reklamasi dan revitalisasi

26
REKLAMASI DAN REVITALISASI Di Kawasan Cao Fe Dian, Tian Jin-Cina dan Pantai Marina Semarang NAMA ANGGOTA: 1. Rika Sri Amalia (16309863) 2. Yogi Oktopianto (16309875) 3. Yurista Vipriyanti (16309876) Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma 2012

Upload: yogi-oktopianto

Post on 14-Jun-2015

2.297 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Reklamasi   dan  revitalisasi

REKLAMASI DAN REVITALISASI

Di Kawasan Cao Fe Dian, Tian Jin-Cina dan

Pantai Marina Semarang

NAMA ANGGOTA:

1. Rika Sri Amalia (16309863)

2. Yogi Oktopianto (16309875)

3. Yurista Vipriyanti (16309876)

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Universitas Gunadarma

2012

Page 2: Reklamasi   dan  revitalisasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia sebagai negara maritim mempunyai garis pantai terpanjang

keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia dengan panjang

garis pantai mencapai 95.181 km. Wilayah Laut dan pesisir Indonesia mencapai ¾

wilayah Indonesia (5,8 juta km2 dari 7.827.087 km

2). Hingga saat ini wilayah

pesisir memiliki sumberdaya dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan

manusia. Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial

ekonominya, manusia memanfatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan.

Konsekuensi yang muncul adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial

dan ekonomi masyarakat.

Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok daerah yang

selama ini terlupakan, yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya memiliki

kualitas lingkungan hidup rendah. Fenomena ini bukan saja dialami di Indonesia,

tapi juga dialami negara-negara maju, sehingga daerah pantai menjadi perhatian

dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan hunian penduduk

perkotaan. Penyediaan lahan di wilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan

lahan atau habitat yang sudah ada, seperti perairan pantai, lahan basah, pantai

berlumpur dan lain sebagainya yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan

Page 3: Reklamasi   dan  revitalisasi

lingkungan sehingga dibentuk menjadi lahan lain yang dapat memberikan

keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau dikenal dengan reklamasi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah :

1. Mahasiswa mampu mendefinisikan reklamasi dan penerapan aplikasi

yang tergolong berhasil di dalam maupun luar Indonesia.

2. Mahasiswa mampu mendefinisikan revitalisasi dan penerapan aplikasi

yang tergolong berhasil di dalam maupun luar Indonesia.

3. Mahasiswa mampu mengetahui regulasi yang mendukung dalam

aplikasi tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

1. Mendefinisikan sejarah reklamasi dan revitalisasi yang ada di Cao Fe

Dian, Tian Jin-Cina.

2. Menguraikan proses penerapan reklamasi dan revitalisasi Cao Fe Dian,

Tian Jin-Cina.

3. Menjabarkan regulasi yang mendukung dalam proses pembangunan

reklamasi Cao Fe Dian, Tian Jin-Cina bila diterapkan di Indonesia.

4. Menganalisis proses penerapannya bila diterapkan di Indonesia.

5. Menjabarkan regulasi pendukung dari proses penerapan reklamasi dan

revitalisasi tersebut.

Page 4: Reklamasi   dan  revitalisasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Reklamasi dan Revitalisasi

2.1.1 Reklamasi

Dalam hukum Indonesia, istilah reklamasi ditemukan pada UU Nomor 27

Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4739), pada butir 23 memberikan definisi bahwa

reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka

meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan

sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase.

Beberapa jenis reklamasi yang dikaitkan dengan lingkungan fisik tertentu,

yaitu land reclamation, water reclamation, dan mine reclamation. Di Indonesia,

istilah reklamasi pantai digunakan dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun

1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan Keputusan Presiden

Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamsi Pantai Kapuknaga, Tanggerang.

Sejak istilah reklamasi pantai digunakan dalam 2 Keputusan Presiden di Tahun

1995, maka istilah reklamasi pantai ini lebih sering digunakan untuk kegiatan

penimbunan pantai atau laut.

Page 5: Reklamasi   dan  revitalisasi

Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau

bantaran sungai. Definisinya, tujuan utama adalah menjadikan kawasan berair

yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru

tersebut biasanya dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis

dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan, pertanian, serta objek wisata. Salah

satu reklamasi yang berhasil ada di dunia adalah Reklamasi Cao Fei Dian di

pesisir timur Negara Cina.

