referat urticaria

Upload: khansahaura

Post on 04-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kulit

TRANSCRIPT

REFERATURTIKARIA

NAMA PEMBIMBING :dr. DIDI SUPRIADI, Sp.KK

DISUSUN OLEHKHANSA HAURA (1102010144)

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN RSUD SUBANGPERIODE JUNI-JULI2015KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penyusun dapat menyelesaikan refrat yang berjudul Urtikaria. Tinjauan pustaka ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam kepaniteraan Fakultas Kedokteran Universitas YARSI pada bagian Ilmu Kulit dan Kelamin RSUD Subang.Penyusun menyadari bahwa tinjauan pustaka ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tinjauan pustaka ini.Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing atas segala bimbingan, motivasi, serta ilmu yang diberikan sehingga penyususn dapat menyelesaiakan tugas pustaka ini. Besar harapan penyusun semoga tinjauan pustaka ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Subang, Juli 2015

PenyusunBAB IPENDAHULUANUrtikaria atau dikenal juga dengan hives adalah kondisi kelainan kulit berupa reaksi vaskular terhadap bermacam-macam sebab, biasanya disebabkan oleh suatu reaksi alergi, yang mempunyai karakteristik gambaran kulit kemerahan (eritema) dengan sedikit oedem atau penonjolan (elevasi) kulit berbatas tegas yang timbul secara cepat setelah dicetuskan oleh faktor presipitasi dan menghilang perlahan-lahan. Dalam istilah awam lebih dikenal dengan istilah kaligata atau biduran. Meskipun pada umumnya penyebab urtikaria diketahui karena rekasi alergi terhadap alergen tertentu, tetapi pada kondisi lain dimana tidak diketahui penyebabnya secara signifikan, maka dikenal istilah urtikaria idiopatik. Sejumlah faktor, baik imunologik dan nonimunologik, dapat terlibat dalam patogenesis terjadinya urtikaria. Urtikaria dihasilkan dari pelepasan histamin dari jaringan sel-sel mast dan dari sirkulasi basofil. Faktor-faktor nonimunologik yang dapat melepaskan histamin dari sel-sel tersebut meliputi bahan-bahan kimia, beberapa obat-obatan (termasuk morfin dan kodein), makan makanan laut seperti lobster, kerang, dan makanan-makanan lain, toksin bakteri, serta agen fisik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKADefinisiUrtikaria adalah reaksi vaskulardi kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo keluhan subjektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk. Sinonim urtikaria: Hives, nettle rash, biduran, kaligata.Angioedema adalah urtika yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada dermis, dapat di submukosa, atau di subkutis, juga dapat mengenai saluran nafas, saluran cerna, dan organ kardiovaskular.

EtiologiPada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga penyebab urtikaria bermacam-macam, antara lain: a. ObatBermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria, baik secara imunologik maupun non-imunologik. Obat sistemik (penisilin, sepalosporin, dan diuretik) menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I atau II. Sedangkan obat yang secara non-imunologik langsung merangsang sel mast untuk melepaskan histamin, misalnya opium dan zat kontras.

b. MakananPeranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria akut, umumnya akibat reaksi imunologik. Makanan yang sering menimbulkan urtikaria adalah telur, ikan, kacang, udang, coklat, tomat, arbei, babi, keju, bawang, dan semangka.

c. Gigitan atau sengatan seranggaGigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan urtika setempat, hal ini lebih banyak diperantarai oleh IgE ( tipe I ) dan tipe seluler ( tipe IV ).tetapi venom dan toksin biasanya dapat mengaktifkan komplemen. Nyamuk, kepinding, dan serangga lainnya dapat menimbulkan urtika bentuk popular di sekitar tempat gigitan, biasanya sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari, minggu, atau bulan.

d. Bahan fotosenzitiserBahan semacam ini, misalnya griseofulvin, fenotiazin, sulfonamid, bahan kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.

e. InhalanInhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, asap, bulu binatang, dan aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I). reaksi ini sering dijumpai pada penderita atopi dan disertai gangguan nafas.

f. KontaktanKontaktan yang sering menimbulkan urtikaria ialah kutu binatang, serbuk tekstil, air liur binatang, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, bahan kimia, misalnya insect repellent (penangkis serangga), dan bahan kosmetik.

g. Trauma FisikTrauma fisik dapat diakibatkan oleh faktor dingin, faktor panas, faktor tekanan, dan emosi menyebabkan urtikaria fisik, baik secara imunologik maupun non imunologik. Dapat timbul urtika setelah goresan dengan benda tumpul beberapa menit sampai beberapa jam kemudian. Fenomena ini disebut dermografisme atau fenomena Darier.

h. Infeksi dan infestasiBermacam-macam infeksi dapat menimbulkan urtikaria, misalnya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun infestasi parasit.

i. PsikisTekanan jiwa dapat memacu sel mast atau langsung menyebabkan peningkatan permeabilitas dan vasodilatasi kapiler.

j. GenetikFaktor genetik juga berperan penting pada urtikaria, walaupun jarang menunjukkan penurunan autosomal dominant. Diantaranya ialah familial cold urticaria, familial localized heat urticaria, vibratory angiodema.

k. Penyakit sistemikBeberapa penyakit kolagen dan keganasan dapat menimbulkan urtikaria, reaksi lebih sering disebabkan reaksi kompleks antigen-antibodi.

PatogenesisSel mast adalah sel efektor utama pada kebanyakan bentuk urtikaria, meskipun tipe-tipe sel lainnya juga dapat terlibat. Sel mast kutaneus melepaskan histamin dalam respon terhadap C5a, morfin, dan kodein. Neuropeptida substansi P (SP), vasoactive intestinal peptide (VIP), dan somatostatin, neurokinin A dan B, bradikinin, dan calcitonin generelated peptide (CGRP), kesemuanya dapat mengaktivasi sel-sel mast untuk mensekresi histamin. Tidak semua produk biologik potensial tersebut diproduksi ketika sel mast kutaneus terstimulasi. Permeabilitas vaskuler di kulit diakibatkan secara predominan oleh reseptor histamin H1, meskipun reseptor histamin H2 juga dapat berperan. Urtikaria disebabkan karena pelepasan histamin, bradikinin, leuketrien C4, prostaglandin D2, dan substansi vasoaktif lainnya lainnya dari sel mast dan basofil di kulit. Substansi-substansi tersebut menyebabkan ekstravasasi cairan ke kulit, mengakibatkan timbulnya lesi urtikaria. Intensitas pruritus dari urtikaria adalah hasil dari pelepasan histamin ke kulit. Aktivasi reseptor histamin H1 pada sel-sel endotel dan otot polos menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Sedangkan aktivasi reseptor histaminH2 menyebabkan vasodilatasi arteriol dan venula.

Gambar 2.1 patogenesis urtikaria

Proses ini disebabkan oleh beberapa mekanisme. Respon alergi tipe I IgE diinisiasi oleh kompleks imun antigen-mediated IgE yang mengikat dan cross-link reseptor Fc pada permukaan sel-sel mast dan basofil, hal tersebut menyebabkan pelepasan histamin. Respon alergi tipe II dimediasi oleh sel-sel T sitotoksik, menyebabkan deposit Ig, komplemen, dan fibrin di sekitar pembuluh darah. Hal ini menyebabkan vaskulitis urtikaria. Penyakit kompleks imun tipe III berhubungan dengan SLE dan penyakit autoimun lainnya yang dapat menyebabkan urtikaria.Komplemen-mediated urtikaria disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, serum sickness, dan reaksi transfusi. Reaksi transfusi urtikaria terjadi ketika substansi alergenik dalam plasma dari produk darah donor bereaksi dengan antibodi IgE resipien. Beberapa obat-obatan (opioids, vecuronium, succinylcholine, vancomycin, dan lain-lain) juga agen-agen radiokontras menyebabkan urtikaria karena degranulasi sel mast melalui mekanisme mediasi non-Ig E. Urtikaria fisik pada beberapa stimulus fisik yang menyebabkan urtikaria meliputi immediate pressure urticaria, delayed pressure urticaria, cold urticaria, dan cholinergic urticaria.Terakhir, urtikaria kronik dimana penyebabnya tidak dapat ditemukan secara signifikan, merupakan idiopatik.

Diagnosis dan diagnosis bandingDengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan klinis yang cermat serta pembantu diagnosis diatas, agaknya dapat ditegakkan diagnosis urtikaria dan penyebabnya.

TerapiBerikut diagram terapi urtikaria berdasarkan guidelines from world allergy organization, dan memberikan prognosis baik.

BAB IIIKESIMPULAN

Urtikaria adalah suatu reaksi vascular diakibatkan berbagai macam sebab, yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan. Diagnosis dan diagnosis banding ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat penyakit dahulu, dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan lanjutan berdasarkan bentuk urtikaria yang timbul. Penatalaksaan urtikaria dengan menggunakan anti-histamin masih memberikan hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA