refrat hep b

11
A. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Virus hepatitis B (HBV) merupakan hepadnavirus, yang sangat resisten dan mapu bertahan pada kelembaban dan suhu ekstrim. HBV dapat bertahan hidup selama 15 tahun pada suhu -20 o C, 24 bulan pada suhu -80 o C, 6 bulan pada suhu ruangan, dan 7 hari pada suhu 44 o C. Genome virus hepatitis B teridir dari: S (surface): mengkode protein pre-S1, pre-S2, dan protein S. C (core): mengkode protein inti necleocapsid dan antigen e. X (gen X): mengkode protein X P (gen polymerase) (Pyrsopoulos NT dan Reddy KR, 2015) Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Respon antibody humoral

Upload: diena-haniefa

Post on 05-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yoi

TRANSCRIPT

Page 1: Refrat Hep B

A. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Virus hepatitis B (HBV) merupakan hepadnavirus, yang sangat resisten dan mapu

bertahan pada kelembaban dan suhu ekstrim. HBV dapat bertahan hidup selama 15 tahun pada

suhu -20oC, 24 bulan pada suhu -80 oC, 6 bulan pada suhu ruangan, dan 7 hari pada suhu 44 oC.

Genome virus hepatitis B teridir dari:

S (surface): mengkode protein pre-S1, pre-S2, dan protein S.

C (core): mengkode protein inti necleocapsid dan antigen e.

X (gen X): mengkode protein X

P (gen polymerase) (Pyrsopoulos NT dan Reddy KR, 2015)

Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B

(VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami

penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya,

sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati.

Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA

hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan sel hati

untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru. Virus

ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan

karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Respon antibody humoral bertanggung

jawab terhadap proses pembersihan partikel virus yang berada dalam sirkulasi, sedangkan

antibody seluler mengeliminasi sel-sel yang terinfeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau

minimal maka terjadi keadaan karier sehat (Heathcote, J, Abbas Z et al., 2008).

Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah sama yaitu

adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel

hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulminan. Bila penyakit

menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus

masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar,

tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa

fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif (Heathcote, J, Abbas Z et al., 2008).

Page 2: Refrat Hep B

B. SUMBER DAN CARA PENULARAN

Hepatitis B infeksi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). VHB

dapat hidup di luar tubuh manusia selama 7 hari. Selama waktu tersebut, VHB masih

berpotensi menyebabkan infeksi apabila masuk dalam tubuh orang yang tidak pernah

mendapatkan vaksin HepB. Periode inkubasi VHB bervariasi dari 30-180 hari, rata-rata 75

hari. Virus dapat dideteksi dalam 30-60 hari setelah terinfeksi dan dapat bertahan dan

berkembang menjadi hepatitis B kronik.

Pada daerah endemik, hepatitis B biasanya ditularkan dari ibu ke anak pada saat

persalinan (transmisi perinatal), atau melalui transmisi horizontal (terpapar darah yang

terinfeksi), atau dari anak yang terinfeksi kepadak anak yang tidak terinfeksi sampai umur 5

tahun. Berkembangnya infeksi menjadi infeksi kronis biasa ditemukan pada bayi yang

terinfeksi dari ibunya atau anak yang terinfeksi sebelum umur 5 tahun.

Hepatitis B juga dapat ditularkan melalui paparan perkutan atau mukosa terhadap

darah yang terinfeksi dan berbagai cairan tubuh, seperti ludah, darah menstruasi, cairan

vagina, dan cairan semen. Penularan hepatitis B melalui hubungan seksual dapat terjadi,

khususnya pada laki-laki yang tidak tervaksinasi yang berhubungan seksual dengan laki-laki

dan seorang heteroseksual yang berhubungan seks dengan banyak pasangan atau

berhubungan dengan pekerja seks. Pada orang dewasa, infeksi yang menjadi infeksi kronis

terdapat kurang dari 5% dari kasus yang ada. Penularan virus juga dapat terjadi melaluui

penggunaan jarum suntik berulang (WHO, 2015).

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis pada penyakit hepatitis B bervariasi mulai dari hepatitis subklinis, hepatitis

ikterik, hingga hepatitis fulminant, hepatitis akut dan subakut selama fase akut, dan dari keadaan

infeksi kronis asimpotatik hingga hepatitis kronis, sirosis, dan karsinoma hepatoseluler (HCC)

selama fase kronik.

Berbagai manifestas klinis hepatitis B pada kulit dapat ditemukan saat fase awal hepatitis

viral, termasuk bitnik-bintih dan ruam maculopapular. Perubahan warna kulit dapat terjadi

khusunya pada ekstremitas bawah. Wanita cenderung lebih mudah mengalami gejala pada kulit.

1. Fase akut

Page 3: Refrat Hep B

Pada infeksi hepatitis B fase akut, waktu inkubasinya adalah 1-6 bulan. Keadaan utama

pada fase ini adalah tidak terdapatnya ikterik atau keadaan hepatitis anikterik, asimptomatik,

namun memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk berkembang menjadi hepatitis kronik.

Pasien dengan gejala memiliki gejala yang sama dengan pasien hepatitis ikterik.

Hepatitis ikterik berkaitan dengan fase prodromal yang merupakan fase di antara

timbulnya keluhan-keluhan dengan gejala timbulnya ikterus. Ditandai dengan anoreksia,

mual, muntah, demam subfebris, myalgia, pusing, kelainan ketajaman indra pengecapan dan

sensai bau, dan nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau

epigastrium. Pasien dengan hepatitis fulminant dan subfulminan dapat datang dengan

ensefalopati hepatikum, somnolen, gangguan pola tidur, bingung, koma, asites, perdarahan

saluran cerna, dan koagulopati.

2. Fase kronik

Pasien dengan penyakit hepatitis B konik dapat merukapakan immune tolerant atau

memiliki infeksi kronik inaktif tanpa adanya penyakit aktif. Pada fase ini juga asimptomatik.

Pada hepatitis kronik aktif, khususnya saat sedang replikasi, pasien mungkin akan

mengeluhkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala saat fase akut, pusing, anoreksia,

mual, nyeri ringan atau rasa tidak nyaman pada kuadran atas. Pada keadaan lanjut dapat

terjadi gejala dekompensasi hepatikum, ensefalopati hepatikum, somnolen, gangguan pola

tidur, bingung, koma, asites, perdarahan saluran cerna, dan koagulopati. (Pyrsopoulos NT dan

Reddy KR, 2015)..

D. DIAGNOSIS

Pada pemeriksaan klinis, hepatitis B tidak dapat dibedakan dengan hepatitis yang

disebabkan oleh virus lainnya, sehingga butuh pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis

hepatitis B. Pemeriksaan laboratorium juga dapat membedakan infeksi akut dan kronis. Fokus

utama melakukan pemeriksaan penunjang diagnosis hepatitis B adalah mendeteksi adanya

Hepatitis B surface antigen (HBsAg).

Infeksi HBV akut ditandai dengan adanya HBsAg dan immunoglobulin M (IgM) pada

bagian tengah antigen (HBcAg). Saat fase inisial, dapat terdeteksi seropositive antigen

hepatitis B e (HBeAg). HBeAg mengindikasikan bahwa darah dan cairan tubuh pada orang

yang terinfeksi sangatlah mudah menular.

Page 4: Refrat Hep B

Infeksi kronik ditandai dengan menetapnya HBsAg dalam tubuh pasien selama minimal 6

bulan (dengan atau tanpa adanya HBeAg). Menetapnya HBsAg merupakan marker utama

risiko berkembangnya infeksi menjadi penyakit hati kronis dan kanker hati (karsinoma

hepatoseluler) di kemudian hari (WHO, 2015).

Tabel 1. Kriteria diagnosis Infeksi virus Hepatitis B (PPHI, 2012)

Gambar 1: Perjalanan serologis infeksi HBV ((Pyrsopoulos NT dan Reddy KR, 2015)

Page 5: Refrat Hep B

(PPHI, 2012)

E. PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis akut, sehingga penatalaksanaan bertujuan

untuk mempertahankan kenyamanan dan menyeimbangkan nutrisi yang adekuat, termasuk

mengganti cairan yang hilang akibat muntah dan diare. Infeksi hepatitis B kronis dapat

diterapi dengan obat-obatan, yakni antiviral oral. Terapi dapat memperlambat perkembangan

infeksi menjadi sirosis, mengurangi angka kejadian kanker hati, dan meningkatkan

kelangsungan hidup.

WHO merekomendasikan terapi oral yakni tenofovir atau entecavir karena merupakan

obat yang paling poten untuk menekan virus hepatitis B. Selain itu, dibandingkan dengan

obat lainnya, tenofovir dan entecavir jarang menyebabkan resistensi dan memiliki efek

samping yang sedikit sehingga hanya memerlukan pengawasan yang terbatas.

Namun, kebanyakan terapi tidak menyembuhkan infeksi hepatitis B, namun hanya

menekan replikasi dari virus. Sehingga, banyak pasien yang harus mengkonsumsi obat

tersebut untuk sepanjang hidupnya.

Page 6: Refrat Hep B

Terapi dengan injeksi interferon dapat diberikan kepada pasien dengan tingkat ekonomi

kelas atas, namun jarang dipilih karena harga yang terlalu mahal dan terdapat efek samping

yang membutuhkan pengawasan ketat.

Masih terdapat keterbatasan sumber daya untuk mendiagnosa dan memberikan terapi

hepatitis B pada keadaan-keadaan yang mendesak. Kebanyakan orang terdiagnosis hepatitis

B ketika sudah menjadi penyakit hati lanjutan. Kanker hati berkembang secara cepat, dan

karena pilihan terapi juga terbatas, maka hasilnya secara umum buruk. Pada pasien-pasien

kelas ekonomi bawah, kebanyakan akan meninggal dalam beberapa bulan setelah terdiagnosa

kanker liver. Namun, pada negara-negara dengan penduduk kelas ekonomi atas, tindakan

pembedahan dan kemoterapi dapat memperpanjang waktu hidup hingga beberapa tahun.

Pada negara berpenghasilan tinggi terkadang melakukan transplantasi hati untuk pasien

dengan sirosis, dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. (WHO, 2015)

F. PENCEGAHAN

Vaksinasi hepatitis B merupakan pencegahan utama hepatitis B. WHO

merekomendasikan bahwa semua bayi baru lahir mendapatkan vaksin hepatitis B sesaat

setelah dilahirkan, atau sebelum 24 jam. Dosis saat lahir harus diikuti oleh 2 atau 3 dosis

untuk melengkapi seri primer. Pada kebanyakan kasus, salah satu dari dua opsi dibawah ini

merupakan terapi yang tepat.

3 kali pemberian dengan dosis awal (monovalen) yang diberikan pada saat lahir.

Dosis pada saat lahir harus diikuti dengan dosis yang kedua dan ketiga

(monovalen atau kombinasi) diberikan pada waktu yang sama dengan dosis awal

(saat lahir) dan dosis ketiga pada difteri, pertusis, dan tetanus.

4 kali pemberian, dimana dosis satu rhonovalen saat lahir dilanjutkan dengan`3

dosis monovalen atau kombinasi. Biasadiberikan bersamaan dengan vaksin

lainnya.

Rangkaian vaksinasi diatas merangsang tingkat perlindungan antibodi pada bayi, anak-anak, dan

orang dewasa muda sebanyak lebih dari 95%. Perlindungan berakhir hingga 20 tahun dan bisa

jadi seumur hidup. Oleh karena itu, WHO tidak merekomendasikan vaksinasi penyokokng

(booster vaccination) untuk seorang yang sudah mendapatkan vaksinasi 3 dosis.

Page 7: Refrat Hep B

Anak-anak dan remaja kurang dari 18 tahun yang sebelumnya tidak tervaksinasi Hepatitis B

seharusnya mendapatkan vaksinasi jika tinggal di negara-negara dengan tingkat endemisitas

rendah atau sedang. Pada keadaan tersebut orang-orang dengan risiko tinggi masih mungkin

mendapatkan infeksi hepatitis B dan harus divaksinasi. Orang-orang dengan risiko tinggi tersebut

adalah:

Orang-orang yang seringkali membutuhkan darah atau produk darah, pasien dialisis,

resipien transplantasi organ.

Orang-orang dalam penjara

Orang-orang yang berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HBV kronik.

Orang dengan multipartner seks.

Pekerja kesehatan dan orang lain yang mungkin terpapar darah dan produk darah melalui

aktivitas pekerjaannya, dan

Wisatawan yang medapatkan vaksinasi heptitis B tidak lengkap, seharusnya

diperintahkan vaksinasi sebelum pergi menuju daerah endemik (WHO, 2015).

Heathcote, J. Abbas, Z. Albery, A. Benhamau, Y. Chen, C.. Hepatitis B. World Gastroenterology

Organisation. 2008.

Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B. PPHI.

2012.

World Health Organization. Hepatitis B. WHO. 2015. Diunduh dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs204/en/ pada 4 Oktober 2015 10.05 WIB

Pyrsopoulos NT dan Reddy KR. Hepatitis B. Medscape. 2015. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/177632-overview#a3 pada 4 Oktober 2015 10.05

WIB

Pyrsopoulos NT dan Reddy KR. Hepatitis B. Medscape. 2015. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/177632-clinical pada 4 Oktober 2015 10.05 WIB