resume materi mesin

Upload: anonymous-thuwnr59ex

Post on 09-Mar-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kebanyakan Airfoil memiliki bagian bawah yang datar sedangkan bagian atasnya membentuk chamber (melengkung). Perkembangan berikutnya, airfoil dengan lower surface berbentuk lengkungan mulai digunakan, yang dikenal dengan "double-cambered airfoils". Demikian juga airfoil dengan lower surface berbentuk cekung ( concave ) yang disebut "under-cambered airfoil". Dalam geometri blade juga harus memperhatikan ascpect ratio dari airfoil tersebut. Aspect ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara kuadrat span (s2) dengan luas area dari airfoil.

TRANSCRIPT

  • TUGAS RESUME

    MATA KULIAH MESIN-MESIN FLUIDA

    Diususun oleh :

    Febrilia Ramadani 2412100032

    PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA

    JURUSAN TEKNIK FISIKA

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

    SURABAYA

    2015

  • RESUME MATERI MESIN-MESIN FLUIDA

    1. Analisis dan Rancangan Steam Turbin

    1.1 Geometri Blade

    Gambar 1. Geometri blade

    Kebanyakan Airfoil memiliki bagian bawah yang datar sedangkan bagian

    atasnya membentuk chamber (melengkung). Perkembangan berikutnya, airfoil

    dengan lower surface berbentuk lengkungan mulai digunakan, yang dikenal dengan

    "double-cambered airfoils". Demikian juga airfoil dengan lower surface berbentuk

    cekung ( concave ) yang disebut "under-cambered airfoil". Dalam geometri blade

    juga harus memperhatikan ascpect ratio dari airfoil tersebut. Aspect ratio

    didefinisikan sebagai perbandingan antara kuadrat span (s2) dengan luas area dari

    airfoil.

    AR =

    (1)

    Berdasarkan definisi aspect ratio, untuk blade area yang sama, maka high

    aspect ratio blade (blade yang panjang dan ramping) mempunyai ujung-ujung

    yang terpisah lebih jauh dibanding dengan low aspect ratio blade (blade yang

    pendek dan gemuk). Sebagai akibatnya, pengaruh tip vortex (aliran melingkar)

    tidak begitu dirasakan (lebih sedikit ) dibanding dengan low aspect ratio blade.

    Oleh karena itu pada high aspect ratio blade tidak banyak kehilangan lift dan

    penambahan drag ( yang dikarenakan pengaruh tip-nya ). Berat blade juga akan

    bertambah seiring dengan bertambahnya AR. Karenanya pada high speed aircraft

    digunakan blade dengan low AR dengan tujuan untuk memperkecil berat dari wing

    tersebut. Pengaruh perubahan AR adalah adanya perubahan sudut stall (stall).

    Akibat berkurangnya eff (efektifitas angle of attack) pada tip.

  • 1.2 Blade Nomenclature

    Gambar 2. Bentuk Blade

    Keterangan :

    1 = blade inlet angle

    2 = blade oulet angle

    = blade chamber angle

    = 1 - 2

    = setting or stagger angle

    s = pitch (or space)

    = deflection

    = 1 - 2

    1 = air inlet angle

    2 = air oulet angle

    V1 = air inlet velocity

    V2 = air outlet velocity

    i = incidence angle

    = 1 - 1

    = deviation angle

    = 2 - 2

    c = chord

  • 1.3 Perbedaan Turbin dan Kompressor

    Gambar 3. Turbin dan compressor

    Kompressor Turbin

    Bekerja untuk menaikkan tekanan Bekerja untuk menurunkan tekanan

    Bekerja sebagai diffuser Bekerja sebagai nozzle

    Membutuhkan kerja Menghasilkan kerja

    Arah putaran berlawanan dengan lift Arah putaran sama dengan lift

    Suhu rendah Suhu tinggi

    1.4 Perbedaan Turbin Radial dan Axial

    Gambar 4. Turbin radial

    Gambar 5. Turbin axial

  • Radial Axial

    Digunakan untuk mesin mesin kecil Digunakan untuk mesin-mesin besar

    Mass flow rate kecil Mass flow rate besar

    Effisiensi rendah Effisiensi lebih tinggi

    Harga lebih murah Harga lebih mahal

    Mudah dibuat Sulit dibuat

    2. Turbin

    Turbin adalah perangkat yang digunakan untuk mengekstraksi kerja dari fluida

    kerjanya. Tipe turbin dapat dibagi dari jenis fluida, tipe bilah, jumlah bilah maupun arah

    alirannya. Pembahasan mengenai turbin ini akan dimulai dengan tipe turbin dengan

    aliran fluida aksial dan fluida kerjanya adalah uap.

