resume sistem politik indonesia

21
SISTEM POLITIK INDONESIA ERA REFORMASI RESUME BUKU SISTEM POLITIK INDONESIA ERA REFORMASI Oleh Prof. Dr. Budi Winarno, MA Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia Dosen Drs. Hambali, M.S.i Disusun oleh : LALAN RAYATULLAH NPM : 0943102010028 PROGRAM STUDI S.1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MAULANA YUSUF BANTEN 2012

Upload: lalan-sarmento

Post on 05-Aug-2015

629 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Sistem Politik Indonesia

SISTEM POLITIK INDONESIA

ERA REFORMASI

RESUME

BUKU SISTEM POLITIK INDONESIA ERA REFORMASI

Oleh Prof. Dr. Budi Winarno, MA

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur

Pada Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia

Dosen Drs. Hambali, M.S.i

Disusun oleh :

LALAN RAYATULLAH

NPM : 0943102010028

PROGRAM STUDI S.1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI

MAULANA YUSUF BANTEN

2012

Page 2: Resume Sistem Politik Indonesia

BAB I

SISTEM POLITIK

“SUATU KERANGKA ANALISIS”

Pada awal tahun 1950-an, David Easton mengembangkan suatu kerangka

kerja yang diharapkan dapat diterima dan diterapkan secara universal.

Menurutnya, penjelasan yang paling baik mengenai khidupan politik adalah

dengan melihatnya sebagai sebuah sistem.

Kerangka Kerja Sistem Politik

David Easton mengemukakan, bahwa kehidupan politik seyogianya dilihat

sebagai sebuah sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan.

Sedangkan menurut Almond dan Powell semua interaksi yang mempengaruhi

semua penggunaan paksaan fisik yang sah. Dalam hal ini, sistem politik tidak

hanya sistem yang membuat peraturan dan melaksanakannnya, tetapi aturan itu

dan pelaksanaannya didukung oleh paksaan.

Ciri-ciri Sistem Politik

Beberapa ciri yang dikemukakan oleh David Easton, sebagai berikut :

1. Indentifikasi, yaitu langkah paling awal yang perlu dilakukan adalah

bagaimana melakukan identifikasi terhadap sistem politik sehingga dapat

dibedakan dengan sistem lainnya.

2. Input dan Output, yaitu proses yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi antara sistem politik dan lingkungannya. Dalam sistem

politik, input dapat dibedakan menjadi dua,yakni tuntutan dan dukungan

(demand and supports). Biasanya input sistem politik berasal dari

masyarakat yang menjadi bagian bagian sistem politik tersebut, elit politik

maupun lingkungan internasional.

Page 3: Resume Sistem Politik Indonesia

Pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Easton dapat dilihat dalam

diagram sebuah sistem politik dibawah ini :

DEMANDS

DECISIONS

SUPPORT or POLICY

Struktur dan Budaya Politik

Selanjutnya, sistem politik memerlukan badan-badan atau struktur yang

akan bekerja dalam sistem politik seperti palemen, birokrasi, badan peradilan, dan

parrtai politik yang melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi tertentu. Dalam

suatu sistem politik, biasanya, terdapat tiga fungsi yang hampir selalu ada. Ketiga

fungsi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pertama, fungsi sosial politik.

2. Kedua, rekrutmen politik

3. Ketiga, komunikasi politik

Menurut Sidney Verba, budaya politik tidak merujuk pada interaksi

struktur politik baik formal maupun informal seperti pemerintahan, partai-partai

politik, kelompok-kelompok kepentingan atau klik-klik politik. Disisi lain, budaya

politik merupakan bagian yang integral dari budaya yang lebih umum, merupakan

seperangkat keyakinan yang dipegang oleh individu dan karenanya juga

merupakan bagian dari keseluruhan keyakinan yang ia pegang. Hal senada juga

dikemukakan oleh Gabriel Almond dan Bingham Powell Jr. mereka

mendefinisikan budaya politik sebagai “the set of attitudes, beliefs, and feeling

ENVIRONMEN

ENVIRONMEN

INPUTS

OUTPUTS

A POLITICAL

SYSTEM

Page 4: Resume Sistem Politik Indonesia

abouts politics currents in a nation at given time”. Perbedaan-perbedaan ini

sangat dipengaruhi oleh sejarah kebangsaan dan proses yang terus berlangsung

dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan juga politik.

Setiap budaya politik mendapatkan sifat uniknya sebagian dari fakta

bahwa budaya itu menekankan satu atau beberapa segi perilaku khusus, dan

penekanan strategis yang membedakan dari budaya-budaya yang lain dalam hal

tuntunan yang diajukannya.

Perkembangan budaya politik suatu masyarakat akan sangat ditentukan

oleh beberapa factor, diantaranya adalah modernisasi. Seperti yang dikemukakan

oleh Almond dan Powell. Jr, “There is a persuasive evidence demonstrating that

wherever modern institutions and influences, such as industry, education, and the

mass media of communication have spread in the world, they have tended to

create modern, secular-rational attitudes”.

Sementara menurut Samuel Huntington, modernisasi proses bersegi

banyak yang melibatkan perubahan disemua kerangka pemikiran dan aktifitas

manusia. Kaitannya dengan sistem politik, sikap modernisasi dan sekulerisasi ini

berpengaruh terhadap tiga level sistem politik, yakni sebagai berikut :

1. Pada tingkat kebijakan

2. Pada tingkat proses dan

3. Pada tingkat sistem

Page 5: Resume Sistem Politik Indonesia

BAB II

KRISIS DAN KERETAKAN OTORITRIANISME ORDE BARU

Legitimasi pemerintahan pada masa Orde Baru sudah rapuh, sebagai

kegagalan ekonomi dan persepsi politik yang terus-menerus. Krisis moneter pada

pertengahan tahun 1997 dan memicu terpuruknya ekonomi Indonesia menjadi

penyulutan jatuhnya rezim Orde Baru. Terdapat banyak pandangan yang

mengemukakan bahwa reformasi politik pada dasarnya hanya berhasil menggusur

penguasa Orde Baru, dalam hal ini Soeharto. Namun reformasi gagal

mendesakkan agenda reformasi menyeluruh terhadap sistem ekonomi dan politik.

Sistem Otoritarianisme Orde Baru

Pada tingkat sistem, otoritarianisme politik yang dikontestasikan Orde

Baru telah membuat sistem politik tidak lagi responsif terhadap tuntutan dan

kebutuhan masyrakat. Pembangunan ekonomi yang semestinya ditujukan untuk

mendorong kemakmuran rakyat, dalam kenyataannya hanya dinikmati oleh

segelintir orang elit politik dan ekonomi terutama dalam lingkaran keluarga

Cendana.

Kemandulan Struktur politik dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang

diembannya juga dapat dilihat dari ketidakmampuan lembaga legislatif dalam

melakukan checks and balances terhadap lembaga eksekutif. Proses ‘screening’

yang dilakukan pada masa pemilihan umum guna memillih wakil-wakil rakyat

yang duduk di lembaga legislatif (DPR) berdasarkan sistem proporsional

membuat lembaga ini ‘mandul’ secara politik.

Penopang Kekuasaan Orde Baru

Rezim Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto telah mampu

mempertahankan kekuasannya selama lebih dari tiga dekade. Betapa kuatnya

sistem Orde Baru tersebut, Soeharto telah selamat dari gerakkan massa tahun

1974 yang dikenal sebagai Malari. Demikian pula ia dapat menyingkirkan lawan

politiknya tanpa ampun, hanya pada akhir 1990-an lah akhirnya benar-benar tidak

Page 6: Resume Sistem Politik Indonesia

mampu menyelamatkan diri dari gerakkan massa yang menuntutnya mundur

karena tidak mampu menyelesaikan persoalan ekonomi, yang menurut beberapa

pengamat menjadi peristiwa terburuk sepanjang sejarah ekonomi Indonesia.

Secara umum sekurang-kurangnya terdapat empat sumber utama yang

menjadi penopang kekuasaan Orde Baru, yaitu :

1. Refresi politik dengan melakukan konsolidasi politik pada awal 1970-an,

dengan menempatkan organisasi militer hingga ke desa-desa (BABINSA,

BAKIN, BAIS).

2. Klientelisme ekonomi, yakni dilakukan seiring melimpahnya sumber

ekonomi yang berasal dari hasil ekspor minyak dan hasil alam lainnya.

3. Wacana partikularistik, yaitu untuk membangun legitimasinya dengan

mensosialisasikan beberapa wacana baru seperti stabilitas politik, integrasi

nasional, kegagalan demokrasi liberal dan lain sebagainya.

4. Korporatisme negara, hal ini dilakukan terhadap organisasi masyarakat yang

diarahkan sebagai sumber mobilisasi massa.

Peran dan Posisi Militer

Sistem otoriter Orde Baru tidak dapat dilepaskan dari peran militer dalam

menopang kekuasaannya melalui paradigm dwifungsi ABRI, konsep dwifungsi

ABRI awalnya dilontarkan oleh A.H. Nasution pada peringatan ulang tahun

Akademi Militer Nasional (AMN) pada 12 Nopember 1958 di Magelang,

kemudian apda rapat pimpinan Polri di Porong tahun 1960. Dwifungsi merupakan

istilah yang digunakan untuk menyebut dua peran yang dikerjakan oleh militer,

yakni fungsi tempur dan fungsi pembinaan wilayah atau masyarakat.

