executive summary reklamasi
DESCRIPTION
tambang timahTRANSCRIPT
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
1. P ENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya alam merupakan potensi ekonomi yang terdapat alam dan
mempunyai sifat tak terbarukan. Disamping itu, sumberdaya mineral mempunyai sifat
terikat pada ruang tertentu, yaitu setiap lokasi sebaran akan berbeda karateristiknya
dengan lokasi lain. Oleh karena itu pemanfaatannya memerlukan penanganan secara
tepat dan bijaksana agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk
mencapai hasil yang optimal perlu dilakukan dengan perencanaan yang matang.
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Demikian pula dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di semua bidang, terlebih
dahulu harus dilakukan proses perencanaan yang sistematis, terpadu dan terarah, agar
yang menjadi tujuan dapat dicapai dan sesuai dengan harapan.
Potensi sumberdaya mineral khususnya bahan galian di Kabupaten Bangka
Selatan cukup melimpah dan sebagian telah dilakukan penambangan. Dalam kebijakan
ruang daerah, sektor pertambangan belum di alokasikan secara jelas, sehingga sering
terjadi benturan atau tumpang tindih dalam pemanfaatan ruang.
Sehubungan dengan latar belakang di atas untuk kegiatan Tahun Anggaran
2006/2007 Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Selatan menyoroti satu
permasalahan yang mendasar khususnya bagi dinas yang terkait dengan melakukan
“Zonasi Kawasan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan” yang
dianggap prospek untuk pembangunan menuju “Good Government”
1.2 Tujuan dan Sasaran
Secara umum tujuan dari studi “Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten
Bangka Selatan” dalam tata ruang wilayah adalah penentuan alokasi lahan tambang
yang sesuai dengan karateristik fisik dan selaras dengan kebijakan tata ruang daerah.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah agar dapat digunakan
sebagai salah satu acuan dalam perencanaan pemanfaatan ruang yang akan
diimplementasikan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan.
Selain itu pengembangan bahan galian pada lokasi lahan terpilih diharapkan dapat
memicu pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangka Selatan.
1.3 Ruang Lingkup kegiatan
Secara teritorial wilayah, yang menjadi daerah penelitian dibatasi berdasarkan
wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan. Adapun subtansi kegiatannya meliputi :
Executive Summary 1
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
Identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya mineral serta daya dukung
lingkungannya.
Menentukan parameter dan kriteria lokasi lahan usaha tambang.
Mengkaji aspek fisik lingkungan, kebijakan ruang daerah dan keekonomian.
Menganalisis peruntukan lahan usaha tambang.
Menentukan prioritas pengembangan bahan galian.
Pembuatan Laporan.
1.4 Metodologi
Dalam penyusunan penelitian ini digunakan metoda-metoda analisis fisik
(tumpang tindih) dan analisis non fisik yaitu penentuan prioritas pengusahaan melalui
metoda statistik. Adapun tahap-tahap kegiatan yang ditempuh yaitu :
a. Pengumpulan Data
Dalam studi ini data yang diperlukan berupa data primer (lapangan) dan data
sekunder antara lain sebagai berikut : pengamatan geologi, yaitu untuk
mendapatkan gambaran mengenai kondisi geologi daerah dan data literatur atau
kajian-kajian terdahulu dan peta-peta pendukung pada daerah penelitian untuk
menjadi acuan dalam analisis dan pembahasan.
b. Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data dalam studi ini dilakukan dengan analisis fisik (spasial), yaitu dengan
melakukan proses tumpang tindih pemotongan (superimpose) dan proses analisis
dilakukan dengan menggunakan software Mapinfo Profesional Version 6. Langkah
pertama dalam analisis ini dengan terlebih dahulu merubah data tekstual berupa
peta-peta yang menjadi objek analisis ke dalam data digitasi dengan menggunakan
perangkat komputer. Adapun untuk menentukan prioritas pengusahaan bahan galian
dilakukan analisis faktor melalui pendekatan statistik, yaitu menggunakan Software
Statistical Package for Social Science (SPPS).
- Metoda Tumpang Tindih
Metoda ini dilakukan untuk mengetahui lokasi dan luas sebaran bahan galian
terpilih setelah dilakukan pemotongan dengan peta-peta tematik yang menjadi
kendala dengan adanya kegiatan usaha tambang. Hal ini dilakukan dengan cara
memotong peta-peta tematik yang berkaitan dengan kepentingan peruntukan
lahan, dimana sebagai dasarnya adalah peta-peta sebaran bahan galian.
- Analisis faktor
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui skala prioritas dari beberapa lokasi lahan
terpilih ditinjau dari beberapa aspek. Informasi tentang prioritas pengusahaan
sangat diperlukan bagi calon investor, apabila ingin menanamkan modalnya pada
sektor ini. Analisis faktor adalah suatu teknik pengurangan atau penggabungan
dari sekumpulan perubah (variable) ke dalam satu faktor. Nilai pembobotan
digunakan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan variabel-variabel
pengamatan, antara lain untuk menentukan pilihan lokasi dan jenis bahan galian
Executive Summary 2
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
(tambang) yang diperkirakan memiliki peluang untuk diusahakan dengan
mempertimbangkan berbagai kondisi daerah dan karateristik dari jenis bahan
galian itu sendiri.
- Analisis Perekonomian Wilayah
Location Quotient ( LQ )
Merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah di dalam
sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberikan kesimpulan akhir.
Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang masih
harus dikaji dan ditinjau kembali melalui teknik analisis yang lain yang dapat
menjawab apakah kesimpulan di atas terbukti kebenarannya. Pada dasarnya
teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di
daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang
lebih luas.
Shift and Share
Digunakannya metode analisis ini adalah untuk mengetahui kecenderungan
pertumbuhan dan pergeseran suatu sektor apabila ditinjau dengan masa lalu dan
dibandingkan dengan lingkup yang lebih luas (provinsi). Adapun bagian dari
metode ini meliputi adalah : Total Shift, Proportionality Shift dan Defferential
Shift.
Executive Summary 3
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
2. G AMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bangka Selatan
Kabupaten Bangka Selatan merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
pembentukannya berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 2003,tentang pembentukan
Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah dan
Kabupaten Belitung Timur.
Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran
yang dari Kabupaten Bangka yang terletak di bagian Selatan Pulau Bangka dan secara
administratif wilayahnya meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Rimba,
Kecamatan Payung, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Toboali dan Kecamatan Lepar
Pongok; 3 (tiga) kelurahan, dan 45 (empat puluh lima) desa. Secara umum wilayah
administrasi Kabupaten Bangka Selatan memiliki batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bangka Tengah.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Selat Bangka.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka, dan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar.
Luas wilayah Kabupaten Bangka Selatan lebih kurang 3.607,08 km2 atau 360.708
Ha dengan di pimpin oleh Bupati dengan Ibukota Kabupaten Bangka Selatan adalah
Kota Toboali yang berjarak kurang lebih 125 kilometer dari Kota Pangkalpinang, ibukota
Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah penduduk 149.610 jiwa dengan tingkat kepadatan 41
jiwa per km2, dan tingkat pertumbuhan sekitar 1.75%. Kecamatan Toboali berpenduduk
59.558 jiwa (39.8%) merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di
Kabupaten Bangka Selatan, kemudian Air Gegas berpenduduk 34.282 jiwa (22.91%),
selanjutnya diikuti oleh Payung berjumlah 25.594 jiwa (17.11%), Simpang Rimba
berjumlah 19.262 jiwa (12.87%) dan Lepar Pongok hanya 10.884 jiwa atau 7.27 % nya
saja (sumber BPS Kabupaten Bangka Selatan).
Kabupaten Bangka Selatan termasuk kabupaten yang memiliki kekayaan
sumberdaya alam yang sangat potensial dan beragam jenisnya. Kegiatan ekonomi yang
menopang perekonomian daerah antara lain: hasil perikanan laut, perikanan budidaya,
pertanian, perkebunan, kehutanan dan hasil-hasilnya, pertambangan (timah, kaolin dll)
serta pariwisata. Salah satu tempat wisata yang bisa dilihat adalah Gedung Nasional
Toboali.
Keadaan alam Kabupaten Bangka Selatan sebagian besar merupakan dataran
rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan serta perbukitan, memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi lahan agroindustri (pertanian dan perkebunan). Sebagai daerah
Executive Summary 4
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
kepulauan, Kabupaten Bangka Selatan dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau
kecil, memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata bahari dan perikanan
laut.
Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi hujan antara
23,10 hingga 357,30 mm tiap bulan, dengan curah hujan terendah pada bulan
September. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan bervariasi antara 260
hingga 280C, sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 75 hingga 88%. Intensitas
sinar matahari rata-rata bervariasi antara 3.5 hingga 7.2%, tekanan udara antara 1008,7
hingga 1011,3 MBS. Tahun 2005 bulan kering terjadi pada bulan September dengan rata-
rata hari hujan 11 hari perbulan, terjadi pada Bulan Januari sampai dengan bulan April
dan bulan Oktober sampai bulan Desember. Sungai-sungai di Bangka Selatan berhulu
pada daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di Selat Bangka dan Laut Jawa.
Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sistem drainase dan belum dimanfaatkan untuk
pertanian maupun perikanan, karena nelayan lebih cenderung mencari ikan di laut.
Berdasarkan data dari BAPPEDA, Kabupaten Bangka Selatan diketahui bahwa
penggunaan tanah yang terdapat di daerah ini dapat dirinci sebagai berikut:
- Tanah Sawah, merupakan lahan pertanian tanah basah yang ditanami padi irigasi
teknis dan tadah hujan. Luas areal tanah sawah ini pada tahun 2002 mencapai luas
14.440,22 Ha atau 4,00% dari luas seluruh penggunaan lahan yang ada.
- Tanah Kering, merupakan lahan pertanian tanah kering yang ditanami palawija,
sayuran dan buah-buahan. Luas areal tanah kering ini pada tahun 2002 mencapai
luas 47.225.50 Ha atau 13.09% dari luas seluruh pengunaan lahan yang ada.
- Perkebunan, terbagi atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Produksi
komoditas perkebunan ini terdiri dari antara lain lada, karet, kelapa, cengkeh,
kelapa sawit, aren dan kemiri. Luas areal perkebunan mencapai 74.682.72 Ha atau
20.70% dari pengunaan lahan yang ada.
- Hutan, luas kawasan hutan di Kabupaten Bangka Selatan seluas 131.725,57 Ha
yang terdiri dari hutan produksi tetap seluas 122.745.50 Ha atau 30,20% dari
pengunaan lahan yang ada, hutan rakyat seluas 3.147,15 Ha atau 0,87% dari
pengunaan lahan yang ada dan kawasan lindung seluas 59.784.50 Ha atau 5,45%
dari pengunaan lahan yang ada.
- Peternakan, luas peruntukan penggembalaan sapi yang terdapat di Kabupaten
Bangka Selatan sebesar 131,43 Ha atau 0,04% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.
- Pemukiman, luas pemukiman penduduk yang terdapat di Kabupaten Bangka
Selatan sebesar 24.735,29 Ha atau 6,86% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.
- Pertambangan, lahan usaha pertambangan saat ini luasanya sebesar 63.047,68 Ha
atau 17,48% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.
Executive Summary 5
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
- Penggunaan tanah lainnya, terdiri dari sungai, saluran air, jalan raya dan
sebagainya, lokasinya tersebar di seluruh wilayah dengan luasnya 10.010,04 Ha
atau 2,78% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.
2.2 Keadaan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah pada periode tertentu. Nilai pada
PDRB tersebut berdasarkan nilai berlaku (pada tahun tersebut) dan atas dasar harga
konstan (pada tahun tertentu). Berdasarkan data statistik tahun 2004, Nilai PDRB atas
dasar harga berlaku Kabupaten Bangka Selatan sebesar Rp 1.168.359.000.000,- atau
naik sebesar 12,62% dibandingkan dengan kondisi tahun 2003 sebesar Rp
1.037.474.000.000,-. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000
mengalami kenaikan, yaitu dari 813.171.000.000,- pada tahun 2003 menjadi Rp.
842.801.000.000,- pada tahun 2004.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan secara umum sektor-sektor
perekonomian mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2005 dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata sebesar 4.89% tanpa memasukkan komponen timah walaupun
komponen timah merupakan sektor andalan di Kabupaten Bangka Selatan.
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting
untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil
pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali
potensi yang ada agar dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di
daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2004
sebesar 3,64% atau mengalami penurunan 0,74% dibandingkan dengan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2003 sebesar 4,38%
Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk
dan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Berdasarkan data
statistik tahun 2004 pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bangka Selatan atas
dasar harga berlaku sebesar Rp. 6.312.428,- atau naik sebesar 10,26% dibandingkan
tahun sebelumnya. Apabila dilihat selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2004,
perdapatan per kapita penduduk tiap tahun cenderung meningkat, baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mendominasi selain sektor
pertambangan/penggalian dan industri di Kabupaten Bangka Selatan. Sektor pertanian
memiliki potensi untuk dikembangkan secara profesional guna mendatangkan
keuntungan dan devisa bagi pemerintah daerah. Upaya pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan melaksanakan pembangunan perekonomian rakyat pada sektor pertanian
Executive Summary 6
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan pemerataan pembangunan
pedesaan, yaitu dengan menerapkan program intensifikasi, deversifikasi dan rehabilitasi.
Hasil produksi pertanian Kabupaten Bangka Selatan memiliki potensi pertanian tanaman
pangan yang meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan.
Tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, jagung, umbi-umbian dan
kacang-kacangan.
Potensi kehutanan Kabupaten Bangka Selatan 690.093 hektar, dimana di
dalamnya terdapat hasil-hasil hutan bukan hanya kayu, tetapi juga hasil hutan non-kayu
seperti gaharu, sarang burung walet serta berbagai hasil hutan lainnya. Khusus mengenai
hutan dan pemanfaatan hasil hutan berupa kayu banyak menimbulkan persoalan seperti
adanya illegal logging, perusakan areal hutan
karena penambangan timah liar (Tambang Inkonvensional = TI), yang sulit untuk diatasi
dan memerlukan penanganan yang lebih serius dari seluruh aparat terkait dan
masyarakat sekitar hutan.
Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu produsen utama bahan galian
tambang di Indonesia. Potensi bahan galian tambang tersebut tersebar secara merata di
seluruh kecamatan. Berbagai jenis bahan tambang galian dan mineral yang ada antara
lain : timah, pasir kwarsa kaolin, granit, batu gunung, tanah liat dan biji besi.
Ketersediaan sumberdaya mineral di Kabupaten Bangka Selatan merupakan potensi
daerah yang perlu dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan aspek-aspek
kelestarian llingkungan hidup agar terjadi keseimbangan alam dan ekosistem.
Kondisi perekonomian Kabupaten Bangka Selatan menunjukkan perkembangan
yang positif dan fluktuatif selama periode tahun 2000 – 2003. Diketahui bahwa sejak
tahun 2001 – 2004, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan mengalami
fluktuasi. Hal tersebut terjadi karena pengaruh dari sistim ekonomi terbuka, sehingga
kinerja perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh faktor situasi politik daerah dan
berbagai kebijakan di bidang keuangan baik fiskal maupun moneter seperti tingkat suku
bunga, inflasi, maupun nilai tukar rupiah.
Perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2004 masih di topang oleh
sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor
pertambangan dan penggalian yang mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing
sebesar 22.28% dan 16.16%. Sedangkan pada sektor sekunder yaitu sektor industri
pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bangka Selatan
yaitu 28.50%.
Secara riil Kabupaten Bangka Selatan memiliki kekuatan yang akan mempercepat
laju pembangunan daerah sekaligus memiliki kelemahan yang kemungkinan besar akan
menghambat kemajuan daerah atau rencana pembangunan yang sudah disusun. Dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan tersebut sejak dini diharapkan seluruh jajaran
Executive Summary 7
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
pemerintah khususnya dan daerah pada umumnya mendayagunakan kekuatan dan
mengantisipasi berbagai kelemahan yang ada.
2.3 Prasarana Wilayah
Aspek prasarana merupakan aspek dasar yang sangat diperlukan untuk
melakukan kegiatan pada berbagai aspek subsektor, yaitu prasarana jalan untuk jalur
transportasi, sumber energi terutama listrik dan potensi air bersih. Kondisi prasarana
tersebut di wilayah Kabupaten Bangka Selatan sampai saat ini masih belum secara
optimal melayani kebutuhan masyarakat.
Jalan
Dari segi kuantitas secara umum jalan di sekitar wilayah pesisir Bangka Selatan
saat ini tergolong baik. Hampir semua akses jalan sudah tersedia, sehingga
dapat menghubungkan jalur transportasi dari suatu daerah pesisir ke daerah lain.
Kondisi ini sangat mendukung upaya pemasaran, walaupun dari segi kualitas perlu
ditingkatkan. Dengan demikian, semua kondisi ini akan berdampak bagi daya tarik
penanaman investasi bidang ekonomi.
Sumber Energi Listrik
Untuk wilayah tertentu, yaitu Kecamatan Toboali Tenaga Listrik saat ini dilayani
dari PLN setempat, sumber dari listrik tersebut berupa PLTD. Sedangkan untuk
wilayah potensi pengembangan kawasan industri termasuk pertambangan di
kecamatan lain saat ini, yaitu Sadai, Simpang Rimba, dan Permis sebagian sumber
energi listrik yang permanen seperti PLN belum ada. Hal ini merupakan faktor
penghambat bagi pengembangan kawasan terpadu, terutama bagi daya tarik
penanaman investasi bidang pertambangan. Di daerah tersebut masih
mengandalkan sumber energi dari diesel atau genset swadaya masyarakat.
