referat tumor esophagus

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Esophagus adalah tabung berongga yang mentransfer makanan dari tenggorokan ke lambung sehingga disebut sebagai tabung makanan. Tabung ini bermula tepat dari bagian bawah Epiglotis, sebuah flap yang mencegah makanan masuk ke dalam Trachea ( pipa udara ) saat manusia menelan makanan. Ini akan berakhir pada tempat dimana Esophagus bergabung dengan bagian atas lambung, yang disebut dengan Cardia. Area pertukaran yang sesungguhnya disebut sebagai Gastroesophageal junction. Panjangnya ± 25 – 35 cm ( 10 – 14 inchi ) dan lebarnya ± 2 cm ( ¾ inch ) pada orang dewasa Esophagus merupakan otot, untuk membantu mendorong makanan ke bawah dengan adanya proses menelan. Ini mempunyai sebuah kelompok saraf yang kompleks ( plexus ) yang bekerja untuk mengkoordinasikan gerakan menelan. ⅔ bagian atas Esophagus mempunyai sebuah lapisan dalam ( mucosa ) dengan tipe sel yang special, disebut sel – sel squamous, yang juga ditemukan dalam daerah mulut dan daerah anal. Sel – sel ini tahan terhadap abrasi dan panas dan mampu untuk sembuh dengan cepat jika mengalami kerusakan, misalkan karena tepi yang tajam dari makanan. ⅓ bagian bawah Esophagus mempunyai sebuah lapisan dalam ( mucosa ) yang berbeda tipenya, disebut dengan sel – sel columnar. Esophagus terdiri beberapa lapisan. Lapisan luar, yang disebut Adventitia, yang mengelilingi lapisan muscular dan memisahkan Esophagus dari organ – organ disekitarnya. Jantung terletak tepat di belakang bagian tengah Esophagus, sedangkan pipa udara 1

Upload: bagirdm10

Post on 07-Dec-2014

130 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Esophagus adalah tabung berongga yang mentransfer makanan dari tenggorokan ke

lambung sehingga disebut sebagai tabung makanan. Tabung ini bermula tepat dari bagian bawah

Epiglotis, sebuah flap yang mencegah makanan masuk ke dalam Trachea ( pipa udara ) saat

manusia menelan makanan. Ini akan berakhir pada tempat dimana Esophagus bergabung dengan

bagian atas lambung, yang disebut dengan Cardia. Area pertukaran yang sesungguhnya disebut

sebagai Gastroesophageal junction. Panjangnya ± 25 – 35 cm ( 10 – 14 inchi ) dan lebarnya ±

2 cm ( ¾ inch ) pada orang dewasa

Esophagus merupakan otot, untuk membantu mendorong makanan ke bawah dengan

adanya proses menelan. Ini mempunyai sebuah kelompok saraf yang kompleks ( plexus ) yang

bekerja untuk mengkoordinasikan gerakan menelan. ⅔ bagian atas Esophagus mempunyai sebuah

lapisan dalam ( mucosa ) dengan tipe sel yang special, disebut sel – sel squamous, yang juga

ditemukan dalam daerah mulut dan daerah anal. Sel – sel ini tahan terhadap abrasi dan panas dan

mampu untuk sembuh dengan cepat jika mengalami kerusakan, misalkan karena tepi yang tajam

dari makanan. ⅓ bagian bawah Esophagus mempunyai sebuah lapisan dalam ( mucosa ) yang

berbeda tipenya, disebut dengan sel – sel columnar.

Esophagus terdiri beberapa lapisan. Lapisan luar, yang disebut Adventitia, yang

mengelilingi lapisan muscular dan memisahkan Esophagus dari organ – organ disekitarnya.

Jantung terletak tepat di belakang bagian tengah Esophagus, sedangkan pipa udara (

Trachea ) tepat didepannya. Esophagus juga sangat dekat dengan Hepar, Pulmo dan pembuluh

darah besar dari jantung ( Aorta dan Vena Cava ). Esophagus menerima sebagian besar suplai

darah dari Aorta dan kemudian dialirkan ke Hepar dan Vena Cava. Sebuah system dari kanal

drainasi mengalir melalui Esophagus, diantara lapisan mucosa dan lapisan muscular. Ini disebut

dengan " Lymph nodes " ( kelenjar getah bening ) dimana serum akan difiltrasi. Kedua suplai darah

dan kelenjar getah bening, dapat bekerja sebagai media untuk menyebarkan infeksi atau keganasan.