Dengan dwifungsi ABRI ini setidaknya ada tiga peran penting yang

mereka mainkan, terutama dalam kaitannya dengan usaha-usaha untuk menopang

kekuasaan Soeharto, yaitu sebagai berikut :

1. Militer menempati jabatan-jabatan politis, seperti menteri, gubernur, bupati,

anggota Golkar, dan duduk mewakili dirinya di DPR.

2. Militer menghegemoni kekuatan-kekuatan sipil seperti dalam kasus

pembentukan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan

Page 7: Resume Sistem Politik Indonesia

pengumpulan para Profesor dari seluruh Indonesia di Bogor untuk memberi

informasi bahaya Partai Rakyat Demokratik (PRD).

3. Militer melakukan tindakan-tindakan refresif terhadap rakyat.

Krisis dan Keretakan Sistem

Krisis moneter yang telah berlangsung pada tahun 1997, awalnya melanda

Tahiland. Krisis tersebut segera menyebar ke negara-negara lain, seperti Korea

Selatan, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Implikasi krisis ekonomi dan moneter

serta kegagalan pemerintah dalam merespon dan mengatasi krisis tersebut

membuat legitimasi pemerintahan Soeharto hancur berantakan. Selama ini

legitimasi utama pemerintahan Orde Baru adalah pada pembangunan ekonomi,

diluar itu rezim ini tidak mempunyai basis legitimasi apapun.

Ringkasnya, tidak dapat disangkal lagi bahwa krisis moneter yang

berujung pada krisis multidimensi telah membuat kondisi kemiskinan menjadi

semakin buruk. Pembangunan yang muncul sebagai akibat pembangunan yang

berorientasi pertumbuhan yang dilaksanakan sejak tahun 1960-an telah semakin

merajalela dan bertambah parah seiring ketersediaan lapangan kerja, pendidikan

untuk kaum miskin, akses layanan kesehatan, gizi balita, dan jaminan lingkungan

yang semakin buruk. Dengan demikian rezim Orde Baru selama lebih dari tiga

dasawarsa dapat disimpulkan telah gagal total dalam meraih tujuan masyarakat

adil dan makmur seperti yang senantiasa didengungkan oleh penguasa Orde Baru,

ikatan-ikatan social juga dihancurkan sebagai akibat politik pemecah belahan

yang dilakukan orde baru.

Page 8: Resume Sistem Politik Indonesia

BAB III

REFORMASI POLITIK

Secara harfiah Reformasi berasal dari bahasa Latin (re) kembali dan

formare yang berarti membentuk. Dalam hal ini reformasi didefinisikan sebagai

“usaha untuk membentuk kembali”.

Penggunaan istilah reformasi popular mada masa Martin Luther, Ia

menyerukan pentingnya segera dilakukan rekonstruksi dalam kehidupan dan

ajaran kristianani. Sebagaimana diketahui gereja telah memegang peran penting

pada masa-masa sebelumnya dalam menentukan alur politik kerajaan.

Permasalahan yang banyak dihadapi oleh para reformis jauh lebih

kompleks dibandingkan dengan yang dihadapi oleh para revolusionaris.

Huntington mencatat dalam melakukan pembaruan politik para reformis akan

menghadapi setidaknya tiga hal :

1. Perjuangan kelompok reformis merupakan perjuangan sisi ganda, yaitu

menghadapi kelompok-kelompok konservatif dan revolusioner

2. Para agen pembaharu, artinya tidak hanya harus lebih ahli dalam

menggerakkan dan mendayagunakan kekuatan-kekuatan sosial politik

dibandingkan dengan kaum revolusioner.

3. Masalah prioritas dan alternatif antara berbagai perbedaan tipe-tipe reformasi

yang jauh lebiih akut bagi agen pembaharu dibandingkan dengan kaum

revolusioner.

Suatu reformasi yang berhasil akan sangat ditentukan oleh ketersediaan

strategi yang dapat digunakan secara umum, Huntington menawarkan dua strategi

yang secara teoritis dapat dilakukan agar sebuah reformasi berhasil :

1. Membuka peluang untuk memperkenalkan semua saran pada tahap awal dan

mendesak agar dapat menghasilkan manfaat, secepat dan sebanyak mungkin.

2. Strategi alternatif dapat ditempuh dengan menyembunyikan tujuan, memilah-

milah perubahan satu dengan yang lain serta mendesak untuk melakukan satu

indeks perubahan dalam setiap termin.

Page 9: Resume Sistem Politik Indonesia

Dalam konteks Indonesia, makna korektif reformasi sangat relevan karena

keburukan-keburukan tatanan sosial poltik masa lampau, oleh karena itu sebuah

reformasi perlu dilakukan agar tatanan lama yang buruk tersebut dapat digantikan

dengan suatu tatanan sosial politik baru, yang tentunya diharpkan lebih baik.

