resume jurnalf

4
 At ri um fi bri lasi me rupakan ari tmia jantu ng kr onis yang pal ing umum, bia sanya di hubung kan den gan usi a lanju t, disfu ngs i jantung str ukt ura l, dan penya kit penyert a sebelumnya. Komplikasi yang paling umum terjadi adalah stroke dan gagal jantung. Terdapat 450.000 pasien rawat inap dan 99.000 pasien meninggal, serta peningkatan biaya perawatan !" milyar setiap tahunnya yang diakibatkan oleh atrium fibrilasi. #nsiden atrium fibrilasi diperkira kan akan meningkat dua kali lipat dalam 50 tahun kedepan. $idapatk an hasil bahwa inter %ensi kep era watan dengan melakukaka n pen did ika n ke sehata n pada pasie n dan  perawatan terkoordinasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap ren&ana perawatan dan kesembuhan pasien. Ar ti kel tenta ng pen gelolaan at rium fi bri las i diterbi tkan ole h Ameri&an 'eart Asso&iation, Ameri&an (ollege of (ardiology, dan 'eart )hythm *o&iety berfokus pada  pen&egahan tro mboemboli, kontrol ge jala, dan pentingn ya kepatuhan pas ien terhadap ren &ana  perawatan. $iperkirakan !,+ sampai ", juta orang di Amerika saat ini hidup dengan keadaan at rium fi bri lasi, +5- kasus terja di pada usi a di at as "5 tahun. Anal isi s tahun !000 menemuk an bahwa di Amerika *erikat, 50.000 pasien rawat inap, 5 juta kunjungan dokter, !+".000 kun jungan /$, dan !4.000 kunjun gan rawat jal an karena menga lami atr ium fibrilasi. Kepatuha n terhadap pedoman perawatan untuk atrium fibrilasi dapat membant u dalam mengopt imal kan perawatan dan mengura ngi biay a pera wata n. er awat memiliki pera n  penting untuk memastikan pasien atau keluarganya memahami dan dapat mengikuti ren&ana  perawatan. PATOFISIOLOGI *el jantung memiliki kemampuan dalam menstimulasi diri yang menjadi pelindung jika sisten konduksi jantung gagal, namun dapat juga menyebabkan akti%itas ektopik dalam sel  jantung sehingga mengakibatkan atrium fibrilasi. ada atrium fibrilasi, sel atrium berperan sebagai alat pa&u jantung dan bersaing dengan *A node untuk menguasai akti%itas jantung. Kontraksi atrium yang normal digantikan dengan gerajan bergetar &epat dan atrium berhenti  berkontraksi se&a ra efektif. Kurang terkoordinasinya kontraksi atrium dapat menyebabkan pembentukan trombus di dinding atrium dan left atrial appendage 12AA3. embentukan trombus dapat mengakibatkan strok da n tr omboemboli se&ara sistemik. *e lain it u, kont raksi at ri um yang kura ng terkoordinasi juga dapat menyebabkan kurangnya darah yang masuk dan keluar dari %entrikel sehingga dapat menurunkan &urah jantung sebanyak 0-, dan penurunan ini terus terjadi dapat mengakibatkan gagal jantung. Atrium fibrilasi sering terjadi pada pasien dengan penyakit penyerta seperti obesitas, diabetes mellitus dan hipertiroidisme. *elain itu disfungsi jantung struktural seperti fibrosis dan hipertrofi juga dapat menyebabkan atrium fibrilasi. Ta hun !0 (enters for edi &are and edi &aid *er%i&es mengana lisis kej adia n  berbagai penyakit penyerta kronis pada dua kelompok, yaitu kelompok dengan usia kurang dari "5 tahun dan lebih dari "5 tahun. ada kedua kelompok ditemukan lebih dari 0- memiliki hipertensi dan 50- memiliki penyakit jantuk iskemik, hiperlipidemia, atau gagal  jantung. enyakit penyerta lainnya adalah anemia, arthritis, diabetes mellitus, dan gagal ginjal kronis.

Upload: bahtiar-nur-abdilah

Post on 04-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fs

TRANSCRIPT

Atrium fibrilasi merupakan aritmia jantung kronis yang paling umum, biasanya dihubungkan dengan usia lanjut, disfungsi jantung struktural, dan penyakit penyerta sebelumnya. Komplikasi yang paling umum terjadi adalah stroke dan gagal jantung. Terdapat 450.000 pasien rawat inap dan 99.000 pasien meninggal, serta peningkatan biaya perawatan $26 milyar setiap tahunnya yang diakibatkan oleh atrium fibrilasi. Insiden atrium fibrilasi diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dalam 50 tahun kedepan. Didapatkan hasil bahwa intervensi keperawatan dengan melakukakan pendidikan kesehatan pada pasien dan perawatan terkoordinasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap rencana perawatan dan kesembuhan pasien.Artikel tentang pengelolaan atrium fibrilasi diterbitkan oleh American Heart Association, American College of Cardiology, dan Heart Rhythm Society berfokus pada pencegahan tromboemboli, kontrol gejala, dan pentingnya kepatuhan pasien terhadap rencana perawatan.Diperkirakan 2,7 sampai 6,1 juta orang di Amerika saat ini hidup dengan keadaan atrium fibrilasi, 75% kasus terjadi pada usia di atas 65 tahun. Analisis tahun 20001 menemukan bahwa di Amerika Serikat, 350.000 pasien rawat inap, 5 juta kunjungan dokter, 276.000 kunjungan ED, dan 234.000 kunjungan rawat jalan karena mengalami atrium fibrilasi.Kepatuhan terhadap pedoman perawatan untuk atrium fibrilasi dapat membantu dalam mengoptimalkan perawatan dan mengurangi biaya perawatan. Perawat memiliki peran penting untuk memastikan pasien atau keluarganya memahami dan dapat mengikuti rencana perawatan.PATOFISIOLOGISel jantung memiliki kemampuan dalam menstimulasi diri yang menjadi pelindung jika sisten konduksi jantung gagal, namun dapat juga menyebabkan aktivitas ektopik dalam sel jantung sehingga mengakibatkan atrium fibrilasi. Pada atrium fibrilasi, sel atrium berperan sebagai alat pacu jantung dan bersaing dengan SA node untuk menguasai aktivitas jantung. Kontraksi atrium yang normal digantikan dengan gerajan bergetar cepat dan atrium berhenti berkontraksi secara efektif.Kurang terkoordinasinya kontraksi atrium dapat menyebabkan pembentukan trombus di dinding atrium dan left atrial appendage (LAA). Pembentukan trombus dapat mengakibatkan strok dan tromboemboli secara sistemik. Selain itu, kontraksi atrium yang kurang terkoordinasi juga dapat menyebabkan kurangnya darah yang masuk dan keluar dari ventrikel sehingga dapat menurunkan curah jantung sebanyak 30%, dan penurunan ini terus terjadi dapat mengakibatkan gagal jantung.Atrium fibrilasi sering terjadi pada pasien dengan penyakit penyerta seperti obesitas, diabetes mellitus dan hipertiroidisme. Selain itu disfungsi jantung struktural seperti fibrosis dan hipertrofi juga dapat menyebabkan atrium fibrilasi.Tahun 2011 Centers for Medicare and Medicaid Services menganalisis kejadian berbagai penyakit penyerta kronis pada dua kelompok, yaitu kelompok dengan usia kurang dari 65 tahun dan lebih dari 65 tahun. Pada kedua kelompok ditemukan lebih dari 80% memiliki hipertensi dan 50% memiliki penyakit jantuk iskemik, hiperlipidemia, atau gagal jantung. Penyakit penyerta lainnya adalah anemia, arthritis, diabetes mellitus, dan gagal ginjal kronis.KLASIFIKASI PENYAKITAtrium fibrilasi diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu paroksimal, persisten, lama terus menerus, permanen, dan nonvalvular. Kategorisasi diperlukan untuk menentukan