Penyebaran ini mungkin terjadi sepanjang Esophagus, mengelilingi diameternya, ke kelenjar getah

bening lokal atau organ – organ disekitarnya, atau daerah tubuh yang lebih jauh.

1

BAB 2

EPIDEMIOLOGI

2.1. DISTRIBUSI MENURUT GEOGRAFI

2.1.1. Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, carcinoma Esophagus mengakibatkan 10.000 sampai 11.000

kematian per tahun. Adenocarcinoma Esophagus mempunyai kecepatan tumbuh insidens yang

paling cepat dibandingkan dengan seluruh carcinoma di Amerika Serikat. Angka incidens

carcinoma Esophagus kurang lebih 3 - 6 kasus per 100.000 orang, meskipun area endemic

tertentu tampaknya memiliki angka perkapita yang lebih tinggi. Usia yang disesuaikan dengan

angka insiden adalah 5,8 kasus per 100.000 orang.

2.1.2. Internasional

Carcinoma Esophagus adalah penyebab kematian akibat carcinoma nomor 7 di seluruh

dunia. Insiden carcinoma Esophagus dapat mencapai 30 – 800 kasus per 100.000 orang di

daerah tertentu dari bagian Utara Iran, beberapa daerah di bagian Selatan Rusia, dan bagian

Utara China. Meskipun berjumlah ± 1 % dari seluruh kanker di populasi Amerika Utara,

kanker Esophagus merupakan kanker ke – 2 yang paling sering ditemukan di berbagai bagian

Asia. Tidak seperti di Amerika Serikat, carcinoma sel squamous yang bertanggung jawab

untuk terjadinya 95 % carcinoma Esophagus di seluruh dunia.

2.2. DISTRIBUSI MENURUT WAKTU

Epidemiologi carcinoma Esophagus telah berubah secara jelas selama beberapa decade

yang telah lalu di Amerika Serikat. Hingga tahun 1970 – an, carcinoma sel squamous adalah tipe

carcinoma Esophagus yang paling sering ditemukan ( 90 – 95 % ). Ini berlokasi di bagian thoracic

Esophagus dan kebanyakan mengenai laki – laki Afrika – Amerika yang mempunyai sejarah

panjang merokok dan konsumsi alkohol. Selama 2 dekade terakhir ini, angka incidens

adenocarcinoma pada bagian distal Esophagus dan Gastroesophageal junction telah meningkat

dengan progresif. Baru – baru ini, ini berjumlah lebih dari 50 % dari seluruh kasus baru carcinoma

Esophagus. Tidak seperti carcinoma sel squamous, adenocarcinoma kebanyakan mengenai laki –

laki berkulit putih, dan pathogenesisnya berhubungan dengan penyakit reflux gastroesophageal (

Gastroesophageal Reflux Disease / GERD ) dan perkembangan dari epithel Barrett.

2

2.3. DISTRIBUSI MENURUT FAKTOR MANUSIA

2.3.1. Distribusi Menurut Etnik atau Suku

Kanker Esophagus lebih sering dijumpai pada orang keturunan Afrika dibanding pada

orang keturunan Kaukasia. Laki – laki berkulit putih cenderung mendapat penyakit lebih sering

di bagian bawah Esophagus, sedangkan laki – laki berkulit hitam mendapat penyakit ini pada

bagian tengah dan atas Esophagus.

2.3.2. Distribusi Menurut Umur

Carcinoma Esophagus muncul paling sering pada usia decade ke – 6 dan ke – 7.

2.3.3. Distribusi Menurut Jenis Kelamin

Carcinoma Esophagus pada umumnya lebih sering ditemukan pada laki – laki daripada

perempuan, dengan ratio antara laki – laki dengan perempuan sebesar 7 : 1.

3

BAB 3

ETIOLOGI

Seperti semua keganasan lainnya, penyebab atau etiologi yang pasti mengapa seseorang

terkena keganasan Esophagus sedangkan orang yang lain tidak terkena masih tetap belum diketahui.

Bagaimanapun juga, berbagai faktor resiko yang meningkatkan resiko berkembangnya keganasan

Esophagus telah diketahui.

Etiologi keganasan Esophagus diperkirakan berhubungan dengan adanya paparan mucosa

Esophagus terhadap stimulus berbahaya atau toxic ( makanan yang mengandung zat yang bersifat

carcinogenic, misalnya : nitrosamine, alkohol, tembakau dan makanan yang telah berjamur ),

menghasilkan beberapa serial dysplasia hingga menjadi carcinoma in situ dan akhirnya carcinoma.

3.1. BEBERAPA FAKTOR RESIKO TERJADINYA TUMOR ESOPHAGUS

3.1.1. Usia : tumor tipe ini biasanya ditemukan pada orang yang berusia di atas 55 tahun.

3.1.2. Penggunaan alcohol

3.1.3. Konsumsi tembakau

3.1.4. Diet yang mengandung makanan sangat irritatif atau mengandung nutrisi yang jelek

( tidak cukup mengkonsumsi buah segar dan sayur – sayuran )

3.1.5. Minum minuman yang sangat panas

3.1.6. Terpapar dengan toxin seperti solvent

3.1.7. Human Papilloma Virus ( HPV ) : virus ini dapat menyebabkan terjadinya kanker

pada Vagina, dan dapat pula berkembang menjadi kanker tertentu lainnya

3.1.8. Obesitas

3.1.9. Merokok

3.1.10. Konsumsi lye ( biasanya terjadi secara tidak sengaja pada anak – anak )

3.1.11. Beberapa tumor ganas pada Esophagus merupakan penyebaran dari tumor lain pada

tubuh. Kanker yang dapat menyebar ke Esophagus adalah :

3.1.11.1. Larynx

3.1.11.2. Pharynx

3.1.11.3. Tonsil

3.1.11.4. Paru – paru ( Pulmo )

3.1.11.5. Payudara ( Mammae )

4

3.1.11.6. Hati ( Hepar )

3.1.11.7. Ginjal

3.1.11.8. Prostat

3.1.11.9. Testis

3.1.11.10. Tulang

3.1.11.11. Kulit

3.1.12. Orang dengan kondisi medis tertentu dapat mempunyai peningkatan resiko

berkembangnya tumor Esophagus. Kondisi – kondisi tersebut meliputi :

3.1.12.1. Achalasia : orang dengan Achalasia mengalami kesulitan dalam mengosongkan

Esophagus karena otot – ototnya tidak mampu untuk mendorong makanan secara

efektif dari mulut ke lambung.

3.1.12.2. GERD ( Gastroesophageal Reflux Disease ) : orang yang memiliki penyakit

GERD ( sebuah kondisi dimana asam lambung naik ke atas ke dalam Esophagus )

untuk waktu yang lama berada dalam resiko yang tinggi untuk terkena tumor

Esophagus.

3.1.12.3. Syndroma Plummer – Vinson dan Esophagus Barrett : orang dengan kelainan ini

mempunyai sel – sel abnormal pada Esophagus yang dapat menjadi tumor

3.1.12.4. Tylosis : orang yang memiliki kelainan kulit ini cenderung mempunyai insidens

yang lebih tinggi untuk menderita tumor Esophagus

5

BAB 4

PATHOPHISIOLOGI

Esophagus, seperti jaringan – jaringan tubuh lainnya, terbuat dari sel – sel individual.

Normalnya, sel – sel yang membentuk Esophagus terbagi dan tumbuh sangat cepat dalam kandungan,

pada masa awal kanak – kanak, dan selama pubertas. Pada masa dewasa, sel – sel baru hanya terbentuk

untuk menggantikan sel – sel yang mati akibat trauma, usia tua, atau penyakit. Pembagian sel – sel

untuk memproduksi sel – sel baru dikontrol secara ketat oleh gen yang terdapat dalam tiap sel. Gen –

gen ini terbentuk dari DNA, dan jika ini mengalami kerusakan, maka sel mungkin akan terbagi secara

tidak terkontrol. Keganasan Esophagus dimulai dari sebuah sel yang menjadi abnormal. Sel – sel ini

memproduksi jutaan, dan akhirnya milyaran replika dirinya. Replika – replika ini disebut sebagai klon.

