revisi otlen besok

91
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulyadi Jayabaya (Jb) adalah Bupati Kabupaten Lebak pada periode 2003-2008 dan 2008-2013. Dijuluki sebagai Bapak Pembangunan di Kabupaten Lebak, karena keberhasilannya membangun infrastruktur jalan dan meraih Nominator Innovative Government Award (IGA) dari Kementrian Dalam Negeri RI tahun 2010. Keberhasilan kepemimpinan Jb ini, dimata Dana Herdiansyah (Panglima Laskar Paku Bumi) 1 sebagai tipikal pemimpin merakyat berbasis romantika, dinamika dan dialektika. 2 Mulyadi Jayabaya memulai debut politiknya di Partai Golkar sejak tahun 1975 dan menjadi wakil ketua DPD II Golkar Kabupaten Lebak. Posisi lainnya yang di jabat adalah Ketua Dewan Penasehat FKPPI Kab. Lebak ( 1994 –1999 ) dan Ketua Pemuda PANCAMARGA Kab. Lebak, 1 LSM di Kabupaten Lebak yang mengawasi dan penyeimbang kinerja pemerintahan Kabupaten Lebak 2 Api Yang Tak kunjung Padam.2013.Bagian Humas dan komunikasi Setda kabupaten Lebak

Upload: lega-afrizal

Post on 15-Dec-2015

42 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bagus

TRANSCRIPT

Page 1: REVISI OTLEN BESOK

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mulyadi Jayabaya (Jb) adalah Bupati Kabupaten Lebak pada periode

2003-2008 dan 2008-2013. Dijuluki sebagai Bapak Pembangunan di Kabupaten

Lebak, karena keberhasilannya membangun infrastruktur jalan dan meraih

Nominator Innovative Government Award (IGA) dari Kementrian Dalam Negeri

RI tahun 2010. Keberhasilan kepemimpinan Jb ini, dimata Dana Herdiansyah

(Panglima Laskar Paku Bumi)1 sebagai tipikal pemimpin merakyat berbasis

romantika, dinamika dan dialektika.2

Mulyadi Jayabaya memulai debut politiknya di Partai Golkar sejak tahun

1975 dan menjadi wakil ketua DPD II Golkar Kabupaten Lebak. Posisi lainnya

yang di jabat adalah Ketua Dewan Penasehat FKPPI Kab. Lebak ( 1994 –1999 )

dan Ketua Pemuda PANCAMARGA Kab. Lebak, tahun 1996. Aktifitas Mulyadi

Jayabaya saat itu sejalan dengan arus jawara yang dijadikan bagian dari mesin

politik dari pemilu ke pemilu bagi pemenangan Golkar, sebagai bagian dari politik

marjinalisasi dan counter politik terhadap politik Islam yang direpresentasikan

oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Seiring dengan berjalannya waktu, reformasi mengubah arus utama politik

kepartaian dikalangan jawara. Mereka tidak lagi beramai-ramai berada dalam

Golkar, tetapi menyebar ke partai lain. Hal yang sama terjadi dengan Mulyadi

1 LSM di Kabupaten Lebak yang mengawasi dan penyeimbang kinerja pemerintahan Kabupaten Lebak2Api Yang Tak kunjung Padam.2013.Bagian Humas dan komunikasi Setda kabupaten Lebak

Page 2: REVISI OTLEN BESOK

2

Jayabaya. Ia pindah ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Karena

merasa sejalan dengan ideologi dan nasionalismenya, hingga Mulyadi Jayabaya

dijadikan Ketua Dewan Pertimbangan Cabang PDIP Lebak tahun 2001.

Pilihannya di PDIP ternyata memberikan banyak peluang untuk

membangun jaringan dan kekuatan. Dibuktikan dengan momentum Pilkada 2003,

ia mencalonkan diri menjadi Bupati Kabupaten Lebak, dan mengikuti kontestasi

politik bersaing dengan Yas’a Mulyadi, maju melalui perahu partainya PDIP,

Mulyadi Jayabaya terpilih menjadi Bupati Lebak dengan selisih satu suara dari

petahana Yas’a Mulyadi.

Terpilihnya Mulyadi Jayabaya pada kontestasi politik yang mengalahkan

petahana pada saat itu, membuat hampir semua kalangan di Kabupaten Lebak

kaget. Terpilihnya Mulyadi Jayabaya menjadi Bupati Lebak awalnya di liputi

keraguan berbagai kalangan yang mempertanyakan kompetensi dan kapabilitas

Mulyadi Jayabaya, mengingat citra Mulyadi Jayabaya hanya sebagai jawara dan

minim pendidikan formal. Bahkan sempat mencuat masalah terkait keabsahan

ijazah yang digunakan ketika pencalonan. Walaupun pada akhirnya tidak terbukti

dengan keluarnya SP3 dari Polda Banten perihal dugaan ijazah palsu Mulyadi

Jayabaya.

Pada perjalanan masa jabatannya, Mulyadi Jayabaya membuktikan bahwa

keraguan berbagai kalangan itu tidak benar adanya. Melalui serangkaian

kebijakan, yang dibuatnya diantaranya, peraturan daerah wajib Diniyah, peraturan

daerah yang mewajibkan pelajar yang melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah

Menengah Pertama (SMP) wajib mempunyai ijazah Madrasah Diniyah. Meskipun

Page 3: REVISI OTLEN BESOK

3

pada tataran implementasi, efektifitas Perda Diniyah belum maksimal, namun

secara kuantitatif jumlah Madrasah Diniyah bertambah dengan jumlah 215 MI,

198 MTS dan 65 MA di Kabupaten Lebak.3 Kebijakan ini bagian dari strategi

yang jitu dan efektif untuk mendapatkan tempat dihati masyarakat mayoritas

muslim. Kebijakan ini kemudian dijadikan tema kampanye keberhasilan

kepemimpinannya menuju pemilihan Bupati Lebak periode 2008-2013.

Disamping itu kebijakan wajib belajar 12 tahun yang ditetapkan dalam Perda No.

2 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Lebak.

Kabupaten Lebak dibawah kepemimpinan Mulyadi Jayabaya mengalami

kemajuan pembangunan infrastruktur jalan, rehabilitasi gedung-gedung

pemerintahan, dan kebijakan yang mengarah pada percepatan pembangunan.

Penuntasan rehabilitasi gedung sekolah dasar pada tahun 2006 Sampai

dengan tahun 2007. Sampai akhir tahun 2011 Sebanyak 3.411 ruang kelas pada

semua jenjang Pendidikan telah selesai direhabilitasi. Sedangkan untuk

Meningkatkan akses pendidikan pada semua jenjang pendidikan, telah dibangun

sebanyak 467 ruang kelas Baru. Ia juga menginisiasi pembangunan puskesmas,

dari 33 unit puskesmas pada tahun 2004 menjadi 41 unit pada akhir tahun 2012

dan 14 unit diantaranya puskesmas dengan tempat perawatan. Kemudian juga

meningkatkan status rumah sakit umum daerah dari tipe C menjadi RSUD dengan

tipe B non kependidikan, merehabilitas gedung RSUD yang lama, dan

membangun gedung baru sebagai upaya meningkatkan kualitas Pelayanan

kesehatan rujukan.

3 Pendinas.kemenag.go.id

Page 4: REVISI OTLEN BESOK

4

Ada pula pembangunan jalan poros desa melalui program hotmiks masuk

desa guna memperlancar akses barang dan orang. Sampai akhir tahun 2012

sepanjang 1.312 kilometer jalan poros desa sudah dibangun.4 Selain itu

restrukturisasi pasar Rangkasbitung menjadi sebuah pusat perbelanjaan yang

layak. Adapun kontroversi-kontroversi yang lahir di tataran masyarakat, pola

komunikasi yang digunakan dengan melakukan pendekatan-pendekatan

komunikasi politik melalui tokoh masyarakat.

Mulyadi Jayabaya menjadi salah satu tokoh pemimpin di Banten yang bisa

menyelaraskan gagasan politik sesuai dengan realita masyarakat, membangun

pesan politik secara efektif sesuai dengan kultur masyarakat.

Mulyadi Jayabaya merupakan sebuah fenomena dalam politik lokal di

Indonesia. Lobi-lobi politiknya secara strategis mengarah pada peluang di

calonkan sebagai Gubernur Banten pada periode 2017-2021 mendatang. Banyak

pihak memprediksi Jb memiiliki kans besar terpilih, karena komunikasi politik

yang dijalin mulai mengangkat tema masalah-masalah di Banten telah

dipersiapkannya untuk Pilkada Banten pada 2017 nanti. Seperti yang diungkapkan

oleh Y.Hendayana Musalev (Badan Penasehat Kumala)5.

“Ketika menjabat bupati beliau terhitung berhasil membawa Lebak ke arah yang lebih maju itu bisa dicek bagaimana gaung Jb diluar Lebak sebagai bupati yang berhasil, sehingga Indikasi Jb untuk Maju ke Pilkada Banten 2017 sudah jelas telihat ketika ada konstalasi Kadin dan persiapan DPD PDIP Banten”.6

4 Bappeda.lebakkab.go.id5Organisasi primordial tertua di Banten, berdiri 5 Februari 1965, memiliki perwakilan di beberapa kota di Indonesia6Peneliti 19 Februari 2015

Page 5: REVISI OTLEN BESOK

5

Kemampuan komunikasi Mulyadi Jayabaya, di sisi lain diperlihatkannya

dalam menerapkan strategi politik mencalonkan anaknya Iti Octavia Jayabaya

sebagai kader Demokrat hingga menjadi anggota DPR-RI periode 2009-2014.

Selanjutnya pada 2013 Iti Octavia Jayabaya mampu menjadi Bupati Lebak yang

berpasangan dengan Ade Sumardi yang berasal dari PDIP, keberhasilannya dalam

pencalonan anaknya, mendekatkan ia pada peluang mengisi posisi ketua DPP

PDIP Banten. Seperti ungkapan senior PDIP Banten Darmono L Kawi :

“Calon paling terdepan dengan prestasi yang sudah terukur dan teruji adalah Mulyadi Jayabaya. Mengingat, kesuksesan dua kali memimpin Kabupaten Lebak, sebagai bukti nyata bahwa Jb layak menjadi ketua PDI-P Banten.”7

Hal ini memberi kesan publik yang di angkat oleh media lokal di Banten.

