resume dinati politik shinawatra

8
UJIAN NASIONAL ONLINE MARI PERBAIKI GENERASI PENERUS BANGSA 629 POS 6 1. Pandangan subjektif Pandangan saya mengenai Ujian Nasional Online ataupun System Evaluasi Nasonal merupakan keputusan atau kesepakatan pemerintah yang terlalu terburu-buru untuk diterapkan, memang Ujian Nasional Online sudah sejak tahun lalu marak diperbinjangkan namun kebijakan tersebut tidak pernah ditindak lanjuti. ” Kepala Sekolah 112 Jakarta, Saryono mengatakan pada Senin (9/3/2015), sesuai dengan ucapan Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan beberapa waktu lalu, menurutnya ada dua sekolah di Jakarta Barat yang terkena pilot project dari UN Online, hanya SMA 78 dan SMA kami (112) yang diketahui ikut menyelenggarakan ujian dengan sistem itu, tapi sampai sekarang kami belum dapat SK-nya, selain itu kondisi sekolah kami hanya punya 40 unit komputer, sedangkan murid kelas tiga mencapai 275,". Adapun fakta bahwa “Berbeda, Sumarna, Humas SMA 78, Jakarta Barat membenarkan pihaknya pernah ditunjuk Dinas Pendidikan DKI Jakarta Untuk Ujian Nasional (UN) dengan sistem online. Diakui, tindak lanjut itu, pihaknya mengaku telah melakukan sosialisasi kepada 312 siswa kelas XII yang direncanakan untuk ikut ujian tersebut. "Kalo sosialisasi udah, tapi untuk uji coba belum, mungkin minggu depan. Masih ada tiga minggu lagi ini," ungkapnya. Nantinya, bila memang terjadi, Sumarna mengaku akan mempersiapkan tiga kelas ruang komputer yang masing tiap kelasnya berisi 40 unit komputer. Artinya, dari itu semua, lanjut Sumarna, maka ada tiga tahap setiap harinya untuk pelaksanaan UN online dalam satu pelajaran. Meski

Upload: bertha-tandi

Post on 02-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Resume Dinati Politik Shinawatra

TRANSCRIPT

UJIAN NASIONAL ONLINEMARI PERBAIKI GENERASI PENERUS BANGSA629 POS 6

1. Pandangan subjektif Pandangan saya mengenai Ujian Nasional Online ataupun System Evaluasi Nasonal merupakan keputusan atau kesepakatan pemerintah yang terlalu terburu-buru untuk diterapkan, memang Ujian Nasional Online sudah sejak tahun lalu marak diperbinjangkan namun kebijakan tersebut tidak pernah ditindak lanjuti. Kepala Sekolah 112 Jakarta, Saryono mengatakan pada Senin (9/3/2015), sesuai dengan ucapan Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan beberapa waktu lalu, menurutnya ada dua sekolah di Jakarta Barat yang terkena pilot project dari UN Online, hanya SMA 78 dan SMA kami (112) yang diketahui ikut menyelenggarakan ujian dengan sistem itu, tapi sampai sekarang kami belum dapat SK-nya, selain itu kondisi sekolah kami hanya punya 40 unit komputer, sedangkan murid kelas tiga mencapai 275,".Adapun fakta bahwa Berbeda, Sumarna, Humas SMA 78, Jakarta Barat membenarkan pihaknya pernah ditunjuk Dinas Pendidikan DKI Jakarta Untuk Ujian Nasional (UN) dengan sistem online. Diakui, tindak lanjut itu, pihaknya mengaku telah melakukan sosialisasi kepada 312 siswa kelas XII yang direncanakan untuk ikut ujian tersebut."Kalo sosialisasi udah, tapi untuk uji coba belum, mungkin minggu depan. Masih ada tiga minggu lagi ini," ungkapnya. Nantinya, bila memang terjadi, Sumarna mengaku akan mempersiapkan tiga kelas ruang komputer yang masing tiap kelasnya berisi 40 unit komputer. Artinya, dari itu semua, lanjut Sumarna, maka ada tiga tahap setiap harinya untuk pelaksanaan UN online dalam satu pelajaran. Meski diakuinya telah siap, namun Sumarna mengakui untuk titik terangnya hingga saat ini, kejelasan sistem Ujian Online masih belum diketahui. Karenanya katanya, untuk pemberitahuan dari Dinas Pendidikan diakuinya hanya pada lisan saja. "Kami belum terima SK-nya," jelasnya. Inilah fakta bahwa pemerintah tidak menindaklanjuti kebijakannya tersebut. dengan hanya waktu yang tersisa kurang dari satu setengah bulan untuk pelaksanaan UN, saya rasa pelaksanaan UN online belum dapat dilakukan, karena untuk pelaksanaan UN Online selain dibutuhkan perangkat komputer dengan spesifikasi yang memadai, untuk pembacaan soal juga nanti dibutuhkan perangkat internet dengan jaringan cepat. Terlalu terburu-buru bila dipaksakan, para murid belum pada mengerti tentang sistem dan tata caranya. Bila ingin tetap memaksakan ujian tersebut, sebaiknya pemerintah harus melakukan ujicoba kepada murid lain, seperti pengunaan dalam Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).Murid harus terbiasa menggunakan sistem ini terlebih dahulu. Artinya kita harus mensosialisasikannya dulu. Fakta lain bahwa adapun yang telah siap namun pemerintah tidak memfasilitasi sekolah-sekolah yang ditunjuk. Jadi saya beranggapan bahwa ujian nasional ini meskipun baik namun tidak ditindaklanjuti hanyalah akan menjadi masalah, ujian nasional online butuh fasilitas yang memadai, sosialisasi kepada siswa, serta membutuhkan tindakan yang nyata dari pemerintah. Sehingga saya rasa jika ujian nasional akan diadakan tahun ini itu tidak akan berhasil dengan waktu yang tersisa beberapa hari lagi. Ada baiknya jika diadakan tahun depan sehingga persiapannya benar-benar matang, jika pemerintah memang ingin menerapkan ujian online tersebut mulai dari sekarang pemerintah harus mengambil tindakan.