Klon – klon ini gagal untuk berfungsi sebagai jaringan Esophagus yang normal, tetapi malah

mengubah sumber – sumber sel sehat untuk meningkatkan pertumbuhan dirinya. Jika sudah ada sekitar

1 milyar sel, maka akan membentuk sebuah kumpulan, atau tumor dengan diameter ½ inchi. Sebuah

tumor hanya berarti sebuah pembengkakan, ini dapat disebabkan oleh infeksi, inflamasi, keganasan,

atau sebab lain. Jika sebuah tumor hanya tumbuh di sekitar area local ( meskipun sangat besar ) tetapi

tidak mempunyai kapasitas untuk menyebar ke area tubuh yang jauh, maka disebut jinak dan bukan

carcinoma. Jika, bagaimanapun juga, tumor tersebut mempunyai kemampuan untuk menyebar ke area

tubuh yang jauh, maka disebut malignant dan ini adalah carcinoma. Proses penyebaran yang

sesungguhnya disebut metastasis dan dapat muncul di area manapun dari tubuh.

Esophagus terdiri beberapa lapisan : keganasan biasanya bermula dari lapisan paling dalam dan

menyebar ke lapisan luar. Keganasan dapat muncul dimana saja sepanjang Esophagus.

Tipe benigna tumor Esophagus yang paling sering ditemukan adalah yang tumbuh dari lapisan

muscular, dan disebut dengan leiomyoma. Sayangnya, sebuah pertumbuhan tumor yang cepat dalam

Esophagus sebagian besar akan menjadi carcinoma.

Carcinoma Esophagus muncul dari dalam mucosa. Kemudian, akan cenderung untuk

menginvasi ke lapisan submucosa dan muscular, dan akhirnya, struktur – struktur disekitarnya, seperti

percabangan tracheobronchial, aorta, atau saraf laryngeus recurrent. Tumor ini juga cenderung untuk

bermetastasis ke kelenjar getah bening periesophagus, dan akhirnya, ke hepar, paru – paru, atau

keduanya.

6

BAB 5

DIAGNOSIS

5.1. TUMOR JINAK ESOPHAGUS

5.1.1. Insidens

Tumor jinak Esophagus biasanya jarang ditemukan. Umumnya ditemukan pada usia

dewasa muda dan gejala – gejala yang ditimbulkannya terjadi secara perlahan, jika

dibandingkan dengan tumor ganas Esophagus. Tumor jinak Esophagus yang sering ditemukan

adalah leiomyoma.

5.1.2. Lokasi

Tumor jinak mungkin :

5.1.2.1. Intraluminal

5.1.2.2. Intramural

5.1.2.3. Periesophagus

5.1.3. Pembagian

Tumor jinak Esophagus dapat dibagi dalam 2 ( dua ) golongan, yaitu :

5.1.3.1. Berasal dari epitel, misalnya :

5.1.3.1.1. Papilloma

5.1.3.1.2. Polip

5.1.3.1.3. Adenoma

5.1.3.1.4. Kista

5.1.3.2. Berasal bukan dari epitel ( non – epitel ), misalnya :

5.1.3.2.1. Leiomyoma

5.1.3.2.2. Fibromyoma

5.1.3.2.3. Lipomyoma

5.1.3.2.4. Fibroma

5.1.3.2.5. Hemangioma

5.1.3.2.6. Limphangioma

5.1.3.2.7. Lipoma

5.1.3.2.8. Mixofibroma

5.1.3.2.9. Neurofibroma

7

Tumor yang non – epitel dapat : bertangkai ( pedunculated tumor ) atau tidak

bertangkai ( sessile tumor ).

5.1.4. Gejala

Tumor ini sering tidak menyebabkan gejala ( gejala sumbatan ) hingga mencapai

ukuran yang bermakna dan kemudian akan menyebabkan disphagia ( terjadi secara

lambat tergantung dari besarnya tumor ), stenosis, nyeri, tekanan ( rasa tidak enak)

Epigastrium dan Substernal ( di belakang Sternum ), perdarahan, rasa penuh dan sakit yang

menjalar ke punggung dan bahu, muntah dan mual, serta regurgitasi.

5.1.5. Diagnosis

Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorik tidak banyak membantu dalam

menegakkan diagnosis. Untuk ini diperlukan pemeriksaan radiologik dan esophagoscopy.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsy dan sitology.

5.1.6. Pemeriksaan radiologik

Biasanya dilakukan pemeriksaan Rontgen Esophagus dengan kontras barium

( esophagogram ). Pada foto akan tampak gambaran cacat isi yang licin ( smooth filling

defect ). Jika tumornya besar akan tampak gambaran mucosa yang irreguler dan cacat – isi

berlobus ( lobulated filling defect ) disertai dengan dilatasi Esophagus.

