askep fungsi sexual pd lansia

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia. Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia diatas 45 tahun. Pada periode ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua. Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat. Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil 31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun.

Upload: wulandari-dan

Post on 04-Jul-2015

299 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang   

Kehidupan seksual merupakan bagian dari kehidupan manusia, sehingga

kualitas kehidupan seksual ikut menentukan kualitas hidup. Hubungan seksual yang

sehat adalah hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dinikmati bersama

pasangan suami dan istri dan tidak menimbulkan akibat buruk baik fisik maupun

psikis termasuk dalam hal ini pasangan lansia.

Dewasa lanjut (Late adult hood) atau lebih dikenal dengan istilah lansia

adalah periode dimana seseorang telah mencapai usia  diatas 45 tahun. Pada periode

ini masalah seksual masih mendatangkan pandangan bias terutama pada wanita

yang menikah, termasuk didalamnya aspek sosio-ekonomi. Pada pria lansia masalah

terbesar adalah masalah psikis dan jasmani, sedangkan pada wanita lansia lebih

didominasi oleh perasaan usia tua atau merasa tua.

Pada penelitian di negara barat, pandangan bias tersebut jelas terlihat.

Penelitian Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang, ternyata hanya mengambil

31 wanita dan 48 pria yang berusia diatas 65 tahun. Penelitian Masters-Jonhson juga

terutama mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedang

penelitian Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di

atas 70 tahun (Alexander and Allison,1995).

Page 2: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

BAB II

PEMBAHASAN

I. Perubahan anatomik pada sistem genetalia pada lansia

A. Wanita

Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, genitalia interna dan eksterna

berangsur-angsur mengalami atrofi.

1. Vagina

Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami

pengecilan.

Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke

dalam vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami

atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks

mengecil dan ber¬henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula

jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat

fibrosis.

Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan

koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju

pendangkalan atau pengecilan genitalia eksterna.

2. Uterus

Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan

dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan

fibrotik. Serviks menyusut tidak menonjol, bahkan lama-lama akan merata

dengan dinding jaringan.

Page 3: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

3. Ovarium

Setelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permukaannya menjadi

“keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan  akibat dari ovulasi yang

berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi  rata lagi seperti anak

oleh karena tidak terdapat  folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia

interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti

berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang

pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron.

4. Payudara (Glandula Mamae)

Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang

gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggantung. Keadaan ini

disebabkan oleh karena atrofi hanya mempengaruhi kelenjar payudara saja.

Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional,

begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan

bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis

pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah.

Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi

oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi

jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik.

B. Pria

1. Prostat

Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala

yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang

kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball

Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang

merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih,

otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul

mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada  60%

pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50%

yang menjadi BPH Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang

menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik.

Page 4: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5

alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang

dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat.

Sebenarnya selain  proses menua rangsangan androgen ikut berperan

timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang

pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.

2. Testis

Penuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat testis

tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma

berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50%

dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan

kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan

periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas

sexsual sampai umur lanjut.

II. Perubahan fisiologik aktivitas seksual akibat proses penuaan bila ditinjau dari

pembagian tahapan seksual menurut Kaplan adalah berikut ini :

1. Fase desire

Dipengaruhi oleh penyakit, masalah hubungan dengan pasangan, harapan

kultural, kecemasan akan kemampuan seks. Hasrat pada lansia wanita mungkin

menurun seiring makin lanjutnya usia, tetapi bias bervariasi.Interval untuk

meningkatkan hasrat seksual pada lansia pria meningkat serta testoteron menurun

secara bertahap sejak usia 55 tahun akan mempengaruhi libido.

2. Fase arousal

Lansia wanita: pembesaran payudara berkurang; terjadi penurunan flushing,

elastisitas dinding vagina, lubrikasi vagina dan peregangan otot-otot; iritasi

uretra dan kandung kemih.

Lansia pria : ereksi membutuhkan waktu lebih lama, dan kurang begitu kuat;

penurunan produksi sperma sejak usia 40tahun akibat penurunan testoteron;

elevasi testis ke perineum lebih lambat.

