refrat anestesi.docx

Upload: medi-putra

Post on 15-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

refrat anestesi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANI.1. Latar BelakangMenurut National Safety Council, mati lemas karena tertelan benda asing dan aspirasi adalah penyebab ketiga terbanyak yang menyebabkan kematian pada anak usia 1-6 tahun. Ingesti biasanya asimtomatik, tidak diketahui, dan self-resolving. Tertelan benda asing lebih sering terjadi dari pada aspirasi. benda asing yang paling sering tertelan adalah koin, diikuti oleh makananatau tulang. Benda asing lainnya termasuk batrai, pin, kancing baju, serta mainan. Beberapa koin sering tersangkut pada esofagus. Oleh karena itu diperlukan tindakan bedah untuk mengeluarkan benda asing tersebut dari dalam tubuh. Untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan selama tindakan bedah tersebut diperlukan peran anestesiolog.Anestesi adalah suatu tindakan mengurangi hingga menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi pertama kali di gunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun1846.Ada beberapa anestesi yang menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lain hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakaianya tetap sadar. Dan pembiusan lokal adalah suatu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius ini bila di gunakan dalam operasi tidak membuat lama waktu penyembuhkan operasi. Anestesi hanya di lakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis. Dokter spesialis anestesi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan secepatnya.Pasien anak-anak bukanlah dewasa kecil. Neonatus (0-1 bulan), bayi (1-12 bulan), balita (1-5 tahun) dan anak kecil (4-12 tahun) memiliki perbedaan dalam persyaratan anestesi. Manajemen aman anestesi tergantung pada apresiasi penuh dari karakteristik fisiologis, anatomi, dan farmakologi dari setiap kelompok umur. Karakteristik ini yang membedakan mereka dari satu sama lain dan orang dewasa, sehingga membutuhkan modifikasi peralatan dan teknik anestesi. Memang bayi berisiko lebih besar untuk morbiditas dan mortalitas anestesi dari pada anak yang lebih tua, risiko secara umum berbanding terbalik dengan usia, neonatus berada pada risiko tertinggi. Selain itu, pasien anak-anak rentan terhadap penyakit sehingga membutuhkan strategi bedah dan anestesi yang unik.Untuk meminimalisir risiko terhadap bahaya anestesi dibutuhkan pengamatan dan pemeriksaan terhadap pasien anak-anak baik dalam evaluasi pre operatif, intra operatif dan post operatif.

I.2. Batasan MasalahReferat ini membahas mengenai tatalaksana anestesi pada pasien corpus alienum er. Esofagus pada anak-anak.I.3. Tujuan PenulisanI.3.1.Sebagai salah satu syarat untuk ujian kepaniteraan klinik di bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP DR. M. DjamilI.3.2.Menambah pengetahuan tentang tatalaksana anestesi pada pasien corpus alienum er. esofagus pada anak-anak serta menjadi sumber informasi bagi para pembaca.I.4. Metode PenulisanMetode yang digunakan dalam penulisan referat ini berupa tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai literatur yang dilengkapi dengan kasus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAII. 1. Evaluasi Pre OperatifPersiapan dan kunjungan pre operatif pada pasien pediatrik untuk tindakan bedah lebih penting daripada pemilihan premedikasi. Selama periode singkat tersebut, anestesiolog mengevaluasi kondisi medis pasien anak tersebut dan menggabungkan informasi tersebut dengan prosedur tindakan bedah.1Kunjungan preoperatif sebaiknya dimulai dengan tinjauan rekam medis, perhatian khusus sebaiknya diberikan pada riwayat anestesi sebelumnya dan masalah-masalah yang terjadi, teknik-teknik yang berhasil dan tidak berhasil yang digunakan sebelumnya pad airway managemen, dan beberapa riwayat penyakit kardiorespirasi atau anomali airway. Riwayat penyakit dan riwayat alergi juga harus ditemukan, dan itu termasuk pertanyaan khususnya pertanyaan yang mengarah ke alergi terhadap latex. Hasil tes laboratorium juga harus diperhatikan, khususnya keadaan hematologi, fungsi ginjal, dan profil elektrolit, dan fungsi pulmonal jika memungkinkan.2Anestesiolog harus waspada dengan anak-anak yang sedang mendapatkan terapi obat-obatan dan bagaimana interaksi obat tersebut dengan anestesi. Penggunaan bronkodilator, agen kemoterapi atau antikolinesterase mempunyai efek signifikan untuk anestesia. Penggunaan terapi obat termasuk pertanyaan yang berkaitan dengan penggunaan obat herbal. Potensial komplikasi pada periode perioperatif terjadi akibat penggunaan terapi tersebut.2Tabel I. Efek Farmakologi dan Komplikasi Potensial Perioperatif Obat Herbal2Obat HerbalDigunakan untukKomplikasi Potensial Perioperative

Echinacea Profilaksis dan pengobatan infeksi virus, bakteri dan jamurMengurangi efektivitas imunosupresan, menyebabkan hapatotoksit jika digunakan dengan obat hepatotoksit lainnya

Ephedra Diet Tergantung dosis bisa menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, aritmia dengan halotan, takipilaksis dengan efedrin intraoperatif

Garlic Antihipertensi, menurunkan kadar lemakInhibitor platelet, perdarahan perioperatif

Ginkgo Stimulan sirkulasi, penyakit Alzheimer, disfungsi ereksiInhibitor platelet, perdarahan perioperatif

Ginseng Melindungi tubuh dari stres dan memulihkan homeostasisPerdarahan peripoeratif, potensial untuk hipoglikemi

Pepper anxiolitikPotensi efek sedatif dari agen anestesi, bisa terjadi withdrawl syndr after sudden abstinence

Amber Pengobatan untuk depresi dan anxietasMenurunkan efek midazolam, lidokain, digoxin, CCB

Valenan, Vandal rootAnxiolitikPotensi efek sedatif dari agen anestesi, bisa terjadi withdrawl syndr after sudden abstinence

