehingga proses belajar

berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tercapai. Dapat dikatakan

proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran

mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan

pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan

pembelajaran.

Page 24: Bab II - Revisi

39

Selanjutnya, dalam memahami makna belajar ada beberapa definisi

tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Cronbach, Learning is shown by a change in behavior as aresult of experience.

2. Harold Spears, Learning is to observe, to read, to imitate, to try somethingthem selves, to listen, to follow direction.

3. Geoch, Learning is a change in performance as a result of practice.(Sardiman, 2014:20).

Dari ketiga definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa belajar

merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian

kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan

lain sebagainya.

Sedangkan belajar munurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono,

(2013:10). Menjelaskan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks.

Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah pertama,

stimulus yang berasal dari lingkungan, dan kedua, proses kognitif yang

dilakukan oleh pebelajar. Masih menurut Gagne belajar terdiri dari tiga

komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar.

Masih dalam Dimyati, belajar menurut Skinner, belajar adalah suatu perilaku,

Piaget berpendapat bahwa belajar pengetahuan oleh individu.

Selanjutnya, dilihat dari psikologi belajar, Musfiqon (2012:63)

mendefinisikan belajar sebagai perubahan kelakuan, suatu change of

behavior, psikologi belajar juga perlu dipertimbangkan guru dalam memilih

Page 25: Bab II - Revisi

40

media pembelajaran. Pertimbangan bagaimana anak belajar, motivasi belajar,

serta aspek lain sangat diperlukan.

Menurut Sanjaya, (2010:228) makna belajar di klasifikasikan sebagai

berikut.

1. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku

Sering orang menganggap bahwa belajar itu sama dengan

menghafal. Apakah belajar sama dengan menghafal?. Baiklah untuk

menjawabnya pertanyaan tersebut, dapat disimak mendapat Hilgard dalam

Sanjaya, (2010:228) yang mengungkapkan: “Learning is the process by

which an sctivity originates or changed through training procedures

(wether in the laboratory or in the naturalenvironment) as distinguished

from chenges by factors not atributable to training”. Bagi Hilgard, belajar

itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik

latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar

bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses

mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehngga menyebabkan

munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya

interaksi individu dengan lingkungannya yang disadari.

Dari uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan

tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek

pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. Dikatakan positif, karena

Page 26: Bab II - Revisi

41

perubahan perilaku itu bersifat adanya penambahan dari perilaku

sebelumnya yang cenderung menetap (tahan lama dan tidak mudah

dilupakan).

Selanjutnya, menurut Sanjaya, (2010:230) bahwa perubahan

perilaku itu tidak selamanya hasil belajar. Sebagaimana dijelaskan di

bawah ini.

a. Perubahan perilaku karena pengaruh obat, misalanya seorang yang pemalu dan penakut dengan minum obat orang tersebut berubah menjadi pemberani, perubahan ini bukan karena belajar tetapi karena pengaruh obat.

b. Perubahan perilaku karena kemataangan, kemampuan berjalan, berbicara, makan dan minum, sebagai contoh seorang bayi bisa berjalan karena bukan hasil belajar melainkan hasil perubhan kematangan.

c. Perubahan perilaku karena suatu penyakit, misalnya orang suka bercanda, periang, senang bergaul, suatu saat orang tersebut kehilangan keluarga yang disanginya, tentu saja orang tersebut tidak akan seriang sebelumnya, perubahan perilaku itu bukan karena hasil belajar tetapi perubahan karena sakit.

d. Perubahan perilaku karena pertubuhan jasmani, seseorang yang menginjak remaja, akan menampakkan perilaku yang berbeda misalnya tiba-tiba remaja tersebut mengalami perubahan suaranya menjadi membesar dan tumbuh jakun.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua

perubahan dalam diri seseorang merupakan hasi belajar.

2. Bentuk dan hasil perubahan belajar

Menurut Gagne dalam Sanjaya, (2010:232) menyebutkan ada

delapan tipe perbuatan belajar mulai dari belajar sederhana sampai

perbuatan belajar kompleks.

a. Belajar signal, yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang, guru penjas yang galak dan tidak menyenangkan, menimbulkan reaksi siswa tidak menyenangi mata pelajaran tersebut.

Page 27: Bab II - Revisi

42

b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi penguatan.

c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala/faktor yang satu dengan yang lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang berarti.

d. Belajar asosiasi verbal, yaitu membeikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterima.

e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang diterimanya.

f. Belajar konsep,yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Kemampuan konsep berhubungan dengan kemampuan menjelaskan sesuatu berdasarkan aatribut yang dimilikinya.

g. Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep. Misalnya setiap makhluk hidup membutuhkan makanan.

h. Belajar memecah masalah, yaitu menghubung-hubungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan.

