resume spiq
DESCRIPTION
Resume Sejarah Peradaban Islam Dinasti MamlukTRANSCRIPT
Tugas Individu
RESUME DINASTI MAMLUK
NUR SAKINAH ARIES
20700111079
Jurusan pendidikan matematika
Fakultas tarbiyah dan keguruan
Universitas islam negeri alauddin makassar
2013
RESUME DINASTI MAMLUK
A. Awal Terbentuknya Dinasti Mamluk
Mamalik adalah jamak dari Mamluk yang berarti budak atau hamba.
Dinasti Mamluk ini memang didirikan oleh para hamba. Mereka pada mulanya
adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti Ayyubiyyah sebagai
hamba, kemudian dididik dan dijadikan tenteranya. Mereka ditempatkan pada
kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Pada masa penguasa
Ayyubiah yang terakhir, Al-Malik Al-Salih, mereka dijadikan pengawal untuk
menjamin kelangsungan kekuasaannya. Dan mereka juga mendapat hak-hak
istimewa di masa itu, baik dalam bidang ketenteraan maupun dalam perolehan
benda-benda. Di Mesir, mereka ditempatkan di pulau Raudhah di Sungai Nil
untuk menjalani latihan tentera. Dan kerana itulah, mereka dikenali dengan
julukan Mamluk Bahri (laut). Saingan mereka dalam ketenteraan pada masa itu
adalah tentera yang berasal dari suku Kurdi.
Golongan Mamluk ini berasal dari berbagai suku bangsa di wilayah
Balkan, Asia Kecil, dan Transoksiana, yang sering disebut dengan suku bangsa
Turki (at-turk), sehingga pemerintahan mereka dinamakan Daulah at-Turk.
Suku-suku bangsa Mamluk adalah Turkoman, Kurdi, Romawi, Turki, Circasian,
dan Kaukasus ( Qapjaq ). Di negeri asalnya, mereka adalah suku-suku
pengembara yang hidup berpindah-pindah tempat. Di musim panas, mereka
menempati suatu wilayah dan di musim sejuk, mereka mencari wilayah lain yang
lebih sesuai.
Ketika Al-Malik Al-Salih meninggal ( 1249 M ), anaknya Turansyah,
naik tahta sebagai Sultan. Golongan Mamalik merasa terancam karena Turansyah
lebih dekat kepada tentera asal Kurdi daripada mereka. Pada tahun 1250 M,
Mamalik di bawah pimpinan Aybak dan Baybars berhasil membunuh Turansyah.
Isteri Al-Malik Al-Salih, Syajarah Al-Durr, seorang yang juga berasal dari
kalangan Mamalik mengambil kendali pemerintahan, sesuai dengan persepakatan
golongan Mamalik, yang berkuasa lebih kurang tiga bulan.
Kemudian dia bernikah dengan seorang tokoh Mamalik bernama Aybak
dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepadanya sambil berharap dapat terus
berkuasa di belakang tabir. Akan tetapi segera setelah itu, Aybak membunuh
Syajarah Al-Durr dan mengambil sepenuhnya kendali pemerintahan.
Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). setelah meninggal, ia
digantikan oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Ali kemudian mengundur
diri pada tahun 1259 M dan digantikan oleh wakilnya, Qutuz.
Setelah Qutus meninggal dunia, Baybars, seorang pemimpin tentera yang
teguh dan cerdas, diangkat oleh pasukannya menjadi Sultan ( 1260-1277 M ).
Beliau adalah sultan yang terbesar dan termasyhur di antara 47 Sultan Mamalik. Ia
pula dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamalik kerana Dinastinya
yang begitu utuh dan kuat.
B. Kemajuan Dinasti Mamluk
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, dinasti Mamluk membuka hubungan
dagang dengan Perancis dan Itali melalui perluasan jalur perdagangan yang
sudah dirintis oleh dinasti Fatimiyyah di Mesir sebelumnya.
Disamping itu, hasil pertanian juga meningkat. Keberhasilan dalam bidang
ekonomi ini didukung oleh pembangunan jaringan pengangkutan dan
komunikasi antara kota, baik laut mahupun darat. Keteguhan angkatan laut
Mamalik sangat membantu pengembangan ekonominya.
