reklamasi pantai dubai
TRANSCRIPT
REKLAMASI PANTAI di dubai
Nur Aisyah al-Anbiya 1006660913
Fieneshia Sevita 1006773830
Ario Bintang K 1106139033
Made Yama W 0806459482
Okita Miraningrum 1006660954
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai rahmat dan karunia-Nya
sehingga Tugas Permasalahan Lingkungan Dalam Isu Global Mengenai Laporan Reklamasi
Pantai ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas pembuatan Laporan Reklamasi Pantai ini disusun agar dapat memberi informasi
mengenai kondisi pantai di Dunia dan penyusun lebih menspesifikasi lagi reklamasi yang
terjadi di Dubai. Selain itu Penyusun juga menyertakan upaya-upaya yang telah dan akan
dilakukan oleh beberapa negara untuk mengatasi permasalahan keterbatasan lahan mereka
secara inovatif dan kreatif. Setalah itu penyusun meninjau dampak upaya tersebut agar
pembangunan yang dilakukan tetap berwawasan sustainable development.
Dalam penyusunan pembuatan Laporan Reklamasi Pantai penyusun berusaha semaksimal
mungkin agar dapat dimengerti maksud dan tujuannya, tetapi penyusun menyadari masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat kami
harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga hasil dan tugas pembuatan Laporan Reklamasi Pantai ini dapat bermanfaat dan
dimanfaatkan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Depok, 5 November 2012
Penyusun
I. Definisi Reklamasi Pantai
Menurut pengertiannya secara bahasa, reklamasi berasal dari kosa kata dalam
Bahasa Inggris, to reclaim yang artinya memperbaiki sesuatu yang rusak. Secara spesifik
dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia terbitan PT. Gramedia disebutkan
arti reclaim sebagai menjadikan tanah (from the sea). Masih dalam kamus yang sama, arti
kata reclamation diterjemahkan sebagai pekerjaan memperoleh tanah.
Sedangkan pengertiannya secara ilmiah dalam ranah ilmu teknik pantai, reklamasi
adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna
atau masih kosong dan berair menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di
kawasan pantai, daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar,
ataupun di danau.
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan
berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru
tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan
pertokoan, pertanian, serta objek wisata.
Dalam teori perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah
pemekaran kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kota-kota besar yang laju
pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi mengalami kendala
dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan lahan). Dengan kondisi
tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak memungkinkan lagi, sehingga
diperlukan daratan baru. Alternatif lainnya adalah pemekaran ke arah vertikal dengan
membangun gedung-gedung pencakar langit dan rumah-rumah susun.
II. Reklamasi Pantai di Dunia
Reklamasi pantai umumnya dilakukan oleh negara-negara tertentu dengan tujuan
tertentu diantaranya untuk menambah lahan kosong di negaranya, sebagai tempat wisata, dan
berbagai alasan lainya sesuai dengan kebutuhan negara tersebut.
Adapun negara-negara didunia yang telah melakukan reklamasi pantai dinegaranya
yaitu sebagai berikut:
1) Reklamasi di Cao Fe Dian, Tian Jin – Cina
Cao Fe Dian merupakan satu kawasan di pantai timur Beijing yang akan
mengalami pertumbuan yang cukup pesat. Lokasi reklamasi tersebut berada pada
pesisir timur negara Cina atau tepatnya berada di pantai barat Laut Kuning. Dalam
perkembangannya, Laut Kuning menjadi kawasan perairan yang berkembang akibat
meningkatnya aktivitas transportasi guna penunjang perekonomian sehingga menjadi
salah satu tempat dimana terjadinya perkembangan perekonomian dunia.
Dengan alasan tersebut, Cina melakukan langkah strategis dengan melakukan
reklamasi di kawasan Cao Fe Dian. Sehingga diharapkan kawasan tersebut mampu
bersaing dengan perkembangan yang terjadi di Asia-Pasifik. Selain itu pula, kawasan
tersebut merupakan relokasi untuk berbagai kawasan-kawasan yang telah ada di Cina
yang dianggap menganggu masyarakat dan dengan tujuan agar pengaturan ruang
menjadi lebih efisien. Dikawasan tersebut juga dibangun kawasan industri, berikat,
pelabuhan, dan Free Trade Zone (FTZ), sehingga diharapkan relokasi tersebut
memberikan nilai ekonomis.
Kegiatan Pengisian Pasir di Area yang Akan di Reklamasi
2) Reklamasi di Song Do – Korea Selatan
Song Do merupakan kota yang terletak di pantai barat semenanjung Korea atau
berada di tepi sebelah timur Laut Kuning. Song Do hampir berhadapan langsung
dengan kawasan reklamasi yang dilakukan Negara Cina, Cao Fe Dian, pada kota Tian
Jin. Kawasan ini merupakan tempat yang strategis sebab merupakan jalur sibuk dan
zona pertumbuhan yang sedang berkembang tidak hanya untuk Korea dan sekitarnya,
melainkan untuk kawasan Asia-Pasifik.
Lokasi reklamasi Song Do ini memiliki luas sekitar 38.000 hektar, dan dibagi
kedalam 3 zona yaitu Song Do yang berfungsi sebagai kawasan resort, perkantoran,
perkantoran, perhotelan, dan permukiman. Secara keseluruhan luas Song Do
mencapai 24.000 hektar. Zona selanjutnya yaitu Bandar Udara Internasional Incheon
dengan luas 4.000 hektar, dan Zona ketiga yaitu kawasan industri serta Free Trade
Zone (IDFTZ) seluas 10.000 hektar.
Peta Rencana Reklamasi di Korea Selatan
3) Reklamasi di Kansai – Jepang
Kawasan reklamasi di Jepang terletak di Kansai, Kyoto. Reklamasi dikawasan
ini terletak jauh dari daratan utama dengan dihubungkan jalan panjang antara Kansai
dan Kyoto sebagai akses masuk ketempat tersebut. Tempat reklamasi tersebut telah
beraktifitas layaknya daratan pada umumnya, pada tempat tersebut dimanfaatkan
sebagai perluasan pelabuhan laut dan perluasan Bandara Internasional Kansai.
Foto Satelit Kansai International Airport
Kawasan Kansai ini memiliki Luas kira-kira 10 Kilometer persegi (panjang 4
Km dan lebar 2,5 km). Kawasan bandara dibangun pada hasil reklamasi ini dengan
tujuan untuk memenuhi tuntuan warga jepang atas terganggunya warga akibat
kebisingan suara pesawat udara sebab Bandara Internasional Kansai ini memiliki
kesibukan yang tinggi. Kawasan ini juga memiliki potensi gempa dan serangan badai,
namun para ahli telah meminimalisasi dampak tersebut dengan melakukan rekayasa
teknologi.
Jalan Penghubung Kansai Internasional Airport Dengan Kota Kyoto
4) Reklamasi Pantai di Utara Jakarta – Indonesia
Proyek reklamasi dan revitalisasi di Utara Jakarta dilakukan oleh Pemda Jakarta
dengan tujuan untuk membangun kawasan tersebut menjadi kawasan aktifitas bisnis
dan perekonomian serta menjadikan kawasan tersebut menjadi kawasan elit. Dengan
dilakukannya reklamasi pantai tersebut diharapkan predikat jakarta berubah menjadi
Water Front City. Pemerintah berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk
sekita 2,7% pertahun dan berupaya mengatasi kesulitan penyediaan ruang serta
merubah kesan kumuh pada Utara Jakarta menjadi kesan formal bernuansa elit.
Selain undang-undang dan pedoman yang ada, reklamasi pantai tersebut juga
mendapatkan dukungan legal yaitu Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2008
tentang Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur
(Jabodetabekpunjur) yang didalamnya memperbolehkan mengadakan kegiatan
reklamasi dengan peryaratan yang ketat. Perpres tersebut menyebutkan bahwa
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya sebagai berikut:
a) Bukan merupakan lahan rawa,
b) Merupakan zona perairan pantai yang memiliki potensi reklamasi,
c) Koefisien terbangun paling tinggi 45%,
d) Jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200-300 meter, dan
sampai dengan garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang
menunjukkan kedalaman laun 8 meter,
e) Rencana reklamasi telah melalui proses kajian mendalam dan
komprehensif setelah mendapat rekomendasi dari ketua badan yang
tugas dan fungsinya mengkoordinasikan penataan ruang nasional
(BKPRN).
III. Reklamasi Pantai di Dubai
Dubai, Uni Emirat Arab, adalah kota yang sudah
terkenal di dunia dengan reklamasi pantainya yang
dilakukan secara besar-besaran. Letak geografisnya
berada di 25ᵒ15’00” LU dan 55ᵒ18’00” BT. Hasil
reklamasi pantainya paling terkenal di dunia adalah
Palm Island, yaitu sebuah pulau buatan yang dibuat
menyerupai bentuk pohon Palem jika dilihat dari
udara.
III.a Info Negara
Dubai, dengan populasi nyaris satu juta orang, meghasilkan beberapa arsitektur
bangunan terbaik di dunia. Sebut saja Burj Al Arab, hotel tertinggi di dunia dan untuk menara
di Emirat, merupakan tempat tinggal tertinggi di dunia. Sebelum adanya megaproyek Palm
Island, garis pantai mulanya hanya sepanjang 70 km saja. Diperkirakan pantai di Dubai
bertambah sepanjang 520 km akibat adanya reklamasi besar-besaran ini. Penambahan garis
pantai akibat pembangunan megaproyek ini akan menjadikan Dubai sangat mencolok di peta
dunia, di tambah dengan keunikan bentuk dari Palm Island. Dubai menjadi kota yang
berkembang dengan cepat selama 10 tahun terakhir, yaitu dengan adanya Burj Dubai,
pembangunan bandara yang super megah hingga berbagai proyek reklamasi pantainya.
Rendahnya suku bunga dan pasar saham menyebabkan investasi di Palm Island
menjadi sangat menarik. Pemerintah Dubai juga menyediakan pasar real estate, yang akan
menarik imigran kaya raya ke kota dengan harga properti di bawah nilai pasar pada
umumnya.
Pembeli apartemen dan vila di Dubai Palm Island mulai menempati tempat tinggalnya
pada akhir tahun 2005. Butuh waktu empat tahun untuk menyelesaikan properti di pulau-
pulau tersebut. Perusahaan yang menangani pembangunan Palm Island adalah Dubai Palm
Developers.
III.b Kondisi Eksisting Dubai
Pada pertengahan tahun 1990, putra mahkota Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid
Al Maktoum mencetuskan ide untuk pembangunan kawasan wisata menghadap pantai dan
laut yang indah sehingga tercetuslah proyek reklamasi pantai dengan pembangunan pulau
buatan berbentuk pohon Palem yang menjorok ke tengah lautan sehingga dapat memandang
laut Arabian dari segala sisi. Pulau yang dibangun pertama kali adalah Palm Island Jumeirah
pada tahun 2000 dengan mereklamasi pasir sebanyak 91 juta meter kubik dan lima juta meter
kubik batuan. Setiap gugusan pulau akan berbentuk pohon palem dengan ditutup bula sabit di
atasnya dan akan memiliki jumlah tempat tinggal, hiburan, dan wisata yang besar. Palm
Island terletak di Teluk Persian, sebuah teluk yang berada di antara Iran dan Uni Emirat
Arab.
III.c.Kondisi Dubai Saat Ini
Palm Island memiliki 3 gugusan
pulau yakni Palm Island Jumeirah, Palm
Island Jebel Ali dan Palm Island Deira. Palm
Jumeirah merupakan pulau pertama yang
dibangun yang terdiri dari sebuah penyangga
Palm Island Jumeirah
utama di bawah pertengahan dan sebuah mahkota dengan 17 cabang keluar dari pusatnya.
Terdapat juga pulau berbentuk bulan sabit di sekitar konstruksi itu yang berperan sebagai
pemecah ombak lautan sekitarnya. Fase 1 konstruksi menghasilkan 1400 vila dan 2500
apartemen dalam 20 bangunan yang dibuat di sisi timur pulau. Hal ini merupakan permulaan
dari usaha untuk mengundang lebih banyak orang dalam pembangunan 32 hotel selanjutnya.
Palm Islands dan The World adalah gugusan kepulauan buatan yang terletak di Teluk
Persia, Timur Laut Uni Emirat Arab, Dubai. Palm Islands terdiri dari 3 gugusan pulau buatan
yang berbentuk seperti pohon palem, yaitu: Palm Jebel Ali, Palm Jumeirah, dan Palm Deira.
Selain Palms Islands, Dubai juga memiliki gugusan kepulauan buatan lain yang diberi nama
The World. Semua gugusan pulau buatan ini dibuat dengan reklamasi pantai.
Gambar 1. Peta Gugusan Kepulauan Buatan Palm Islands dan The World (sumber:
Wikipedia)
Kepulauan ini dibuat sebagai tujuan pariwisata bagi wisatawan luar negeri. Kepulauan
ini dilengkapi dengan penginapan mewah dan berbagai sarana hiburan bagi wisatawan. Palm
Jebel Ali dan Palm Jumeirah terbuat dari 100 juta meter kubik batu dan pasir, sedangkan
Palm Deira terbuat dari 100 milliar kubik batu dan pasir. Pembangunan Palm Jumeirah
dimulai pada bulan Juni tahun 2001. Tak lama kemudian pembangunan Palm Jebel Ali
dimulai. Palm Deira mulai dibangun pada bulan Oktober 2004. Pembangunan direncanakan
berjalan selama 10 sampai 15 tahun.
Palm Islands dibuat dengan reklamasi pantai menggunakan pasir yang dikeruk dari
dasar Teluk Persia oleh kontraktor Belgia, Jan De Nul, dan kontraktor Belanda, Van Oord.
Pasir yang sudah dikeruk disebar dengan menggunakan pompa berkekuatan tinggi dari atas
kapal keruk. Pemecah gelombang besar dibangun pada bagian tepian terluar dari kepulauan
Palm. Pemecah gelombang pada kepulauan Palm Jumeirah saja terdiri dari lebih dari 7 juta
ton batuan. Tiap batu ditempatkan menggunakan crane. Grup Jan de Nul mulai mengerjakan
Palm Jebel Ali pada tahun 2002 dan menyelesaikannya pada akhir tahun 2006. Cakupan
proyek reklamasi Palm Jebel Ali termasuk pembuatan tanjung sepanjang 4 kilometer, yang
dilindungi oleh pemecah gelombang berbentuk lingkaran, selebar 200 meter dan sepanjang
17 kilometer. Terdapat 210 juta meter kubik batu, pasir, dan batu kapur yang digunakan
dalam proses reklamasi, dan terdapat sekitar 10 juta meter kubik batu yang digunakan dalam
pembangunan lereng pelindung.
Palm Jebel Ali merupakan pulau ke dua
yang dibangun pada bulan Oktober 2002 dan
pembangunan tahap pertamanya selesai pada
tahun 2008. Proyek ini direncanakan selesai pada
tahun 2020 dan mengakomodir kebutuhan untuk
1,7 juta orang. Pulau ini 50% lebih besar
dibanding Palm Jumeirah dan termasuk di
dalamnya enam marina, taman bermain, dan
rumah mewah yang akan dibangun di atas laut.
Palm Deira direncanakan menjadi pulau terbesar yang menyusun jajaran Palm Island
ini, dan akan selesai pada tahun 2015. Mega proyek ini dimulai pada Oktober 2000 dan
dibangun untuk tempat tinggal lebih dari 1 juta orang, delapan kali lebih besar dari Palm
Jumeirah dan lima kali lebih besar dari Palm Jebel Ali. Awalnya Palm Deira direncanakan
akan dibangun dengan ukuran 14 km kali 8.5 km, namun karena adanya masalah pada
kedalaman laut di beberapa tempat dimensi tersebut diperkecil menjadi 12.5 km kali 7.5 km.
Palm Jumeirah menerima penduduk pertamanya pada musim panas tahun 2007,
sedangkan Palm Jebel Ali saat ini secara struktural telah selesai. Palm Deira, pulau terbesar di
antara ketiga gugusan Palm Island, masih dalam tahap reklamasi pantai.
Tahapan pelaksanaan pembangunan Palm Island terdiri dari :
Palm Jebel Ali
1. Membuat pondasi
2. Reklamasi
3. Dredging
4. GPS
5. Problem solving
Pembangunan pondasi merupakan tahap di mana pemasangan pemecah ombak (break
water/BW) dilakukan di sisi pulau yang akan dibangun. Tujuannya adalah untuk melindungi
area yang akan direklamasi dari ombak besar maupun angin akibat badai. Lapisan penyusun
BW adalah pasir, water permeability sheet berupa batuan kecil dan dua lapisan batuan besar
yang beberapa di antaranya memiliki berat hingga 6 ton. BW dipilih menggunakan batuan
biasa dibanding batuan beton karena dianggap lebih artifisial sehingga dapat menyerupai
karang. Batuan tersebut nantinya dapat berfungsi sebagai karang laut untuk pertumbuhan
biota laut seperti rumput laut sehingga ekosistem ikan laut serta hewan laut lainnya dapat
berkembang dengan baik. Pada BW, dibangun semacam pintu atau daerah terbuka pada dua
sisinya untuk mencegah air supaya tidak tersendat. Jika BW sudah selesai dibuat, maka
pembangunan bagian dalam pulau mulai dilaksanakan.
Dalam pembangunan BW ini, yang paling penting untuk diperhatikan adalah
kekuatan BW khususnya pada bagian yang menghadapi lautan lepas harus kuat menahan
ombak. Ukuran dan desain BW perlu diperhatikan apakah sudah mencukup untuk keperluan
tersebut. Kemiringan dari BW juga harus diperhatikan, ditambah dengan apakah perlu
pembangunan counter weight atau beberapa BW dengan tinggi yang berbeda. Untuk
keperluan ini maka harus ada data yang berisi prediksi tinggi gelombang pada area yang akan
dibangun dan iklim kawasan tersebut dalam jangka waktu beberapa tahun.
Teluk Persian tempat Palm Island dibuat mengandung potensi bencana alam yang
besar. Secara garis besar, bencana dibagi menjadi 2 macam yakni geologi dan atmosferik.
Bencana geologi termasuk di dalamnya gempa bumi, tsunami/gelombang tinggi, erosi akibat
aliran air deras. Sedangkan bencana atmosferik contohnya adalah siklon tropis. Terlepas dari
dua klasifikasi bencana tersebut, masih banyak potensi bencana yang harus menjadi perhatian
serius seperti pendangkalan air tanah, erosi pantai, hilangnya biodiversity dan hutan
mangrove. Efek global warming yang merupakan gabungan dari kedua bencana tersebut
dapat menyebabkan rentetan bencana lainnya seperti erosi dan banjir.
Pelaksanaan pembangunan di tengah lautan menyebabkan perlunya susatu sistem
komunikasi dan navigasi yang canggih. Pada megaproyek Palm Island, sistem ini dilakukan
dengan bantuan DGPS (Digital Global Positioning System) yang digunakan untuk mengecek
ketepatan peletakan pasir sebagai material reklamasi. Pelaksanaan di lapangan dilakukan
dengan bantuan pekerja/manusia yang bertugas membawa alat GPS tersebut pada
daratan/pulau hasil reklamasi. Alat GPS kemudian berhubungan langsung dengan satelit di
angkasa untuk kemudian mengirimkan data secara langsung ke daratan. Pekerja yang
membawa alat GPS harus berjalan menyusuri pinggir pantai area reklamasi. Alat GPS akan
bekerja dan menghasilkan data untuk menyimpulkan apakah daratan yang sudah dibangun
sudah tepat dan sesuai dengan perkiraan desain.
III.d Dampak Lingkungan Pembangunan The World dan Palm Islands, Dubai
Pembangunan Palm Islands dan The World memiliki dampak lingkungan yang sangat
jelas. Aspek lingkungan hidup yang terkena dampak terbesar adalah keanekaragaman hayati
di ekosistem kelautan Teluk Persia. Proses pembangunan ini memberikan dampak pada
kehidupan satwa liar di sekitar proyek, erosi pantai, perpindahan sedimentasi, dan pola
ombak. Sedimen teraduk akibat aktivitas proyek menyebabkan fauna lau lokal terganggu dan
mengurangi intensitas cahaya matahari yang biasa diserap oleh tumbuhan laut.
Megaproyek milik Dubai ini menjadi sasaran kritikan favorit bagi ahli-ahli lingkungan.
Greenpeace mengkritisi pembangunan Palm Islands yang tidak ramah lingkungan dan tidak
berkesinambungan. Dan para ahli lingkungan juga melontarkan kritik pedas di
mongabay.com, sebuah situs web yang berisi artikel mengenai hutan hujan tropis. Mereka
menyatakan,
"significant changes in the maritime environment [of Dubai] are leaving a visual scar [. . .]
As a result of the dredging and redepositing of sand for the construction of the islands, the
typically crystalline waters of the gulf of Dubai have become severely clouded with silt.
Construction activity is damaging the marine habitat, burying coral reefs, oyster beds and
subterranean fields of sea grass, threatening local marine species as well as other species
dependent on them for food. Oyster beds have been covered in as much as two inches of
sediment, while above the water, beaches are eroding with the disruption of natural currents"
("Dubai's artificial islands have high environmental cost").
II.c.5 USUALAN
Adapun selain kegiatan diatas yang telah dijelaskan sebelumnya. Kelompok kami
memrpunyai rancangan rencana Kegiatan reklamsi pantai yang dinamai “Dot Beach”.
Detail kegiatan:
1. Perencanaan
Dalam proses perencanaan, dilakukan pengukuran beberapa hal yang berkaitan
dengan pembangunan reklamasi, antara lain:
a. Angin
Data angin digunakan untuk melakukan perhitungan proses hindcasting
gelombang.
b. Fetch
Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki
kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Adanya kenyataan bahwa angin
bertiup dalam arah yang bervariasi atau sembarang, maka panjang fetch diukur
dari titik pengamatan dengan interval 50. Panjang fetch dihitung untuk 8 arah
mata angin.
c. Pasang surut\
Data pasang surut diperoleh dari data pengukuran selama 15 hari berturut –
turut dengan interval waktu 1 jam. Data pasang surut diperlukan untuk
menentukan elevasi muka air rencana, dimensi dan ketinggian mercu
bangunan pantai.
d. Analisa Arus laut
Pengukuran arus menggunakan currentmeter yang dilakukan untuk
mendapatkan kecepatan dan arah arus tiap jam. Pengukuran arus dilakukan
pada 2 kondisi, yaitu pada kondisi pasang tertinggi (pasang purnama) dan
surut terendah (pasang perbani) secara simultan. Lama pengukuran masing-
masing selama 24 jam dengan interval waktu 60 menit, yaitu dari saat surut
sampai saat surut berikutnya atau dari saat pasang ke saat pasang berikutnya
atau disebut 1 siklus pasang surut.
e. Batimetri perairan
Survei batimetri atau pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi rupa bumi dasar perairan. Kawasan yang disurvei batimetri meliputi
wilayah perairan dari garis pantai ke arah laut sejauh lebih dari 9,5 km. Survei
dilakukan dengan alat echosounder yang dilengkapi dengan GPS, sehingga
survei dapat dilakukan dengan mudah walau lokasi yang disurvei meliputi
cukup jauh dari garis pantai. Hasil dari survei batimetri ini diolah dan
digabung dengan hasil survei topografi sehingga diperoleh peta darat-laut
kawasan yang dikaji.
f. Sedimen
Pengambilan contoh sedimen layang dilakukan pada kedalaman yang sama
dengan pengukuran arus. Sedimen layang akan diambil 3 sampel di
masingmasing titik dimana metoda ini disebut dengan composite sample yang
berarti bahwa pengambilan sample dilakukan pada kedalaman air yang
berbeda dan kemudian digabung menjadi 1 sampel. Peralatan pengambilan
contoh sedimen layang menggunakan satu unit botol yang dilengkapi katup-
katup pemberat.
g. Peramalan gelombang
Data gelombang di Indonesia pada umumnya sulit didapatkan. Apabila ada
data gelombang biasanya hanya menyangkut beberapa bulan atau paling lama
satu tahun, sehingga belum memadai bilamana data tersebut digunakan untuk
analisis gelombang ekstrim. Untuk mengatasi keterbatasan data gelombang
tersebut di atas biasanya perencana melakukan peramalan gelombang lewat
data angin, karena data angin relatif tersedia dan mudah didapatkan. Data bisa
dikumpulkan dari data yang tersedia di bandar udara terdekat atau lewat
Badan Meterologi dan Geofisika ( BMG ).
2. Pelaksanaan
a. Pelelangan
Proses pelangan dimana pemrakarsa pengutarakan ide kepada beberapa
kontraktor untuk merealisasikan ide yang telah disusun
b. Nota Kesepakatan
Hal ini dibuat etelah dicapai kesepakatan antar pemrakarsa dan pengembang.
Di dalam Nota kesepahaman dicantumkan kewajiban pihak yang ditunjuk
sebelum dilanjutkan kepada perjanjian pengembangan, untuk:
a). Menyiapkan proposal yang antara lain berisikan:
- perencanaan reklamasi;
- perencanaan penggunaan tanah hasil reklamasi;
- perencanaan makro infrastruktur;
- perencanaan fasilitas umum/fasilitas sosial;
- perencanaan pentahapan;
- perencanaan AMDAL Proyek.
- perencanaan usaha dan keuangan serta studi kelayakan
3. Perizinan
Setelah perjanjian pengembangan ditandatangani, maka mitra pengembang membuat
perencanaan inci setiap tahap pelaksanaan reklamasi dan melengkapi persyaratan-
persyaratan teknis yaitu:
a) Amdal Proyek;
b) Perencanaan penggunaan tanah hasil reklamasi;
c) Perencanaan pengambilan material reklamasi;
d) Perencanaan infrastruktur/prasarana dasar.
4. Pelaksanaan Reklamasi dan Prasarana Dasar
Setelah mendapatkan izin Pelaksanaan Reklamasi, Mitra Pengembang menunjuk
kontraktor pelaksana dan pelaksana prasarana dasar serta suplier pengambilan
material urug.
5. Pengawasan
Dilakukan pengawasan rutin dan pengendalian teknis atas pelaksanaan reklamasi dan
pembangunan prasarana dasar di lapangan serta masalah yang dihadapi saat
pembangunan
6. Pembangunan dan pengelolaan hasil reklamasi
Setelah reklamasi terbuat, dilakukan serah terima antara pengembang dengan
pemrakarsa sesuai perjanjian yang dibuat.
Waktu yang diperlukan: 5-10 tahun
Biaya: Rp 18-20 triliun
Luas kawasan yang akan terkena dampak: 2828,57 km2
Dampak terhadap lingkungan:
Positif:
terdapat tambahan daratan yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan
daerah yang menjadi daerah reklamasi akan terlindungi dari erosi karena sudah
dilakukan pengamanan terhadap gempuran ombak
daerah dengan ketinggian lebih rendah dari permukaan laut dapat aman dari banjir
karena adanya tembok penahan air laut di sepanjang pantai
dapat dijadikan area rekreasi
Negatif:
peninggian muka air laut karena perubahan fungsi beberapa bagian laut
pencemaran laut akibat reklamasi
Daftar Pustaka:
World Wildlife Fund (WWF), pada tahun 2007 juga menyatakan Dubai lima kali lebih
unsustainable (tidak berkesinambungan) dari negara-negara lain (Samarai, 2007).
Sumber: Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan ,. Dr. Ir. Ruchyat
Deni Djakapermana M.Eng (Pengamat Penataan Ruang dan Pengembangan)