Selain perubahan di atas Gagne mengemukakan ada lima jenis atau

lima tipe, hasil belajar yakni;

a. Belajar kemahiran intelektual (kognitif)

1. Belajar membedakan kesanggupan membedakan beberapa

objek berdasarkan ciri-ciri tertentu

2. Belajar konsep, kemampuan untuk menempatkan objek

yang memiliki ciri atau atribut dalam suatu kelompok

3. Belajar kaidah belajar melalui simbol bahasa baik lisan

maupun tulisan.

b. Belajar informasi verbal

Belajar menyerap atau mendapatkan, menyimpan dan

mengkomunikasikan berbagai infomasi dari berbagai sumber.

c. Belajar mengatur kegiatan intektual

Page 28: Bab II - Revisi

43

Belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan

konsep dan kaidah yang telah dimilikinya.

d. Belajar sikap

Kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau

menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu,

apakah berarti atau tidak bagi dirinya.

e. Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik berhubungan dengan

kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan

gerak anggota badan, sehingga rangkaian urutan gerakan yang

teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar.

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat

tafsiran tentang belajar. Hamalik, (2010;27) mengemukakan pandangannya

tentang belajar, bahawa belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or

strengthening of behavio through experiencing). Menurut pengertian ini,

belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni

mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan

pengubahan kelakuan.

Dilihat dari psikologi pembelajaran, Surya (2013:111)

menggambarkan suatu proses yang dinamis karena pada hakekatnya

perilaku belajar diwujudkan dalam suatu proses yang dinamis dan bukan

Page 29: Bab II - Revisi

44

sesuatu yang diam atau pasif. Secara psikologis pebelajaran dapat

dirumuskan bahwa “Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh suatu peubahan perilaku secara menyeluruh,

sebagai hasil dari interaksi inividu itu denan lingkungannya.”Perubahan

perilaku sebagai hasil pembelajaran dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai

berikut.

a. Perubahan yang disadari, artinya individu yang mengikuti proses

pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah,

keterampilannya telah bertambah, dan lebih percaya diri.

b. Perubahan bersifat kontinu, perubahan sebagai hasil pembelajaran

akan berlangsung secara berkesinambungan, artinya perubahan

yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku

yang lain.

c. Perubahan bersifat fungsional. Perubahan yang telah diperoleh

sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu

yang bersangkutan.

d. Perubahan yang bersifat positif, perubahan yang diperoleh

senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan

sebelumnya.

e. Perubahan yang bersifat aktif, perubahan itu tidak terjadi dengan

sendiriinya, tetapi melalui serangkaian aktivitas yang terencana

dan terarah.

Page 30: Bab II - Revisi

45

f. Perubahan yang bersifat permanen, perubahan yang terjadi sebagai

hasil pembelajaran akan kekal dalam diri individu, setidak-

tidaknya dalam masa tertentu.

g. Perubahan yang bertujuan dan terarah, perubahan itu terjadi

karena ada sesuatu yang akan dicapai.

Selain itu, menurut Surya (2013:205) bahwa hasil pembelajaran

ditandai dengan perubahan seluruh aspek kepribadian.

a. Pembelajaran merupakan suatu proses yang disengaja

b. Pembelajaran terjadi karena ada dorongan dari dalam dan tujuan

yang ingin dicapai

c. Pembelajaran merupakan suatu pengalaman yang dibentuk secara

sengaja, sistematis, dan terarah.

Menurut Mulyana dalam Sahlan dan Prastyo, (2012:152)

menerangkan bahwa dengan diketahuinya hasil belajar, akan memberikan

pengaruh dalam dua bentuk. Pertama, siswa mempunyai perspektif terhadap

kekuatan dan kelemahannya dalam pembelajaran. Kedua, siswa mengetahui

perkembangan kompetensi apakah meningkat dengan baik, setahap atau dua

tahap.

Menurut Mc.Clelland, dalam Surya, (2013), pada dasarnya dalam

diri setiap orang terdapat kebutuhan untuk melakukan perbuatan dalam

memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Kebutuhan ini disebut sebagai

kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) dan mendorong

Page 31: Bab II - Revisi

46

individu untuk melakukan perbuatan sebaik mungkin sehingga

menghasilkan satu prestasi tertentu.

