resume baru
DESCRIPTION
Filsafat ilmuTRANSCRIPT
KILAS BALIK FILSAFAT
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu
dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada
kebijaksanaan). Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka. Filsafat secara garis besar dapat dibagi kedalam
dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Fisafat sistematis bertujuan dalam
pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat.
Aliran dalam filsafat meliputi aliran-aliran metafisika, aliran-aliran etika, aliran-aliran
teori pengetahuan, dan aliran-aliran lainnya dalam filsafat, seperti eksistensialisme, pragmatisme,
fenomenologi, positivisme, dan aliran filsafat hidup.
Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup:
1) Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2) Etika (Filsafat Moral)
3) Estetika (Filsafat Seni)
4) Metafisika
5) Politik (Filsafat Pemerintahan)
6) Filsafat Agama
7) Filsafat Ilmu
8) Filsafat Pendidikan
9) Filsafat Hukum
10) Filsafat Sejarah
11) Filsafat Matematika
Pemikiran kefilsafatan memiliki ciri-ciri khas (karakteristik) tertentu, sebagian besar
filosuf berbeda pendapat mengenai karakteristik pemikiran kefilsafatan. Apabila perbedaan
pendapat tersebut dipahami secara teliti dan mendalam, maka karakteristik pemikiran kefilsafatan
tersebut terdiri dari : integralistik (menyeluruh); mendasar (fundamental); dan spekulatif.
a. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, pemikiran yang meliputi beberapa sudut pandang.
Pemikiran kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu, dan pemikiran semacam ini ingin
mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan lainnya. Integralitas pemikiran
kefilsafatan juga memikirkan hubungan ilmu dengan moral, seni dan pandangan hidup.
b. Mendasar, artinya pemikiran mendalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar dari
gejala). Hasil pemikiran tersebut dapat dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-
masalah keilmuan (science).
c. Spikulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran
selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai medan garapan (obyek) yang
baru pula. Keadaan ini sanantiasa bertambah dan berkembang meskipun demikian bukan
berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak selesai seperti ilmu-ilmu
diluar filsafat.
Hubungan Antara Ilmu dan Filsafat
Di samping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu
sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk
menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakan oleh pertanyaan bagaimana menjawab.
KONSEP DASAR FILSAFAT ILMU
A. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
1. Ilmu sebagai objek kajian filsafat
Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan
objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan. Adapun
objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti
pendekatan induktif dan deduktif.
2. Pengertian filsafat ilmu.
Filsafat dalam Bahasa Inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal
dari Bahasa Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos, (cinta) atau philia
(persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,
keterampilan, pengalaman praktis, dan intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti
cinta kebijaksanaan atau kebenaran. (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang
dalam Bahasa Arab disebut failasuf
Kata ilmu berasal dari Bahasa Arab: ‘alima, ya’limu, ‘ilman, yang berarti mengerti,
memahami benar-benar. Dalam Bahasa Inggris disebut science; dalam Bahasa Latin scienta
(pengetahuan) – scire (mengetahui). Jadi pengertian ilmu yang ada dalam Kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-
metode tertentu, yang dapat digunakan menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
pengetahuan itu.
Definisi filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
a. Filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang menyangkut berbagai
hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:
Implikasi ontologik-metafisika dari citra dunia yang bersifat ilmiah.
Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggaraan ilmu.
Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggaraan ilu dan sebagainya.
b. Filsafat ilmu dalam arti sempit, yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan
dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu. Yaitu yang menyangkut sifat
pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
3. Objek Kajian Filasafat Ilmu
Objek kajian filsafat ilmu terdiri atas tiga komponen yaitu:
a. Ontologi
Menjelaskan mengenai pertanyaan apa. Ontologi merupakan salah satu diantara
lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sejak dini dalam
pemikiran Barat sudah menunjukkan munculnya perenungan ontologis.
b. Epistimologi
Adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal, metode-metode dan sahnya ilmu
pengetahuan.
c. Aksiologi
Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai pada umumnya
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
4. Tujuan Filsafat Ilmu
a. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dab tujuan ilmu.
b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories.
c. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi diperguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
d. Medorong para calon ilmuan untuk konsisten dalam mendalami lmu dan
mengembangkannya.
e. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak
ada pertentangan.
d. Kedudukan dan Implikasi Filsafat Ilmu.