2. Pendapat para ahli ataupun pemerintah Menurut Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam, ujian secara online itu diberi nama computer based test (CBT). Program ujian online tersebut sudah digagas beberapa tahun terakhir. Terlepas dari rencana Kemendikbud terkini yang akan mengubah nama unas menjadi evaluasi nasional (enas), tes secara online itu akan tetap dijalankan. Menurutnya, pelaksanaan ujian online pada 2015 masih bersifat percontohan, karena itu, belum semua siswa SMA dan SMK mengikuti unas dengan sistem online. Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta itu memerinci, 500 ribu siswa yang mengikuti unas online tersebut terdiri atas 50 ribu hingga 100 ribu siswa SMA serta 400 ribu siswa SMK. Untuk jenjang SMP dan di bawahnya, belum ada pembahasan. Siswa SMA dan SMK yang akan mengikuti Ujian Nasional (Unas) 2015 harus mempersiapkan diri. Nizam menyatakan, SMK yang bakal ditunjuk untuk menyelenggarakan unas online adalah semua SMK pembina atau SMK unggulan. Sebagaimana diketahui, Kemendikbud telah mengeluarkan standar khusus untuk menetapkan sebuah SMK masuk kategori pembina. Keunggulan pelaksanaan unas online menurut Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Kemendikbud Nizam. Antara lain, menghemat anggaran untuk pengadaan kertas ujian dan penggandaannya. Kemudian, unas online bisa menekan potensi kebocoran soal ujian serta mengoptimalkan pemanfaatan IT di dunia pendidikan. Saat ini, siswa umumnya sudah tidak asing dengan perangkat komputer. Karena itu, Kemendikbud memperkirakan tidak ada kendala teknis dalam penerapan unas online. Nizam belum bisa memastikan nama resmi Unas 2015. Muncul kabar, mulai tahun depan, nama unas diganti menjadi enas (evaluasi nasional). Tujuannya, mengembalikan fungsi evaluasi pendidikan dalam ujian tahunan tersebut. Menurutnya, ketika nama ujian tahunan itu berubah, Mendikbud pasti akan mengeluarkan surat keputusan resmi. Rencananya, Kemendikbud telah mengumpulkan panitia Unas 2015 tingkat provinsi Senin (29/12). Mereka terdiri atas unsur dinas pendidikan provinsi dan perguruan tinggi negeri (PTN). Kabarnya, dalam pertemuan itu, akan dibahas wujud baru Unas 2015. Dirjen Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad mengakui ada pembahasan evaluasi UN antara BSNP dan Balitbang. Namun, Hamid tidak bisa menjawab pertanyaan lebih lanjut karena legitimasi UN berada di pembahasan kedua belah pihak tersebut. Menurutnya, sampai saat ini masih dibahas, namun masih belum ada keputusan final apakah UN berlanjut atau hanya diganti saja. Ketua Umum PB Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistiyo berpendapat, sistem ujian nasional memang harus diperbaiki. Evaluasi penilaian yang diharapkan ialah yang lebih menghargai guru, proses pembelajaran, dan prestasi peserta didik secara komprehensif. Ujian Nasional (UN) akan diganti menjadi evaluasi nasional (EN). Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan Teuku Ramli Zakaria mengatakan, pihaknya sudah menggelar rapat dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdikbud.

3. Pendapat para peserta

No. peserta 007 : Setuju dengan Ujian Nasional Online tersebut karena hanya sekolah unggulan saja yang dipilih mengikuti UN Online dan dapat mengurangi biaya sehingga biaya tersebut dapat dialokasikan terhadap pembangunan sekolah No. peserta 677 : Tidak setuju dengan Ujian Nasional Online karena dari segi infrastruktur banyak sekolah yang belum siap katanya SMA 17 saja yang menjadi sekolah unggulan belum siapa karena fasilatas mereka belum memadai No. peserta 681 : Tidak setuju dengan Ujian Nasional Online karena menurutnya kebijakan pemerintah ini terlalu terburu-buru untuk dilakukan tahun ini mungkin baiknya jika ditunda dan dilakukan pada tahun depan No. peserta 95 : Tidak setuju dengan Ujian Nasional Online karena dapat menyebabkan gangguan psikologi anak. No. peserta 405 : Setuju dengan Ujian Nasional Online karena dapat mengurangi keterlambatan pengiriman soal, kecurangan serta biaya yang dikeluarkan. No. peserta 483 : Tidak setuju dengan Ujian Nasional Online karena banyak daerah terpencil yang belum lengkap fasilitasnya.

4. KesimpulanKita memang memerlukan evaluasi sebagai alat ukur kualitas pendidikan kita. Untuk bisa seperti Finlandia saat ini rasanya sulit, tapi setidaknya masih ada perubahan yang bisa kita lakukan agar kita benar-benar mendapatkan manfaat dari Ujian Nasional secara maksimal.Lakukan Ujian Nasional bukan sebagai penentu lulus dan tidak tetapi benar-benar sebagai alat ukur kualitas secara keseluruhan dan mapping kualitas secara regional sebagai bahan evaluasi yang sistematis. Konsekuensinya adalah perbaikan penyelenggaraan pendidikan bukan menghakimi anak didik dan juga para guru yang sudah bersusah payah mendidik mereka selama bertahun tahun. Setelah kurun waktu yang ditentukan mestinya anak didik harus direlakan untuk menamatkan pendidikannya tanpa harus di belenggu Ujian Nasional. Kelulusan mereka lebih ditentukan oleh pengguna setelah mereka menamatkan pendidikan di tingkat SMA/SMK sehingga siswa akan lebih memiliki kesempatan untuk menentukan masa depannya. Contohnya, apabila siswa ingin melanjutkan kuliah di kedokteran maka wajib baginya untuk memenuhi standar fakultas kedoteran dalam bidang/ mata pelajaran tertentu. Atau jika siswa ingin langsung bekerja sebagai Mekanik maka nilai yang diperoleh dalam bidang yang tidak relevan bukan menjadi masalah baginya apabila memang pihak pengguna tidak mewajibkannya. Dengan demikian siswa akan lebih memahami kebutuhan belajarnya yang pada akhirnya akan mendorong siswa untuk secara sadar belajar lebih giat dan bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuannya. Perubahan orientasi evaluasi seperti initentunya tidak menjadi jaminan akan pencapaian semua tujuan yang tercantum dalam undang undang system pendidikan kita tapi setidaknya akan membuat dunia pendidikan kita dan anak anak didik kita lebih demokratis dan bertanggung jawab.Jadi Ujian Nasional online maupun tidak, tidak akan jadi masalah jika hal tersebut bukan syarat penentuan kelulusan sehingga siswa tidak takut lagi mengikuti ujian nasional baik itu online maupun tidak, serta dapat mengurangi kecurangan yang terjadi. Saya sangat setuju jika itu diubah menjadi system Evaluasi Nasional yang menyebutkan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berupaya mencegah potensi kecurangan dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) SMP dan SMA. Caranya adalah dengan mempermudah potensi kelulusan siswa. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kini sedang mengkaji kriteria baru kelulusan unas 2015.Anggota BSNP Teuku Ramli Zakaria menjelaskan, aturan baru tentang kriteria kelulusan UN 2015 (tahun pelajaran 2014/2015) ditetapkan dalam Permendikbud 44/2014. Permendikbud ini dikeluarkan di masa Pak Nuh (13 Oktober 2014, red), katanya di Jakarta, kemarin.Ramli menjelaskan ada satu perbedaan mencolok antara UN 2015 dengan UN 2014. Yaitu pembobotan atau porsi penilaian antara hasil UN murni dengan nilai sekolah. Tahun ini pembobotannya adalah nilai UN murni 60 persen, sedangkan nilai sekolah 40 persen.Persentase 60:40 itu direvisi untuk UN 2015, tutur Ramli. Dia menjelaskan persentase yang baru adalah bobot nilai UN murni 50 persen dan nilai sekolah juga 50 persen.Sedangkan untuk pemobotan nilai sekolah, Ramli mengatakan tidak ada perbedaan dengan UN tahun ini. Yakni bobot nilai rapor sebesar 70 persen, kemudian nilai ujian sekolah sebesar 30 persen.Lalu untuk nilai minimal kelulusan siswa tidak ada yang dikoreksi. Ramli mengatakan nilai minimal kelulusan untuk setiap mata pelajaran yang diujikan adalah 4,00. Kriteria berikutnya adalah rata-rata minimal dari semua mata pelajaran yang diujikan adalah 5,50.Menurut Ramli porsi yang sama besar antara nilai UN murni dengan nilai sekolah membuat siswa tidak terlalu terbebani saat mengerjakan soal UN. Sehingga siswa tidak perlu curang. Sebab UN bukan penentu kelulusan, paparnya.Dengan seperti itu kecurangan dapat dikurangi.

DAFTAR PUSTAKAhttp://metro.sindonews.comhttp://edukasi.kompas.comhttp://www.evaluasinasional.comhttp://www.radarcirebon.com