resume baru

22
KILAS BALIK FILSAFAT Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada kebijaksanaan). Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka. Filsafat secara garis besar dapat dibagi kedalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Fisafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat. Aliran dalam filsafat meliputi aliran-aliran metafisika, aliran-aliran etika, aliran-aliran teori pengetahuan, dan aliran- aliran lainnya dalam filsafat, seperti eksistensialisme, pragmatisme, fenomenologi, positivisme, dan aliran filsafat hidup. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup: 1) Epistemologi (Filsafat Pengetahuan) 2) Etika (Filsafat Moral) 3) Estetika (Filsafat Seni) 4) Metafisika 5) Politik (Filsafat Pemerintahan) 6) Filsafat Agama 7) Filsafat Ilmu 8) Filsafat Pendidikan 9) Filsafat Hukum 10) Filsafat Sejarah 11) Filsafat Matematika Pemikiran kefilsafatan memiliki ciri-ciri khas (karakteristik) tertentu, sebagian besar filosuf berbeda pendapat mengenai karakteristik pemikiran kefilsafatan. Apabila perbedaan pendapat tersebut dipahami secara teliti dan mendalam, maka karakteristik pemikiran kefilsafatan tersebut terdiri dari :

Upload: g1nocaem

Post on 19-Jun-2015

442 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Filsafat ilmu

TRANSCRIPT

KILAS BALIK FILSAFAT

Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu

dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada

kebijaksanaan). Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi

segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka. Filsafat secara garis besar dapat dibagi kedalam

dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Fisafat sistematis bertujuan dalam

pembentukan dan pemberian landasan pemikiran filsafat.

Aliran dalam filsafat meliputi aliran-aliran metafisika, aliran-aliran etika, aliran-aliran

teori pengetahuan, dan aliran-aliran lainnya dalam filsafat, seperti eksistensialisme, pragmatisme,

fenomenologi, positivisme, dan aliran filsafat hidup.

Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain mencakup:

1) Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)

2) Etika (Filsafat Moral)

3) Estetika (Filsafat Seni)

4) Metafisika

5) Politik (Filsafat Pemerintahan)

6) Filsafat Agama

7) Filsafat Ilmu

8) Filsafat Pendidikan

9) Filsafat Hukum

10) Filsafat Sejarah

11) Filsafat Matematika

Pemikiran kefilsafatan memiliki ciri-ciri khas (karakteristik) tertentu, sebagian besar

filosuf berbeda pendapat mengenai karakteristik pemikiran kefilsafatan. Apabila perbedaan

pendapat tersebut dipahami secara teliti dan mendalam, maka karakteristik pemikiran kefilsafatan

tersebut terdiri dari : integralistik (menyeluruh); mendasar (fundamental); dan spekulatif.

a. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, pemikiran yang meliputi beberapa sudut pandang.

Pemikiran kefilsafatan meliputi beberapa cabang ilmu, dan pemikiran semacam ini ingin

mengetahui hubungan antara cabang ilmu yang satu dengan lainnya. Integralitas pemikiran

kefilsafatan juga memikirkan hubungan ilmu dengan moral, seni dan pandangan hidup.

b. Mendasar, artinya pemikiran mendalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar dari

gejala). Hasil pemikiran tersebut dapat dijadikan dasar berpijak segenap nilai dan masalah-

masalah keilmuan (science).

c. Spikulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran-pemikiran

selanjutnya dan hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai medan garapan (obyek) yang

baru pula. Keadaan ini sanantiasa bertambah dan berkembang meskipun demikian bukan

berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak selesai seperti ilmu-ilmu

diluar filsafat.

Hubungan Antara Ilmu dan Filsafat

Di samping adanya perbedaan antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu

sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan filsafat bertugas untuk

menafsirkan kesemestaan aktivitas ilmu digerakan oleh pertanyaan bagaimana menjawab.

KONSEP DASAR FILSAFAT ILMU

A. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

1. Ilmu sebagai objek kajian filsafat

Pada dasarnya, setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan

objek formal. Objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan. Adapun

objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti

pendekatan induktif dan deduktif.

2. Pengertian filsafat ilmu.

Filsafat dalam Bahasa Inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal

dari Bahasa Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos, (cinta) atau philia

(persahabatan, tertarik kepada) dan shopos (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan,

keterampilan, pengalaman praktis, dan intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti

cinta kebijaksanaan atau kebenaran. (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang

dalam Bahasa Arab disebut failasuf

Kata ilmu berasal dari Bahasa Arab: ‘alima, ya’limu, ‘ilman, yang berarti mengerti,

memahami benar-benar. Dalam Bahasa Inggris disebut science; dalam Bahasa Latin scienta

(pengetahuan) – scire (mengetahui). Jadi pengertian ilmu yang ada dalam Kamus Bahasa

Indonesia adalah pengetahuan suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-

metode tertentu, yang dapat digunakan menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang

pengetahuan itu.

Definisi filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Filsafat ilmu dalam arti luas yaitu menampung permasalahan yang menyangkut berbagai

hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti:

Implikasi ontologik-metafisika dari citra dunia yang bersifat ilmiah.

Tata susila yang menjadi pegangan penyelenggaraan ilmu.

Konsekuensi pragmatik-etik penyelenggaraan ilu dan sebagainya.

b. Filsafat ilmu dalam arti sempit, yaitu menampung permasalahan yang bersangkutan

dengan hubungan ke dalam yang terdapat di dalam ilmu. Yaitu yang menyangkut sifat

pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.

3. Objek Kajian Filasafat Ilmu

Objek kajian filsafat ilmu terdiri atas tiga komponen yaitu:

a. Ontologi

Menjelaskan mengenai pertanyaan apa. Ontologi merupakan salah satu diantara

lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Sejak dini dalam

pemikiran Barat sudah menunjukkan munculnya perenungan ontologis.

b. Epistimologi

Adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal, metode-metode dan sahnya ilmu

pengetahuan.

c. Aksiologi

Aksiologi merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai pada umumnya

ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.

4. Tujuan Filsafat Ilmu

a. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami

sumber, hakikat dab tujuan ilmu.

b. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,

sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories.

c. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi diperguruan

tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.

d. Medorong para calon ilmuan untuk konsisten dalam mendalami lmu dan

mengembangkannya.

e. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak

ada pertentangan.

d. Kedudukan dan Implikasi Filsafat Ilmu.

Tempat dan kedudukan filsafat di dalam lingkungan filsafat sebagai keseluruhan

Being (ada) Knowing (tahu) Axiologi (nilai)

Ontologi

Metafisika

Epistimologi

Logika dan Metodologi

Filsafat Ilmu

Etika

Estetika

Sedangkan tempat kedudukan filsafat ilmu itu sendiri ditentukan oleh dua lapangan

penyelidikan filsafat ilmu yaitu:

1. Sifat pengetahuan ilmiah, dalam bidang ini filsafat ilmu berkaitan erat dengan epistimologi

yang mempunyai fungsi menyelidiki syarat pengetahuan manusia dalam bentuk

pengetahuan manusia.

2. Menyangkut cara-cara mengusahakan dan mencapai pengetahuan ilmiah. Dalam bidang ini

filsafat ilmu berkaitan erat dengan logika dan metodologi. Ini berarti cara-cara

mengusahakan dan memperoleh pengetahuan ilmiah berkaitan erat dengan susunan logis

dan metodologis serta tata urutan berbagai langkah dan unsur yang terdapat pada kegiatan

ilmiah pada umumnya.

Filsafat ilmu berkembang dari masa ke masa sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Dimulai dengan aliran rasionalisme-empirisme ,

kemudian kritisisme dan positifisme. Rasionalisme adalah paham yang menyatakan kebenaran

haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan dan analisis yang berdasarkan fakta.

Empirisisme adalah pencarian kebenaran melalui pembuktian-pembukitan indrawi. Kritisisme

merupakan filsafat yang terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio sebelum

melakukan pencarian kebenaran.

ONTOLOGI ILMU PENGETAHUAN

Ilmu berasal dari kata ”alima(bahasa arab) yang berarti tahu, jadi ilmu maupun science

secara etimologis berarti pengetahuan. Science berasal dari kata scio, scire (bahasa latin yang

artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama yaitu

pengetahuan. yang punya ciri-ciri: Ralfh Ross dan ernest Van Den Haag menulis bahwa ilmu itu

empirical, rasional, yang umum dan bertimbun bersusun dan ke empatnya serentak.

Ilmu itu sendiri terbagi menjadi 2 bagian:

1. Ilmu pengetahuan (ilmu yang ilmiah) adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan

dengan mengolah atau memikirkan realita yang berasal dari luar diri manusia secara

ilmiah, yakni dengan menerapkan metode ilmiah.

2. Ilmu Non pengetahuan adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan secara

sistematik terhadap kemampuan diri manusia ataupun terhadap ide di alam pikiran

manusia secara deduktif dan analitik. Misalnya kebatinan, bela diri, matematika, dan

lain-lain.

Objek ilmu pengetahuan itu ada yang berupa materi (objek materi) dan ada yang berupa

bentuk (objek formal). Objek materi adalah sasaran material suatu penyelidikan,pemikiran, atau

penelitian keilmuan bisa berupa benda-benda material maupun yang nonmaterial,bisa pula berupa

hal-hal,masalah-masalah,ide-ide dan konsep-konsep.

Sumber ilmu pengetahuan ada beberapa macam yaitu empirisme, rasionalisme, intuisi,

dan wahyu.

Sistem, Struktur, Susunan, Karakteristik, Sifat, dan Batasan Pengkajian Ilmu

Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah suatu produk pemikiran manusia yang sekaligus menyesuaikan

antara hukum-hukum pemikiran dengan dunia luar. Atau dengan kata lain, ilmu pengetahuan

mengandung dua aspek yaitu subjektif dan objektif, sekaligus memerlukan kesamaan diantara

keduanya. Oleh karena itu, sesungguhnya manusia tidak mungkin mengubah hukum-hukum

pemikiran dengan hukum-hukum alam semesta. Adanya dua aspek subjektif dan objektif

melahirkan dua pandangan yang berbeda dalam ilmu pengetahuan.

Ilmu mengacu pada tiga hal yaitu produk, proses, dan masyarakat, yaitu : produk-produk,

proses, masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui

dan diakui keberadaannya oleh masyarakat ilmuwannya. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini

terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka

untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang.

Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi

penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita

kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah analisis rasional, objektif,

sejauh mungkin ”impersonal” dari masalah-masalah yang didasarkan pada percobaan dan data

yang dapat diamati. Bagi Thomas Kuhn ”normal science” adalah ilmu pengetahuan dalam artian

proses.

Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat artinya dunia pergaulan yang tindak-tanduknya,

perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan (imperative) yaiu

universalisme, komunalisme, tanpa pamrih (disinterstedness), dan skeptisisme yang teratur.

LANDASAN PENELAAHAN ILMU PENGETAHUAN DAN SEJARAH

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Penelaahan dalam Hakikat Ilmu Pengetahuan

a. Aspek Ontologi : Hakikat Jenis Ilmu Pengetahuan

Ontologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tata dan struktur realitas dalam arti

seluas mungkin, dengan menggunakan kategori-kategori seperti : ada atau menjadi, aktualitas

atau potensialitas, nyata atau penampakan, esensi atau eksistensi, kesempurnaan, ruang dan

waktu, perubahan dan sebagainya.

b.Aspek Epistimologi : Hakikat Pribadi Ilmu Pengetahuan

Dalam epistimologi terdapat beberapa perbedaan mengenai teori pengetahuan. Hal ini

disebabkan karena setiap ilmu pengetahuan memiliki potensi objek, metode, sistem dan

tingkat kebenaranyang berbeda-beda. Dengan kata lain, epistimologi merupakan suatu bidang

filsafat nilai yang mempersoalkan tentang hakikat kebenaran, karena semua pengetahuan

mempersoalkan tentang kebenaran.

c.Aspek Etika : Hakikat Individual Ilmu

Berdasarkan pembidangan filsafat atas etika normatif dan kreatif, maka etika

mempersoalkan tingkah laku dalam standar ganda, yaitu menurut norma yang sedang berlaku

dan menurut tujuan yang dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, etika menilai kebaikan

suatu tingkah laku menurut dasar adat kebiasaan dan tujuan pendorongnya.

Perkembangan ilmu akan mempengaruhi nilai-nilai kehidupan manusia tergantung dari

manusianya itu sendiri, karena ilmu dilakukan oleh manusia dan untuk kepentingan manusia

dalam kebudayaannya. Kemajuan di bidang ilmu memerlukan kedewasaan manusia dalam arti

yang sesungguhnya, karena tugas terpenting ilmu adalah menyediakan bantuan agar manusia

dapat bersungguh-sungguh mencapai pengertian tentang martabat dirinya.

Ilmu dapat berkembang dengan pesat menunjukkan adanya proses yang tidak terpisahkan

dalam perkembangannya dengan nilai-nilai hidup. Walaupun ada anggapan bahwa ilmu harus

bebas nilai, yaitu dalam setiap kegiatan ilmiah selalu didasarkan pada hakikat ilmu itu sendiri.

Anggapan itu menyatakan bahwa ilmu menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak

secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri, yaitu ilmu harus bebas dari pengandaian, pengaruh

campur tangan politis, ideologi, agama dan budaya, perlunya kebebasan usaha ilmiah agar

otonomi ilmu terjamin, dan pertimbangan etis menghambat kemajuan ilmu.

Sejarah perkembangan ilmu dimulai pada zaman islam dimulai sejak masa nabi sampai

Khufaur-Rasyidin. Selanjutnya pada masa kejayaan kekuasaan Islam, khususnya pada masa

pemerintahan Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah, ilmu berkembang maju dan pesat.

Namun, pada abad ke-18 peradaban dan tradisi keilmuan islam jatuh.

Kemajuan ilmu pada zaman renaisans adalah kemajuan ilmu penyempurnaan kesenian,

keahlian dan ilmu percetakan. Serta terdapat penemuan benua baru oleh Colombus. Pada zaman

modern terdapat kemajuan ilmu diantaranya penemuan teori gravitasi Newton. Adapun ilmu yang

berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. Kemajuan ilmu pada zaman kontemporer

adalah kemajuan ilmu dalam bidang biologi, contohnya teknologi rekayasa genetika. Dalam

bidang ilmu sosial keagamaan adalah konsep santri, priyayi, dan abangan. Dalam bidang

teknologi informasi dan komunikasi misalnya adanya komputer, jaringan internet, dll.