CT scan dapat memperlihatkan lokasi tumor di Esophagus dan menyingkirkan

adanya limphadenopaty mediastinal atau kelainan patologis lainnya.

5.1.7. Pemeriksaan esophagoscopy

Dengan esophagoscopy dapat ditentukan lokasi tumor serta melihat apakah tumor

bertangkai atau tidak. Selain itu esophagoscopy diperlukan untuk melihat asal dari tumor

yang bertangkai. Hal ini diperlukan untuk tindakan bedah.

5.2. TUMOR GANAS ( CARCINOMA ) ESOPHAGUS

Tumor ganas Esophagus secara histologik digolongkan menjadi carcinoma sel squamosa,

adenocarcinoma, carcinosarcoma, dan sarcoma. Keganasan Esophagus yang paling sering adalah

carcinoma squamous yang sering undifferentiated secara histologis. Tumor ini membentuk 40 %

dari seluruh keganasan gastrointestinal. Ini mengenai, hampir eksklusif, laki – laki dengan usia

diatas 50 tahun. Carcinoma Esophagus dapat berkembang tanpa penyakit awal, tapi mungkin

muncul dari mucosa Esophagus yang teriritasi secara kronis akibat korosi, diverticula, Esophagus

pendek dari tipe sindroma Barrett, reflux esophagitis, hiatus hernia, achalasia, atau sindroma

Plummer – Vinson. Ini jarang menyebar dari organ tetangga seperti kelenjar Thyroid, Larynx,

Trachea, Bronchus, atau lambung. Metastasis kelenjar getah bening dari organ yang jauh juga

8

tidak mungkin. Bentuk histologis yang jarang adalah adenocarcinoma, biasanya mengenai

Esophagus bagian bawah dan sarcoma.

5.2.1. Gejala

Gejala tumor ganas Esophagus dapat digolongkan dalam : gejala sumbatan, gejala

penyebaran tumor ke mediastinum dan gejala metastasis ke kelenjar lymphe.

5.2.1.1. Gejala sumbatan dapat berupa disphagia yang progresif, regurgitasi dan penurunan

berat badan.

5.2.1.2. Gejala penyebaran tumor ke mediastinum akan menyebabkan suara parau, nyeri di

daerah retrosternal, nyeri di daerah punggung, di daerah cervical dan gejala

bronchopulmoner.

5.2.1.3. Gejala metastasis ke kelenjar lymphe dapat berupa terabanya massa tumor di daerah

supraclavicula.

Gejala dini tumor ganas Esophagus dapat berupa bolus makanan terasa tertahan di suatu

tempat pada saat menelan, rasa nyeri pada waktu menelan yang dapat menjalar ke telinga,

tenggorok, dada dan lengan serta spasme Esophagus di bagian proksimal dari tumor.

Gejala disphagia biasanya timbul jika lumen Esophagus sudah terisi massa tumor lebih

dari 50%. Pada permulaan disphagia terjadi bila penderita makan makanan padat. Dengan

meningkatnya derajat sumbatan penderita akan mengeluh sulit menelan makanan lunak dan

akhimya makanan cair.

Jika tumor telah menginfiltrasi Trachea akan timbul gejala batuk, stridor expiratoir dan

sesak napas.

5.2.2. Diagnosis

Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsy dari massa tumor atau

pemeriksaan sitology. Biopsy dan sitology dapat dilakukan dengan pemeriksaan esophagoscopy

dengan esophagoscope serat optik atau esophagoscope kaku ( rigid ).

5.2.3. Pemeriksaan radiologik

5.2.3.1. Biasanya dilakukan pemeriksaan Rontgen Esophagus dengan kontras Barium (

esophagogram ). Tanda yang khas adalah lumen yang sempit dan ireguler serta

terdapat kekakuan dinding. Esophagus. Pada tumor yang exophytic dan berbentuk

polipoid akan tampak gambaran cacat – isi ( filling defect ) yang multipel dan

irreguler.

5.2.3.2. Esophagogram dengan kontras ganda dapat memperlihatkan adanya lesi tumor

yang kecil.

5.2.3.3. Pemeriksaan CT scan dan MRI dapat membantu menegakkan diagnosis dengan

tepat. CT scan dapat menentukan ukuran tumor primer dan mencari adanya

pembesaran kelenjar lymphe di sepanjang Esophagus.

9

5.2.4. Pemeriksaan esophagoscopy

Pada esophagoscopy tumor ganas Esophagus yang exophytic akan tampak

berwarna merah atau putih keabu – abuan, irreguler dan mudah berdarah. Dengan

esophagoscopy dapat dilakukan pengambilan biopsy dan sitology.

5.2.5. Stadium Tumor

The American Joint Committee on Cancer Staging 1987 membagi stadium tumor

berdasarkan TNM sistem. T adalah tumor primer, N adalah pembesaran kelenjar lymphe

regional dan M adalah metastasis jauh.

TNM sistem dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan klinis, esophagoscopy dan CT

scan.

TNM Stage

Tis N0 M0 0

T1 N0 M0 I

T2 N0 M0 IIA

T3 N0 M0  

T1 N1 M0 IIB

T2 N1 M0  

T3 N1 M0 III

T4 Any N M0  

Any T Any N M1 IV

Keterangan :

Stadium 0 : kanker yang sangat dini, hanya

ditemukan pada lapisan pertama bagian dalam.

Stadium I : kanker masih dalam tahap perkembangan

awal, masih dalam sebuah bagian kecil dari Esophagus, tapi belum menyebar.

Stadium II : kanker telah menyebar lebih dalam pada

Esophagus dan mungkin telah menginvasi kelenjar getah bening di sekitar

Esophagus

Stadium III : kanker telah menyebar lebih dalam lagi pada

dinding Esophagus atau telah menyebar ke jaringan dan kelenjar getah bening

disekitarnya

Stadium IV : kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh

( biasanya paru – paru atau hepar, meskipun tumor ini dapat pula menyebar ke

bagian tubuh yang lainnya )

Recurrent : kanker yang timbul kembali setelah pengobatan

10

BAB 6

KOMPLIKASI

6.1. MACAM – MACAM KOMPLIKASI

Komplikasi muncul pada kurang lebih 40 % pasien.

6.1.1. Komplikasi Respiratori ( 15 – 20 % ) meliputi :

6.1.1.1. Atelectasis

6.1.1.2. Efusi pleura

6.1.1.3. Pneumonia

6.1.2. Komplikasi Cardia ( 15 – 20 % ) meliputi :

6.1.2.1. Arrhythmia cardia

6.1.2.2. Infark myocardial

6.1.3. Komplikasi Septic (10%) meliputi :

6.1.3.1. Infeksi luka

6.1.3.2. Kebocoran anastomosis

6.1.3.3. Pneumonia

6.2. KOMPLIKASI LAIN

6.2.1. Stricture Anastomosis mungkin memerlukan tindakan dilatasi ( 20 % ).

6.2.2. Angka mortalitas bergantung pada status fungsional pasien dan pengalaman ahli bedah

dan anggota team penolong pasien. Angka mortalitas kurang dari 5 % harus menjadi tujuan

untuk esophagectomy pada kanker. Dengan pengecualian yang langka, angka mortalitas ini

biasanya diperoleh hanya pada pusat pelayanan tersier.

6.2.3. Sebuah kebocoran intrathoracic setelah tindakan esophagectomy diketahui merupakan

komplikasi tragis prosedur yang dapat mengakibatkan terjadinya sepsis dan kematian.

Sebuah studi retrospektif pada 1223 tindakan esophagectomy untuk kanker menunjukkan

bahwa manajemen operasi modern pada kebocoran intrathoracic tidak menghasilkan

peningkatan mortalitas dan tidak mempunyai pengaruh pada angka ketahanan hidup jangka

panjang.

11

BAB 7

PENGOBATAN

Manusia tidak berpikir banyak mengenai Esophagus – nya ( saluran makanan ) kecuali jika

organ ini mengalami penyakit. Keganasan Esophagus sering berakibat fatal, tetapi terapi terbaru

menawarkan harapan bertahan hidup dan rasa nyaman yang lebih banyak dibandingkan yang dulu.

7.1. TUMOR JINAK ESOPHAGUS

Terapi tumor jinak Esophagus adalah dengan pembedahan. Teknik operasi

( pengangkatan tumor ) tergantung dari ukuran tumor, lokasi tumor, fixasi mucosa, dan apakah

lambung sudah terkena.

Jika tumor terletak di daerah ⅓ tengah Esophagus dilakukan operasi thoracotomy dari sisi

sebelah kanan, jika tumor terletak di daerah ⅓ distal Esophagus dilakukan operasi thoracotomy

dari sisi sebelah kiri.