Arsitektur dan Pembangunan
Pergantian Sultan yang dialami oleh dinasti Mamluk, khususnya
pada masa dinasti Mamluk Bahri memberikan corak tersendiri bagi
perkembangan arsitektur setiap sultan. Kondisi persaingan di bidang
arsitektur ini memberikan gambaran tersendiri bagi kewibawaan dan
kemajuan bagi diri sultan. Oleh karena itu perhatian terhadap kondisi
arsitektur melambangkan kejayaan Dinasti. Hal tersebut dapat dilihat dari
setiap sultan berusaha lebih berhasil dari pendahulunya meskipun semuanya
tidak terpenuhi, sehingga ada keinginan mengabadikan sesuatu yang bersifat
monumental dari kepemimpinannya sebagai warisan sejarah.
Pengembangan arsitektur yang sangat tinggi tersebut ditopang oleh
datangnya beberapa insinyur tehnik yang melarikan diri ke Mesir untuk
mencari perlindungan kepada sultan akibat kejaran tentara Mongol.
Kedatangan arsitek tersebut membawa Mesir mengalami perkembangan seni
dan budaya secara cepat, dengan prestasi-prestasi tersendiri seperti arsitektur,
keramik, dan karya arsitek dalam logam. Banyak arsitek didatangkan ke
Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang indah.
Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini di antaranya adalah
rumah sakit, museum, perpustakaan, villa-villa, kubah dan menara masjid.
Ilmu Pengetahuan
Di dalam ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuan-
ilmuan asal Baghdad dari serangan tentera Mongol. Kerana itu, ilmu-ilmu
banyak berkembang di Mesir, seperti sejarah, perubatan, astronomi,
matematik, dan ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar,
seperti Ibn Khalikan, Ibn Taghribardi, dan Ibn Khaldun. Di bidang astronomi
dikenal nama Nasir Al-Din Al-tusi. Di bidang perubatan pula, Abu Hasan
`Ali Al-Nafis. Sedangkan, dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Ibn
Taimiyah, Al-Sayuthi, dan Ibn Hajar Al-`Asqalani.
Ketentaraan/Kemiliteran
Pemerintahan dinasti ini dilantik dari pengaruhnya dalam ketenteraan.
Para Mamluk yang dididik haruslah dengan tujuan untuk menjadi pasukan
pendukung kebijaksanaan pemimpin. Ketua Negara atau sultan akan diangkat
di antara pemimpin tentera yang terbaik, yang paling berprestasi, dan
mempunyai kemampuan untuk menghimpun kekuatan. Walaupun mereka
adalah pendatang di wilayah Mesir, mereka berhasil menciptakan ikatan yang
kuat berdasarkan daerah asal mereka.
Dinasti Mamalik juga menghasilkan buku mengenai ilmu ketenteraan.
Minat para penulis semakin terpacu dengan keinginan mereka untuk
mempersembahkan sebuah karya kepada kepada para sultan yang menjadi
penguasa saat itu. Perbahasan yang sering dibahas adalah mengenai selok-
belok yang berkaitan dengan serangan bangsa Mongol. Pada lingkungan
ketenteraan Dinasti ini, menghasilkan banyak karya tentang ketenteraan,
khususnya keahlian menunggang kuda.
Budaya Politik
Landasan yang dipakai untuk menilai fikrah politik para Mamalik
adalah dengan mempergunakan kaca mata yang Islamik, yakni keberadaan
manusia di bumi ini bertujuan untuk beribadat kepada Allah.
C. Kemunduran Dinasti Mamluk
Sebagaimana halnya dinasti-dinasti lain, dinasti mamluk juga
mengalami pasang surut. Setelah mengalami kemajuan dalam berbagai bidang,
dinasti ini mengalami kemunduran yang pada akhirnya membawa kepada masa
kehancuran. Faktor-faktor yang menyebabkan dinasti ini mengalami kemunduran
dan kehancuran di antaranya adalah :
a. Perebutan Kekuasaan
Pada masa pemerintahan Qalawun, Sultan Mamluk ke-8 (1279-1290 M)
melakukan perubahan dalam bidang pemerintahan, yaitu pergantian sultan secara
turun-temurun dan tidak lagi memberikan kesempatan kepada pihal militer untuk
memilih sultan sebagai pemimpin mereka. Di samping itu, Qalawun juga telah
mengesampingkan kelompok Mamluk Bahriyun sehingga semakin lama pejabat
dari Mamluk Bahriyun semakin berkurang dan digantikan dengan oleh Mamluk
Al- Burjiyun.