“Jb Didukung Pimpinan PDIP Banten”.8

Fenomena kontenporer praktis politik saat ini seakan-akan menempatkan

ketua partai sebagai calon Kepala Daerah, walaupun pada kenyataan nya pada

tanggal 17 Maret 2015 yang ditetapkan nya menjadi Ketua PDIP Banten adalah

H.M.Sukira namun, kemungkinan Jb untuk maju ke Pilgub Banten semakin besar

terlihat dari pernyataan H.M.Sukira9

“Secara pribadi diluar kepartaian menurut kacamata saya dengan karakter dia hobi membangun bisa saja dia untuk maju ke Pilkada Banten 2017 nanti dan sebagai selaku fungsionaris partai saya mendukung dia untuk maju ke Pilkada Banten, karena Jb mempunyai basis dukungan tertentu , artinya Lebak akan habis sama dia artinya suara Lebak pasti ke dia calon yg lain engga kebagian terlepas dari dia dari perahu ( partai) manapun.” 10

7inilahbanten.com edisi 29 Desember 20148Banten Raya edisi 8 Desember 20149( H.M.Sukira masih menjabat sebagai Sekretaris DPP PDIP Banten )10Peneliti 19 Februari 2015

Page 6: REVISI OTLEN BESOK

6

Kemungkinan besar dari kedekatan daerah asal dan pernyataan

H.M.Sukira tersebut, Sukira mendukung Jb sebagai calon Gubernur dan

mendukung Jb dilangkah politik berikutnya.

Sebagai sebuah bentuk interaksi dan komunikasi politik lainnya, dimana

pengusaha menjadi bagian penting dalam sebuah upaya mencapai kekuasaan,

Mulyadi Jayabaya tidak luput mendekati Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Sebagai calon kuat pada pemilihan Kadin, komunikasi Jb yang sukses melobi

Kadin di tanggapi dengan pernyataan ketua Kadin Lebak H.Sumantri, sebagai

berikut :

“Kadin kabupaten/kota meminta Jb untuk maju dalam pencalonan Ketua Umum Kadin Banten di musprov nanti”11.

Di perkuat oleh pernyataan Ketua Komunitas Aspiratif (Komunas)12

“Dalam pemilihan ketua Kadin Banten, kami berharap ada sosok pengusaha yang memang memiliki pengalaman mendalam dalam pengembangan usaha ekonomi. Dan pak Jb adalah figur yang paling pas untuk posisi tersebut. Tanpa mengecilkan figur calon lainnya, tapi saya menyakini, kesuksesan Jb menjadi pengusaha besar di Banten yang dirintis dari nol, merupakan proses panjang yang merupakan bekal penting dalam memimpin Kadin,” tandas Syarif.13

Dan dibuktikan pada tanggal 31 maret 2015

“Jayabaya terpilih sebagai ketua umum periode 2015-2020 secara akalamasi setelah Lulu kaking mengundurkan diri dalam pemilihan.”14

Langkah ini diperkirakan menjadi tahapan strategis Jb menjadi Banten 1.

Kans besar terpilih nya Mulyadi Jayabaya itu pun di perkuat dengan Iti

Octavia Jayabaya sebagai anaknya yang merupakan Bupati Kabupaten Lebak,

11Kabarbanten.com edisi 07 November 201412LSM di Kabupaten Lebak yang mengawasi dan penyeimbang kinerja pemerintahan Kabupaten Lebak13Bantenpos.com edisi 14 November 201414 Radar Banten edisi 1 April 2015

Page 7: REVISI OTLEN BESOK

7

namun jika berdasarkan kubu kepemimpinan wilayah, Mulyadi Jayabaya

sepertinya mempuyai persaingan ketat pada Pilkada Banten yang direncanakan

akan dilaksanakan 2017 mendatang, seperti kubu Ratu Atut Chosiah yang

cenderung menguasai daerah Serang, Pandeglang, Tangerang Selatan. Dan kubu

H. Imam Aryadi yang menguasai daerah Cilegon. Sehingga Pilkada Banten

mendatang dipastikan semakin ketat, untuk itu Mulyadi Jayabaya saat ini memberi

kesan tengah menjalin Komunikasi Politik dengan para stakeholder secara

intensif.

Tahun 2001 merupakan pemilihan pertama gubernur dan wakil gubernur

Banten yang dimenangkan oleh Djoko Munandar dan Ratu Atut Choisyah.

Keduanya mendapat suara terbanyak dalam pemilihan oleh anggota DPRD

Banten, ketika Djoko Munandar dicopot dari jabatannya karena terkait kasus

korupsi, Ratu Atut lah yang ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Banten.

Sebagai wanita pertama yang menjadi Gubernur di Indonesia Ratu atut memegang

peranan penting dalam politik Banten pada masa itu.

Kemudian pada tahun 2006, sebagai pelaksana tugas gubernur, Ratu Atut

mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah 2006. Empat hari

sebelum pelaksanan pemilihan kepala daerah (Pilkada), Lingkaran Survei

Indonesia menampilkan hasil survei dan dimuat Radar Banten pada 22 November

2006. Hasil survei lembaga ini menempatkannya berada di urutan teratas. Pada 27

November 2006, Koran Kompas juga mempublikasikan dengan 39,18% di urutan

teratas. Sembilan hari kemudian, 6 Desember 2006, Komisi Pemilihan Umum

Page 8: REVISI OTLEN BESOK

8

Provinsi Banten menetapkannya sebagai gubernur bersama pasangannya sebagai

wakil gubernur.

Berdasarkan hasil penghitungan manual yang dilakukan KPU Provinsi

Banten, bersama pasangan wakil gubernur, ia memperoleh 1.445.457 (40,15

persen) dari 3.599.850 suara sah. Suara tidak sah mencapai 177.141 suara.

Dengan demikian, tingkat partisipasi pemilih mencapai 60,83 persen dari total

warga yang menggunakan hak pilih sebanyak 3.776.385 atas 6.208.951 pemilih

terdaftar. Sedangkan, 2.432.566 (39,17 persen) pemilih lainnya tidak

menggunakan hak pilihnya. Proses penghitungan manual dilakukan di Hotel Le

Dian, Serang. Hasil itu memastikan Ratu Atut memenangi pemilihan Kepala

Daerah Banten yang diselenggarakan pada 26 November 2006.

Kemudian pada tahun 2011 tepatnya pada tanggal 22 Oktober 2011,

diadakan pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Banten periode 2011-2015. Hasil

pilkada tersebut diumumkan oleh KPUD Banten pada tanggal 30 Oktober 2011

dan memastikan pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno memenangkan

hasil Pilkada. Pasangan Atut-Rano Karno mengalahkan pasangan nomor urut 2

Wahidin Halim-Irna Nurulita dan nomor urut 3 Jazuli Juwaeni-Makmun Muzzaki.

Sejarah mencatat bahwa Pilkada dimenangkan Kubu Ratu Atut Choisiyah

sebanyak 2 periode kepengurusan yakni 2006 dan 2011, sebagai tolak ukur

keberhasilan demokrasi di Banten sudah dipastikan pada tahun 2017 Banten

melakukan kembali Pilkada yang dipilih secara langsung apabila gugatan terkait

Perpu Pilkada langsung dimenangkan oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pada

putusan MA dan MK.

Page 9: REVISI OTLEN BESOK

9

Berdasarkan komunikasi dan dinamika politik Mulyadi Jayabaya

menjelang Pilkada Banten 2017, suatu kajian yang tetap menarik apabila ditelaah

secara komperhensif berdasarkan aspek komunikasi politik di era perkembangan

keterbukaan informasi saat ini. Dari latar belakang diatas, maka penulis ingin

melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Politik Mulyadi Jayabaya

Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Banten 2017”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian seperti yang terpapar dalam Latar Belakang di atas,

maka penelitian ini berangkat dari pertanyaan dasar yang sekaligus merupakan

permasalahan pokok studi, yaitu “Bagaimana Komunikasi Politik Mulyadi

Jayabaya Menjelang Pemilihan Kepala Daerah Banten 2017?”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian di kerucutkan

dengan memetakan beberapa aspek yang dianggap penting untuk itu di perlukan

identifikasi masalah sebagai poin permasalahan yakni :

1) Bagaimana Mulyadi Jayabaya melakukan komunikasi politik sebagai

tokoh politik di Banten menjelang Pilkada Banten 2017 ?

2) Apa pesan-pesan politik yang disampaikan Mulyadi Jayabaya menjelang

Pilkada Banten 2017 ?

3) Apa saluran Politik yang digunakan Mulyadi Jayabaya menjelang Pilkada

Banten 2017 ?

Page 10: REVISI OTLEN BESOK

10

4) Bagaimana Mulyadi Jayabaya mensegmentasikan kebutuhan masyarakat

sebagai sasaran politik menjelang Pilkada Banten 2017?

5) Bagaimana Efek Komunikasi Politik yang diterima Mulyadi jayabaya

menjelang Pilkada Banten 2017 ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian seperti yang terpapar dalam Latar Belakang dan

Indentifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu :

1) Untuk mengetahui komunikasi politik yang dilakukan Muyadi Jayabaya

sebagai tokoh politik di Banten menjelang Pilkada Banten 2017

2) Untuk mengetahui apa pesan-pesan politik yang disampaikan Mulyadi

Jayabaya menjelang Pilkada Banten 2017

3) Untuk mengetahui apa saluran Politik yang digunakan Mulyadi Jayabaya

menjelang Pilkada Banten 2017

4) Untuk mengetahui segmentasi Mulyadi Jayabaya dalam pemenuhan

kebutuhan masyarakat sebagai sasaran politik menjelang Pilkada Banten

2017

5) Untuk mengetahui Efek Komunikasi Politik yang diterima Mulyadi

jayabaya menjelang Pilkada 2017

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ada dua:

a. Manfaat Akademis

Page 11: REVISI OTLEN BESOK

11

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi

dan menambah wawasan pada literatur-literatur ilmu politik

khususnya komunikasi politik.

2. Dari hasil penelitian ini pula diharapkan dapat dijadikan bahan

acuan untuk peneliti berikutnya

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menerangkan tentang komunikasi

seorang sosok tokoh politik dalam membangun komunikasi

politiknya menjelang Pemilihan Kepala Daerah.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi aktor politik

untuk mengetahui proses dan cara mengkampanyekan sosok dalam

membangun komunikasi politik.

Page 12: REVISI OTLEN BESOK

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Politik

Harold D. Laswell menyatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan

proses komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What, In Which

Channel, To Whom, With What Effect (Siapa Mengatak Apa, Melalui Siaran,

Kepada Siapa, dan Dengan Efek Apa). Jawaban dari pertanyaan tersebut

menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban pertanyaan

yang diajukan, yakni:

Komunikator (communicator, source, sender)

Pesan (Message)

Media (channel, media)

Komunikan(communicant,communicare,receiver,recipient)

Efek (effect, impact, influence)

Lebih lanjut lagi Lasswell mengemukakan bahwa fungsi komunikasi

meliputi 3 hal, yaitu:

1. The surveillance of the environment (pengamatan lingkungan). Fungsi ini

merupakan kegiatan mengumpulkan dan menyebarkan informasi

mengenai peristiwa dalam suatu lingkungan, seperti penggarapan dan

penyampaian berita.

2. The correlation of the parts of society in responding to the environment

(korelasi kelompok-kelompok dalam masyarakat ketika menanggapi

lingkungan). Fungsi ini merupakan kegiatan interpretasi terhadap

Page 13: REVISI OTLEN BESOK

13

informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan, seperti

propaganda-propaganda dan tajuk rencana.

3. The transmission of the social heritage from one generation to the next

(transmisi warisan sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain).