prosedur perawatan, keputusan terapi, obat-obatan yang akan diberikan, serta prosedur diagnostik yang akan dilakukan.FAKTOR RISIKOSebanyak 57% pasien dengan atrium fibrilasi memiliki satu atau lebih faktor risiko, dan hipertensi merupakan faktor risiko yang paling umum. Selain usia lanjut, hipertensi, dan penyakit jantung, faktor risiko klinis lainnya adalah diabetes mellitus, hipertiroidisme, obesitas, apnea tidur obstruktif, konsumsi alkohol dan narkoba.PENILAIAN KLINIKAtrium fibrilasi dikonfirmasi oleh elektrokardiografi dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan tambahan seperti transesophageal echocardiography (TEE) dan rontgen thorax dapat juga dilakukan jika terdapat faktor risiko dan penyakit penyerta yang terkait.TANDA DAN GEJALAAtrium fibrilasi dapat asimptomatik dan tidak terkendali. Gejala umumnya kelelahan, jantung berdebar, dyspnea, hipotensi dan sinkop. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya takikardi dan irreguler. Pada pemeriksaan EKG tidak ditemukannya gelombang P, dan jika terjadi iskemia ditemukan adanya perubahan pada segmen ST dan gelombang T.PANDUAN MANAJEMEN PENGELOLAANPengelolaan atrium fibrilasi dengan mengatasi faktor risiko dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup seperti berhenti merokok, olahraga, manajemen berat badan, dan pengobatan untuk penyalahgunaan alkohol atau narkoba. Selain itu, perawatan juga ditujukan untuk mencegah tromboemboli dan mengendalikan detak jantung.Pencegahan stroke: Stratifikasi risiko stroke dan perdarahanAtrium fibrilasi berisiko tinggi terjadinya tromboemboli, sehingga terapi antikoagulan sering digunakan untuk menurunkan faktor risiko tersebut. Akan tetapi penggunaan antikoagulan dapat menimbulkan komplikasi perdarahan.Pencegahan stroke: Agen antitrombotikAgen antitrombotik digunakan untuk mengobati atrium fibrilasi sebagai antikoagulan. Pemilihan agen didasarkan pada penilaian status klinik pasien, kemampuan pasien untuk mematuhi perawatan, risiko perdarahan, rute eliminasi obat, potensi interaksi obat, ketersediaan obat, dan pertimbangan biaya.Kontrol frekuensi nadiPasien yang tidak menunjukkan gejala atrium fibrilasi dan gagal jantung direkomendasikan frekuensi nadi saat istirahat kurang dari 110 denyut per menit. Sehingga pada pasien yang seperti ini kemungkinan obat yang diberikan akan lebih sedikit, dosis yang lebih rendah, dan kunjungan yang lebih sedikit. Akan tetapi untuk pasien yang menunjukkan gejala, frekuensi nadi dianjurkan kurang dari 80 denyut per menit. Pengontrolan pada frekuensi nadi dapat menurunkan morbiditas yang disebabkan oleh kardiomiopaty yang diakibatkan oleh takikardi yang berkelanjutan.Obat yang direkomendasikan untuk mengontrol frekuensi nadi adalah blocker dan calsium channel blocker. Digoxin dan aminodarone juga diindikasikan pada situasi klinis tertentu. The Atrial Fibrillation Follow-Up Investigation of Rhythm Management (AFFIRM) mengevaluasi dalam penggunaan obat pengontrol frekuansi nadi, didapatkan hasil 70% pasien yang mendapat blocker, 54% pasien yang mendapat calsium channel blocker, dan 58% pasien yang mendapat digoxin dapat mengendalikan frekuensi nadinya. Akan tetapi blocker dan calsium channel blocker dapat menyebabkan aritmia, gagal jantung dan hipotensi. Gagal jantung terjadi karena efek inotrofik negatif dari kedua obat ini, sedangkan hipotensi terjadi karena kedua obat ini mencegah efek vasokontriksi pada saraf simpatik. Untuk mengurangi faktor risiko ini, diperlukan pemberian kardioselektif blocker.Kontrol ritmeKonversi