revisi huda

28
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 5.1 Karakteristik Populasi Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus jantan strain wistar (Rattus novergicus). Populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik \ Kelompok K1 K2 K3 K4 K5 BB awal (gram) 145- 150 145- 150 145- 150 145- 150 145- 150 Jenis Kelamin Janta n Janta n Janta n Janta n Janta n Usia Awal (minggu) 9 9 9 9 9 Lama Adaptasi (minggu) 1 1 1 1 1 Usia Akhir (minggu) 12 12 12 12 12 Rute Pemberian Induksi STZ (75 mg/kgBB) - ip ip ip Ip Rute Pemberian Ekstrak sirsak - - Sonde Sonde Sonde Jumlah Tikus per kelompok (ekor) 4 4 4 4 4 Dosis ekstrak/Kelompok (%) - - 6,25 12,5 25 Keterangan: Kelompok 1 : kontrol negatif Kelompok 2 : kontrol positif , induksi STZ 75 mg/KgBB Kelompok 3 : induksi STZ 75 mg/KgBB + Ekstrak daun sirsak dosis 6,25% 41

Upload: huda-hudhow

Post on 13-Dec-2014

111 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

REVISI

TRANSCRIPT

Page 1: Revisi Huda

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

5.1 Karakteristik Populasi

Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus jantan strain wistar (Rattus

novergicus). Populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang dapat

dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik \ Kelompok K1 K2 K3 K4 K5

BB awal (gram) 145-150 145-150 145-150 145-150 145-150

Jenis Kelamin Jantan Jantan Jantan Jantan Jantan

Usia Awal (minggu) 9 9 9 9 9

Lama Adaptasi (minggu) 1 1 1 1 1

Usia Akhir (minggu) 12 12 12 12 12

Rute Pemberian Induksi STZ (75 mg/kgBB)

- ip ip ip Ip

Rute Pemberian Ekstrak sirsak - - Sonde Sonde Sonde

Jumlah Tikus per kelompok (ekor) 4 4 4 4 4

Dosis ekstrak/Kelompok (%) - - 6,25 12,5 25Keterangan:Kelompok 1 : kontrol negatif Kelompok 2 : kontrol positif , induksi STZ 75 mg/KgBBKelompok 3 : induksi STZ 75 mg/KgBB + Ekstrak daun sirsak dosis 6,25%Kelompok 4 : induksi STZ 75 mg/KgBB + Ekstrak daun sirsak dosis 12,5%Kelompok 5 : induksi STZ 75 mg/KgBB + Ekstrak daun sirsak dosis 25%

41

Page 2: Revisi Huda

42

5.2 Efek Induksi Streptozotosin (STZ) Terhadap Kadar Insulin Serum

Efek induksi streptozotosin (STZ) terhadap kadar Insulin serum dapat

dilihat pada Tabel 5.2. Tabel dibawah ini menggambarkan kadar insulin serum

dari kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol positif yang telah diinduksi

Streptozotosin (STZ) 75 mg/kgBB melalui intraperitonial.

Tabel 5.2 Rerata Kadar Insulin Serum Tikus Kelompok Kontrol Pasca Induksi Streptozotosin (STZ)

No.

Kelompok N Kadar Insulin Serum (mg/mL)

1. Kontrol negatif(tanpa induksi STZ )

4 155.77±9.33

2. Kontrol positif(dengan induksi STZ)

4 113.08±6.53*

*: p<0.05 berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif

Berdasarkan Tabel 5.2, tampak rerata kadar insulin serum dari kelompok

kontrol negatif sebesar 155.77±9.33 mg/mL sedangkan rerata kadar insulin serum

dari kelompok kontrol positif yang diinduksi Streptozotosin (STZ) sebesar

113.08±6.53mg/mL.

Kontrol Negative Kontrol Positif0

20406080

100120140160180

Kadar Insulin Serum

Kada

r Ins

ulin

Ser

um (m

g/m

L)

155.77±9.33 113.08±6.53

*

*: p<0.05 berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif

Gambar 5.1 Rerata Kadar Insulin Serum Tikus Kelompok Kontrol Negatif dan Kontrol Positif.