Beberapa sindroma yang terjadi pada anak-anak, dan mereka biasanya melibatkan multisistem, karenanya, mereka mempunyai akibat yang penting terhadap manajemen anestesi. Hal ini harus menjadi perhatian bagi anestesiolog dalam melakukan manajemen anestesi.2Anestesiolog sebaiknya waspada terhadap peningkatan prevalensi penyakit saluran nafas, penggunaan bronkodilator nebulizer rutin atau as needed terjadi hingga 10% pasien pediatrik. Kemungkinan pergantian gigi pada usia sekolah juga harus menjadi perhatian anestesiolog. Masalah kesehatan lainnya juga harus dinilai dan konsultan pediatrik harus memberikan pertimbangan tentang kondisi fisiologi pasien sebelum dilakukan tindakan anestesi.1Pada pemeriksaan fisik, anestesiolog melakukannya tergantung keadaan. Jika pada infant yang perlu diperhatikan adalah status nutrisi umum, warna kulit, karakter respirasi, dan nasal discharge. Walaupun pendapat ahli bedah dan pediatrisian membantu, mereka tidak bisa menggantikan peran anestesiolog dalam melakukan pemeriksaan.2Prinsip umum tertentu diaplikasikan pada evaluasi preoperatif. Ketika memeriksa anak-anak, anestesiolog sebaiknya melihat beberapa tanda yang sedikit berbeda daripada ketika memeriksa pasien dewasa. Antara umur 4-8 tahun, anak-anak harus diperiksa untuk erupsi gigi primer. Menemukan rongga rahang yang kosong setelah operasi menjadi tidak mengkhawatirkan jika anestesiolog mengetahui bahwa gigi tersebut memang tidak ada sebelum pasien di tindak.2Sebagai tambahan, anestesiolog harus menilai kondisi psikologis dari pasien dan keluarganya. Anestesiolog harus menyadari bahwa keluarga pasien tersebut dalam kondisi stres psikologis akibat tindakan bedah anaknya. Anestesi dan tindakan bedah mewakili keadaan stres yang berat bagi pasien pediatrik. Beberapa hal yang menyebabkan stres seperti terpisah dari orang tuanya, suasana yang asing, tindakan yang menyakitkan dan menakutkan. Program Prabedah, termasuk membuat literatur dan tour rumah sakit telah dibuktikan dapat menurunkan kecemasan preoperatif baik bagi pasien ataupun keluarga. Sayangnya, stres yang disebabkan oleh mask induction pada prosedur anestesi dan postoperative care tidak bisa dihilangkan dengan cara tersebut. Beberapa institusi telah mengadopsi kebijakan tentang membolehkan orang tua mendampingi anaknya selama proses induksi anestesi.1Selanjutnya yang harus dinilai pada evaluasi pre operatif adalah hasil laboratorium darah. Sama seperti dewasa, evaluasi laboratorium pre operatif di pandu oleh riwayat medisnya. Beberapa institusi masih membutuhkan hematokrit preoperatif untuk infant yang kecil dari 2 bulan, karena frekuensi apneu post operatif dan bradikardi pada bayi baru lahir telah menunjukkan meningkat pada anemia. Masih terjadi kontroversi tentang kadar hemoglobin minimal yang diterima untuk bedah elektif pediatrik. Kadar hemoglobin minimal yang biasanya digunakan untuk infant >3 bulan adalah 10 gr/dl, dengan kadar yang lebih tinggi pada younger infant, tergantung usia gestasional dan status kesehatan umum. Pasien dengan sickle cell anemia atau hemoglobinopati lainnya membutuhkan persiapan pre operatif khusus. Debat terus berlanjut untuk menentukan apakah dilakukan transfusi pre operatif untuk mencapai target level hemoglobin atau diberikan hemoglobin A.1Setelah semua persiapan pre operatif dilakukan, periode puasa juga harus diperhatikan. Bukti menunjukan bahwa anak-anak dibolehkan untuk minum air putih sampai 2 jam sebelum dilakukan operasi dan 4 jam untuk jenis makanan1. Puasa preoperatif, anestesiolog harus mempertimbangkan umur dan kondisi medis pasien sesuai dengan jadwal tindakan bedah. Anak yang lebih muda mempunyai cadangan glikogen yang lebih sedikit sehingga kejadian hipoglikemi dengan pemanjangan interval puasa sering terjadi. Atas alasan itu, waktu puasa dikurangi pada infant dan anak-anak.2KandunganPeriode minimal Puasa

Makanan Padat8

Commercial Formula6

Produk susu6

Jus citrus6

ASI4

Clear Liquids2

Tabel II. Periode Puasa untuk Infant dan Anak-anak2

Tanpa memperhatikan berapa lama pasien berpuasa, tetap ada populasi anak-anak yang mempunyai resiko untuk regurgitasi dan aspirasi isi lambung. Kelompok ini termasuk pasien yang tidak puasa sesuai dengan periode yang telah ditentukan dan pasien dengan dismotilitas esofagus, inkompeten sfingter gastroesofageal (GERD), penundaan waktu pengosongan lambung dan kondisi abdomen yang dihubungkan dengan keadaan ileus, muntah, dan gangguan elektrolit. Sebagai tambahan, anak-anak dengan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan gangguan cairan dan elektrolit (seperti diabetik ketoasidosis) mempunyai risiko untuk terjadinya regurgitasi dan aspirasi sekunder untuk penundaan pengosongan lambung.2Pada anak-anak dengan risiko untuk aspirasi, evaluasi medis yang cocok dan medikasi preanestesi dengan antasid nonpartikuler seperti sodium citrate (0,5 mL/kg), metoklopramid (0,1 mg/kg) dan atau agen H2-blocking (ranitidin 2,5 mg/kg) bisa digunakan.2

II.2. Risiko Anestesi pada PediatrikMungkin database yang paling baru saat ini untuk menilai risiko anestesi pediatrik adalah Pediatric Perioperative Cardiac Arrest (POCA). Registri ini mencakup laporan berdasarkan kira-kira satu juta kasus anestesi pediatrik sejak tahun 1994. Semua cardiac arrest dan kematian pasien anak-anak intra operatif atau pemulihan dari anestesi dianalisis untuk menyelidiki kemungkinan keterkaitan anestesi dengan kejadian ini. hampir semua pasien menerima anestesi umum saja atau dikombinasikan dengan anestesi regional. Dalam analisis awal, data yang mencakup 289 kasus cardiac arrest, 150 serangan dinilai berhubungan dengan anestesi. Dengan demikian, risiko serangan jantung dalam kasus anestesi pediatrik akan muncul menjadi sekitar 1,4 dalam 10.000. Selain itu, dari seluruh mortalitas, dilaporkan 26% mendapat cardiac arrest. Sekitar 6% mengalami cedera permanen, dengan mayoritas (68%) yang memiliki cedera sementara atau tidak sama sekali. Kematian sebanyak 4% pada ASA 1 dan 2, dibandingkan dengan ASA 3 sampai 5 sebanyak 37%. Penting untuk dicatat bahwa 33% dari pasien yang menderita cardiac arrest yang status fisiknya ASA 1 dan . selain itu bayi menyumbang 55% dari semua arrest yang terkait anestesi dengan bayi kurang dari 1 bulan (neonatus) memiliki risiko tertinggi. Seperti dengan orang dewasa, dua prediktor utama mortalitas adalah status fisik dengan ASA 3-5 dan operasi darurat.3Kebanyakan arrest (82%) terjadi selama induksi anestesi, dimana didahului oleh bradikardi, hipotensi, dan SpO2 yang rendah. Mekanisme paling umum dari cardiac arrest adalah terkait obat. Depresi kardiovaskular dari halotan, tunggal atau kombinasi dengan obat lain, diyakini bertanggung jawab dalam 66% dari semua obat yang terkait dengan cardiac arrest. 9% lainnya adalah karena injeksi intravaskular bius lokal, yang paling sering mengikuti tes aspirasi negatif selama injeksi caudal.3Gangguan mekanisme pernafasan yang paling sering disebabkan oleh laringospasme, obstruksi jalan nafas dan kesulitan dalam intubasi. Dalam kebanyakan kasus, laringospasme terjadi selama induksi. Hampir semua pasien yang mengalami obstruksi jalan nafas atau sulit diintubasi memiliki penyakit signifikan yang mendasari.3