Potensi Air Bersih
Secara umum potensi sarana air bersih di kawasan pengembangan pembangunan
kawasan industri terpadu di Kabupaten Bangka Selatan saat ini cukup memadai,
walaupun belum dikelola secara optimal.
2.4 Kebijakan Ruang Tata Wilayah
Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan telah menetapkan kebijakan pemanfaatan
ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pada hakekatnya
Rencana Tata Ruang Wilayah menetapkan Rencana Pemanfaatan Ruang yaitu kawasan
hutan lindung dan budidaya. Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan
untuk fungsi utama budaya kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup Sumber Daya
Alam dan Sumber Daya Buatan (UU 24 Th 1992). Sedangkan kawasan dikembangkan
untuk kegiatan budidaya yaitu antara lain, pertanian, pemukiman, pariwisata,
pertambangan, industri dan sebagainya.
Executive Summary 8
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
Sasaran kebijakan pemanfaatan ruang kawasan pertambangan :
- Pemanfaatan dan pengendalian kegiatan pertambangan agar tidak mengganggu
fungsi lindung.
- Pengembangan fungsi lindung atau rehabilitasi tanah pada kawasan bekas Kuasa
Pertambangan.
- Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya.
- Pembatasan pemberian izin usaha pertambangan baru dan hanya diperkenankan
pada yang sudah terlanjur di berikan izin usaha dengan pengawasan yang ketat.
Melalui pendekatan ini, maka di harapkan perkembangan wilayah yang terjadi
pada masa mendatang akan memberikan dampak yang positif pada pemanfaatan ruang,
perekonomian wilayah serta daya dukung lingkungan yang ada
Executive Summary 9
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
3. K ONDISI GEOLOGI & POTENSI BAHAN GALIAN
3.1 Kondisi Geologi
Proses dan kondisi geologi sangat mempengaruhi terbentuknya potensi
sumberdaya bahan galian di suatu tempat/daerah. Proses geologi tersebut diantaranya
berupa intrusi magma, tektonik, perlipatan, pelapukan, pengayaan (leaching), erosi dan
pengendapan. Berdasarkan keadaan geologisnya Pulau Bangka dan wilayah sekitarnya
berada pada Paparan Sunda atau bagian tepi dari kerak benua (craton) Asia. Oleh karena
itu, batuan dasar penyusun daerah ini selain batuan malihan adalah batuan inti benua
yang berupa batuan beku asam atau bersifat granitik. Dilihat dari posisi waktu
terbentuknya batuan beku granitik tersebut merupakan bagian dari busur magmatik
yang terbentuk pada umur Trias hingga Jura (230 s/d 135 juta tahun lalu). Kondisi geologi
wilayah Kabupaten Bangka Selatan telah digambarkan oleh U. Margono, dkk (1995)
dalam Peta Geologi Lembar Bangka Selatan.
Batuan tertua yang tersingkap di Kabupaten Bangka Selatan adalah batuan yang
termasuk dalam Komplek Malihan Pemali (CPp) yang memiliki umur Karbon-Perem.
Komplek ini terdiri dari filit, sekis, dan kuarsit.
Filit berwarna abu-abu kecoklatan, struktur mendaun dan berurat kuarsa.
Sekis berwarna abu-abu kehijauan, struktur mendaun, terkekarkan, setempat
rekahannya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan kuarsit; Kuarsit
putih kecoklatan, keras, tersusun oleh kuarsa dan feldspar berukuran halus –
sedang (U. Margono, dkk 1995). Komplek Malihan Pemali tersebar di bagian Barat
Daya Air bara dan sebelah Timur Ranggas.
Tidak selaras di atas Komplek Malihan Pemali (CPp) diendapkan Formasi Tanjung
Genting (TRt) yang terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir dan
batulempung dengan lensa batugamping, setempat di jumpai oksida besi. Batuan-batuan
pada formasi ini umumnya berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan. Di
dalam batugamping di jumpai fosil Montlivaultia Molukkana J. Wanner, Peronidella G.
Wilkens, Entrochus sp, dan Enricrinus sp, yang menunjukkan umur Trias dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal.
Formasi Tanjung Genting (TRt) tersebar luas mulai dari bagian utara, tengah dan selatan
Kabupaten Bangka Selatan.
Granit Klabat (TRJkg) menerobos batuan/formasi yang lebih tua yaitu Formasi
Tanjung Genting (TRt) dan Kompleks Malihan Pemali (CPp), terdiri dari granit biotit,
granodiorit dan granit genesan,.
Granit biotit mempunyai tekstur porfiritik dengan ukuran kristal sedang-kasar,
fenokris feldspar, memperlihatkan struktur foliasi.
Granit genesan berwarna abu-abu dan berstruktur mendaun.
Executive Summary 10
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
Umur Granit Klabat berdasarkan pentarikan dengan metoda K-Ardan Rb-Sr adalah
Trias Akhir-Jura Awal, tersebar cukup banyak meliputi seluruh kecamatan yang
ada di wilayah Kabupaten Bangka Selatan.
Di atas formasi batuan yang telah disebutkan terdahulu diendapkan secara tidak selaras
Formasi Ranggam (TQr) yang terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan
konglomerat.
Batupasir berwarna putih kekuningan sampai dengan kecoklatan, berbutir halus-
kasar, menyudut-membundar tanggung, berlapis baik, memiliki struktur sedimen
silang siur, perairan sejajar dan perlapisan bersusun, mengandung lensa tipis
batubara dan pasir timah sekunder.
Batulempung mengandung bahan organik dan lensa gambut.
Konglomerat mengandung fragmen granit, kuarsa dan batuan malihan.
Fosil yang ditemukan pada formasi ini adalah Turritella terebra, Amonia sp, Triloculina sp,
yang menunjukkan umur pengendapan Miosen Akhir-Plistosen Awal di lingkungan fluvial.
Formasi Ranggam (TQr) terdapat di Lesat (selatan Kepoh) dan Mangkapas. Di atas
Formasi Ranggam (TQr) diendapkan endapan kuarter berupa Pasir Kuarsa
(Qak),berwarna putih, berbutir kasar – sedang, membundar tanggung – membundar.
Endapan rawa (Qs), Lumpur, lanau dan pasir. Aluvium (Qa) berupa lumpur, lempung,
pasir, kerikil dan kerakal, yang keterdapatannya sebagai endapan sungai, rawa dan
pantai.
3.2 Sumber Daya Bahan Galian
Kabupaten Bangka Selatan mempunyai sumberdaya mineral yang banyak dan
beragam, mulai dari bahan galian seperti timah serta bahan galian industri antara lain
kasiterit, monasit/xenotime, oksida besi, pirit, granit, diabas, kaolin, batupasir dan pasir
kuarsa, pasir bangunan, tanah liat. Akan tetapi, pemasukan dari pertambangan dan
penggalian ini belum optimal walaupun kontribusinya terhadap PDRB cukup, dan
merupakan sumber utama bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berdasarkan data geologi, hampir di semua wilayah baik di darat maupun di laut
mempunyai cadangan bijih timah yang dikenal dengan istilah World’s tin belt (sabuk
timah dunia). Dengan struktur tanah yang mempunyai pH rata-rata di bawah 5, di
dalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kuarsa,
kaolin, batu granit dan lain sebagainya.
Sampai dengan tahun 2004 eksploitasi timah untuk kuasa pertambangan (KP)
timah PT. Tambang Timah di Bangka Selatan yang berada di darat dengan luas areal
92.401,74 Ha. Sedangkan yang berada di laut seluas 14.985 Ha. Luas KK timah PT. Koba
Tin sebesar 19.340,74 Ha. Jumlah perusahaan golongan C yang dilengkapi izin di
Kabupaten Bangka Selatan sampai dengan tahun 2006 tercatat 8 (delapan) buah dengan
luas areal 368,1 Ha. Sumberdaya bahan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari 10 jenis
Executive Summary 11
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
mineral/ bahan galian, yaitu: granit, pasir kuarsa, kaolin, bijih timah, bijih besi, zircon,
monasit, tanah liat, tanah urug, dan ilmenit.
a. Granit
Granit adalah jenis batuan beku berwarna putih/terang dengan komposisi utama
orthoklas (K-feldspar) dan kuarsa yang disertai dengan sedikit kandungan biotit, mika,
dan amfibol. Granit di wilayah Kabupaten Bangka Selatan terbentuk melalui pembekuan
magma pada zaman Trias-Jura.
Berdasarkan variasi komposisi mineral penyusunannya, kadar silika, dan adanya
kenaikan tekanan dan/temperatur setelah pembentukan granit, maka di Kabupaten
Bangka Selatan dapat dibedakan 3 jenis granit, masing-masing granit biotit, granodiorit,
dan granit genesen.
Ketiga jenis granit di atas adakalanya terdapat pada suatu lokasi yang sama seperti yang
dijumpai di G. Namak. Di Kabupaten Bangka Selatan, granit yang termasuk ke dalam
kelompok Granit Klabat tersebar cukup banyak, yaitu masing-masing di G.Muntai,
G.Toboali, G.Namak, Pantai Pasir Putih, Tanjung RU, Tanjung Kubu, dan Tanjung
(Kecamatan Toboali); Bukit Murup, Bukit Trubuk manawar, G.Gebang, Bukit Burang, Bukit
Keledang, G.Neneh, dan G.Berah (Kecamatan Payung); Bukit Nangka dan Tanjung
Berdaun (Kecamatan Simpang Rimba); dan P. Lepar (Kecamatan Lepar Pongok). Potensi
cadangan/sumberdaya granit di Kabupaten Bangka Selatan sangat besar, seluruhnya
memiliki luas penyebaran 663.125.000 m2. Berdasarkan keadaan batuan, bentuk mineral,
komposisi, dan hasil kuat tekan dengan nilai rata-rata > 340 kg/cm2, maka granit di
Kabupaten Bangka Selatan dapat digunakan sebagai batu ornamen, lantai, dinding, dan
dinding bangunan. Granit di daerah ini belum banyak diusahakan, sebagian kecil digali
oleh penduduk untuk bahan pengeras jalan dan pondasi rumah. Vegetasi yang menutupi
sebaran granit pada umumnya berupa hutan primer, sekunder dan lahan
pertanian/kebun penduduk.
b. Pasir Kuarsa
Pasir kuarsa adalah jenis bahan terdiri dari butiran-butiran kuarsa yang berukuran
0,06 – 2,0 mm. Butiran-butiran kuarsa tersebut memiliki kadungan Si02 (>90%). Bahan
galian ini terjadi dari hasil pelapukan batuan yang banyak mengandung kuarsa,
feldsdpatic, dan sebagainya yang tercuci atau terbawa air/angin dan diendapkan di
sekitar sungai, pantai, atau di tempat yang rendah.
Di Kabupaten Bangka Selatan pasir kuarsa terbentuk dari hasil pelapukan granit yang
kaya akan kuarsa dan K-felspar serta dari formasi-formasi batuan lainnya yang memiliki
kandungan kuarsa. Penggunaan pasir kuarsa terutama sebagai bahan baku utama atau
bahan tambahan dalam industri gelas-kaca, refraktori, pengecoran logam, pembuatan
Executive Summary 12
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
ferro silicon, silicon karbida, ampelas, penyaring, bahan baku semen dan lain-lain. Di
samping itu, tidak tertutup kemungkinan memanfaatkan pasir kuarsa untuk penggunaan
lainnya, yakni dengan memenuhi persyaratan spesifikasi penggunaannya. Untuk
mencapai spesifikasi tersebut sering dilakukan pengolahan/pencucian guna
menghilangkan zat-zat/mineral pengotor serta meninggikan kadar Si02.
Sebaran pasir kuarsa di Kabupaten Bangka Selatan sangat luas, meliputi hampir
seluruh kecamatan yang ada, terutama di sekitar pantai, sungai dan tempat yang
rendah/rawa. Luas sebaran pasir kuarsa di Kabupaten Bangka Selatan diperkirakan
mencapai 4.143.68 Ha dengan ketebalan yang sangat bervariasi antara 2-6 meter
sehingga potensi cadangannya mencapai 200.000.000 m3. Potensi pasir kuarsa di
Kabupaten Bangka Selatan telah ada yang mengusahakan oleh suatu perusahaan yang
berizin dengan menambang endapan pasir kuarsa yang terdapat di sekitar Tanjung Kubu.
Pasir kuarsa tersebut tanpa melalui proses pengolahan dan pencucian terlebih dahulu
langsung dikirim ke Jakarta dengan kapal Tongkang melalui dermaga pantai.
c. Kaolin
Kaolin adalah bahan galian yang tersusun dari lempung kualitas tinggi,
mempunyai komposisi kimia hydrous aluminium silicate Al203, 2Si02.2H20, berukuran
butir sangat halus dan bersifat lunak. Kaolin terdiri dari hasil pelapukan dan dekomposisi
batuan feldpatic dimana mineral-mineral potash alumunium silicate dan feldspar berubah
menjadi kaolin. Endapan kaolin di Kabupaten Bangka Selatan terbentuk dari hasil
pelapukan dan dekomposisi batuan granit yang banyak mengandung K-feldspar.
Endapan Kaolin di Kabupaten Bangka Selatan dijumpai pada beberapa tempat di
antaranya di daerah Parit 3 dan tepi jalan raya Toboali – Sadai. Kaolin ini berwarna putih,
berbutir halus, lunak dan lengket apabila basah, sebagian bersifat pasiran. Luas
penyebaran kaolin ini pada dua lokasi tersebut di atas sekitar 4.42 Ha. Tebal kaolin belum
dapat diketahui dengan pasti, namun diperkirakan tidak lebih dari 3 m. Dengan
demikian, potensi cadangan kaolin diperkirakan mencapai 120.000 m3. Kaolin
dipergunakan pada industri karet, kertas, tekstil, keramik, refraktori, kimia, cat, pasta
gigi, bahan pemutih pada industri gula, makanan, obat-obatan dan sebagainya. Tiap-tiap
penggunaan kaolin memerlukan spesifikasi tersendiri, misalnya untuk bahan pelapis
kertas digunakan mineral lempungnya jenis kaolinit, berukuran <2 mikron sebanyak
80%, daya tukar kation 5-15 mili ekuivalen/100 gr dan sebagianya.
Penambang kaolin biasanya dilakukan dengan sistem tambang terbuka dengan
membersihkan lahan di permukaannya terlebih dahulu menggunakan bulldozer.
Selanjutnya penggalian dapat dilakukan dengan shovel. Kaolin yang telah di tambang
perlu diolah terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan atau spesifikasi penggunaannya.
d. Bijih Timah
Executive Summary 13
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
Mineralisasi timah di wilayah Pulau Bangka dan sekitarnya merupakan bagian dari
sabuk timah (tin belt) di Asia Tenggara yang memanjang mulai dari Yunan (cina),
Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia sampai ke Indonesia. Tipe endapan timah
yang terdapat pada sabuk timah Asia Tenggara tersebut dapat dibagi atas lima tipe
endapan kasiterit (Sn02) yaitu :
1. Magmatic Dissemination
2. Pegmantit dan Apliet
3. Cebakan Kontak Metamorfosa
4. Cebakan Hidroternal
5. Endapan Skunder.
Endapan Bijih Timah di Pulau Bangka, terdiri dari 2 macam, yaitu : berupa
mineralisasi pada batuan granit dan berupa endapan sekunder baik di darat maupun di
lepas pantai. Dalam pengamatan lapangan kali ini jumlah cadangan timah di Kabupaten
Bangka Selatan belum dapat ditentukan, baik yang tergolong timah primer berupa urat-
urat timah pada batuan granit maupun yang tergolong endapan sekunder di darat dan
lepas pantai.
Namun demikian, PT. Timah, Tbk telah melakukan eksplorasi bijih timah di wilayah ini,
sehingga jumlah dan kualitas cadangannya telah terdata. Endapan bijih timah tersebar
luas di Kabupaten Bangka Selatan, sehingga sebagian kelompok masyarakat telah
mengembangkannya sebagai kegiatan
usaha pertambangan bijih timah. Meskipun legalitas pertambangan belum dilengkap,i
namun beberapa lokasi penggalian tetap berjalan, baik di darat maupun di perairan
pantai.
e. Besi
Endapan besi yang berupa batu besi di Kabupaten Bangka Selatan ditemukan di
sebelah barat Bukit Pelawan (Kecamatan Payung). Endapan besi tersebut berasal dari
pengisian oksida besi pada rekahan-rekahan batuan Formasi Tanjung Genting. Batu besi
berwarna abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, berupa magnetit, hematite,
limonit, berasosiasi dengan psilomelan dan urat kuarsa, bersifat berat dan bereaksi
dengan magnet. Jumlah cadangan teridikasi batu besi di Bukit Pelawan adalah sebesar
58.785,25 ton dengan kadar Fe = 45,24% (Direktorat Sumber Daya Mineral, 1998).
Endapan bijih besi yang berupa batu besi di Kabupaten Bangka Selatan di
temukan di sebelah Barat Bukit Pelawan (Kecamatan Payung). Endapan bijih besi
tersebut berasal dari pengisian oksida besi pada rekahan-rekahan batuan Formasi
Tanjung Genting. Batu besi berwarna abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan,
berupa magnetit, hematite, limonite, berasosiasi dengan psilomelan dan urat kuarsa,
bersifat berat dan bereaksi dengan magnet. Direktorat Sumber Daya Mineral (1998)
memperkirakan jumlah cadangan terindikasi batu besi di Bukit Pelawan adalah sebesar
58.785.25 ton dengan kadar Fe = 45.24%. Namun demikian dalam pengamatan lapangan
Executive Summary 14
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
kali ini luas sebarannya kurang dari 1 Ha dan jumlah cadangan tersebut telah berukuran.
Pengurangan tersebut diperkirakan karena telah terjadi penggalian di lokasi tersebut.
f. Zirkon
Zirkon terbentuk sebagai mineral ikutan pada batuan yang mengandung Na-
felspar seperti granit dan syenit dan batuan malihan jenis genes dan sekis. Secara
ekonomis zircon dijumpai dalam bentuk butiran (pasir) baik yang terdapat pada sedimen
sungai maupun sedimen pantai, berasosiasi dengan mineral berat dan kasiterit. Zirkon di
Kabupaten Bangka Selatan diperkirakan terdapat bersamaan dengan endapan timah
sekunder, baik berupa endapan sungai maupun endapan pantai. Butirannya yang halus
dan warna yang bening agak sulit dibedakan dari butiran kuarsa yang banyak dijumpai di
seluruh wilayah Bangka Selatan. Sebagaimana endapan timah, untuk mengetahui potensi
zirkon ini perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi lebih lanjut.
g. Monasit
Monasit banyak dijumpai berupa endapan sekunder bersama-sama dengan zircon
dan kasiterit, berupa dengan endapan sungai dan pantai. Selain itu monasit ditemukan
juga pada batuan granit berupa endapan primer. Hingga saat ini belum banyak penelitian
tentang monazite di Indonesia, baik jumlah cadangan maupun kualitasnya.
Endapan Monasit di Kabupaten Bangka Selatan ditemukan di Gunung Muntai Kecamatan
Toboali. Menurut Direktorat Sumber Daya mineral (Peta sebaran Mineral Logam P.
Sumatera Bagian Selatan, 1998) monasit di Gunung Muntai memiliki cadangan terukur
sebesar 182.9 ton. Selanjutnya dalam pengamatan lapangan di Gunung Muntai dijumpai
banyak singkapan batu granit yang diduga mengandung Monazit di bagian pinggang dan
puncak gunung, namun secara megaskopis sangat sulit mengetahui kandungan mineral.
h. Tanah Liat
Bahan galian ini banyak ditemukan di beberapa daerah terutama di sekitar lokasi
penambangan timah. Ketebalannya bervariasi berkisar antara 1-3 meter, berwarna coklat
kemerahan dan lengket pada saat basah. Selain itu, endapan tanah liat juga banyak
dijumpai di daerah Parit Tiga dan lokasi pembangunan kantor bupati dengan luas sekitar
200 Ha. Meskipun kualitas tanah liat ini tidak sebaik ballclay, namun jenis ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku : gerabah, batu bata dan genteng.
i. Tanah Urug
Tanah urug merupakan jenis material yang sebelumnya tidak pernah di
kategorikan sebagai bahan galian. Jenis bahan galian ini telah banyak dimanfaatkan
masyarakat pada pembangunan berbagai sarana dan prasarana publik. Namun demikian,
di wilayah Bangka Selatan belum dikembangkan dengan baik meskipun cadangannya
Executive Summary 15
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
cukup besar. Secara umum tanah urug adalah material bahan galian yang tidak diolah
atau diproses lebih lanjut, namun langsung digunakan sebagai filling material, seperti
pengurugan untuk bangunan: jalan, bendungan, gedung, dan fasilitas publik lainnya.
3.3 Perijinan Pertambangan
Pada saat ini kegiatan usaha pertambangan yang dikeluarkan oleh Dinas
Pertambangan dan Energi, Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari bahan galian pasir
kuarsa dan timah. Dari 15 perusahaan yang diberikan ijin terdiri dari 8 Perusahaan Pasir
Kuarsa dengan luas keseluruhan 368,1 Ha dan 9 Perusahaan Timah dengan luas
keseluruhan 3.442,06 Ha. Dari 17 perusahaan tersebut tersebar di Kecamatan Toboali,
Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Air Gegas.
Executive Summary 16
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
4. A NALISIS KAWASAN PERTAMBANGAN
Pada hakekatnya kegiatan pertambangan akan mengakibatkan berubahnya
bentang alam maupun kondisi fisik lainnya. Perubahan ini dapat berdampak posistif
maupun negatif terhadap kondisi lingkungan. Untuk mengurangi ataupun meminimalisasi
dampak tersebut, perlu dilakukan penataan kawasan pertambangan dengan harapan
kegiatan pertambangan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya
maupun daerah serta terciptanya pengembangan wilayah. Dalam kegiatan
pertambangan harus berorientasi pada kelestarian lingkungan maupun konservasi lahan,
di mana potensi sumber daya mineral yang terkandung di perut bumi dapat diambil dan
dimanfaatkan, sedangkan lahan bekas tambang dilakukan penataan untuk dapat
dimanfaatkan kembali sesuai peruntukannya.
Tahapan dalam melakukan analisis kawasan pertambangan di Kabupaten Bangka
Selatan antara lain :
- Menentukan kawasan yang dikembangkan untuk kegiatan pertambangan.
- Menentukan prioritas pengembangan.
- Menentukan tipologi untuk arahan pengembangan wilayah.
4.1 Zonasi Kawasan Pertambangan
Zonasi kawasan pertambangan adalah suatu daerah atau kawasan yang
mempunyai potensi bahan galian yang dengan berbagai pertimbangan keruangan
diperuntukkan untuk kegiatan pertambangan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
dimaksudkan untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor atau meminimalisasi
resiko yang akan terjadi apabila kegiatan pertambangan berjalan. Untuk menentukan
lokasi kawasan pertambangan perlu memperhatikan beberapa parameter yang terkait.
Parameter ini antara lain kebijakan ruang daerah, kondisi fisik wilayah, jenis penggunaan
lahan dan resiko bencana alam.
A. Kebijakan Ruang Daerah
Dalam kebijakan penataan ruang daerah Kabupaten Bangka Selatan telah
diklasifikasikan arahan pengembangan lahan yang terbagi menjadi 2 (dua) kawasan,
yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan yang telah dialokasikan untuk
fungsi lindung, tidak diperuntukkan untuk kawasan budidaya termasuk kegiatan
pertambangan (Keppres 32 Th. 1990). Potensi bahan galian yang keberadaannya pada
kawasan lindung diarahkan tidak dikembangkan untuk kegiatan pertambangan.
Sedangkan potensi bahan galian yang berada pada kawasan budidaya dapat diarahkan
untuk dikembangkan dengan memperhatikan pemanfaatan lahannya.
Kawasan lindung yang ada di wilayah Kabupaten Bangka Selatan antara lain :
- Kawasan lindung yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya
yaitu merupakan kawasan hutan lindung yang terdapat di Gunung Permisan
Executive Summary 17
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
Kecamatan Simpang Rimba, Gunung Muntai Kecamatan Toboali, Bukit Bebuluh
(Pegunungan Panding) Kecamatan Air Gegas dan hutan lindung di bagian timur Pulau
Lepar Kecamatan Lepar Pongok.
- Kawasan sempadan pantai yaitu terdapat pada wilayah yang menghadap ke
perairan/laut.
- Kawasan sempadan sungai yaitu terdistribusi pada seluruh kecamatan, ditetapkan
selebar 100 meter kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai.
- Kawasan sekitar waduk/kolong bekas tambang timah, untuk melindungi
waduk/kolong dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air
waduk/kolong, ditetapkan 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
- Kawasan suaka alam dan cagar budaya.
- Kawasan rawan bencana banjir, longsor, amblas, rawan petir dan kawasan rawan
angin “Puting Beliung”.
Executive Summary 18
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
B. Kondisi Fisik Lingkungan
Kondisi fisik lingkungan sangatlah penting untuk menjadi parameter penentuan
kawasan pertambangan. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bahan galian terhadap
kondisi fisik dasar, yaitu antara lain morfologi daerah, kondisi geologis dan kemampuan
tanah.
Keadaan morfologis daerah mencakup antara lain ketinggian tempat dan
kemiringan tanah. Lokasi sebaran yang keberadaannya pada daerah yang mempunyai
ketinggian lebih besar dari 500 meter dpl diarahkan tidak sebagai daerah
pertambangan. Pada daerah berketinggian seperti ini sangat rentan untuk kegiatan
pertambangan, karena daerahnya berkemiringan sangat curam dan pencapaiannya
relatif sulit. Selain itu, fungsi lahan pada daerah ini pada umumnya merupakan daerah
konservasi dan lindung.
Lokasi sebaran bahan galian yang keberadaannya pada daerah yang
berkemiringan lebih dari 40% diarahkan tidak untuk kegiatan pertambangan terkecuali
untuk sebaran granit. Apabila di daerah ini lakukan kegiatan pertambangan model
tambang terbuka, maka daerahnya sangat rentan terjadinya longsor atau bencana.