Page 3: Revisi Huda

43

Grafik diatas menunjukkan rerata kadar Insulin serum tikus kelompok

kontrol positif menurun signifikan dibanding kelompok kontrol negatif.

Berdasarkan LSD post hoc test ANOVA yang telah dilakukan, kelompok kontrol

negatif jika dibandingkan kelompok kontrol positif memiliki angka signifikansi

p=0.007. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata kadar insulin serum

kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol positif. Pada kelompok kontrol

positif terdapat penurunan dari kadar insulin serum, sehingga dapat disimpulkan

bahwa induksi STZ mampu untuk menurunkan kadar insulin serum tikus secara

signifikan.

5.3 Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak (Annona muricata linn)

terhadap Kadar Insulin Serum Tikus yang Diinduksi Streptozotosin

(STZ)

Efek Tikus wistar yang diinduksi Streptozotosin (STZ) 75 mg/kgBB secara

intraperitoneal dan diberi ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) dengan

konsentrasi 6,25%, 12,5%, 25% yang diberikan secara personde lambung selama

14 hari terhadap kadar Insulin serum tikus dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3 Rerata Kadar Insulin Serum Tikus Wistar yang diinduksi Streptozotosin (STZ) dan diberi ekstrak daun sirsak (Annona muricata linn)

No Kelompok N Rerata (mg/mL) ± SD1. Kontrol Negatif (K1) 4 155.77±9.33 #2. Kontrol Positif (K2) /

(Induksi Streptozotosin 75 mg/KgBB)4 113.08±6.53 *

3. Perlakuan 1 (P1)(Induksi Streptozotosin 75 mg/KgBB + ekstrak daun sirsak 6,25%)

4 138.65±14.37

4. Perlakuan 2 (P2)(Induksi Streptozotosin 75 mg/KgBB + ekstrak daun sirsak 12,5%)

4 149.42±28.35 #

Page 4: Revisi Huda

44

5. Perlakuan 3 (P3)(Induksi Streptozotosin 75 mg/KgBB + ekstrak daun sirsak 25%)

4 153.65±26.67 #

* : p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (K1)

# : p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (K2)

Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui terjadi peningkatan kadar insulin serum

tikus pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun sirsak dosis 6,25%,

12,5%, dan 25% bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif.

Kontrol Negatif Kontrol Positif Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3100

110

120

130

140

150

160155.77±9.33 #

113.08±6.53 *

138.65±14.37

149.42±28.35 #153.65±26.67 #

Kadar Insulin Serum

Kada

r Ins

ulin

Ser

um (m

g/m

L)

* : p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA) dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (K1)

# : p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (K2)

Gambar 5.2 Rerata Kadar Insulin Serum Tikus dengan Induksi Streptozotosin (STZ) dan diberi Ekstrak Daun Sirsak.

Grafik diatas menunjukkan peningkatan kadar Insulin serum tikus pada

kelompok yang diberi ekstrak daun sirsak dengan dosis 6,25%,12,5%, dan 25%

dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Peningkatan kadar insulin serum

Page 5: Revisi Huda

45

yang berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol positif didapat

pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun sirsak dosis 12,5% dengan

angka signifikasi p=0.017 dan dosis 25% dengan angka signifikansi p=0.009,

sedangkan dosis 6,25% belum dikatakan signifikan karena angka signifikansinya

p=0.080 terhadap kontrol positif. Dari Tabel 5.3 dan Gambar 5.2 juga dapat

diketahui bahwa kelompok perlakuan yang diberi ekstrak daun sirsak dosis 25%

merupakan dosis yang paling optimal untuk meningkatkan kadar insulin serum

pada tikus.

Page 6: Revisi Huda

46

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Pada penelitian ini digunakan hewan coba tikus Wistar jantan (Rattus

novergicus) dalam kondisi sehat, berumur 2-2,5 bulan, dengan berat badan 145-

150 gram. Hewan coba berupa tikus wistar dalam penelitian ini digunakan dengan

alasan tikus wistar merupakan hewan mamalia yang dapat berkembang biak

dengan cepat sehingga mudah didapat, mudah beradaptasi, tahan terhadap kondisi

stres dan berbagai perlakuan. Tikus wistar memiliki ukuran tubuh yang kecil

sehingga reaksi obat relatif lebih cepat terlihat dibandingkan dengan hewan coba

lainnya. Alasan lainnya yang mendasari pemilihan tikus wistar sebagai hewan

coba adalah struktur DNA dan anatomis dari tikus wistar yang mirip dengan

manusia. Sedangkan jenis kelamin tikus yang dipilih jantan karena tikus jantan

tidak mengalami siklus hormonal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Pemilihan umur 2-2,5 bulan dengan pertimbangan bahwa tikus sudah mencapai

umur dewasa, sedangkan berat badan dapat menggambarkan kesehatan hewan

coba (Wattimena, et al. 1993 dalam Hairrudin, 2006).