2.1.2 Revitalisasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010

Tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan, Revitalisasi adalah upaya untuk

meningkatkan nilai lahan/kawasan melalui pembangunan kembali dalam suatu

kawasan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya. Kegiatan

revitalisasi dilakukan melalui pengembangan kawasan tertentu yang layak untuk

direvitalisasi baik dari segi setting (bangunan dan ruang kawasan), kualitas

lingkungan, sarana, prasarana dan utilitas kawasan, sosial, dan ekonomi.

Revitalisasi merupakan upaya peningkatan kualitas kawasan dengan

melakukan perbaikan-perbaikan fisik dan merupakn suatu fungsi baru pada

kawasan. Usaha pelestarian dalam hal revitalisasi suatu kawasan merupakan suatu

usaha yang memerlukan kerja sama antara stakeholder baik pemerintah, swasta,

maupun masyarakat.

Page 6: Reklamasi   dan  revitalisasi

Kegiatan konservasi bisa berbentuk preservasi dan pada saat yang sama

melakukan pembangunan atau pengembangan, restorasi, replikasi, reskontruksi,

revitalisasi dan atau penggunaan untuk fungsi baru suatu aset masa lalu. Untuk

melakukannya perlu upaya lintas sektoral, multidimensi dan disiplin serta

berkelanjutan. Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada

penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan

ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan

revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud

bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan

adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya

masyarakat di lingkungan kawasan tertata, tapi masyarakat dalam arti luas. Untuk

itu, perlu mekanisme yang jelas. Aspek lain yang penting dan sangat berperan

dalam revitalisasi, yaitu penggunaan peran teknologi informasi, khususnya dalam

mengelola keterlibatan banyak pihak untuk menunjang kegiatan revitalisasi.

Kegiatan revitalisasi dapat dilakukan dari aspek keunikan lokasi dan

tempat bersejarah. Demikian juga, revitalisasi juga dilakukan dalam rangka untuk

mengubah citra suatu kawasan.

2.2 Reklamasi dan Revitalisasi di Cao Fei Dian, Tian Jin – Cina

Cao Fei Dian merupakan satu kawasan di pantai timur Beijing yang

mengalami pertumbuhan cukup pesat. Berada pada posisi pesisir timur negara

Cina atau di pantai barat laut Kuning. Laut Kuning menjadi kawasan perairan

yang berkembang karena meningkatkannya aktivitas transportasi dan kegiatan

Page 7: Reklamasi   dan  revitalisasi

ekonomi yang terjadi pada sisi-sisi pantainya (pantai barat : daratan dan pantai

timur Cina), sehingga menjadi sebuah kawasan yang mendunia karena intensitas

perkembangan kegiatan ekonominya. Penyelenggaraan reklamasi di kawasan Cao

Fei Dian, Tian Jin dinilai strategis karena selain sebagai perluasan daratan yang

ada, juga dinilai akan mampu bersaing dalam perkembangan kawasan Asia

Pasifik.

Reklamasi di Cina diprioritaskan di pantai timur Tian Jin sebagai

pengganti lokasi Kawasan Industri di Beijing. Pemerintah Cina ingin sukses

dalam penyelenggaraan Olimpiade Beijing 2008, sehingga dilakukan pengaturan

kembali (bahkan relokasi) kawasan-kawasan yang dinilai mengganggu

transportasi dan potensial menimbulkan polusi. Pada sisi lain, pengaturan ruang

yang lebih efisien (kompak). Kebijakan pengaturan ruang pada kawasan-kawasan

tertentu menjadi bagian dari upaya menyukseskan Olimpiade Beijing 2008.

Pemindahan ke pantai dengan mereklamasi, sekaligus pembuatan kawasan

industri, dan pelabuhan, sehinga pemindahan ini juga akan memberikan nilai

ekonomis. Total luas reklamasi sekitar 2.000 hektar, termasuk untuk seluruh

kegiatan tersebut. Hal-hal yang menonjol dari penyelenggaraan reklamasi di Cina

adalah :

1. Reklamasi dilakukan berdasar perencanaan yang matang, sistimatis, dan

jelas pentahapan pembangunannya.

2. Dukungan studi dari berbagai bidang kajian : sosial, ekonomi, budaya,

teknis, lingkungan, dan lain-lain, agar tidak menimbulkan konflik berbagai

kepentingan.

Page 8: Reklamasi   dan  revitalisasi

3. Pembangunan elemen-elemen pembentuk ruang yang memiliki daya tarik

kuat diprioritaskan pembangunannya, seperti kawasan pelabuhan dengan

fasilitasnya, jalan raya, jaringan listrik, jalur kereta api, apartemen, dan

lain sebagainya.

4. Teknik pelaksanaannya terkesan sederhana dan efisien, karena

menggunakan sistem polder dan pengurugan, menggunakan material pasir

dari perairan laut setempat (dipindahkan dari sebelahnya, dengan demikian

ada bagian (“pergerakan”) yang dalam dan ada pengurangan/pengisian).

5. Pemanfaatan ruang hasil reklamasi diutamakan sebagai kawasan industri,

pelabuhan, kawasan berikat, dan permukiman dengan berbagai

fasilitasnya.

Gambar 2.1 Kawasan yang sedang dalam proses reklamasi

Page 9: Reklamasi   dan  revitalisasi

Gambar 2.2 Kegiatan pengisian pasir di area yang dijadikan daratan

Gambar 2.3 Saluran pembuangan air dalam proses pengeringan lahan reklamasi

Sesuai dengan fungsi rencana awal, kawasan ini dijadikan sebagai

kawasan industri Asia Pasifik. Kawasan ini direvitalisasikan dalam rangka

penyelenggaran Olimpiade Beijing 2008. Penataan ruang wilayah ini disesuaikan

dengan kebutuhan Olimpiade Beijing 2008 dengan mengutamakan kawasan

Page 10: Reklamasi   dan  revitalisasi

industry, pelabuhan, kawasan beikat dan permukiman dengan berbagai fasilitas

lengkap didalamnya.

2.3 Penerapan di Indonesia (Pantai Marina Semarang)

Pertumbuhan dan perpindahan penduduk yang semakin pesat telah

menimbulkan permasalahan yang pelik bagi tempat dimana mereka tinggal. Tidak

hanya peningkatan angka kriminalitas tetapi juga kerusakan lingkungan yang

semakin parah. Pertambahan jumlah penduduk menuntut pula bertambahnya

tempat tinggal. Sayangnya, lahan yang diperuntukan untuk pemukiman di setiap

kota terbatas, bahkan semakin lama luasnya semakin berkurang karena

beralihfungsi menjadi pusat perbelanjaan dan perkantoran. Desakan kebutuhan

ekonomi menyebabkan wilayah pantai yang seharusnya menjadi wilayah

penyangga daratan menjadi tidak dapat mempertahankan fungsinya. Daerah

sepadan pantai, dihitung 100 meter dari pantai pada waktu pasang tertinggi,

sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990, tidak

bebas lagi dari kegiatan pembangunan. Ribuan hektare lahan di pesisir pantai

utara Jawa Tengah musnah tergerus abrasi.

Dampak positif kegiatan reklamasi antara lain tentunya pada peningkatan

kualitas dan nilai ekonomi kawasan pesisir, mengurangi lahan yang dianggap

kurang produktif, penambahan wilayah, perlindungan pantai dari erosi,

peningkatan kondisi habitat perairan, perbaikan rejim hidraulik kawasan pantai,

dan penyerapan tenaga kerja.

Page 11: Reklamasi   dan  revitalisasi

Reklamasi banyak

memberikan keuntungan dalam

mengembangkan wilayah.

Praktek ini memberikan pilihan

penyediaan lahan untuk

pemekaran wilayah, penataan

daerah pantai, menciptakan

alternatif kegiatan dan pengembangan wisata bahari. Pulau hasil reklamasi dapat

menahan gelombang pasang yang mengikis pantai, Selain itu juga dapat menjadi

semacam bendungan untuk menahan banjir rob di daratan.

Namun perlu diingat pula, reklamasi adalah campur tangan manusia

terhadap alam dan semua kegiatan ini juga membawa dampak buruk. Sementara,

dampak negatif dari reklamasi pada lingkungan meliputi dampak fisik seperti

perubahan hidro-oseanografi, sedimentasi, peningkatan kekeruhan, pencemaran

laut, perubahan rejin air tanah, peningkatan potensi banjir dan penggenangan di

wilayah pesisir. Sedangkan, dampak biologis berupa terganggunya ekosistem

mangrove, terumbu karang, padang

lamun, estuaria dan penurunan

keanekaragaman hayati.

