resume sexual harassment

8
TUGAS PERILAKU ORGANISASI PELECEHAN SEKSUAL (SEXUAL HARASSMENT) DALAM ORGANISASI Disusun oleh Kirana Dita Putri Somantri (120310110121) Kiyanadhira Abghiazka Aryienno (120310110127)

Upload: kiyanadhira-abghiazka-aryienno

Post on 18-Feb-2015

100 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Sexual Harassment

TUGAS PERILAKU ORGANISASI

PELECEHAN SEKSUAL (SEXUAL HARASSMENT)

DALAM ORGANISASI

Disusun oleh

Kirana Dita Putri Somantri (120310110121)

Kiyanadhira Abghiazka Aryienno (120310110127)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: Resume Sexual Harassment
Page 3: Resume Sexual Harassment

Pengertian Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual (sexual harassment) adalah suatu keadaan yang tidak bisa

diterima, baik secara lisan, fisik, atau isyarat seksual; pernyataan yang bersifat menghina secara

tegas, dilakukan oleh seseorang pada pekerja dan menyebabkan pekerja yang diserang (korban)

merasa terancam, dipermalukan, dibodohi, dilecehkan, atau melemahkan kondisi keamanan

kerja, atau menciptakan ancaman, atau intimidasi lingkungan kerja.

Pelecehan seksual mencakup kejadian seksual yang tidak dikehendaki, yang meliputi:

kontak fisik yang tidak perlu, seperti menyentuh, atau menepuk yang membuat tidak

nyaman

perkataan yang tidak bisa diterima dan sugestif, lelucon, komentar mengenai penampilan,

dan ucapan yang disengaja

kerlingan dan undangan yang mencurigakan

pengunaan gambar-gambar porno di tempat kerja

ajakan seksual

serangan fisik dan perkosaan

Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan atau

kenaikan jabatan, bahkan dapat disertai ancaman, baik secara terang-terangan maupun tidak. Jika

tidak diterima, korban bisa diancam kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan, dimutasikan, dan

sebagainya.  Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun dapat

membuat tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh tekanan, dan sebagainya.

Perempuan sebagai Korban Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual terhadap perempuan di tempat kerja telah tercatat sejak pertama kali

perempuan memasuki pasar tenaga kerja (sumber: Sexual Shakedown: the Sexual Harassment of

Women on the Job, Lin Farley (1978)).  Artinya, pelecehan seksual terhadap perempuan di

tempat kerja sudah muncul sejak perempuan memasuki dunia kerja, yaitu sejak kapitalisme

berkembang. Farley mengatakan bahwa pelecehan seksual merupakan metode baru yang

dikembangkan oleh kapitalisme dalam mengontrol tenaga kerja perempuan.

Data mengatakan bahwa sebagian besar korban pelecehan seksual adalah perempuan.

Karena kondisi kekuasaan sosial yang menempatkan posisi laki-laki lebih berkuasa daripada

perempuan, maka sebagian laki-laki menyalahgunakan kekuasaannya untuk mendapatkan

“keuntungan seksual” terhadap perempuan.

Page 4: Resume Sexual Harassment

Tiga Teori dalam Analisa Pelecehan Seksual oleh Sandra S. Tangri, Martha R. Burt and

Leanor B. Johnson:

Teori Biologis. Perilaku pelecehan seksual merupakan suatu ekspresi dari kerja hormon-

hormon seksual laki-laki dan perempuan, di mana laki-laki dipandang memiliki dorongan

seksual yang lebih besar sehingga seringkali laki-laki menjahili perempuan secara seksual,

walaupun di tempat kerja atau organisasi.

Teori Sosiokultural. Mengasumsikan bahwa laki-laki dan perempuan secara sosiokultural

dibesarkan oleh suatu sistem yang menempatkan mereka sebagai dua pihak yang tidak

setara.

Teori Organisasional. Berasumsi bahwa dengan adanya perbedaan struktur dalam dunia

kerja (ada atasan dan bawahan), maka ada peluang bagi mereka yang punya posisi lebih

tinggi untuk memperlakukan mereka yang menjadi bawahannya secara sewenang-wenang.

Dua Pendekatan untuk Mengukur/Menilai Tindakan Pelecehan Seksual

1. SEQ (Sexual Experiences Questionaire) yang menilai pelecehan seksual secara

psikologi seperti rasa kurang nyaman dalam lingkungan kerja atau dalam organisasi akibat

lelucon seksual.

2. ISH (Inventory of Sexual Harassment) yang menilai pelecehan seksual dalam bentuk

tingkah laku.

Agenda Pengembangan Penelitian Tindak Pelecehan Seksual di Masa yang akan Datang

• Penelitian longitudinal (dalam jangka waktu yang cukup lama) untuk memperoleh data

longitudinal dalam memahami konteks organisasi dari tindak pelecehan yang terjadi disertai

dengan teknik multiplicity sampling untuk menghubungkan level makro dan mikro. Dengan

menghubungkan wawancara antara individual, supervisor, dan manajer SDM, multiplicity

sampling dapat memberikan data mengenai hubungan antara tindak pelecehan seksual dengan

kebijakan dan konteks organisasi serta hasil kinerja perusahaan.

• Menguak proses genderisasi yang memerlukan riset kualitatif. Proses genderisasi mengacu

kepada bagaimana struktur bentuk organisasi ditentukan oleh gender. Proses genderisasi dalam

organisasi sulit untuk ditangkap hubungannya dengan tindak pelecehan seksual melalui metode

survey biasa. Hubungan ini hanya dapat ditangkap dalam organisasi melalui metode riset

kualitatif.