Tikus wistar yang telah sesuai dengan kriteria kemudian diinduksi dengan

streptozotosin (STZ) secara intraperitoneal dengan harapan akan terjadi

kerusakan dari sel β pankreas tikus. Streptozotosin (STZ) digunakan karena

sifatnya yanag selektif terhadap sel β pankreas dan relatif lebih efektif untuk

menyebabkan kondisi hiperglikemi pada tikus wistar dibandingkan dengan bahan

lainnya.

Page 7: Revisi Huda

47

Setelah diinduksi dengan streptozotosin (STZ), sebagian dari tikus wistar

akan diberikan ekstrak etanol 70% daun sirsak yang dilakukan secara per sonde

lambung. Proses ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan etanol 70%

sebagai pelarut karena sifatnya yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik

yang bersifat polar, semi polar dan non polar serta kemampuannya untuk

mengendapkan protein dan menghambat kerja enzim sehingga dapat terhindar

proses hidrolisis dan oksidasi (Harborne, 2005). Senyawa metabolik yang

diharapkan dapat diektraksi dari daun sirsak oleh etanol 70% ini antara lain adalah

golongan triterpenoid/steroid yang bersifat non- polar, golongan alkaloid yang

termasuk senyawa semipolar, dan yang termasuk senyawa polar yaitu senyawa

flavonoid dan tanin.

Ekstrak etanol 70% daun sirsak yang telah dibuat diberikan secara per

sonde lambung. Hal ini dilakukan bertujuan agar dosis yang diberikan dalam

satu kelompok seragam dan dapat ditentukan, serta mengoptimalkan proses

absorbsi dari senyawa-senyawa zat aktif yang terkandung. Kerugian dari metode

ini adalah kemungkinan dapat menstimulasi kondisi stres pada tikus dan terjadi

aspirasi akibat kesalahan prosedur. Jumlah ekstrak etanol 70% daun sirsak yang

diberikan disesuaikan dengan volume lambung tikus wistar yakni sebanyak 2cc.

Ekstrak daun sirsak diberikan pada tikus selama 14 hari dengan pertimbangan

bahan aktif dari senyawa metabolik sekunder yang dikandung sudah dapat

memberikan efek perubahan pada kadar insulin serum tikus.

Dosis ekstrak daun sirsak yang diberikan pada tikus terdiri dari dosis

6,25%, 12,5%, dan 25% yang ditentukan berdasarkan proses eksplorasi dosis

ekstrak daun sirsak sebelumnya. Pada proses eksplorasi dosis, dosis ekstrak

Page 8: Revisi Huda

48

dibagi dalam beberapa kelompok yakni kelompok tikus dengan pemberian dosis

ekstrak 6,25%, 12,5%, 25%, dan 50%. Selama 7 hari pemberian ekstrak, pada

kelompok dengan pemberian ekstrak daun sirsak dosis 50% diketahui sebagian

besar tikus mengalami kematian, sehingga dianggap sebagai dosis toksik. Dari

pemberian berbagi macam dosis tersebut diharapkan akan diketahui dosis yang

paling optimal untuk menyebabkan peningkatan kadar insulin serum.

6.2 Efek Induksi Streptozotosin (STZ) Terhadap Kadar Insulin Serum

Streptozotosisn (STZ) merupakan derivat nitrosouria yang diisolasi dari

Streptomyces achromogenes yang mempunyai aktivitas anti-neoplasma dan

antibiotik spektrum luas. Streptozotosin merupakan senyawa diabetogenik yang

bersifat spesifik terhadap sel β pankreas, dimana efek yang ditimbulkan hanya

akan merusak sel β pankreas saja, sedangkan sel α dan δ tidak dipengaruhi.