Fungsi ini merupakan kegiatan pengkomunikasikan informasi, nilai, dan

norma sosial dari generasi yang satu ke generasi yang lain atau dari

anggota kelompok kepada pendatang baru, seperti kegiatan

pendidikan/pembelajaran.15

Menurut McQuail (1992: 472-243) mengatakan bahwa “Political

Communication all processes of information (including facts, opinions, beliefs,

etc) transmission, exchange and search angaged in by participants in the course

of institutionalized political activities” (Komunikasi Politik adalah semua proses

penyampaian informasi, termasuk fakta, pendapat, keyakinan-keyakinan dan

seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua yang dilakukan oleh para

partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga).16

Dan Nimmo mendefinisikan komunikasi politik sebagai kegiatan

komunikasi yang berdasarkan konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun

potensial) yang mengatur perbuatan manusia di dalam kondisi-kondisi

konflik.17Pandangan ini jika dianalisis lebih menekankan pendekatan konflik,

sehingga jika merujuk pandangan Dan Nimmo ini maka komunikasi politik

15Onong Uchjana Effendy. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : Citra Aditya Bakti, hal. 253.16Parwito. 2008. Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta: Jalasutra, hal. 2.17Dan Nimmo.2005. Komunikasi Politik Komunikator,Pesan dan Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,hal. 124.

Page 14: REVISI OTLEN BESOK

14

merupakan jenis komunikasi yang didalamnya mengatur kepentingan antar

kelompok dalam pranata sosial.

Pendapat yang lebih komprehensif dikemukakan Sumarno yang

mengajukan formulasi komunikasi politik sebagai suatu proses, prosedur dan

kegiatan membentuk sikap dan perilaku politik yang terintegrasi dalam suatu

sistem politik. Dalam ungkapan yang lebih terbuka komunikasi politik

menyangkut hal-hal sebagai berikut: (1) disampaikan oleh komunikator politik,

(2) pesannya berbobot politik yang menyangkut kekuasaan dan negara, (3)

terintegrasi dalam sistem politik.18

Komunikai politik merupakan suatau elemen yang dinamis dan yang

menentukan sosialisasi politik dan partisipasi politik. Sosialisasi politik adalah

proses pembentukan sikap dan orientasi politik pada anggota masyarakat. Melalui

proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan

orientasi terhadap kehiduapan politik yang berlangsung dalam masyarakat.19

Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk

ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,seperti memilih pimpinan Negara

atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.20 Sedangkan menurut

Huntington dan Joan Nelson, partisipasi politik adalah suatu sikap politik yang

mencangkup segala kegiatan atau aktivitas (action) yang mempunyai relavansi

18Sumarno AP.1993. Dimensi-dimensi Komunikasi Politik. Bandung : Citra Aditya Bakti,hal 3

19Syahrial Syarbaini,Rusdiyanta,Doddy Wihardi. 2013. Pengetahuan Dasar Ilmu Politik. Bogor: Ghalia Indonesia,hal. 125

20Ibid hal. 123

Page 15: REVISI OTLEN BESOK

15

politik ataupun hanya memengaruhi pejabat-pejabat pemerintah dalam

pengambilan keputusan pemerintah.21

2.1.1 Unsur-unsur Komunikasi Politik

Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya

(komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) komunikasi politik sebagai

body of knowledge juga terdiri atas berbagai unsur, yakni :

1) Komunikator Politik

Komunikasi politik tidak hanya menyangkut partai poitik, melainkan juga

lembaga pemerintahan legislative dan eksekutif. Dengan demikian, sumber atau

komunikator politik adalah mereka-mereka yang dapat memberi informasi tentang

hal-hal yang mengandung makna atau bobot politik misalnya presiden, mentri,

anggota DPR, MPR, KPU, gubernur, bupati/walikota, politisi, funsionaris partai

politik, fungsionaris Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan kelompok-

kelompok penekan dalam masyarakat yang bias mempengaruhi jalanya

pemerintahan.

2) Pesan Politik

Ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak

tertulis, baik secara verbal maupun non verbal. Tersembunyi maupun terang-

terangan, baik yang disadarimaupun tidak disadari yang isinya mengandung bobot

politik. Misalnya pidato politik, undang-undang kepartaian, undang-undang

pemilu, penyataan politik, artikel atau isibuku/brosur dan berita surat kabar, radio,

televisi dan internet yang berisi ulasan politik dan pemerintahan, spanduk atau

21Leo Agustino. 2009.Pilkada Dan Dinamika Politik Lokal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 188

Page 16: REVISI OTLEN BESOK

16

baliho, iklan politik, propaganda, makna logo, warna baju atau bendera dan

semacamnya.

3) Saluran atau Media Politik

Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para

komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media

cetak, yaitu surat kabar, tabloid, majalah. Media elektronik, misalnya film, radio,

televisi, komputer, internet. Media format kecil, misalnya leaflet, brosur,

selebaran, stiker, bulletin. Media luar ruang (out door media), misalnya baliho,

spanduk, reklame, bendera, jumbai, pin, logo, topi, rompi, kaos oblong, kalender,

blok note dan segala sesuatunya yang biasa digunakan untuk membangun citra

(image building).

4) Sasaran atau Target Politik

Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberi

dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat dalam

pemilihan umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh, perempuan,

ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, mahasiswa, petani, yang berhak memilih

maupun pelajar dan siswa yang akan memilih setelah cukup usia.

5) Pengaruh atau Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman

terhadap system pemerintahan dan partai-partai politik, dimana nuansanya akan

bermuara pada pemberian suara dalam pemilihan umum. Pemberian suara sangat

menentukan terpilih tidaknya seorang kandidat untuk posisi mulai tingkat

presiden dan wakil presiden, angota DPR, MPR, gubernur, dan wakil gubernur,

Page 17: REVISI OTLEN BESOK

17

bupati dan wakil bupati, walikota dan wakil walikota sampai pada tingkat

DPRD.22

2.1.2 Saluran-Saluran Komunikasi Politik.

Istilah struktur Komunikasi oleh Almond dan Powell (1966), jugadiartikan

sebagai saluran komunikasi, diantaranya adalah :

a) Struktur wawanmuka (face-to face) informal, yaitu : merupakan saluran

yang efektif dalam penyampaian pesan-pesan politik. Di samping struktrur

yang formal dalam sebuah organisasi, selaluterdapat struktur informal

yang “membayangi”nya. Saluran ini bersifat bebas dalam arti tidak terikat

oleh struktur formal, namun tidak semua orang dapat akses ke saluran ini

dalam kadar yang sama.

b) Struktur sosial tradisional, yaitu sebuah saluran komunikasi yang

ditentukan oleh posisi sosial pihak yang berkomunikasi (khalayak atau

sumber). Artinya pada lapisan mana yang bersangkutan berkedudukan dan

(tentunya akan menentukan pula) akses yang disusunan sosial masyarakat

tersebut.23

c) Struktur masukan (input) politik, yaitu : struktur yang memungkinkan

terbentuknya / dihasilkannya input bagi sistem politik yang dimaksud,

yang termasuk struktur input adalah serikat pekerja, kelompok-kelompok

kepentingan, dan partai politik.24

22Hafied Cangara.2009. Komunikasi Politik : Konsep ,Teori ,dan Strategi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,hal. 3723Zulkarimein Nasution. 1990 . Komunikasi Politik Suatu Pengantar. Jakarta : Ghalia Indonesia,hal. 57 24Ibid hal. 59

Page 18: REVISI OTLEN BESOK

18

d) Struktur output, yaitu : struktur formal dari pemerintah. Struktur

pemerintahan , khususnya birokrasi, memungkinkan pemimpin-pemimpin

politik mengkomunikasikan petunjuk bagi pelaksanaan peraturan-

peraturan untuk bermacam pemegang jabatan politik dengan cara yang

efisien dan jelas.25

e) Saluran media massa adalah saluran yang penting dalam sebuah

komunikasi politik. Media massa selalu mempunyai peranan tertentu

dalam menyalurkan pesan, informasi, dan political content di tengah

masyarakat. Serta sangat terkait akan pembentukan opini publik.26

2.2 Konsep Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

Pilkada adalah ajang penyaluran aspirasi politik masyarakat lokal untuk

memilih pemimpin di daerahnya yang memiliki integritas pribadi yang baik dan

jujur, sehingga pemerintahan dapat berjalan secara demokratis.27

Dalam peraturan perundang-undangan, pemilihan gubernur di atur dalam

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU No. 32

tahun 2004) merupakan Undang-Undang (UU) yang mengatur secara gamblang

tentang Pemerintahan Daerah (Perda). Pasal 56 (1) undang-undang No.32 tahun

2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa kepala daerah dan wakil

kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara

demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia jujur dan adil

(2) pasangan calon sebagai mana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai

25Ibid hal. 6026Ibid hal. 6127 Leo Agustino,Op Cit hal 40

Page 19: REVISI OTLEN BESOK

19

politik atau gabungan partai politik.28Sedangkan didalam perubahan UU No.32

Tahun 2004, yakni UU No.12 Tahun 2008, Pasal 59 ayat 1b, calon kepala daerah

dapat juga diajukan dari calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.

Pilkada merupakan tonggak sejarah penting bagi pengembangan

demokrasi di tingkat lokal. Dimana pada masa sebelumnya pilkada dilakukan

secara perwakilan oleh DPRD yang dalam praktiknya diwarnai manipulasi oleh

antar elit. Mereka yang mengklaim mewakili rakyat telah melakukan berbagai

bentuk penyimpangan dan distorsi dalam melaksanakan pemilihan kepala daerah.

Menurut Abdul Asri Harahap bahwa pilkada bukan hanya memilih

penguasa daerah tetapi lebih merupakan mencari pemimpin yang mampu

melayani dan mengabdi untuk kepentingan sebuah rakyatnya.29 Pola pikir lama

yang lebih menempatkan kepala daerah sebagai penguasa yang harus diubah

secara radikal menjadi pemimpin yang sesungguhnya bertugas memberikan

pelayanan kepada masyarakat.

Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan

daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah

Daerah dan Dewan Perwakilan Derah (DPRD). Secara umum kepala daerah

adalah kepala pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis. Kepala daerah

dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil Kepala Daerah, dan

perangkat daerah (UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah). Semua

tingkatan daerah di Indonesia diberikan hak untuk menyelenggarakan pemilihan

28UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah29Abd. Asri Harahap. 2005. Manajemen dan Resolusi Konflik Pilkada. Jakarta :PT.Pustaka Cidesindo,hal. 115

Page 20: REVISI OTLEN BESOK

20

kepala daerah secara langsung, dengan tujuan agar rakyat di daerah yang

bersangkutan dapat secara bebas dan bertanggung jawab memilih kepala

daerahnya yang berkualitas.

Penguatan demokrasi lokal melalui pemilihan ini adalah bagian dari

pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Upaya penguatan

demokrasi lokal melalui pemilukada langsung ini adalah mekanisme yang tepat

sebagai bentuk terobosan atas mandegnya pembangunan demokrasi di tingkat

lokal.30Pemilihan kepala daerah secara lansung dimulai pada tahun 2005, yang

diseleggarakan di 226 daerah, yang meliputi 11 Propinsi, 180 kabupaten dan 35

kota.31

Dalam kaitannya dengan fungsi dasar pemilihan umum tersebut, akan ada

beberapa fungsi dari pemilukada yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain,

yaitu:

a) Sebagai Sarana Legitimasi Politik.

b) Fungsi Perwakilan Politik

c) Sebagai Sarana Pendidikan Politik Masyarakat

Proses pemilihan kepala daerah secara langsung senantiasa diharapkan

dapat membawa perubahan berdemokrasi kearah yang lebih baik, serta dapat pula

memperkokoh semangat demokrasi di daerah khususnya. Dalam proses

penyelenggaraannya pemilihan kepala daerah berlangsung secara bertahap.

Tahapan dalam pelaksanaannya dapat dilihat sebagai berikut :

1. Pendaftaran pemilih calon bupati dan wakil bupati

30H.Rudini. 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Hal 139.31Kacung Marijan.2006. Demokratisasi di Daerah. Hal 18

Page 21: REVISI OTLEN BESOK

21

2. Penentuan calon bupati dan wakil bupati

3. Proses administrasi pengadaan dan pendistribusian logistik

4. Pengadaan kampanye

5. Pemungutan dan penghitungan suara

6. Tahap penyelesaian (tahap evaluasi hasil pelaksanaan pemilihan kepala

daerah).32

Pilkada secara langsung diselenggarakan dengan sistem dua putaran.

Artinya, kalau pada putaran pertama tidak ada calon yang memperoleh suara

minimal yang ditentukan, akan diadakan putaran kedua dengan peserta dua pasang

calon yang memperoleh suara terbanyak. Yang menjadi tujuan pokok adalah

adanya pasangan calon yang terpilih mempunyai legitimasi kuat dengan perolehan

suara 50% plus satu (mayoritas mutlak). Seandainya pada putaran kedua tidak ada

yang memperoleh suara 50% plus satu, yang akan dijadikan pertimbangan untuk

menentukan pemenang adalah kemerataan dukungan suara di tingkat

kabupaten/kota. Dalam suatu masyarakat demokratis, rakyat berperan tidak untuk

memerintah atau menjalankan keputusan–keputusan politik. Namun terdapat

pemilihan umum yang berperan untuk menghasilkan suatu pemerintah atau suatu

badan penengah lainnya yang pada gilirannya menghasilkan suatu eksekutif

nasional dan pemerintah.33

Terkait dengan UU ini saat ini sedang hangat diperbincangkan tentang

“Pemilihan Kepada Daerah oleh DPRD”. Jika dikaitkan dengan demokrasi yang

merupakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemahaman

32Supriyanto. 2008. Peraturan Pemilihan Kepala Daerah.33Tesis Sugiprawaty, Etnisitas, Primordialisme, Dan Jejaring Politik Di Sulawesi Selatan (Studi Pilkada Di Sulawesi Selatan Th 2007-2008), Hal. 10

Page 22: REVISI OTLEN BESOK

22

sederhana yang dapat digambarkan atas sebuah demokrasi. Demokrasi ini

dituangkan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945 (UUD NRI 1945), yaitu “kedaulatan berada di tangan rakyat

dan dilaksanakan menurut Undang-Undang”.

Pemilihan kepala daerah merupakan rekruitmen politik yaitu penyeleksian

rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah seperti

pemilihan gubernur, dan wakil gubernur.34 Pilkada merupakan salah satu kegiatan

yang nilainya equivalen dengan pemilihan anggota DPRD. Terjadi perubahan

terkait perubahan dari Pilgub menjadi Pikada dikarenakan konsep otonomi daerah

yang dijelaskan pada semangat desentralisasi, sejak tahun 2005 Pemilu Kepala

Daerah dilaksanakan secara langsung (Pemilukada/Pilkada). Semangat

dilaksanakannya Pilkada adalah koreksi terhadap sistem demokrasi tidak langsung

(perwakilan) di era sebelumnya, dimana Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

dipilih oleh DPRD, menjadi demokrasi yang berakar langsung pada pilihan

rakyat (pemilih). Melalui Pilkada, masyarakat sebagai pemilih berhak untuk

memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya,

tanpa perantara, dalam memilih Kepala Daerah.

. Secara ideal tujuan dari dilakukannya Pilkada adalah untuk mempercepat

konsolidasi demokrasi di Republik ini. Selain itu juga untuk mempercepat

terciptanya good governance karena rakyat bisa terlibat langsung dalam proses

pembuatan kebijakan. Hal ini merupakan salah satu bukti dari telah berjalannya

34 Joko J. Prihatmoko.2005.Pemilihan Kepala Daerah Langsung: filosofi,sistem,dan problema penerapan di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 203

Page 23: REVISI OTLEN BESOK

23

program desentralisasi. Daerah telah memiliki otonomi untuk mengatur dirinya

sendiri , bahkan otonomi ini telah sampai pada taraf otonomi individu .

Selain semangat tersebut, sejumlah argumentasi dan asumsi yang

memperkuat pentingnya Pilkada adalah: Pertama, dengan Pilkada dimungkinkan

untuk mendapatkan kepala daerah yang memiliki kualitas dan akuntabilitas.

Kedua, Pilkada perlu dilakukan untuk menciptakan stabilitas politik dan

efektivitas pemerintahan di tingkat lokal. Ketiga, dengan Pilkada terbuka

kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan nasional karena makin

terbuka peluang bagi munculnya pemimpin-pemimpin nasional yang berasal dari

bawah dan/atau daerah.

2.3 Gagasan Politik (Konsep Politik)

Konsep politik lahir dalam pikiran (mind) manusia dan bersifat abstrak.

Konsep digunakan dalam menyusun generalisasi abstrak mengenai beberapa

phenomena, yang disebut sebagai teori. Berdasarkan pengertiannya, teori politik

bisa diakatakan sebagai bahasan dan generalisasi dari phenomena yang bersifat

politik.

Menurut Thomas P. Jenkin dalam The Study of Political Theory, teori

politik dibedakan menjadi dua, yaitu :

a) Norms for political behavior, yaitu teori-teori yang mempunyai dasar

moril dan norma-norma politik. Teori ini dinamakan valuational

(mengandung nilai). Yang termasuk golongan antara lain filsafat politk,

teori politik sistematis, ideologi, dan sebagainya.

Page 24: REVISI OTLEN BESOK

24

b) Teori-teori politik yang menggambarkan dan membahas phenomena dan

fakta-fakta politk dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai

(non valuational), atau biasa dipakai istilah “value free” (bebas nilai).

Biasanya bersifat deskriptif dan berusaha membahas fakta-fakta politk

sedemikian rupa sehingga dapat disistematisir dan disimpulkan dalam

generalisasi-generalisasi.35

Teori-teori dasar politik dibagi menjadi tiga golongan :

1. Filsafat politik (political philosophy)

Yaitu mencari penjelasan berdasarkan ratio. Pokok pikiran dari filsafat

politik ialah persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta harus

dipecahkan dulu sebelum persoalan-persoalan politik yang dialami oleh tokoh

polittik tersebut.

2. Teori politik sistematis (systematic political theory)

Yaitu mendasarkan diri atas pandangan-pandangan yang sudah lazim

diterima pada masanya. Dengan kata lain teori ini hanya mencoba merealisasikan

norma-norma dalam suatu program politk.

3. Ideologi politik (political ideology)

Yaitu himpunan nilai-nilai, ide, norma, kepercayaan dan keyakinan, yang

dimiliki seorang atau sekelompok orang, atas dasar mana dia menentukan

sikapnya terhadap kejadian dan problema politk yang dihadapinya dan yang

menentukan tingkah lakunya.

2.3.1 Teori Pemasaran Politik

35Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,hal. 43

Page 25: REVISI OTLEN BESOK

25

Di masa modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini, pemasaran

politik sudah menjadi elemen yang sudah tidak lagi bisa di lupakan.

Permasalahannya terletak pada sampai dimana kemampuan partai politik dan para

politisi membuat sebuah konsep pemasaran politik yang baik dan efektif. Secara

dinamis struktur masyarakat telah banyak mengalami perubahan. Masyarakat

telah berubah menjadi masyarakat yang mandiri, menginginkan transparansi,

memiliki mobilitas yang tinggi, serta memiliki peluang untuk berkomunikasi dan

mendapatkan informasi dengan cepat dan biaya yang terjangkau.

Keefektifan pemasaran politik ditandai dengan kemampuan merumuskan

satu fokus masalah dan sasaran yang akan dituju oleh partai poltik dan politisi.

Pengenalan akan konstituen dan simpatisan harus secara cermat dilakukan serta

tidak lupa juga selalu melihat dan mengamati apa saja yang dilakukan oleh para

saingan politiknya. Dengan demikian perumusan akan citra target yang diinginkan

dan pembidikan target yang fokus akan dengan mudah dilakukan. Pengenalan

akan karakter masyarakat yang dijadikan target politik harus dengan cermat

dilakukan agar komunikasi politik yang sedang dijalankan dengan mudah

dimengerti oleh masyarakat tersebut. Misalnya apabila masyarakat targetannya

adalah petani maka tema komunikasi politik yang di usung adalah soal pertanian,

dan sebagainya. Dan untuk meyakinkan mereka akan produk politik yang mereka

pilih, tentu saja partai politik tidak cukup melakukan kampanyenya hanya pada

saat mendekati pemilu saja, melainkan harus permanen dan berkesinambungan.

Seperti marketing politik sebagai konsep permanen yang harus dilakukan terus-

Page 26: REVISI OTLEN BESOK

26

menerus oleh sebuah partai politik atau kontestan dalam membangun kepercayaan

dan image publik.36

Seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman bentuk-bentuk

pemasaran politik juga mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Ada 3

(tiga) komponen yang mempengaruhi bentuk-bentuk pemasaran politik, yaitu

terdiri dari:

1. Bentuk Tradisional

Dalam pemasaran politik tradisional dapat dibagi menjadi 2 (dua)

komponen. Dimana komponen-komponen tersebut adalah :

a) Bentuk Interaktif

Bentuk interaktif ini dianggap paling sering dilakukan oleh para

calon yang akan merebut kursi kekuasaan politik dalam pemilu. Para calon

atau para politisi dapat bertemu langsung atau bertatap muka kepada

masyarakat sehingga dapat menyampaikan visi dan misi secara langsung

dengan cara berkomunikasi dihadapan para masyarakat pendukung.

“bertemu langsung atau face to face” adalah metode yang memiliki

kekuatan untuk meciptakan citra positif para calon di mata para

masyarakat. Namun bentuk interaktif ini memiliki kelemahan. Kelemahan

bentuk interaktif ini terletak pada keterbatasan jumlah masyarakat untuk

melakukan interaksi langsung dengan para politisi atau calon serta

keterbatasan waktu para politisi atau calon dalam mengkampanyekan visi

36 Firmanzah Ph.D. 2008. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal. 156

Page 27: REVISI OTLEN BESOK

27

dan misi mereka kepada target yang kecil (narrow target) dan target luas

(wide target).

b) Bentuk Non Interaktif (berjalan tidak langsung)

Yang membedakan bentuk interaksi langsung diatas dengan bentuk

interaktif tidak langsung ini terletak pada masalah feedback. Jika interaksi

langsung seperti yang telah dijelaskan diatas memerlukan feedback dari

masyarakat maka bentuk interaksi tidak langsung ini tidak memerlukan

feedback. Cara yang ditempuh politisi atau calon dalam bentuk ini adalah

melalui media “format kecil” misalnya poster, spanduk, billboard, papan

reklame, baliho, dan sebagainya. Media format kecil ini hanya sekedar

bentuk komunikasi namun yang terpenting muatan konsep komunikasi

yang terkandung didalamnya, terutama konsep tersebut harus mampu

mewakili maksud produsen mempublikasikan produknya sehingga konsep

tersebut dapat dipahami oleh khalayak. Namun perlu disadari media

format kecil ini senantiasa mengemas informasi yang berbeda dengan

kenyataan bahkan sampai memanipulasi informasi yang di transfer

sehingga sering tercipta “lebih indah” dari warna aslinya.

2. Bentuk Audiovisul

Media atau medium dalam ilmu komunikasi sering disebut sebagai sarana

pengiriman pesan (tools message sender) atau dengan kata lain sebagai sarana

komunikasi (communication chanel). Seiring dengan revolusi teknologi informasi,

komunikasi politik era digital saat ini adalah wujud dari kehidupan politik

informasional. Hal ini disebabkan karena cara yang sangat berbeda jika

Page 28: REVISI OTLEN BESOK

28

dibandingkan dengan politik pada masa lalu yang lebih menggunakan cara-cara

yang konvensional. Era digital mampu membawa budaya politik berpindah dari

cara-cara manual menjadi ajang pertukaran nilai pesan melalui media, baik

konvensional maupun media baru. Contoh dalam hal kampanye, mengumpulkan

massa di suatu tempat terbuka bukan lagi cara dominan, akan tetapi telah berubah

menjadi kampanye melalui televisi. Media massa bertujuan menyampaikan pesan

beraneka ragam daan aktual tentang lingkungan sosial politik. Media pada

prinsipnya merupakan saluran untuk mengatakan gagasan atau ide, isi dan

kesadaran manusia. Media yang menyalurkan gambar hidup dan dapat ditangkap

oleh mata dan telinga sekaligus dinamakan the audio visual media. Media ini

terdiri dari film, video, televisi.

3. Kemunculan/Perkembangan Internet

Dalam komunikasi politik semua bentuk media (baik old media maupun

new media) dapat digunakan karena tujuan utama komunikasi poltik adalah

membentuk pendapat umum dan mempengaruhi sikap khalayak dalam masa-masa

pemilihan umum. Komunikator politik harus cermat dalam memilih bentuk media

karrena media mempunyai kekuatan ditengah masyarakat.37 Perkembangan

teknologi menghasilkan kemudahan akses kepada siapa saja termasuk didalam

proses kampanye dan demokrasi. Kemunculan teknologi baru sebagai media

komunikasi difokuskan pada internet. Di era digital seperti sekarang ini, sektor

politik pun mengalami perubahan yang cukup signifikan dengan internet, proses

37 Pawito. 2009. Komunikasi Politik:Media Massa dan Kampanye Pemilihan . Jogjakarta : Jalasutra, Hal.104

Page 29: REVISI OTLEN BESOK

29

membuat keputusan akan lebih mudah dijalankan dimana setiap individu

mempunyai hak yang sama dan dapat berkomunikasi secara tatap muka.

Melalui internet komunikasi politik dapat dilakukan dengan menyertakan

jutaan orang dari seluruh dunia tanpa adanya hubungan yang bersifat pribadi.

Khalayak yang tercipta oleh internet merupakan masyarakat yang terbentuk dari

jaringan computer yang disebut dengan masyarakat maya (cyber space).

Kehadiran internet mendorong retorika, propaganda, kampanye, public relation

politik berkembang lebih pesat lagi. Keunggulan internet yang tidak dimiliki oleh

media yang lain yaitu kecepatan akses yang tidak memiliki delay effect dalam arti

segala peristiwa yang terjadi dapat diakses secara langsung, cepat, dan pada waktu

itu juga. Namun dibeberapa negara berkembang seperti Indonesia akses internet

ini masih hanya bisa digunakan oleh golongan masyarakat tertentu khususnya

masyarakat golongan menengah keatas. Mudahnya akses internet sampai ke

ruang-ruang kerja induvidu dapat dimanfaatkan untuk pembentukan opini publik.

Segala isu dapat terbuka dan bebas ditransfer melalui internet takpula ketinggalan

aktivitas marketing politik pun telah menggunakan teknologi ini untuk perekrutan,

komunikasi, transfer ide dan gagasan, publikasi, iklan, dan polling politik.

Dapat disimpulkan bahwa bentuk tradisional, bentuk audiovisual, dan

perkembangan internet telah memberikan dampak positif bagi pendidikan

masyarakat terutama dalam pengetahuan berpolitik.

2.3.2 Teori Citra Politik

Salah satu konsekuensi kognitif dari komunikasi politik yang sangat

penting adalah terbentuknya citra politik yang baik bagi khalayak terhadap

Page 30: REVISI OTLEN BESOK

30

politikus atau pemimpin politik atau partai politiknya. Citra politik juga dapat

terbentuk dari proses pembelajaran politik ataupun juga sosialisasi politik yang

berlangsung terus-menerus.

Citra politik terbentuk atau terbangun dari informasi yang kita terima baik

langsung maupun melalui media politik termasuk media massa. Citra politik

sendiri dapat diartikan sebagai gambaran diri yang ingin diciptakan seorang tokoh

masyarakat.

Citra politik tersusun melalui persepsi yang bermakna tentang gejala

politik, yang kemudian memaknai gejala itu dengan nilai, kepercayaan dan

pengharapan yang berangkat dari pendapat pribadi kemudian dikembangkan

menjadi pendapat umum.

Pemilihan wakil rakyat dan kepala daerah secara langsung telah membuat

semakin pentingnya citra seorang figur maupun sebuah partai di mata

konstituennya. Kandidat yang akan bertarung akan berusaha semaksimal mungkin

membangun citra politiknya di masyarakat, baik melalui media perantara atau

terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat.

Menurut Piliang, pencitraan politik adalah sesuatu yang tampak oleh indra

tapi tidak memiliki eksistensi substansial karena ketertutupan realitas.

Ketertutupan substansi tersebut jika berjalan terus-menerus akan menghasilkan

implikasi yang kurang baik bagi sistem politik, karena popularitas seorang tokoh

atau institusi politik tidak berpijak pada kualitas politik yang sesungguhnya.38

Citra politik ini sangat berpengaruh terhadap popularitas seseorang atau

sebuah institusi dalam hal ini partai, dimana jika citra seseorang atau partai baik,

38Pahmi S.Y. 2010. Politik Pencitraan. Jakarta : Gaung Persada Press,hal. 7

Page 31: REVISI OTLEN BESOK

31

maka meningkat pula popularitasnya, dalam hal ini semakin baik citra partai

tersebut, maka akan semakin banyak yang menyukai dan mendukung partai

tersebut. sebaliknya, citra kepopuleran dan simbol yang diciptakan akan jatuh

bilamana mendapat serangan politik dari figur maupun partai. Simbol-smbol yang

dibangun akan melemah jika telah hadir kekuatan baru yang mampu menandingi

kekuatan yang telah dikonstruksi.

Dalam hal ini media massa sangat berpengaruh dalam pembentukan citra

politik atau membentuk persepsi politik khalayak. Berita politik tentang tokoh

politik, partai politik, dan kebijakan politik dapat menimbulkan penafsiran yang

berbeda dan citra politik yang berbeda bagi masing-masing orang. Itulah sebabnya

citra politik diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realitas politik yang

tidak harus sesuai dengan yang sebenarnya.

Lee Loevinger dalam Anwar Arifin, menyajikan teori komunikasi massa

yang disebut sebagai reflective-projective theory. Asumsi dasar teori ini bahwa :

“Media massa adalah cermin masyarakat yang merefleksikan suatu citra yang

menimbulkan banyak tafsiran. Justru itu, setiap orang dapat memproyeksikan diri

dan citranya. Media massa mencerminkan citra masyarakat dan sebaliknya

khalayak memproyeksikan citranya pada penyajian media massa.”39

Citra politik juga berkaitan dengan sosialisasi politik. Karena citra politik

terbentuk melalui proses pembelajaran politik, baik secara langsung maupun

pengalaman empirik. Sosialisasi politik yang dapat mendorong terbentuknya citra

politik dapat mendorong seseorang atau institusi mengambil peran dalam politik

dengan berbagai cara.

39 Lee Loevinger dalam Anwar Arifin. Komunikasi Politik, 2006. Hal. 110-111

Page 32: REVISI OTLEN BESOK

32

2.4 Kekuasaan

Di dalam ilmu politik dikenal istilah “kekuasaan” sebagai suatu definisi

dan konsep pokok dari ilmu politik. Keduanya melekat bersamaan dan sering kali

dalam pembahasan tertentu, masing-masing darinya tidak bisa berdiri sendiri.

Konsep kekuasaan ini dilihat sebagai hubungan antara dua atau lebih kesatuan,

sekurang-kurangnya terdapat dua pihak (pihak menguasai dan pihak dikuasai)

untuk keberlangsungan kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan tersebut

memiliki sifat hubungan relasional.

Merujuk pada definisinya, kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau

sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok

lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan

dan tujuan dari orang yang memiliki kekuasaan tersebut. Pelaku dari praktek

kekuasaan meliputi individu, sekelompok orang, atau suatu kolektifitas.40

Kemampuan seseorang atau sekelompok orang tersebut diakui secara

sadar maupun tidak sadar, secara terpaksa maupun sukarela oleh yang

mengikutinya. Fenomena kekuasaan ini sering kali kita lihat contoh nyatanya

dalam kehidupan sehari-hari, sangat dekat dengan kita, sehingga fenomena

kekuasaan ini menjadi hal yang sangat biasa tanpa kita sadari, bahkan dalam

kehidupan kita berkeluarga pada saat terjadinya interaksi antar sesama anggota

keluarga.

Kekuasaan tidak disandang atau datang begitu saja kepada seseorang

ataupun kelompok, terdapat asal-muasal hadirnya kekuasaan sehingga melekat

pada diri seseorang. Sumber kekuasaan tersebut beraneka ragam bentuknya, yang

40Ibid hal.64

Page 33: REVISI OTLEN BESOK

33

nantinya ikut mempengaruhi bentuk relasi antara orang yang berkuasa dengan

yang dikuasai. Sumber kekuasaan seseorang atau kelompok tersebut terdapat

dalam berbagai segi. Dapat bersumber pada fisik, sumber daya ekonomi, keahlian,

normatif, dan personal.41

2.5 Pengaruh Politik

Berhubungan erat dengan masalah kekuasaan adalah pengaruh (influence),

sehingga sering dikatakan bahwa pengaruh adalah bentuk lunak dari kekuasaan,

atau sebaliknya pengaruh sebagai konsep pokok dan kekuasaan sebagai bentuk

khususnya.42 Dalam hal ini biasanya seseorang yang memiliki kekuasaan juga

mempunyai pengaruh di dalam maupun di luar bidang kekuasaannya. Tetapi tidak

semua orang yang mempunyai kekuasaan yang sama, mempunyai pengaruh yang

sama besarnya karena masalah pengaruh berkaitan dengan pribadi seseorang yang

memegang kekuasaan.

Tidak sedikit yang menganggap bahwa antara kekuasaan dan pengaruh

adalah sama. Sampai akhirnya beberapa ahli menguraikan keduanya berdasarkan

pendapat apakah kekuasaan dan pengaruh merupakan dua konsep yang berbeda

atau salah satu diantaranya merupakan konsep pokok dan yang lainnya merupakan

bentuk khususnya.

Norman Barry, seorang ahli, menyatakan bahwa pengaruh adalah suatu

tipe kekuasaan, yang jika seorang dipengaruhi agar bertindak dengan cara

tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman

41Andrain dikutip dari Lili Romli dan Taftazani. Demokrasi Lokal dan Pemilukada. Jurnal Demokrasi dan Ham, 2006. Hal. 9 42Miriam Budiardjo,Op Cit

Page 34: REVISI OTLEN BESOK

34

sanksi terbuka bukan merupakan motivasi pendorongnya. Dengan demikian, dapat

dikatakan pengaruh tidak bersifat terikat untuk mencapai sebuah tujuan.

Sedangkan Robert Dahl melihat kekuasaan sebagai konsep pokok dan

mengatakan: “A mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B

untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan.”43

Pengaruh biasanya bukan faktor satu-satunya yang menentukan tindakan

pelakunya, dan masih bersaing dengan faktor lainnya. Bagi pelaku masih ada

faktor lain yang menentukannya bertindak. Walaupun pengaruh sering kurang

efektif dibandingkan kekuasaan, pengaruh lebih unggul karena terkadang ia

memiliki unsur psikologis dan menyentuh hati, dan karena itu sering berhasil.

2.6 Teori Persuasi politik

Secara umum persuasi mengandung makna proses,usaha,dan tindakan

yang berorientasi pada tujuan. Makna itu tercermin dari pengertian atau definisi

persuasi yang dikemukakan oleh para ahli, seperti William J. McGuire, Carl J.

Hovland,Erwin P. Bettinghaus. Dan Talcott Parsons. William J. McGuire,

misalnya mengartikan persuasi adalah mengubah sikap dan perilaku orang dengan

menggunakan kata-kata lisan dan tertulis. Sedangkan, Carl J. Hovland

mengartikan persuasi adalah menanamkan opini baru. Persuasi sebagai usaha

terlihat dalam definisi Erwin P. Bettinghaus, yaitu usaha yang disadari untuk

mengubah sikap, kepercayaan,atau perilaku orang melalui transmisi pesan.

Sedangkan yang berorientasi tujuan seperti tampak dalam pengertian persuasi

Talcott Parsons, yaitu komunikasi yang bertujuan atau berkepentingan.44

43Ibid hal. 6744Dan Nimmo,Op Cit hal 119

Page 35: REVISI OTLEN BESOK

35

Dari pengertian tersebut dapat disebutkan tiga karakteristik persuasi atau

proes persuasi, yaitu (1) melibatkan tujuan,(2) bersifat dialektis, (3) menimbulkan

respon atau tanggapan. Baik disengaja maupun tidak disengaja,persuasi tetap

melibatkan tujuan. Persuasi bersifat dialektis karena tidak sekedar imbauan atau

yang bersifat satu arah,tetapi keduanya saling mempersuasi sehingga terjadi

pertukaran simbol dan membentuk citra kolektif. Persuasi juga menimbulkan

tanggapan berupa tindakan yang berisi ungkapan opini yang merefleksikan

perubahan dalam perepsi ,kepercayaan ,nilai, dan pengharapan.

Bila pengertian dan karakteristik persuasi tersebut dikaitakan dengan

politik, pengertian persuasi politik adalah persuasi dalam pembicaraan politik.

Sebab, dalam pembicaraan politik secara sadar atau tidak sadar orang yang turut

serta dalam politik bertujuan membuat orang lain dengan cara yang mungkin tidak

akan dilakukannya jika tidak ada persuasi-mengubah persepsi,pikiran,perasaandan

pengharapan. Karena itu, Dan Nimmo mensyaratkan bahwa pembicaraan

pengaruh harus identik dengan saling memberi dan menerima diantara pihak-

pihak yang terlibat.45

Dilihat dari cara operasi dan medianya, persuasi dikategorikan menjadi

tiga yakni propaganda, periklanan, dan retorika.46

Persuasi propaganda

Propaganda adalah komunikasi yang ditujukan kepada suatu kelompok

terorgaanisasi. Propaganda ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam

tindakan-tindakan suatu kelompok yang terdiri atas individu-individu yang

45Ibid hal. 12146Ibid hal. 123

Page 36: REVISI OTLEN BESOK

36

dipersatukan secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan

didalam suatu organisasi.

Persuasi politik menggunakan iklan

Perbedaan persuasi politik menggunakan iklan dengan propaganda terletak

pada identifikasi pada suatu kelompok. Jika propaganda ditujukan pada individu

sebagai anggota kelompok persuasi politik melalui iklan adalah persuasi ditujukan

pada masyarakat sebagai individu tunggal yang independen

Persuasi politik menggunakan retorika

Perbedaan penting antara retorika dengan dua bentuk persuasi yang

disebut sebelumnya terletak pada alur aliran pesan. Jika iklan dan propaganda

adalah komunikasi satuarah dimana orang yang dipersuasi tidak membalas

mempersuasi persuader maka retorika adalah komunikasi dua arah. Dimana

komunikaan dan khalayaknya saling bertukarperan sebagai komunikator dan

saling mempersuasi satu sama lain.

2.7 Teori Trias Politica Monstesquieu

Teori teori dalam Trias Politika di dasari dengan teori fungsi legislatif,

fungsi eksekutif, fungsi yudikatif baik teori oleh Locke maupun Montesqiueu.

1. Lembaga Legislatif

Dilihat dari kata Legislate yang bermakna lembaga yang bertugas

membuat undang-undang. Namun tidak hanya sebatas membuat undang-undang,

melainkan juga merupakan wakil rakyat atau badan parlemen. Pernyataan ini

didasari oleh teori kedaulatan rakyat yaitu teori yang bertentangan dengan teori

Page 37: REVISI OTLEN BESOK

37

monarki dan absolutisem. Jadi hakikatnya badan legislatif digunakan untuk

mencegah terjadinya tindakan sikap absolut dari pemerintah pusat atau presiden.

2. Lembaga Eksekutif

Secara umum arti lembaga eksekutif adalah pelaksanaan pemerintah yang

dikepalai oleh presiden yang dibantu pejabat, pegawai negeri, baik sipil maupun

militer. Sedangkan wewenang menurut Miriam Budiardjo mencangkup beberapa

bidang:

a. Diplomatik: menyelenggarakan hubungan diplomatik dengan

negara-negara lainnya.

b. Administratif: melaksanakan peraturan serta perundang-undangan

dalam administrasi negara.

c. Militer: mengatur angkatan bersenjata, menjaga keamanan negara

dan melakukan perang bila di dalam keadaan yang mendukung.

3. Lembaga Yudikatif

Lembaga ini merupakan lembaga ketiga dari tatanan politik Trias Politica

yang berfungsi mengontrol seluruh lembaga negara yang menyimpang atas

hukum yang berlaku pada negara tersebut. Fungsi Lembaga Yudikatif adalah

sebagai alat penegakan hukum, penyelesaian penyelisihan, hak menguji apakah

peraturan hukum sesuai atau tudak dengan UUD dan landasan Pancasila, serta

sebagai hak penguji material.47

2.8 Konsep Pemikiran

47Miriam Budiardjo,Op Cit hal 151 Komunikasi Politik JB

Page 38: REVISI OTLEN BESOK

38

(Sumber : peneliti 2015)

2.9 Kerangka Pemikiran

Didasari oleh semakin intensnya komunikasi yang dilakukan seorang

sosok/tokoh dalam masa menjelang kampanye politik, mulai dari bagaimana pola

komunikasi politik Mulyadi Jayabaya menjelang pilkada Banten 2017. Untuk itu

peneliti mengerucutkan menjadi sebuah kerangka berpikir penelitian sebagai

bentuk sinkronisasi pemikiran agar mempermudah peneliti dalam menjalankan

penelitian.

Wawancara

Sasaran Politik JB

Saluran atau Media Politik

JB

Pengaruh Komunikasi

Politik JB

Pesan Politik JB

JB Sebagai Komunikator

Politik

Unsur PolitikMenurut Cangara

Komunikasi Politik

Komunikator Pesan Komunikan Efek

Page 39: REVISI OTLEN BESOK

39

(Sumber : peneliti 2015)

2.10. Penelitian Sebelumnya

Terdapat penelitian lain yang dianggap relevan dan ada keterkaitan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Terutama penelitian “Strategi Komunikasi

Politik dalam Pilkada (Studi Kasus Strategi Pemenangan Pasangan Ratu Atut dan

Rano Karno dalam memenangkan Pilkada Banten 2011)”tersebut sama-sama

meneliti tentang bagaimana komunikasi politik berpengaruh dalam suatu

pemilihan umum atau pilkada. Kemiripan suatu penelitian pasti ada namun

Wawancara

Gagasan Politik

Teori Pemasaran Politik Teori citra Politik

Page 40: REVISI OTLEN BESOK

40

tujuan dari suatu penelitian pasti berbeda. Oleh karena itu tampilan penjelasan

dari ketiga penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan dengan penelitian

saya dan juga sebagai bahan pembelajaran sekaligus melengkapi dari penelitian

sebelumnya.

No Item Muhamad Rosit

Unversitas Indonesia

Trami Vidya Veliyanti

Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa

Anita M Dasyo

Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa

1 Judul Strategi Komunikasi

Politik dalam Pilkada

(Studi Kasus Strategi

Pemenangan Pasangan

Ratu Atut dan Rano

Karno dalam

Strategi Komunikasi

Politik Dalam

Memenuhi Kuota 30 %

Keterwakilan

Perempuan Di

Bagaimana

Komunikasi

PolitikMulyadi

Jayabaya

Menjelang

Pemilihan Kepala

Page 41: REVISI OTLEN BESOK

41

memenangkan Pilkada

Banten 2011)

Parlemen Daerah Banten

2017

2 Tahun 2012 2013 2015

3 Tujuan

Penelitian

Mengetahui dan

menganalisa strategi

komunikasi politik

yang dilakukan

pasangan Ratu Atut

Chosiyah dan Ran

Karno untuk

mendapatkan

dukungan

dalamPilkada Banten

2011

Mengetahui strategi

yang digunakan oleh

kaukus perempuan

politik indonesia kota

Serang dalam

memenuhi kuota 30%

keterwakilan

perempuan di

parlemen,serta apa saja

faktor-faktor

penghambat

keterwakilan

perempuan di parlemen.

