reklamasi makassar
TRANSCRIPT
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir yang merupakan salah satu sumber daya yang potensial di Indonesia. Wilayah pesisir memiliki pengertian suatu wilayah
peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar, hal ini didukung oleh adanya garis pantai sepajang sekitar 81.000
km. Potensi pengembangan yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan secara garis besar terdiri dari tiga kelompok yaitu: sumber daya
dapat pulih (renewable resources), sumber daya tak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan (environmental
services). Keadaan pantai di Indonesia sangat bervariasi, yaitu mulai dari pantai pasir putih-berbatu, landai-terjal, bervegetasi-berlumpur,
teduh, bergelombang yang semua ini sangat cocok dengan berbagai peruntukannya, seperti perikanan pantai, budidaya perikanan,
industri perhotelan, turisme, dan lain-lain. Tetapi, potensi laut tersebut belum sepenuhnya dipahami dan dikelola secara terpadu.
Kebijakan pemerintah yang sektoral dan lebih mengutamakan pembangunan daratan, menjadikan laut sebagai kolam sampah.
Keterbatasan sumber daya lahan di berbagai daerah menjadi sebuah tantangan
pembangunan. Berbagai strategi telah diterapkan di beberapa kota pesisir yang sumber
daya lahan minim, salah satunya adalah reklamasi pesisir pantai. Reklamasi adalah
suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah yang sebelumnya adalah air.
Sedangkan reklamasi lahan merupakan suatu proses perluasan, perbaikan atau
penambahan daratan baru yang sebelumnya perairan (laut, rawa, pantai). Reklamasi
pantai memberikan suatu solusi bagi kota yang mempunyai lahan minim dan
menerapkan konsep pembangunan kota Water Front City. Namun tak sedikit dari
reklamsi ini memberikan sebuah dampak lingkungan baik fisik maupun sosial dari
kawasan tersebut.
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
Reklamasi Pantai di Kota Makassar
Makassar merupakan kota yang menerapkan strategi reklamasi pantai. Dengan fungsinya sebagai pusat kegiatan nasional dan kota
strategis yang menghubungkan Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur, Makassar dituntut untuk melakukan berbagai
pembangunan agar dapat melaksanakan fungsinya. Kota ini juga mempunyai magnet bagi para investor untuk berinvestasi di kota ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini :
Apa yang dimaksud dengan reklamasi ?
Apa saja objek dari reklamasi ?
Seberapa besar margin dampak positif dan dampak negatif dari reklamasi pantai ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
Mengetahui apa yang dimaksud dengan reklamasi
Mengetahui objek – objek dari reklamasi
Mengetahui apakah reklamasi pantai dapat memberikan dampak positif lebih banyak dari dampak negatifnya atau sebaliknya
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
2. Pembahasan
2.1 Reklamasi Pantai
Reklamasi adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah yang sebelumnya adalah air. Reklamasi yang paling sering
dilakukan di Indonesia adalah reklamasi pantai dan reklamasi kawasan pertambangan. Sedangkan Pantai adalah sebuah bentuk
geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut.
Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara.
Reklamasi pantai memiliki berbagai macam pengertian. Dari segi bahasa kata reklamasi berasal dari bahasa Inggris yaitu reclamation
yang berarti pekerjaan memperoleh tanah. Jadi pengertian reklamasi pantai adalah pekerjaan untuk
mendapatkan bidang lahan dengan luasan tertentu di daerah pesisir dan laut. Sedangkan secara teori,
reklamasi berarti suatu upaya untuk membentuk dataran baru dalam rangka memenuhi kebutuhan lahan
dengan cara menimbun kawasan pantai, reklamasi juga merupakan suatu langkah pemekaran kota
(Ni’am, 1999:111). Reklamasi merupakan upaya meningkatkan sumber daya alam lahan dari aspek
ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan cara pengeringan lahan atau pengurukan tanah dengan
menambah tanah sejumlah volume tertentu ke dalam laut dan daerah pesisir pantai. Hal ini tentu
memberikan beberapa konsekuensi yang saling terkait satu dengan lainnya. Praktiknya, reklamasi
pantai yang banyak dilaksanakan di Indonesia tidak memenuhi kriteria definisi tersebut (Dwikorita
Karnawati,2007). Reklamasi pantai di Indonesia banyak dilakukan karena Indonesia mempunyai tak
kurang dari 81.000 km garis pantai. Contoh reklamasi besar yang dilakukan adalah Reklamasi Pantai Indah Kapuk di Jakarta dan
reklamasi yang dilakukan di garis pantai Semarang.
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
Reklamasi Pantai
2.2 Dampak Reklamasi Pantai
Usaha mereklamasi pantai saat ini mulai banyak bermunculan, hal ini disebabkan karena keterbatasan
lahan perkotaan dan semakin sulit mencari lahan di daratan untuk kepentingan pembangunan (Budi
Usman, 2005). Pembangunan tersebut digunakan untuk pemukiman, bisnis maupun tempat rekreasi.