Streptozotosin yang diinduksikan ke dalam tubuh tikus secara intraperitoneal akan

masuk ke dalam sirkulasi darah. Melalui sirkulasi darah STZ akan dibawa menuju

organ pankreas.

Struktur STZ cukup mirip dengan glukosa sehingga dapat

ditransportasikan ke dalam sel β pankreas melalui protein transporter glukosa

GLUT2. Intraseluler proses alkilasi DNA melalui gugus nitrosouria akan

menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas. Pemindahan gugus metil dari STZ

ke molekul DNA akan menyebabkan kerusakan DNA melalui peningkatan

fragmentasi dari DNA sehingga terjadi disfungsi atau abnormalitas dari DNA.

Kerusakan DNA akibat STZ dapat menyebabkan hiperaktivasi dari Poly(ADP-

ribose) Polymerase (PARP) yang kemudian mengakibatkan penekanan

Page 9: Revisi Huda

49

nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+) seluler, selanjutnya akan

menimbulkan penurunan dari jumlah adenosine triphospate (ATP) atau dengan

kata lain terjadi peningkatan proses defosforilasi. Adenosine triphospate

merupakan sumber energi yang digunakan oleh sel dalam melakukan fungsi

fisiologisnya, jika terjadi deplesi dari jumlah ATP maka akan menyebabkan

gangguan dari fungsi fisiologis sel yang akhirnya akan menyebakan terjadinya

nekrosis dari sel itu sendiri dalam hal ini adalah sel β pankreas.

Nitric oxide (NO) dan oksigen reaktif adalah penyebab utama dari

kerusakan sel β pankreas. Peningkatan defosforilasi ATP akan menghambat

fungsi fisiologis sel β pankreas dalam proses sekresi dan sintesa insulin serta akan

memacu peningkatan substrat untuk reaksi katalisis xantin oksidase yang

menyebakan meningkatnya produksi asam urat. Proses oksidasi dari xantin

menjadi hipoxantin dan asam urat akan mengkatalisis reaksi pembentukan anion

superoksida. Dari pembentukan anion superoksida, terbentuk hidrogen peroksida

dan radikal superoksida yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas.

Streptozotosin juga merupakan donor NO yang dihasilkan STZ setelah melalui

metabolisme intraseluler. Nitric oxide yang dihasilkan mempunyai kontribusi dari

kerusakan sel β pankreas melalui peningkatan aktivitas guanilil siklase dan

pembentukan cGMP serta membangkitkan oksigen reaktif.

Reactive Oxygen Species (ROS) yang dibentuk oleh STZ menyebabkan

terjadinya stress oxidatif, dimana tingkat ROS yang toksik melebihi pertahanan

anti-oksidan endogen. Ketidakseimbangan prooksidan ini dapat menyebabkan

oksidasi makromolekul meliputi peroksidasi lemak, kerusakan protein dan asam

amino dan serta kerusakan DNA (Sukandar, 2009). Reactive Oxygen Species /

Page 10: Revisi Huda

50

radikal bebas merupakan spesies kimia dengan satu elektron tak berpasangan di

orbital terluar. Keadaan kimia tersebut sangat tidak stabil dan mudah bereaksi

dengan zat kimia anorganik atau organik, saat dibentuk ROS/radikal bebas segera

menyerang dan mendegradasi asam nukleat serta berbagi molekul membran.

Selain itu, radikal bebas menginisiasi reaksi autokatilitik, sebaliknya molekul

yang bereaksi dengan radikal bebas diubah menjadi radikal bebas, semakin

memperbanyak rantai kerusakan (Robbins dan Kumar, 2007)