II.3. Medikasi Pre Anestesi Anxietas preoperatif tidak hanya merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi pasien tapi juga membuat proses induksi dan pemulihan dari anestesi menjadi lebih bermasalah. Sesungguhnya, premedikasi pre operatif yang tidak adekuat tidak hanya menjadi penyulit induksi anestesi, tapi juga menyebabkan nyeri post operatif yang lebih besar dan terjadi abnormalitas tingkah laku yang tetap bertahan lama setelah pemulihan pasca bedah. Untuk menghilangkan anxietas, nyeri, kecacatan tubuh, dibutuhkan premedikasi yang memungkinkan untuk melakukan induksi anestesi dengan lembut dan aman. Isu yang mengatakan bahwa anak-anak harus di premedikasi dan agen apa yang harus digunakan, dan apakah orang tua boleh mendampingi selama proses induksi anestesi harus dipertimbangkan terkait dengan kebutuhan spesifik masing-masing anak dan dalam konteks pelaksanaan anestesi dan keadaan klinis.2Agen terbaik apakah yang digunakan untuk premedikasi? Kebanyakan medikasi pre operatif yang digunakan adalah didikte oleh tradisi. Beecher mengemukakan lebih dari 50 tahun yang lalu, Empirical procedures firmly entrenched in habits of good doctor seem to have a vigor and life, not to say an immortality of their own (Prosedur empiris tertanam kuat dalam kebiasaan dokter yang baik tampaknya memiliki kekuatan dan kehidupan, untuk tidak mengatakan suatu keabadian mereka sendiri) (1959).2Ada variasi yang besar dalam rekomendasi untuk premedikasi pasien anak-anak. Premedikasi obat penenang biasanya dihilangkan untuk neonatus dan bayi sakit. Anak-anak yang menunjukkan kecemasan yang tidak terkendali dapat diberikan obat penenang, seperti midazolam (0,3-0,5 mg/kg, maksimal 15 mg). Pemberian secara oral lebih disukai karena kurang traumatis daripada injeksi intramuskular, tetapi membutuhkan waktu 20-45 menit untuk mendapatkan efek sedatif. Dosis midazolam yang lebih kecil dapat digunakan dengan menambahkan ketamin oral (4-6 mg/kg), tetapi kombinasi mungkin tidak cocok untuk pasien rawat jalan. Untuk pasien yang tidak kooperatif, midazolam intramuskular (0,1-0,15 mg/kg) maksimum 10 mg) dan atau ketamin (2-3 mg/kg) dengan atropin (0,02 mg/kg) mungkin dapat membantu. Rektal midazolam (0,5-1 mg/kg, maksimum 20 mg) atau methohexital rektal (25-30 mg/kg dari larutan 10%) juga dapat diberikan dalam kasus seperti saat anak dalam pelukan orang tua. Rute nasal juga dapat digunakan dengan beberapa obat tapi tidak menyenangkan, dan beberapa dikhawatirkan ada memberikan efek neruotoksisitas pada midazolam. Fentanyl juga bisa diberikan sebagai berbentuk permen lolipop (Actiq 5-15 g/kg), level fentanyl terus meninigkat intraoperatif dan dapat berkontribusi untuk analgetik pasca operasi. Agen yang lebih tua seperti chloral hidrat dan pentobarbital telah jarang digunakan.3Beberapa anestesiolog secara rutin melakukan premedikasi anak-anak dengan obat antikolinergik (seperti atropin 0,02 mg/kg secara intramuskuler) untuk mengurangi kemungkinan bradikardi selama induksi. atropin mengurangi insiden hipotensi selama induksi pada neonatus dan pada bayi kurang dari 3 bulan. Atropin juga dapat mencegah akumulasi sekresi yang dapat memblokir saluran udara dan ETT. Sekret dapat sangat bermasalah untuk pasien URTIs atau mereka yang telah diberi ketamin. Atropin sering diberikan secara oral (0,05 mg/kg), intramuskular, atau kadang-kadang melalui anus. Banyak anestesiolog lebih memilih untuk memberikan atropin intravena pada atau segera setelah induksi.3Nausea dan muntah sering terjadi pada pasien anak-anak. Pengobatan yang sama telah dilakukan sama efektifnya pada anak dan dewasa. Droperidol (20-70 mg/kg), metoclopramide (0,15 mg/kg), dan ondansentron (0,05-0,15 mg/kg) telha digunakan secara sukses. Penggunaan propofol sebagai anestesi primer juga menurunkan nausea dan muntah setelah bedah, tapi penggunaan porpofol hanya sebagai induksi tidak menurunkan kejadia nausea dan muntah.1Dosis obat untuk pediatrik khususnya berdasarkan rekomendasi per kilogram berat badan. Berat badan anak bisa diperkirakan berdasarkan umur3Berat dengan Persentil 50 (kg) = (umur x 2) + 9Table III. Pediatric Drug Dosages3

DrugCommentDosage

AcetaminophenRectal40 mg/kg

PO1020 mg/kg

Maximum (per day)60 mg/kg

AdenosineRapid IV bolus0.1 mg/kg

Repeat dose0.2 mg/kg

Maximum dose12 mg

AlbuterolNebulized1.252.5 mg in 2 mL saline

AlfentanilAnesthetic supplement (IV)2025 g/kg

Maintenance infusion13 g/kg/min

AmiodaroneLoading dose (IV)5 mg/kg

Repeat dose (slowly)5 mg/kg

Infusion510 g/kg/min

Maximum dose20 mg/kg/day

AminophyllineLoading dose administered over 20 min (IV)56 mg/kg

Maintenance dose (therapeutic level: 1020 mg/mL)0.50.9 mg/kg/h

AmoxicillinPO50 mg/kg

AmpicillinIV50 mg/kg

Ampicillin/sulbactamIV2550 mg/kg

AmrinoneLoading (IV)0.751 mg/kg

Maintenance510 g/kg/min

AtropineIV0.010.02 mg/kg

IM0.02 mg/kg

Minimum dose0.1 mg

Premedication (PO)0.030.05 mg/kg

AtracuriumIntubation (IV)0.5 mg/kg

BretyliumLoading dose (IV)5 mg/kg

CaffeineIV10 mg/kg

Calcium chlorideIV (slowly)520 mg/kg

Calcium gluconateIV (slowly)15100 mg/kg

CardioversionSee Table 473 0.52 J/kg

CefazolinIV25 mg/kg

CefotaximeIV2550 mg/kg

CefotetanIV2040 mg/kg

CefoxitinIV3040 mg/kg

CeftazidimeIV3050 mg/kg

CeftriaxoneIV2550 mg/kg

CefuroximeIV25 mg/kg

Chloral hydratePO25100 mg/kg

Rectal50 mg/kg

CimetidineIV or PO510 mg/kg

CisatracuriumIntubation (IV)0.15 mg/kg

ClindamycinIV20 mg/kg

DantroleneInitial dose (IV)2.5 mg/kg

Maximum dose10 mg/kg

DefibrillationFirst attempt2 J/kg

Subsequent attempts4 J/kg

DesmopressinIV0.20.4 g/kg

DexamethasoneIV0.10.5 mg/kg

DextroseD25W or D50W (IV)0.51 g/kg

DiazepamSedation (IV)0.10.2 mg/kg

DigoxinThree divided doses over 24 h (IV)1530 g/kg

DiltiazemIV over 2 min0.25 mg/kg

DiphenhydramineIV, IM, or PO1 mg/kg

DobutamineInfusion220 g/kg/min

DolasetronIV0.35 mg/kg

DopamineInfusion220 g/kg/min

DroperidolIV5075 g/kg

EdrophoniumDepends on degree of paralysis (IV)0.51 mg/kg

EphedrineIV0.10.3 mg/kg

EpinephrineIV bolus0.01 mg/kg

Endotracheal dose0.1 mg/kg

Infusion0.11.0 g/kg/min

Epinephrine, 2.25% racemicNebulized0.05 mL/kg in 3 mL saline

Esmolol (bolus)IV0.10.5 mg/kg

Esmolol (infusion)IV25200 g/kg/min

FamotidineIV0.15 mg/kg

FentanylPain relief (IV)12 g/kg

Pain relief (Intranasal)2 g/kg

Premedication (Actiq)1015 g/kg

Anesthetic adjunct (IV)15 g/kg

Maintenance infusion24 g/kg/h

Main anesthetic (IV)50100 g/kg

FlumazinilIV0.01 mg/kg

FosphenytoinIV1520 mg/kg

FurosemideIV0.21 mg/kg

GentamicinIV2 mg/kg

GlucoseIV0.51 g/kg

GlucagonIV0.51 mg

GlycopyrrolateIV0.01 mg/kg

GranisetronIV0.04 mg/kg

HeparinIV100 U/kg

HydrocortisoneIV1 mg/kg

HydromorphoneIV1520 g/kg

IbuprofenPO410 mg/kg

ImipenemIV1525 mg/kg

InsulinInfusion0.020.1 U/kg/h

IsoproterenolInfusion0.11 g/kg/min

KetamineInduction (IV)12 mg/kg

Induction (IM)610 mg/kg

Induction (per rectum)10 mg/kg

Maintenance infusion2575 g/kg/min

Premedication (PO)610 mg/kg

Sedation (IV)23 mg/kg

Sedation (IV)0.51 mg/kg

KetorolacIV0.50.75 mg/kg

LabetalolIV0.25 mg/kg

LidocaineLoading1 mg/kg

Maintenance2050 g/kg/min

MagnesiumIV (slowly)2550 mg/kg

Maximum single dose2 g

MannitolIV0.251 g/kg

MeperidinePain relief (IV)0.20.5 mg/kg

Premedication (IM)1 mg/kg

MethohexitalInduction (IV)12 mg/kg

Induction (per rectum)2530 mg/kg

Induction (IM)10 mg/kg

MethylprednisoloneIV24 mg/kg

MetoclopramideIV0.15 mg/kg

MetronidazoleIV7.5 mg/kg

MidazolamPremedication (PO)0.5 mg/kg

Maximum dose (PO)20 mg

Sedation (IM)0.10.15 mg/kg

Maximum dose (IM)7.5 mg

Sedation (IV)0.05 mg/kg

MilrinoneLoading (IV)5070 g/kg

Maintenance0.3750.75 g/kg/min

MivacuriumIntubation (IV)0.20.3 mg/kg

Infusion324 g/kg/min

MorphinePain relief (IV)0.0250.1 mg/kg

Premedication (IM)0.1 mg/kg

NaloxoneIV0.01 mg/kg

NeostigmineDepends on degree of paralysis (IV)0.040.07 mg/kg

NitroglycerinIV0.53 g/kg/min

NitroprussideInfusion0.58 g/kg/min

NorepinephrineInfusion0.12 g/kg/min

OndansetronIV0.1 mg/kg

OxacillinIV50 mg/kg

PancuroniumIV0.1 mg/kg

Penicillin GIV50,000 U/kg

PentobarbitalPremedication (IM)46 mg/kg

PhenobarbitalSedation (IV or IM)13 mg/kg

Anticonvulsant dose (IV)520 mg/kg

PhentolamineIV30 g/kg

PhenylephrineIV110 g/kg

PhenytoinSlowly IV520 mg/kg

PhysostigmineIV0.010.03 mg/kg

PrednisonePO1 mg/kg

ProtamineIV1 mg/100 U heparin

ProcainamideLoading dose (IV)15 mg/kg

PropanololIV1025 g/kg

PropofolInduction (IV)23 mg/kg

Maintenance infusion60250 g/kg/min

Prostaglandin E1Infusion0.050.1 g/kg/min

RanitidineIV0.251.0 mg/kg

Remifentanil (bolus)IV0.251 g/kg

Remifentanil (infusion)IV0.052 g/kg/min

RocuroniumIntubation (IV)0.61.2 mg/kg

ScopolamineIV0.01 mg/kg

Sodium bicarbonateIV1 mEq/kg

SuccinylcholineIntubation (IV)23 mg/kg

Intubation (IM)46 mg/kg

SufentanilPremedication (Intranasal)2 g/kg

Anesthetic adjunct (IV)0.51 g/kg

Maintenance infusion0.52 g/kg/h

Main anesthetic (IV)1015 g/kg

ThipentalInduction (IV)56 mg/kg

(per rectum)2530 mg/kg

Trimethoprim/sulfamethoxazoleIV45 mg/kg

VancomycinIV20 mg/kg

VecuroniumIV0.1 mg/kg

VerapamilIV0.10.3 mg/kg

Berat badan, bagaimanapun tidak memperhitungkan proporsionalitas dari cairan intravaskuler dan kompartemen ekstravaskuler, ketidakmatangan jalur biotransformasi hati, peningkatan aliran darah ke organ, penurunan protein pengikat, atau tingkat metabolisme yang lebih tinggi. Variabel-variabel ini harus dipertimbangkan secara individual dalam pemberian dosis obat.3II.4. InduksiAnestesi umum biasanya di induksi dengan teknik intravena atau inhalasi. Induksi dengan ketamin intramuskular (5-10 mg/kg) dicadangkan untuk situasi tertentu, seperti melibatkan anak-anak yang agresif. Induksi intravena lebih disukai jika pasien datang ke ruang operasi dengan kateter intravena atau yang kooperatif yang memungkinkan untuk pemasangan kanulasi intravena. Aplikasi sebelumnya dengan EMLA (eutetik [mudah cair] mixture of local anesthetic) krim dapat membuat kanulasi intravena tidak menyebabkan anak-anak ketakuan, bagaimanapun EMLA bukan solusi sempurna. Beberapa anak sangat cemas saat melihat jarum, terutama mereka yang memiliki beberapa tusukan jarum pada masa lalu.3Induksi IntravenaUntuk induksi yang sama digunakan seperti pada orang dewasa yaitu rapid acting barbiturat (misal theopental 3mg/kg pada neonatus, 5-6 mg/kg pada bayi dan anak-anak) atau propofol (2-3 mg/kg) diikuti muscle relaxan non depolarisasi (seperti rocuronium, atracurium, mivacurium atau succinylcholine). Atropin intravena harus diberikan sebelum succinylcholine. Propofol dapat berhubungan dengan hipotensi selama intubasi, bangun lebih cepat dan jarang mual muntah pasca operasi. Keuntungan dari teknik intravena meliputi keakraban dengan agen , ketersediaan akses intravena jika obat darurat harus diberikan dan kecepatan induksi pada anak yang beresiko aspirasi.3 Berdasarkan berat badan, bayi dan anak-anak memerlukan dosis propofol yang lebih besar karena volume distribusi yang lebih besar dibandingkan dengan dewasa. Anak juga memiliki waktu paruh yang lebih pendek dan clearence plasma lebih tinggi untuk propofol. Sedangkan pemulihan dari bolus tunggal tidak lumayan berbeda dari orang dewasa, pemulihan setelah infus kuntinu mungkin lebih cepat. Untuk alasan yang sama, anak-anak mungkin membutuhkan dosis infus yang lebih tinggi untuk maintenence (hingga 250 g/kg/menit). Propofol tidak dianjurkan untuk sedasi pasien anak-anak yang sakit kritis di ICU. Obat ini telah dikaitkan dengan angka kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan agen lain dan kontroversi propofol infusion syndrome telah dijelaskan. Manifestasi yang penting adalah asidosis metabolik, ketidakstabilan hemodinamik, hepatomegali, rabdomiolisis, dan kegagalan multiorgan. Meskipun muncul pada anak-anak yang sakit kritis, sindrom ini jarang terjadi pada dewasa dan pada pasien yang menjalani infus propofol jangka panjang (>48 jam) untuk sedasi pada dosis tinggi (>5 mg/kg/jam).1Induksi InhalasiKebanyakan anak-anak tidak datang ke ruang opearsi dengan jalur intravena dan taku dengan jarum. Untungnya, metode anestesi volatile modern yang kuat dapat membuat anak tidak sadar dalam beberapa menit. Ini biasanya lebih mudah pada anak-anak yang telah dibius sebelum memasuki ruang operasi. Ada banyak perbedaan anatomi antara dewasa dan pediatrik yang mempengaruhi ventilasi masker dan intubasi. Peralatan yang tepat untuk usia dan ukuran harus dipilih.3

Table IV. Airway Equipment for Pediatric Patients3

PrematureNeonateInfantToddlerSmall ChildLarge Child

Age01 month01 month112 months13 years38 years812 years

Weight (kg)0.533541081614302550

Tracheal (ET)1 tube (mm i.d.)2.5333.53.5444.54.55.55.56 (cuffed)

ET depth (cm at lips)699101012121414161618

Suction catheter (F)66881012

Laryngoscope blade00011.523

Mask size0000123

Oral airway00000000 (40 mm)1 (50 mm)2 (70 mm)3 (80 mm)

Laryngeal mask airway (LMA#)1122.53

Neonatus, bayi dan anak-anak memiliki ventilasi alveolar yang relatif lebih tinggi dan FRC yang lebih rendah dibandingkan dengan dewasa. Selanjutnya koefisien darah/ gas volatile anestesi lebih rendah pada neonatus dibandingkan pada dewasa, yang menghasilkan waktu induksi lebih cepat dan berpotensi meningkatkan resiko overdosis.3Konsentrasi minumun alveolar (MAC) untuk agen terhalogenasi lebih tinggi pada bayi dibandingkan pada neonatus dan dewasa. Tidak seperti agen lainnya, sevoflurane memiliki MAC sama pada bayi dan neonatus. Untuk alasan yang tidak diketahui, penggunaan N20 pada anak-anak tidak menambah efek (kebutuhan MAC lebih rendah) dari desflurane dan sampai batas tertentu sevoflurane seperti halnya untuk agen lainnya.3Table V. Approximate MAC Values for Pediatric Patients3

AgentNeonatesInfantsSmall ChildrenAdults

Halothane0.871.11.20.870.75

Sevoflurane3.23.22.52.0

Isoflurane1.601.81.91.31.61.2

Desflurane89910786.0

Muscle RelaxanSemua muscle relaxan umumnya memiliki onset yang lebih pendek (hingga kurang 50%) pada pasien anak-anak karena sirkulasi lebih pendek daripada orang dewasa. Meskipun demikian, succinylcholine intravena (1-1,5 mg/kg) memiliki onset tercepat. Bayi memerlukan dosis jauh lebih tinggi dari succinylcholine (2-3 mg/kg) dibanding anak yang lebih tua dan dewasa karena volume distribusi yang relatif lebih besar (ruang ekstraseluler). Perbedaan ini menghilang jika dosis didasarkan pada luas permukaan tubuh. Tabel VI memperlihatkan daftar muscle relaxan yang sering digunakan dan daftar ED95 (dosis yang efektif pada 95% pasien). Dengan pengecualian termasuk succinylcholine, mivacurium, dan mungkin cisatracurium, bayi memerlukan muscle relaxan secara signifikan lebih kurang daripada dewasa. Selain itu, berdasarkan berat badan, anak yang lebih tua memerlukan dosis yang lebih tinggi daripada orang dewasa untuk beberapa agen neuromuscular blok. Seperti pada orang dewasa, intubasi lebih cepat dapat dicapai dengan dosis muscle relaxan yang 1,5-2 kali dosis ED95 dengan pemanjangan durasi tindakan.3Table VI. Approximate ED95 for Muscle Relaxants in Infants and Children3

AgentsInfants ED95 (mg/kg)Children ED95 (mg/kg)

Succinylcholine0.70.4

Mivacurium0.150.15

Atracurium0.250.35

Cisatracurium0.050.06

Rocuronium0.250.4

Vecuronium0.050.08

Pancuronium0.070.09

Anak-anak lebih rentan daripada dewasa untuk aritmia jantung, hiperkalemi, rabdomiolisis, mioglobinemia, kejang masseter, dan hipertermi setelah pemberian succinylcholine. Jika seorang anak tiba-tiba mengalami serangan jantung setelah pemberian succinylcholine, pengobatan terhadap hiperkalemi harus segera dilakukan. Upaya resusitasi berkepanjangan dan heroik (misal cardiopulmonary bypass) mungkin diperlukan. Untuk alasan ini, succinylcholine sebaiknya dihindari untuk operasi elektifrutin pada anak-anak dan remaja. Tidak seperti pasien dewasa, sinus bradikardi yang dalam dan sinus node arrest dapat berkembang pada pasien anak-anak setelah dosis pertama succinylcholine tanpa pretreatment atropin. Atropin (minimun 0,1 mg) harus diberikan karena itu selalu diberikan sebelum succinylcholine pada anak-anak. Indikasi umum untuk succinylcholine pada anak adalah hanya rapid sequence induction dengan kondisi perut yang penuh, laringospasme, dan relaksasi otot yang cepat untuk mengakses intravena.3Beberapa dokter menganggap rocuronium (0,6 mg/kg) menjadi obat pilihan untuk intubasi rutin pada pasien anak dengan akses intravena karena memiliki onset tercepat dari agen blokade neuromuskular non depolarisasi. Dosis tinggi rocuronium (0,9-1,2 mg/kg) dapat digunakan untuk rapid sequence induction tapi pemanjangan durasi akan terjadi (hingga 90 menit). Rocuronium adalah pemblokir neuromuskuler non depolarisasi yang dapat diberikan intramuskuler (1-1,5 mg/kg) tetapi membutuhkan onset minimal 3-4 menit.3Intubasi TrakeaSetelah induksi inhalasi, N2O harus dihentikan sebelum intubasi sehingga paru-paru pasien akan mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi yang memungkinkan saturasi arteri oksigen yang adekuat selama periode apneu. Dalam kasus intubasi terjaga, pada bayi dan neonatus, preoksigenisasi yang adekuat dan penggunaan oksigen selama laringoskopi insuflasi (misalnya Oxyscope) dapat membantu mencegah hipoksemia.3Diameter ETT yang sesuai dapat diperkirakan dengan rumus berdasarkan usia yaitu :Diameter ETT (dalam mm) = 4 + umur/4Sedangkan untuk memperkirakan panjang ETT yang digunakan dapat menggunakan rumus :Panjang ETT (dalam cm) = 12 + umur/2Sekali lagi, formula ini hanya sebagai pedoman, dan hasilnya harus dikonfirmasi dengan auskultasi dan penilaian klinis. Untuk menghindari intubasi endobronchial, ujung dari tabung endotrakeal harus lulus hanya 1-2 cm melampaui glotis.3

II.5. Monitoring dan MaintenencePersyaratan monitoring untuk bayi dan anak-anak umumnya sama dengan orang dewasa dengan beberapa modifikasi kecil. Batas alarm harus disesuaikan dengan tepat. Pengukur tekanan darah harus terpasang dengan benar. Monnitor tekanan darah noninvasif telah terbukti sangat handal. Sebuah stetoskop prekordial menyediakan sarana murah untuk menilai denyut jantung, kualitas suara jantung, dan patensi jalan nafas.1Pasien anak-anak memiliki batas kesalahan yang lebih kecil yang diizinkan. Oksimetri nadi dan kapnografi mengasumsikan peran pemantauan yang lebih besar pada pasien pediatrik karen hipoksia dari ventilasi yang tidak memadai merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perioperatif.1Anestesi dapat dipertahankan pada pasien pediatrik dengan agen yang sama seperti dewasa. Banyak dokter beralih ke isoflurane atau halotan setelah induksi dengan sevoflurane untuk membantu mengurangi kemungkinan delirium pasca operasi atau agitasi. Jika sevoflurane dilanjutkan untuk pemeliharaan, pemberian opioid (misal fentanyl 1-1,5 g/kg)15-20 menit sebelum prosedur berakhir dapat mengurangi insiden munculnya delirium dan agitasi. Meskipun MAC lebih tinggi pada anak dibandingkan dengan dewasa, neonatus mungkin sangat rentan terhadap efek cardio depresan dari anestesi umum. Muscle relaxan nondepol sering diperlukan untuk kondisi bedah yang optimal, terutama berlaku pada neonatus dan bayi sakit yang tidak bisa mentoleransi dosis tinggi dari agen volatile.3

II.6. Endoskopi untuk Kasus Tertelan Benda AsingMenurut National Safety Council, mati lemas karena tertelan benda asing dan aspirasi adalah penyebab ketiga terbanyak yang menyebabkan kematian pada anak usia 1-6 tahun. Ingesti biasanya asimtomatik, tidak diketahui, dan self-resolving. Tertelan benda asing lebih sering terjadi dari pada aspirasi. benda asing yang paling sering tertelan adalah koin, diikuti oleh makananatau tulang. Benda asing lainnya termasuk batrai, pin, kancing baju, serta mainan. Beberapa koin sering tersangkut pada esofagus. Gejala yang paling sering pada benda asing di esofagus bagian atas adalah disfagia, drooling, gagging, dan muntah. Anak-anak juga merasakan batuk, sesak, dan bahaya jalan nafas. Komplikasi serius seperti erosi esofagus yang disebabkan oleh tertahannya koin di esofagus jarang terjadi kecuali jika koin tertahan lebih dari 24 jam. Soprano dan coworkers (1999) merekomendasikan bahwa anak-anak dengan koin tunggal pada bagian manapun di esofagus yang tidak mempunyai riwayat kelainan esofagus, atau bahaya jalan nafas pada saat masuk ke IGD, diobservasi selama 12-24 jam. Penulis menemukan bahwa dalam 24 jam ditemukan 28% kemungkinan koin tersebut secara spontan akan turun ke dalam usus, tanpa memperhatikan lokasi esofagus.2Radiografi dada sebaiknya dilakukan pada semua kasus tertelan benda asing. Tertelan benda asing dipengaruhi oleh tempat tertahannya pada 3 area anatomis pada esofagus yang mengkonstriksi: proximal esofagus pada level otot cricofaringeal dan thorak inlet (benda asing terlihat pada level clavicula pada radiografi dada), middle sesofagus pada level carina dan arkus aorta, dan pada bagian distal esofagus, proximal esophageal-gastric junction (benda asing terlihat pada vertebra 2-4 diatas stomach bubble pada radiografi dada). Lokasi paling sering untuk tersangkutnya benda asing adalah pada upper esophagus di level thorak inlet. Jika benda asing adalah koin, itu akan diorientasikan pada posisi transversal (McGahren, 1999).2Mengeluarkan benda asing dari esofagus tidaklah merupakan prosedur yang berbahaya. Selama anak tidak dispneu, dokter sebaiknya menunggu 4-6 jam setelah makan terakhir, tergantung usia anak, sampai lambungnya kosong. Anak sebaiknya disedasi sebaik mungkin, dan anestesi dilakukan dengan inhalasi atau intravena. Selama esofagoskopi, mukosa diatas kartilago cricoid mungkin terjadi trauma karena tekanan antara ETT pada bagian anterior dan esofagoskop rigid di posterior. Penelitian prospektif melibatkan lebih dari 50.000 kasus anestesi pediatrik umum memperlihatkan bahwa insiden post intubasi croup setelah esofagoskop 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi bedah pediatrik umum selama periode yang sama (Moro, Borland, dan Motoyama, observasi yang tidak dipublikasi). Mengurangi diameter ETT bisa berguna untuk meminimalisir udem subglotis. Dexamethasone (0,4-1 mg/kb, sampai 20 mg) juga bisa mengurangi insiden stridor post operatif.2Potensi bahaya mayor dengan tertelan benda asing adalah ketika benda asing tersebut, biasanya koin, tertahan di hipofaring dan ketika tersedak dan batuk, koin tersebut tercabut dan terlepas ke laring, secara total menutup jalan nafas. Ketika radiograf leher menunjukkan benda asing setinggi esofagus, anak tersebut disedasi kuat dengan opioid dan sedatif untuk mencegah perangsangan, tersedak dan batuk. Setelah akses intravena dilakukan dan atropin diberikan, trakea diintubasi dibawah anestesi dalam dengan sevoflurane atau propofol, dengan atau tanpa relaksasi otot. Penggunaan blokade neuromuscular ditentukan oleh kemampuan untuk memventilasi anak dengan tekanan positif. Tekanan cricoid dihindari dalam keadaan tersebut karena dapat mengiritasi saluran nafas atas atau mencopot benda asing tersebut.2Prosedur bedah yang melibatkan telinga, hidung dan tenggorok pada anak-anak paling sering dilakukan dengan anestesia umum. Kebanyakan prosedur dilakukan dengan durasi singkat dan melibatkan pasien yang relatif sehat. Bagaimanapun juga, terdapat beberapa pasien dengan kelainan kongenital dan OSAS yang menyebabkan gangguan jalan nafas dan obstruksi jalan nafas atas yang signifikan. Dengan peningkatan teknologi monitoring, agen anestesia yang lebih baru (seperti sevoflurane, propofol) dan muscle relaxan durasi pendek telah menjadikan perawatan pasien lebih aman dan efisien.2Telah lebih dari dua dekade, penurunan drastis dari supraglotitis akut, keadaan emergensi pada anak yang paling ditakuti oleh pediatrik anestesiolog, telah dikurangi dengan adanya vaksin Hib. Perkembangan teknologi tindakan bedah dan laringoplasti terus menantang anestesiolog untuk mengembangkan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan kemajuan teknologi otolaringologi. II.7. Post Anesthesia CareMonitoringMonitoring vital sign berkelanjutan sangat penting pada infant dan anak, juga pada dewasa. Pengukuran saturasi oksigen, denyut jantung, dan tekanan darah tetap dilanjutkan di postanesthessia care unit.1AnalgesiaNyeri pada pasien anak-anak telah menerima banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir, khususnya penggunaan teknik anestesi regional. Opioid parenteral yang umum digunakan termasuk fentanyl (1-2 g/kg), morfin (0,05-0,1 mg/kg), hydromorphone (0,015 mg/kg), dan meperidin (0,5 mg/kg). Ketorolac (0,05-0,75 mg/kg) secara signifikan menurunkan kebutuhan opioid. Acetaminofen rektal (40 mg/kg) juga dapat membantu.3Pasien dengan analgetik terkontrol juga dapat berhasil digunakan pada pasien usia 6-7 tahun, tergantung pada kematangan merekan dan pada persiapan pra operasi. Opioid yang paling sering digunakan adalah morfin dan hydromorphone. Dengan interval tetap 10 menit, dosis yang dianjurkan adalah morfin (20 g/kg) atau hydromorphone (5 g/kg). Seperti orang dewasa, infus yang kontinu meningkatkan resiko depresi pernafasan. Direkomendasikan dosis infus morfin (0-12 g/kg/jam) atau hydromorphone (0-3 g/kg/jam).3Nonopioid analgetik, biasanya asetaminofen atau NSAID, bekerja di perifer dengan menghambat sintesis prostaglandin dan menurunkan aktivasi nervus aferen primer akibat luka. Oral analgetik yang paling sering digunakan untuk pasien pediatrik adalah acetaminofen. Obat ini telah menunjukkan tingkat keamanan dan efisien pada neonatus dan anak-anak. Dosis 15 mg/kg secara oral setiap 4 jam atau 30-40 mg/kg secara rektal dan loading dose 15-20 mg/kg setiap 6 jam, dengan maksimum dosis 90 mg/24 jam, menghasilkan level terapeutik di plasma dengan analgetik yang baik.1

BAB IIIPOTENSIAL PROBLEM

1. Potensi bahaya mayor dengan tertelan benda asing adalah ketika benda asing tersebut, biasanya koin, tertahan di hipofaring dan ketika tersedak dan batuk, koin tersebut tercabut dan terlepas ke laring, secara total menutup jalan nafas. Ketika radiograf leher menunjukkan benda asing setinggi esofagus, anak tersebut disedasi kuat dengan opioid dan sedatif untuk mencegah perangsangan, tersedak dan batuk. Setelah akses intravena dilakukan dan atropin diberikan, trakea diintubasi dibawah anestesi dalam dengan sevoflurane atau propofol, dengan atau tanpa relaksasi otot. Penggunaan blokade neuromuscular ditentukan oleh kemampuan untuk memventilasi anak dengan tekanan positif. Tekanan cricoid dihindari dalam keadaan tersebut karena dapat mengiritasi saluran nafas atas atau mencopot benda asing tersebut.

2. Robeknya trakeo-esofageal party wall akibat tindakan yang terlalu manipulatif dalam esofagoskopi. Jika terjadi robekan akan terdapat hubungan antara trakea dan esofagus. Pasien akan mengalami batuk dan sesak nafas hingga terjadi aspirasi. Apabila benda asing tersebut belum dapat dikeluarkan, tapi terdapat tanda-tanda fistula, pertimbangkan untuk melakukan esofagotomi cervikal atau thorakal.

3. Resiko untuk regurgitasi dan aspirasi isi lambung. Kelompok ini termasuk pasien yang tidak puasa sesuai dengan periode yang telah ditentukan dan pasien dengan dismotilitas esofagus, inkompeten sfingter gastroesofageal (GERD), penundaan waktu pengosongan lambung dan kondisi abdomen yang dihubungkan dengan keadaan ileus, muntah, dan gangguan elektrolit. Sebagai tambahan, anak-anak dengan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan gangguan cairan dan elektrolit (seperti diabetik ketoasidosis) mempunyai risiko untuk terjadinya regurgitasi dan aspirasi sekunder untuk penundaan pengosongan lambung.Pada anak-anak dengan risiko untuk aspirasi, evaluasi medis yang cocok dan medikasi preanestesi dengan antasid nonpartikuler seperti sodium citrate (0,5 mL/kg), metoklopramid (0,1 mg/kg) dan atau agen H2-blocking (ranitidin 2,5 mg/kg) bisa digunakan.

4. Post intubasi croupCroup adalah akibat edema glottic atau trakea. Karena bagian tersempit dari jalan nafas anak adalah kartilago krikoid, ini merupakan daerah yang paling rentan. Croup jarang terjadi pada ETT yang uncuffed dan cukup kecil untuk memungkinkan terjadi kebocoran sedikit gas pada 10-25 cmH2O. Croup post intubasi sering terjadi pada anak usia dini (1-4 tahun), intubasi berulang, ETT yang terlalu besar, operasi yang lama, operasi di daerah kepala dan leher, gerakan berlebihan yang membuat ETT bergeser (misal batu dan pemindahan posisi kepala). Deksametason intravena (0,025-0,5 mg/kg) dapat mencegah pemnbentukan edema, dan menghirup epinefrin racemic nebulasi (0,25-0,5 mL larutan 2,25% dalam 2,5 mL normal saline) adalah pengobatan yang efektif. Meskipun croup post intubasi merupakan komplikasi yang terjadi lebih lama dari laringospasme, croup hampir selalu muncul dalam waktu 3 jam setelah ekstubasi.

5. LaringospasmeLaringospasme adalah bentuk kejang yang kuat dan tidak terkendali dari oto laring yang disebabkan oleh stimulasi dari saraf laring superior. Ini mungkin terjadi pada induksi, emergensi, atau waktu diantara tanpa ETT. Laringospasme lebih umum pada pasien anak-anak usia muda (hampir 1 dari 50) dibandingkan pada orang dewasa, yang tertinggi pada bayi usia 1-3 bulan. Laringospasme pada akhir prosedur biasanya dapat dihindari dengan ekstubasi pada saat pasien terjaga dengan baik (membuka mata) atau dalam kondisi anestesi yang dalam (bernafas spontan tapi tidak menelan atau batuk), kedua cara ini mempunyai keuntungan tersendiri. Ekstubasi selama interval antara kondisi ekstrim ini, bagaimanapun, umumnya diakui berbahaya. Riwayat UTRI atau paparan asap rokok pasif merupakan predisposisi pasien untuk munculnya laringospasme. Pengobatan laringospasme meliputi ventilasi tekanan positif yang gentle, jaw thrust, lidokain intravena (1-1,5 mg/kg), atau melumpuhkan dengan succinylcholine intravena (0,5-1 mg/kg) atatu rocuronium (0,4 mg/kg) dan ventilasi terkendali. Laringospasme biasanya merupakan terjadi langsung pasca operasi, tetapi dapat terjadi di ruang pemulihan ketika pasien terbangun dan tersedak sekresi faring. Untuk alasan ini, pasien pediatrik yang telah pulih diposisikan dalam posisi miring sehingga sekresi oral terbendung dan mengalir jauh dari pita suara.

DAFTAR PUSTAKA1. Cravero, Joseph P, Linda Jo Rice. 2001. Pediatric Anesthesia. Dalam : Clinical Anesthesia 4th ed. Editor : P.G. Barash, B.F. Cullen, R.K. Stoelting. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Publisher2. Davis, Peter J, Frankly Cladis, Etsuro Motoyama. 2011. Smiths Anesthesia for Infants and Children 8th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby3. Morgan, G. Edward, Maged Mikhail, Michael Murray. 2006. Pediatric Anesthesia. Dalam: Lange: Morgans Clinical Anesthesiology 4th ed. USA: Mc Graw Hill Companies

LAPORAN KASUSSTATUS PRE OP1. Nama Pasien :Keisya Daniela PutriUmur :5 tahunJenis Kelamin :PerempuanAlamat :Rantau Panjang, BangkoNo. MR :75 99 62Cara bayar :ASKESDiagnosis :Corpus Alienum er. EsofagusRencana Terapi :Esofagoskopi + Ekstraksi corpus alienumOperator :dr. Fachzi Fitri, Sp. THT

2. Riwayat Penyulit AnestesiAsma (-)Kejang (-)Demam (-)DM (-)Penyakit Hati (-)Batuk (-)Alergi (-)Penyakit Ginjal (-)Pilek (-)

3. Riwayat obat yang sedang/telah digunakanAnti hipertensi (-)anti diabetik (-)Anti rematik (-)obat jantung (-)

4. Riwayat operasi sebelumnya tidak ada

5. Kebiasaan buruk sehari-hari yang mempersulit operasi : tidak ada

6. Vital Signa. KU : tampak sakit b. Kesadaran : composmentisc. BB : 16 kgd. TB : 95 cme. Nadi : 80 x / menitf. Nafas : 20 x / menitg. Suhu : 370 C

7. Status Psikis : takut8. Status gizi : normal9. Tanda Penyakit Kardiovaskular : Inspeksi : sianosis (-)JVP 5-2 cmH2OIctus kordis tidak terlihat Udem (-)dispneu (-)ortopneu (-)Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LMCS RIC V Thrill (-)Heaving (-)Perkusi : batas jantung kiri 1 jari medial LMCS RIC V, kanan LSD, atas RIC IIAuskultasi : BJ I & II murni (+)irama teratur (+) Bising (-)gallop (-)

10. Tanda Penyakit Sistem PernafasanInspeksi : simetris (+)retraksi (-)bentuk dada normochest Jenis nafas abdominothorakalPalpasi : fremitus kiri = kananPerkusi : sonorAuskultasi : ronkhi (-)wheezing (-)suara nafas vesikulerKlinis : sputum kental (-)batuk (-)nafas lewat hidung

11. Mata : konjungtiva anemis (-)sklera ikterik (-)pupil isokorMandibula : fraktur (-)dagu kecil (-)Hidung : polip (-)deviasi septum (-)hipertrofi tonsil (-)Leher : panjangstruma (-)fiksasi struma (-)sikatrik (-)

12. Neurologis :defisit neurologis (-)hemiparese (-) paralisis (-)kejang (-)

13. Laboratorium :

LabNilaiLabNilai

Hb13, 2 gr/dlPT12,1 s

Leukosit10.100 /mm3APTT26,9 s

Trombosit490.000 /mm3

Hematokrit37,9 %

kesan : dalam batas normal

EKG : tidak adaRontgen thorak : tidak adaASA : 2EPuasa : terakhir makan : 5 jam yang laluminum 5 jam yang lalu

CATATAN ANESTESIANama Pasien :Keisya Daniela PutriTanggal:24 Oktober 2011Umur :5 tahunJenis Kelamin :PerempuanNo. MR :75 99 62Ahli Anestesi: dr. Emilzon Taslim, Sp. An, M. KesAsisten:UpikAhli Bedah :dr. Fachzi Fitri, Sp. THTDiagnosis bedah:Corpus Alienum er. EsofagusJenis Pembedahan :Esofagoskopi + Ekstraksi corpus alienum

Keadaan Pra BedahTB : 95 cmBB: 16 kgNadi : 80 x/menitSuhu: 370 CHb : 13, 2 gr/dlHt : 37, 9 %Sirkulasi :Bising Jantung (-)Demam (-)PT : 12, 1APTT : 26, 9Leukosit : 10.100 /mm3Trombosit : 490.000 /mm3 Respirasi :Asma (-)Batuk (-)Pilek (-)Saraf :GCS 15Kejang (-)Gastro IntestinalBising Usus (+) normalMual (-)Muntah (-)Renal Urin (+)Penyakit ginjal bawaan (-)Metabolik DM (-)Status Fisik : ASA 2E Jenis Anestesia : General AnesthesiaAnestesia dengan : Sevoflurane + N2O + O2Relaksasi dengan : RoculaxTeknik Anestesia :Induksi IVIntubasi apneu dengan ETT no. 5.0Cuff (+)Respirasi : Assist RespirationPosisi : SupineInfus : RL tangan kananPremedikasi :1. Fortanest 1 mg2. Fentanyl 25 gMedikasi :1. Propofol 70 mg2. Roculax 5 mg1345

Jam : 143014151400

O2 2 L/menitN2O 2L/menitSevo 0,5 vol%

RL ta-kaInfus

NTD

1801601401201008060

20406080100120140

Lama operasi : 25 menitJumlah cairan :Ringer Laktat 300 cc = 1

PASCA BEDAHNama :Keisya Daniela PutriTanggal :24 Oktober 2011Umur :5 tahunKelamin :PerempuanNo. RM :75 99 62

Jam :14451430

NTD

1801601401201008060

20406080100120140

Catatan : Alderete score = 9Pergerakan 1Pernafasan 2Kesadaran 2Sirkulasi 2Warna 2

INSTRUKSIObat-obatan lain : Paracetamol syrup 2 x 250 mg (2 x Cth2)Minum : mula (-), muntah (-), jika sudah bangun betul boleh minumLainnya : sesuai TS THT

FOLLOW UP RUANGANInstruksi post op THT:1. Awasi vital sign 2. Awasi tanda-tanda perdarahan3. Diet MC per NGT, jika BU (+)Th/ drip tramadol 50mg dalam RL 8 jam / kolf

25 Oktober 2011S/ demam (+), sesak nafas (-), mual (+), muntah (+) 1 kali, minum sediktO/ KU sedang, kesadaran composmentis Nadi 92 x/menit, suhu 37,90CTh/ ceftriaxone 2x500 mg IV Deksametason 3x2,5 mg IV Ibuprofen 2 x CthI

26