Namun, pilihan itu menimbulkan kekhawatiran terjadinya dampak positif maupun negatif. Dari berbagai
ahli banyak yang berpendapat mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan dari reklamasi pantai, baik
itu positif maupun negatif. Dampak negatif reklamasi pantai menurut Budi Usman (2005) secara garis
besar antara lain adanya ancaman banjir, perubahan ekosistem, ancaman hilangnya mata pencaharian
nelayan, masalah sosial, urbanisasi, penyediaan air bersih dan lalu lintas yang padat. Menurut Herrifendi
Sitohang (2005) mengakibatkan hilangnya sumber tanah material urukan, membutuhkan banyak tanah,
frekuensi transportasi tinggi, akan merusak ruas jalan, perubahan topologi dan ketinggian, terganggu dan
berubahnya kondisi ekonomi, sosial, serta lingkungan. Sedangkan dampak positif reklamasi pantai antara lain menurut Budi Usman
(2005) tertatanya kawasan pantai, tersedianya ruang bisnis, permukiman baru, lapangan kerja yang baru, meningkatkan arus investasi
dan pengembangan ruang wisata baru. Menurut Moh Faiqun Ni’am (1999) mengakibatkan perubahan citra laut menjadi waterfront city,
penyediaan lahan untuk berbagai keperluan (pemekaran kota), penataan atau peremajaan daerah pantai dan pengembangan wisata
bahari.
Meningkatnya kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak antara lain pemerintah dan swasta, mendorong adanya kompetisi di antara
para pelaku pemanfaatan sumber daya pesisir tersebut. Kompetisi inilah yang menimbulkan konflik dan tumpang tindihnya perencanaan
dan pengelolaan wilayah pesisir dari berbagai kegiatan sektoral, pemerintah daerah, masyarakat setempat dan swasta. Pihak-pihak
tersebut merasa memiliki hak atas suatu wilayah pesisir dan mereka saling mengutamakan kepentingannya masing-masing (Dahuri,
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
Usaha Reklamasi Pantai
2001:106). Melihat paradigma itu, perlu dikaji lagi baik peraturan-peraturan yang ada, dan kebutuhan bisnis dalam melaksanakan
reklamasi pantai agar keuntungan yang didapat saat ini tidak merugikan generasi yang akan datang.
Kota Makassar merupakan kota keempat terbesar di Indonesia. Dengan fungsi sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) dan merupakan penghubung Indonesia Timur dan Indonesia Barat.
Makassar mempunyai luas 175,79 km2. Potensi garis pantai kota Makassar sepanjang 40,84
km. Garis pantai ini hampir sebgaiannya telah dipakai untuk proyek reklamasi Tanjung Bunga
yang diperuntukkan sebagai perdagangan/jasa, rekreasi dan permukiman. Areal hasil reklamasi
ini adalah 1000 Ha dan terus dikembangkan oleh pengembang. Maraknya investor yang ingin
berinvestasi di kota Makassar, menjadi pertimbangan perluasan areal garis pantai hingga pantai
Losari. Hal ini banyak ditentang oleh kalangan aktivis lingkungan karena dapat merusak
ekosistem pesisir. Disamping itu, secara ekonomi dan sosial perluasan areal reklamasi dapat
menggusur para pengusaha kecil dan menengah yang bertahun – tahun berada di daerah tersebut. Pandangan lain justru ditunjukkan
oleh pengembang, menurut mereka dengan proyek perluasan reklamasi pantai ini dapat menjadi suatu opportunity untuk melakukan
penataan kawasan sempadan pantai yang lebih baik dan membantu misi pemerintah kota untuk menjadi water front city.
Makassar merupakan suatu contoh kota yang menerapkan strategi permasalahn lahan. Namun, dalam penerapan strategi ini pun
menemui banyak kendala. Tantangan bagi perencana untuk lebih menimbang dan melakukan kajian mendalam dan sistematis untuk
penerapan reklamasi pantai ini. Semua aspek kehidupan perlu diperhitungkan agar sebuah strategi yang ditujukan untuk menyelesaikan
masalah perkotaan justru menjadi sebuah masalah baru lagi.
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
Hutan Bakau di Pesisir Makassar
Reklamasi mempunyai dampak positif sebagai daerah pemekaran kawasan dari lahan
yang semula tidak berguna menjadi daerah bernilai ekonomis tinggi. Dan di sisi lain jika
tidak diperhitungkan dengan matang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan. Di
sinilah diperlukan kepedulian dan kerja sama sinergis dari semua komponen
stakeholders. Reklamasi khususnya reklamasi pantai masih diperlukan selama
dilakukan dengan kajian yang komprehensif. Simulasi prediksi perubahan pola arus
hidrodinamika laut secara teknis dapat dilakukan dengan model fisik (laboratorium)
atau model matematik. Dari pemodelan ini dapat diperkirakan dampak negatif yang
terjadi dan cara penanggulangannya.
Reklamasi ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai, harus diarahkan pada tujuan
utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena kurangnya ketersediaan lahan darat.
Usaha reklamasi janganlah semata-mata ditujukan untuk mendapatkan lahan dengan
tujuan komersial belaka. Reklamasi di sekitar kawasan pantai dan di lepas pantai dapat
dilaksanakan dengan terlebih dahulu diperhitungkan kelayakannya secara transparan
dan ilmiah (bukan pesanan) terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang
diakibatkannya. Dengan kerja sama yang sinergis antara Pemerintah dan jajarannya,
DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat maka keputusan yang manis dan
melegakan dapat diambil. Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat
dilaksanakan, namun sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan.
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
Master Plan Tanjung Bunga
Dari semua itu, yang lebih penting adalah adanya perubahan attitude dari masyarakat dan Pemerintah. Pelaksanaan aturan hukum harus
ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait. Berbagai biaya sosial dan lingkungan hidup itu seharusnya juga diperhitungkan
dalam perencanaan reklamasi. Namun, sayangnya terdapat paradigma yang memosisikan suatu kota sebagai kota multifungsi, dimana
diharapkan mampu mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan warganya. Padahal paradigma itu telah
terbukti gagal total dalam implementasinya di lapangan. Berbagai permasalahan sosial dan lingkungan hidup dapat timbul dan sulit
dipecahkan di daerah reklamasi saat ini justru disebabkan oleh paradigma tersebut.
Perencanaan reklamasi sudah seharusnya diselaraskan dengan rencana tata ruang kota. Tata ruang kota yang baru nantinya harus
memerhatikan kemampuan daya dukung sosial dan ekologi bagi pengembangan Kota. Daya dukung sosial dan ekologi tidak dapat
secara terus-menerus dipaksakan untuk mempertahankan kota sebagai pusat kegiatan ekonomi dan politik. Fungsi kota sebagi pusat
perdagangan, jasa dan industri harus secara bertahap dipisahkan dari fungsi kota ini sebagai pusat pemerintahan.
Proyek reklamasi di sekitar kawasan pantai seharusnya terlebih dahulu diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah
melalui sebuah kajian tekhnis terhadap seberapa besar kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkannya lalu disampaikan secara terbuka
kepada publik. Penting diingat reklamasi adalah bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap keseimbangan lingkungan alamiah
pantai yang selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis, hal ini tentunya akan melahirkan perubahan ekosistem seperti perubahan pola
arus, erosi, sedimentasi pantai, serta kerusakan biota laut dan sebagainya.
Sebuah ekosistem pantai yang sudah lama terbentuk dan tertata sebagaimana mestinya dapat hancur atau hilang akibat adanya
reklamasi. Akibatnya adalah kerusakan wilayah pantai dan laut yang pada akhirnya akan berimbas pada ekonomi nelayan. Matinya biota
laut dapat membuat ikan yang dulunya mempunyai sumber pangan menjadi lebih sedikit sehingga ikan tersebut akan melakukan migrasi
ke daerah lain atau kearah laut yang lebih dalam, hal ini tentu saja akan mempengaruhi pendapatan para nelayan setempat.
Bukan itu saja, sudah mejadi hukum alam, kegiatan mereklamasi pantai akan menyebabkan penaikan masa air dan memicu terjadinya
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
abrasi yang secara perlahan-lahan akan menggeser dan menenggelamkan kawasan sepanjang pantai bukan hanya di kawasan dimana
reklamasi itu dilakukan, namun juga dikawasan lain yang dalam satu kesatuan ekosistim alamiahnya, saat ini di beberapa kawasan, air
pasang yang naik bahkan telah memasuki kawasan pemukiman.
Selain problem lingkungan dan sosial ekonomi, maka permasalahan yuridis juga perlu mendapatkan perhatian. Kajian terhadap landasan
hukum rencana reklamasi, pelaksanaan, serta peruntukannya perlu dipertimbangkan. Ada banyak produk hukum yang mengatur tentang
reklamasi mulai dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Kepres, Permen hingga Peraturan Daerah, yang menjadi persoalan adalah
konsistensi penerapan dan penegakan aturan.
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung
DAFTAR PUSTAKA
www.tanjungbungaproperty.blogspot.com
http://darius-arkwright.blogspot.com/2010/04/pendahuluan-reklamasi-adalah-suatu.html
www.wikipedia.com
Profil kota Makassar
STRATEGI PELAKSANAAN PEMBANGUNANProgram Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung