reklamasi

29
BAB III RENCANA PELAKSANAAN REKLAMASI Penambangan dapat merubah lingkungan secara fisik, kimia dan biologi, seperti bentuk lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna, dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain. Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut : Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan. Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan. Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi nantinya. Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak. Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun sampai pada tingkat yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan. [ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 7

Upload: jumardi-darwis

Post on 30-Oct-2014

120 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

rencana pelaksanaan

TRANSCRIPT

Page 1: Reklamasi

BAB III

RENCANA PELAKSANAAN REKLAMASI

Penambangan dapat merubah lingkungan secara fisik, kimia dan biologi, seperti bentuk

lahan dan kondisi tanah, kualitas dan aliran air, debu, getaran, pola vegetasi dan habitat fauna,

dan sebagainya. Perubahan-perubahan ini harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan

yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, drainase yang buruk, masuknya gulma/hama/penyakit

tanaman, pencemaran air permukaan/air tanah oleh bahan beracun dan lain-lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan di dalam perencanaan reklamasi adalah sebagai berikut :

Mempersiapkan rencana reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan.

Luas areal yang direklamasi sama dengan luas areal penambangan.

Memindahkan dan menempatkan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur

sedemikian rupa untuk keperluan revegetasi nantinya.

Mengembalikan/memperbaiki pola drainase alam yang rusak.

Menghilangkan/memperkecil kandungan (kadar) bahan beracun sampai pada tingkat

yang aman sebelum dapat dibuang ke suatu tempat pembuangan.

Mengembalikan lahan seperti keadaan semula atau sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Memperkecil erosi selama dan setelah proses reklamasi.

Memindahkan semua peralatan yang tidak digunakan lagi dalam aktivitas penambangan.

Permukaan yang padat harus digemburkan namun bila tidak memungkinkan sebaiknya

ditanami dengan tanaman pionir yang akarnya mampu menembus tanah yang keras.

Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

Selain hal-hal diatas, ada beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam rencana

pelaksanaan reklamasi yaitu pemeriaan lahan, pemetaan dan peralatan yang akan digunakan.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 7

Page 2: Reklamasi

3. 1. Rencana Pengelolaan Pasca Tambang dan Penentuan Lahan Akhir

Pada rencana pengelolaan lahan pasca tambang yang harus dilakukan terlebih dahulu

adalah persiapan lahan yang meliputi :

1. Pengamanan lahan bekas tambang

Kegiatan ini meliputi :

Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak digunakan

dilahan yang akan direklamasi.

Perencanaan secara tepat lokasi pembuangan sampah/limbah beracun dan

berbahaya dengan perlakuan yang khusus agar tidak mencemari lingkungan.

Melarang atau menutup jalan masuk ke lahan bekas tambang yang akan

direklamasi.

2. Pengaturan bentuk lereng

Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air limpasan (run

off), erosi dan sedimentasi serta longsor. Lereng jangan terlalu terjal atau tinggi dan

dibentuk secara berteras-teras.

3. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA)

Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk mengatur air agar

mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan aibat erosi.

4. Pengaturan/penempatan low grade

Maksud pengaturan dan penempatan low grade (bahan tambang yang mempunyai nilai

ekonomis rendah) adalah agar lahan tambang tersebut tidak tererosi/hilang apabila

ditimbun dalam waktu yang lama karena belum dimanfaatkan.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 8

Page 3: Reklamasi

Gambar 3.1.

Pengaturan / penempatan low grade

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 9

Page 4: Reklamasi

Pada rencana reklamasi ini, areal bekas penambangan batubara (daerah X) akan

dimanfaatkan untuk perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu agar kegiatan yang direncanakan

tersebut dapat berjalan dengan baik dan berhasil maka diperlukan adanya beberapa tindakan,

antara lain :

- Perlunya perataan daerah X, dimana diharapkan daerah X pada akhirnya memiliki

kemiringan < 50.

- Melakukan penimbunan terhadap lubang-lubang bukaan akibat kegiatan penambangan.