Mengetahui

Komunikasi

PolitikMulyadi

Jayabaya

Menjelang

Pemilihan Kepala

Daerah Banten

2017

4

4

Teori Feminism

5

5

Metode/

Paradigma

Kualitatif / interpretif Kualitatif

/konstruktivistis

Kualitatif /

Fenomenologi

6

6

Hipotesis

(kuantitatif)

- - -

7

7

Hasil

Penelitian/

kesimpulan

Strategi komunikasi

politik yang membuat

pasangan Ratu Atut

Chosiyah dan Rano

Karno memenangkan

Pilkada Banten 2011

diantara lain Ratu Atut

Bahwa strategi yang

digunakan oleh kaukus

Perempuan Politik

Indonesia Kota Serang

adalah

komunikasi,proaganda,

mengadvoksi,sosialisasi

Page 42: REVISI OTLEN BESOK

42

masih merawat tim

suksesnya dengan

baik,di dukung oleh

11 partai parlemen

dan 22 partai non

parlemen,disampin

mempunyai

popularitas dan

elektabilitas tinggi,ia

juga menggunakan

faktor ketokohan dan

jaringan politiknya

yang kuat dan kokoh.

poltik,strategi media,

strategi pesan

8

8

Persamaan Kesamaan peneliian

terletak pada

pembahasan

komunikasi politik,

fungsi komunikasi

politik

Kesamaan penelitian

terletak pada

pembahasan komunikai

politik

9 Perbedaan Penelitian ini lebih ke

strategi komunikasi

politiknya , dan sudah

jelas masuk ke dalam

bursa pilkada ,pada

penelitian ini

wawancara nya

terhadap pihak terkait

bukan langsung

terhadap informan

utama

Dalam penelitian ini

perbedaan penelitin ada

pada komunikasi politik

yang diangkat

10 Kritik Kurangnya teori Kurang nya penjelasan

Page 43: REVISI OTLEN BESOK

43

dalam skripsi ini sumber ahli dari

beberapa sumber buku

11 Sumber http://lib.ui.ac.id Perpustakaan FISIP

Untirta

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif

deksriptif, dimana menurut Sugiyono bahwa: “penelitian kualitatif hanya

memaparkan sebuah fenomena dan tidak mencari atau menjalaskan hubungan,

tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Metode penelitian ini muncul

karena adanya situasi yang memandang suatu realitas/fenomena, metode

Page 44: REVISI OTLEN BESOK

44

penelitian ini sering disebut metode naturalistic karena penelitiannya dilakukan

pada kondisi yang alamiah (natural setting)”. 48

Penelitian tentang Komunikasi Politik Mulyadi Jayabaya menjelang

Pemilihan Kepala Daerah Banten 2017 ini berusaha untuk memaparkan gambaran

akan fenomena yang terjadi tanpa perlu melakukan hipotesis atau membuat

perkiraan awal penelitian, penelitian berusaha menemukan kebenaran dengan

mencari informasi secara mendalam dan jelas.

Penelitian dengan menggunakan riset kualitatif deskriptif bertujuan

membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan

sifat-sifat objek tertentu.49

Menurut Sugiyono, bila dilihat dari level of explanation penelitian kualitatif

bisa menghasilkan informasi yang deskriptif yaitu memberikan gambaran yang

menyeluruh dan jelas terhadap situasi sosial yang diteliti.50 Jadi metode deskriptif

dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini hanyalah menjelaskan situasi atau

peristiwa yang diteliti dalam penelitian ini, tidak mencari atau menjelaskan

hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

Metode deskriptif adalah suatu metode yang lebih mengutamakan pada

pencarian teori, bukan menguji teori. Metode deskriptif bertujuan untuk

mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dan

perspektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi

48Sugiyono .2008.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatifdan R&D.Bandung : Alfabeta. hal 5149Rachmat Kriyantono.2006. Teknik Praktis Riset komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Hal 67.50Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Hal 21.

Page 45: REVISI OTLEN BESOK

45

diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi

fokus penelitian ini.

Paradigma adalah basis kepercayaan utama dari sistem berpikir; basis dari

ontologi, epistemologi, dan metodologi.  Dalam pandangan filosof, paradigma

merupakan pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam

orientasi berpikir seseorang. Hal ini membawa konsekuensi praktis terhadap

prilaku, cara berpikir, intepretasi dan kebijakan dalam pemilihan masalah.

Paradigma memberi representasi dasar yang sederhana dari informasi pandangan

yang kompleks sehingga orang dapat memilih untuk bersikap atau mengambil

keputusan.

Paradigma menurut Kuhn didefinisikan sebagai suatu cara pandang, nilai-

nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan sesuatu masalah, yang

dianut oleh suatu masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu.51

Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan paradigma

fenomenologi. Menurut Lexy Moleong dalam buku Metode Penelitian Kualitatif,

menyatakan : “Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan

pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-

interpretasi dunia”.52

Dengan proses tersebut peneliti melaporkan hasil lapangan yang diperoleh,

fenomenologi ini mengamati obyeknya, menjelajahi, dan menemukan wawasan-

wawasan sepanjang proses penelitian lebih jauh dan lebih dalam tentang

komunikasi politik Mulyadi Jayabaya menjelang Pilkada Banten 2017.

51 Djaman Satori & Aan Komariah. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif.Bandung: Alfabeta. Hal 9.52Ibid. Hal : 15

Page 46: REVISI OTLEN BESOK

46

Creswell (1998) lebih jauh menjelaskan bahwa secara filosofis

fenomenologi berasal dari pemikiran Edmund Husserl (1859) yang kemudian

dilanjutkan pemikirannya oleh Heidegger, Satre, dan Merlau-Ponty, dan

digunakan sebagai suatu landasan pemikiran untuk melakukan penelitian pada

bidang ilmu-ilmu sosial dan perilaku manusia.53

Dalam penelitian ini fenomenologi karena tema penelitian ini berhubungan

dengan Pilkada dimana menjelang Pilkada Banten maka ada fenomena dalam

proses tersebut dalam hal ini fenoemenologi menurut Hussel merupakan sebuah

metode dalam memperoleh suatu fakta yang didasari oleh sumber peneliti

sehingga dapat ditarik kesimpulan yang didasari oleh aspek pengetahuan dan

pengalaman Objek semata, Untuk itu peneliti tertarik mengangkat salah satu sosok

Mulyadi Jayabaya sebagai objek penelitian karena berindikasi menjadi bakal

calon dalam Pilkada Banten 2017 nanti.

3.2 Subjek dan Informan Penelitian

3.2.1 Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh

spadley dinamakan “Social Situation” atau sosial yang terdiri atas tiga elemen,

yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktifitas (activity) yang berinteraksi

secara sinergis. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai objek penelitian

yang ingin diketahui “apa yang terjadi” didalamnya.54

Pada penelitian ini, subjeknya adalah seorang sosok yang mempunyai

pengaruh besar pada suatu daerah, yang pasti melakukan komunikasi

53Engkus Kuswarno. 2006. Tradisi Fenomenologi pada Penelitian Komunikasi Kualitatif: Sebuah Pengalaman Akademis. MediaTor, Vol.7, No.1, Juni 200654Sugiyono.2008,Op Cit hal 215-216.

Page 47: REVISI OTLEN BESOK

47

politik ,ketika menjelang Pemilihan Kepala Daerah di daerah Banten . Beliau

merupakan sosok yang berpengaruh dalam peta perpolitikan di Banten.

3.2.2 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling yaitu pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu, menentukan subyek atau obyek sesuai dengan tujuan, menetapkan tempat

yang sudah ditentukan, contohnya orang tersebut dianggap paling mengerti

tentang subyek penelitian.55

Sampel sebagai sumber data hendaknya yang menjadi informan peneliti

memiliki kriteria sebagai berikut :56

1) Informan yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses

enkulturisasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi juga

dihayati

2) Informan tergolong masih sedang berkecimpung pada kegiatan yang

diteliti

3) Informan mempunyai waktu yang memadai untuk memberikan informasi

4) Informan tidak cendrung memberikan informasi hasil kemasannya sendiri.

Informan adalah orang-orang yang memberi informasi baik tentang dirinya

atau orang lain mengenai suatu kejadian kepada peneliti. Dalam buku Moleong

(2006) menjelaskan informan sebagai orang yang imanfaatkan untuk memberi

informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.57

55Sugiyono.2005,Op Cit. hal 5756Ibid57Lexy J. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, hal. 132

Page 48: REVISI OTLEN BESOK

48

Karakteristik anggota informan lain sebagai informan digunakan dalam

penelitian ini adalah memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Pria/wanita dengan usia yang tidak ditentukan

2) Warga Banten

3) Berwawasan mengenai ilmu politik

4) Masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang komunikasi politik

Mulyadi Jayabaya

5) Masyarakat yang mewakili birokrat, buruh, profesional, pemilih

pemula, petani, dan nelayan, media.

Dari kriteria diatas, peneliti menentukan informan penelitian sebagai

beriku :

1. H. Mulyadi Jayabaya, SE ( Tokoh yang diteliti )

Dalam hal ini orang tersebut, mampu menjelaskan permasalahan tentang

penelitian ini. informan yang dianggap tahu banyak memberikan informasi

dan jawaban yang dibutuhkan atas pertanyaan-pertanyaan atau masalah

penelitian dan yang mendukung penelitian ( memberi informasi paling

besar ).

2. Agus Sutisna (Dosen Latansa Mashiro) sebagai perwakilan Akademisi.

Dalam hal ini berkompeten dalam bidang politik dan mampu menjelaskan

permasalahan tentang penelitian ini.

3. H.A Ganif ( Direktur Tirtayasa Jasa Konsulindo ) sebagai perwakilan

Profesional. Dalam hal ini berkompeten dalam bidang politik dan mampu

menjelaskan permasalahan tentang penelitian ini.

Page 49: REVISI OTLEN BESOK

49

4. Y. Hendayana Musalev yang merupakan Presidium Mahasiswa Pemuda

Peduli Pembangunan (MP3) Lebak, Ketua Umum Front Aksi Mahasiswa

Rakyat Banten (Fakrab), Badan Penasehat Kumala (BPK Kumala). Dalam

hal ini mampu menjelaskan permasalahan tentang penelitian ini sebagai

perwakilan aktivis.

5. H.M Sukira, B.Sc. Amd ( Ketua DPD I PDIP Provinsi Banten ) sebagai

perwakilan partai. Dalam hal ini mampu menjelaskan permasalahan

tentang penelitian ini.

6. H.Oong Syahroni yang merupakan ketua Kelompok Tani Nelayan

Andalan ( KTNA ) sebagai informan perwakilan petani dan nelayan.

Dalam hal ini mampu menjelaskan permasalahan tentang penelitian ini.

7. Drs. Syaifullah Saleh yang merupakan ASDA I Kabupaten Lebak sebagai

informan perwakilan PNS. Dalam hal ini mampu menjelaskan

permasalahan tentang penelitian ini.