METAFISIKA. HUBUNGAN & ASUMSI TERHADAP ILMU PENGETAHUAN

Istilah metafisika itu berasal dari bahasa Yunani, meta physika (sesudah fisika). Kata meta

yang berarti selain, sesudah atau sebalik, dan fisik yang berarti alam nyata. Secara keseluruhan

maksudnya yaitu ilmu yang menyelidiki hakikat segala sesuatu dari alam nyata dengan tidak

terbatas pada apa yang dapat ditangkap oleh panca indera saja. Aristoteles yang juga merupakan

seorang filsuf sendiri tidak menggunakan istilah metafisika dan fisika, melainkan filsafat pertama

untuk metafisika dan filsafat kedua untuk fisika

Adapun jenis-jenis metafisika secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Metafisika

Umum atau Ontologi dan Metafisika Khusus.

Dalam metafisika umum terdapat tiga teori yang terkenal, yaitu:

a. Idealisme

Teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia ide atau gagasan.

Segala sesuatu yang tampak dan berwujud nyata dalam alam indrawi hanya merupakan

gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia ide.

b. Materialisme

Materialisme merupakan kebalikan dari idealisme, teori ini menolak hal-hal yang tidak

kelihatan. Bagi materialisme, ada yang sesungguhnya adalah keberadaannya semata-mata

bersifat material atau sama sekali bergantung pada material.

c. Dualisme

Dualisme mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe fundamental yang

berbeda. Kedua tipe fundamental dari substansi itu ialah material dan mental.

Dalam metafisika khusus terdapat tiga bidang, yaitu:

a. Kosmologi

Secara etimologi, kosmologi berasal dari dua kata, kosmos yang berarti dunia atau

ketertiban. Logos yang berarti percakapan atau ilmu. Jadi, kosmologi berarti percakapan

tentang dunia atau alam dan ketertiban yang fundamental dari seluruh realitas.

b. Teologi metafisik

Teologi metafisika sering juga dikenal dengan nama theodicea kendati sesungguhnya

theodicea hanyalah merupakan bagian dari teologi metafisik theodicea sebenarnya hanya

membahas dan membenarkan kepercayaan kepada Allah yang Maha Kuasa di tengah-

tengah ralaitas kejahatan yang merajlela di dunia ini.

c. Filsafat antropologi

Filsafat antropologi adalah bagian dari metafisika khusus yang mempersoalkan apakah

manusia itu? Dengan kata lain, filsafat antropologi berupaya menemukan jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagaimana adanya, baik menyangkut esensi, eksistensi,

status maupun realisasi-realisasinya.

Tata hubungan metafisika dengan ilmu-ilmu khusus adalah keduanya tidak dapat saling

mengecualikan dan mengucilkan, melainkan saling melengkapi di dalam pemahaman manusia

tentang seluruh kenyataan. Sebenarnya semua ilmu menyelidiki seluruh kenyataan, namun

masing-masing menurut aspek formal tersendiri dan dengan memakai metode ilmiah yang sesuai.

Ilmu mengemukakan beberapa asumsi mengenai objek empiris. Ilmu menganggap bahwa

objek-objek empiris yang menjadi bidang penelaahannya mempunyai sifat keragaman,

memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-menjalin secara teratur. Sesuatu peristiwa

tidaklah terjadi secara kebetulan namun tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur.

SARANA DAN KESALAHAN DALAM PROSES BERPIKIR ILMIAH

Bahasa ilmiah adalah bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah. Bahasa ilmiah dalam

tulisan-tulisan ilmiah, terutama sejarah selalu dituntut secara deskriptif sehingga memungkinkan

pembaca Untuk ikut menafsirkan dan mengembangkan lebih jauh. Untuk dapat berfikir ilmiah,

seseorang selayaknya menguasai kriteria maupun langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.

Dengan menguasai hal tersebut tujuan yang akan digapai akan terwujud. Di samping menguasai

langkah-langkah tentunya kegiatan ini dibantu oleh sarana berupa bahasa, logika matematika dan

statistika.

Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan

berdasarkan metode ilmiah tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk

memungkinkan kita untuk bisa melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan kita

mempelajari ilmu adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa

memecahkan masalah kita sehari-hari.

Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas

kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. Penalaran ini memudahkan untuk memetakan

suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah ini yang serupa. Sedangkan penalaran

deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. Jika premis benar dan

cara penarikan kesimpulan sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar.

Kita dengan mudah memperoleh kesesatan karena adanya kata-kata yang disebut

homonim, yaitu kata yang memiliki banyak arti yang dalam logika biasanya disebut kesalahan

simantik atau bahasa. Kesalahan simantik itu dapat pula disebut ambigiuitas. Pengamatan yang

tidak lengkapa atau teliti, kesalah klasifikasi atau penggolonganya tidak lengkap atau tumpang

tindih maupun masih campur aduk. Kesesatan juga bisa terjadi pada hipotesis karena suatu

hipotesis bersifat meragukan yang bertentangan dengan fakta.

Kesalahan berpikir dapat terjadi pada siapapun juga, betapa tinggi ntelegensi seorang

ataupun betapa lengkapnya informasi yang didapat. Karena kita semua tidak input dari sebuah

kesalahan. Oleh karena itu, dalam logika diberikan aturan-aturan yang mengatur bagaimana

berpenalaran yang benar. Sehingga kita bisa mencegah kesalahan-kesalahan dalam proses

berpikir, atau paling tidak kita meminimalisir semua itu.

METODE ILMIAH

Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.

Ada pula referensi lain yang menyebutkan bahwasanya metode ilmiah merupakan sintesis antara

berpikir rasional dan bertumpu pada data emperis.

Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi ini pada

dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perumusan Masalah

2. Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis

3. Perumusan hipotesis

4. Pengujian hipotesis

5. Penarikan kesimpulan

Beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran (Surajiyo, 2005) antara lain sebagai

berikut:

1. Teori Kebenaran Saling Berhubungan (Coherence Theory of Thurh)

2. Teori Kebenaran Saling Berkesesuaian (Correspondence Theory of Truth).

3. Teori Kebenaran Inherensi (Inherent Theory of Truth)

4. Teori Kebenaran Berdasarkan Arti (Semantic Theory of Truth)

5. Teori Kebenaran Sintaksis

6. Teori Kebenaran Logis yang Berlebihan (Logical Superfluity of Truth)

7. Teori Kebenaran Nondeskripsi.

Kelemahan metode ilmiah dapat kita lihat dari segi cakupan atau jangkauan dari

kajiannya, asumsi yang melandasinya, dan kesimpulannya bersifat relatif. Dengan penjelasan

sebagai berikut:

1. Metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada pengkajian objek-

objek material yang dapat di indera.

2. Metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh

informasi sebelumnya tentang objek yang akan dikaji, dan mengabaikan keberadaannya.

Kemudian memulai pengamatan dan percobaan atas materi.

3. Kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti

(dugaan).

Walaupun Banyak kekurangan, berpikir secara ilmiah juga memiliki kelebihan. Kegiatan

berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia

dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah – langkah

metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi

hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode ilmiah

tersebut harus didukung dengan alat atau sarana yang baik sehingga hasil dari berfikir ilmiah

yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Dengan berpikir secara ilmiah maka akan

menghasilkan pemikiran yang ilkiah juga

KERANGKA DASAR TEORI ILMU PENGETAHUAN

Teori deduktif merupakan suatu teori yang dikembangkan melalui proses deduksi.

Deduksi merupakan bentuk inferensi yang menurunkan sebuah kesimpulan yang didapatkan

melalui penggunaan logika pikiran dengan disertai premis-premis sebagai bukti. Teori deduktif

merupakan suatu teori yang menekankan pada struktur konseptual dan validitas substansialnya.

Teori ini juga berfokus pada pembangunan konsep sebelum pengujian empiris.

Francis Bacon (1561-1626) yakin bahwa metode ini tidak cukup membawa kepada

kebenaran karena "kepelikan alam jauh lebih besar daripada kepelikan argumen". Bacon, seperti

halnya Galileo, memakai logika dalam rangka membentuk hipotesis, namun kebenaran masih

harus diuji melalui pembuktian empiris. Dengan lain perkataan langkah yang tepat adalah

gabungan antara metode logika-deduktif dan logika-induktif.1

Teori Falsifikasi Popper

Pemikiran Popper tentang falsifikasi berawal demarkasi antara ilmu dan non ilmu. Pokok

demarkasi terletak pada ada tidaknya dasar empiris bagi ungkapan bersangkutan. Apakah suatu

ungkapan bersifat empiris atau tidak, atau dimanakah letak ungkapan itu dari garis batas menurut

Popper tidak dapat ditentukan berdasarkan asas pembenaran yang dianut positivisme logis. Sebab

utama diajukannya hal itu ialah mustahilnya pembenaran atas proses “induksi”. Alih-alaih azas

pembenaran itu, ia mengemukakan prinsip falsifiabilitas. Artinya, cirti khas pengetahuan ilmiah

ialah bahwa ia dapat dibuktikan salah. Dengan demikian terwujudlah cita-cita para ilmuwan

lama, yaitu mendasarkan cara kerja ilmu-ilmu empiris pada logika deduktif yang ketat. 

Untuk mencapai pandangan ini Popper menggunakan kebenaran logis sebagaimana

dicontohkan di atas. Dengan cara itulah hokum-hukum ilmiah berlaku, bahwa bukan dibenarkan

akan tetapi cepat dibuktikan salah. Selanjutnya dapat kita ketahui bahwa suatu teori baru dapat

diterima ketika ia dapat meruntuhkan teori lama yang ada sebelumnya. Pengujiannya dengan tes

empiris (falsifikasi). Kalau dalam tes tersebut suatu teori dianggap salah maka teori itu batal. Di

sinilah ilmu pengetahuan akan berkembang bukan karena akumulasi pengetahuan melainkan

lewat proses aliminasi yang semakin keras terhadap kemungkinan kekerliruan dan kesalahan.

Maka ilmu pengetahuan maju dengan cara kian mendekati. Ini menyangkut error elimination

terus menerus. 

Dalam daur imbas jabar tasdik atau siklus indenval (induksi-deduksi-vsalidasi), datra

oartikular itu dibanding-bandingkan, dilihat persamaan dan perbedaannya, dan dicari “benang

merah” yang menjalin data itu dengan satu sama lain. Proses ini terutama dalam hal dan

kuantitatifnya , dapat dibantu dengan matematika dan statistika. Akhirnya, ditarik simpulan

imbasan (inductive inference) tentang sifat, mekanisme, atau perilaku yang lebih umum, yang

1 Jujun S. Suriasumantri.Filsafat ilmu.pustaka Sinar Harapan, hal : 211

terjadi dalam peristiwa (events) atau gejala (phenomena) yang direpresentasikan oleh data

tersebut.

Lompatan Paradigmatik Paradigma Kuhn dan Paradigma Merton dan Program

Penelitian/Sabuk Pelindung (Lakatos)

Secara luas, paradigma adalah semua bentuk yang biasa kita gunakan sehingga menjadi

model dari kehidupan kita. Secara sempit, model atau paradigma adalah bentuk contoh guna

mempermudah pemahaman tentang sesuatu (konsep, hukum, atau teori).

A. PARADIGMA KUHN

Dalam sebuah essainya Thomas Kuhn berpendapat paradigma merupakan suatu

pencapaian yang diperoleh dari suatu riset dengan dua karaketristik, yaitu pencapaian yang

diperoleh cukup baru,belum pernah ada sebelumnya, sehingga menghindarkan penganut yang

kekal dari mempersaingankan car melakukan kegiatan ilmiah, sedangkan kerakteristik yang

kedua adalah pencapaian tersebut cukup terbuka sehingga segala macam masalah diserahkan

kepada kelompok pemeraktek yang ditetapkan kembali untuk dipecahkan.

B. PARADIGMA MERTON

Gagasan besar dalam sosiologi sains mertonian dapat dirangkum dalam norma sains yang

terdiri atas empat nilai fundamental yang membentuk etos sains.

1. universalisme, yakni kepercayaan bahwa klaim kebenaran lepas dari kriteria personal

seperti ras, kangsaan, atau agama.

2. komunisme (bukan dalam makna ideologi), yakni setiap penemuan dalam komunitas

menjadi milik bersama dalam komunitas sains tersebut

3. ketiadaan kepentingan, yakni pengetahuan bersifat bebas nilai dan kepentingan

4. skeptisisme yang terorganisasi, yakni bahwa perkembangan pengetahuan muncul dari

sikap skeptis kolektif parascientis terhadap setiap pehaman atas fenomena alam.

C. LOMPATAN PARADIGMA KUHN DAN PARADIGMA MERTON

Kuhn memberi penjelasan alternatif terhadap apa yang dilakukan merton selama beberapa

dekade sebelumnya. Oleh karenanya terjadi lompatan peradigma yakni paradigma kuhn dari

pradigma merton karena adanya kritik tajam atas keempat normaa pada paradigma merton.

Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam

kegiatan keilmuan. Demiian juga penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentsi

penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Utuk itu maka mutalak

diperlukan penguasaan yang baik mengenai hakikat keilmuan agar dapat melakukan penelitian

dan sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis. Tidak lagi menjadi soal dari mana dia akan

mulai, sesudah itu akan melangkah ke mana, sebab penguasaan tematis dan teknik akan

menjamin suatu keseluruhan bentuk yang utuh. Demikian juga bagi seorang penilis ilmiah yang

baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis di tulis langsung setelah perumusan masalah, sebab dia

tahu benar hakikat dan fungsi unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan strukutr penulisan ilmiah.

Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ilmiah:

1. Pengajuan masalah,

2. Penyusunan kerangka toritis

3. Metodelogi penelitian

4. Hasil penelitian

5. Ringkasan dan kesimpulan

6. Abstrak

7. Daftar pustaka

8. Setelah semua hal diatas selesai kita tinggal memberikan tambahan-tambahan sebagai

berikut: riwayat hidup, penutup, catatan akhir dll.

SABUK PELINDUNG (LAKATOS)

Kata ilmu merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris: science. Sedangkan kta

pengetahuan, diterjemahkan dengan knowledge. Kata “scientific knowledge” dari kata latin

scientia yang berarti pengetahuan. Kata scientia ini berasal dari bentuk kata kerja scire yang

artinya mempelajari, mengetahui. Pada mulanya cakupan ilmu secara etimologi menunjuk pada

pengetahuan semata-mata, pengetahuan mengenai apa saja.

“Ilmu” merupakan ciptaan bangsa Eropa. Meskipun peradaban-peradaban lain

memberikan berbagai kontribusi yang penting kepadanya, dan walaupun di masa kini semua

bangsa berpartisipasi dalam penelitian, ilmu alam secara khas adalah ciptaan Eropa dan koloni-

koloni kulturalnya. Ilmu berakar dalam pemikiran masyarakat, sama halnya dengan dengan

teknologi Eropa dan jiwanya yang serakah; oleh karena itu ilmu adalah bagian penting dari

proses pencapaian dominasi atas bangsa yang lemah dan hingga kini masih merupakan ujung

kebiadaban dunia.

Imre Lakatos berpendapat bahwa ilmu merupakan program penelitian terstruktur, dan

bukan trial and error. Selain itu lakatos juga berpendapat bahwa penganut suatu teori

melindungi teorinya dengan sabuk pelindung. Kalau ada ketidakcocokan, penganutnya akan

membela dengan berbagai alasan.

AKSIOLOGI ILMU PENGETAHUAN

Aksiologi berasal dari kata bahasa Yunani axios yang berarti nilai atau sesuatu yang

berharga dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai”.Aksiologi adalah

cabang dari filsafat ilmu yang membahas mengenai nilai-nilai yang terkandung dari penggunaan

ilmu. Ilmu itu bersifat netral pada bagian ontologi dan epistemologinya saja, sedangkan pada

bagian aksiologinya ilmu itu terikat dengan nilai-nilai, baik itu nilai etika ataupun moral.

a.Ilmu Sebagai Asas Berpikir

Pengetahuan (knowledge atau ilmu) adalah bagian yang esensial- aksiden manusia, karena

pengetahuan adalah buah dari "berpikir ". Berpikir adalah sebagai differentia yang memisahkan

manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan

keunggulannya dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa

ini tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya.

b. Ilmu Sebagai Asas Moral

Nilai ini menyangkut etika, moral, dan tanggungjawab manusia dalam mengembangkan

ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemaslahatan manusia itu sendiri.

Karena dalam penerapannya, ilmu pengetahuan juga punya bias negatif dan destruktif, maka

diperlukan patron nilai dan norma untuk mengendalikan potensi dan nafsu angkara murka

manusia ketika hendak bergelut dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan.

Dalam memanfaatkan /menggunakan ilmu hendaknya kita berlandaskan kepada moral

sebagai landasan normatifnya. Teknologi sebagai produk dari ilmu hendaknya dipergunakan

untuk membantu manusia memecahkan persoalan-persoalan praktis yang dihadapinya, bukan

malah menciptakan persoalan baru bagi manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi diciptakan

untuk membantu manusia mencapai tujuan hidupnya tanpa harus menghilangkan hakikat

kemanusiaannya. Seorang ilmuwan secara aksiologi memiliki tanggung jawab sosial

dipundaknya.

WACAN A FILSAFAT ILMU

REFLEKSI TEKNOLOGI INFORMASI DULU, KINI DAN MASA DEPAN

a.Teknologi Informasi Pada Zaman Dahulu

Pada zaman dahulu penyebaran yang paling dominan adalah dengan menggunakan

sebuah surat. Sebenarnya budaya surat menyurat itu sudah dimulai sejak nenek moyang kita

dahulu. Adanya kontak antar bangsa dan perhubungan dengan orang-orang asing (seperti dari

india) yang membawa pengaruh besar terhadap kebudayaan Indonesia pada zaman dahulu.

Perkembangan seni bangunan dan seni arca tumbuh dengan pesat. Bahkan pengaruh ini merasuk

pada hal kesusastraan.

Sejarah kemampuan menulis mungkin pada garis besarnya yaitu:

1. Suatu peristiwa dinyatakan dalam gambar seperti pada gambar komik modern. Ini

ditemukan dalam gua-gua di Spanyol dan Prancis.

2. Karena menggambar relative sukar dibandingkan menulis, maka gambar disederhanakan

lalu diberi bentuk tertentu. Contoh:tulisan Kanji, benda-benda dan peristiwa diwakili oleh

tanda Kanji tertentu dan bersifat konkret.

3. Meningkat kepada lapangan yang bersifat abstraksi, yaitu suku kata yang diberi tanda

tertentu, dari segi bentuk dan bunyinya. Tingkat member tanda pada tiap suku kata

disebut tingkat hieroglif, yang dimulai oleh “J. F. Champolion” yang telah menganalisis

sebuah tulisa pada sebuah batu yang disebut Batu Rosetta yang ditemukan didekat kota

Rosetta (Mesir) pada tahun 1799 oleh seorang prajurit lascar Napoleon. Terdapat tiga

buah tulisan yaitu tulisan “Yunani”, tulisan “rakyat” (demotic) dan “hieroglif”. Proses

abstraksi merupakan proses analisis.

4. Tingkat menuju kea rah abjad merupakan suatu abstraksi lebih lanjut yang mungkin

berdasarkan tingkatan hieroglif. Dari sejumlah suku kata yang bunyinya berbeda dan

diberi tanda berbeda, ditemukan lagi suku kata atau bunyi yang sama. Bunyi yang sama

ini kemudian diberi tanda lagi, misalnya Ka, Ki, Ku, Ke, Ko. Dari suku-suku kata tersebut

yang sama ialah bunyi ‘K’ya sehingga seolah-olah ‘K’ merupakan abstraksi tingkat dua

setelah tingkat hieroglif.

b.Teknologi Pada Zaman Sekarang

Peralihan suatu Negara dari Negara agraris menuju industialisasi pada abad ke 14

membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia, yang mencapai puncaknya pada

abad 18. Abad ini merupakan abad pemikiran dan timbulnya penemuan-penemuan baru di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya penemuan mesin cetak, bola lampu, alat tulis,

mesin ketik, dan sebagainya membawa pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan manusia.

Sifat manusia yang ingin serba enak, cepat dan praktis membuat peralihan dalam bidang

pesuratan tradisional menjadi modern. Penggunaan mesin ketik ataupun komputer kini menjadi

tumpuan. Dengan komputer naskah diketik dan disimpan dalam penyimpanan yang bernama

disket untuk selanjutnya dicetak dengan printer. Kelebihannya yaitu pada kecepatan mencetak,

naskah yang tersimpan dapat dibuka kembali sewaktu-waktu dan penggunaan huruf yang

beraneka ragam serta format penulisan yang diatur didalam kertas.

c.Teknologi Pada Zaman Yang Akan Datang

Melihat apa yang terjadi pada saat ini, dapat dibanyangkan apa yang akan terjadi pada

zaman yang akan datang. Jauhnya jarak tidak akan lagi terasa, kelak komunikasi jarak jauh akan

dilakukan dengan hologram tiga dimensi yang sangat begitu nyata, pekerjaan manusia akan

dikerjakan oleh robot-robot secara otomatis dan mampu belajar dari pengalamannya sehingga

mampu mengoreksi kesalahan yang ia lakukan denan sendirinya.

Teknologi komputerpun akan berkembang dengan pesat. Komputer masa depan akan

merespon tindakan-tindakan manusia dan memahami bahasa manusia. Lebih canggih lagi,

komputer generasi yang akan datang diramalkan akan memiliki perasaan yang lanyaknya

manusia sebagai pengguna komputer.

Dewasa ini sudah computer telah berkembang pesat. Apalagi dengan munculnya internet.

Dengan internet kita bisa berselancar di dunia maya tanpa harus mendatangi tempat yang kita

tuju. Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan dengan internet maupun computer. Saat ini, telah

banyak peralatan-peralatan yang menggunakan computer yang diharapkan mampu

mempermudah pekerjaan manusia.

METODOLOGI PENELITIAN

Secara umum, berdasar konsep-konsep yang “salah” tentang penelitian, maka perlu digarisbawahi

empat pengertian sebagai berikut:

(1) Penelitian bukan hanya mengumpulkan informasi (data)

(2) Penelitian bukan hanya memindahkan fakta dari suatu tempat ke tempat lain

(3) Penelitian bukan hanya membongkar-bongkar mencari informasi

(4) Penelitian bukan suatu kata besar untuk menarik perhatian.

Pengertian yang benar tentang penelitian sebagai berikut, menurut Leedy (1997: 5): Penelitian

adalah suatu proses untuk mencapai (secara sistematis dan didukung oleh data) jawaban terhadap

suatu pertanyaan, penyelesaian terhadap permasalahan, atau pemahaman yang dalam terhadap suatu

fenomena.

Proses tersebut, yang sering disebut sebagai metodologi penelitian, mempunyai delapan

macam karakteristik:

Penelitian dimulai dengan suatu pertanyaan atau permasalahan.

Penelitian memerlukan pernyataan yang jelas tentang tujuan.

Penelitian mengikuti rancangan prosedur yang spesifik.

Penelitian biasanya membagi permasalahan utama menjadi sub-sub masalah yang lebih dapat

dikelola.

Penelitian diarahkan oleh permasalahan, pertanyaan, atau hipotesis penelitian yang spesifik.

Penelitian menerima asumsi kritis tertentu.

Penelitian memerlukan pengumpulan dan interpretasi data dalam upaya untuk mengatasi

permasalahan yang mengawali penelitian.

Penelitian adalah, secara alamiahnya, berputar secara siklus; atau lebih tepatnya,

Tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian secara garis besarnya adalah :

Memilih masalah penelitian

Studi pendahuluan

Merumuskan masalah

Merumuskan hipotesis

Memilih pendekatan

Menentukan variable

Analisis data

Menarik kesimpulan

Menulis laporan