    Gambar 6. Rotor turbin uap

    Steam meninggalkan rotor pada 3, T3, dengan kecepatanV3 pada sudut 3. C3 dan

    3 dapat didapatkan dari velocity diagram.

    Gambar 7. Diagram T-s untuk turbin 1 stage

  • Dengan mengasumsikan :

    Kondisi di tengah blade menunjukkan rata-rata dari keseluruhan phenomena.

    Hal ini valid utk rasio tip radius dengab root radius rendah.

    Untuk rasio tinggi, pengaruh 3-D harus ditinjau.

    Perubahan komponen axial menghasilkan axial thrust di rotor.

    a) Segitiga Kecepatan

    Gambar 8. Segitiga kecepatan turbin

    Steam memasuki barisan nozzle blades dengan static pressure dan

    temperature P1, T1, dan velocity C1, diekspansikan ke P2, T2, dengan kenaikan

    velocity C2 pada sudut 2.

    Sudut rotor dipilih untuk sesuai dengan 2 dari kecepatan steam V2 relative

    dengan blade di inlet.

    V2 dan 2 didapatkan dari diagram kecepatan yang diketahui, yaitu C2, 2, dan

    U.

    C1 axial 1 = 0, dan C1 = C1. Untuk stage yang sama C1 = C3, dan 1 = 3,

    dinamakan repeating stage.

    Karena perubahan U dengan radius, velocity triangles berubah dari root ke

    tip.

    b) Perhitungan Segitiga Kecepatan

    Anggap Ca = konstan

    2 3Ca Ca

    Ca

    2 2tan tanU Ca Ca

    2 2

    3 3

    tan tan

    tan tan

    U

    Ca

    2 2 3tan tan tan tane

  • tan 2 + tan 3 = tan 2 + tan 3 (1)

    mengaplikasikan prinsip momentum anguler

    dari persamaan 1 maka akan di dapat

    persamaan energi untuk 1 stage adalah

    W = Cp Tos

    dengan Tos adalah suhu isentropic, sehingga

    Asumsi : sistem merupakan proses isentropic S1 = S2, fluida yang digunakan

    adalah gas ideal dan sistem merupakan proses adiabatic.

    Dimana s adalah effisiensi isentropic didasarkan pada stagnation (total)

    temperature.

    Dimana adalah koeffisien temperature drop, karena

    Tos = U Ca (tan 2 + tan 3)/Cp

    maka persamaan menjadi

    2 3

    2 3

    (

    ( )(tan tan )

    sW U Cw Cw

    U Ca

    2 3(tan tan )sW U Ca

    2 3(tan tan ) /

    1.148, 1.333 dan 41

    so p

    p

    T U Ca C

    C

    1 3,

    3,

    1

    1

    1

    1 3

    1

    1

    11

    /

    s isent

    isent

    isent

    o s o

    s o o

    o

    s o

    o

    s o

    o o

    T T

    T T

    TT

    T

    TP P

    1 3

    1 3

    o o

    s

    o o

    T T

    T T

    2

    2sp o

    C T

    U

    2 32 (tan tan ) /aC U

  • degree of reaction : 0 1

    (a)

    Untuk Ca = konstan dan C3 = C1 maka :

    Cp(T1 T3) = Cp(To1 T3)

    = U Ca(tan 2 + tan 3)

    Dan relative rotor terhadap blade kemudian

    Subsitusikan ke (a) sehingga menjadi :

    = 0.5 2 = 3 dan 3 = 2

    = 0 Impulse turbine V3 = V2 dan 3 = 2

    = 1 C3 = C2 dan 3 = 2

    Koeffisien aliran

    2,3 2,3 2 3

    1,3 1 31,3

    rotor

    total

    h T T T

    T T Th

    2 2

    2 3 3 2

    2 2 2

    3 2

    2 2 2

    3 2

    1( )

    2

    1sec sec

    2

    1tan tan

    2

    p

    a

    a

    C T T V V

    C

    C

    2 213 222 3

    1 3 2 3

    tan tan

    tan tan

    a

    a

    CT T

    T T U C

    13 2(tan tan )

    2

    C

    U

    3 2

    3 2

    2 22 2 2 2

    3 2

    2 2

    2 2 2 2

    3 2tan tan

    a w a w

    w w

    a a

    V V C C u C C u

    C u C u

    C C

    aC

    U

    2 1

    3 2

    2 (tan tan )

    (tan tan )2

  • Tambahkan dan

    Dari :

    Jika , , dan diasumsikan, sudut blade dapat ditentukan.

    Untuk aplikasi aircraft:

    3 < < s, 0.8 < < 1

    Untuk aplikasi industrial:

    lebih kecil (stage lebih)

    lebih kecil (ukuran mesin besar)

    3 < 20 (to min. losses in nozzle)

    3. Kompressor

    Kompresor merupakan suatu komponen utama dalam sebuah instalasi turbin gas.

    Sudu kompresor terdiri dari sudu gerak dan sudu tetap. Penampang sudu adalah

    berbentuk aerofoil. Aerofoil merupakan bentuk aerodinamik yang paling efektif untuk

    menghasilkan gaya angkat.

    Gambar 9.konstruksi dan jenis-jenis pemasangan sudu pada rotor

    a) Segitiga Kecepatan pada Sudu Kompressor

    Pada analisis dua dimensi, maka proses yang terjadi dalam kompresor adalah

    beberapa kondisi. Kondisi inilah yang kemudian mengalami pengulangan dalam

    tingkat-tingkat berikutnya dalam sebuah kompresor. Berikut gambaran tentang

    kondisi dalam ruang annulus kompresor.

    3

    1 1tan 2

    2 2

    2

    1 1tan 2

    2 2

    2 2

    3 3

    3 3

    2 2

    (tan tan )

    (tan tan )

    1tan tan

    1tan tan

    a

    a

    U C

    U C

  • Gambar 10. Kompresor 1 stage

    Kondisi 1 merupakan ruang dimana fluida sebelum melewati sudu gerak tingkat

    pertama. Sedangkan kondisi 2 adalah kondisi fluida setelah melewati sudu gerak dan

    akan melalui sudu tetap tingkat pertama. Dan kondisi 3 adalah kondisi dimana fluida

    setelah melewati tingkat pertama dan akan melewati sudu gerak tingkat kedua dalam

    kompresor dan begitulah tahapan atau kondisi ini berlanjut sampai pada tingkat

    terakhir. Notasi 1, 2 dan 3 pada tingkat pertama kompresor ini, kemudian bisa

    digambarkan pada segitiga kecepatan dengan notasi subscript yang sama seperti pada

    gambar berikut :

    Gambar 11. Segitiga kecepatan kompresor 1 stage

    Segitiga kecepatan untuk satu tingkat kompresor dapat dilihat pada gambar 11

    dimana kecepatan absolut dan arah aliran pada sisi keluar, sama dengan pada sisi

    masuk. Aliran dari tingkat sebelumnya atau dari sudu pengarah memiliki kecepatan

    C1 dan arah 1. Dan w1 merupakan kecepatan relatif dengan sudut 1. Kemudian

  • aliran fluida membentuk sudut 2 pada sisi keluar dengan kecepatan relatif w2.

    Dengan menambahkan kecepatan sudu, U, maka akan menhasilkan kecepatan

    absolut dari rotor, C2 dengan sudut sebesar 2. Kemudian sudu stator akan

    membelokkan aliran sehingga kecepatan keluar adalah C3 dengan sudut 3. Beginilah

    diagram kecepatan pada satu tingkat kompresor, dan kemudian proses seperti ini

    akan kembali berlanjut pada tingkat selanjutnya sampai pada tingkat terakhir dari

    kompresor aksial.

    C1 = C2 = C

    b) Peningkatan Temperatur Stagnasi

    Kenaikan temperatur seluruh tingkat adalah selisih antara temperatur udara keluar

    dengan temperatur udara masuk kompresor. Dari diagram T s untuk kompresor

    dapat dilihat kenaikan temperatur untuk seluruh tingkat yaitu:

    T = T02 T01

    Gambar 12. Diagram T-s kompresor 1 stage

    Sedangkan kenaikan temperature tiap tingkatnya adalah :

    T0s =

    Dimana : = Faktor kerja setiap tingkat, besarnya antara 0,80 1,0

    U = Kecepatan keliling sudu rata-rata

    1 = Sudut kecepatan masuk aksial 2 = Sudut kecepatan keluar aksial

  • c) Perbandingan Tekanan pada 1 Stage

    [

    ]

    4. Wind Power

    4.1 Angin

    Besarnya energy pada angin tergantung pada kecepatan angin dan massa jenis

    atau udara yang bergerak tersebut, sehingga daya yang dihasilkan dapat diketahui

    dari energy kinetic yang dihasilkan oleh angin tersebut.

    Ek =

    P =

    =

    =

    =

    Dimana :

    Ek = Enegi kinetic (Joule)

    P = Daya Angin (Watt)

    v = kecepatan angina (m/s)

    = massa jenis angin

    A = luas penampang bidang putar sudu

    4.2 Turbin Angin

    Turbin angin merupakan salah satu alat yang mekanisme kerjanya

    memanfaatkan energi angin untuk dijadikan pembangkit listrik. Turbin angin

    memanfaatkan energi kinetik angin dan mengubahnya kedalam bentuk energi gerak

    putaran rotor dan poros generator untuk menghasilkan energi listrik. Energi gerak

    yang berasal dari angin akan diteruskan menjadi gaya gerak dan torsi pada poros

    generator yang kemudian akan dihasilkan energi listrik. Berdasarkan arah sumbu

    geraknya, turbin angin terbagi menjadi 2, yaitu: turbin angin sumbu horizontal dan

    turbin angin sumbu vertikal. Turbin angin sumbu horizontal memiliki sumbu putar

    yang sejajar dengan tanah. Turbin angin sumbu vertikal memiliki sumbu putar yang

    arahnya tegak lurus dengan tanah.

  • a) Turbin Angin Sumbu Horizontal

    Turbin angin sumbu horizontal mempunyai sumbu putar yang terletak sejajar

    dengan permukaan tanah dan sumbu putar rotor yang searah dengan arah

    angin.Komponen utama turbin angin sumbu horizontal meliputi : Sudu (blade),

    ekor (tail), tiang penyangga (tower), dan alternator.

    Gambar 13. Turbin angin sumbu horizontal

    b) Turbin Angin Sumbu Vertikal

    Turbin angin poros vertikal atau yang lebih dikenal memiliki ciri utama yaitu

    keberadaan poros tegak lurus terhadap arah aliran angin atau tegak lurus

    terhadap permukaan tanah. Keuntungan dari konsep turbin angin sumbu vertikal

    adalah lebih sederhana perancangan dan pembuatannya dibandingkan turbin

    angin sumbu horizontal. Keuntungan-keuntungan tersebut diantaranya adalah

    memungkinkan penempatan komponen mekanik, komponen elektronik,

    transmisi roda gigi, dan generator dekat dengan permukaan tanah. Rotor turbin

    angin sumbu vertikal berputar tanpa dipengaruhi arah datangnya angin sehingga

    tidak membutuhkan mekanisme pengatur arah (seperti ekor) seperti pada turbin

    angin sumbu horizontal.

    Gambar 14. Turbin angin sumbu Vertikal

  • 4.3 Power Coefficient

    Power Coefficient (Cp) adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan secara

    mekanik pada sudu akibat gaya angina terhadap daya yang dihasilkan oleh gaya lift

    pada aliran udara, seperti yang dapat dituliskan pada persamaan berikut :

    [[ (

    )

    ] [

    ]]

    Dimana :

    Cp = koeffisien daya

    P = Daya mekanik yang dihasilkan rotor

    P0 = daya mekanik total yang terkandung dalam angina yang melalui sudu

    = massa jenis udara

    A = luas penampang bidang putar sudu

    V1 = kecepatan aliran udara sebelum melewati rotor

    V2 = kecepatan aliran udara setelah melewati rotor

    Gambar 15. Kecepatan udara masuk dan keluar turbin

    Daya maksimum yang bisa dihasilkan oleh turbin angina adalah sebesar :

    Pmax = 0.593 (

    )