Sistem baru yang diterapkan Qalawun ternyata telah menimbulkan
kericuhan dalam pemerintahan. Pada masa Al- Nasir Muhammad Ibnu Qalawun
(1293 M) ia mengalami dua kali turun tahta karena perebutan kekuasaan dengan
Kitbuga (Al- Adi Zaenal Al- Din) dan Najim Al-Mansur Hismudin. Pada 1382 M
Barquk Al- Dzahir Saef Al- Din dari Mamluk Al- Burjiyun berhasil merebut
kekuasaan dari tangan Al- Shalih Salahuddin, Sultan terakhir dari keturunan
Qalawun. Sejak saat itulah mulai periode kekusaan Mamluk Al- Burjiyun.
Meskipun sultan-sultan Mamluk Burjiyun menerapkan sistem
pemerintahan secara oligarki seperti yang diterapkan Mamluk Bahriyun
sebelumnya, kekacauan tetap berlanjut sehingga situasi ini di manfaatkan oleh
para amir untuk saling berebut kekuasaan dan merperkuat posisinya di
pemerintahan.
b. Kemewahan dan Korupsi
Sejak pemerintahan Al- Nasir, pola hidup mewah telah menjalar di
kalangan penguasa istana, bahkan di kalangan para amir. Hal ini, membuat
keuangan negara semakin merosot dan untuk mengatasinya, pendapatan dari
sektor pajak dinaikkan sehingga penderitaan rakyat semakin bertambah.
Disamping itu, perdagangan pun dipersulit, seperti komoditi utama dari Mesir
yang selama ini diperjualbelikan bebas oleh para petani, diambil alih oleh sultan-
sultan dan keuntungannya untuk berfoya-foya. Banyak penguasa Mamluk Burji
yang bermoral rendah dan tidak menyukai ilmu pengetahuan. Maka, suatu
kekuatan politik baru yang besar muncul sebagai tentangan bagi Mamalik, yaitu
Dinasti Usmani.
c. Merosotnya Perekonomian
Sikap penguasa Dinasti Mamluk yang memeras pedagang membelenggu
kebebesan petani menyebabkan lunturnya gairah dan semangat kerja mereka.
Keadaan ini semakin memperburuk musim kemarau panjang dan wabah penyakit
menjalar di Negeri ini.
Selain itu, sejak Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di tahun
1498 M, jalur perdagangan dari Timur jauh ke Eropa yang asalnya melalui Kairo,
berpindah ke tempat itu. Hal ini berdampak besar pada pendapatan devisa Negara
yang selanjutnya melemahkan perekonomian.
d. Serangan dari Turki Ustmani
Penyebab langsung runtuhnya Dinasti Mamluk adalah terjadinya
peperangan antara Turki Ustmani ynag terjadi dua kali. Pada tahun 1516 M,
terjadilah peperangan di Aleppo yang berakhir dengan kekalahan total tentara
Mamluk. Setelah menang di Aleppo, tentara Turki Ustmani melanjutkan
perjalanannya untuk masuk ke daerah Mesir yang dalam perjalanan ini terjadi
pertempuran sengit antara tentara Turki Ustmani dan Mamluk pada 22 Januari
1516 M. Pertempuran terjadi ketika Mamluk diperintah oleh Tuman Bay II (Al-
Asyrof) yang merupakan sultan terakhir Dinasti Mamluk.
Dinasti Mamalik juga kalah melawan pasukan Utsmani dalam
pertempuran di luar kota Cairo pada tahun 1517 M. Sejak itu wilayah Mesir
berada di bawah kekuasaan Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Dinasti
Mamluk di Mesir yang berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya tampuk
pemerintahan kekhalifahan dipindahkan dari Kairo ke Istambul dan Sejak itu
wilayah Mesir berada di bawah kekuasaan Dinasti Usmani sebagai salah satu
wilayahnya.