Daerah yang terdapat sesar atau patahan yang masih aktif, sangat berbahaya apabila
digunakan sebagai tempat tinggal maupun daerah pengembangan pertambangan. Oleh
karena itu, faktor sesar ini menjadi salah satu parameter kendala pengembangan
kegiatan pertambangan. Untuk menghindari resiko terjadi bencana, sebaiknya lokasi
kegiatan pertambangan berada minimal 500 meter dari sisi sesar. Daerah yang
terindikasi rawan terjadi bencana seperti bahaya banjir, tanah longsor maupun potensial
terjadi gerakan tanah, diarahkan tidak untuk kegiatan pertambangan.
Pemanfaatan bahan galian yang keberadaannya di sungai diupayakan agar tidak
mengganggu pola aliran sungai maupun badan sungai dan tidak berada pada kelokan
luar sungai. Selain itu juga terjaganya kualitas maupun kuantitas air sungai tersebut
serta sumber mata air yang ada. Penambangan tidak diperkenankan pada daerah
degradasi, tikungan/belokan sungai luar, tebing dan bagian-bagian sungai yang kritis
serta di sekitar bangunan-bangunan sungai. Selain itu aktivitas penambangan pasir di
sungai tidak mengganggu fungsi sungai tersebut.
C. Penggunaan Tanah
Penggunaan tanah merupakan kondisi pemanfaatan lahan yang terjadi pada saat
ini. Pemanfaatan lahan tersebut antara lain meliputi persawahan, perkebunan, hutan,
semak belukar,
kebun campuran, tegalan dan pemukiman. Pemanfaatan potensi bahan galian yang
direkomendasikan untuk dikembangkan minimal berjarak 100 meter dari areal
pemukiman, karena akan mengganggu maupun membahayakan penghuni dari
Executive Summary 19
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
pemukiman tersebut. Pengembangan potensi sumber daya mineral pada areal hutan
harus mendapatkan rekomendasi penambangan dari instansi terkait.
Pada areal persawahan yang dalam pengelolaannya merupakan daerah beririgasi
teknis, diarahkan tidak dikembangkan sebagai lahan usaha tambang. Hal ini lebih
dipengaruhi oleh faktor non-teknis yaitu berdasarkan kebijakan, di mana daerah tersebut
telah dialokasikan untuk pengembangan areal persawahan dan telah banyak investasi
yang ditanam untuk pengembangan areal tersebut.
D. Infrastruktur/Prasarana
Prasarana merupakan sarana pendukung untuk aktivitas manusia dalam
menjalankan kehidupan, yaitu antara lain jalan, jembatan, bangunan sungai, tempat
ibadah, tempat sekolah, pasar, dan sebagainya. Prasarana-prasarana tersebut tidak
dikenankan untuk diganggu maupun dirusak, karena akan mempengaruhi hajat hidup
orang banyak. Untuk mengamankan fungsi prasarana tersebut perlu ditentukan batasan
daerah pengembangan kegiatan pertambangan.
Batasan yang aman untuk pengembangan kegiatan pertambangan yang
berdekatan dengan prasarana jalan, yaitu : 100 meter terhadap jalan kabupaten/provinsi
dan 200 meter dari jalan arteri/utama/negara. Kegiatan pertambangan minimal berjarak
100 meter terhadap saluran irigasi atau bangunan irigasi. Penambangan di sungai yang
diperkenankan adalah 500 meter ke arah hulu atau 1000 meter ke arah hilir bangunan
sungai (jembatan, dam/pintu air).
Penetapan kawasan untuk fungsi pertambangan perlu memperhatikan beberapa
parameter di atas yang menjadi faktor kendala. Hal ini agar kegiatan pertambangan
selaras dengan kebijakan daerah, tidak terjadi tumpang tindih antarkegiatan atau
menimbulkan bahaya maupun kerusakan lingkungan. Pada hakekatnya kawasan
pertambangan adalah kawasan yang dialokasikan untuk kegiatan pertambangan dengan
memperhatikan berbagai pertimbangan.
Untuk menentukan kawasan ini dilakukan dengan pendekatan analisis tumpang
tindih dan pemilahan, yaitu dari peta sebaran bahan galian dengan peta tematik yang
menjadi pertimbangan untuk menentukan lokasi pertambangan terhadap parameter
yang menjadi batasan. Untuk melakukan analisis ini digunakan komputer yang telah
dilengkapi software MapInfo Version 6,0. Untuk melakukan analisis ini data/peta-peta
tersebut harus dibangun secara digital dengan menggunakan perangkat keras digitaizer
dan dilengkapi atribut yang menjadi informasi dari peta tersebut.
Berdasarkan identifikasi dan inventarisasi potensi bahan galian yang ada di
Kabupaten Bangka Selatan terdapat 11 jenis bahan galian, yaitu : kaolin, bijih besi,
lempung dan pasir mengandung besi, batuan mika klorit dan talk sekis, tanah urug, pasir
kuarsa, batuan granit, alluvium, granit, batuan pasir serta pasir dan lempung berselang
seling (Distamben Bangka Selatan, 2004). Potensi bahan galian ini tersebar di seluruh
kecamatan yang ada dengan luas sebaran 360.675 ha. Dari potensi
Executive Summary 20
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
tersebut pada umumnya belum dikembangkan atau ditambang oleh masyarakat sekitar
maupun investor, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan alokasi atau
penataan pengusahaan pertambangan.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, bahan galian kaolin dan bijih besi lokasi
sebarannya tidak dapat dikembangkan sebagai kawasan tambang, karena berada pada
daerah yang berkendala. Untuk sebaran mika khlorit dan talk skis, pasir kuarsa, tanah
urug, alluvium dan batuan granit keberadaannya sebagian besar berkendala, sehingga
luasan yang dikembangkan sebagai daerah pertambangan tinggal 1,54%, 10,99, 17,42%,
31,13 dan 34,07% dari luas sebaran. Sebaran lempung dan pasir mengandung besi
keberadaannya tidak banyak mengalami kendala, sehingga sebagian besar dapat
dikembangkan sebagai daerah pertambangan (67,56%).
Berdasarkan parameter pertimbangan alokasi lahan pertambangan, aspek
kawasan lindung dan kawasan pertambangan telah memberikan andil yang cukup besar
sebagai daerah kendala dalam pengembangan lahan pertambangan. Sedangkan aspek
lainnya, keberadaan sebaran tidak berada di kawasan ini, sehingga tidak terlalu besar
menjadi kendala pengembangan.
Dengan menggunakan pendekatan analisis tersebut di atas dan dengan
mempertimbangkan beberapa parameter, sebaran potensi bahan galian yang
diperuntukkan untuk kegiatan pertambangan seluas 148.587,96 ha atau 40,61% dari luas
sebaran. Dari kawasan yang dialokasikan tersebut terinci dalam 161 satuan lahan dan 8
jenis bahan galian. Berdasarkan luasan sebaran bahan galian yang dialokasikan sebagai
kawasan pertambangan tersebut terdistribusi pada seluruh kecamatan, yaitu yang
terluas di Kecamatan Air Gegas (49.242,35) ha dan yang terkecil di Kecamatan Simpang
Rimba (19.798,60 ha). Dengan demikian, Kecamatan Air Gegas cukup kaya akan sumber
daya mineral karena sebarannya cukup luas, sehingga dapat diarahkan untuk
pengembangan kegiatan pertambangan.
Wilayah Kecamatan Toboali dan Air Gegas mempunyai jenis sebaran bahan galian
yang dialokasikan sebagai kawasan pertambangan cukup beragam, sedangkan
Kecamatan Lepar Pongok yang kurang beragam bahan galian yang ada alluvium, batuan
granit dan pasir lempung berselang seling.
Sebaran bahan galian yang telah dialokasikan ini perlu dikaji lebih lanjut
menentukan arahan pengusahaan. Pendekatan yang digunakan dalam menentukan
arahan pengembangan, yaitu dengan menentukan prioritas pengusahaan bahan galian.
Selain itu, perlu dipertimbangkan juga aspek legalitas, teknis penambangan dan
pengelolaan lingkungan pasca-tambang. Wilayah Kepulauan Bangka terkandung potensi
timah yang sangat melimpah dan dijumpai hampir pada seluruh wilayah, termasuk di
wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Potensi ini sebagian telah diusahakan oleh investor
Executive Summary 21
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
dalam negeri maupun asing dalam bentuk Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak
Karya (KK).
Dengan potensi timah yang melimpah dan membaiknya harga timah dunia, telah
memberikan harapan kepada masyarakat dengan ikut melakukan penambangan timah di
daerah ini, yaitu berupa
Tambang Inkonvensional (TI). Jumlah TI ini kian hari semakin bertambah dan cenderung
tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah pertambangan, yaitu yang terkait dengan lokasi
penambangan, perizinan maupun pengelolaan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap TI, yaitu terkait dengan lokasi, model
penambangan dan upaya pengelolaan lingkungan pascatambang. Pengelolaan lokasi
yaitu dengan mengalokasikan pada tempat tertentu yang dinamakan Wilayah
Pertambangan Timah Rakyat (WPTR). Penentuan lokasi ini adalah lahan yang berpotensi
bahan galian, tidak tumpang tindih dengan sektor lain maupun tidak berada pada areal
KP PT. Timah atau KK PT. Koba Tin serta diarahkan untuk kegiatan pertambangan (RTRW
Bangka Selatan). Berdasarkan pertimbangan tersebut, kawasan yang ditetapkan untuk
WPR seluas 23.916,7 Ha yang terdistribusi pada 4 kecamatan, yaitu Kecamatan S. Rimba,
Payung, Air Gegas dan Toboali. Diharapkan dengan adanya alokasi lahan untuk WPTR
tersebut masyarakat dapat melakukan penambahan, tingkat kerusakan lingkungan
maupun tumpang tindih antar sektor dapat diminimalkan. Untuk mencapai hal tersebut di
atas, Pemerintah Daerah harus secara berkala melakukan pemantauan maupun
pengawasan aktivitas penambangan di daerah tersebut.
4.2 Prioritas Pengembangan
Pada umumnya pengusahaan pertambangan bahan galian membutuhkan banyak
modal dengan resiko kerugian yang cukup besar atau, namun demikian apabila dilakukan
dengan teliti dan perhitungan yang matang akan mendatangkan banyak keuntungan.
Oleh karena itu, sebagai langkah awal dalam pengambilan keputusan untuk melakukan
investasi Sektor Pertambangan dilakukan analisis skala prioritas pengusahaan. Melalui
analisis ini dapat ditentukan jenis bahan galian unggulan yang prospek untuk diusahakan
dan prioritas lokasi bahan galian untuk ditambang.
Analisis prioritas pengusahaan dilakukan berdasarkan karakteristik/variabel yang
dimiliki oleh setiap daerah di mana terdapat potensi bahan galian. Karakteristik-
karakteristik atau variabel yang menjadi pertimbangan dalam menentukan prioritas
pengembangan antara lain aksesibilitas, luas sebaran, penggunaan tanah, nilai ekonomi
dan prospek ekonomi. Masing-masing kriteria diberi nilai pembobotan sesuai dengan
kondisi dan keberadaannya. Selanjutnya pengelompokan variabel ke dalam faktor
sangat ditentukan oleh besarnya korelasi antara keduanya yang dihitung dengan
menggunakan metode analisis faktor.
Executive Summary 22
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
Untuk mengetahui jenis bahan galian yang menjadi prioritas pengembangan,
ditentukan berdasarkan 5 variabel. Data-data yang telah diberi bobot tersebut kemudian
dihitung dengan menggunakan model analisis faktor. Berdasarkan hasil perhitungan di
atas, ternyata faktor F1 berkorelasi secara signifikan dan berderajat tinggi dengan
variabel penggunaan tanah (X2) dan luas sebaran (X3) Hal ini dapat dilihat dari total
varians F1 sebesar 63,98%, artinya bahwa F1 mampu memuat (loading factor) ke tiga
faktor tersebut. Sedangkan faktor F2 berkorelasi tinggi dengan variabel-variabel aspek
jalan (X1), nilai ekonomi (X4), dan prospek ekonomi (X5) dengan total varians sebesar
36,02%. Nilai eigenvalue setiap faktor ternyata lebih besar dari 1, artinya bahwa dua
pengelompokan variabel cukup diwakili oleh dua faktor tersebut dan berpengaruh
terhadap penentuan prioritas pengusahaan bahan galian.
Faktor 1 : merupakan kelompok perekonomian yang mampu mewakili variabel-variabel
variabel penggunaan lahan (X2), dan luas sebaran (X3) dengan tingkat
korelasi masing-masing sebesar 99,73%
Faktor 2 : merupakan kelompok fisik yang mampu menggambarkan variabel-variabel
aspek jalan (X1), nilai ekonomi (X4), dan prospek ekonomi (X5) dengan tingkat
korelasi masing-masing sebesar 32,95%, 76,86 dan 66,77%.
Analisis berikutnya adalah menentukan setiap individu dari sel variabel baru
dengan menghitung skor dari kedua faktor di atas. Skor faktor ini mencerminkan keadaan
karakteristik individu yang diwakili oleh kedua faktor, hasil perhitungannya. Dengan kata
lain, bahwa semakin tinggi nilai skor individu dari faktor tersebut, maka akan semakin
mencerminkan pula karakteristik individu tersebut dalam faktor yang mewakilinya.
Dengan demikian, karakteristik individu tersebut akan menjadi prioritas utama yang
dipilih untuk mewakili individu lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skor faktor yang menentukan
prioritas pengembangan usaha, prioritas pengembangan ditentukan berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
- Apabila nilai skor jumlahnya memiliki nilai satu atau lebih, maka bahan galian
tersebut memiliki prioritas utama untuk diusahakan.
- Apabila nilai skor jumlahnya antara 0 sampai dengan kurang dari satu, maka bahan
galian tersebut memiliki prioritas kedua untuk diusahakan.
- Apabila nilai skor jumlahnya kurang dari 0 (nol), maka bahan galian tersebut
memiliki prioritas ketiga untuk diusahakan.
Berdasarkan kriteria tersebut, ternyata bahwa bahan galian yang memiliki prioritas
utama untuk dikembangkan adalah :
- Batu granit di Kecamatan Air Gegas (kode 3.8, 3.9, 3.10, 3.12, 3.16, 3.17, dan
3.26), Toboali (kode 3.19, 3.20, 3.23, 5.30), Simpang Rimba (kode 3.1) dan Lepar
Executive Summary 23
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
Pongok (3.24) karena selain memiliki nilai jual tinggi juga karena cadangannya
terletak di lahan kebun campuran.
- Batuan pasir di Kecamatan Toboali (kode 5.32).
- Aluvium, pasir dan lempung berselang seling di Kecamatan Simpang Rimba (kode
1.3, 2.1).
Bahan galian yang mempunyai peluang dengan kategori prioritas kedua adalah :
- Batuan pasir di Kecamatan Payung (5.3, 5.4, 5.5), Air Gegas (5.16, 5.18, 5.20, 5.21,
5.26, dan 5.29), karena lokasinya berada di lahan perkebunan campuran dan
tambak.
- Batuan granit di Kecamatan Payung (3.3 dan 3.6) dan Toboali (3.21 dan 3.22).
- Aluvium di Kecamatan Air Gegas (1.25, 1.26, 1.27), Toboali (1.28), dan Simpang
Rimba (1.1 dan 1.2).
- Pasir dan lempung berselang-seling di Kecamatan Air Gegas (2.12, 2.13, 2.18),
Toboali (2.19, 2.21, 2.22), dan Lepar Pongok (2.24, 2.25).
- Batuan Mika Khlorit dan Talk Skis di Kecamatan Toboali (7.1, 7.2).
Bahan galian yang mempunyai peluang dengan kategori prioritas ketiga adalah :
- Alluvium di Kecamatan Air Gegas (1.29, 1.30, 1.31, 1.32, 1.36, 1.38, 1.39), Toboali
(1.40, 1.41, 1.42, 1.43, 1.47), Lepar Pongok (1.56).
- Batuan pasir di Kecamatan Payung (5.11) dan Simpang Rimba (5.1).
- Pasir dan lempung berselang-seling di Kecamatan Air Gegas (2.14, 8.10), Payung
(2.11), Toboali (2.20).
4.3 Analisis Perekonomian Wilayah Kabupaten Bangka Selatan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Produk Domestik Bruto (PDRB)
merupakan salah satu indikator untuk mengetahui perkembangan perekonomian suatu
wilayah. Berdasarkan struktur PDRB tersebut, akan dikaji karakteristik perekonomian
daerah secara sektoral. Hal ini untuk mengetahui sektor-sektor potensial dan non
potensial yang dimiliki oleh daerah tersebut. Untuk melakukan hal tersebut digunakan
pendekatan teknik analisis Location Quetient (LQ) dan Shift-Share. Pada analisis
perekonomian wilayah ini akan dilihat kondisi tiap-tiap sektor seperti, pertumbuhan dan
perkembangan serta pergeseran perekonomian wilayah yang terjadi di Kabupaten
Bangka Selatan dengan memperhatikan kondisi perekonomian Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung pada kurun waktu tahun 2003 dan 2004.
Analisis LQ merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu
daerah pada tiap-tiap sektor. Hasil yang diperoleh merupakan kesimpulan sementara
dan masih harus dilakukan pengujian lebih lanjut. Model analisis shift-share merupakan
salah satu media untuk menguji lebih lanjut. Selain itu, analisis shift-share ini dapat
untuk mengetahui tipologi perkembangan wilayah pada tiap-tiap sektor terhadap daerah
Executive Summary 24
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
yang lebih luas pada kurun waktu tertentu dan untuk mengetahui kecenderungan yang
terjadi pada tiap-tiap sektor atau lapangan usaha.
Pada kurun waktu tahun 2003 dan 2004 di Kabupaten Bangka Selatan terjadi
peningkatan pada hampir seluruh sektor/lapangan usaha, terkecuali pada Sektor Jasa-
jasa. Rata-rata laju perkembangan yang terjadi selama kurun waktu tahun 2003 dan
2004 sebesar 0,036. Nilai laju perkembangan di Kabupaten Bangka Selatan relatif lebih
kecil dibanding laju perkembangan wilayah yang lebih luas (Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung), yaitu sebesar 0,042. Hal ini menunjukkan bahwa pada kabupaten/kota lainnya
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terjadi perkembangan yang lebih pesat.
Laju pertumbuhan pada Sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan, Hotel dan
Restoran berkembang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor-sektor ini sangat potensial dan prospek untuk dikembangkan.
Sedangkan pada Sektor
Pertambangan terjadi kecenderungan peningkatan cukup baik, yaitu sebesar 0,040. Ini
berarti potensi bahan galian yang ada telah dikembangkan, meskipun belum optimal.
Ditinjau dari kontribusi tiap-tiap sektor pada tahun 2004 di Kabupaten Bangka
Selatan, menunjukkan bahwa Sektor Pertanian dan Pertambangan sangat berperan
dalam menggerakkan perekonomian daerah, yaitu sebesar 47,86% dan 21,90%. Pada
kedua sub-sektor ini juga telah memberikan andil yang cukup signifikan dalam
penyerapan tenaga kerja, baik sebagai petani maupun pekerja tambang. Kontribusi
Sektor Pertambangan terhadap struktur PDRB di daerah ini masih sangat kecil yaitu
hanya 1,77%.
Menurut hasil perhitungan LQ dari nilai PDRB tahun 2003 maupun tahun 2004,
menunjukkan bahwa Sektor-sektor Pertanian, Pertambangan dan Bangunan, merupakan
sektor yang menonjol peranannya (dalam kontribusi) dibandingkan wilayah yang lebih
luas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ lebih besar dari 1 (>1). Pada sektor-sektor
tersebut menunjukkan adanya spesialisasi kegiatan usaha dan berpotensi
pengembangan dibandingkan sektor yang lainnya.
Berdasarkan hasil perhitungan pergeseran keseluruhan (total shift) di Kabupaten
Bangka Selatan menunjukkan bahwa perkembangan Sektor Pertanian, Pertambangan
dan Jasa-jasa relatif lambat dibandingkan dengan rata-rata perkembangan ekonomi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini disebabkan karena perkembangan yang
terjadi sektor-sektor tersebut di wilayah ini menunjukkan nilai yang lebih kecil
dibandingkan pada perkembangan yang diharapkan pada wilayah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Dengan demikian, secara regional (provinsi) terjadi perkembangan
Executive Summary 25
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
perekonomian yang cukup pesat pada sektor-sektor tersebut. Sedangkan sektor lainnya
berkembang lebih cepat dibandingkan perkembangan di tingkat provinsi.
Ditinjau dari perbandingan pergeseran (proportionality shift) tiap-tiap sektor di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terlihat bahwa pada Sektor-sektor Industri
Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Hotel dan Restoran serta
Pengangkutan dan Komunikasi mempunyai laju pertumbuhan lebih besar dari rata-
ratanya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut telah memberikan kontribusi
cukup baik dibandingkan sektor-sektor lainnya dan terlihat adanya spesialisasi kegiatan
usaha pada sektor-sektor tersebut.
Hasil perhitungan perbedaan pergeseran (defferential shift) menunjukkan bahwa
laju pertumbuhan pada Sektor-sektor Pertambangan, Industri Pengolahan, Listrik, Gas
dan Air Bersih, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi serta
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di kabupaten ini perkembangannya lebih
cepat dibandingkan dengan tingkat perkembangan wilayah lebih luas (provinsi). Hal ini
berarti bahwa Kabupaten Bangka Selatan pada sektor -sektor tersebut telah memberikan
peranan yang besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Berdasarkan dari hasil analisis LQ dan Shift-Share, dapat ditentukan tipologi
wilayah berdasarkan kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan wilayah
dibandingkan wilayah yang lebih luas, yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Executive Summary 26
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
5. K ESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat
ditarik beberapa kesimpulan dan saran dalam menentukan zonasi kawasan
pertambangan. Hal ini sangat penting untuk pengembangan maupun pengusahaan
bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan masa depan.
5.1 Kesimpulan
1. Di Kabupaten Bangka Selatan terdapat 11 jenis bahan galian yaitu : kaolin, bijih
besi, lempung dan pasir mengandung besi, batuan mika klorit dan talk sekis,
tanah urug, pasir kuarsa, batuan granit, alluvium, granit, batuan pasir serta pasir
dan lempung berselang seling.
2. Potensi bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan belum dimanfaatkan Secara
optimal, sehingga keberadaannya belum banyak memberikan manfaat bagi
perekonomian masyarakat maupun kontribusi terhadap penerimaan daerah.
3. Dalam pengembangan potensi bahan galian perlu dilakukan penataan kawasan
pertambangan, yaitu dengan mengalokasikan lahan yang berpotensi bahan galian
untuk kegiatan pertambangan. Hal ini sangat penting untuk mengurangi dampak
kegiatan pertambangan dan menghindari tumpang tindih penggunaan lahan
dengan sektor lain.
4. Dalam menentukan kawasan pertambangan dilakukan dengan teknik pendekatan
melalui analisis tumpang tindih (superimpose) dan pemilahan, yaitu dari peta
sebaran bahan galian dengan peta tematik yang menjadi pertimbangan untuk
Executive Summary 27
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
menentukan pengembangan lokasi pertambangan terhadap parameter yang
menjadi batasan dengan perangkat komputer yang dilengkapi software Map Info.
5. Berdasarkan identifikasi dan analisis kesesuaian maupun daya dukung lahan,
potensi bahan galian kaolin dan bijih besi tidak dapat diusahakan lahannya karena
berkendala.
6. Lahan yang berpotensi bahan galian luasnya 360.708 ha, setelah dilakukan
analisis zonasi kawasan pertambangan, lahan yang dapat diarahkan untuk
pengembangan kegiatan pertambangan seluas 148.587,96 ha (41,19 %), yang
terdiri dari 161 satuan lahan terpilih.
7. Berdasarkan Analisis prioritas pemanfaatan bahan galian di Kabupaten Bangka
Selatan dapat ditentukan prioritas pengembangan bahan galian yaitu :
Prioritas Utama :
Adalah sebaran bahan galian batuan granit, batuan pasir, alluvium dan pasir lempung
berselang-seling yaitu terdapat pada 28 lokasi.
Prioritas Kedua :
Adalah sebaran bahan galian batuan pasir, batuan granit, aluvium, pasir
lempung berselang-seling dan batuan mika khlorit dan talk Skis,yaitu
terdapat pada 52 lokasi.
Prioritas Ketiga :
Adalah sebaran bahan galian alluvium, batuan pasir dan pasir lempung
berselang-seling, yaitu terdapat pada 81 lokasi
8. Berdasarkan analisis perekonomian wilayah, sektor pertambangan telah
memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian di Kabupaten Bangka
Selatan. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas
(provinsi), sektor pertambangan perkembangannya relatif lambat dibandingkan
kabupaten lainnya.
9. Laju pertumbuhan sektor pertambangan di tingkat propinsi relatif kecil
dibandingkan sektor lain, sedangkan di tingkat kabupaten justru berkembang
lebih baik dibandingkan sektor lain.
5.2 Saran
1. Dalam mengembangkan potensi bahan galian Kabupaten Bangka Selatan perlu
dilakukan penelitian detail dengan melakukan pengukuran topografi, koordinat
dan pemboran untuk mengetahui luas sebaran, tebal, volume, kuantitas dan
kualitas bahan galian.
Executive Summary 28
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006
2. Sebelum melakukan penambangan bahan galian perlu diperhatikan tiga aspek
utama, yaitu : teknik penambangan, ekonomi, dan lingkungan. Aspek teknik,
menyangkut teknik/metoda penambangan, jumlah tenaga kerja, jenis dan jumlah
peralatan yang diperlukan. Aspek ekonomi, meliputi biaya/ongkos produksi,
investasi, pengolahan, pengangkutan, pemasaran, dan harga jual bahan galian.
Aspek lingkungan, meliputi usaha yang dilakukan selama dan setelah
penambangan berakhir untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif dari
usaha pertambangan.
Executive Summary 29