atrial fibrilasi pada irama sinus normal terbukti dapat mengurangi gejala. Pengendalian ritme melibatkan penggunaan obat antiaritmia, kardioversi listrik, ablasi, atau kombinasi dari ketiganya. Pemeilihan tindakan bervariasi tergantung pada usia pasien, penilaian klinis pasien, durasi dan klasifikasi atrium fibrilasi. Durasi atrium fibrilasi yang panjang jauh lebih sulit untuk dikonversi.Kardioversi farmakologiAgen antiaritmia seperti aminodarone, defotilide, flecainide, propafenode, dan ibutilide telah menunjukkan efektivitas dalam mengonversi atrium fibrilasi. Sebagian besar memiliki kontraindikasi, efek samping, dan tidak akan sesuai dengan semua pasien. Sebuah metaanalisis dari 39 percobaan menemukan aminodarone merupakan obat yang paling efektif untuk mempertahankan irama sinus normal setelah atrium fibrilasi telah diubah, akan tetapi obat ini memiliki efek samping yang tertinggi dibandingkan obat yang lain.Kardioversi listrikKardioversi listrik bertujuan untuk mendepolarisasi semua sel jantung secara bersamaan dalam upaya untuk mendorong ritme jantung normal. Cara kerjanya dengan memberikan kejutan listrik yang disinkronkan dengan kompleks QRS. Faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kardioversi listrik adalah dengan penggunaan energi awal yang lebih tinggi karena dapat mengurangi jumlah usaha shock dan durasi sedasi.Supplemental treatment modalitiesOklusi LAA. Dipertimbangkan untuk digunakan pada pasien yang tidak menggapi antikoagulan farmakologi.Ablasi kateter. Direkomendasikan untuk pasien gejala yang refrakter atau tidak bisa mentoleransi pengobatan lainnya. Prosedurnya dengan memasukan kateter untuk menemukan daerah jaringan atrium yang menyebabkan fibrilasi. Berdasarkan penelitian pada 323 pasien yang diobati dengan ablasi kateter, 72% irama sinus normal bertahan tanpa aritmia, dan 15% irama sinus normal bertahan dengan aritmiaPacemaker dan ablasi nodal. Diindikasikan untuk pasien yang mengalami bradikardi akibat pemberian farmakologi untuk atrium fibrilasi.IMPLIKASI KEPERAWATANPendidikan kesehatan pada pasien dan perawatan terkoordinasi sangat penting untuk manajemen penyakit yang efektif. Penelitian di Australia dan Inggris pada 152 pasien dengan atrium fibrilasi dengan atau tanpa gagal jantung, pasien yang menerima perawatan terpimpin memiliki kunjungan ulang yang lebih sedikit, hospitalisasi yang lebih pendek, dan peristiwa yang fatal lebih sedikit. Penelitian di Belanda pada 111 pasien yang mendapatkan perawatan kronis berbasis pedoman terpadu didapatkan hasil 96% patuh terhadap pedoman pada kelompok intervensi, dan 70% pada kelompok kontrol.Perawatan terkoordinasi. Perawatan pasien dengan atrial fibrilasi sangan kompleks dan dapat membingungkan penyedia layanan kesehatan, sehingga sangat penting untuk adanya koordinasi perawatan antara penyedia pelayanan kesehatan dengan pasien. Hal ini dikarenakan kepatuhan pasien terhadap rencana pengobatan juga diperlukan untuk keefektifan pengobatan.Pendidikan kesehatan pada pasienPemberian pendidikan pada pasien dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam rencana pengobatan. Pendidikan kesehatan dilakukan dengan cara diskusi antara perawat dan pasien dan dilakukan klarifikasi setelah diskusi untuk memastikan pemahaman pasien terhadap konten yang telah didiskusikan. Pasien juga diberi kesempatan untuk mendapatkan pertemuan lanjutan serta mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah didiskusikan. Sehingga diperlukan jumlah perawat dan jam kerja perawat yang lebih banyak untuk