8. Miyadi Suryadi yang merupakan Ketua Serikat Pekerja Merdeka Indonesia

Baru (GASPERMINDO BARU) sebagai informan perwakilan Buruh.

Dalam hal ini mampu menjelaskan permasalahan tentang penelitian ini.

9. Bintang Adhi Agung Pradana ( Mahasiwa Sastra Prancis Semester 2 UI ).

Sebagai informan perwakilan pemilih Pemula. Dalam hal ini mampu

menjelaskan permasalahan tentang penelitian ini.

10. Nana Sutisna Amdan ( Radar Tv ). Sebagai informan perwakilan media

Tv. Dalam hal ini mampu menjelaskan permasalahan tentang penelitian

ini.

Page 50: REVISI OTLEN BESOK

50

11. Endang Mulyana ( Kabar Banten ). Sebagai informan perwakilan media

cetak. Dalam hal ini mampu menjelaskan permasalahan tentang penelitian

ini.

12. Deni Tarudin ( Banten Hits Media Online ). Sebagai informan perwakilan

media online. Dalam hal ini mampu menjelaskan permasalahan tentang

penelitian ini.

13. Eka Gunawan ( News Media Online ). Sebagai informan perwakilan

media online. Dalam hal ini mampu menjelaskan permasalahan tentang

penelitian ini.

14. H. Agus Sutisna, S.IP., M.Si sebagai perwakilan Konsultan Politik. Dalam

hal ini berkompeten dalam bidang politik dan mampu menjelaskan

permasalahan tentang penelitian ini

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Sebagai bentuk penunjang dari penelitian yang valid tidak hanya

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki, melainkan informasi-informasi dalam

bentuk data yang relevan dan dijadikan bahan-bahan penelitian untuk di analisis

pada akhirnya. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan, sebagai berikut:

1) Wawancara

Dalam penelitian perlu adanya data-data yang relevan untuk dijadikan

sebagai penunjang dalam penelitian yang berlangsung, salah satunya adalah

melalui wawancara.

Page 51: REVISI OTLEN BESOK

51

Menurut Berger(2000:11) dalam buku Rachmat Kriyantoro, menyatakan

Wawancara adalah percakapan antara periset-seseorang yang berharap

mendapatkan informasi dan informan-seseorang uang diasumsikan mempunyai

informasi paling penting tentang suatu objek. Wawancara dibagi dua :

a. Wawancara dalam riset kualitatif, yang disebut sebagai wawancara

mendalam (depth interview)

b. Wawancara secara intensif (intensive interview) dan kebanyakan tak

berstruktur. Tujuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang

mendalam.58

Wawancara atau Interview merupakan suatu cara yang dilakukan oleh

penulis untuk mendapatkan informasi secara detail mengenai berbagai hal yang

berhubungan dengan komunikasi politik Jayabaya. Kegiatan ini dilakukan dengan

melakukan Tanya jawab kepada beberapa narasumber atau informan. Dalam

pelaksanaan wawancara, pertanyaan pokok yang diajukan adalah mengenai

bagaimana komunikasi politik Jayabaya menjelang Pilkada Banten 2017 ?

Pelaksanaan wawancara dilakukan pada tahun 2015 ini menjelang

dilaksanakan nya Pilkada pada tahun 2017. Dalam pelaksanaan wawancara

peneliti menghampiri langsung narasumber masing-masing seperti kediaman

Mulyadi jayabaya di Jl. Raya Pandeglang Km. 7 Warunggunung Kabupaten

Lebak, Provinsi Banten. Tempat informan ahli dan pendukung dilaksanakan

secara kondisional.

Dalam penelitian ini maka jenis wawancara yang dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Jenis interview guide pada

58Rachmat Kriyantono,Op Cit. Hal 96

Page 52: REVISI OTLEN BESOK

52

umumnya dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam

dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari

minat penelitian.59 Dalam metode ini, pewawancara biasanya menyiapkan

pertanyaan-pertanyaan singkat yang akan dikembangkan sesuai konteks dan

situasi wawancara. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah langkah-langkah

sistematis data yang masuk.

Pedoman wawancara biasanya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan yang

mendetail, akan tetapi sekedar garis besar tentang data atau informasi yang ingin

didapatkan dari informan. Sehingga nanti dapat dikembangkan oleh pewawancara

ketika melakukan wawancara dengan narasumber.

2) Observasi atau Pengamatan

Penelitian dengan menggunakan metode observasi biasanya dilakukan

untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait

dengan persoalan-persoalan sosial, politis, dan cultural masyarakat60. Observasi

yang dilakukan adalah bersifat non sistematis, artinya tidak menggunakan

instrumen atau alat pengamatan dalam mengamati aktivitas dan pelaksanaan

komunikasi politik Mulyadi Jayabaya menjelang Pilkada Banten 2017 .

3) Studi Pustaka

Memahami apa yang di teliti, maka upaya untuk menjadikan penelitian

tersebut baik. Perlu adanya materi-materi yang diperoleh dari pustaka-pustaka

lainnya.

59Parwito, 2008. Komunikasi Politik Media Massa dan Kampanye Pemilihan. Yogyakarta : Jalasutra, hal. 7060Parwito, 2007. Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : LKiS, hal. 111

Page 53: REVISI OTLEN BESOK

53

Menurut J.Supranto dalam buku Rosadi Ruslan, mengemukakan

bahwa.Studi pustaka adalah “Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

materi data atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-

bahan publikasi yang tersedia diperpustakaan” 61

Dengan hal ini, upaya penelitian yang dilakukan pun dapat menjadi baik

karena tidak hanya berdasarkan pemikiran sendiri selaku peneliti melainkan

pemikiran-pemikiran dan pendapat dari para ahli atau penulis lainnya. Sehingga

bisa dibandingkan serta referensi yang dapat memberikan arah kepada peneliti.

4) Penulusuran Data Online

Pada penelitian apapun bisa juga dalam pengumpulan data dilakukan

secara online atau media internet dengan mencari dan mengumpulkan informasi-

informasi berupa data-data yang berkaitan dengan penelitian yang sedang diteliti

oleh peneliti.Diantaranya melalui alamat-alamat website seperti www.google.com,

jurnal-jurnal elektronik, berita-berita online dan lain-lain.

3.4 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti

melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian.Analisis

data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat

jenuh.

Menurut Bogdan & Biklen analisis data kualitatif dalam Moleong

Metodologi Penelitian Kualitatif adalah: ”upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan

61Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Hal : 31

Page 54: REVISI OTLEN BESOK

54

yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain.”62

Data yang terkumpul harus diolah sedemikian rupa sehingga menjadi

informasi yang dapat digunakan dalam menjawab perumusan masalah yang

diteliti. Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Model interaktif dalam analisis data kualitatif dipakai untuk menganalisis data

selama dilapangan.63

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya

sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan

kepada yang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dimana data yang

diperoleh akan dianalisis dan dikembangkan menjadi sebuah hipotesis atau asumsi

dasar. Kemudian data-data lain terus dikumpulkan dan ditarik kesimpulan.

Kesimpulan tersebut akan dapat memberikan suatu hasil akhir apakah asumsi

dasar penelitian yang telah dibuat sesuai dengan data yang ada atau tidak.

Analisis data menurut Miles & Huberman64

62Lexy J. Moleong,Op Cit. Hal 24863Ibid. Hal 249 64Sugiono. 2005,Op Cit. Hal 41

Data Reduction

Data DisplayData

Collection

Verification

Page 55: REVISI OTLEN BESOK

55

Dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan melakukan kegiatan

berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu tersebut merupakan

sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan

data. Ketiga kegiatan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya akan

sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti berada di

lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks dan rumit, sehingga

apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses

analisis data pada tahap ini juga harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang

didapatkan dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya,

maka dilakukan reduksi data.

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan. Reduksi data berlangsung

selama proses pengumpulan data masih berlangsung. Pada tahap ini juga akan

berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi (bagian-

bagian). Proses transformasi ini berlanjut terus sampai laporan akhir penelitian

tersusun lengkap.

Page 56: REVISI OTLEN BESOK

56

Disinilah peneliti menyaring dan mengolah data hasil wawancara dan

observasi dengan narasumber. Dilakukan guna mendapatkan data yang akurat

sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu komunikasi politik Jayabaya

menjelang Pilkada Banten 2017

b. Penyajian Data ( Data Display)

Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah

penyajian data.Secara sederhana penyajian data dapat diartikan sebagai

sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam sebuah penelitian kualitatif

penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)

Langkah ketiga dalam tahapan analisis interaktif menurut Miles &

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan, mencatat

keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan

awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat sementara, dan akan terus berubah

selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila

kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data) yang valid dan konsisten

yang peneliti temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

Untuk menganalisis data terkumpul sehingga diperoleh kesimpulan yang

valid , maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

Page 57: REVISI OTLEN BESOK

57

a. Mengumpulkan dan mengklasifikasikan data-data penelitian

menurut identifikasi masalah.

b. Mencari jawaban bagaimana komunikasi politik Jayabaya

menjelang Pilkada Banten 2017

c. Setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan, tentang

bagaimana komunikasi politik Jayabaya menjelang Pilkada

Banten 2017

3.4.1 Uji Validitas

Dalam penelitian kualitatif, terdapatnya data yang dapat dinyatakan valid

atau berbeda saat ditemukan di lapangan dan dilaporkan oleh peneliti. Data-data

tersebut dapat diukur dengan uji validitas melalui teknik Triangulasi. Menurut

Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,

menyatakan :

“Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu”.65

Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu. Sebagaimana uraiannya dibawah ini :

1. Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Wawancara dengan melibatkan informan utama,ahli dan pendukung untuk

mendapatkan data yang kredibilitas.

65 Ibid. Hal :273

Page 58: REVISI OTLEN BESOK

58

2. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Wawancara sebanyak dua kali demi ketepatan data, dan disesuaikan

dengan kesibukan para informan.

3. Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Untuk itu dalam

rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang

berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda maka dilakukan

secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.66

Wawancara di lakukan dengan waktu yang berbeda dengan waktu jeda

satu minggu dari wawancara pertama untuk menjaga konsistensi

narasumber.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

3.5.1 Tempat Penelitian

Penelitian tentang ini akan dilaksanakan Dimana Informan utama tinggal,

yaitu bertempat di Jl. Raya Pandeglang Km. 7 Warunggunung Kabupaten Lebak,

Provinsi Banten,dan tempat informan ahli dan pendukung dilaksanakan secara

kondisional.

3.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

66 Ibid. Hal : 274

Page 59: REVISI OTLEN BESOK

59

Jadwal Penelitian

No KEGIATAN

Waktu Pelaksanaan

September 2014 – Maret 2015

Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar

1 Observasi awal

2 Pengajuan judul

3 Pengumpulan data

4 Penyusunan proposal

5 Seminar proposal

6 Revisi proposal

7 Observasi & Wawancara

8 Pengolahan dan

analisis data

9 Sidang skripsi

10 Revisi skripsi