Page 5: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

3. Fase orgasmik

Lansia wanita : tanggapan orgasme kurang intens disertai lebih sedikit

konstraksil kemampuan mendapatkan orgasme multipel berkurang.

Lansia pria : kemampuan mengontrol ejakulasi membaik; kekuatan dan

jumlah konstraksi otot berkurang; volume ejakulat menurun.

4. Fase pasca orgasmik

Mungkin terdapat periode refrakter dimana pembangkitan gairah sampai

timbulnya fase orgasme berikutnya lebih sukar terjadi. Disfungsi seksual pada

lansia tidak hanya disebabkan oleh perubahan fisiologik saja, terdapat banyak

penyebab lainnya seperti:

Penyebab iatrogenik

Tingkah laku buruk beberapa klinisi, dokter, suster dan orang lain yang

mungkin membuat inadekuat konseling tentang efek prosedur operasi

terhadap fungsi seksual.

Penyebab biologik dan kasus medis

Hampir semua kondisi kronis melemahkan baik itu berhubungan langsung

atau tidak dengan seks dan system reproduksi mungkin memacu disfungsi

seksual psikogenik.

III.Di samping faktor perubahan fisik, faktor psikologi juga sering kali

menyebabkan penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia seperti :

1. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.

2. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh

tradisi dan budaya.

3. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.

4. Pasangan hidup telah meninggal.

5. Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa

lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

Page 6: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

IV. Beberapa hal yang dapat menyebabkan masalah kehidupan sosial antara lain :

1. Infark miokard

Mungkin mempunyai efek yang kecil pada fungsi seksual. Banyak pasien segan

untuk terlibat dalam hubungan seksual karena takut menyebabkan infark.

2. Pasca stroke

Masalah seksual mungkin timbul setelah perawatan di rumah sakit karena pasien

mengalami anxietas akibat perubahan gambaran diri, hilangnya kapasitas, takut

akan kehilangan cinta atau dukungan relasi serta pekerjaan atau rasa bersalah dan

malu atas situasi. Pola seksual termasuk kuantitas dan kualitas aktivitas seksual

sebelum stroke sangat penting untuk diketahui sebelum nasehat spesifik tentang

aktivitas seksual ditawarkan. Karena sistem saraf otonomik jarang mengalami

kerusakan pada stroke, maka respon seksual mungkin tidak terpengaruh.

Libido biasanya tidak terpengaruh secara langsung. Jika terjadi hemiplegi

permanent maka diperlukan penyesuaian pada aktivitas seksual. Perubahan

penglihatan mungkin membatasi pengenalan orang atau benda-benda, dalam

beberapa kasus, pasien dan pasangannya mungkin perlu belajar untuk

menggunakan area yang tidak mengalami kerusakan. Kelemahan motorik dapat

menimbulkan kesulitan mekanik, namun dapat diatasi dengan bantuan fisik atau

tehnik “bercinta” alternatif. Kehilangan kemampuan berbicara mungkin

memerlukan sistem non-verbal untuk berkomunikasi.

3. Kanker

Masalah seksual tidak terbatas pada kanker yang mengenai organ-organ seksual.

Baik operasi maupun pengobatan mengubah citra diri dan dapat menyebabkan

disfungsi seksual (kekuatan dan libido) untuk sementara waktu saja, walaupun

tidak ada kerusakan saraf.

Page 7: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

4. Diabetes mellitus

Diabetes menyebabkan arteriosklerosis dan pada banyak kasus menyebabkan

neuropati autonomik. Hal ini mungkin menyebabkan disfungsi ereksi dan

disfungsi vasokonstriksi yang memberikan kontribusi untuk terjadinya disfungsi

seksual.

5. Arthritis

Beberapa posisi bersenggama adalah menyakitkan dan kelemahan atau kontraktur

fleksi mungkin mengganggu apabila distimulasi secara memadai. Nyeri dan kaku

mungkin berkurang dengan pemanasan, latihan, analgetik sebelum aktivitas

seksual.