Dari penjelasan di atas, ada beberapa cara untuk meningkatkan hasil

belajar salah satunya adalah dengan memperhatikan dan mencermati  gaya

belajar dan cara belajar yang baik. Berbicara masalah hasil belajar mungkin

tidak terlepas dengan motivasi belajar.Pentingnya peranan motivasi dalam

proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan

berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan

sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa,

untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu

kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut

berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.

E. Motivasi

Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa

dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin motivasi

belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk

berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat

berpengaruh negatif terhadap kefektifan usaha belajar siswa.

Motif dan motivasi merupakan perilaku konatif sebagai sumber

dinamika yang menentukan kualitas kekuatan perilaku. Motivasi menurut

Page 32: Bab II - Revisi

47

Surya, (2013:58) adalah merupakan sumber- sumber perilaku upaya-upaya

yang dilakukan untuk meninmbulkan atau meningkatkan motif. Seperti telah

diejelaskan di atas, motif merupakan motor penggerak dinamika perilaku

individu dalam mencapai tujuan. Kualitas dinamika perilaku akan bergantung

pada kekuatan motif sebagai sumber penggeraknya.

Selanjutnya, Surya, (2013:58) mengungkapkan prinsip dasar motivasi,

bahwa prinsip motivasi adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat

apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan

tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan

menimbulkan atau mengembangkan minat seseorang dalam melakukan

tindakannya. Misalnya seorang guru mampu menumbuhkan dan

mengembangkan minat siswa dalam pembelajaran.

Menurut Mc.Donald dalam Sardiman (2014:73) motivasi adalah

perubahan enegi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnyafeeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari penertian yang dikemukakan Mc.Donaldini mengandung tiga elemen

penting.

1. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi seseorang.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.

Dengan ke tiga elemen di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi ini

sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebakan terjadinya suatu

Page 33: Bab II - Revisi

48

perubahan energi yang ada pada diri manusia. Motivasi dapat juga dikatakan

serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga

seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan

berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi

motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah

tumbuh di dalam diri seseorang.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dilakukan sebagai keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu

tercapai, Sardiman (2014:75).

Selanjutnya, berbicara masalah motivasi dan belajar, bahwa

keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang

dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung

prestasinya pun akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang motivasinya rendah,

akan rendah pula prestasi belajarnya. Mengapa demikian? Ssebab motivasi

merupakan penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu.

Menurut Sanjaya (2010:249) bahwa dalam proses pembelajaran,

motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering

terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya

yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar

sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dalam

proses pembelajaran tradisional yang menggunakan ekspositori sebagai

Page 34: Bab II - Revisi

49

strategi pembelajaran utama, kadang-kadang unsur motivasi terlupakan oleh

guru. Oleh sebab itu, pandangan modern tentang proses pembelajaran

menenpatkan motivasi sebagai salah satu aspek penting.

Jadi apa sebenarnya motivasi itu? Apa saja yang menyebabkan

seseorang memiliki motivasi? Mengapa motivasi seseorang berbeda-beda?

Untuk mengungkap pertanyaan tentang motivasi di atas, Woodwort (1955)

dalam Sanjaya (2010:250) mengatakan; “A motive is a set predisposes the

individual of certain activities and for seeking certain goals”. Suatu motive

adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, motivasi adalah dorongan

yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian

suatu tujuan tertentu.

Makna motive dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motive yang dapat dilihat

dari perilaku yang ditunjukan seseorang. Hilgard dalam Sanjaya, (2010:250)

mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri

seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan demikian, motivasi muncul dari dalam

diri seseorang karena dorongan untuk mencapai tujuan.

Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam

belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan

salah satu tugas dan tanggung jawab guru. Guru yang baik dalam mengajar

selamanya akan berusaha mendorong siswa untuk beraktifitas mencapai

Page 35: Bab II - Revisi

50

tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2010:251) ada dua fungsi motivasi

dalam proses pembelajaran, yaitu; pertama mendorong siswa untuk

beraktivitas, kedua motivasi berfungsi sebagai pengarah.

Selain fungsi motivasi, dijelaskan pula jenis-jenis motivasi, Sanjaya

(2010:254) menyebutkan pembagian motivasi dapat dilihat dari perspektif

kebutuhan, fungsional, dan dari sifatnya.

a. Prespektif kebutuhan

Teori motivasi yang memandang dari sudut kebutuhan dikembangkan

oleh Maslow dalam Sanjaya (2010:255) menjelaskan, kebutuhan

manusia itu bertingkat-tingkat. Individu akan merasa puas memenuhi

kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf sebelumnya

kebutuhan itu telah terpenuhi. Kebutuhan – kebutuhan itu adalah

1. Kebutuhan fisiologi, yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan lain terpenuhi.

2. Kebutuhan akan keamanan, kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

3. Kebuthan sosial, kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima kelompoknya

4. Kebutuhan untuk menjadi dirinya

b. Prespektif fungsional

Prespektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi

sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi penggerak yaitu

motivasi yang memberikan tenaga untuk aktivitas tertentu. Motivasi

didasarkan kepada harapan adalah motivsi yang memandang bahwa

sesuatu itu pasti terjadi sesui dengan harapan. Motivasi didasarkan

Page 36: Bab II - Revisi

51

pada insentif adalah motivasi yang muncul karena adanya tujuan yang

nyata.

c. Sifat motivasi

Dari sifatnya motivasi dapat dibedakan antara motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik motivasi yang timbul dari dalam

diri individu, mislnya siswa belajar karena ingin menambah

pengetahuan. Sedangkan motivasi ekstrinsik, motivasi yang datang

dari luar diri. Misalnya belajar karena doronga ingin mendapatkan nilai

yang bagus.

F. Penjaskes.

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivtas fisik untuk menhasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total,

daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas

fisik dan mentalnya.

Mahendra (2008:3), menjelaskan pendidikan jasmani diartikan dengan

berbagai ungkapan dan kalimat, namun essensinya sama, yang jika

disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat

fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dengan kata lain bahwa

melalui fisik, aspek mental danemosional pun turut berkembang.

Page 37: Bab II - Revisi

52

Selanjutnya, pendidikan jasmanidalam KTSP adalah suatu proses

pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan

perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.

Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan

dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif

setiap siswa.

Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian

integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan

jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler,

intelektual dan emosional.

Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan

jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan

kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan

perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan

sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-

cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani

merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang

proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu

psikomotor, kognitif, dan afektif.

G. Guru Penjas

Dalam sebuah proses pembelajaran, guru selaku pengajar memegang

peran yang amat sentral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Guru

Page 38: Bab II - Revisi

53

dituntut harus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar

terjadi prilaku pembelajaran yang efektif dalam diri siswa. Guru diharapkan

mampu menciptakan interaksi belajar mengajar yang sedemikian rupa

sehingga siswa mampu mewujudkan kualitas perilaku belajar secara efektif

dan kondusif.

Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat oprasional, guru

merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat

institusional, instrusional dan eksperiensial. Hal ini mengandung makna

bahwa guru mempunyai posisi yang strategis di garda terdepan dalam

pembangunan bangsa. Untuk itu guru masa kini menurut Louis V. Gerstmer,

Jr. Dkk (1995) dalam Surya, ( 2013:197 ) bahwa peran guru mengalami

perluasan yaitu guru sebagai : pelatih (coaches), konselor, manajer

pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai

pelatih, guru memberikan peluang sebesar-besarnya bagi siswa untuk

mengembangkan cara-cara pembelajar sendiri, sbagai konselor, menciptakan

satu situasi interaksi siswa dalam melakukan prilaku pembelajaran,

sedangkan manajer pembelajaran, guru mengelola keseluruhan kegiatan

pembelajaran dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang

pembelajaran. Peryataan di atas diharapkan bahwa guru dapat meningkatkan

dalam belajar siswa, sehingga siswa mempunyai prestasi dan motivasi yang

tinggi.

Menurut Surya (2013:354) guru adalah suatu sebutan bagi jabatan,

posisi dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang

Page 39: Bab II - Revisi

54

pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis.

Dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1, dinyatakan

bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar membimbig, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendian formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

H. Peserta Didik

Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu

komponen manusiawi yang menenpati posisi sentral. Peserta didik menjadi

pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses tranformasi

yang disebut pendidikan. Menurut Desmita (2014:39) sebagai salah satu

komponen penting dalam sistem pendidikan, peserta didik sering disebut

sebagai “raw material” (bahan mentah).

Menurut Desmita (2014:40) pengertian peserta didik adalah

sebagai berikut,

1. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi khas yang dimilikinya ini perlu dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal

2. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungan.

3. Peserta didika adalah individu yang memburuhkan bimbingan individu dan perlakuan manusiawi. Sebagai individu yang sedang berkembang, maka proses pemberian bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat perkembangannya.

4. Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk

Page 40: Bab II - Revisi

55

berkembang ke arah kedewasaan. Di samping itu, dalam diri peserta didik juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap orang tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan peserta didik adalah individu yang sedang mengalami

perkembangan, dimana mempunyai potensi fisik dan psikis yang khas

serta adanya dorongan untuk mandiri agar mencapai otensi yang optimal

maka perlu adanya bimbingan dan perlakuan manusiawi.