executive summary reklamasi

35
Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006 1. P ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan potensi ekonomi yang terdapat alam dan mempunyai sifat tak terbarukan. Disamping itu, sumberdaya mineral mempunyai sifat terikat pada ruang tertentu, yaitu setiap lokasi sebaran akan berbeda karateristiknya dengan lokasi lain. Oleh karena itu pemanfaatannya memerlukan penanganan secara tepat dan bijaksana agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk mencapai hasil yang optimal perlu dilakukan dengan perencanaan yang matang. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Demikian pula dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di semua bidang, terlebih dahulu harus dilakukan proses perencanaan yang sistematis, terpadu dan terarah, agar yang menjadi tujuan dapat dicapai dan sesuai dengan harapan. Potensi sumberdaya mineral khususnya bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan cukup melimpah dan sebagian telah dilakukan penambangan. Dalam kebijakan ruang daerah, sektor pertambangan belum di alokasikan secara jelas, sehingga sering terjadi benturan atau tumpang tindih dalam pemanfaatan ruang. Sehubungan dengan latar belakang di atas untuk kegiatan Tahun Anggaran 2006/2007 Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Selatan menyoroti satu permasalahan yang mendasar khususnya bagi dinas yang terkait dengan melakukan “Zonasi Kawasan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan” yang dianggap prospek untuk pembangunan menuju “Good Government” 1.2 Tujuan dan Sasaran Secara umum tujuan dari studi “Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan” dalam tata ruang wilayah adalah penentuan alokasi lahan tambang yang sesuai dengan karateristik fisik dan selaras dengan kebijakan tata ruang daerah. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari Executive Summary 1

Upload: dedy-setyo-oetomo

Post on 30-Nov-2015

167 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tambang timah

TRANSCRIPT

Page 1: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

1. P ENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya alam merupakan potensi ekonomi yang terdapat alam dan

mempunyai sifat tak terbarukan. Disamping itu, sumberdaya mineral mempunyai sifat

terikat pada ruang tertentu, yaitu setiap lokasi sebaran akan berbeda karateristiknya

dengan lokasi lain. Oleh karena itu pemanfaatannya memerlukan penanganan secara

tepat dan bijaksana agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Untuk

mencapai hasil yang optimal perlu dilakukan dengan perencanaan yang matang.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang

tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Demikian pula dalam melaksanakan kegiatan pembangunan di semua bidang, terlebih

dahulu harus dilakukan proses perencanaan yang sistematis, terpadu dan terarah, agar

yang menjadi tujuan dapat dicapai dan sesuai dengan harapan.

Potensi sumberdaya mineral khususnya bahan galian di Kabupaten Bangka

Selatan cukup melimpah dan sebagian telah dilakukan penambangan. Dalam kebijakan

ruang daerah, sektor pertambangan belum di alokasikan secara jelas, sehingga sering

terjadi benturan atau tumpang tindih dalam pemanfaatan ruang.

Sehubungan dengan latar belakang di atas untuk kegiatan Tahun Anggaran

2006/2007 Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Selatan menyoroti satu

permasalahan yang mendasar khususnya bagi dinas yang terkait dengan melakukan

“Zonasi Kawasan Pertambangan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan” yang

dianggap prospek untuk pembangunan menuju “Good Government”

1.2 Tujuan dan Sasaran

Secara umum tujuan dari studi “Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten

Bangka Selatan” dalam tata ruang wilayah adalah penentuan alokasi lahan tambang

yang sesuai dengan karateristik fisik dan selaras dengan kebijakan tata ruang daerah.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah agar dapat digunakan

sebagai salah satu acuan dalam perencanaan pemanfaatan ruang yang akan

diimplementasikan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Selatan.

Selain itu pengembangan bahan galian pada lokasi lahan terpilih diharapkan dapat

memicu pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangka Selatan.

1.3 Ruang Lingkup kegiatan

Secara teritorial wilayah, yang menjadi daerah penelitian dibatasi berdasarkan

wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan. Adapun subtansi kegiatannya meliputi :

Executive Summary 1

Page 2: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Identifikasi dan inventarisasi potensi sumberdaya mineral serta daya dukung

lingkungannya.

Menentukan parameter dan kriteria lokasi lahan usaha tambang.

Mengkaji aspek fisik lingkungan, kebijakan ruang daerah dan keekonomian.

Menganalisis peruntukan lahan usaha tambang.

Menentukan prioritas pengembangan bahan galian.

Pembuatan Laporan.

1.4 Metodologi

Dalam penyusunan penelitian ini digunakan metoda-metoda analisis fisik

(tumpang tindih) dan analisis non fisik yaitu penentuan prioritas pengusahaan melalui

metoda statistik. Adapun tahap-tahap kegiatan yang ditempuh yaitu :

a. Pengumpulan Data

Dalam studi ini data yang diperlukan berupa data primer (lapangan) dan data

sekunder antara lain sebagai berikut : pengamatan geologi, yaitu untuk

mendapatkan gambaran mengenai kondisi geologi daerah dan data literatur atau

kajian-kajian terdahulu dan peta-peta pendukung pada daerah penelitian untuk

menjadi acuan dalam analisis dan pembahasan.

b. Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data dalam studi ini dilakukan dengan analisis fisik (spasial), yaitu dengan

melakukan proses tumpang tindih pemotongan (superimpose) dan proses analisis

dilakukan dengan menggunakan software Mapinfo Profesional Version 6. Langkah

pertama dalam analisis ini dengan terlebih dahulu merubah data tekstual berupa

peta-peta yang menjadi objek analisis ke dalam data digitasi dengan menggunakan

perangkat komputer. Adapun untuk menentukan prioritas pengusahaan bahan galian

dilakukan analisis faktor melalui pendekatan statistik, yaitu menggunakan Software

Statistical Package for Social Science (SPPS).

- Metoda Tumpang Tindih

Metoda ini dilakukan untuk mengetahui lokasi dan luas sebaran bahan galian

terpilih setelah dilakukan pemotongan dengan peta-peta tematik yang menjadi

kendala dengan adanya kegiatan usaha tambang. Hal ini dilakukan dengan cara

memotong peta-peta tematik yang berkaitan dengan kepentingan peruntukan

lahan, dimana sebagai dasarnya adalah peta-peta sebaran bahan galian.

- Analisis faktor

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui skala prioritas dari beberapa lokasi lahan

terpilih ditinjau dari beberapa aspek. Informasi tentang prioritas pengusahaan

sangat diperlukan bagi calon investor, apabila ingin menanamkan modalnya pada

sektor ini. Analisis faktor adalah suatu teknik pengurangan atau penggabungan

dari sekumpulan perubah (variable) ke dalam satu faktor. Nilai pembobotan

digunakan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan variabel-variabel

pengamatan, antara lain untuk menentukan pilihan lokasi dan jenis bahan galian

Executive Summary 2

Page 3: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

(tambang) yang diperkirakan memiliki peluang untuk diusahakan dengan

mempertimbangkan berbagai kondisi daerah dan karateristik dari jenis bahan

galian itu sendiri.

- Analisis Perekonomian Wilayah

Location Quotient ( LQ )

Merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah di dalam

sektor kegiatan tertentu. Cara ini tidak atau belum memberikan kesimpulan akhir.

Kesimpulan yang diperoleh baru merupakan kesimpulan sementara yang masih

harus dikaji dan ditinjau kembali melalui teknik analisis yang lain yang dapat

menjawab apakah kesimpulan di atas terbukti kebenarannya. Pada dasarnya

teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di

daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang

lebih luas.

Shift and Share

Digunakannya metode analisis ini adalah untuk mengetahui kecenderungan

pertumbuhan dan pergeseran suatu sektor apabila ditinjau dengan masa lalu dan

dibandingkan dengan lingkup yang lebih luas (provinsi). Adapun bagian dari

metode ini meliputi adalah : Total Shift, Proportionality Shift dan Defferential

Shift.

Executive Summary 3

Page 4: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

2. G AMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Kondisi Umum Daerah Kabupaten Bangka Selatan

Kabupaten Bangka Selatan merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung yang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

pembentukannya berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 2003,tentang pembentukan

Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Tengah dan

Kabupaten Belitung Timur.

Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran

yang dari Kabupaten Bangka yang terletak di bagian Selatan Pulau Bangka dan secara

administratif wilayahnya meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Rimba,

Kecamatan Payung, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Toboali dan Kecamatan Lepar

Pongok; 3 (tiga) kelurahan, dan 45 (empat puluh lima) desa. Secara umum wilayah

administrasi Kabupaten Bangka Selatan memiliki batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bangka Tengah.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan Selat Bangka.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Bangka, dan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar.

Luas wilayah Kabupaten Bangka Selatan lebih kurang 3.607,08 km2 atau 360.708

Ha dengan di pimpin oleh Bupati dengan Ibukota Kabupaten Bangka Selatan adalah

Kota Toboali yang berjarak kurang lebih 125 kilometer dari Kota Pangkalpinang, ibukota

Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah penduduk 149.610 jiwa dengan tingkat kepadatan 41

jiwa per km2, dan tingkat pertumbuhan sekitar 1.75%. Kecamatan Toboali berpenduduk

59.558 jiwa (39.8%) merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di

Kabupaten Bangka Selatan, kemudian Air Gegas berpenduduk 34.282 jiwa (22.91%),

selanjutnya diikuti oleh Payung berjumlah 25.594 jiwa (17.11%), Simpang Rimba

berjumlah 19.262 jiwa (12.87%) dan Lepar Pongok hanya 10.884 jiwa atau 7.27 % nya

saja (sumber BPS Kabupaten Bangka Selatan).

Kabupaten Bangka Selatan termasuk kabupaten yang memiliki kekayaan

sumberdaya alam yang sangat potensial dan beragam jenisnya. Kegiatan ekonomi yang

menopang perekonomian daerah antara lain: hasil perikanan laut, perikanan budidaya,

pertanian, perkebunan, kehutanan dan hasil-hasilnya, pertambangan (timah, kaolin dll)

serta pariwisata. Salah satu tempat wisata yang bisa dilihat adalah Gedung Nasional

Toboali.

Keadaan alam Kabupaten Bangka Selatan sebagian besar merupakan dataran

rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan serta perbukitan, memiliki potensi untuk

dikembangkan menjadi lahan agroindustri (pertanian dan perkebunan). Sebagai daerah

Executive Summary 4

Page 5: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

kepulauan, Kabupaten Bangka Selatan dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau

kecil, memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata bahari dan perikanan

laut.

Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi hujan antara

23,10 hingga 357,30 mm tiap bulan, dengan curah hujan terendah pada bulan

September. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan bervariasi antara 260

hingga 280C, sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 75 hingga 88%. Intensitas

sinar matahari rata-rata bervariasi antara 3.5 hingga 7.2%, tekanan udara antara 1008,7

hingga 1011,3 MBS. Tahun 2005 bulan kering terjadi pada bulan September dengan rata-

rata hari hujan 11 hari perbulan, terjadi pada Bulan Januari sampai dengan bulan April

dan bulan Oktober sampai bulan Desember. Sungai-sungai di Bangka Selatan berhulu

pada daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di Selat Bangka dan Laut Jawa.

Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sistem drainase dan belum dimanfaatkan untuk

pertanian maupun perikanan, karena nelayan lebih cenderung mencari ikan di laut.

Berdasarkan data dari BAPPEDA, Kabupaten Bangka Selatan diketahui bahwa

penggunaan tanah yang terdapat di daerah ini dapat dirinci sebagai berikut:

- Tanah Sawah, merupakan lahan pertanian tanah basah yang ditanami padi irigasi

teknis dan tadah hujan. Luas areal tanah sawah ini pada tahun 2002 mencapai luas

14.440,22 Ha atau 4,00% dari luas seluruh penggunaan lahan yang ada.

- Tanah Kering, merupakan lahan pertanian tanah kering yang ditanami palawija,

sayuran dan buah-buahan. Luas areal tanah kering ini pada tahun 2002 mencapai

luas 47.225.50 Ha atau 13.09% dari luas seluruh pengunaan lahan yang ada.

- Perkebunan, terbagi atas perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Produksi

komoditas perkebunan ini terdiri dari antara lain lada, karet, kelapa, cengkeh,

kelapa sawit, aren dan kemiri. Luas areal perkebunan mencapai 74.682.72 Ha atau

20.70% dari pengunaan lahan yang ada.

- Hutan, luas kawasan hutan di Kabupaten Bangka Selatan seluas 131.725,57 Ha

yang terdiri dari hutan produksi tetap seluas 122.745.50 Ha atau 30,20% dari

pengunaan lahan yang ada, hutan rakyat seluas 3.147,15 Ha atau 0,87% dari

pengunaan lahan yang ada dan kawasan lindung seluas 59.784.50 Ha atau 5,45%

dari pengunaan lahan yang ada.

- Peternakan, luas peruntukan penggembalaan sapi yang terdapat di Kabupaten

Bangka Selatan sebesar 131,43 Ha atau 0,04% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.

- Pemukiman, luas pemukiman penduduk yang terdapat di Kabupaten Bangka

Selatan sebesar 24.735,29 Ha atau 6,86% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.

- Pertambangan, lahan usaha pertambangan saat ini luasanya sebesar 63.047,68 Ha

atau 17,48% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.

Executive Summary 5

Page 6: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

- Penggunaan tanah lainnya, terdiri dari sungai, saluran air, jalan raya dan

sebagainya, lokasinya tersebar di seluruh wilayah dengan luasnya 10.010,04 Ha

atau 2,78% dari luas Kabupaten Bangka Selatan.

2.2 Keadaan Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk

mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah pada periode tertentu. Nilai pada

PDRB tersebut berdasarkan nilai berlaku (pada tahun tersebut) dan atas dasar harga

konstan (pada tahun tertentu). Berdasarkan data statistik tahun 2004, Nilai PDRB atas

dasar harga berlaku Kabupaten Bangka Selatan sebesar Rp 1.168.359.000.000,- atau

naik sebesar 12,62% dibandingkan dengan kondisi tahun 2003 sebesar Rp

1.037.474.000.000,-. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000

mengalami kenaikan, yaitu dari 813.171.000.000,- pada tahun 2003 menjadi Rp.

842.801.000.000,- pada tahun 2004.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan secara umum sektor-sektor

perekonomian mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2005 dengan tingkat

pertumbuhan rata-rata sebesar 4.89% tanpa memasukkan komponen timah walaupun

komponen timah merupakan sektor andalan di Kabupaten Bangka Selatan.

Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting

untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan

ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil

pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali

potensi yang ada agar dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di

daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2004

sebesar 3,64% atau mengalami penurunan 0,74% dibandingkan dengan pertumbuhan

ekonomi pada tahun 2003 sebesar 4,38%

Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk

dan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Berdasarkan data

statistik tahun 2004 pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bangka Selatan atas

dasar harga berlaku sebesar Rp. 6.312.428,- atau naik sebesar 10,26% dibandingkan

tahun sebelumnya. Apabila dilihat selama kurun waktu tahun 2000 hingga 2004,

perdapatan per kapita penduduk tiap tahun cenderung meningkat, baik atas dasar harga

berlaku maupun atas dasar harga konstan.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mendominasi selain sektor

pertambangan/penggalian dan industri di Kabupaten Bangka Selatan. Sektor pertanian

memiliki potensi untuk dikembangkan secara profesional guna mendatangkan

keuntungan dan devisa bagi pemerintah daerah. Upaya pemerintah Kabupaten Bangka

Selatan melaksanakan pembangunan perekonomian rakyat pada sektor pertanian

Executive Summary 6

Page 7: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan pemerataan pembangunan

pedesaan, yaitu dengan menerapkan program intensifikasi, deversifikasi dan rehabilitasi.

Hasil produksi pertanian Kabupaten Bangka Selatan memiliki potensi pertanian tanaman

pangan yang meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, jagung, umbi-umbian dan

kacang-kacangan.

Potensi kehutanan Kabupaten Bangka Selatan 690.093 hektar, dimana di

dalamnya terdapat hasil-hasil hutan bukan hanya kayu, tetapi juga hasil hutan non-kayu

seperti gaharu, sarang burung walet serta berbagai hasil hutan lainnya. Khusus mengenai

hutan dan pemanfaatan hasil hutan berupa kayu banyak menimbulkan persoalan seperti

adanya illegal logging, perusakan areal hutan

karena penambangan timah liar (Tambang Inkonvensional = TI), yang sulit untuk diatasi

dan memerlukan penanganan yang lebih serius dari seluruh aparat terkait dan

masyarakat sekitar hutan.

Kabupaten Bangka Selatan merupakan salah satu produsen utama bahan galian

tambang di Indonesia. Potensi bahan galian tambang tersebut tersebar secara merata di

seluruh kecamatan. Berbagai jenis bahan tambang galian dan mineral yang ada antara

lain : timah, pasir kwarsa kaolin, granit, batu gunung, tanah liat dan biji besi.

Ketersediaan sumberdaya mineral di Kabupaten Bangka Selatan merupakan potensi

daerah yang perlu dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan aspek-aspek

kelestarian llingkungan hidup agar terjadi keseimbangan alam dan ekosistem.

Kondisi perekonomian Kabupaten Bangka Selatan menunjukkan perkembangan

yang positif dan fluktuatif selama periode tahun 2000 – 2003. Diketahui bahwa sejak

tahun 2001 – 2004, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan mengalami

fluktuasi. Hal tersebut terjadi karena pengaruh dari sistim ekonomi terbuka, sehingga

kinerja perekonomian daerah sangat dipengaruhi oleh faktor situasi politik daerah dan

berbagai kebijakan di bidang keuangan baik fiskal maupun moneter seperti tingkat suku

bunga, inflasi, maupun nilai tukar rupiah.

Perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2004 masih di topang oleh

sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor

pertambangan dan penggalian yang mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing

sebesar 22.28% dan 16.16%. Sedangkan pada sektor sekunder yaitu sektor industri

pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Bangka Selatan

yaitu 28.50%.

Secara riil Kabupaten Bangka Selatan memiliki kekuatan yang akan mempercepat

laju pembangunan daerah sekaligus memiliki kelemahan yang kemungkinan besar akan

menghambat kemajuan daerah atau rencana pembangunan yang sudah disusun. Dengan

mengetahui kekuatan dan kelemahan tersebut sejak dini diharapkan seluruh jajaran

Executive Summary 7

Page 8: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

pemerintah khususnya dan daerah pada umumnya mendayagunakan kekuatan dan

mengantisipasi berbagai kelemahan yang ada.

2.3 Prasarana Wilayah

Aspek prasarana merupakan aspek dasar yang sangat diperlukan untuk

melakukan kegiatan pada berbagai aspek subsektor, yaitu prasarana jalan untuk jalur

transportasi, sumber energi terutama listrik dan potensi air bersih. Kondisi prasarana

tersebut di wilayah Kabupaten Bangka Selatan sampai saat ini masih belum secara

optimal melayani kebutuhan masyarakat.

Jalan

Dari segi kuantitas secara umum jalan di sekitar wilayah pesisir Bangka Selatan

saat ini tergolong baik. Hampir semua akses jalan sudah tersedia, sehingga

dapat menghubungkan jalur transportasi dari suatu daerah pesisir ke daerah lain.

Kondisi ini sangat mendukung upaya pemasaran, walaupun dari segi kualitas perlu

ditingkatkan. Dengan demikian, semua kondisi ini akan berdampak bagi daya tarik

penanaman investasi bidang ekonomi.

Sumber Energi Listrik

Untuk wilayah tertentu, yaitu Kecamatan Toboali Tenaga Listrik saat ini dilayani

dari PLN setempat, sumber dari listrik tersebut berupa PLTD. Sedangkan untuk

wilayah potensi pengembangan kawasan industri termasuk pertambangan di

kecamatan lain saat ini, yaitu Sadai, Simpang Rimba, dan Permis sebagian sumber

energi listrik yang permanen seperti PLN belum ada. Hal ini merupakan faktor

penghambat bagi pengembangan kawasan terpadu, terutama bagi daya tarik

penanaman investasi bidang pertambangan. Di daerah tersebut masih

mengandalkan sumber energi dari diesel atau genset swadaya masyarakat.

Potensi Air Bersih

Secara umum potensi sarana air bersih di kawasan pengembangan pembangunan

kawasan industri terpadu di Kabupaten Bangka Selatan saat ini cukup memadai,

walaupun belum dikelola secara optimal.

2.4 Kebijakan Ruang Tata Wilayah

Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan telah menetapkan kebijakan pemanfaatan

ruang yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pada hakekatnya

Rencana Tata Ruang Wilayah menetapkan Rencana Pemanfaatan Ruang yaitu kawasan

hutan lindung dan budidaya. Kawasan lindung merupakan kawasan yang ditetapkan

untuk fungsi utama budaya kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup Sumber Daya

Alam dan Sumber Daya Buatan (UU 24 Th 1992). Sedangkan kawasan dikembangkan

untuk kegiatan budidaya yaitu antara lain, pertanian, pemukiman, pariwisata,

pertambangan, industri dan sebagainya.

Executive Summary 8

Page 9: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Sasaran kebijakan pemanfaatan ruang kawasan pertambangan :

- Pemanfaatan dan pengendalian kegiatan pertambangan agar tidak mengganggu

fungsi lindung.

- Pengembangan fungsi lindung atau rehabilitasi tanah pada kawasan bekas Kuasa

Pertambangan.

- Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya.

- Pembatasan pemberian izin usaha pertambangan baru dan hanya diperkenankan

pada yang sudah terlanjur di berikan izin usaha dengan pengawasan yang ketat.

Melalui pendekatan ini, maka di harapkan perkembangan wilayah yang terjadi

pada masa mendatang akan memberikan dampak yang positif pada pemanfaatan ruang,

perekonomian wilayah serta daya dukung lingkungan yang ada

Executive Summary 9

Page 10: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

3. K ONDISI GEOLOGI & POTENSI BAHAN GALIAN

3.1 Kondisi Geologi

Proses dan kondisi geologi sangat mempengaruhi terbentuknya potensi

sumberdaya bahan galian di suatu tempat/daerah. Proses geologi tersebut diantaranya

berupa intrusi magma, tektonik, perlipatan, pelapukan, pengayaan (leaching), erosi dan

pengendapan. Berdasarkan keadaan geologisnya Pulau Bangka dan wilayah sekitarnya

berada pada Paparan Sunda atau bagian tepi dari kerak benua (craton) Asia. Oleh karena

itu, batuan dasar penyusun daerah ini selain batuan malihan adalah batuan inti benua

yang berupa batuan beku asam atau bersifat granitik. Dilihat dari posisi waktu

terbentuknya batuan beku granitik tersebut merupakan bagian dari busur magmatik

yang terbentuk pada umur Trias hingga Jura (230 s/d 135 juta tahun lalu). Kondisi geologi

wilayah Kabupaten Bangka Selatan telah digambarkan oleh U. Margono, dkk (1995)

dalam Peta Geologi Lembar Bangka Selatan.

Batuan tertua yang tersingkap di Kabupaten Bangka Selatan adalah batuan yang

termasuk dalam Komplek Malihan Pemali (CPp) yang memiliki umur Karbon-Perem.

Komplek ini terdiri dari filit, sekis, dan kuarsit.

Filit berwarna abu-abu kecoklatan, struktur mendaun dan berurat kuarsa.

Sekis berwarna abu-abu kehijauan, struktur mendaun, terkekarkan, setempat

rekahannya terisi kuarsa atau oksida besi, berselingan dengan kuarsit; Kuarsit

putih kecoklatan, keras, tersusun oleh kuarsa dan feldspar berukuran halus –

sedang (U. Margono, dkk 1995). Komplek Malihan Pemali tersebar di bagian Barat

Daya Air bara dan sebelah Timur Ranggas.

Tidak selaras di atas Komplek Malihan Pemali (CPp) diendapkan Formasi Tanjung

Genting (TRt) yang terdiri dari perselingan batupasir malihan, batupasir dan

batulempung dengan lensa batugamping, setempat di jumpai oksida besi. Batuan-batuan

pada formasi ini umumnya berlapis baik, terlipat kuat, terkekarkan dan tersesarkan. Di

dalam batugamping di jumpai fosil Montlivaultia Molukkana J. Wanner, Peronidella G.

Wilkens, Entrochus sp, dan Enricrinus sp, yang menunjukkan umur Trias dengan

lingkungan pengendapan laut dangkal.

Formasi Tanjung Genting (TRt) tersebar luas mulai dari bagian utara, tengah dan selatan

Kabupaten Bangka Selatan.

Granit Klabat (TRJkg) menerobos batuan/formasi yang lebih tua yaitu Formasi

Tanjung Genting (TRt) dan Kompleks Malihan Pemali (CPp), terdiri dari granit biotit,

granodiorit dan granit genesan,.

Granit biotit mempunyai tekstur porfiritik dengan ukuran kristal sedang-kasar,

fenokris feldspar, memperlihatkan struktur foliasi.

Granit genesan berwarna abu-abu dan berstruktur mendaun.

Executive Summary 10

Page 11: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Umur Granit Klabat berdasarkan pentarikan dengan metoda K-Ardan Rb-Sr adalah

Trias Akhir-Jura Awal, tersebar cukup banyak meliputi seluruh kecamatan yang

ada di wilayah Kabupaten Bangka Selatan.

Di atas formasi batuan yang telah disebutkan terdahulu diendapkan secara tidak selaras

Formasi Ranggam (TQr) yang terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan

konglomerat.

Batupasir berwarna putih kekuningan sampai dengan kecoklatan, berbutir halus-

kasar, menyudut-membundar tanggung, berlapis baik, memiliki struktur sedimen

silang siur, perairan sejajar dan perlapisan bersusun, mengandung lensa tipis

batubara dan pasir timah sekunder.

Batulempung mengandung bahan organik dan lensa gambut.

Konglomerat mengandung fragmen granit, kuarsa dan batuan malihan.

Fosil yang ditemukan pada formasi ini adalah Turritella terebra, Amonia sp, Triloculina sp,

yang menunjukkan umur pengendapan Miosen Akhir-Plistosen Awal di lingkungan fluvial.

Formasi Ranggam (TQr) terdapat di Lesat (selatan Kepoh) dan Mangkapas. Di atas

Formasi Ranggam (TQr) diendapkan endapan kuarter berupa Pasir Kuarsa

(Qak),berwarna putih, berbutir kasar – sedang, membundar tanggung – membundar.

Endapan rawa (Qs), Lumpur, lanau dan pasir. Aluvium (Qa) berupa lumpur, lempung,

pasir, kerikil dan kerakal, yang keterdapatannya sebagai endapan sungai, rawa dan

pantai.

3.2 Sumber Daya Bahan Galian

Kabupaten Bangka Selatan mempunyai sumberdaya mineral yang banyak dan

beragam, mulai dari bahan galian seperti timah serta bahan galian industri antara lain

kasiterit, monasit/xenotime, oksida besi, pirit, granit, diabas, kaolin, batupasir dan pasir

kuarsa, pasir bangunan, tanah liat. Akan tetapi, pemasukan dari pertambangan dan

penggalian ini belum optimal walaupun kontribusinya terhadap PDRB cukup, dan

merupakan sumber utama bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Berdasarkan data geologi, hampir di semua wilayah baik di darat maupun di laut

mempunyai cadangan bijih timah yang dikenal dengan istilah World’s tin belt (sabuk

timah dunia). Dengan struktur tanah yang mempunyai pH rata-rata di bawah 5, di

dalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian lainnya seperti pasir kuarsa,

kaolin, batu granit dan lain sebagainya.

Sampai dengan tahun 2004 eksploitasi timah untuk kuasa pertambangan (KP)

timah PT. Tambang Timah di Bangka Selatan yang berada di darat dengan luas areal

92.401,74 Ha. Sedangkan yang berada di laut seluas 14.985 Ha. Luas KK timah PT. Koba

Tin sebesar 19.340,74 Ha. Jumlah perusahaan golongan C yang dilengkapi izin di

Kabupaten Bangka Selatan sampai dengan tahun 2006 tercatat 8 (delapan) buah dengan

luas areal 368,1 Ha. Sumberdaya bahan di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari 10 jenis

Executive Summary 11

Page 12: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

mineral/ bahan galian, yaitu: granit, pasir kuarsa, kaolin, bijih timah, bijih besi, zircon,

monasit, tanah liat, tanah urug, dan ilmenit.

a. Granit

Granit adalah jenis batuan beku berwarna putih/terang dengan komposisi utama

orthoklas (K-feldspar) dan kuarsa yang disertai dengan sedikit kandungan biotit, mika,

dan amfibol. Granit di wilayah Kabupaten Bangka Selatan terbentuk melalui pembekuan

magma pada zaman Trias-Jura.

Berdasarkan variasi komposisi mineral penyusunannya, kadar silika, dan adanya

kenaikan tekanan dan/temperatur setelah pembentukan granit, maka di Kabupaten

Bangka Selatan dapat dibedakan 3 jenis granit, masing-masing granit biotit, granodiorit,

dan granit genesen.

Ketiga jenis granit di atas adakalanya terdapat pada suatu lokasi yang sama seperti yang

dijumpai di G. Namak. Di Kabupaten Bangka Selatan, granit yang termasuk ke dalam

kelompok Granit Klabat tersebar cukup banyak, yaitu masing-masing di G.Muntai,

G.Toboali, G.Namak, Pantai Pasir Putih, Tanjung RU, Tanjung Kubu, dan Tanjung

(Kecamatan Toboali); Bukit Murup, Bukit Trubuk manawar, G.Gebang, Bukit Burang, Bukit

Keledang, G.Neneh, dan G.Berah (Kecamatan Payung); Bukit Nangka dan Tanjung

Berdaun (Kecamatan Simpang Rimba); dan P. Lepar (Kecamatan Lepar Pongok). Potensi

cadangan/sumberdaya granit di Kabupaten Bangka Selatan sangat besar, seluruhnya

memiliki luas penyebaran 663.125.000 m2. Berdasarkan keadaan batuan, bentuk mineral,

komposisi, dan hasil kuat tekan dengan nilai rata-rata > 340 kg/cm2, maka granit di

Kabupaten Bangka Selatan dapat digunakan sebagai batu ornamen, lantai, dinding, dan

dinding bangunan. Granit di daerah ini belum banyak diusahakan, sebagian kecil digali

oleh penduduk untuk bahan pengeras jalan dan pondasi rumah. Vegetasi yang menutupi

sebaran granit pada umumnya berupa hutan primer, sekunder dan lahan

pertanian/kebun penduduk.

b. Pasir Kuarsa

Pasir kuarsa adalah jenis bahan terdiri dari butiran-butiran kuarsa yang berukuran

0,06 – 2,0 mm. Butiran-butiran kuarsa tersebut memiliki kadungan Si02 (>90%). Bahan

galian ini terjadi dari hasil pelapukan batuan yang banyak mengandung kuarsa,

feldsdpatic, dan sebagainya yang tercuci atau terbawa air/angin dan diendapkan di

sekitar sungai, pantai, atau di tempat yang rendah.

Di Kabupaten Bangka Selatan pasir kuarsa terbentuk dari hasil pelapukan granit yang

kaya akan kuarsa dan K-felspar serta dari formasi-formasi batuan lainnya yang memiliki

kandungan kuarsa. Penggunaan pasir kuarsa terutama sebagai bahan baku utama atau

bahan tambahan dalam industri gelas-kaca, refraktori, pengecoran logam, pembuatan

Executive Summary 12

Page 13: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

ferro silicon, silicon karbida, ampelas, penyaring, bahan baku semen dan lain-lain. Di

samping itu, tidak tertutup kemungkinan memanfaatkan pasir kuarsa untuk penggunaan

lainnya, yakni dengan memenuhi persyaratan spesifikasi penggunaannya. Untuk

mencapai spesifikasi tersebut sering dilakukan pengolahan/pencucian guna

menghilangkan zat-zat/mineral pengotor serta meninggikan kadar Si02.

Sebaran pasir kuarsa di Kabupaten Bangka Selatan sangat luas, meliputi hampir

seluruh kecamatan yang ada, terutama di sekitar pantai, sungai dan tempat yang

rendah/rawa. Luas sebaran pasir kuarsa di Kabupaten Bangka Selatan diperkirakan

mencapai 4.143.68 Ha dengan ketebalan yang sangat bervariasi antara 2-6 meter

sehingga potensi cadangannya mencapai 200.000.000 m3. Potensi pasir kuarsa di

Kabupaten Bangka Selatan telah ada yang mengusahakan oleh suatu perusahaan yang

berizin dengan menambang endapan pasir kuarsa yang terdapat di sekitar Tanjung Kubu.

Pasir kuarsa tersebut tanpa melalui proses pengolahan dan pencucian terlebih dahulu

langsung dikirim ke Jakarta dengan kapal Tongkang melalui dermaga pantai.

c. Kaolin

Kaolin adalah bahan galian yang tersusun dari lempung kualitas tinggi,

mempunyai komposisi kimia hydrous aluminium silicate Al203, 2Si02.2H20, berukuran

butir sangat halus dan bersifat lunak. Kaolin terdiri dari hasil pelapukan dan dekomposisi

batuan feldpatic dimana mineral-mineral potash alumunium silicate dan feldspar berubah

menjadi kaolin. Endapan kaolin di Kabupaten Bangka Selatan terbentuk dari hasil

pelapukan dan dekomposisi batuan granit yang banyak mengandung K-feldspar.

Endapan Kaolin di Kabupaten Bangka Selatan dijumpai pada beberapa tempat di

antaranya di daerah Parit 3 dan tepi jalan raya Toboali – Sadai. Kaolin ini berwarna putih,

berbutir halus, lunak dan lengket apabila basah, sebagian bersifat pasiran. Luas

penyebaran kaolin ini pada dua lokasi tersebut di atas sekitar 4.42 Ha. Tebal kaolin belum

dapat diketahui dengan pasti, namun diperkirakan tidak lebih dari 3 m. Dengan

demikian, potensi cadangan kaolin diperkirakan mencapai 120.000 m3. Kaolin

dipergunakan pada industri karet, kertas, tekstil, keramik, refraktori, kimia, cat, pasta

gigi, bahan pemutih pada industri gula, makanan, obat-obatan dan sebagainya. Tiap-tiap

penggunaan kaolin memerlukan spesifikasi tersendiri, misalnya untuk bahan pelapis

kertas digunakan mineral lempungnya jenis kaolinit, berukuran <2 mikron sebanyak

80%, daya tukar kation 5-15 mili ekuivalen/100 gr dan sebagianya.

Penambang kaolin biasanya dilakukan dengan sistem tambang terbuka dengan

membersihkan lahan di permukaannya terlebih dahulu menggunakan bulldozer.

Selanjutnya penggalian dapat dilakukan dengan shovel. Kaolin yang telah di tambang

perlu diolah terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan atau spesifikasi penggunaannya.

d. Bijih Timah

Executive Summary 13

Page 14: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Mineralisasi timah di wilayah Pulau Bangka dan sekitarnya merupakan bagian dari

sabuk timah (tin belt) di Asia Tenggara yang memanjang mulai dari Yunan (cina),

Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia sampai ke Indonesia. Tipe endapan timah

yang terdapat pada sabuk timah Asia Tenggara tersebut dapat dibagi atas lima tipe

endapan kasiterit (Sn02) yaitu :

1. Magmatic Dissemination

2. Pegmantit dan Apliet

3. Cebakan Kontak Metamorfosa

4. Cebakan Hidroternal

5. Endapan Skunder.

Endapan Bijih Timah di Pulau Bangka, terdiri dari 2 macam, yaitu : berupa

mineralisasi pada batuan granit dan berupa endapan sekunder baik di darat maupun di

lepas pantai. Dalam pengamatan lapangan kali ini jumlah cadangan timah di Kabupaten

Bangka Selatan belum dapat ditentukan, baik yang tergolong timah primer berupa urat-

urat timah pada batuan granit maupun yang tergolong endapan sekunder di darat dan

lepas pantai.

Namun demikian, PT. Timah, Tbk telah melakukan eksplorasi bijih timah di wilayah ini,

sehingga jumlah dan kualitas cadangannya telah terdata. Endapan bijih timah tersebar

luas di Kabupaten Bangka Selatan, sehingga sebagian kelompok masyarakat telah

mengembangkannya sebagai kegiatan

usaha pertambangan bijih timah. Meskipun legalitas pertambangan belum dilengkap,i

namun beberapa lokasi penggalian tetap berjalan, baik di darat maupun di perairan

pantai.

e. Besi

Endapan besi yang berupa batu besi di Kabupaten Bangka Selatan ditemukan di

sebelah barat Bukit Pelawan (Kecamatan Payung). Endapan besi tersebut berasal dari

pengisian oksida besi pada rekahan-rekahan batuan Formasi Tanjung Genting. Batu besi

berwarna abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, berupa magnetit, hematite,

limonit, berasosiasi dengan psilomelan dan urat kuarsa, bersifat berat dan bereaksi

dengan magnet. Jumlah cadangan teridikasi batu besi di Bukit Pelawan adalah sebesar

58.785,25 ton dengan kadar Fe = 45,24% (Direktorat Sumber Daya Mineral, 1998).

Endapan bijih besi yang berupa batu besi di Kabupaten Bangka Selatan di

temukan di sebelah Barat Bukit Pelawan (Kecamatan Payung). Endapan bijih besi

tersebut berasal dari pengisian oksida besi pada rekahan-rekahan batuan Formasi

Tanjung Genting. Batu besi berwarna abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan,

berupa magnetit, hematite, limonite, berasosiasi dengan psilomelan dan urat kuarsa,

bersifat berat dan bereaksi dengan magnet. Direktorat Sumber Daya Mineral (1998)

memperkirakan jumlah cadangan terindikasi batu besi di Bukit Pelawan adalah sebesar

58.785.25 ton dengan kadar Fe = 45.24%. Namun demikian dalam pengamatan lapangan

Executive Summary 14

Page 15: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

kali ini luas sebarannya kurang dari 1 Ha dan jumlah cadangan tersebut telah berukuran.

Pengurangan tersebut diperkirakan karena telah terjadi penggalian di lokasi tersebut.

f. Zirkon

Zirkon terbentuk sebagai mineral ikutan pada batuan yang mengandung Na-

felspar seperti granit dan syenit dan batuan malihan jenis genes dan sekis. Secara

ekonomis zircon dijumpai dalam bentuk butiran (pasir) baik yang terdapat pada sedimen

sungai maupun sedimen pantai, berasosiasi dengan mineral berat dan kasiterit. Zirkon di

Kabupaten Bangka Selatan diperkirakan terdapat bersamaan dengan endapan timah

sekunder, baik berupa endapan sungai maupun endapan pantai. Butirannya yang halus

dan warna yang bening agak sulit dibedakan dari butiran kuarsa yang banyak dijumpai di

seluruh wilayah Bangka Selatan. Sebagaimana endapan timah, untuk mengetahui potensi

zirkon ini perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi lebih lanjut.

g. Monasit

Monasit banyak dijumpai berupa endapan sekunder bersama-sama dengan zircon

dan kasiterit, berupa dengan endapan sungai dan pantai. Selain itu monasit ditemukan

juga pada batuan granit berupa endapan primer. Hingga saat ini belum banyak penelitian

tentang monazite di Indonesia, baik jumlah cadangan maupun kualitasnya.

Endapan Monasit di Kabupaten Bangka Selatan ditemukan di Gunung Muntai Kecamatan

Toboali. Menurut Direktorat Sumber Daya mineral (Peta sebaran Mineral Logam P.

Sumatera Bagian Selatan, 1998) monasit di Gunung Muntai memiliki cadangan terukur

sebesar 182.9 ton. Selanjutnya dalam pengamatan lapangan di Gunung Muntai dijumpai

banyak singkapan batu granit yang diduga mengandung Monazit di bagian pinggang dan

puncak gunung, namun secara megaskopis sangat sulit mengetahui kandungan mineral.

h. Tanah Liat

Bahan galian ini banyak ditemukan di beberapa daerah terutama di sekitar lokasi

penambangan timah. Ketebalannya bervariasi berkisar antara 1-3 meter, berwarna coklat

kemerahan dan lengket pada saat basah. Selain itu, endapan tanah liat juga banyak

dijumpai di daerah Parit Tiga dan lokasi pembangunan kantor bupati dengan luas sekitar

200 Ha. Meskipun kualitas tanah liat ini tidak sebaik ballclay, namun jenis ini dapat

dimanfaatkan sebagai bahan baku : gerabah, batu bata dan genteng.

i. Tanah Urug

Tanah urug merupakan jenis material yang sebelumnya tidak pernah di

kategorikan sebagai bahan galian. Jenis bahan galian ini telah banyak dimanfaatkan

masyarakat pada pembangunan berbagai sarana dan prasarana publik. Namun demikian,

di wilayah Bangka Selatan belum dikembangkan dengan baik meskipun cadangannya

Executive Summary 15

Page 16: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

cukup besar. Secara umum tanah urug adalah material bahan galian yang tidak diolah

atau diproses lebih lanjut, namun langsung digunakan sebagai filling material, seperti

pengurugan untuk bangunan: jalan, bendungan, gedung, dan fasilitas publik lainnya.

3.3 Perijinan Pertambangan

Pada saat ini kegiatan usaha pertambangan yang dikeluarkan oleh Dinas

Pertambangan dan Energi, Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari bahan galian pasir

kuarsa dan timah. Dari 15 perusahaan yang diberikan ijin terdiri dari 8 Perusahaan Pasir

Kuarsa dengan luas keseluruhan 368,1 Ha dan 9 Perusahaan Timah dengan luas

keseluruhan 3.442,06 Ha. Dari 17 perusahaan tersebut tersebar di Kecamatan Toboali,

Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Air Gegas.

Executive Summary 16

Page 17: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

4. A NALISIS KAWASAN PERTAMBANGAN

Pada hakekatnya kegiatan pertambangan akan mengakibatkan berubahnya

bentang alam maupun kondisi fisik lainnya. Perubahan ini dapat berdampak posistif

maupun negatif terhadap kondisi lingkungan. Untuk mengurangi ataupun meminimalisasi

dampak tersebut, perlu dilakukan penataan kawasan pertambangan dengan harapan

kegiatan pertambangan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya

maupun daerah serta terciptanya pengembangan wilayah. Dalam kegiatan

pertambangan harus berorientasi pada kelestarian lingkungan maupun konservasi lahan,

di mana potensi sumber daya mineral yang terkandung di perut bumi dapat diambil dan

dimanfaatkan, sedangkan lahan bekas tambang dilakukan penataan untuk dapat

dimanfaatkan kembali sesuai peruntukannya.

Tahapan dalam melakukan analisis kawasan pertambangan di Kabupaten Bangka

Selatan antara lain :

- Menentukan kawasan yang dikembangkan untuk kegiatan pertambangan.

- Menentukan prioritas pengembangan.

- Menentukan tipologi untuk arahan pengembangan wilayah.

4.1 Zonasi Kawasan Pertambangan

Zonasi kawasan pertambangan adalah suatu daerah atau kawasan yang

mempunyai potensi bahan galian yang dengan berbagai pertimbangan keruangan

diperuntukkan untuk kegiatan pertambangan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut

dimaksudkan untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor atau meminimalisasi

resiko yang akan terjadi apabila kegiatan pertambangan berjalan. Untuk menentukan

lokasi kawasan pertambangan perlu memperhatikan beberapa parameter yang terkait.

Parameter ini antara lain kebijakan ruang daerah, kondisi fisik wilayah, jenis penggunaan

lahan dan resiko bencana alam.

A. Kebijakan Ruang Daerah

Dalam kebijakan penataan ruang daerah Kabupaten Bangka Selatan telah

diklasifikasikan arahan pengembangan lahan yang terbagi menjadi 2 (dua) kawasan,

yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan yang telah dialokasikan untuk

fungsi lindung, tidak diperuntukkan untuk kawasan budidaya termasuk kegiatan

pertambangan (Keppres 32 Th. 1990). Potensi bahan galian yang keberadaannya pada

kawasan lindung diarahkan tidak dikembangkan untuk kegiatan pertambangan.

Sedangkan potensi bahan galian yang berada pada kawasan budidaya dapat diarahkan

untuk dikembangkan dengan memperhatikan pemanfaatan lahannya.

Kawasan lindung yang ada di wilayah Kabupaten Bangka Selatan antara lain :

- Kawasan lindung yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya

yaitu merupakan kawasan hutan lindung yang terdapat di Gunung Permisan

Executive Summary 17

Page 18: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Kecamatan Simpang Rimba, Gunung Muntai Kecamatan Toboali, Bukit Bebuluh

(Pegunungan Panding) Kecamatan Air Gegas dan hutan lindung di bagian timur Pulau

Lepar Kecamatan Lepar Pongok.

- Kawasan sempadan pantai yaitu terdapat pada wilayah yang menghadap ke

perairan/laut.

- Kawasan sempadan sungai yaitu terdistribusi pada seluruh kecamatan, ditetapkan

selebar 100 meter kiri-kanan sungai besar dan 50 meter kiri-kanan anak sungai.

- Kawasan sekitar waduk/kolong bekas tambang timah, untuk melindungi

waduk/kolong dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air

waduk/kolong, ditetapkan 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

- Kawasan suaka alam dan cagar budaya.

- Kawasan rawan bencana banjir, longsor, amblas, rawan petir dan kawasan rawan

angin “Puting Beliung”.

Executive Summary 18

Page 19: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

B. Kondisi Fisik Lingkungan

Kondisi fisik lingkungan sangatlah penting untuk menjadi parameter penentuan

kawasan pertambangan. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bahan galian terhadap

kondisi fisik dasar, yaitu antara lain morfologi daerah, kondisi geologis dan kemampuan

tanah.