Konteks Reformasi Politik di Indonesia

Dalam pandangan beberapa pengamat, reformasi perlu dan harus

dilakukan karena kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan oleh Soeharto. Seperti

yang dikeumakan oleh Riswandha Irawan, misalnya terdapat enam alasan

mengapa reformasi perlu dilakukan :

1. Orde Baru telah membangun sistem politik monopolitik, yang sebenarnya

bertentangan dengan heterogenitas bangsa Indonesia.

2. Pembatasan jumlah partai politik yang bertolak belakang dengan modernisasi

ekonomi, yang menjadi pilar utama legitimasi pemerintahan Orde Baru.

3. Politisasi birokrasi yang menguatkan sifat alamiah birokrasi otoriter.

4. Membangun klientelisme okonomi melalui praktik kolusi antara birokrasi

pemerintah dengan swasta sehingga dua kekuatan utama dinamika

masyarakat (ekonomi dan politik) dikontrol oleh kelompok kecil yang dekat

dengan kekuasaan.

5. Melakukan represi ideologis serta penggunaan wacana otoriter secara eksesif

sehingga memunculkan ketakutan politik.

6. Memanipulasi simbol-simbol kultural sehingga rakyat memandang penguasa

sebagai mahluk yang arif, tanpa cacat dan karenanya tidak perlu dikontrol.

Selain keenam hal diatas, reformasi menyeluruh di Indonesia juga

dilatarbelakangi oleh berkembangnya kolusi, korupsi dan nepotisme atau KKN

yang begitu populer pada masa awal reformasi.

Berbagai Bidang Reformasi Politik di Indonesia

Beberapa prestasi besar yang dicapai oleh gerakan reformasi Indonesia,

terutama dibidang politik dan ketatanegaraan. Diantaranya dengan keberhasilan

Page 10: Resume Sistem Politik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) melakukan amandemen UUD 1945 yang

selama Orde Baru disakralkan.

Beberapa diantara repormasi politik yang telah dilakukan diantaranya :

1. Penyelenggaraan pemilihan umum sebagai wujud partisipasi rakyat

2. Reformasi struktur dan fungsi-fungsi politik

3. Reformasi sistem kepartaian

4. Reformasi penyelenggaraan pemerintahan daerah

Berbagai Persoalan

Reformasi yang telah bergulur sejak pertengahan tahun 1998 telah banyak

memberikan hasil, namun banyak menyisakan kekuarangan. Jika mendasarkan

pada syarat-syarat keberhasilan suatu reformasi di Indonesia yang dikemukakan

oleh Huntington dapat dilihat sebagai berikut :

1. Tidak adanya talenta politik yang mendukungnya

2. Ketiadaan strategi yang digunaka untuk melakukan reformasi

Page 11: Resume Sistem Politik Indonesia

BAB IV

BUDAYA POLITIK

Budaya Politik Era Reformasi

Budaya politik sangat dipengaruhi oleh struktur politik, sedangkan daya

operasional sangat ditentukan oleh konteks kultural dimana stuktur itu berada.

Adapun budaya politik di Indonesia merupakan kombinasi antara parochial-

subject culture, subject participant culture, parochial-participant culture, dan

sering disebut sebagai civic culture. dalam hal ini budaya politik Indonesia

bergerak diantara subject-participant culture, dan parochial-participant culture.

subject participant culture ditandai oleh menguatnya partisipasi politik

masyarakat dalam kehidupan politik terhadap input-input politik, sementara

diwaktu yang sama berkembang ketidakmapanan masyarakat untuk mengubah

kebijakan. Namun tampak bahwa reformasi tidak membawa perubahan yang

signifikan terhadap budaya politik, budaya politik Indonesia masih tetap diwarnai

oleh paternalisme, parokhialisme, yang memiliki orientasi yang kuat terhadap

kekuasaan dan patrimonialisme yang masih berkembang dengan sangat kuat.

Oleh karena itu reformasi ataupun revolusi dibanyak negara dunian ketiga,

menurut Sutando Wignjosoebroto, acap kali gagal mengubah konfigurasi-

konfigurasi sistem politik yang sudah ada sejak lama. Inilah sebenarnya yang

terjadi di Indonesia dewasa ini, reformasi kurang memberikan perubahan terhadap

konfigurasi secara bermakna terhadap sistem politik meskipun amandemen

konstitusi telah membuka jalan terhadap demokratisasi politik.

Reformasi yang telah berlangsung hanya hanya menggantikan personil

yang masuk ke panggung kekuasaan, walaupun tatanan dan scenario panggung

menurut rancangannya sudah tepat tetapi dalam praktiknya hanya ditafsirkan

sebatas imanjinasi kultural-simbolis para pemainnya yang ada umumnya baru dan

terdistorsi kearah lainnya. Inilah yang membuat jalannya demokratisasi di

Indonesia sangat lamban.

Page 12: Resume Sistem Politik Indonesia

BAB V

STRUKTUR DAN FUNGSI-FUNGSI POLITIK

Unit dasar struktur politik adalah peranan individu. Peranan merupakan

pola-pola perilaku yang teratur, yang ditentukan oleh harapan-harapan nya sendiri

dan tindakan-tindakan dan oranglain. Struktur senantiyasa melibatkan fungsi-

fungsi politik,dan karenanya pendekatan yang digunakan biasa disebut sebagai

pendekatan struktural fungsional. Menurut Almond dan powell Jr, keuntungan

pndekatan struktural fungsional adalah memberikan kesempatan kepada kita guna

menghindari kebingungan yang mungkin timbul antara tujuan-tujuan struktur

yang bersifat formal ddengan fungsi-fungsi politik yang secara aktualmereka

jalankan. Menurutnya pula struktur politik dapat dibedakan kedalam sistem,

proses dan aspek-aspek kebijakan. Struktur sistem merujuk pada organisasi dan

intansi yang memelihara atau mengubah (maintain or change) struktur politik dan

secara kusus struktur menampilkan fungsi-fungsi sosialisasi politik, rekruitmen

politik dan komunikasi politik.

Fungsi sosialisasi politik merupakan fungsi dimana generasi muda dan

anak anak mendapatkan sosialisasi kehidupan politik dari berbagai institusi seperti

keluarga, temapat-tempat ibadah lingkungan kerja, sekolah dsb. Rekruitmen

politik melibatkan proses dimana pemimpin-pemimpin politik direkrut melalui

partai-partai politik. Komunikasi politik menjadi penyambunng bagi keseluruhan

sistem agas bisa berkerja sebagaiman mestinya. Tanpa adanya komunikasi politik

enerji yang ada dalam elemen-elemen sistem politik tidak dapat mengalir,

akibatnya sistem politik mengalami kemacetan.struktus proses politik melibatkan

bagaimana fungsi-fungsi artikulasi kepentingan, agregasi kepentingan,pembuatan

kebijakan dan implementasi kebijakan dilaksanakan olih struktur politik. Struktur

proses melibatkan kelompok-kelompok kepentingan ,partai politik , media masa,

eksekutif dan lain sebagainya, dimana masing-masing struktur mempunyai peran

strukturnya masing masing.

Page 13: Resume Sistem Politik Indonesia

Almond dan Colemen membedakan struktur politik atas infrastruktur yang

terdiri dari struktur politik masyarakat, suasana kehidupan politik masyarakat dan

sektor politik masyarakat dan supra struktur terdiri dari sektor pemerintahan,

suasana pemerintahan dan sektor politik pemerintahan. Dalam kehidupan politik

demokratis, struktur politik ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat

formal informal. Struktur formal merupakan mesin politik yang dengan absah

mengedentifikasi segala masalah, menentukan dan melaksanakan segala

keputussan yang mempunyai kekuatan mengikat pada seluruh masyarakat,

sedangkan struktur informal merupakan struktur yang mampu mempengarui cara

kerja aparat masyarakat untuk mengemukakan, menyalurkan menterjemahkan

mengkonversikan tuntutan dukungan dan masalah tertentua yang berhubungan

dengan ketentuan ummum. Struktur informal ini didalamnya ada, partai politik,

kelomok-kelompok kepentingan, media massa, opinion leader dan lain

sebagainya.

Struktur politik formal, dalam sistem politik struktur dibedakan atas

kekuasaan eksekutif, legislatif, yudikatif, menurut ajaran trias politika. Dalam

perkembanganya negara-negara demokrasi modern cenderung mengunakan

pembagian kekuasaan daripada menggunakan azas pemisahan kekuasaan murni

sebagai mana diajarkan oleh John Locke dan Montesqiu. Menurut John Locke

kekuasaan negara dibagi menjadi tiga yakni kekuasaan eksekutif, kekuasaan

legislatif, dan kekuasaan federatif. Montesqiu menyempurnakan ajaran trias

politica dengan membagi kekuasaan pemerintahan menjadi kekuasaan legislatif,

eksekutif dan yudikatif. Montesqiu mengemukakkan bahwa kemerdekaan hanya

dapat dijamin jika masing masing kekuasaa ini tidak dipegang satu orang atau

dalam satu badan penguasa.

Undang undang dasar1945 yang menjadi dasar konstitusi negara tidak

menyebutkan secara eksplisit bahwa kekuasan negara disusun atas dasar ajaran

trias politica, namun bila dilihat secara seksama maka ajaran trias politica

digunakan untuk membagi kekuasan di indonedia. Disin kekuasan negara dibagi

dengan seimbang dan adanya cheks and balances. Chek and balences diantara

penyelenggara negara ini dimanifestasikan kedalam wujud :

Page 14: Resume Sistem Politik Indonesia

1. Pembuatan undang-undang yang memerlukan persetujuan DPR, DPD dan

presiden yang masing-masing mempunyai kewenangan veto.

2. Pengawasan dan impeachment oleh lembaga-lembaga legislatif terhadap

presiden.

3. Judicial review oleh mahkamah konstitusi terhadap undang-undang dan

produk dibawahnya.

4. Daerah otonom yang dapatmengajukan gugatan terhadap keputusan pusat.

5. Pengangkatan menteri yang memerlukan pertimbangan DPR.

Page 15: Resume Sistem Politik Indonesia

BAB VI

PROSES POLITIK DAN KAPABILITAS SISTEM POLITIK

Proses politik di Indonesia setelah mengalami reformasi sejak 1998, pada

masa Orde Baru sistem politik yang berkembang adalah sistem politik otoriter

dimana birokrasi dan militer mempunyai peran penting dalam mengambil

kebijakan dan keputusan politik.

Dalam konteks reformasi, sistem politik yang digulirkan mengalami

perubahan tetapi tidak pada budaya politiknya sehingga nilai-nilai demokrasi tidak

berakar denagn baik karena adopsi sistem politik hanya menyentuh pada dimensi

struktur dan fungsi-fungsi politiknya, tidak pada semangat budaya yang

melingkupi pembentukan sistem politik tersebut. Padahal konstitusi bukanlah

sekedar preskripsi-preskripsi, apalagi hanya dokumen melainkan suatu komitmen,

keberpihakan, dan makna-makna yang hidup dalam dan sepanjang perjalanan

sejarah.

Tipe-tipe Fungsi Politik

Dalam artikel “A Developmental Approach to Political System” yang

dipublikasikan pertama kali pada tahu 1965 dalam jurnal World Politics, Almond

membedakan tipe-tipe fungsi politik kedalam tiga tipe :

1. Secara aktual kita perlu untuk berpikir sistem berfungsi pada tingkat-tingkat

berbeda.

2. Fungsi internal dalam sistem

3. Pemeliharaan sistem dan fungsi-fungsi adaftasi.

Sistem politik sebagai kerangka analisis dan senantiasa melibatkan proses

input dan output, oleh karena itu semua interaksi inputs sebagaiman outputs yang

mempengaruhi penggunaan ancaman fisik yang bersifat memaksa serta tidak

hanya melibatkan struktur yang didasarkan pada pada hukum seperti parlemen,

eksekutif, birokrasi, lembaga peradilan, atau hanya berhubungan dengan asosiasi-

asosiasi yang secara formal sebagai unit terorganisasi seperti partai politik,

kelompok-kelompok kepentingan, dan media komunikasi.

Page 16: Resume Sistem Politik Indonesia

Fungsi-fungsi Konversi

Menurut Almond fungsi-fungsi konversi terdapat enam kelompok, yaitu :

1. Fungsi-fungsi artikulasi kepentingan atau tuntutan-tuntutan

2. Agregasi atau kombinasi artikulasi dan agregasi menjadi pengajuan atau

proposal kebijakan

3. Konversi proposal menjadi sebuah keputusan

4. Aplikasi putusan-putusan umum kedalam kasus-kasus spesifik

5. Adjudication of rules dalam kasus-kasus individu

6. Penyebarluasan informasi tentang peristiwa-peristiwa dalam sistem politik dari

struktur dan lingkungan social serta lingkungan internasional.

Kapabilitas Sistem Politik

Menurut Almond, terdapat lima kategori kapabilitas sistem politik yang

didasarkan pada klasifikasi mengenai inputs dan outputs sistem politik.

Kapabilitas tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kapabilitas ekstraktif

2. Kapabilitas regulatif

3. Kapabilitas distributif

4. Kapabilitas simbolik dan

5. Kapabilitas simbolik

Dengan menggunakan konsep kapabilitas sistem politik, kita dapat

menggambarkan bagaimana sistem politik bekerja pada masa reformasi dan

membandingkannya dengan kinerja sistem politik Orde Baru. Dapat dianalisis

sistem politik baik pada masa Orde Baru maupun reformasi tidak banyak

mengalami perubahan, sistem politik di periode keduanya sama-sama kurang

mempunyai kapabilitas sistem politik yang seharusnya mereka miliki. Jika pun

terdapat perbedaan diantara keduanya barangkali adalah pada sistem politik Orde

Baru, inputs sistem politik hanya berasal dari birokrasi, militer, dan sekelompok

kecil teknokrat, sedangkan pada masa reformasi inputs sistem politik berasal dari

banyak kelompok masyarakat. Namun secara keseluruhan fungsi-fungsi konversi

sistem politik dalam kondisi yang sangat buruk.

Page 17: Resume Sistem Politik Indonesia

BAB VII

BATAS-BATAS SISTEM POLITIK

“LINGKUNGAN DOMESTIK DAN INTERNASIONAL”

Suatu sistem politik melakukan interaksi dengan sistem politik lain tidak

hanya dalam lingkungan domestic juga dalam lingkungan internasional, maka

keberadaannya juga mempunyai dampak terhadap bagaimana negara-negar lain

merespon kebijakan tersebut. Dalam situasi seperti ini tidak ada satu sistem politik

yang tidak bersinggungan dengan lingkungan-lingkungannya, tempat dimana

sistem politik tersebut berada.

Lingkungan Domestik

Menurut Mourice Duverger mengemukakan linkungan domestik sebagai

bagian struktur politik, struktur politik sebagai pengelompokkan sosial yang

berbeda-beda. Oleh karenanya struktur ini dapat didekati dengan dua cara, yaitu

mengambil kategori yang beraneka ragam dari setiap masyarakat manusia dengan

setiap kategori yang mewakili jenis struktur tertentu, dan dengan mendasarkan

studi-studi yang terdapat dalam semua komunitas manusia secara geografik,

demografik, kelembagaan, kultural dan lain-lain.

a. Struktur Fisikal

Dalam hal ini, terdapat banyak fakta bahwa gerakan-gerakan kea rah

usaha pemisahan diri atau tuntutan akan dilakukannya otonomi luas bagi

beberapa daerah di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari rendahnya tingkat

responsibilitas dan buruknya kapabilitas distributive sistem politik. Daerah-

daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Papua dan Aceh misalny,

pembangunan ekonomi mereka jauh tertinggal dengan di kota-kota besar di

jawa, seperti Jakarta, Surabaya dan kota-kota lain atau bahkan lebih buruk lagi.

b. Lingkungan Geografis

Beberapa faktor yang bersifat geografis sangat menentukan

pengaruhnya dalam kehidupan politik, diantaranya iklim, sumber daya alam,

dan ruang sebagai struktur politik.

Page 18: Resume Sistem Politik Indonesia

Kapabilitas sistem politik di Indonesia yang dibangun pada masa Orde

Baru tidak mempunyai cukup kapabilitas ekstraktif sebagai akibat korupsi,

kolusi dan nepotisme yang akut. Akibatnya dengan kekayaan alam yang

melimpah tidak memberikan kemampuan kinerja yang cukup baik bagi sistem

politik karena sumber-sumber tersebut gagal dimanfaatkan dengan baik.

Sebaliknya negara-negara kaya dan besar seperti Amerika Serikat mampu

memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya yang dimiliki sehingga mampu

mengukuhkan dirinya sebagai negara super power yang brutal.

c. Struktur Demografis

Di Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar nampaknya lebih

dekat sebagai sumber masalah dibandingkan dengan sebagai modal yang

menguntungkan bagi sistem politik dan tidak dapat dimanfaatkan secara

maksimal. Akibatnya angkatan kerja tidak mempunyai cukup keterampilan

untuk bersaing di dunia kerja, kondisi ini dipecahkan dengan salah satunya

mengirimkan tenaga kerja Indonesia (TKI) sayangnya hanya sedikit yang

memiliki keterampilan. Kondisi ini menjadi semakin buruk ditengah rendahnya

kapabilitas responsif sistem politik yang membuat pemerintah kurang menaruh

perhatian terhadap pekerja-pekerja informal yang teraniaya ini.

d. Kemampuan Ekonomi

Teori-teori determinasi ekonomi mengatakan bahwa kekuasaan politik

seringkali mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan pusat kekuasaan

ekonomi. Kemakmuran ekonomi akan sangat berpengaruh terhadap daya kritis

masyarakatnya terhadap pemerintahan, jika kemakmura ekonomi mempunyai

korelasi positif dengan pendidikan maka dapat pula diasumsikan bahwa

kemakmuran dapat pula mendorong munculnya tuntutatn-tuntutan baru bagi

sistem politik seperti tuntutan akan partisipasi dalam sistem politik.

e. Pendidikan

Di Indonesia dunia pendidikan mempunyai kontribusi penting dalam

proses sosialisasi politik, gerakan-gerakan social politik mahasiswa yang

menuntut pemerintah melakukan perubahan pada masa Orde Baru, mereka

Page 19: Resume Sistem Politik Indonesia

menjadi kelompok anggota masyarakat yang melek politik dan senantiasa

menuntut partisipasi yang lebih besar dalam politik.

f. Ideologi dan Budaya Politik

Perdebatan ideologi politik telah abnayak menyedot perhatian, sejak

masa Orde Lama dan akhirnya dituntaskan pada masa Orde Baru dengan

paksaan. Pada masa orde lama perdebatan ideologis ini sangat kuat terutama

sebagai akibatnya masuknya komunis dalam konstelasi politik Indonesia.

Sedangkan partai-parta Islam mempunyai akar ideologis yang kuat yang

dipelopori oleh Masyumi.

Pada masa Orde Baru perdebatan ideologis ini diselesaikan melalui

penggunaan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Oleh karena itu setiap

organisasi politik menggunakan asas Pancasila dan penggunaan asas lain

dianggap subversif.

Lingkungan Internasional

Secara historis proses globalisasi yang telah berlangsung saat ini belum

pernah terjadi sebelumnya dimana ada pembedaan antara internasional dan

domestik, hubungan-hubungan internal dan eksternal tidak lagi menjadi jelas.

Globalisasi yang berlangsung saat ini dewasa ini telah menempatkan kembali

kekuasaan, fungsi, dan pemerintahan nasional. Sedangkan sebaliknya kekuasaan

Negara bangsa sekarang ini dalam mmengambil keputusan hendaknya harus

disejajarkan dengan lembaga-lembaga governance global dan dari hukum

internasional.

a. Rezim Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup

Pada masa Orde Baru telah terjadi kasus-kasus pelanggaran HAM

terutama kasus pelanggaran HAM Timor-timur, sebagai contoh bagaimana

rezim hak asasi manusia beroperasi di tingkat internasional dan global dalam

memberikan tuntutan terhadap sistem politik.

Demikian halnya dengan lingkungan hidup, kini negara-negara nasional

harus lebih memperhatikan persoalan lingkungan hidup mereka jika tidak ingin

mendapatkan masalah pergaulan internasional. Kelompok-kelompok pecinta

Page 20: Resume Sistem Politik Indonesia

lingkungan hidup telah lantang menyerukan pencemaran dan pengrusakan

lingkungan dan tidak segan-segan mereka menyerukan boikot bagi produk-

produk industry yang tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan.

b. Dominasi Ekonomi-Politik AS dan Perang Melawan Terorisme

Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan adidaya tunggal, dengan

kekuatan-kekuatan menengah dan kecil yang menyebar. Disisi lain keruntuhan

Uni Soviet membuat AS mempunyai kesempatan untuk menjadi hegemon

penuh. Hegemoni AS sebenarnya tidak akan memberikan banyak persoalan

dalam politik internasional jika AS mampu bertindak bijak dalam menangani

konflik-konflik internasional dan persoalan-persoalan dalam negeri. Nam un

sayangnya AS telah menjadi liar sejak terorisme meluas di dunia seiring

globalisasi. Invasi AS ke Irak bulan Maret 2003 yang diselimuti oleh

kebohongan para pengambil kebijakan luar negeri itu dan perang-perang yag

dilakukan selama masa setelah perang dunia ke-2 yang telah menyulut

munculnya terorisme dalam skala global.

Perubahan-perubahan lingkungan internasional akan sangat berpengaruh

terhadap sistem politik. Sistem politik tidak hidup dalan ruang hampa tetapi

berada dalam interaksi dalam lingkungannya.

Page 21: Resume Sistem Politik Indonesia

BAB VIII

CATATAN PENUTUP

Terdapat dua hal besar yang menajdi benang merah mengenai sistem

politik Indonesia era reformasi, yaitu berkenaan dengan reformasi yang digulirkan

sejak 1998 dan berkenaan dengan kinerja sistem politik.

1. Reformasi hanya mengubah struktur politik Orde Baru yang sangat otoriter dan

despotis.

2. Kegagalan reformasi ini disebabkan oleh ketiadaan talenta politik yang

mengawalnya.

Kinerja sistem politik Indonesia era reformasi adalah buruk atau tidak

bekerjanya sistem politik demokrasi secara maksimal. Hal tersebut dapat

dikatakan dengan indikator berikut, keseluruhan kapabilitas yang seharusnya

dimiliki oleh sistem politik, yakni kapabilitas ekstraktif, kapabilitas regulatif,

kapabilitas distributif, kapabilitas sombolik, dan kapabilitas responsif kesemuanya

hamper tidak ada yang bagus.

Buruknya kinerja sistem politik Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

ketiadaan perubahan budaya politik yang menopangnya, meskipun struktur

politiknya telah mengalami perubahan menjadi lebih demokratis, tetapi tidak pasa

budaya politiknya. Singkatnya, buruknya kinerja sistem politik tentu sangat

mencemaskan bagi kelangsungan hidup bangsa dan negara dimasa mendatang

dalam sebuah era globalisasi neoliberal yang ditandai dengan persaingan pasar

bebas yang sangat sengit. Untuk bisa survive negara harus kuat dan tangguh dalam

pengertian memiliki power and wealth, namun dlam kenyataannya Indonesia telah

menjadi salah satu Negara yang lemah a weak state), karena buruknya kinetrja

sistem politik dalam memecahkan persoalan-persoalan bangsa dan negara.

Klimaksnya, Indonesia bahkan sekarang ini sedang meluncur ke arah apa yang

disebut oleh Naom Chomsky sebagai Negara yang gagal.

©[email protected]