Tempat dan kedudukan filsafat di dalam lingkungan filsafat sebagai keseluruhan
Being (ada) Knowing (tahu) Axiologi (nilai)
Ontologi
Metafisika
Epistimologi
Logika dan Metodologi
Filsafat Ilmu
Etika
Estetika
Sedangkan tempat kedudukan filsafat ilmu itu sendiri ditentukan oleh dua lapangan
penyelidikan filsafat ilmu yaitu:
1. Sifat pengetahuan ilmiah, dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan epistimologi
yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat pengetahuan manusia dalam bentuk
pengetahuan manusia.
2. Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini
filsafat ilmu berkaitan erat dengan logika dan metodologi. Ini berarti cara-cara
mengusahakan dan memperoleh pengetahuan ilmiah berkaitan erat dengan susunan logis
dan metodologis serta tata urutan berbagai langkah dan unsur yang terdapat pada kegiatan
ilmiah pada umumnya.
Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Dimulai dengan aliran rasionalisme-empirisme ,
kemudian kritisisme dan positifisme. Rasionalisme adalah paham yang menyatakan kebenaran
haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan dan analisis yang berdasarkan fakta.
Empirisisme adalah pencarian kebenaran melalui pembuktian-pembukitan indrawi. Kritisisme
merupakan filsafat yang terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio sebelum
melakukan pencarian kebenaran.
ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN
Ilmu berasal dari kata ”alima(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science
secara etimologis berarti pengetahuan. Science berasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang
artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama yaitu
pengetahuan. yang punya ciri-ciri: Ralfh Ross dan ernest Van Den Haag menulis bahwa ilmu itu
empirical, rasional, yang umum dan bertimbun bersusun dan ke empatnya serentak.
Ilmu itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian:
1. Ilmu pengetahuan (ilmu yang ilmiah) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara
ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah.
2. Ilmu Non pengetahuan adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan secara
sistematik terhadap kemampuan diri manusia ataupun terhadap ide di alam pikiran
manusia secara deduktif dan analitik. Misalnya kebatinan, bela diri, matematika, dan
lain-lain.
Objek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (objek materi) dan ada yang berupa
bentuk (objek formal). Objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan,pemikiran, atau
penelitian keilmuan bisa berupa benda-benda material maupun yang nonmaterial,bisa pula berupa
hal-hal,masalah-masalah,ide-ide dan konsep-konsep.
Sumber ilmu pengetahuan ada beberapa macam yaitu empirisme, rasionalisme, intuisi,
dan wahyu.
Sistem, Struktur, Susunan, Karakteristik, Sifat, dan Batasan Pengkajian Ilmu
Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah suatu produk pemikiran manusia yang sekaligus menyesuaikan
antara hukum-hukum pemikiran dengan dunia luar. Atau dengan kata lain, ilmu pengetahuan
mengandung dua aspek yaitu subjektif dan objektif, sekaligus memerlukan kesamaan diantara
keduanya. Oleh karena itu, sesungguhnya manusia tidak mungkin mengubah hukum-hukum
pemikiran dengan hukum-hukum alam semesta. Adanya dua aspek subjektif dan objektif
melahirkan dua pandangan yang berbeda dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu mengacu pada tiga hal yaitu produk, proses, dan masyarakat, yaitu : produk-produk,
proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui
dan diakui keberadaannya oleh masyarakat ilmuwannya. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini
terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka
untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi
penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita
kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah analisis rasional, objektif,
sejauh mungkin ”impersonal” dari masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan data
yang dapat diamati. Bagi Thomas Kuhn ”normal science” adalah ilmu pengetahuan dalam artian
proses.
Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-tanduknya,
perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan (imperative) yaiu
universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterstedness), dan skeptisisme yang teratur.