Sekitar 80 persen wilayah

pantai saat ini dikuasai oleh swasta

salah satunya ialah pengusaha.

Dengan dalih telah mempunyai izin dari pusat pada zaman pemerintahan Orde

Page 12: Reklamasi   dan  revitalisasi

Baru, mereka dengan leluasa mengubah pantai, termasuk mendirikan bangunan,

baik di wilayah pantai maupun di laut dengan cara mereklamasi pantai. Sebagai

contoh ialah reklamasi Pantai Marina Semarang yang diduga menyebabkan abrasi

pantai Tawangmas. Bukan hanya itu, rob atau limpasan air laut di wilayah

Kelurahan Tawangmas juga semakin parah.

Bila dibandingkan dengan Reklamasi yang dilakukan Pemerintah Cina di

kawasan Cao Fei Dian, Tian Jin – Cina, Reklamasi Pantai Marina dapat dikatakan

menimbulkan kerugian fisik maupun non fisik bagi masyarakat sekitar. Penerapan

reklamasi di Cao Fei Dian, Tian Jin – Cina dapat dilakukan di daerah Pantai

Marina yang terletak di Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Semarang Barat, bila

memperhatikan beberapa aspek berikut ini :

1. Dibutuhkan perencanaan yang matang dan sistematis dengan

memperhatikan dampak lingkungan bagi masyarakat sekitar.

Perencanaan yang matang harus didukung dengan persetujuan

pemanfaatan lahan perairan dan pelaksanaan reklamasi Pantai Marina

yang tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Wali Kota No 590/04310

bertanggal 31 Agustus 2004.

2. Teknik pengerjaan dengan sistem polder yang dilakukan pada

reklamasi di kawasan Cao Fei Dian, Tian Jin – Cina sulit diterapkan di

kawasan Marina Semarang yang memiliki drainase yang baik. Sistem

polder yaitu sistem reklamasi yang dilakukan dengan cara

mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan memompa air

yang berada di dalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari

Page 13: Reklamasi   dan  revitalisasi

daerah lahan reklamasi. Teknik sistem polder ini dapat dilakukan pada

lokasi dengan kondisi drainase yang baik. Reklamasi sistem polder

kurang cocok untuk daerah yang mempunyai curah hujan yang sangat

tinggi seperti di Indonesia.

3. Sebagai normalisasi dan antisipasi terhadap adanya banjir, maka sesuai

dengan AMDAL, kawasan ini perlu dibangun adanya kanal yang

berfungsi untuk mengalirkan air ke laut.

Penerapan revitalisasi kawasan di Cina, diterapkan pula di Indonesia

tepatnya yaitu dikawasan Pantai Marina Semarang. Keadaan fisik dari pantai

Merina Semarang adalah sebagai berikut :

1. Lokasi

Kawasan Pantai Marina terletak di Kelurahan Tawangsari, Kecamatan

Semarang Barat dengan batas-batas wilayah :

a. Sebelah utara : Laut Jawa

b. Sebelah barat : Kecamatan Tugu

c. Sebelah selatan : Perumahan Puri Anjasmoro

d. Sebelah timur : Jalan arteri utara

Menurut pembagian wilayah kota Semarang kawasan ini termasuk pada Bagian

Wilayah Kota III Sub Wilayah IV.

2. Vegetasi

Jenis vegetasi pada pantai di kawasan ini terdiri dari tumbuhan bakau, api – api

serta rumput peking, alang – alang dan tumbuhan liar lainnya. Dan mempunyai

Page 14: Reklamasi   dan  revitalisasi

potensi untuk ditanami berbagai macam vegetasi khususnya vegetasi yang

menjadi ciri khas tropis.

3. Iklim

Iklim pada kawasan sama dengan iklim regional Jawa Tengah yaitu iklim

tropis. Iklim ini berpotensi untuk penanaman vegetasi. Sementara untuk

permasalahan panas dan debu yang ditimbulkan iklim tropis, perlu penanganan

khusus untuk menanggulanginya

4. Tata Guna Lahan

Sesuai dengan rencana Tata Ruang Daerah, sebagian besar kawasan di sekitar

Pantai Marina berkembang menjadi kawasan pemukiman yang diikuti dengan

perkembangan kawasan perdagangan dan jasa. Akan tetapi potensi kawasan

pantainya sendiri sebagai kwasan rekreasi air saat ini belum dimanfaatkan

secara optimal. Tercatat baru satu fasilitas rekreasi yang memanfaatkan potensi

alam kawasan pantai ini yaitu Kawasan Rekreasi Marina yang menyediakan

fasilitas berupa kolam renang dan taman bermain. Sedangkan fasilitas tekreasi

lain yang ada di sekitar kawasan ini antara lain rekreasi budaya PRPP dan

Taman Maerokoco.

5. Sarana dan Prasarana

Prasarana listrik, air dan telepon disuplay dari jaringan yang telah tersedia.

Jalan dalam kondisi baik sehingga memungkinkan angkutan umum seperti bis

kota dan ojek untuk masuk ke dalam kawasan. Jaringan ini memiliki akses

langsung menuju jaringan jalan arteri primer.

Page 15: Reklamasi   dan  revitalisasi

Sedangkan keadaaan non fisik Pantai Marina semarang adalah sebagai berikut :

1. Pemanfaatan Ruang

Pemanfaatan ruang pada kawasan pada dasarnya terdiri atas kawasan

permukiman, kawasan rekreasi dan kawassan industri.

2. Pengaturan Bangunan

Mengacu pada arahan RDTR kawasan BWK III, Pengaturan bangunan

meliputi:

a. Pengaturan kepadatan bangunan (Koefisien Dasar Bangunan)

KDB pada kawasan ini adalah 60%

b. Pengaturan Ketinggian Bangunan

Ketinggian Maksimal yang diperbolehkan pada kawasan ini asalah 7 lantai

c. Koefisien Lantai Bangunan 4.2

d. Garis Sempadan Pantai 25 m

e. Garis Sempadan Bangunan 17 m

3. Potensi Kawasan. Kawasan Pantai Marina memiliki potensi yang menunjang

keberadan rekreasi air nantinya, antara lain :

a. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota dan kawasan bisnis Semarang, yaitu

Tugu Muda dan Simpang Lima serta berada pada lingkungan perumahan

eksklusif.

b. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai bagi keperluan rekreasi air

seperti sarana utilitas.

c. Masih banyak lahan pada kawasan ini yang belum dimanfaatkan.

Page 16: Reklamasi   dan  revitalisasi

d. Memiliki potensi alam berupa alam pantai dengan hamparan pasir, deburan

ombak dan angin yang cukup kencang.

e. Kawasan dekat dengan bandara Internasional Ahmad Yani, dengan

semakin berkembangnya jaringan transportasi ini, semakin meningkat juga

wisatawan yang datang.

Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Daerah, dilakukan pengurugan tambak dan

reklamasi di beberapa tempat di Semarang, termasuk Kawasan Pantai Marina dan

sekitarnya yang berkembang menjadi kawasan pemukiman yang diikuti dengan

perkembangan kawasan perdagangan dan jasa. Walaupun potensi kawasannya

sendiri sebagai kawasan rekreasi air sampai saat ini belum dimanfaatkan secara

optimal, namun keberadaannya tetap menimbulkan dampak bagi lingkungan

sekitarnya baik positif maupun negatif. Terlebih lagi lokasinya yang tidak jauh

dari pusat kota yang ramai dan kawasan bisnis Semarang, yaitu Tugu Muda dan

Simpang Lima serta berada pada lingkungan perumahan eksklusif.

2.4 Regulasi yang mendukung

2.4.1 Regulasi yang mendukung reklamasi pantai di Indonesia

Reklamasi pantai di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1979 dan terus

berlangsung hingga saat ini. Keberadaan lembaga reklamasi pantai mulai dikenal

dalam bidang hukum Indonesia sejak tahun 1995 dengan munculnya 2 Keputusan

Presiden, yaitu Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai

Page 17: Reklamasi   dan  revitalisasi

Utara Jakarta dan Keputusan Presiden No. 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi

Pantai Kapuknaga, Tanggerang.

Secara umum, kedua Keputusan Presiden (KEPPRES) ini menjadi awal

munculnya landasan yurisdis bagi reklamasi pantai. Hanya saja KEPPRES ini

tidak dapat berlaku secara umum. Pembangunan reklamasi di Indonesia harus

mengacu pada berbagai pedoman dan undang-undang yang mengatur tentang

reklamasi pantai, antara lain :

1. Pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi pantai (Peraturan

Menteri PU No. 4/PRT/M/2007) yang mencakup penjelasan tentang

faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam tahapan-tahapan pelaksanaan

kegiatan reklamasi, yaitu aspek fisik, ekologi, sosial ekonomi dan budaya,

tata lingkungan dan hukum, aspek kelayakan, perencanaan dan metode

yang digunakan. Pedoman ini juga memberikan batasan, persyaratan dan

ketentuan teknis yang harus dipenuhi agar suatu wilayah dapat melakukan

reklamasi pantai.

2. Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

memberi wewenang kepada daerah untuk mengelola wilayah laut dengan

memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.

3. Undang-undang nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup

4. Undang-undang nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang

merupakan guide line bagi daerah untuk mengatur, mengendalikan dan

menata wilayahnya dalam satu-kesatuan matra ekosistem.

Page 18: Reklamasi   dan  revitalisasi

5. Undang-undang nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

yang mengatur tentang perlindungan terhadap asset baik berupa jiwa, raga,

harta sehingga ancaman bencana yang ada di wilayah pesisir dapat

diminimalisir.

6. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.

Dalam Peraturan Pemerintah ini hanya diatur mengenai status hukum

tanah hasil reklamasi semata-mata. Menurut Pasal 12 PP No. 16 Tahun

2004, tanah yang berasal dari tanah timbul atau hasil reklamasi di wilayah

perairan pantai, pasang surut, rawa, danau, dan bekas sungai dikuasai

langsung oleh Negara.

7. Keputusan Direktur Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil No. SK.

31/P3L/VIII/2003 tentang Pembentukan Tim Reklamasi.

8. Keputusan Direktur Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Nomor:

SK.64D/P3K/IX/2004 tentang Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir.

Keputusan Direktur Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini hanya

menjelaskan tentang Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir. Dalam

Pedoman tersebut dikemukakan bahwa selama ini di Indonesia memang

belum ada ketentuan umum yang mengatur reklamasi pantai di perairan

pesisir secara nasional baik dalam hal legalitas maupun aspek-aspek yang

harus diperhatikan secara biogeofisik dan sosial ekonomi budaya dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pasca kegiatan reklamasi.

Page 19: Reklamasi   dan  revitalisasi

Dengan disahkannya UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4739) pada tanggal 17 Juli 2007, maka pengaturan

tentang reklamasi secara telah muncul.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 butir 23 UU Nomor: 27 Tahun

2007, reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka

meningkatkan manfaat sumberdaya lahan ditinjau dari sudut lingkungan

dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau

drainase. Dalam pasal 34 UU No. 27 Tahun 2007 ditentukan bahwa :

1. Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan

dalam rangka meningkatkan manfaat dan/atau nilai tambah

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ditinjau dari aspek

teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi.

2. Pelaksanaan reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

wajib menjaga dan memperhatikan :

a. Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat

b. Keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan

kepentingan pelestarian fungsi lingkungan Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil, serta

c. Persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan

penimbunan material.

Page 20: Reklamasi   dan  revitalisasi

3. Perencanaan dan pelaksanaan reklamasi diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Presiden.

Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat 1 UU No. 27 Tahun 2007, reklamasi

pantai dan laut telah merupakan suatu lembaga hukum yang berdasarkan Undang-

undang. Konsekuensinya, izin reklamasi pantai dan laut (wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil) merupakan suatu keputusan tata usaha Negara yang

berdasarkan Undang-undang. Izin reklamasi tidak lagi hanya merupakan suatu

kebijakan dalam arti keputusan tata usaha Negara untuk mengisi kekosongan

Undang-undang.

2.4.2 Regulasi yang mendukung revitalisasi di Indonesia

Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui

beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal-hal

sebagai berikut : (1) intervensi fisik intervensi, (2) rehabilitas ekonomi, (3)

revitalisasi sosial/institusional yang didukung dengan regulasi yang berlaku di

Indonesia. Berikut adalah regulasi yang mendukung adanya revitalisasi di

Indonesia.

1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010

2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

3. Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang

4. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan

Kawasan

Page 21: Reklamasi   dan  revitalisasi

BAB III

ANALISIS MASALAH

Reklamasi & Revitalisasi Pantai Marina Semarang

Input Tak TerkendaliKualitas Lingkungan Hidup RendahPotensi Banjir & Penggenangan di Wilayah Pesisir

Input TerkendaliUU No. 27 Tahun 2007 Peraturan Menteri PU No.18/PRT/M/2010UU No. 32 Tahun 2004Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990Keputusan Direktur Jenderal Pesisir & Pulau-Pulau Kecil SK.640/P3K.IX/2004

Output yang DiharapkanPeningkatan Kualitas & Nilai Ekonomi Kawasan PesisirKawasan Baru untuk Permukiman, Perindustrian, Bisnis & Objek Wisata

Output Tak DiharapkanPerubahan hidro-oseonografiPeningkatan Kekeruhan Air LautPencemaran LautErosi PantaiRob atau Limpasan Air

Manajemen RisikoAudit LingkunganPenataan Daerah Pantai

Input LingkunganPenyediaan Lahan di Wilayah PesisirAlternatif Kegiatan & Pengembangan Wisata Bahari

Gambar 3.1 Diagram Input-Output

Page 22: Reklamasi   dan  revitalisasi

Reklamasi dan Revitalisasi

Pantau Marina Semarang

Peningkatan

Potensi Rob

Regulasi

Pendukung

-+

Pengembangan Lahan

di Wilayah PesisirPenurunan Kualitas

Wilayah Pesisir

Perkembangan

Kawasan Industri

+

Pencemaran

Air Laut

-

Kawasan

Perekonomian

+

-

Penurunan

Keanekaragaman

Hayati

Reklamasi

Pemanfaatan Lahan

Perairan & Pelaksanaan

Reklamasi dan

Revitalisasi

Pemekaran

Wil.Penataan

Daerah Pantai

+

--+

Revitalisasi

Gambar 3.2 Diagram Casual Loop

Page 23: Reklamasi   dan  revitalisasi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau

bantaran sungai. Tujuan utama adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau

tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut

dimanfaatkan untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan,

pelabuhan udara, perkotaan, serta objek wisata. Salah satu reklamasi yang berhasil

ada di dunia adalah Reklamasi Cao Fei Dian di pesisir timur Negara Cina.

Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai lahan/kawasan melalui

pembangunan kembali dalam suatu kawasan yang dapat meningkatkan fungsi

kawasan sebelumnya. Kegiatan revitalisasi dilakukan melalui pengembangan

kawasan tertentu yang layak untuk direvitalisasi baik dari segi setting (bangunan

dan ruang kawasan), kualitas lingkungan, sarana, prasarana dan utilitas kawasan,

sosial, dan ekonomi.

Sistem pelaksanaan reklamasi di Cao Fei Dian, Tian-ji Cina tidak dapat

diterapkan di Indonesia karena sistem yang digunakan adalah sistem polder.

Reklamasi sistem polder kurang cocok untuk daerah yang mempunyai curah hujan

yang sangat tinggi seperti di Indonesia.

Page 24: Reklamasi   dan  revitalisasi

Regulasi yang mendukung reklamasi dan revitalisasi di Indonesia adalah

sebagai berikut :

1. Peraturan Menteri PU No. 18/PRT/M/2010 tentang Pedoman

Revitalisasi Kawasan

2. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3. Keputusan Direktur Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

SK.640/P3K/M/2004

4. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman

Pengelolaan Kawasan

4.2 Saran

Pelaksanaan pembangunan reklamasi harus diperhatikan beberapa aspek

penting dibawah ini:

1. Kondisi lingkungan sekitar menentukan sistem reklamasi yang akan

digunakan.

2. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Daerah, dilakukan pengurugan

tambak dan reklamasi di beberapa tempat di Semarang, termasuk

Kawasan Pantai Marina dan sekitarnya yang berkembang menjadi

kawasan pemukiman yang diikuti dengan perkembangan kawasan

perdagangan dan jasa

Page 25: Reklamasi   dan  revitalisasi

3. Regulasi reklamasi dan revitalisasi dalam suatu wilayah/kawasan perlu

diawasi proses pelaksanaanya, sehingga tidak ada peraturan tumpang

tindih diantara stake holder dari kawasan reklamasi tersebut.

Page 26: Reklamasi   dan  revitalisasi

DAFTAR PUSTAKA

http://www.caofeidian.gov.cn/CFDPortal/

http://www.theglobal-review.com

http://semarang.citydirectory.co.id

http://bappenas.go.id