6. Rokok dan alcohol

Pengkonsumsian alkohol dan rokok tembakau mengurangi fungsi seksual,

khususnya bila terjadi kerusakan hepar yang akan mempengaruhi metabolisme

testoteron. Merokok juga mungkin mengurangi vasokongesti respon seksual dan

mempengaruhi kemampuan untuk mengalami kenikmatan.

7. Penyakit paru obstruktif kronik

Ada penyakit paru obstruktif kronik, libido mungkin terpengaruh karena adanya

kelelahan umum, kebutuhan pernafasan selama aktivitas seksual mungkin dapat

menyebabkan dispnoe, yang mungkin dapat membahayakan jiwa.

8. Obat-obatan

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, antara

lain beberapa obat anti hipertensi, estrogen, anti psikotik, sedatif, dan lain-lain.

Page 8: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

V. Upaya mengatasi permasalahan seksual pada lansia

Untuk mengatasi beberapa gangguan baik fisik maupun psikis termasuk

masalah seksual diperlukan penanganan yang serius dan terpadu. Proses penanganan

ini memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari keluhan dan kerjasama

antara pasien dengan konselor. Dari ketiga gangguan tersebut, masalah seksual

merupakan masalah yang penanganannya memerlukan kesabaran dan kehati-hatian,

karena pada beberapa masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan

membicarakan masalah seksual adalah masalah yang tabu.

Manajemen yang dilakukan tenaga kesehatan untuk mengatasi gangguan

seksual pada lansia adalah sebagai berikut :

1. Anamnesa Riwayat Seks

Gunakan bahasa yang saling menguntungkan dan memuaskan

Gunakan pertanyaan campuran antara terbuka dan teutup

Mendapatkan gambaran yang akurat tentang apa yang sebenarnya salah

Uraikan dengan panjang lebar permasaIahanya

Dapatkan latar belakang medis mencakup daftar lengkap tentang  obat-obatan

yang  dikonsumsi oieh pasien.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dihadapan pasangannya. Anamnese

harus rinci, meliputi awitan, jenis maupun intensitas gangguan yang dirasakan.

Juga anamnese tentang ganguan sistemik maupun organik yang dirasakan.

Penelaahan tentang gangguan psikologik, kognitif harus dilakukan. Juga

anamneses tentang obat-obatan. Pemeriksaan fisik meliputi head to toe.

Pemeriksaan tambahan yang dilakukan meliputi keadaan jantung, haati,

ginjal dan paru-paru. Status endokrin dan metaboliuk meliputi keadaan gula

darah, status gizi dan status hormonal tertentu. Apabila keluhan mengenai

Page 9: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

disfungsi ereks pada pria, pemeriksaan khas juga meliputi a.l pemeriksaan dengan

snap gauge atau nocturnal penile tumescence testing. (Hadi-Martono, 1996) 

2. Pengobatan yang diberikan mencakup :

Konseling Psikoseksual

Therapi Hormon

Penyembuhan dengan obat-obatan

Peralatan Mekanis

Bedah Pembuluh  

3. Bimbingan Psikososial

Bimbingan dan konseling  sangat dipentingkan dalam rencana manajemen

gangguan seks dan dikombinasikan dengan penyembuhan pharmakologi.

4. Penyembuhan Hormon

Pada pria lansia : Penggunaan suplemen testosteron untuk menyembuhkan

viropause/andropause pada pria (pemanasan dan ejakulasi).

Pada wanita lansia : Terapi pengganti hormon (HRT) dengan pemberian

estrogen pada klimakterium.

5. Penyembuhan dengan Obat

Yohimbine, Pemakaian Krim vasoaktif

Oral phentholamin

Tablet apomorphine sublingual

Sildenafil, suntik intra-carporal obat vasoaktif

Page 10: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

Penempatan intra-uretral prostaglandin

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH FUNGSI SEKSUAL

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

1. Nama Klien

2. Umur

3. Agama

4. Suku

5. Pendidikan

6. Alamat

7. Pekerjaan

8. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

9. Status social ekonomi keluarga

b. Dapatkan riwayat seksual:

Pola seksual biasanya

Kepuasan (individu, pasangan)

Pengetahuan seksual

Masalah (seksual, kesehatan)

Harapan

Suasana hati, tingkat energi

Page 11: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

2. Diagnosa Keperawatan

1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang

ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh terutama pada fungsi

seksual yang dialaminya

Kriteria hasil:

1. Mengekspresikan kenyamanan

2. Mengekspresikan kepercayaan diri

Intervensi:

1. Bantu pasien untuk mengekspresikan perubahan fungsi tubuh termasuk organ

seksual seiring dengan bertambahnya usia.

2. Diskusikan beberapa pilihan agar dicapai kenyamanan.

3. Berikan pendidikan kesehatan tentang penurunan fungsi seksual.

4. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak, rendah

kolestrol, dan berupa diet vegetarian

5. Anjurkan klien untuk menggunakan krim vagina dan gel untuk mengurangi

kekeringan dan rasa gatal pada vagina, serta untuk megurangi rasa sakit pada saat

berhubungan seksual

2. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota

tubuh.

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan bentuk salah satu angota tubuhnya secara

positif

Kriteria hasil:

Page 12: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

1. Pasien mau berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan tanpa rasa malu dan

rendah diri

2. Pasien yakin akan kemampuan yang dimiliki

Intervensi:

1. Kaji perasaan/persepsi pasien tentang perubahan gambaran diri berhubungan

dengan keadaan angota tubuhnya yang kurang berfungsi secara normal

2. Lakukan pendekatan dan bina hubungan saling percaya dengan pasien

3. Tunjukkan rasa empati, perhatian dan penerimaan pada pasien

4. Bantu pasien untuk mengadakan hubungan dengan orang lain

5. Beri kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaan kehilangan

6. Beri dorongan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri dan hargai

pemecahan masalah yang konstruktif dari pasien.

3. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan efek penyakit akut dan kronis

Tujuan : Pasien dapat menerima perubahan pola seksualitas yang disebabkan masalah

kesehatannya.

Kriteria Hasil :

1. Mengidentifikasi keterbatasannya pada aktivitas seksual yang disebabkan masalah

kesehatan

2. Mengidentifikasi modifikasi kegiatan seksual yang pantas dalam respon terhadap

keterbatasannya

Interversi :

1. Kaji factor-faktor penyebab dan penunjang, yang meliputi

Kelelahan

Page 13: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

Nyeri

Nafas pendek

Keterbatasan suplai oksigen

Imobilisasi

Kerusakan inervasi saraf

Perubahan hormone

Depresi

Kurangnya informasi yang tepat

2. Hilangkan atau kurangi factor-faktor penyebab bila mungkin. Ajarkan pentingnya

mentaati aturan medis yang dibuat untuk mengontrol gejala penyakit

3. Berikan informasi terbatas dan saran khusus

Berikan informasi yang tepat pada pasien dan pasangannya tentang

keterbatasan fungsi seksual yang disebabkan oleh keadaan sakit

Ajarkan modifikasi yang mungkin dalam kegiatan seksual untuk membantu

penyesuaian dengan keterbatasan akibat sakit (saran khusus)

Page 14: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

DAFTAR PUSTAKA

http://abhique.blogspot.com/2009/10/konsep-keperawatan pada lnjut usia (lansia).html

http://abhique.blogspot.com/2009/10/rencana asuhan keperawatan pada lansia.html

Carpenito,Lynda Juall.2000.Diagnosa Keperawatan.EGC.Jakarta

Aspiani Reny Yuli,S.Kep.Ns.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik.2008.

Page 15: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

TUGAS GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN

MASALAH FUNGSI SEKSUAL

OLEH :

Page 16: Askep Fungsi Sexual Pd Lansia

KELOMPOK 13

NURMAYA SHOFIANI

NYOMAN VENI TRISNA DEWI

OBILIANA HERDIATI

PETRUS NAWAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES)

MATARAM

2010