Streptozotosin juga menyebabkan kerusakan dari sel β pankreas melalui

proses aktifasi dari sitem imun. Streptozotosin akan menginduksi respon imun

melalui aktivasi sel-sel imun seperti makrofag. Dalam proses aktivasi magrofag,

magrofag akan menghasilkan senyawa ROS untuk mengeliminasi dari faktor

pemicu respon imun STZ. Secara seluler didalam magrofag akan diaktifasi NF-

κB yang merupakan faktor transkripsi dari sitokin-sitokin pro inflamasi yang akan

menyebabkan dikeluarkannya sitokin-sitokin proinflamasi seperti IL-6, IL-8,

TNF-α dan INF-γ. Lebih lanjut akan menyebabkan stimulasi dan agregasi dari

sel-sel imun lainnya yang memicu terjadinya proses inflamasi (insulitis). Proses

inflamasi merupakan salah satu mekanisme tubuh sebagai pertahanan terhadap

zat/benda yang dianggap asing. Proses ini baik jika terjadi secara terkontrol atau

dengan kata lain tidak terjadi secara berlebih. Jika proses inflammasi ini terjadi

secara berlebihan atau kronis maka akan berdampak sebaliknya, aggreagasi dari

sel-sel imun akan melepaskan senyawa-senyawa ROS. Proses fagositosis

merangsang suatu pembakaran oksidatif yang ditandai dengan peningkatan

konsumsi oksigen tiba-tiba, katabolisme glikogen (glikogeno-lisis), peningkatan

oksidasi glukosa, dan produksi metabolit oksigen reaktif. Pembentukan metabolit

Page 11: Revisi Huda

51

oksigen terjadi karena aktivasi cepat suatu NADPH oksidase leukosit, yang

mengoksidasi NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate tereduksi)

dan, selama prosesnya, mengubah oksigen menjadi ion nsuperoksida (O2-)

(Robbins dan Kumar, 2007). Proses induksi sel-sel fagosit akan menyebabkan

aktivasi dari inducible nitric oxide (iNOS) sehingga dihasilkan senyawa NO yang

berkontribusi terhadap kerusakan sel β pankreas di jaringan.

Proses kerusakan pada sel β pankreas oleh STZ seperti yang telah

dijabarkan diatas baik melalui peningkatan ROS ataupun melalui proses inflamasi

yang tidak terkontrol atau berjalan secara kronis akan menyebabkan terjadinya

penurunan fungsi dari sel β pankreas yakni dalam hal memproduksi / mensintesa

insulin. Terbukti dalam percobaan ini STZ yang diinduksikan pada tikus wistar

mampu menyebabkan penurunan dari kadar insulin serum. Berdasarkan LSD post

hoc test ANOVA yang telah dilakukan terhadap kelompok kontrol negatif dan

kelompok kontrol positif (Tabel 5.2 ; Gambar 5.1) diketahui terdapat perbedaan

kadar insulin serum yang signifikan. Jika dibandingkan antara kelompok kontrol

negatif dengan kelompok kontrol positif didapatkan angka signifikansi p=0.007.

6.3 Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Sirsak (Annona muricata Linn)

terhadap Kadar Insulin Serum Tikus yang Diinduksi Streptozotosin

(STZ)

Pada penelitian ini didapatkan peningkatan kadar insulin serum pada

kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol 70% daun sirsak. Peningkatan kadar

insulin serum tikus kemungkinan disebabkan oleh efek farmakologis dari senyawa

zat aktif yang terkandung di dalam ekstrak etanol 70% daun sirsak. Zat aktif

Page 12: Revisi Huda

52

yang tekandung dalam daun sirsak seperti isoquinon, alkaoid, tanin, laton, dan

flavonoid merupakan senyawa yang memiliki kemampuan sebagai anti oksidan.

Induksi Streotozotosin (STZ) dapat menyebabkan kerusakan sel β pangkreas, baik

melalui proses alkilasi DNA, donor NO, produksi senyawa radikal bebas/Reaktvie

Oxgen Species (ROS) ataupun melalui proses inflamasi yang yang tidak terkontrol

(bersifat kronis).

Interaksi antara obat dengan tubuh dibagi atas dua golongan. Kerja obat

pada tubuh disebut proses farmakodinamik, dan pengaruh tubuh pada obat disebut

proses farmakokinetik, dalam hal ini obat harus diarbsorbsi ke dalam darah dari

tempat pemberiannya dan didistribusikan ke tempatnya bekerja, melalui permeasi

berbagai penghambat yang memisahkan kompartement. Akhirnya sesudah

memberikan efek, obat harus dikeluarkan dengan kecepatan tertentu melalui

inaktifasi metabolik, melalui eskresi dari tubuh atau gabungan kedua proses

(katzung,1998). Pada umumnya, obat-obat bekerja dengan cara berhubungan

dengan makromolukul spesifik yang mengubah aktifitas biokimia atau

biofisikanya. Pemikiran ini sekarang sudah berlangsung satu abad, dikenal

dengan istilah receptive substance dan reseptor : suatu komponen sel atau

organisme yang berinteraksi dengan obat dan memulai rangkaian peristiwa

biokimiawi yang menghasilkan efek-efek obat yang dapat dilihat (katzung,1998)