LANDASAN PENELAAHAN ILMU PENGETAHUAN DAN SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
Penelaahan dalam Hakikat Ilmu Pengetahuan
a. Aspek Ontologi : Hakikat Jenis Ilmu Pengetahuan
Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti
seluas mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti : ada atau menjadi, aktualitas
atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan
waktu, perubahan dan sebagainya.
b.Aspek Epistimologi : Hakikat Pribadi Ilmu Pengetahuan
Dalam epistimologi terdapat beberapa perbedaan mengenai teori pengetahuan. Hal ini
disebabkan karena setiap ilmu pengetahuan memiliki potensi objek, metode, sistem dan
tingkat kebenaranyang berbeda-beda. Dengan kata lain, epistimologi merupakan suatu bidang
filsafat nilai yang mempersoalkan tentang hakikat kebenaran, karena semua pengetahuan
mempersoalkan tentang kebenaran.
c.Aspek Etika : Hakikat Individual Ilmu
Berdasarkan pembidangan filsafat atas etika normatif dan kreatif, maka etika
mempersoalkan tingkah laku dalam standar ganda, yaitu menurut norma yang sedang berlaku
dan menurut tujuan yang dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, etika menilai kebaikan
suatu tingkah laku menurut dasar adat kebiasaan dan tujuan pendorongnya.
Perkembangan ilmu akan mempengaruhi nilai-nilai kehidupan manusia tergantung dari
manusianya itu sendiri, karena ilmu dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia
dalam kebudayaannya. Kemajuan di bidang ilmu memerlukan kedewasaan manusia dalam arti
yang sesungguhnya, karena tugas terpenting ilmu adalah menyediakan bantuan agar manusia
dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya.
Ilmu dapat berkembang dengan pesat menunjukkan adanya proses yang tidak terpisahkan
dalam perkembangannya dengan nilai-nilai hidup. Walaupun ada anggapan bahwa ilmu harus
bebas nilai, yaitu dalam setiap kegiatan ilmiah selalu didasarkan pada hakikat ilmu itu sendiri.
Anggapan itu menyatakan bahwa ilmu menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak
secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri, yaitu ilmu harus bebas dari pengandaian, pengaruh
campur tangan politis, ideologi, agama dan budaya, perlunya kebebasan usaha ilmiah agar
otonomi ilmu terjamin, dan pertimbangan etis menghambat kemajuan ilmu.
Sejarah perkembangan ilmu dimulai pada zaman islam dimulai sejak masa nabi sampai
Khufaur-Rasyidin. Selanjutnya pada masa kejayaan kekuasaan Islam, khususnya pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, ilmu berkembang maju dan pesat.
Namun, pada abad ke-18 peradaban dan tradisi keilmuan islam jatuh.
Kemajuan ilmu pada zaman renaisans adalah kemajuan ilmu penyempurnaan kesenian,
keahlian dan ilmu percetakan. Serta terdapat penemuan benua baru oleh Colombus. Pada zaman
modern terdapat kemajuan ilmu diantaranya penemuan teori gravitasi Newton. Adapun ilmu yang
berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. Kemajuan ilmu pada zaman kontemporer
adalah kemajuan ilmu dalam bidang biologi, contohnya teknologi rekayasa genetika. Dalam
bidang ilmu sosial keagamaan adalah konsep santri, priyayi, dan abangan. Dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi misalnya adanya komputer, jaringan internet, dll.
METAFISIKA. HUBUNGAN & ASUMSI TERHADAP ILMU PENGETAHUAN
Istilah metafisika itu berasal dari bahasa Yunani, meta physika (sesudah fisika). Kata meta
yang berarti selain, sesudah atau sebalik, dan fisik yang berarti alam nyata. Secara keseluruhan
maksudnya yaitu ilmu yang menyelidiki hakikat segala sesuatu dari alam nyata dengan tidak
terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh panca indera saja. Aristoteles yang juga merupakan
seorang filsuf sendiri tidak menggunakan istilah metafisika dan fisika, melainkan filsafat pertama
untuk metafisika dan filsafat kedua untuk fisika
Adapun jenis-jenis metafisika secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Metafisika
Umum atau Ontologi dan Metafisika Khusus.
Dalam metafisika umum terdapat tiga teori yang terkenal, yaitu:
a. Idealisme
Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia ide atau gagasan.
Segala sesuatu yang tampak dan berwujud nyata dalam alam indrawi hanya merupakan
gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia ide.
b. Materialisme
Materialisme merupakan kebalikan dari idealisme, teori ini menolak hal-hal yang tidak
kelihatan. Bagi materialisme, ada yang sesungguhnya adalah keberadaannya semata-mata
bersifat material atau sama sekali bergantung pada material.
c. Dualisme
Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe fundamental yang
berbeda. Kedua tipe fundamental dari substansi itu ialah material dan mental.
Dalam metafisika khusus terdapat tiga bidang, yaitu:
a. Kosmologi
Secara etimologi, kosmologi berasal dari dua kata, kosmos yang berarti dunia atau
ketertiban. Logos yang berarti percakapan atau ilmu. Jadi, kosmologi berarti percakapan
tentang dunia atau alam dan ketertiban yang fundamental dari seluruh realitas.
b. Teologi metafisik
Teologi metafisika sering juga dikenal dengan nama theodicea kendati sesungguhnya
theodicea hanyalah merupakan bagian dari teologi metafisik theodicea sebenarnya hanya
membahas dan membenarkan kepercayaan kepada Allah yang Maha Kuasa di tengah-
tengah ralaitas kejahatan yang merajlela di dunia ini.
c. Filsafat antropologi
Filsafat antropologi adalah bagian dari metafisika khusus yang mempersoalkan apakah
manusia itu? Dengan kata lain, filsafat antropologi berupaya menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagaimana adanya, baik menyangkut esensi, eksistensi,
status maupun realisasi-realisasinya.
Tata hubungan metafisika dengan ilmu-ilmu khusus adalah keduanya tidak dapat saling
mengecualikan dan mengucilkan, melainkan saling melengkapi di dalam pemahaman manusia
tentang seluruh kenyataan. Sebenarnya semua ilmu menyelidiki seluruh kenyataan, namun
masing-masing menurut aspek formal tersendiri dan dengan memakai metode ilmiah yang sesuai.
Ilmu mengemukakan beberapa asumsi mengenai objek empiris. Ilmu menganggap bahwa
objek-objek empiris yang menjadi bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman,
memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-menjalin secara teratur. Sesuatu peristiwa
tidaklah terjadi secara kebetulan namun tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur.
SARANA DAN KESALAHAN DALAM PROSES BERPIKIR ILMIAH
Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah. Bahasa ilmiah dalam
tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah selalu dituntut secara deskriptif sehingga memungkinkan
pembaca Untuk ikut menafsirkan dan mengembangkan lebih jauh. Untuk dapat berfikir ilmiah,
seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.
Dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai
langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika matematika dan
statistika.
Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita untuk bisa melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan kita
mempelajari ilmu adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa
memecahkan masalah kita sehari-hari.
Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas
kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Penalaran ini memudahkan untuk memetakan
suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah ini yang serupa. Sedangkan penalaran
deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. Jika premis benar dan
cara penarikan kesimpulan sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar.
Kita dengan mudah memperoleh kesesatan karena adanya kata-kata yang disebut
homonim, yaitu kata yang memiliki banyak arti yang dalam logika biasanya disebut kesalahan
simantik atau bahasa. Kesalahan simantik itu dapat pula disebut ambigiuitas. Pengamatan yang
tidak lengkapa atau teliti, kesalah klasifikasi atau penggolonganya tidak lengkap atau tumpang
tindih maupun masih campur aduk. Kesesatan juga bisa terjadi pada hipotesis karena suatu
hipotesis bersifat meragukan yang bertentangan dengan fakta.
Kesalahan berpikir dapat terjadi pada siapapun juga, betapa tinggi ntelegensi seorang
ataupun betapa lengkapnya informasi yang didapat. Karena kita semua tidak input dari sebuah
kesalahan. Oleh karena itu, dalam logika diberikan aturan-aturan yang mengatur bagaimana
berpenalaran yang benar. Sehingga kita bisa mencegah kesalahan-kesalahan dalam proses
berpikir, atau paling tidak kita meminimalisir semua itu.
METODE ILMIAH
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.
Ada pula referensi lain yang menyebutkan bahwasanya metode ilmiah merupakan sintesis antara
berpikir rasional dan bertumpu pada data emperis.
Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi ini pada
dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah
2. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan
Beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran (Surajiyo, 2005) antara lain sebagai
berikut:
1. Teori Kebenaran Saling Berhubungan (Coherence Theory of Thurh)
2. Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian (Correspondence Theory of Truth).
3. Teori Kebenaran Inherensi (Inherent Theory of Truth)
4. Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (Semantic Theory of Truth)
5. Teori Kebenaran Sintaksis
6. Teori Kebenaran Logis yang Berlebihan (Logical Superfluity of Truth)
7. Teori Kebenaran Nondeskripsi.
Kelemahan metode ilmiah dapat kita lihat dari segi cakupan atau jangkauan dari
kajiannya, asumsi yang melandasinya, dan kesimpulannya bersifat relatif. Dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-
objek material yang dapat di indera.
2. Metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh
informasi sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya.
Kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi.
3. Kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti
(dugaan).
Walaupun Banyak kekurangan, berpikir secara ilmiah juga memiliki kelebihan. Kegiatan
berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia
dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah – langkah
metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi
hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode ilmiah
tersebut harus didukung dengan alat atau sarana yang baik sehingga hasil dari berfikir ilmiah
yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Dengan berpikir secara ilmiah maka akan
menghasilkan pemikiran yang ilkiah juga
KERANGKA DASAR TEORI ILMU PENGETAHUAN
Teori deduktif merupakan suatu teori yang dikembangkan melalui proses deduksi.
Deduksi merupakan bentuk inferensi yang menurunkan sebuah kesimpulan yang didapatkan
melalui penggunaan logika pikiran dengan disertai premis-premis sebagai bukti. Teori deduktif
merupakan suatu teori yang menekankan pada struktur konseptual dan validitas substansialnya.
Teori ini juga berfokus pada pembangunan konsep sebelum pengujian empiris.
Francis Bacon (1561-1626) yakin bahwa metode ini tidak cukup membawa kepada
kebenaran karena "kepelikan alam jauh lebih besar daripada kepelikan argumen". Bacon, seperti
halnya Galileo, memakai logika dalam rangka membentuk hipotesis, namun kebenaran masih
harus diuji melalui pembuktian empiris. Dengan lain perkataan langkah yang tepat adalah
gabungan antara metode logika-deduktif dan logika-induktif.1
Teori Falsifikasi Popper
Pemikiran Popper tentang falsifikasi berawal demarkasi antara ilmu dan non ilmu. Pokok
demarkasi terletak pada ada tidaknya dasar empiris bagi ungkapan bersangkutan. Apakah suatu
ungkapan bersifat empiris atau tidak, atau dimanakah letak ungkapan itu dari garis batas menurut
Popper tidak dapat ditentukan berdasarkan asas pembenaran yang dianut positivisme logis. Sebab
utama diajukannya hal itu ialah mustahilnya pembenaran atas proses “induksi”. Alih-alaih azas
pembenaran itu, ia mengemukakan prinsip falsifiabilitas. Artinya, cirti khas pengetahuan ilmiah
ialah bahwa ia dapat dibuktikan salah. Dengan demikian terwujudlah cita-cita para ilmuwan
lama, yaitu mendasarkan cara kerja ilmu-ilmu empiris pada logika deduktif yang ketat.
Untuk mencapai pandangan ini Popper menggunakan kebenaran logis sebagaimana
dicontohkan di atas. Dengan cara itulah hokum-hukum ilmiah berlaku, bahwa bukan dibenarkan
akan tetapi cepat dibuktikan salah. Selanjutnya dapat kita ketahui bahwa suatu teori baru dapat
diterima ketika ia dapat meruntuhkan teori lama yang ada sebelumnya. Pengujiannya dengan tes
empiris (falsifikasi). Kalau dalam tes tersebut suatu teori dianggap salah maka teori itu batal. Di
sinilah ilmu pengetahuan akan berkembang bukan karena akumulasi pengetahuan melainkan
lewat proses aliminasi yang semakin keras terhadap kemungkinan kekerliruan dan kesalahan.
Maka ilmu pengetahuan maju dengan cara kian mendekati. Ini menyangkut error elimination
terus menerus.
Dalam daur imbas jabar tasdik atau siklus indenval (induksi-deduksi-vsalidasi), datra
oartikular itu dibanding-bandingkan, dilihat persamaan dan perbedaannya, dan dicari “benang
merah” yang menjalin data itu dengan satu sama lain. Proses ini terutama dalam hal dan
kuantitatifnya , dapat dibantu dengan matematika dan statistika. Akhirnya, ditarik simpulan
imbasan (inductive inference) tentang sifat, mekanisme, atau perilaku yang lebih umum, yang
1 Jujun S. Suriasumantri.Filsafat ilmu.pustaka Sinar Harapan, hal : 211
terjadi dalam peristiwa (events) atau gejala (phenomena) yang direpresentasikan oleh data
tersebut.
Lompatan Paradigmatik Paradigma Kuhn dan Paradigma Merton dan Program
Penelitian/Sabuk Pelindung (Lakatos)
Secara luas, paradigma adalah semua bentuk yang biasa kita gunakan sehingga menjadi
model dari kehidupan kita. Secara sempit, model atau paradigma adalah bentuk contoh guna
mempermudah pemahaman tentang sesuatu (konsep, hukum, atau teori).
A. PARADIGMA KUHN
Dalam sebuah essainya Thomas Kuhn berpendapat paradigma merupakan suatu
pencapaian yang diperoleh dari suatu riset dengan dua karaketristik, yaitu pencapaian yang
diperoleh cukup baru,belum pernah ada sebelumnya, sehingga menghindarkan penganut yang
kekal dari mempersaingankan car melakukan kegiatan ilmiah, sedangkan kerakteristik yang
kedua adalah pencapaian tersebut cukup terbuka sehingga segala macam masalah diserahkan
kepada kelompok pemeraktek yang ditetapkan kembali untuk dipecahkan.
B. PARADIGMA MERTON
Gagasan besar dalam sosiologi sains mertonian dapat dirangkum dalam norma sains yang
terdiri atas empat nilai fundamental yang membentuk etos sains.
1. universalisme, yakni kepercayaan bahwa klaim kebenaran lepas dari kriteria personal
seperti ras, kangsaan, atau agama.
2. komunisme (bukan dalam makna ideologi), yakni setiap penemuan dalam komunitas
menjadi milik bersama dalam komunitas sains tersebut
3. ketiadaan kepentingan, yakni pengetahuan bersifat bebas nilai dan kepentingan
4. skeptisisme yang terorganisasi, yakni bahwa perkembangan pengetahuan muncul dari
sikap skeptis kolektif parascientis terhadap setiap pehaman atas fenomena alam.
C. LOMPATAN PARADIGMA KUHN DAN PARADIGMA MERTON
Kuhn memberi penjelasan alternatif terhadap apa yang dilakukan merton selama beberapa
dekade sebelumnya. Oleh karenanya terjadi lompatan peradigma yakni paradigma kuhn dari
pradigma merton karena adanya kritik tajam atas keempat normaa pada paradigma merton.
Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam
kegiatan keilmuan. Demiian juga penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentsi
penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Utuk itu maka mutalak
diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukan penelitian
dan sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis. Tidak lagi menjadi soal dari mana dia akan
mulai, sesudah itu akan melangkah ke mana, sebab penguasaan tematis dan teknik akan
menjamin suatu keseluruhan bentuk yang utuh. Demikian juga bagi seorang penilis ilmiah yang
baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis di tulis langsung setelah perumusan masalah, sebab dia
tahu benar hakikat dan fungsi unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan strukutr penulisan ilmiah.
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ilmiah:
1. Pengajuan masalah,
2. Penyusunan kerangka toritis
3. Metodelogi penelitian
4. Hasil penelitian
5. Ringkasan dan kesimpulan
6. Abstrak
7. Daftar pustaka
8. Setelah semua hal diatas selesai kita tinggal memberikan tambahan-tambahan sebagai
berikut: riwayat hidup, penutup, catatan akhir dll.
SABUK PELINDUNG (LAKATOS)
Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris: science. Sedangkan kta
pengetahuan, diterjemahkan dengan knowledge. Kata “scientific knowledge” dari kata latin
scientia yang berarti pengetahuan. Kata scientia ini berasal dari bentuk kata kerja scire yang
artinya mempelajari, mengetahui. Pada mulanya cakupan ilmu secara etimologi menunjuk pada
pengetahuan semata-mata, pengetahuan mengenai apa saja.
“Ilmu” merupakan ciptaan bangsa Eropa. Meskipun peradaban-peradaban lain
memberikan berbagai kontribusi yang penting kepadanya, dan walaupun di masa kini semua
bangsa berpartisipasi dalam penelitian, ilmu alam secara khas adalah ciptaan Eropa dan koloni-
koloni kulturalnya. Ilmu berakar dalam pemikiran masyarakat, sama halnya dengan dengan
teknologi Eropa dan jiwanya yang serakah; oleh karena itu ilmu adalah bagian penting dari
proses pencapaian dominasi atas bangsa yang lemah dan hingga kini masih merupakan ujung
kebiadaban dunia.
Imre Lakatos berpendapat bahwa ilmu merupakan program penelitian terstruktur, dan
bukan trial and error. Selain itu lakatos juga berpendapat bahwa penganut suatu teori
melindungi teorinya dengan sabuk pelindung. Kalau ada ketidakcocokan, penganutnya akan
membela dengan berbagai alasan.
AKSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN
Aksiologi berasal dari kata bahasa Yunani axios yang berarti nilai atau sesuatu yang
berharga dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.Aksiologi adalah
cabang dari filsafat ilmu yang membahas mengenai nilai-nilai yang terkandung dari penggunaan
ilmu. Ilmu itu bersifat netral pada bagian ontologi dan epistemologinya saja, sedangkan pada
bagian aksiologinya ilmu itu terikat dengan nilai-nilai, baik itu nilai etika ataupun moral.
a.Ilmu Sebagai Asas Berpikir
Pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial- aksiden manusia, karena
pengetahuan adalah buah dari "berpikir ". Berpikir adalah sebagai differentia yang memisahkan
manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan
keunggulannya dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa
ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya.
b. Ilmu Sebagai Asas Moral
Nilai ini menyangkut etika, moral, dan tanggungjawab manusia dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemaslahatan manusia itu sendiri.
Karena dalam penerapannya, ilmu pengetahuan juga punya bias negatif dan destruktif, maka
diperlukan patron nilai dan norma untuk mengendalikan potensi dan nafsu angkara murka
manusia ketika hendak bergelut dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan.
Dalam memanfaatkan /menggunakan ilmu hendaknya kita berlandaskan kepada moral
sebagai landasan normatifnya. Teknologi sebagai produk dari ilmu hendaknya dipergunakan
untuk membantu manusia memecahkan persoalan-persoalan praktis yang dihadapinya, bukan
malah menciptakan persoalan baru bagi manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan
untuk membantu manusia mencapai tujuan hidupnya tanpa harus menghilangkan hakikat
kemanusiaannya. Seorang ilmuwan secara aksiologi memiliki tanggung jawab sosial
dipundaknya.
WACAN A FILSAFAT ILMU
REFLEKSI TEKNOLOGI INFORMASI DULU, KINI DAN MASA DEPAN
a.Teknologi Informasi Pada Zaman Dahulu
Pada zaman dahulu penyebaran yang paling dominan adalah dengan menggunakan
sebuah surat. Sebenarnya budaya surat menyurat itu sudah dimulai sejak nenek moyang kita
dahulu. Adanya kontak antar bangsa dan perhubungan dengan orang-orang asing (seperti dari
india) yang membawa pengaruh besar terhadap kebudayaan Indonesia pada zaman dahulu.
Perkembangan seni bangunan dan seni arca tumbuh dengan pesat. Bahkan pengaruh ini merasuk
pada hal kesusastraan.
Sejarah kemampuan menulis mungkin pada garis besarnya yaitu:
1. Suatu peristiwa dinyatakan dalam gambar seperti pada gambar komik modern. Ini
ditemukan dalam gua-gua di Spanyol dan Prancis.
2. Karena menggambar relative sukar dibandingkan menulis, maka gambar disederhanakan
lalu diberi bentuk tertentu. Contoh:tulisan Kanji, benda-benda dan peristiwa diwakili oleh
tanda Kanji tertentu dan bersifat konkret.
3. Meningkat kepada lapangan yang bersifat abstraksi, yaitu suku kata yang diberi tanda
tertentu, dari segi bentuk dan bunyinya. Tingkat member tanda pada tiap suku kata
disebut tingkat hieroglif, yang dimulai oleh “J. F. Champolion” yang telah menganalisis
sebuah tulisa pada sebuah batu yang disebut Batu Rosetta yang ditemukan didekat kota
Rosetta (Mesir) pada tahun 1799 oleh seorang prajurit lascar Napoleon. Terdapat tiga
buah tulisan yaitu tulisan “Yunani”, tulisan “rakyat” (demotic) dan “hieroglif”. Proses
abstraksi merupakan proses analisis.
4. Tingkat menuju kea rah abjad merupakan suatu abstraksi lebih lanjut yang mungkin
berdasarkan tingkatan hieroglif. Dari sejumlah suku kata yang bunyinya berbeda dan
diberi tanda berbeda, ditemukan lagi suku kata atau bunyi yang sama. Bunyi yang sama
ini kemudian diberi tanda lagi, misalnya Ka, Ki, Ku, Ke, Ko. Dari suku-suku kata tersebut
yang sama ialah bunyi ‘K’ya sehingga seolah-olah ‘K’ merupakan abstraksi tingkat dua
setelah tingkat hieroglif.
b.Teknologi Pada Zaman Sekarang
Peralihan suatu Negara dari Negara agraris menuju industialisasi pada abad ke 14
membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia, yang mencapai puncaknya pada
abad 18. Abad ini merupakan abad pemikiran dan timbulnya penemuan-penemuan baru di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya penemuan mesin cetak, bola lampu, alat tulis,
mesin ketik, dan sebagainya membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia.
Sifat manusia yang ingin serba enak, cepat dan praktis membuat peralihan dalam bidang
pesuratan tradisional menjadi modern. Penggunaan mesin ketik ataupun komputer kini menjadi
tumpuan. Dengan komputer naskah diketik dan disimpan dalam penyimpanan yang bernama
disket untuk selanjutnya dicetak dengan printer. Kelebihannya yaitu pada kecepatan mencetak,
naskah yang tersimpan dapat dibuka kembali sewaktu-waktu dan penggunaan huruf yang
beraneka ragam serta format penulisan yang diatur didalam kertas.
c.Teknologi Pada Zaman Yang Akan Datang
Melihat apa yang terjadi pada saat ini, dapat dibanyangkan apa yang akan terjadi pada
zaman yang akan datang. Jauhnya jarak tidak akan lagi terasa, kelak komunikasi jarak jauh akan
dilakukan dengan hologram tiga dimensi yang sangat begitu nyata, pekerjaan manusia akan
dikerjakan oleh robot-robot secara otomatis dan mampu belajar dari pengalamannya sehingga
mampu mengoreksi kesalahan yang ia lakukan denan sendirinya.
Teknologi komputerpun akan berkembang dengan pesat. Komputer masa depan akan
merespon tindakan-tindakan manusia dan memahami bahasa manusia. Lebih canggih lagi,
komputer generasi yang akan datang diramalkan akan memiliki perasaan yang lanyaknya
manusia sebagai pengguna komputer.
Dewasa ini sudah computer telah berkembang pesat. Apalagi dengan munculnya internet.
Dengan internet kita bisa berselancar di dunia maya tanpa harus mendatangi tempat yang kita
tuju. Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan dengan internet maupun computer. Saat ini, telah
banyak peralatan-peralatan yang menggunakan computer yang diharapkan mampu
mempermudah pekerjaan manusia.
METODOLOGI PENELITIAN
Secara umum, berdasar konsep-konsep yang “salah” tentang penelitian, maka perlu digarisbawahi
empat pengertian sebagai berikut:
(1) Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)
(2) Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain
(3) Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari informasi
(4) Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian.
Pengertian yang benar tentang penelitian sebagai berikut, menurut Leedy (1997: 5): Penelitian
adalah suatu proses untuk mencapai (secara sistematis dan didukung oleh data) jawaban terhadap
suatu pertanyaan, penyelesaian terhadap permasalahan, atau pemahaman yang dalam terhadap suatu
fenomena.
Proses tersebut, yang sering disebut sebagai metodologi penelitian, mempunyai delapan
macam karakteristik:
Penelitian dimulai dengan suatu pertanyaan atau permasalahan.
Penelitian memerlukan pernyataan yang jelas tentang tujuan.
Penelitian mengikuti rancangan prosedur yang spesifik.
Penelitian biasanya membagi permasalahan utama menjadi sub-sub masalah yang lebih dapat
dikelola.
Penelitian diarahkan oleh permasalahan, pertanyaan, atau hipotesis penelitian yang spesifik.
Penelitian menerima asumsi kritis tertentu.
Penelitian memerlukan pengumpulan dan interpretasi data dalam upaya untuk mengatasi
permasalahan yang mengawali penelitian.
Penelitian adalah, secara alamiahnya, berputar secara siklus; atau lebih tepatnya,
Tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian secara garis besarnya adalah :
Memilih masalah penelitian
Studi pendahuluan
Merumuskan masalah
Merumuskan hipotesis
Memilih pendekatan
Menentukan variable
Analisis data
Menarik kesimpulan
Menulis laporan