3. 2. Rencana Reklamasi dan Revegetasi (luas, lokasi, teknik/ metode, dll)

Sebelum melakukan revegetasi ada beberapa hal yang harus diketahui terlebih dahulu,

diantaranya luas, lokasi dan teknik/metode.

Luas

Lokasi yang akan direklamasi sama dengan luas daerah penambangan yaitu 1000 Ha

dengan ukuran ideal 5 Km x 2 Km (lampiran ).

Lokasi

Adapun teknik reklamasi yang digunakan yaitu revegetasi.

Teknik/ metode

Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti ; persiapan penanaman,

cara penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.

Revegetasi

Keberhasilan revegetasi bergantung pada beberapa hal seperti ; persiapan penanaman, cara

penanaman, pemeliharaan tanaman serta pemantauan tanaman.

Persiapan Penanaman

Langkah awal pada persiapan penanaman adalah memperbaiki kondisi tanah yang telah rusak

akibat kegiatan penambangan, maupun akibat kontaminasi dengan limbah yang mengandung

zat-zat beracun. Perbaikan kondisi tanah ini dengan menggunakan gypsum dan kapur.

Gypsum digunakan untuk memperbaiki kondisi tanah yang mengandung banyak lempung

dan untuk mengurangi kerak tanah. Penggunaan kerak gypsum akan meningkatkan struktur

tanah, meningkatkan daya resap terhadap air, sedangkan kapur atau batu gamping digunakan

untuk mengatur pH dan juga memperbaiki struktur tanah.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 10

Page 5: Reklamasi

Pemilihan Jenis Tanaman

Daerah X yang akan digunakan sebagai areal perkebunan kelapa sawit.

Pemilihan kelapa sawit sebagai tanaman revegetasi tidak terlepas dari kondisi lingkungan

dalam hal ini iklim dan tanah yang menunjang pertumbuhan kelapa sawit.

1. Iklim

Beberapa unsur iklim yang penting yaitu ;

- Curah hujan

Daerah X merupakan daerah yang memiliki curah hujan rata-rata 40, 2 Mm/ bulan dan

tertinggi 92,5 Mm/ bulan. Hal ini merupakan faktor yang pendukung bagi pertumbuhan

dan produksi dari kelapa sawit. Curah hujan yang merata ini dapat menurunkan

penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Air merupakan pelarut unsur-unsur hara

di dalam tanah sehingga dengan bantuan air, unsur-unsur hara tersebut menjadi tersedia

di dalam tanah.

- Sinar matahari

Sinar matahaari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat (di dalam proses asimilasi)

juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah, karenanya intensitas, kualitas, dan

lama penyinaran amat berpengaruh pada proses itu. Lama penyinaran optimum yang

diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/ hari, kekurangan atau kelebihan sinar

mathari akan berakibat buruk bagi tanaman kelapa sawit. Kebutuhan akan sinar matahari

ini dapat terpenui pada daerah X dimana daerah X merupakan daerah tropis dengan

intensitas musim kemarau 85% (Mei s/d Oktober) dan musim hujan (Nopember s/d

April).

- Suhu

Selain sinar matahari dan curah hujan yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman

kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum. Suhu optimum ini berkisar antara 29-30 0C. Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian

tempat. Daerah X merupakan daerah tropis pada dataran rendah. Kondisi ini sangat

memungkinkan bagi terpenuhinya suhu optimum yang diperlukan kelapa sawit.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 11

Page 6: Reklamasi

2. Tanah

Dalam hal tanah, tanaman kelapa sawit tidak menuntut persyaratan terlalu banyak

karena dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (podsolik, latosol, hidromorfik kelabu,

alluvial atau regosol). Namun kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing

tanah tidaklah sama.

Dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh adalah sifat kimia dan sifat fisik tanah.

Sifat Kimia Tanah

Sifat kima tanah secara sederhana adalah keasaman tanah dan komposisi

kandungan hara mineral yang ada dalam tanah. Keasaman tanah menentukan

ketersediaan dan keseimbangan unsure-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit

dapat tumbuh pada pH 4,0-6,5, sedangkan PH optimumnya adalah 5-5,5 untuk

mencapai kondisi yang diinginkan ini, daerah X yang memiliki keasaman tinggi,

telah di netralkan dengan menggunakan kapur.

Sifat Fisik Tanah

Bebrapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur,

konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan tanah dan kedalaman

permukaan air. Secara ideal tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang

gembur, subur, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30 %, datar, drainase

baik. Topografi yang dianggap baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal

dengan kemiringan 0-150. areal dengan kemiringan diatas 150 masih

memungkinkan ditanami, tetapi perlu dibuat teras-teras.

Pemilihan Benih Unggul

Untuk menghindari penanaman benih atau bibit liar, sebaiknya dipilih bibit kelapa sait

yang telah di uji dan benar-benar terbukti dengan baik kualitasnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, dengan surat keputusan Menteri Pertanian Nomor:

KB. 320/261/Kpts/5/1984, pusat penelitian Marihat, Balai Penelitian Perkebunan Medan,

dan P.T Socfin Indonesia ditunjuk secara resmi sebagai sumber dan benih unggul kelapa

sawit. Bibit kelapa sawit yang diproduksi merupakan kecambah yang bukan berasal dari

sembarang biji, melainkan dari hasil perkawinan antara Dura Deli X Pesifera SP 540 dan

Dura Dumpy X Pesifera SP 540.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 12

Page 7: Reklamasi

Beberapa ciri yang bisa digunakan untuk menandai kecambah yang dikategorikan baik

dan layak untuk ditanam antara lain :

Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan,

Ukuran radikula lebih panjang dari pada plumula,

Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah,

Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.

Pengadaan Bibit Kelapa Sawit dari Bijih

Saat ini salah satu cara pengadaan bibit kelapa sawit adalah dengan memesan bibit dari

produsen resmi yang ditunjuk oleh pemerintah. Ada beberapa pusat penelitian

perkebunan (puslitbun) dan perkebunan swasta yang secara legal melakukan penjualan

bibit kelapa sawit unggul yang bersertifikat. Karena bibit ini akan dijual kepada

masyarakat luas, maka kualitas bibit dan tanaman dewasanya kelak harus dipertanggung

jawabkan. Oleh sebab itu, proses pembuatan bibitnya dilakukan secara teliti.

Gambar 3.2.

Bibit kelapa sawit

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 13

Page 8: Reklamasi

Penanaman

1. Persiapan Lahan

Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-3 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang

tanam ditentukan oleh umur bibit yang ditanam, terutama pertumbuhan akarnya dan

keadaan tekstur tanah kebun yang ditanami. Ukuran lubang yang sebaiknya dipakai

adalah 60 x 60 x 50 cm.

Apabila tanahnya gembur, pembuatan lubang tanam pada saat musim hujan

tidak akan menimbulkan masalah. Akan tetapi, jika hal tersebut dilakukan pada

tempat yang mengandung tanah liat, maka lubang akan terisi air sehingga

mengganggu waktu penanaman.

2. Umur dan Tinggi Bibit

Pemindahan bibit pada umur yang tidak tepat akan menyebabkan kematian. Bibit

dengan umur 12-14 bulan adalah yang terbaik untuk dipindahkan. Bibit yang berumur

kurang dari 6 bulan tidak dapat tahan terhadap hama dan penyakit. Sebaliknya bila

melebihi akan menambah biaya penanaman dan waktu tanam menjadi lebih lama.

3. Waktu Tanam

Persedian air sangat menentukan waktu tanam sehingga penanaman pada awal musim

hujan adalah yang paling tepat. Penanaman yang dilakukan pada musim kemarau

dapat menyebabkan tanaman menjadi mati, selain itu juga membutuhkan air yang

lebih banyak sehingga akan menambah biaya.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 14

60 cm

60 cm

50 cm

Page 9: Reklamasi

4. Jarak Tanam

Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan

tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi kelapa

sawit. Jarak tanam optimal kelapa sawit adalah 9 m dan 8,7 m untuk tanah

bergelombang. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang

atau segitiga sama sisi.

Perawatan Tanaman

Dengan perawatan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit mempunyai

masa non-produktif yang pendek. Perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman

saja tetapi juga terhadap tanahnya.

1. Penyulaman

Tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya harus diganti atau disulam

dengan tanaman baru. Untuk keperluan penyulaman, sangat perlu adanya cadangan

bibit. Penyulaman dilakukan pada musim hujan. Bibit yang digunakan sebaiknya

seumur dengan tanaman yang disulam, yaitu yang sudah berumur 12-4 bulan.

2. Penanaman Tanaman Sela

Pada saat tanaman kelapa sawit masih muda, disela-selanya dapat ditanami berbagai

tanaman sela (catch-crop). Contoh tanaman sela (catch-crop) yaitu tanaman palawija

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 15

3 m

3 m

Keterangan : = Bibit

= Lubang Tanam

Page 10: Reklamasi

dan sayur-sayuran, seperti ketela pohon, ketela rambat, talas, jagung, kacang tanah,

kedelai, kacang panjang, dan lain-lain.

Beberapa tanaman keras dan berumur agak panjang diantaranya kopi, cokelat dapat

digunakan sebagai tanaman sela.

Dan jika tanaman sela kira-kira sudah mengganggu tanaman pokok, maka harus

segera dibongkar, walaupun mungkin pada saat itu tanaman sela sedang memberikan

hasil yang banyak.

3. Pemberantasan Gulma

Pada dasarnya ada tiga macam pemberantasan gulam, yaitu secara mekanis/manual,

kimia dan biologis. Pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan

menggunakan alat dan tenaga secara langsung, beberapa contoh alat yang digunakan

antara lain; sabit, cangkul, garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan

cara :

Clean Weeding atau penyiangan bersih pada daerah piringan. Dan,

Selective Weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang-

alang.

Pemberantasan gulma dapat dilakukan 5-6 kali dalam tahun pertama atau tergantung

pada keadaan perkebunan.

Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida.

Pemberantasan gulma secara biologi yaitu dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan

atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari

gulma, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. 3. Rencana Pengelolaan Tanah Pucuk dan Tanah Penutup

Maksud dari pengelolaan ini adalah untuk mengatur dan memisahkan tanah pucuk

dengan lapisan tanah lainnya. Hal ini penting karena tanah merupakan media tumbuh bagi

tanaman dan merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan pertumbuhan tanaman pada

kegiatan reklamasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tanah pucuk adalah :

Pengamatan profil tanah dan identifikasi perlapisan tanah tersebut sampai endapan bahan

galian.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 16

Page 11: Reklamasi

Pengupasan tanah berdasarkan atas lapisan-lapisan tanah dan ditempatkan pada tempat

tertentu sesuai dengan tingkat lapisannya. Timbunan tanah pucuk tidak lebih dari 2 meter.

Pembentukan lahan sesuai dengan susunan lapisan tanah semula. Tanah pucuk

ditempatkan paling atas dengan ketebalan minimal 0,15 meter.

Ketebalan timbunan tanah pucuk pada tanah yang mengandung racun dianjurkan lebih

tebal dari yang tidak beracun atau dilakukan perlakuan khusus dengan cara mengisolasi

dan memisahkannya.

Pengupasan tanah dilakukan dalam keadaan basah untuk menghindari pemadatan dan

rusaknya struktur tanah.

Bila lapisan tanah pucuk tipis (terbatas/sedikit), perlu dipertimbangkan :

a. Penentuan daerah prioritas yaitu daerah yang sangat peka terhadap erosi sehingga

perlu penanganan konservasi tanah dan pertumbuhan tanaman.

b. Penempatan tanah pucuk pada jalur penanaman.

c. Pencampuran tanah pucuk dengan tanah lain.

Dilakukan penanaman langsung dengan tanah penutup (Cover Crop) yang cepat tumbuh

dan menutup permukaan tanah.

Gambar 3.3.

Tanaman penutup tanah (cover crop), berfungsi melindungi kelapa sawit dari akibat buruk sinar

matahari maupun erosi.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 17

Page 12: Reklamasi

3. 4. Rencana Pengendalian Erosi

Secara umum dapat dikatakan bahwa erosi merupakan proses terlepasnya butiran tanah

dari induknya disuatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan air atau angin.

Tahap-tahap dari penambangan yang meliputi pembersihan (land clearing), kegiatan

pengupasan tanah penutup dan kegiatan penimbunan, menyebabkan lokasi yang ada lahan-lahan

yang terbuka. Lahan yang terbuka ini merupakan areal yang rawan terhadap pengaruh air hujan

maupun air limpasan, karena tidak adanya pohon/vegetasi yang tumbuh sehingga menyebabkan

kontak langsung dari butiran air hujan dan limpasan air permukaan terhadap tanah/lahan

sehingga berpotensi sekali untuk terjadinya erosi.

Secara umum faktor-faktor utama penentu yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan,

tanah, topografi, vegetasi atau campur tangan manusia. Sifat-sifat hujan yang perlu diketahui

adalah intensitas hujan yang menunjukkan banyaknya curah hujan persatuan waktu, volume air

dan frekuensi. Bila sering terjadi hujan, dengan curah hujan yang tinggi dan waktu yang lama,

maka potensi terjadinya erosi pada lahan terbuka akan menjadi tinggi.

Sifat-sifat yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah tekstur tanah,

struktur tanah, infiltrasi, kandungan bahan organik. Faktor topografi yang mempengaruhi erosi

adalah derajat kemiringan dan panjang lereng. Vegetasi mempunyai pengaruh yang bersifat

melawan terhadap pengaruh faktor-faktor lain yang erosive, seperti hujan, topografi, dan karakter

tanah.Campur tangan manusia dapat mengubah kondisi tanah menjadi baik atau buruk. Apabila

dibuat teras-teras atau jenjang-jenjang pada tanah yang berlereng curam, maka erosi dapat

dikurangi, sedangkan terjadi penebasan tumbuhan maka hal tersebut dapat terjadinya erosi.

Erosi akan bertambah sejalan dengan pembukaan pada daerah penambangan dan daerah

konstruksi untuk saran penunjang. Pada akhirnya permasalahan ini akan menyebabkan pengaruh

biruk pada kualitas air di perairan umum. Prinsip pengendalian erosi pada daerah penambangan

adalah sebagai berikut :

Menyesuaikan kegiatan dengan kondisi topografi dan tanah penyaliran. Hal ini perlu

untuk dapat menetukan langkah yang terbaik untuk melakukan kegiatan di daerah

tersebut sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat menjadi minimal.

Memanfaatkan kondisi topografi yangada untuk meminimalkan kegiatan pembentukan

lereng.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 18

Page 13: Reklamasi

Membuat rencana kendali erosi sebelum dilakukan kegiatan yang dapat menggangu

tanah.

Sedapat mungkin mempertahankan tumbuhan alami yang ada.

Meminimalkan luas dan lamanya tanah terbuka yang akan terkena erosi.

Mengalirkan air limpasan sedapat mungkin menjauh dari daerah yang terganggu.

Meminimalkan panjang dan kemiringan lereng.

Pengendalian erosi pada kegiatan pertambangan dapat dilakukan dengan metode vegetatif,

mekanis, dan kimia atau kombinasi dari metode-metode tersebut. Untuk kondisi lapangan dan

ketersediaan sarana pada daerah X maka metode yang digunakan adalah metode mekanis.

Metode mekanis

Metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang diberikan terhadap

tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan dan erosi,

serta meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanis dalam

pengendalian erosi berfungsi :

a) Memperlambat aliran permukaan,

b) Menampung dan mengalirkan aliran permukaan,

c) Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki

aerasi tanah,

d) Menyediakan air bagi tanaman.

Usaha pengendalian erosi yang termasuk dalam metode mekanis adalah :

a) Pengolahan tanah,

b) Pengolahan tanah menurut kontur garis kontur,

c) Pembuatan teras,

d) Pembuatan saluran pembuang air,

e) Pembuatan dam pengendali.

Pengendalian erosi dengan metode mekanis pada daerah X dengan pembuatan teras.

Pembuatan teras

Teras adalah timbunan tanah yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan,

yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 19

Page 14: Reklamasi

stabil. Berdasarkan fungsinya teras dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu teras pengelak,

teras retensi dan teras bangku.

Teras pengelak mempunyai fungsi utama untuk menangkap aliran permukaan dan

mengalirkannya memotong kontur. Beberapan tipe teras pengelak yang sudah di kenal

diantaranya teras Magnum dan Nicholas. Teras Magnum dibuat dengan cara menimbun

tanah yang diambil dari kedua sisinya, sedangkan teras Nicholas dibuat dengan cara

menimbun tanah yang diambil dari sisi sebelah atasnya saja.

Teras bangku atau tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah

dibagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak tangga atau bangku yang

dipisahkan oleh talud.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 20

(b) Terras retensi

Page 15: Reklamasi

Keterangan : = Arah aliran

Sungai

Gambar 3.4

Sketsa teras pengelak dan teras retensi

3. 5. Rencana Pengelolaan Limbah (padat, cair, gas)

Limbah yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan baik yang berbahaya maupun yang

tidak berbahaya harus ditangani secara baik agar tidak memberikan dampak yang lebih buruk

lagi terhadap lingkungan.

Salah satu cara untuk pengelolaan limbah yang tidak berbahaya adalah dengan membuat

kolam pengendapan. Tujuan dari kolam pengendapan ini adalah sebagai media pengendapan

lumpur dan sedimentasi lain yang bercampur dengan air, selain itu kolam pengendapan ini dapat

digunakan untuk melakukan proses penyaringan secara mekanis sebelum dialirkan ke sungai.

Gambar 3.5.

Bentuk kolam pengendapan dan arah alirannya

Agar kolam pengendapan ini berfungsi secara optimal maka kolam pengendapan ini

dibuat beberapa buah dengan susunan bertingkat dan dengan memperhitungkan jarak antara satu

kolam pengendapan dengan kolam pengendapan lainnya, tidak boleh dibuat saling berdekatan

supaya dapat mengurangi biaya.

Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu, dalam jangka waktu tertentu kolam

pengendapan ini harus dibersihkan dan lumpur/sedimen yang telah mengendap pada kolam

pengendapan segera dipindahkan agar tidak terjadi pendangkalan pada kolam pengendapan

tersebut.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 21

Page 16: Reklamasi

3. 6. Rencana Pengelolaan Kualitas Udara, Tanah, dan Air

Pemanfaatan sumberdaya alam selalu disertai oleh terjadinya pencemaran. Ini merupakan

hukum alam yang bersifat universal. Salah satu bentuk dari terjadinya pencemaran lingkungan

adalah perubahan pada kualitas udara dan tanah.

Salah satu bentuk pengelolaan terhadap kualitas air, udara dan tanah adalah melalui rekayasa

lingkungan.

A. Pengelolaan kualitas udara

Dampak penting yang perlu pengelolaan adalah :

Kualitas udara dan kebisingan

Dampak penting menurunnya kualitas udara adalah peningkatan konsentrasi debu dan

kebisingan. Sumber dampak yaitu kegiatan penambangan pada tahap pemberaian, pemuatan

dan pengangkutan.

Untuk itu perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi dan mencegah dampak

turunnya kualitas udara.

Rencana pengelolaan lingkungan menurunnya kualitas udara antara lain :

- Membuat pembatas pada sepanjang batas daerah penambangan dengan menggunakan

gundukan tanah yang ditanami vegetasi,

- Melakukan penyiraman secara teratur pada jalan-jalan untuk mengurangi timbulnya

debu,

- Mesin-mesin kendaraan tambang harus dipelihara secara baik untuk mengurangi

kebisingan,

- Sepanjang jalan-jalan ditanami pohon untuk menahan debu dan mengurangi

kebisingan.

-

B. Pengelolaan kualitas air

Berdasarkan letaknya air dapat dibedakan menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah.

1. Air Tanah

Dampak penting yang terjadi adalah penurunan kualitas air tanah disekitar atau pada

daerah penambangan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan dan oleh resapan

limbah yang mengandung bahan pencemar.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 22

Page 17: Reklamasi

Agar kualitas air tanah pada daerah penambangan atau sekitar daerah penambangan

tidak mengalami penurunan kualitas yang berlanjut, maka perlu dilakukan pengelolaan

lingkungan.

Upaya penanggulangan dampak penurunan kualitas tanah dilakukan dengan cara :

- Air yang sifatnya aerobik

Untuk air yang sifatnya aerobik, kualitas atau kandungan bahan-bahan kimia yang

ditemui masih memenuhi persyaratan tetapi sedikit bersifat asam sehingga diperlukan

pengolahan terhadap kadar pH agar pH menjadi naik.

- Air tanah yang sifatnya anaerobik

Biasanya banyak mengandung unsur-unsur besi, mangan, dan H2S. Sistem yang sesuai

adalah aerasi yang berfungsi untuk :

1. Mendapatkan Oksigen

2. Meremove H2S, CH4

3. Mereduksi konsentrasi CO2

2. Air Permukaan

Proses pengolahan air permukaan (sungai) adalah proses pengolahan lengkap. Yang

dimaksud dengan proses pengolahan lengkap adalah suatu proses yang terdiri dari 3

golongan :

1. Pengolahan Fisik

Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter fisik, seperti kekeruhan,

warna dan bau.

2. Pengolahan Kimiawi

Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter kimiawi, seperti kesadahan

nitrat, magnesium, Mn, Fe dan lain-lain.

3. Pengolahan Biologis

Pengolahan untuk menurunkan parameter-parameter biologis, seperti bakteri.

Adapun upaya yang dilakukan untuk proses pengolahan kualitas air permukaan meliputi :

Pembuatan bangunan prasedimentasi

Berfungsi sebagai tempat proses pengendapan partikel diskuit seperti pasir lempung

dan zat-zat padat lainnya yang bisa mengendap secara gravitasi.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 23

Page 18: Reklamasi

Pembuatan bangunan pengaduk cepat

Berfungsi sebagai tempat proses pencampuran koagula dan air baku sehingga terjadi

proses koagulasi. Proses koagulasi dimaksudkan untuk :

1. Melarutkan bahan kimia atau koagulan,

2. Membuat homogen campuran,

3. Mendorong terbentuknya partikel yang berbentuk flok.

Pembuatan bagunan pengaduk lambat

Berfungsi sebagai tempat proses terbentuknya flok-flok, dimana prosesnya disebut

flokulasi. Pada bak pengaduk lambat, flok-flok yang terbentuk pada bak pengaduk

cepat yang telah terbentuk akan bergabung membentuk flok-flok yang lebih besar dan

akhirnya mengendap secara gravitasi.

Pembuatan bagunan sedimentasi

Berfungsi sebagai tempat proses mengendapnya partikel-partikel flokulen (flok-flok)

dari bak flokulasi.

C. Pengelolaan kualitas tanah

Turunnya kualitas tanah pada daerah X disebabkan oleh limbah-limbah padat yang berupa :

Limbah kering

Limbah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan anorganik yang

mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh bahannya tidak cepat membusuk.

Demolition and Construction Wastes

Yaitu sampah sisa-sisa bahan bangunan, misalnya; puing-puing, pecahan-pecahan

tembok, genteng, dan lain-lain.

Bulky Wastes

Barang-barang bekas yang tidak dapat digunakan lagi.

Control Land Fill

Limbah-limbah tersebut dibuang/diletakkan di atas lubang yang telah dibuat

dengan back hoe, kemudian apabila lubang itu sudah penuh maka ditutup dengan

lapisan tanah penutup.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 24

Page 19: Reklamasi

Sanitary Land Fill

Limbah-limbah tersebut dibuang/diletakkan di atas lubang yang telah dibuat

dengan back hoe, kemudian limbah yang ada ditutup oleh lapisan tanah

penutupnya. Dilakukan dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat terbentuk sel-

sel didalamnya.

3.7. Rencana Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)

Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi air asam tambang mengacu beberapa

pertimbangan antara lain:

- Mudah dilaksanakan

- Murah atau biaya rendah tapi efektif.

- Tidak menimbulkan masalah terhadap lingkungan.

Beberapa data penting yang diperlukan sebelum pembuangan

limbah ke laut diijinkan, menurut Dames & Moore (1991) :

perkiraan penyebaran limbah tailing seukuran biji,

perkiraan kepadatan lumpur pada lubang pembuangan,

usulan persentase bahan padat limbah menurut berat dan volume,

perkiraan konsentrasi bahan reaksi (reagent) dalam limbah tailing,

perkiraan konsentrasi logam terlarut dalam tailing.

Upaya untuk menghindari adanya Air Asam Tambang, diantaranya :

Tidak membuat lubang genangan penampungan air yang berisiko akan menjadi air asam

tambang dekat dengan aliran sungai (DAS) yang digunakan oleh masyarakat, hal ini

untuk menghindari adanya luapan air pada waktu hujan.

Tidak melakukan pencucian batubara/mineral logam lainnya yang sangat rentan

menimbulkan limbah berbahaya pada daerah aliran sungai.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 25

Page 20: Reklamasi

Apabila memang harus dialirkan ke daerah aliran sungai, air asam tambang/limbah

hendaknya sudah melalui penyaringan beberapa kali.

Penanggulangan air asam tambang dengan cara netralisasi :

(i). Netralisasi dengan Batugamping

Cara ini yang paling umum dipakai dan murah untuk menurunkan tingkat keasaman air

dan menetralisir logam-logam berat di dalamnya. Percobaan skala laboratorium memakai

batugamping dari pabrik semen Baturaja berukuran 0,2 mm. Dari hasil percobaan didapat bahwa

penambahan batugamping yang optimal antara 0,3-0,4 gram/liter. Masing-masing berat

pencampur telah menaikan pH air menjadi 4,9 dan 5,4. Akan tetapi upaya penetralan dengan cara

ini tidak dikembangkan (dilanjutkan) karena dianggap tidak praktis, tidak efisien dan mahal,

karena batugamping ini berasal dari lokasi yang cukup jauh.

Adapun reaksi kimia yang terjadi antara air asam tambang (contohnya H2SO4) dan

Batugamping (CaCO3) sebagai salah satu upaya netralisir air asam tambang dapat dijabarkan

dengan :

H2SO4 + CaCO3 → CaSO4 + H2 CO3

(ii). Netralisasi dengan Abu Batubara

Berdasarkan penelitian pada komposisi batubara terdapat kandungan CaO berkisar antara

1,85-2,40%. Adanya CaO didalam abu ini serta oksida-oksida lain seperti MgO, diperkirakan

telah menyebabkan terjadinya reaksi yang dapat menetralkan atau menaikkan pH air. Dari hasil

percobaan yang dilakukan memberikan pengaruh pada kenaikan nilai pH seperti diperlihatkan

pada tabel 3.3, di peroleh hasil yang baik dan sangat positif, yaitu untuk setiap penambahan 10

gram per liter abu batubara dapat meningkatkan pH air dari 2,8 menjadi 4,4-5,0.

Adapun reaksi kimia yang terjadi antara air asam tambang (contohnya H2SO4) dan

lumpur yang mengandung CaO dan MgO yaitu :

H2SO4 + CaO → CaSO4 + H2O

H2SO4 + MgO → MgSO4 + H2O

(iii). Netralisasi dengan Lumpur

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 26

Page 21: Reklamasi

Salah satu pemanfaatan lubang bekas galian atau balong bekas penambangan adalah

untuk tempat pembuangan atau penimbunan lumpur. Setelah balong terisi penuh, selanjutnya

akan direklamasi dan kemudian ditata dan dihijaukan kembali.

[ Reklamasi / Rehabilitasi Pasca Tambang ] Page 27