• Pembahasan mengenai tindak pelecehan seksual dan ras. Beberapa hasil penelitian

menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat pelecehan seksual antara wanita kulit putih

dengan wanita kulit berwarna. Namun terdapat juga beberapa hasil penelitian yang membuktikan

Page 5: Resume Sexual Harassment

bahwa wanita kulit berwarna mengalami tindak pelecehan seksual yang lebih parah

dibandingkan dengan wanita kulit putih.

• Pembahasan mengenai tindak pelecehan seksual terhadap pria dan sesama jenis kelamin.

Tindak pelecehan seksual terhadap pria jarang diteliti karena kebanyakan pria menganggap

perilaku yang berbau seksual dalam lingkungan sosial, seperti kantor misalnya, bukanlah sesuatu

yang mengancam. Lain halnya dengan wanita yang justru menganggap sebaliknya. Selain itu

tindak pelecehan yang perlu diperhatikan adalah tindak pelecehan seksual terhadap sesama jenis,

baik di kalangan homoseksual maupun heteroseksual, di mana seorang pria heteroseksual bisa

saja melakukan pelecehan terhadap pria heteroseksual lainnya.

Dampak Negatif Pelecehan Seksual pada Organisasi

Pelecehan seksual merupakan isu keamanan dan kesehatan kerja karena tindakan itu

merugikan korban pelecehan seksual dan semua pihak termasuk rekan kerja, pengusaha, ataupun

pelaku pelecehan:

Korban pelecehan seksual : hilang kepercayaan diri, harga diri, dan kehormatan diri;

tempat kerja tidak aman maupun tidak menerima mereka; keamanan pekerjaan terancam;

penurunan prestasi kerja (stress dan sakit, dan hubungan interpersonal terganggu).

Rekan kerja : penurunan moral, meningkatnya tekanan dan konflik, rasa takut dan cemas.

Pelaku pelecehan seksual : hilangnya rasa hormat dari rekan kerja dan atasan;

mendapatkan sanksi disiplin dan mungkin pemecatan, membahayakan kesempatan

peningkatan karier. Jika dilaporkan ke pihak yang berwenang (polisi) dan ada tuntutan

hukum, ia bisa terjerat sanksi pidana;

Atasan/pengusaha : produktifitas menurun karena penyebaran iklim kerja yang tidak

nyaman dan aman di tempat kerja; pekerja resign atau minta dimutasi; meningkatnya

ketidakhadiran pekerja karena sakit akibat stres; citra buruk perusahaan atas tindakan tidak

bermoral; waktu dan biaya tersita karena menghadapi kasus tuntutan hukum karena

melanggar hukum anti-diskriminasi atau hukum K3.

Stop Pelecehan Seksual di Organisasi!

Pelecehan seksual tidak bisa diterima dan kita semua harus dengan berani meyuarakan

stop pelecehan seksual di organisasi/tempat kerja. Banyak yang masih ragu untuk melaporkan

tindakan pelecehan seksual yang dialami karena kita mengganggapnya sebagai hal yang biasa

terjadi, atau takut kena sanksi, diasingkan, atau dipecat.

Page 6: Resume Sexual Harassment

Pelecehan seksual bukan hanya isu pekerja perempuan, namun semua pekerja dan serikat

pekerja. Serikat pekerja harus memastikan bahwa tempat kerja aman bagi semua pekerja dan

menjamin bahwa manajemen memiliki dan menjalankan kebijakan larangan tindakan pelecehan

seksual. Pelecehan seksual juga bentuk dari diskriminasi, dan serikat pekerja memiliki tugas

memastikan bahwa tidak ada diskriminasi di tempat kerja dalam bentuk apapun.

Sebagai anggota organisasi/tempat kerja, jika terjadi pelecehan seksual terhadap kita, kita dapat melakukan hal-hal berikut:

- Membuat catatan tentang kejadian pelecehan seksual yang dialami.  Catat identitas pelaku, tempat kejadian, waktu, saksi, dan apa yang dilakukan pelaku, serta ucapan-ucapannya.- Bicara pada orang yang dipercaya tentang pelecehan seksual yang dialami.- Katakan kepada pelaku bahwa tindakannya tidak dapat diterima, baik secara langsung, lewat telepon, atau e-mail. Ajak seorang teman untuk menjadi saksi.- Melaporkan pelecehan seksual tersebut ke polisi, karena pelecehan seksual melanggar hukum.

Aturan Hukum tentang Pelecehan Seksual

1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dapat menjerat seseorang pelaku pelecehan seksual:

Pencabulan (pasal 289-296) Penghubungan pencabulan (pasal 295-298 dan pasal 506) Persetubuhan dengan wanita di bawah umur (pasal 286-288)

2. Undang-Undang Hak Asasi Manusia No. 39/1999 menyatakan dengan tegas bahwa setiap

manusia memiliki hak dan martabat yang sama dan sederajat, berhak atas jaminan dan

perlindungan hak asasi manusia tanpa diskriminasi.

3. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan

(CEDAW: Convention on Elimination Discrimination Against Women), 1979. Konvensi ini

merupakan perjanjian internasional yang paling komprehensif dan menetapkan kewajiban hukum

yang mengikat untuk mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan. Konvensi ini juga

menetapkan persamaan kesempatan perempuan dan laki-laki untuk menikmati hak-hak sipil,

politik, ekonomi, sosial dan budaya. Indonesia telah mengesahkan konvensi ini melalui UU No.

7/1984.

Page 7: Resume Sexual Harassment

DAFTAR PUSTAKA

http://bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-MIS/2005/93/93-8-Gender_and_Sexual_Harassment-Kel_93.pdf

http://unionism.wordpress.com/2009/02/06/stop-sexual-harassment-and-violence-at-work/

http://waroengkemanx.blogspot.com/2010/06/pelecehan-seksual-teori-dan-hukum.html

http://www.pelitaui.com/perspektif-gender.html