Keadaan morfologis daerah mencakup antara lain ketinggian tempat dan

kemiringan tanah. Lokasi sebaran yang keberadaannya pada daerah yang mempunyai

ketinggian lebih besar dari 500 meter dpl diarahkan tidak sebagai daerah

pertambangan. Pada daerah berketinggian seperti ini sangat rentan untuk kegiatan

pertambangan, karena daerahnya berkemiringan sangat curam dan pencapaiannya

relatif sulit. Selain itu, fungsi lahan pada daerah ini pada umumnya merupakan daerah

konservasi dan lindung.

Lokasi sebaran bahan galian yang keberadaannya pada daerah yang

berkemiringan lebih dari 40% diarahkan tidak untuk kegiatan pertambangan terkecuali

untuk sebaran granit. Apabila di daerah ini lakukan kegiatan pertambangan model

tambang terbuka, maka daerahnya sangat rentan terjadinya longsor atau bencana.

Daerah yang terdapat sesar atau patahan yang masih aktif, sangat berbahaya apabila

digunakan sebagai tempat tinggal maupun daerah pengembangan pertambangan. Oleh

karena itu, faktor sesar ini menjadi salah satu parameter kendala pengembangan

kegiatan pertambangan. Untuk menghindari resiko terjadi bencana, sebaiknya lokasi

kegiatan pertambangan berada minimal 500 meter dari sisi sesar. Daerah yang

terindikasi rawan terjadi bencana seperti bahaya banjir, tanah longsor maupun potensial

terjadi gerakan tanah, diarahkan tidak untuk kegiatan pertambangan.

Pemanfaatan bahan galian yang keberadaannya di sungai diupayakan agar tidak

mengganggu pola aliran sungai maupun badan sungai dan tidak berada pada kelokan

luar sungai. Selain itu juga terjaganya kualitas maupun kuantitas air sungai tersebut

serta sumber mata air yang ada. Penambangan tidak diperkenankan pada daerah

degradasi, tikungan/belokan sungai luar, tebing dan bagian-bagian sungai yang kritis

serta di sekitar bangunan-bangunan sungai. Selain itu aktivitas penambangan pasir di

sungai tidak mengganggu fungsi sungai tersebut.

C. Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah merupakan kondisi pemanfaatan lahan yang terjadi pada saat

ini. Pemanfaatan lahan tersebut antara lain meliputi persawahan, perkebunan, hutan,

semak belukar,

kebun campuran, tegalan dan pemukiman. Pemanfaatan potensi bahan galian yang

direkomendasikan untuk dikembangkan minimal berjarak 100 meter dari areal

pemukiman, karena akan mengganggu maupun membahayakan penghuni dari

Executive Summary 19

Page 20: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

pemukiman tersebut. Pengembangan potensi sumber daya mineral pada areal hutan

harus mendapatkan rekomendasi penambangan dari instansi terkait.

Pada areal persawahan yang dalam pengelolaannya merupakan daerah beririgasi

teknis, diarahkan tidak dikembangkan sebagai lahan usaha tambang. Hal ini lebih

dipengaruhi oleh faktor non-teknis yaitu berdasarkan kebijakan, di mana daerah tersebut

telah dialokasikan untuk pengembangan areal persawahan dan telah banyak investasi

yang ditanam untuk pengembangan areal tersebut.

D. Infrastruktur/Prasarana

Prasarana merupakan sarana pendukung untuk aktivitas manusia dalam

menjalankan kehidupan, yaitu antara lain jalan, jembatan, bangunan sungai, tempat

ibadah, tempat sekolah, pasar, dan sebagainya. Prasarana-prasarana tersebut tidak

dikenankan untuk diganggu maupun dirusak, karena akan mempengaruhi hajat hidup

orang banyak. Untuk mengamankan fungsi prasarana tersebut perlu ditentukan batasan

daerah pengembangan kegiatan pertambangan.

Batasan yang aman untuk pengembangan kegiatan pertambangan yang

berdekatan dengan prasarana jalan, yaitu : 100 meter terhadap jalan kabupaten/provinsi

dan 200 meter dari jalan arteri/utama/negara. Kegiatan pertambangan minimal berjarak

100 meter terhadap saluran irigasi atau bangunan irigasi. Penambangan di sungai yang

diperkenankan adalah 500 meter ke arah hulu atau 1000 meter ke arah hilir bangunan

sungai (jembatan, dam/pintu air).

Penetapan kawasan untuk fungsi pertambangan perlu memperhatikan beberapa

parameter di atas yang menjadi faktor kendala. Hal ini agar kegiatan pertambangan

selaras dengan kebijakan daerah, tidak terjadi tumpang tindih antarkegiatan atau

menimbulkan bahaya maupun kerusakan lingkungan. Pada hakekatnya kawasan

pertambangan adalah kawasan yang dialokasikan untuk kegiatan pertambangan dengan

memperhatikan berbagai pertimbangan.

Untuk menentukan kawasan ini dilakukan dengan pendekatan analisis tumpang

tindih dan pemilahan, yaitu dari peta sebaran bahan galian dengan peta tematik yang

menjadi pertimbangan untuk menentukan lokasi pertambangan terhadap parameter

yang menjadi batasan. Untuk melakukan analisis ini digunakan komputer yang telah

dilengkapi software MapInfo Version 6,0. Untuk melakukan analisis ini data/peta-peta

tersebut harus dibangun secara digital dengan menggunakan perangkat keras digitaizer

dan dilengkapi atribut yang menjadi informasi dari peta tersebut.

Berdasarkan identifikasi dan inventarisasi potensi bahan galian yang ada di

Kabupaten Bangka Selatan terdapat 11 jenis bahan galian, yaitu : kaolin, bijih besi,

lempung dan pasir mengandung besi, batuan mika klorit dan talk sekis, tanah urug, pasir

kuarsa, batuan granit, alluvium, granit, batuan pasir serta pasir dan lempung berselang

seling (Distamben Bangka Selatan, 2004). Potensi bahan galian ini tersebar di seluruh

kecamatan yang ada dengan luas sebaran 360.675 ha. Dari potensi

Executive Summary 20

Page 21: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

tersebut pada umumnya belum dikembangkan atau ditambang oleh masyarakat sekitar

maupun investor, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan alokasi atau

penataan pengusahaan pertambangan.

Berdasarkan analisis yang dilakukan, bahan galian kaolin dan bijih besi lokasi

sebarannya tidak dapat dikembangkan sebagai kawasan tambang, karena berada pada

daerah yang berkendala. Untuk sebaran mika khlorit dan talk skis, pasir kuarsa, tanah

urug, alluvium dan batuan granit keberadaannya sebagian besar berkendala, sehingga

luasan yang dikembangkan sebagai daerah pertambangan tinggal 1,54%, 10,99, 17,42%,

31,13 dan 34,07% dari luas sebaran. Sebaran lempung dan pasir mengandung besi

keberadaannya tidak banyak mengalami kendala, sehingga sebagian besar dapat

dikembangkan sebagai daerah pertambangan (67,56%).

Berdasarkan parameter pertimbangan alokasi lahan pertambangan, aspek

kawasan lindung dan kawasan pertambangan telah memberikan andil yang cukup besar

sebagai daerah kendala dalam pengembangan lahan pertambangan. Sedangkan aspek

lainnya, keberadaan sebaran tidak berada di kawasan ini, sehingga tidak terlalu besar

menjadi kendala pengembangan.

Dengan menggunakan pendekatan analisis tersebut di atas dan dengan

mempertimbangkan beberapa parameter, sebaran potensi bahan galian yang

diperuntukkan untuk kegiatan pertambangan seluas 148.587,96 ha atau 40,61% dari luas

sebaran. Dari kawasan yang dialokasikan tersebut terinci dalam 161 satuan lahan dan 8

jenis bahan galian. Berdasarkan luasan sebaran bahan galian yang dialokasikan sebagai

kawasan pertambangan tersebut terdistribusi pada seluruh kecamatan, yaitu yang

terluas di Kecamatan Air Gegas (49.242,35) ha dan yang terkecil di Kecamatan Simpang

Rimba (19.798,60 ha). Dengan demikian, Kecamatan Air Gegas cukup kaya akan sumber

daya mineral karena sebarannya cukup luas, sehingga dapat diarahkan untuk

pengembangan kegiatan pertambangan.

Wilayah Kecamatan Toboali dan Air Gegas mempunyai jenis sebaran bahan galian

yang dialokasikan sebagai kawasan pertambangan cukup beragam, sedangkan

Kecamatan Lepar Pongok yang kurang beragam bahan galian yang ada alluvium, batuan

granit dan pasir lempung berselang seling.

Sebaran bahan galian yang telah dialokasikan ini perlu dikaji lebih lanjut

menentukan arahan pengusahaan. Pendekatan yang digunakan dalam menentukan

arahan pengembangan, yaitu dengan menentukan prioritas pengusahaan bahan galian.

Selain itu, perlu dipertimbangkan juga aspek legalitas, teknis penambangan dan

pengelolaan lingkungan pasca-tambang. Wilayah Kepulauan Bangka terkandung potensi

timah yang sangat melimpah dan dijumpai hampir pada seluruh wilayah, termasuk di

wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Potensi ini sebagian telah diusahakan oleh investor

Executive Summary 21

Page 22: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

dalam negeri maupun asing dalam bentuk Kuasa Pertambangan (KP) maupun Kontrak

Karya (KK).

Dengan potensi timah yang melimpah dan membaiknya harga timah dunia, telah

memberikan harapan kepada masyarakat dengan ikut melakukan penambangan timah di

daerah ini, yaitu berupa

Tambang Inkonvensional (TI). Jumlah TI ini kian hari semakin bertambah dan cenderung

tidak mempertimbangkan kaidah-kaidah pertambangan, yaitu yang terkait dengan lokasi

penambangan, perizinan maupun pengelolaan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di

atas, maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap TI, yaitu terkait dengan lokasi, model

penambangan dan upaya pengelolaan lingkungan pascatambang. Pengelolaan lokasi

yaitu dengan mengalokasikan pada tempat tertentu yang dinamakan Wilayah

Pertambangan Timah Rakyat (WPTR). Penentuan lokasi ini adalah lahan yang berpotensi

bahan galian, tidak tumpang tindih dengan sektor lain maupun tidak berada pada areal

KP PT. Timah atau KK PT. Koba Tin serta diarahkan untuk kegiatan pertambangan (RTRW

Bangka Selatan). Berdasarkan pertimbangan tersebut, kawasan yang ditetapkan untuk

WPR seluas 23.916,7 Ha yang terdistribusi pada 4 kecamatan, yaitu Kecamatan S. Rimba,

Payung, Air Gegas dan Toboali. Diharapkan dengan adanya alokasi lahan untuk WPTR

tersebut masyarakat dapat melakukan penambahan, tingkat kerusakan lingkungan

maupun tumpang tindih antar sektor dapat diminimalkan. Untuk mencapai hal tersebut di

atas, Pemerintah Daerah harus secara berkala melakukan pemantauan maupun

pengawasan aktivitas penambangan di daerah tersebut.

4.2 Prioritas Pengembangan

Pada umumnya pengusahaan pertambangan bahan galian membutuhkan banyak

modal dengan resiko kerugian yang cukup besar atau, namun demikian apabila dilakukan

dengan teliti dan perhitungan yang matang akan mendatangkan banyak keuntungan.

Oleh karena itu, sebagai langkah awal dalam pengambilan keputusan untuk melakukan

investasi Sektor Pertambangan dilakukan analisis skala prioritas pengusahaan. Melalui

analisis ini dapat ditentukan jenis bahan galian unggulan yang prospek untuk diusahakan

dan prioritas lokasi bahan galian untuk ditambang.

Analisis prioritas pengusahaan dilakukan berdasarkan karakteristik/variabel yang

dimiliki oleh setiap daerah di mana terdapat potensi bahan galian. Karakteristik-

karakteristik atau variabel yang menjadi pertimbangan dalam menentukan prioritas

pengembangan antara lain aksesibilitas, luas sebaran, penggunaan tanah, nilai ekonomi

dan prospek ekonomi. Masing-masing kriteria diberi nilai pembobotan sesuai dengan

kondisi dan keberadaannya. Selanjutnya pengelompokan variabel ke dalam faktor

sangat ditentukan oleh besarnya korelasi antara keduanya yang dihitung dengan

menggunakan metode analisis faktor.

Executive Summary 22

Page 23: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Untuk mengetahui jenis bahan galian yang menjadi prioritas pengembangan,

ditentukan berdasarkan 5 variabel. Data-data yang telah diberi bobot tersebut kemudian

dihitung dengan menggunakan model analisis faktor. Berdasarkan hasil perhitungan di

atas, ternyata faktor F1 berkorelasi secara signifikan dan berderajat tinggi dengan

variabel penggunaan tanah (X2) dan luas sebaran (X3) Hal ini dapat dilihat dari total

varians F1 sebesar 63,98%, artinya bahwa F1 mampu memuat (loading factor) ke tiga

faktor tersebut. Sedangkan faktor F2 berkorelasi tinggi dengan variabel-variabel aspek

jalan (X1), nilai ekonomi (X4), dan prospek ekonomi (X5) dengan total varians sebesar

36,02%. Nilai eigenvalue setiap faktor ternyata lebih besar dari 1, artinya bahwa dua

pengelompokan variabel cukup diwakili oleh dua faktor tersebut dan berpengaruh

terhadap penentuan prioritas pengusahaan bahan galian.

Faktor 1 : merupakan kelompok perekonomian yang mampu mewakili variabel-variabel

variabel penggunaan lahan (X2), dan luas sebaran (X3) dengan tingkat

korelasi masing-masing sebesar 99,73%

Faktor 2 : merupakan kelompok fisik yang mampu menggambarkan variabel-variabel

aspek jalan (X1), nilai ekonomi (X4), dan prospek ekonomi (X5) dengan tingkat

korelasi masing-masing sebesar 32,95%, 76,86 dan 66,77%.

Analisis berikutnya adalah menentukan setiap individu dari sel variabel baru

dengan menghitung skor dari kedua faktor di atas. Skor faktor ini mencerminkan keadaan

karakteristik individu yang diwakili oleh kedua faktor, hasil perhitungannya. Dengan kata

lain, bahwa semakin tinggi nilai skor individu dari faktor tersebut, maka akan semakin

mencerminkan pula karakteristik individu tersebut dalam faktor yang mewakilinya.

Dengan demikian, karakteristik individu tersebut akan menjadi prioritas utama yang

dipilih untuk mewakili individu lainnya.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skor faktor yang menentukan

prioritas pengembangan usaha, prioritas pengembangan ditentukan berdasarkan kriteria

sebagai berikut :

- Apabila nilai skor jumlahnya memiliki nilai satu atau lebih, maka bahan galian

tersebut memiliki prioritas utama untuk diusahakan.

- Apabila nilai skor jumlahnya antara 0 sampai dengan kurang dari satu, maka bahan

galian tersebut memiliki prioritas kedua untuk diusahakan.

- Apabila nilai skor jumlahnya kurang dari 0 (nol), maka bahan galian tersebut

memiliki prioritas ketiga untuk diusahakan.

Berdasarkan kriteria tersebut, ternyata bahwa bahan galian yang memiliki prioritas

utama untuk dikembangkan adalah :

- Batu granit di Kecamatan Air Gegas (kode 3.8, 3.9, 3.10, 3.12, 3.16, 3.17, dan

3.26), Toboali (kode 3.19, 3.20, 3.23, 5.30), Simpang Rimba (kode 3.1) dan Lepar

Executive Summary 23

Page 24: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

Pongok (3.24) karena selain memiliki nilai jual tinggi juga karena cadangannya

terletak di lahan kebun campuran.

- Batuan pasir di Kecamatan Toboali (kode 5.32).

- Aluvium, pasir dan lempung berselang seling di Kecamatan Simpang Rimba (kode

1.3, 2.1).

Bahan galian yang mempunyai peluang dengan kategori prioritas kedua adalah :

- Batuan pasir di Kecamatan Payung (5.3, 5.4, 5.5), Air Gegas (5.16, 5.18, 5.20, 5.21,

5.26, dan 5.29), karena lokasinya berada di lahan perkebunan campuran dan

tambak.

- Batuan granit di Kecamatan Payung (3.3 dan 3.6) dan Toboali (3.21 dan 3.22).

- Aluvium di Kecamatan Air Gegas (1.25, 1.26, 1.27), Toboali (1.28), dan Simpang

Rimba (1.1 dan 1.2).

- Pasir dan lempung berselang-seling di Kecamatan Air Gegas (2.12, 2.13, 2.18),

Toboali (2.19, 2.21, 2.22), dan Lepar Pongok (2.24, 2.25).

- Batuan Mika Khlorit dan Talk Skis di Kecamatan Toboali (7.1, 7.2).

Bahan galian yang mempunyai peluang dengan kategori prioritas ketiga adalah :

- Alluvium di Kecamatan Air Gegas (1.29, 1.30, 1.31, 1.32, 1.36, 1.38, 1.39), Toboali

(1.40, 1.41, 1.42, 1.43, 1.47), Lepar Pongok (1.56).

- Batuan pasir di Kecamatan Payung (5.11) dan Simpang Rimba (5.1).

- Pasir dan lempung berselang-seling di Kecamatan Air Gegas (2.14, 8.10), Payung

(2.11), Toboali (2.20).

4.3 Analisis Perekonomian Wilayah Kabupaten Bangka Selatan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Produk Domestik Bruto (PDRB)

merupakan salah satu indikator untuk mengetahui perkembangan perekonomian suatu

wilayah. Berdasarkan struktur PDRB tersebut, akan dikaji karakteristik perekonomian

daerah secara sektoral. Hal ini untuk mengetahui sektor-sektor potensial dan non

potensial yang dimiliki oleh daerah tersebut. Untuk melakukan hal tersebut digunakan

pendekatan teknik analisis Location Quetient (LQ) dan Shift-Share. Pada analisis

perekonomian wilayah ini akan dilihat kondisi tiap-tiap sektor seperti, pertumbuhan dan

perkembangan serta pergeseran perekonomian wilayah yang terjadi di Kabupaten

Bangka Selatan dengan memperhatikan kondisi perekonomian Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung pada kurun waktu tahun 2003 dan 2004.

Analisis LQ merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu

daerah pada tiap-tiap sektor. Hasil yang diperoleh merupakan kesimpulan sementara

dan masih harus dilakukan pengujian lebih lanjut. Model analisis shift-share merupakan

salah satu media untuk menguji lebih lanjut. Selain itu, analisis shift-share ini dapat

untuk mengetahui tipologi perkembangan wilayah pada tiap-tiap sektor terhadap daerah

Executive Summary 24

Page 25: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

yang lebih luas pada kurun waktu tertentu dan untuk mengetahui kecenderungan yang

terjadi pada tiap-tiap sektor atau lapangan usaha.

Pada kurun waktu tahun 2003 dan 2004 di Kabupaten Bangka Selatan terjadi

peningkatan pada hampir seluruh sektor/lapangan usaha, terkecuali pada Sektor Jasa-

jasa. Rata-rata laju perkembangan yang terjadi selama kurun waktu tahun 2003 dan

2004 sebesar 0,036. Nilai laju perkembangan di Kabupaten Bangka Selatan relatif lebih

kecil dibanding laju perkembangan wilayah yang lebih luas (Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung), yaitu sebesar 0,042. Hal ini menunjukkan bahwa pada kabupaten/kota lainnya

di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terjadi perkembangan yang lebih pesat.

Laju pertumbuhan pada Sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan, Hotel dan

Restoran berkembang cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini

menunjukkan bahwa sektor-sektor ini sangat potensial dan prospek untuk dikembangkan.

Sedangkan pada Sektor

Pertambangan terjadi kecenderungan peningkatan cukup baik, yaitu sebesar 0,040. Ini

berarti potensi bahan galian yang ada telah dikembangkan, meskipun belum optimal.

Ditinjau dari kontribusi tiap-tiap sektor pada tahun 2004 di Kabupaten Bangka

Selatan, menunjukkan bahwa Sektor Pertanian dan Pertambangan sangat berperan

dalam menggerakkan perekonomian daerah, yaitu sebesar 47,86% dan 21,90%. Pada

kedua sub-sektor ini juga telah memberikan andil yang cukup signifikan dalam

penyerapan tenaga kerja, baik sebagai petani maupun pekerja tambang. Kontribusi

Sektor Pertambangan terhadap struktur PDRB di daerah ini masih sangat kecil yaitu

hanya 1,77%.

Menurut hasil perhitungan LQ dari nilai PDRB tahun 2003 maupun tahun 2004,

menunjukkan bahwa Sektor-sektor Pertanian, Pertambangan dan Bangunan, merupakan

sektor yang menonjol peranannya (dalam kontribusi) dibandingkan wilayah yang lebih

luas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LQ lebih besar dari 1 (>1). Pada sektor-sektor

tersebut menunjukkan adanya spesialisasi kegiatan usaha dan berpotensi

pengembangan dibandingkan sektor yang lainnya.

Berdasarkan hasil perhitungan pergeseran keseluruhan (total shift) di Kabupaten

Bangka Selatan menunjukkan bahwa perkembangan Sektor Pertanian, Pertambangan

dan Jasa-jasa relatif lambat dibandingkan dengan rata-rata perkembangan ekonomi

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini disebabkan karena perkembangan yang

terjadi sektor-sektor tersebut di wilayah ini menunjukkan nilai yang lebih kecil

dibandingkan pada perkembangan yang diharapkan pada wilayah Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. Dengan demikian, secara regional (provinsi) terjadi perkembangan

Executive Summary 25

Page 26: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

perekonomian yang cukup pesat pada sektor-sektor tersebut. Sedangkan sektor lainnya

berkembang lebih cepat dibandingkan perkembangan di tingkat provinsi.

Ditinjau dari perbandingan pergeseran (proportionality shift) tiap-tiap sektor di

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terlihat bahwa pada Sektor-sektor Industri

Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Hotel dan Restoran serta

Pengangkutan dan Komunikasi mempunyai laju pertumbuhan lebih besar dari rata-

ratanya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut telah memberikan kontribusi

cukup baik dibandingkan sektor-sektor lainnya dan terlihat adanya spesialisasi kegiatan

usaha pada sektor-sektor tersebut.

Hasil perhitungan perbedaan pergeseran (defferential shift) menunjukkan bahwa

laju pertumbuhan pada Sektor-sektor Pertambangan, Industri Pengolahan, Listrik, Gas

dan Air Bersih, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi serta

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di kabupaten ini perkembangannya lebih

cepat dibandingkan dengan tingkat perkembangan wilayah lebih luas (provinsi). Hal ini

berarti bahwa Kabupaten Bangka Selatan pada sektor -sektor tersebut telah memberikan

peranan yang besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Berdasarkan dari hasil analisis LQ dan Shift-Share, dapat ditentukan tipologi

wilayah berdasarkan kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan wilayah

dibandingkan wilayah yang lebih luas, yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Executive Summary 26

Page 27: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

5. K ESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat

ditarik beberapa kesimpulan dan saran dalam menentukan zonasi kawasan

pertambangan. Hal ini sangat penting untuk pengembangan maupun pengusahaan

bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan masa depan.

5.1 Kesimpulan

1. Di Kabupaten Bangka Selatan terdapat 11 jenis bahan galian yaitu : kaolin, bijih

besi, lempung dan pasir mengandung besi, batuan mika klorit dan talk sekis,

tanah urug, pasir kuarsa, batuan granit, alluvium, granit, batuan pasir serta pasir

dan lempung berselang seling.

2. Potensi bahan galian di Kabupaten Bangka Selatan belum dimanfaatkan Secara

optimal, sehingga keberadaannya belum banyak memberikan manfaat bagi

perekonomian masyarakat maupun kontribusi terhadap penerimaan daerah.

3. Dalam pengembangan potensi bahan galian perlu dilakukan penataan kawasan

pertambangan, yaitu dengan mengalokasikan lahan yang berpotensi bahan galian

untuk kegiatan pertambangan. Hal ini sangat penting untuk mengurangi dampak

kegiatan pertambangan dan menghindari tumpang tindih penggunaan lahan

dengan sektor lain.

4. Dalam menentukan kawasan pertambangan dilakukan dengan teknik pendekatan

melalui analisis tumpang tindih (superimpose) dan pemilahan, yaitu dari peta

sebaran bahan galian dengan peta tematik yang menjadi pertimbangan untuk

Executive Summary 27

Page 28: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

menentukan pengembangan lokasi pertambangan terhadap parameter yang

menjadi batasan dengan perangkat komputer yang dilengkapi software Map Info.

5. Berdasarkan identifikasi dan analisis kesesuaian maupun daya dukung lahan,

potensi bahan galian kaolin dan bijih besi tidak dapat diusahakan lahannya karena

berkendala.

6. Lahan yang berpotensi bahan galian luasnya 360.708 ha, setelah dilakukan

analisis zonasi kawasan pertambangan, lahan yang dapat diarahkan untuk

pengembangan kegiatan pertambangan seluas 148.587,96 ha (41,19 %), yang

terdiri dari 161 satuan lahan terpilih.

7. Berdasarkan Analisis prioritas pemanfaatan bahan galian di Kabupaten Bangka

Selatan dapat ditentukan prioritas pengembangan bahan galian yaitu :

Prioritas Utama :

Adalah sebaran bahan galian batuan granit, batuan pasir, alluvium dan pasir lempung

berselang-seling yaitu terdapat pada 28 lokasi.

Prioritas Kedua :

Adalah sebaran bahan galian batuan pasir, batuan granit, aluvium, pasir

lempung berselang-seling dan batuan mika khlorit dan talk Skis,yaitu

terdapat pada 52 lokasi.

Prioritas Ketiga :

Adalah sebaran bahan galian alluvium, batuan pasir dan pasir lempung

berselang-seling, yaitu terdapat pada 81 lokasi

8. Berdasarkan analisis perekonomian wilayah, sektor pertambangan telah

memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian di Kabupaten Bangka

Selatan. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas

(provinsi), sektor pertambangan perkembangannya relatif lambat dibandingkan

kabupaten lainnya.

9. Laju pertumbuhan sektor pertambangan di tingkat propinsi relatif kecil

dibandingkan sektor lain, sedangkan di tingkat kabupaten justru berkembang

lebih baik dibandingkan sektor lain.

5.2 Saran

1. Dalam mengembangkan potensi bahan galian Kabupaten Bangka Selatan perlu

dilakukan penelitian detail dengan melakukan pengukuran topografi, koordinat

dan pemboran untuk mengetahui luas sebaran, tebal, volume, kuantitas dan

kualitas bahan galian.

Executive Summary 28

Page 29: executive summary reklamasi

Zonasi Wilayah Pertambangan di Kabupaten Bangka Selatan 2006

2. Sebelum melakukan penambangan bahan galian perlu diperhatikan tiga aspek

utama, yaitu : teknik penambangan, ekonomi, dan lingkungan. Aspek teknik,

menyangkut teknik/metoda penambangan, jumlah tenaga kerja, jenis dan jumlah

peralatan yang diperlukan. Aspek ekonomi, meliputi biaya/ongkos produksi,

investasi, pengolahan, pengangkutan, pemasaran, dan harga jual bahan galian.

Aspek lingkungan, meliputi usaha yang dilakukan selama dan setelah

penambangan berakhir untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif dari

usaha pertambangan.

Executive Summary 29