Semua respons farmakologik harus memiliki suatu efek maksimum

(Emax). Tidak peduli berapa konsentrasi obat yang dicapai, akan didapat suatu

titik dimana tidak ada lagi suatu respons (katzung,1998). Semakin banyak suatu

reseptor obat diduduki oleh obat maka akan semakin meningkat efek yang

ditimbulkan, dan efek mencapai maksimal jika seluruh reseptor diduki oleh obat.

Page 13: Revisi Huda

53

Penggunaan dosis bertingkat pada penelitian ini membuktikan bahwa

ekspresi insulin pada sel β pankreas semakin membaik sejalan dengan

peningkatan dosis ekstrak etanol 70% daun sirsak yang diberikan. Pada

pemberian ekstrak etanol 70% daun sirsak dengan dosis 6,25% belum mampu

untuk menyebabkan terjadinya peningkatan kadar insulin tikus secara signifikan

(p=0.080), diduga disebabkan oleh konsentrasi dari senyawa zat aktif yang

terkandung belum cukup untuk menimbulkan efek pada proses penghambatan

kerusakan dari sel β pankreas. Pada pemberian ekstrak etanol 70% dengan dosis

6,25% diduga jumlah senyawa anti oksidan yang terkandung dalam ekstrak daun

sirsak belum cukup untuk menghambat senyawa radikal bebas/Reaktvie Oxgen

Species (ROS) yang ditimbulkan dan dibentuk oleh streptozotosin (STZ) secara

penuh sehingga kondisi stress oksidatif dimana jumlah senyawa prooksidan lebih

tinggi masih tetap terjadi meskipun mengarah ke dalam kondisi yang lebih baik.

Dosis antioksidan yang diberikan (terkandung dalam ekstrak etanol 70%

daun sirsak) berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi aktivitas

antioksidan sering lenyap bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan. Jika

telah menjadi prooksidan maka fungsi antioksidan tersebut menjadi tidak berguna

lagi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa laju oksidasi

depengaruhi oleh besarnya konsentrasi antioksidan yang ditambahkan. Pada

konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan sering lenyap bahkan antioksidan tersebut

menjadi prooksidan (Gordon,1990).

AH + O2 A* + HOO*

AH + ROOH RO* + H2O + A*

Gambar 1. Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi (gordon,1990)

Page 14: Revisi Huda

54

Pada pemberian ekstrak etanol 70% daun sirsak dengan dosis 12,5% dan

25% didapatkan hasil peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan

kelompok kontrol positif (p ≤ 0.05), namun dosis paling maksimal/efektif

didapat pada pemberian ekstrak etanol 70% dengan dosis 25%. Diduga kadar

dosis/konsentrasi dari senyawa fitokimia berupa antioksidan yang terkandung

dalam kelompok tikus tersebut cukup atau tidak berlebih, sehingga efek positif

dari senyawa antioksidan dapat timbul secara maksimal.

Adapun efek yang ditimbulkan lebih efektif pada pemberian ekstrak etanol

70% daun sirsak dengan dosis 25% karena kadar antioksidan yang terkandung

juga lebih tinggi dari kelompok lain, dengan kata lain kondisi keseimbangan

antara prooksidan dan antioksidan lebih didapat pada kelompok tersebut.

Senyawa antioksidan yang terkandung dalam daun sirsak dapat bersifat

sebagai scavenger radikal bebas/Reaktvie Oxgen Species (ROS) sehingga

efek/dampak yang dapat ditimbulkan dari senyawa radikal bebas/Reaktvie Oxgen

Species (ROS) dapat dihambat. Antioksidan dapat bereaksi dengan radikal

bebas/Reaktvie Oxgen Species (ROS) dengan cara mendonorkan elektronnya

sehingga terbentuk produk yang lebih stabil. Antioksidan dapat memberikan

atom hidrogennya secara cepat pada radikal bebas/Reaktvie Oxgen Species (ROS),

sementara radikal antioksidan yang terbentuk memiliki keadaan yang lebih stabil

dibanding radikal bebas tersebut (Sa’ad,2009).

Proses regenerasi pada sel β pankreas menjadi maksimal, selain disebabkan

melalui penghambatan radikal bebas/Reaktvie Oxgen Species (ROS) oleh

senyawa-senyawa antioksidan yang terkandung dalam daun sirsak juga diketahui

melalui inhibisi atau penghambatan dari proses inflamasi yang terjadi sehingga

Page 15: Revisi Huda

55

menjadi terkontrol dan tidak berlebih. Senyawa–senyawa flavonoid yang

terkandung dalam daun sirsak diketahui memiliki efek potensial sebagai anti

inflamasi. Senyawa flavonoid mempunyai aktifitas antiinflamasi karena dapat

menghambat beberapa enzim seperti aldose reduktase, xanthine oxidase,

phosphodiestrase, lipoxygenase dan cyclooxygenase (Narayana et al., 2001). Hal

ini disebabkan karena flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik

sehingga akan menghambat reaksi oksidasi (Robinson, 1995). Senyawa-senyawa

flavonoid seperti flavonols, quercetin, dan cathechin juga terbukti menghambat

produksi TNF-α dan NO oleh magrofag yang teraktivasi, supresi TNF-α diduga

melalui penghambatan aktivasi NFκB (Al-Qattan et al,1999).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dapat disimpulkan bahwa senyawa

aktif (fitokimia) yang terkandung dalam ekstrak etanol 70% dapat menghambat

faktor pencetus kerusakan dari sel β pankreas, sehingga proses regenerasi menjadi

maksimal. Secara umum, jumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupakan

fungsi kumulatif antara masuknya sel baru dan keluarnya sel yang ada pada

populasi. Masuknya sel baru ke dalam populasi jaringan sebagian besar

ditentukan oleh kemampuan proliferasinya, sementara sel dapat dapat

meninggalkan populasinya karena kematian sel ataupun berdiferensiasi menadi sel

lain. Proliferasi sel dapat dirangsang oleh faktor pertumbuhan intrinsik, jejas,

kematian sel, atau bahkan oleh deformasi jaringan (Robbins dan Kumar, 2007).

Kemampuan atau potensi sel untuk berproliferasi pada jaringan pankreas

tergolong dalam sel stabil, dimana dalam keadaan normalnya, sel ini dianggap

istirahat (tau hanya mempunyai kemampuan replikasi yang rendah), tetapi mampu

membelah diri dengan cepat dalam hal merespon cedera (Robbins dan Kumar,

Page 16: Revisi Huda

56

2007). Dengan terjadi proses regenerasi/proliferasi dari sel β pankreas yang

maksimal tentunya akan menyebabkan peningkatan dari fungsi sel β pankreas

sehingga kadar insulin yang dihasilkan juga dapat meningkat.

Page 17: Revisi Huda

57

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Induksi streptozotosin (STZ) secara intraperitoneal dapat menyebabkan

terjadinya penurunan kadar insulin tikus yang signifikan.

2. Pemberian ekstrak etanol 70% daun sirsak mampu untuk meningkatkan kadar

insulin serum tikus. Dosis optimal peningkatan kadar insulin tikus dalam

penelitian ini didapat pada kelompok tikus dengan pemberian ekstrak etanol

70% dosis 25%.

7.2 Saran

Untuk peningkatan dan pengembangan penelitian lebih lanjut, peneliti

menyarankan:

1. Melakukan penelitian dengan variasi dosis dan pelarut yang berbeda.

2. Melakukan penelitian efek dari ekstrak etanol 70% daun sirsak dengan pemicu

senyawa diabetogenik yang lain

3. Melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui keefektifan yang lebih

maksimal dengan cara membandingkan bentuk sedian ekstrak etanol 70%

dengan bentuk sediaan yang lainnya.

4. Melakukan penelitian untuk mengetahui jumlah dari konsentrasi senyawa zat

aktif yang terkandung di dalam dau sirsak (Annona muricata Linn).