bab ii - revisi
DESCRIPTION
REVISITRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teknologi Pendidikan
Dalam Teknologi Pendidikan, istilah teknologi berasal dari bahasa
Yunani yaitu technologis. Technie berarti seni, keahlian atau sains dan logos
yang berarti ilmu. Teknologi menurut Gaibraith dapat diartikan sebagai
penerapan sistematik dari pengetahuan ilmiah atau terorganisasikan dalam
hal-hal yang praktis. Sedang dalam arti luas menurut Association for
Educational Communication and Technology (AECT) dalam Saputra.A, dkk.
(2013:8) adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari
problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemacahan masalah
yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Dilain pihak ada pendapat
bahwa teknologi pendidikan adalah pengembangan, penerapan dan penilaian
sistem-sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar manusia. Di sini diutamakan proses belajar itu sendiri di
samping alat-alat yang dapat membantu proses belajar itu. Dengan demikian
secara umum Pengantar Teknologi Pendidikan.
Teknologi pendidikan diartikan sebagai media yang lahir dari
revolusi teknologi komunikasi yang dapat digunakan untuk tujuan-
tujuan
16
17
pengajaran disamping guru, buku, ide, peralatan dan organisasi yang dikaji
secara sistematis, logis dan ilmiah. Pengertian ini mengandung asumsi bahwa
sebenarnya media teknologi tertentu tidak secara khusus dibuat untuk
teknologi yang dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut Darmawan, (2014:2) pemaknaan teknologi
yang menghsilkan sebuah kajian ilmu yang disebut dengan teknologi
pendidikan bahkan dalam perkembangannya telah melahirkan ilmu teknologi
pembelajaran. Teknoogi pendidikan dan teknologi pembelajaran membawa
upaya terwujudnya berbagai ide dan pemikiran serta prosedur tindakan yang
harus dilakukan dalam rangka mewujudkan proses inovasi dalam dunia
pendidikan sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru baik itu yang
berhubungan dengan ide, proses, prosedur, dan hasil yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan berbagai sumber belajar yang
meliputi lingkungan, orang, alat, prosedur, konsep, teori, teknologi, media,
seta prosedur pemecahan masalah itu sendiri.
B. Teknologi Pembelajaran.
Dalam telaah mengenai teknologi pembelajaran di dalamnya
terdapat pemahaman terhadap teknologi dan pembelajaran. Pembelajaran
yang mnegadopsi hasil pikir dan rancang bangun suatu ide yang diwujudkan
dalam produk tertentu dan memberikan kemudahan dalam pembelajaran,
maka istilah salah satu pemahaman terhadap teknologi pembelajaran di
samping pemahaman lainnya bahwa teknologi pembelajaran merupakan suatu
18
teknologi, yaitu teknologi sebagai ide dan rancang bangun tentang bagaimana
suatu proses pembelajaran bisa berkualitas. Darmawan (2014:3). Sedangkan
menurut Deterline (Miarso 2009) yang dikutip Saputra. A, dkk (2013:10)
berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan pengembangan
ataupun aplikasi dari teknologi perilaku yang digunakan untuk menghasilkan
suatu perubahan perilaku tertentu dari pebelajar secara sitematis guna
pencapaian ketuntasan hasil belajar itu sendiri.. Belajar berkaitan dengan
perkembangan psikologis peserta didik, pengalaman yang perlu diperoleh,
kemampuan yang harus dipelajari, cara atau teknik belajar, lingkungan yang
perlu menciptakan kondisi yang kondusif, sarana dan fasilitas yang
mendukung, dan berbagai faktor eksternal lainnya.
Definisi tahun 1994, dalam Darmawan (2014:4) teknologi
pembelajaran dirumuskan dengan berdasarkan pada lima bidang garapan bagi
teknologi pembelajaran, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, dan penilaian. Kelima hal ini merupakan kawasan dari bidang
teknologi pembelajaran.
1. Kawasan desain
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi
belajar, tujuan desain ialah untuk menciptakan setrategi
danproduk pada tingkat makro, seperti program dan
kurikulum dan pad tingkat makro seperti pelajaran dan
modul.
a. Desain system pembelajaran
Adalah prosedur yang terorganisasi yang meliputi
langkah-langkah:
19
1) Penganalisaan ( proses perumusan apa yang akan
di pelajarai)
2) Perancangan (proses penjabaran bagaimana
caranya hal tersebut akan di pelajari).
3) Pengembangan (proses penulisan dan pembuatan
atau produksi bahan-bahan pembelajaran).
4) Pengaplikasian (pemanfaatan bahan dan setrategi
yang bersangkutan).
5) Penilaian pembelajaran (proses penentuan
ketepatan belajar).
b. Desain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa
bentuk fisik dari pesan yang mencakup prinsip-prinsip
perhatian, persepsi dan daya serap agar terjadi
komunikasi antara pengeirim dan penerima.
c. Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk
menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau
kegiatan pembelajran dalam suatu pelajaran.
d. Karakteristik pembelajar adalah segi-segi latar belakang
pengalaman pemelajar yang pengaruh terhadap
egektifitas proses belajarnya
2. Kawasan pengembangan adalah proses penterjemahan
spesifikasi desain kedalam bentukk fisik berupa :
a. Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau
menyampaikan bahan, seperti buku-buku dan bahan-
bahan visual yang statis terutama melalui proses
pencetakan mekanis atau fotografi, yang mencakup
representasi dan reproduksi teks, grafik, dan fotografis.
b. Teknologi audio visual merupakan cara memproduksi
dan meyampaikan bahan dengan menggunakan
20
peralatan mekanis dan elektrolis untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual.
c. Teknologi berbasis computer merupakan cara-cara
memproduksi dan menyampaikan bahan dengan
menggunakan perangkat yang bersumber pada
mikroposesor, yang dapat menyimpan pesan secara
elektronis dalam bentuk digital.
d. Teknologi terpadu merupakan cara untuk memproduksi
dan menyampaikan bahan dengan memadukan
beberapa jenis media yang di kendalikan computer
yang merupakan teknik yang paling sulit diantara yang
lain karena melibatkan beberapa komponen dan
peralatan yang di kendalikan oleh computer.
3. Kawasan Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan
proses dan sumber untuk belajar. Yang teribat dalam
pemanfaatan mempunyai tanggung jawab untuk
mencocokan pemelajar dengan bahan dan aktifitas yang
spesifik, menyiapkan pemelajar, memberikan bimbingan
selama kegiatan, memberikan penilaian atas hasil, serta
memasukan ke prosedur yang selanjutnya.
a. Pemanfaatan media adalah penggunaan yang
sistematis dari sumber untuk belajar yang merupakan
proses pengambilan keputusan berdasarkan
spesifikasi desain pemelajaran, yang berkaitan antara
di implementasikan atau tidaknya desain tersebut.
b. Difusi inovasi adalah proses berkomuniksi melalui
strategi yang terencana dengan tujuan untuk di
adopsi, tujuan ahir yang ingin di capai ialah untuk
terjadinya perubahan.
21
c. Implementasi dan pelembagaan. Implementasi ialah
penggunaan bahan dan setrategi pembelajaran dalam
keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan
pelembagaan ialah pengggunaan yang rutin dan
pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu
struktur ata budaya organisasi. Keduanya tergantung
pada perubahan dan perkembangan individu dan
organisasi.
d. Kebijakan dan regulasi adalah aturan dan tindakan
dari masyarakat atau wakilnya yang mempengaruhi
difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi
pembelajaran yang mempunya hambatan utama etika
dan ekonomi.
4. Kawasan pengelolaan. Konsep pengelolaan merupakan
bagian yang integral dalam bidang teknologi
pembelajaran. Pengelolaan meliputi pengendalian
teknologi pembelajaran melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervise.
Empat kategori dalam kawasan pengelolaan ialah.
a. Pengelolaan proyek
b. Pengelolaan sumber
c. Pengelolaan system penyampaian
d. Pengelolaan informasi
5. Kawasan penilaian adalah aktifitas manusia sehari-hari,
melalui penakaran nilai aktifitas atau kejadian yang ada.
Dalam kawasan pendidikan Penilaian ialah proses
penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar,
yang berarti penentuan secara formal mengenai kualitas,
22
efektifitas atau nilai dari suatu program, produk,
proyek ,proses, tujuan atas kurikulum.
a. Analisis masalah.
b. Pengukuran acuan patokan
c. Penilain formatif( perencanaan yang akan dilakukan)
d. Penilain sumatif ( melihat hasil apakah sesuai dengan
apa yang diberikan)
C. Komputer Sebagai Media Presentasi
1. Komputer
Kemajuan teknologi modern dalam hubungannya dengan dunia
pendidikan lebih dikenal dengan multimedia. Dalam hal ini multimedia
dianggap sebagai media pengajaran dan pembelajaran yang berkesan
berdasarkan keupayaannya menyentuh berbagai pancaindra : penglihatan,
pendengaran, dan sentuhan. Munir (2001) dalam Darmawan, (2013:89)
mengemukakan bahwa multimedia adalah alat, metode, dan pendekatan
yang digunakan untuk membuat komunikasi antara guru dan peserta
didik selama proses pembelajaran menjadi lebih berkesan.
Komputer merupakan hasil karya manusia yang mampu membawa
perubahan besar dalam berbagai bidang pekerjaan manusia, termasuk
dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan, komputer sebagai
hasil teknologi modern sangat membuka kemungkinan-kemungkinan
yang besar untuk menjadi alat pendidikan.Khusus dalam pembelajaran,
komputer dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi
atau ide-ide yang terkandung dalam pembelajaran kepada pesera didik.
23
Selain itu, menurut Darmawan (2013:91), bahwa komputer dapat juga
digunakan sebagai media yang memungkinkan peserta didik belajarr
secara mandiri dalam memahami suatu konsep. Hal ini sangat
memungkinkan karena komputer mempunyai kemampuan
mengkombinasikan tek, suara, warna, gambar, gerak, dan video, serta
memuat suatu kepintaran yang sanggup menyajikan proses interaktif.
Pada umumnya dalam bidang pendidikan, penggunaan teknologi
berbasis komputer merupakan cara untuk menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang
berbasis mikroprosesor, dimana informasi atau materi yang disampaikan
disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan. Hal di atas
pada umumnya dikenal dengan pembelajaran berbantuan komputer.
Dalam pembelajaran berbantuan komputer, peserta didik berhadapan dan
berinteraksi secara langsung dengan komputer. Interaksi antara komputer
dan peserta didik ini terjadi secara individual, sehingga apa yang dialami
oleh seorang peserta didik akan berbeda dengan apa yang dialami oleh
peserta didik yang lainnya.
Berdasarkan sifat-sifatnya yang dimilikinya, komputer dapat
didefinisikan sebagai peralatan elektronik yang bekerja secara koordinatif
dan integratif berdasarkan program, dapat menerima masukan berupa
data, mengolahnya dalam memori, dan menampilkan hasil berupa
informasi. Dari pengertian di atas, menurut Daryanto (2004), dalam
24
Darmawan (2013:66) dapat disimpulkan bahwa komputer memiliki tiga
sifat, sebagai berikut.
a. Bekerja dengan menggunakan tenaga listrik (elektronik)
b. Bekerja berdasarkan program
c. Bekerja daalam satu sistem
Dalam perkembangannya komputer menjadi populer sebagai media
pembelajaran karena komputer memiliki keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh media pembelajaran lain sebelumzaman komputer.
Keistimewaan komputer, di antaranya menurut Gagne dan Briggs (2001)
dalam Darmwan, (2013:92) adalah sebagai berikut.
a. Hubungan interaktif: komputer menyebabkan terwujudnya hubungan di antara rangsangan dan jawaban, dan dapat menumbuhkan inspirasi serta meningkatkan minat.
b. Pengulangan: komputer memberi fasilitas bagi pengguna untuk mengulang apabila diperlukan. Juga untuk memperkuat proses belajar dan memperbaiki ingatan. Dalam pengulangan amat diperlukan kebebasan dan kreativitas dari para peserta didik.
c. Umpan balik dan peneguhan: media komputer membantu peserta didik memperoleh umpan balik terhadap pelajaran secara khusus dan dapat memacu motivasi belajar dengan peneguhan positif yang diberi apabila peserta didik memberi jawaban.
Selain memiliki keistimewaan, pembelajaran berbantuan komputer
menurut Nasution (1994) dalam Darmawan (2013:92) mempunyai
sejumlah keuntungan, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Komputer dapat membantu peserta didik dan guru dalam pembelajaran, karena komputer itu, “sabar, cermat, mempunyai ingatan yang sempurna”. Komputer sesuai sekali untuk latihan dan remedial tesching, mengingat tak ada guru yang dapat memberikan latihan tampa jemu-jemunya seperti komputer.
b. Pembelajaran berbantuan komputer memiliki banyak kemampuan yang dapat dimanfaatkan segera seperti membuat hitungan atau
25
memproduksi grafik, gambar, dan memberikan bermacam-macam informasi yang tak mungkin dikuasai oleh manusia mana pun.
c. Pembelajaran berbantuan komputer sangat fleksibel dalam mengajar dan daapat diatur menurut keinginan perancang pengajaran atau penyusun kurikulum.
d. Pembelajaran berbantuan komputer dan mengajar oleh guru dapat saling melengkapi. Apabila komputer tidak dapat menjawab pertanyaan peserta didik, dengan sendirinya guru akan menjawab. Ada kalanya komputer dapat memberikan jawaban yang tak dapat dengan segera dijawab oleh guru
e. Selain itu komputer dapat puta menilai hasil belajar setiap peserta didik dengan segera.
Dengan adanya keistimewaan komputer, sistem-sistem komputer
dapat menyampaikan pengajaran secara langsung kepada peserta didik
melalui cara berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogramkan ke
dalam sistem.
Dalam penggunaannya menurut Sudjana dan Rivai (1989), dalam
Darmawan (2013:93) terdapat beberapa model pembelajaran berbantuan
komputer, yaitu (1) model latihan dan praktik (drill an practice), (2)
model tutorial (tutorials), (3) model penemuan (problem solving), (4)
model simulasi (simulations), dan (5) modelpermainan (games). Unutuk
lebih jelasnya berikut ini gambaran model-model tersebut.
1). Model latihan dan praktek
Pembelajaran berbantuan komputer pada dasarnya adalah
memberikan praktik sebanyak mungkin terhadap kemampuan peserta
didik. Untuk itu, dalam menggunakan model ini, hendaknya semua
konsep, peraturan, atau prosedur terlebih dahulu sudah dipelajari oleh
peserta didik. Program akan membimbing peserta didik melalui
26
serangkaian contoh yang kemudian meningkat pada ketangkasan dan
kelancaran dalam mempergunakan suatu keterampilan.
2). Model tutorial
Model pembelajaran yang memuat penjelasan, rumus, prinsip,
bagan, tabel, defenisi istilah, latihan san branching yang sesuai. Dalam
interaksi tutorial ini informasi dan pengetahuan yang disajikan sangat
komunikatif, seolah-olah ada tutor atau guru yangmendampingi
peserta didik dan memberikan arahan secara langsung kepada peserta
didik.
3). Model penemuan
Penemuan adalah istilah umum untuk menjelaskan kegiatan
yang mempergunakan pendekatan induktif dalam pembelajaran.
Misalnya penyajian masalah-masalah yang dipecahkan oleh peserta
didik dengan cara mencoba-coba.model ini mendekati kegiatan belajar
di laboratorium dan kegiatan belajar nyata yang biasa dilakukan di
luar kelas.
4). Model simulasi
Model ini peserta didik dihadapkan pada situasi kehidupan nyata.
Contohnya dalam situasi kehidupan modern memperlihatkan simulasi-
simulasi penjaskes sebagai bahan simulasi dalam komputer.
5). Model permainan
27
Model permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur simulasi.
Seperti halnya permainan dapat mengakibatkan unsur-unsur
pengajaran, bergantung pada ada tidaknya keterampilan yang
dipraktikkan dalam permainan tersebut sebagai kegiatan akademis,
dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai.
Program pembelajaran berbasis komputer merupakan program
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan sofware komputer berupa program komputer berisi materi
pelajaran dalam bentuk latihan-latihan. Hal tersebut sejalan dengan apa
yang dikemukakan oleh Robert Heinich, Molenda dan James D. Russel,
dalam Rusman, (2012:291) yang menyatakan bahwa “Computer system
can deliveri instruction by allowing them to interact with the lesson
programed into the system; this is referred to computer based
instruction”.
Sistem komputer dapat menyampaikan pembelajaran secara individual
dan langsung kepada para siswa dengan cara berinteraksi dengan mata
pelajaran yang diprogramkan ke dalam sistem komputer, inilah yang
disebut dengan pembelajaran berbasis komputer.
Dengan sistem komputer kegiatan pembelajaran dilakukan secara
mastery learning, dengan ini maka guru apat melatih siswa secara terus-
menerus sampai mencapai ketuntasan dalam belajar. Selanjutnya,
menurut Musfiqon, (2012:190) menyatakan bahwa, komputer merupakan
28
salah satu bentuk media pembelajaran, keberadaan komputer bisa
menjadi alat bantu belajar sekaligus bisa menjadi sumber belajar yang
bisa membantu guru dan siswa dala menyalurkan dan menerima materi
pembelajaran agar lebih optimal.
Lee merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian
komputer sebagai media pembelajaran (Lee, 1996) Alasan-alasan itu
adalah: pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang
otentik, interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada
sumber tunggal, dan pemahaman global.
2. Media Presentasi
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah masih banyak
mengalami hambatan. Hal tersebut berdampak pada proses pembelajaran
yang tidak efektif dan efisien sehingga hasil pembelajaran pun jauh dari
kompetensi dasar yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik. Salah satu
pemicu masalah tersebut adalah penggunaan metodologi pembelajaran
(teknik dan media) yang digunakan guru kurang tepat, dalam hal ini
berkaitan dengan pendayagunaan media pembelajaran di sekolah.
Masih banyak guru yang belum atau tidak sama bisa sekali
mempergunakan media sebagai alat bantu media pembelajaran, padahal
dengan media penyampaian proses belajar mengajar lebih efektif dan
efesien dan hasil serta tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
Masalah yang sering ditemui di lapangan atau di sekolah-sekolah,
mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan menggunakan
29
media dalam mengajar, ternyata dari hasil pengamatan dan diskusi dalam
berbagai kesempatan dengan para guru, terdapat sekurang-kurangnya
tujuh alasan guru tidak menggunakan media pembelajaran, yaitu:
pertama, menggunakan media itu repot; kedua, media itu canggih dan
mahal; ketiga, karena tidak bisa; keempat, karena tidak tersedia; kelima,
kebiasaan menikmati ceramah atau bicara; keenam, media itu hiburan
(membuat murid-murid main-main tidak serius); ketujuh, kurangnya
penghargaan dari atasan. Itulah alasan-alasan yang ditemui di lapangan,
dengan alasan itu guru berdalih bahwa proses pembelajaran dapat
berlangsung dan berhasil tanpa media.
Secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang
berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai
kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media
pengantar magnet atau atau panas dalam bidang teknik. Istilah media
digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga
istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.
Selanjutnya, media pendidikan atau media pembelajaran,
Rosi dan Breidle dalam Sanjaya, (2010:163) mengemukakan
bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat
dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku,
koran, majalah dan sebagainya.
Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja,
akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh
30
pengetahuan. Gerlach dan Ely dalam Sanjaya, (2010:163) menyatakan:
“A medium, conceived is any person, material or event that establishs
condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and
attitude.” Menurut Gerlach secara umum media itu meliputi orang, bahan,
peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan
siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Dari dua pengertian di atas, maka tampak pengertian terakhir yang
dikemukakan Gerlach lebih luas dibandingkan dengan pengertian yang
pertama. Untuk memahami peranan media dalam proses pembelajaran
bagi siswa, Edgar Dale dalam Sanjaya, (2010:165) melukiskannya dalam
sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman (cone of
experience). Kerucut pengalaman Edgar Dale ini pada saat ini, dianut
secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar
siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Selain mempunyai konsep, media pembelajaran mempunyai fungsi
dan peranan sebagai mana dijelaskan Sanjaya, (2010:169) yaitu:
a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.
b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan
pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan verbalisme.
c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa Dengan penggunaan media dapat menumbuhkan motivasi belajar
siswa sehingga perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.
31
Dari penjelasan di atas, media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),
sehingga dapat merangsang perhatian, minat pikiran, dan perasaan siswa
dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Asnawir dalam Sahlan dan Prastyo, (2012:105) mendefenisikan
media sebagai sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat
merangsang pikiran, preasaan, dan kemauan audien (siswa) sehingga
dapat mendorong proses belajar pada dirinya. Namun jangan lupa dalam
penggunaan media pembelajaran hendaknya dipersiapkan dengan matang,
supaya tidak terjadi pembelajaran yang noninteraktif.
Media terbaik yang dapat digunakan dalam pebelajaran sebenarnya
adalah guru itu sendiri. Hal itu akan terwujud manakala guru mempunyai
sifat eksploratif dalam dirinya untuk mengasah sensitivitas kreativitasnya
dalam mengolah pembelajaran. Kemampuan mengajar, yang ditunjang
dengan penambahan wawasan materi yang disampaikan serta ditunjang
dengan kepribadian yang mampu menggerakan siswa adalah syarat
minimum untuk menjadikan guru sebagai media pembelajaran. Sahlan
dan Prastyo, (2012:109).
Memahami media pembelajaran, Gerlach dan Ely dalam Musfiqon
(2012:26) menjelaskan bahwa media ada dua macam, yang pertama
dalam arti sempit dan arti luas. Arti sempit, bahwa media itu berwujud
grafik, foto, alat ekanis dan elektronok yang digunakan untuk menangkap,
memproses serta menyampaikan informasi. Sedangkan menurut arti luas,
32
kegiatan yang dapat menciptakan suatu kondisi sehingga memungkinkan
peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang baru. Pengertian media dalam arti luas ini sesuai pendapat Sharon
dalam Musfiqon, (2012:26) mengatakan media itu adalah alat komunikasi
dan sumber informasi.
Batasan lain tentang media pembelajaran, dikemukakan pula oleh
para ahli di antaranya, AECT (Association of Education and
Communication Tecknology, 1977) dalam Arsyad, (2014:3) memberi
batasan bahwa media sebgai segala bentuk dan saluran yang digunakan
untuk menyampaikan pesan atau informasi. Selain sebagai sitem
penyampai atau pengantar media sering disebut dengan kata mediator,
menurut Fleming dalam Arsyad, (2014:3) adalah penyebab atau alat yang
turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan
istilah mediator, media menunjukan fungsi atau peranannya, yaiutu
mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses –
siswa dan isi pelajaran. Di samping itu, mediator dapat pula
mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang
melakukn peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan paling
canggih, dapat disebut media. Ringkasannya media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Arsyad, (2014:10) mengemukakan beberapa istilah pokok seputar
media pembelajaran, di antaranya Teknologi pembelajaran, Sumber
belajar, dan Alat peraga. Arsyad menyimpulkan bahwa media
33
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar
sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Teknologi pembelajaran, adalah kajian dan praktik etis untuk
menfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja dengan menciptakan,
mrngunakan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang
sesuai. (Januszeswki dan Molenda, 2008:1). Sumber belajar dipahami
sebagai perangkat, bahan/materi, peralatan, pengaturan dan orang dimana
pembelajardapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang
bertujuan untuk memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja.
(Januszeswki dan Molenda, 2008:213).Sedangkan alat peraga adalah alat
– alat yang digunakan guru yang berfungsi membantu guru dalam proses
mengajarnya dan membantu peserta didik dalam proses belajarnya.
(Yaumi dan Syafei,2012).
Gerlach dan Ely dalam Arsyad, (2014:29) mengemukakan tiga ciri
media mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan
oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien)
melakukannya. Ketiga ciri tersebut adalah.
1. Ciri Fiksatif (fixative property)Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut da disusun kembali dengan media seperti fotografi, video taoe, disket, komputer dan film.
2. Ciri Manipulatif (manipulative property)Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri maniulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapserecording. Misalnya,
34
bagaimana proses larva menjadi kepongpong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut.
3. Ciri Distributif (distributive property)Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini, distribusi media tidak hanya terbatas pada suatu kelas tertentu, tetapi juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
Ketiga ciri ini merupakan karakteristik media yang dapat
digunakan dalam pembelajaran. Terkadang guru harus menyampaikan
sesuatu yang telah terjadi pada masa lampau, ruang dan waktu yang
terbatas, serta materi yang sangat abstrak. Dengan mempertimbangkan
ketiga hal ini guru dapat memilih, menciptakan, dan menggunakan media.
Selain konsep, media juga dapat dilihat dari beberapa klasifikasi
sudut pandang yang melihatnya, Sanjaya (2010:172) mengklasifikasikan
media pembelajaran.
a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam1). Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja,
atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2). Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara, yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide,foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbgai bentuk bahan yang dicetak seperti
media grafis dan lain sebagainya.3).Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain
mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, mislnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide, suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dn lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi ke dalam
35
1). Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radi dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tampa harus menggunakan ruaangan khusus.
2). Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam1). Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip,
transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector, untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparani
2). Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lainsebagainya.
Dalam fungsinya, media pembelajaran, Hamalik dalam Arsyad
(2014:19) mengemukakan bahwa pemakain media pembelajaran dalam
proses beajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan nmembawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi.
Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan
pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi
belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan
36
abstrak menjadi sederhana, konkrit serta mudah dipahami. Dengan
demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap atau
refensi belajar siswa terhadap materi pembelajaran. (Marso dalam
Musfiqon, 2012:32).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
media pengajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses
interaksi komunikasi edukatif antara guru dan peserta didik dapat
berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah dicita-citakan.
Berbicara maslah media, sebenarnya hampir semua jenis media
pada dasarnya dibuat untuk disajikan atau dipresentasikan kepada sasaran.
Yang membedakan antara media presentasi dengan media pada umumnya
adalah bahwa pada media presentasi pesan/materi yang akan disampaikan
dikemas dalam sebuah program komputer dan disajikan melalui perangkat
alat saji (proyektor). Pesan/materi yang dikemas bisa berupa teks, gambar,
animasi dan video yang dikombinasi dalam satu kesatuan yang utuh,
Daryanto (2013:67). Dikarenakan keefektifannya dalam menyajikan
pesan, maka saat ini media presentasi banyak diaplikasikan untuk
keperluan pendidikan dan pembelajaran. Namun tentu saja ini bukan
berarti bahwa media presentasi merupakan media yang paling cocok
untuk semua materi dan topik pembelajaaran.
37
Media presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang
sifatnya teoritis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group
belajar yang cukup banyak diatas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab
menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar
cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur
media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu
kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas
belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki
tipe visual, auditrif maupun kinestetik.
Berbagai alat yang dikembangkan, telah mernberikan pengaruh
yang sangat besar bukan hanya pada pengermbangan kegiatan praktis
dalam kegiatan presentasi pembelajaran akan tetapi juga pada terori-teori
yang mendasarinya. Perkembangan terakhir pada bidang presentasi
dengan alat bantu komputer telah menyebabkan perubahan tuntutan
penyelenggaraan pembelajaran. Diantaranya tuntutan terhadap
peningkatan kemampuan dan keterampilan para guru dalam mengolah
bahan-bahan pembelajaran ke dalam media presentasi yang berbasis
komputer.
Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat.
Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi pembelajar.
Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada
pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pembelajar
mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan
38
belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam
memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk
melakukan praktek-praktek dengan benar. Dari pemaparan para ahli
diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa pemanfaatan media presentasi
pada pembelajaran cukup efektif karena membuat siswa tidak bosan/jenuh
dalam belajar, dengan menggunakan media presentasi siswa pun bisa
lebih teransang motivasinya dalam kegiatan pembelajaran.
D. Hasil Belajaran
Ditinjau dari prosesnya, pembelajaran adalah komunikasi, karena
dalam proses pembelajaran terdapat komunikator, komunikan dan pesan.
Agar pesan pembelajaran yang disampaikan dapat diterima siswa dengan
mudah, maka diperlukan desain dan strategi pembelajaran yang tepat, salah
satu didalamnya adalah penggunaan media presentasi dalam pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar yang berlangsung, ada dua aspek yang
menonjol, yakni metode pembelajaran dan media pembelajaran sebagai alat
bantu mengajar. Metode adalah teknik atau cara mengajar seorang guru dalam
menyampaikan dan berinteraksi dengan peserta didik, sehingga proses belajar
berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tercapai. Dapat dikatakan
proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran
mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan
pembelajaran, media pembelajaran, peserta didik (komunikan), dan tujuan
pembelajaran.
39
Selanjutnya, dalam memahami makna belajar ada beberapa definisi
tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Cronbach, Learning is shown by a change in behavior as aresult of experience.
2. Harold Spears, Learning is to observe, to read, to imitate, to try somethingthem selves, to listen, to follow direction.
3. Geoch, Learning is a change in performance as a result of practice.(Sardiman, 2014:20).
Dari ketiga definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa belajar
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan
lain sebagainya.
Sedangkan belajar munurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono,
(2013:10). Menjelaskan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks.
Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah pertama,
stimulus yang berasal dari lingkungan, dan kedua, proses kognitif yang
dilakukan oleh pebelajar. Masih menurut Gagne belajar terdiri dari tiga
komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar.
Masih dalam Dimyati, belajar menurut Skinner, belajar adalah suatu perilaku,
Piaget berpendapat bahwa belajar pengetahuan oleh individu.
Selanjutnya, dilihat dari psikologi belajar, Musfiqon (2012:63)
mendefinisikan belajar sebagai perubahan kelakuan, suatu change of
behavior, psikologi belajar juga perlu dipertimbangkan guru dalam memilih
40
media pembelajaran. Pertimbangan bagaimana anak belajar, motivasi belajar,
serta aspek lain sangat diperlukan.
Menurut Sanjaya, (2010:228) makna belajar di klasifikasikan sebagai
berikut.
1. Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku
Sering orang menganggap bahwa belajar itu sama dengan
menghafal. Apakah belajar sama dengan menghafal?. Baiklah untuk
menjawabnya pertanyaan tersebut, dapat disimak mendapat Hilgard dalam
Sanjaya, (2010:228) yang mengungkapkan: “Learning is the process by
which an sctivity originates or changed through training procedures
(wether in the laboratory or in the naturalenvironment) as distinguished
from chenges by factors not atributable to training”. Bagi Hilgard, belajar
itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik
latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar
bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehngga menyebabkan
munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya
interaksi individu dengan lingkungannya yang disadari.
Dari uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan
tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek
pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. Dikatakan positif, karena
41
perubahan perilaku itu bersifat adanya penambahan dari perilaku
sebelumnya yang cenderung menetap (tahan lama dan tidak mudah
dilupakan).
Selanjutnya, menurut Sanjaya, (2010:230) bahwa perubahan
perilaku itu tidak selamanya hasil belajar. Sebagaimana dijelaskan di
bawah ini.
a. Perubahan perilaku karena pengaruh obat, misalanya seorang yang pemalu dan penakut dengan minum obat orang tersebut berubah menjadi pemberani, perubahan ini bukan karena belajar tetapi karena pengaruh obat.
b. Perubahan perilaku karena kemataangan, kemampuan berjalan, berbicara, makan dan minum, sebagai contoh seorang bayi bisa berjalan karena bukan hasil belajar melainkan hasil perubhan kematangan.
c. Perubahan perilaku karena suatu penyakit, misalnya orang suka bercanda, periang, senang bergaul, suatu saat orang tersebut kehilangan keluarga yang disanginya, tentu saja orang tersebut tidak akan seriang sebelumnya, perubahan perilaku itu bukan karena hasil belajar tetapi perubahan karena sakit.
d. Perubahan perilaku karena pertubuhan jasmani, seseorang yang menginjak remaja, akan menampakkan perilaku yang berbeda misalnya tiba-tiba remaja tersebut mengalami perubahan suaranya menjadi membesar dan tumbuh jakun.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua
perubahan dalam diri seseorang merupakan hasi belajar.
2. Bentuk dan hasil perubahan belajar
Menurut Gagne dalam Sanjaya, (2010:232) menyebutkan ada
delapan tipe perbuatan belajar mulai dari belajar sederhana sampai
perbuatan belajar kompleks.
a. Belajar signal, yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang, guru penjas yang galak dan tidak menyenangkan, menimbulkan reaksi siswa tidak menyenangi mata pelajaran tersebut.
42
b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi penguatan.
c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala/faktor yang satu dengan yang lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang berarti.
d. Belajar asosiasi verbal, yaitu membeikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterima.
e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang diterimanya.
f. Belajar konsep,yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Kemampuan konsep berhubungan dengan kemampuan menjelaskan sesuatu berdasarkan aatribut yang dimilikinya.
g. Belajar kaidah atau belajar prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep. Misalnya setiap makhluk hidup membutuhkan makanan.
h. Belajar memecah masalah, yaitu menghubung-hubungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan.
Selain perubahan di atas Gagne mengemukakan ada lima jenis atau
lima tipe, hasil belajar yakni;
a. Belajar kemahiran intelektual (kognitif)
1. Belajar membedakan kesanggupan membedakan beberapa
objek berdasarkan ciri-ciri tertentu
2. Belajar konsep, kemampuan untuk menempatkan objek
yang memiliki ciri atau atribut dalam suatu kelompok
3. Belajar kaidah belajar melalui simbol bahasa baik lisan
maupun tulisan.
b. Belajar informasi verbal
Belajar menyerap atau mendapatkan, menyimpan dan
mengkomunikasikan berbagai infomasi dari berbagai sumber.
c. Belajar mengatur kegiatan intektual
43
Belajar untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan
konsep dan kaidah yang telah dimilikinya.
d. Belajar sikap
Kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau
menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu,
apakah berarti atau tidak bagi dirinya.
e. Belajar keterampilan motorik
Belajar keterampilan motorik berhubungan dengan
kesanggupan atau kemampuan seseorang dalam menggunakan
gerak anggota badan, sehingga rangkaian urutan gerakan yang
teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar.
Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat
tafsiran tentang belajar. Hamalik, (2010;27) mengemukakan pandangannya
tentang belajar, bahawa belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavio through experiencing). Menurut pengertian ini,
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan.
Dilihat dari psikologi pembelajaran, Surya (2013:111)
menggambarkan suatu proses yang dinamis karena pada hakekatnya
perilaku belajar diwujudkan dalam suatu proses yang dinamis dan bukan
44
sesuatu yang diam atau pasif. Secara psikologis pebelajaran dapat
dirumuskan bahwa “Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu peubahan perilaku secara menyeluruh,
sebagai hasil dari interaksi inividu itu denan lingkungannya.”Perubahan
perilaku sebagai hasil pembelajaran dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai
berikut.
a. Perubahan yang disadari, artinya individu yang mengikuti proses
pembelajaran menyadari bahwa pengetahuannya telah bertambah,
keterampilannya telah bertambah, dan lebih percaya diri.
b. Perubahan bersifat kontinu, perubahan sebagai hasil pembelajaran
akan berlangsung secara berkesinambungan, artinya perubahan
yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
yang lain.
c. Perubahan bersifat fungsional. Perubahan yang telah diperoleh
sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu
yang bersangkutan.
d. Perubahan yang bersifat positif, perubahan yang diperoleh
senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan
sebelumnya.
e. Perubahan yang bersifat aktif, perubahan itu tidak terjadi dengan
sendiriinya, tetapi melalui serangkaian aktivitas yang terencana
dan terarah.
45
f. Perubahan yang bersifat permanen, perubahan yang terjadi sebagai
hasil pembelajaran akan kekal dalam diri individu, setidak-
tidaknya dalam masa tertentu.
g. Perubahan yang bertujuan dan terarah, perubahan itu terjadi
karena ada sesuatu yang akan dicapai.
Selain itu, menurut Surya (2013:205) bahwa hasil pembelajaran
ditandai dengan perubahan seluruh aspek kepribadian.
a. Pembelajaran merupakan suatu proses yang disengaja
b. Pembelajaran terjadi karena ada dorongan dari dalam dan tujuan
yang ingin dicapai
c. Pembelajaran merupakan suatu pengalaman yang dibentuk secara
sengaja, sistematis, dan terarah.
Menurut Mulyana dalam Sahlan dan Prastyo, (2012:152)
menerangkan bahwa dengan diketahuinya hasil belajar, akan memberikan
pengaruh dalam dua bentuk. Pertama, siswa mempunyai perspektif terhadap
kekuatan dan kelemahannya dalam pembelajaran. Kedua, siswa mengetahui
perkembangan kompetensi apakah meningkat dengan baik, setahap atau dua
tahap.
Menurut Mc.Clelland, dalam Surya, (2013), pada dasarnya dalam
diri setiap orang terdapat kebutuhan untuk melakukan perbuatan dalam
memperoleh hasil yang sebaik-baiknya. Kebutuhan ini disebut sebagai
kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement) dan mendorong
46
individu untuk melakukan perbuatan sebaik mungkin sehingga
menghasilkan satu prestasi tertentu.
Dari penjelasan di atas, ada beberapa cara untuk meningkatkan hasil
belajar salah satunya adalah dengan memperhatikan dan mencermati gaya
belajar dan cara belajar yang baik. Berbicara masalah hasil belajar mungkin
tidak terlepas dengan motivasi belajar.Pentingnya peranan motivasi dalam
proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan
berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan
sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa,
untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi / memuaskan suatu
kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut
berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.
E. Motivasi
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa
dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin motivasi
belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk
berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat
berpengaruh negatif terhadap kefektifan usaha belajar siswa.
Motif dan motivasi merupakan perilaku konatif sebagai sumber
dinamika yang menentukan kualitas kekuatan perilaku. Motivasi menurut
47
Surya, (2013:58) adalah merupakan sumber- sumber perilaku upaya-upaya
yang dilakukan untuk meninmbulkan atau meningkatkan motif. Seperti telah
diejelaskan di atas, motif merupakan motor penggerak dinamika perilaku
individu dalam mencapai tujuan. Kualitas dinamika perilaku akan bergantung
pada kekuatan motif sebagai sumber penggeraknya.
Selanjutnya, Surya, (2013:58) mengungkapkan prinsip dasar motivasi,
bahwa prinsip motivasi adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat
apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan
tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan
menimbulkan atau mengembangkan minat seseorang dalam melakukan
tindakannya. Misalnya seorang guru mampu menumbuhkan dan
mengembangkan minat siswa dalam pembelajaran.
Menurut Mc.Donald dalam Sardiman (2014:73) motivasi adalah
perubahan enegi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnyafeeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari penertian yang dikemukakan Mc.Donaldini mengandung tiga elemen
penting.
1. Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa, afeksi seseorang.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan.
Dengan ke tiga elemen di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi ini
sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebakan terjadinya suatu
48
perubahan energi yang ada pada diri manusia. Motivasi dapat juga dikatakan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi
motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah
tumbuh di dalam diri seseorang.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dilakukan sebagai keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu
tercapai, Sardiman (2014:75).
Selanjutnya, berbicara masalah motivasi dan belajar, bahwa
keberhasilan belajar siswa dapat ditentukan oleh motivasi belajar yang
dimilikinya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung
prestasinya pun akan tinggi pula, sebaliknya siswa yang motivasinya rendah,
akan rendah pula prestasi belajarnya. Mengapa demikian? Ssebab motivasi
merupakan penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu.
Menurut Sanjaya (2010:249) bahwa dalam proses pembelajaran,
motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering
terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya
yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar
sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dalam
proses pembelajaran tradisional yang menggunakan ekspositori sebagai
49
strategi pembelajaran utama, kadang-kadang unsur motivasi terlupakan oleh
guru. Oleh sebab itu, pandangan modern tentang proses pembelajaran
menenpatkan motivasi sebagai salah satu aspek penting.
Jadi apa sebenarnya motivasi itu? Apa saja yang menyebabkan
seseorang memiliki motivasi? Mengapa motivasi seseorang berbeda-beda?
Untuk mengungkap pertanyaan tentang motivasi di atas, Woodwort (1955)
dalam Sanjaya (2010:250) mengatakan; “A motive is a set predisposes the
individual of certain activities and for seeking certain goals”. Suatu motive
adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, motivasi adalah dorongan
yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian
suatu tujuan tertentu.
Makna motive dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motive yang dapat dilihat
dari perilaku yang ditunjukan seseorang. Hilgard dalam Sanjaya, (2010:250)
mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan demikian, motivasi muncul dari dalam
diri seseorang karena dorongan untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam
belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan
salah satu tugas dan tanggung jawab guru. Guru yang baik dalam mengajar
selamanya akan berusaha mendorong siswa untuk beraktifitas mencapai
50
tujuan pembelajaran. Menurut Sanjaya (2010:251) ada dua fungsi motivasi
dalam proses pembelajaran, yaitu; pertama mendorong siswa untuk
beraktivitas, kedua motivasi berfungsi sebagai pengarah.
Selain fungsi motivasi, dijelaskan pula jenis-jenis motivasi, Sanjaya
(2010:254) menyebutkan pembagian motivasi dapat dilihat dari perspektif
kebutuhan, fungsional, dan dari sifatnya.
a. Prespektif kebutuhan
Teori motivasi yang memandang dari sudut kebutuhan dikembangkan
oleh Maslow dalam Sanjaya (2010:255) menjelaskan, kebutuhan
manusia itu bertingkat-tingkat. Individu akan merasa puas memenuhi
kebutuhan pada taraf tertentu manakala pada taraf sebelumnya
kebutuhan itu telah terpenuhi. Kebutuhan – kebutuhan itu adalah
1. Kebutuhan fisiologi, yaitu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sebelum kebutuhan-kebutuhan lain terpenuhi.
2. Kebutuhan akan keamanan, kebutuhan rasa terlindungi, bebas dari rasa takut dan kecemasan.
3. Kebuthan sosial, kebutuhan akan cinta kasih seperti rasa diterima kelompoknya
4. Kebutuhan untuk menjadi dirinya
b. Prespektif fungsional
Prespektif ini membagi jenis motivasi dilihat dari konsep motivasi
sebagai penggerak, harapan dan insentif. Motivasi penggerak yaitu
motivasi yang memberikan tenaga untuk aktivitas tertentu. Motivasi
didasarkan kepada harapan adalah motivsi yang memandang bahwa
sesuatu itu pasti terjadi sesui dengan harapan. Motivasi didasarkan
51
pada insentif adalah motivasi yang muncul karena adanya tujuan yang
nyata.
c. Sifat motivasi
Dari sifatnya motivasi dapat dibedakan antara motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik motivasi yang timbul dari dalam
diri individu, mislnya siswa belajar karena ingin menambah
pengetahuan. Sedangkan motivasi ekstrinsik, motivasi yang datang
dari luar diri. Misalnya belajar karena doronga ingin mendapatkan nilai
yang bagus.
F. Penjaskes.
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivtas fisik untuk menhasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas
fisik dan mentalnya.
Mahendra (2008:3), menjelaskan pendidikan jasmani diartikan dengan
berbagai ungkapan dan kalimat, namun essensinya sama, yang jika
disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat
fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia. Dengan kata lain bahwa
melalui fisik, aspek mental danemosional pun turut berkembang.
52
Selanjutnya, pendidikan jasmanidalam KTSP adalah suatu proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan
perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif
setiap siswa.
Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian
integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan
jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler,
intelektual dan emosional.
Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan
jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan
kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan
perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan
sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-
cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani
merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang
proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu
psikomotor, kognitif, dan afektif.
G. Guru Penjas
Dalam sebuah proses pembelajaran, guru selaku pengajar memegang
peran yang amat sentral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Guru
53
dituntut harus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar
terjadi prilaku pembelajaran yang efektif dalam diri siswa. Guru diharapkan
mampu menciptakan interaksi belajar mengajar yang sedemikian rupa
sehingga siswa mampu mewujudkan kualitas perilaku belajar secara efektif
dan kondusif.
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat oprasional, guru
merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat
institusional, instrusional dan eksperiensial. Hal ini mengandung makna
bahwa guru mempunyai posisi yang strategis di garda terdepan dalam
pembangunan bangsa. Untuk itu guru masa kini menurut Louis V. Gerstmer,
Jr. Dkk (1995) dalam Surya, ( 2013:197 ) bahwa peran guru mengalami
perluasan yaitu guru sebagai : pelatih (coaches), konselor, manajer
pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai
pelatih, guru memberikan peluang sebesar-besarnya bagi siswa untuk
mengembangkan cara-cara pembelajar sendiri, sbagai konselor, menciptakan
satu situasi interaksi siswa dalam melakukan prilaku pembelajaran,
sedangkan manajer pembelajaran, guru mengelola keseluruhan kegiatan
pembelajaran dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang
pembelajaran. Peryataan di atas diharapkan bahwa guru dapat meningkatkan
dalam belajar siswa, sehingga siswa mempunyai prestasi dan motivasi yang
tinggi.
Menurut Surya (2013:354) guru adalah suatu sebutan bagi jabatan,
posisi dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang
54
pendidikan melalui interaksi edukatif secara terpola, formal, dan sistematis.
Dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1, dinyatakan
bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar membimbig, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendian formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
H. Peserta Didik
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu
komponen manusiawi yang menenpati posisi sentral. Peserta didik menjadi
pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses tranformasi
yang disebut pendidikan. Menurut Desmita (2014:39) sebagai salah satu
komponen penting dalam sistem pendidikan, peserta didik sering disebut
sebagai “raw material” (bahan mentah).
Menurut Desmita (2014:40) pengertian peserta didik adalah
sebagai berikut,
1. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi khas yang dimilikinya ini perlu dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal
2. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar, baik yang ditujukan kepada diri sendiri maupun diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungan.
3. Peserta didika adalah individu yang memburuhkan bimbingan individu dan perlakuan manusiawi. Sebagai individu yang sedang berkembang, maka proses pemberian bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat perkembangannya.
4. Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk
55
berkembang ke arah kedewasaan. Di samping itu, dalam diri peserta didik juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap orang tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan peserta didik adalah individu yang sedang mengalami
perkembangan, dimana mempunyai potensi fisik dan psikis yang khas
serta adanya dorongan untuk mandiri agar mencapai otensi yang optimal
maka perlu adanya bimbingan dan perlakuan manusiawi.