7.2. TUMOR GANAS ( CARCINOMA ) ESOPHAGUS

Pengobatan tumor ganas Esophagus tergantung pada lokasi tumor, jenis tumor dan adanya

metastasis. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tindakan operasi, radiotherapy, chemotherapy,

operasi dan radiotherapy, operasi dan chemotherapy serta operasi, radiotherapy dan chemotherapy.

Tindakan operasi dapat dilakukan untuk tujuan curatif dan palliatif. Pada tumor stadium

dini dilakukan operasi End block esophagectomy. Pada tumor stadium lanjut pengobatan hanya

bersifat palliatif dengan melakukan operasi by pass berupa end to end esophagogastrostomy atau

side to end esophagocolostomy.

Kadang – kadang dilakukan pemasangan prostesis misalnya menggunakan pipa Celestine

dan dilanjutkan dengan pemberian radiotherapy palliatif dengan tujuan agar penderita masih dapat

menikmati makan per oral.

Prinsip umum terapi :

Pasien dengan penyakit stadium 0, I, atau IIa memberikan

respon yang baik pada operasi reseksi. Chemotherapy dan radiasi tidak memberikan

keuntungan tambahan.

Pasien dengan stadium IIb dan III mempunyai ketahanan hidup

yang buruk jika hanya dengan melakukan operasi saja, respon dan ketahanan hidup

12

berhubungan dengan penggunaan radiasi dan chemotherapy preoperative ( neoadjuvant ) untuk

mengecilkan volume tumor sebelum pembedahan.

Pasien yang tidak dapat atau tidak mau menjalani operasi

mungkin memperoleh beberapa kentungan dari kombinasi radiasi dan chemotherapy. Radiasi

atau chemotherapy sendiri hanya menghasilkan sedikit keuntungan.

Pasien dengan penyakit stadium IV membutuhkan terapi

palliative dan tidak boleh menjalani pembedahan.

13

BAB 8

FOLLOW UP

Setelah menjalani terapi, dilakukan screening pada pasien untuk melihat adanya rekurensi

dengan menggunakan endoscopy dan CT leher, thorax, dan abdomen dengan interval 6 bulan selama 3

tahun dan tiap tahun setelahnya.

Pasien dengan Esophagus Barrett membutuhkan terapi intensif jangka panjang untuk penyakit

reflux gastroesophageal dan surveillance endoscopic untuk perubahan keganasan selama interval 3 –

12 bulan bergantung pada derajat metaplasia.

14

BAB 9

PROGNOSA

Prognosis bergantung pada stadium, tetapi secara keseluruhan biasanya jelek ( angka ketahanan

hidup 5 tahun : < 5 % ) karena banyak pasien yang datang telah dalam kondisi yang parah. Pasien

dengan kanker yang terbatas pada mucosa mempunyai angka ketahanan hidup sekitar 80%, angka ini

akan turun menjadi < 50 % jika telah terjadi keterlibatan submucosa, 20 % dengan penyebaran ke

lapisan muscularis propria, 7 % dengan penyebaran ke struktur di sekitar, dan < 3 % dengan

metastasis jauh.

Keputusan pelaksanaan terapi tergantung pada stadium tumor, ukuran, lokasi, dan keinginan pasien

( banyak yang tidak ingin menjalani terapi yang agresif ).

15

BAB 10

GAMBAR

10.1. PEMERIKSAAN RADIOLOGI DENGAN KONTRAS BARIUM

16

10.1.1. Gambaran Stricture 10.1.2. Gambaran Massa dalam

Endoluminal

10.2. ENDOSCOPY 10.3. CT SCAN THORAX

10.4. THORACOSCOPY

10.5. INCISI CERVICAL

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Yunizaf M. Penyakit Refluks Gastroesofagus. Dalam : Soepardi EA,

Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke – 5.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2001. Halaman : 255 – 7.

2. Esophagus Cancer Treatment Information. Available at :

http://www.canceranswers.com/Esophagus.Cancer.html 13 maret 08 16:39

3. K. Ozaki, T. Yamagami, K. Nomura and I. Narama Research

Institute of Drug Safety, Setsunan University, Hirakata, Osaka, Japan (KO, IN); and Marupi

Lifetech Co., Ltd., Ikeda, Osaka, Japan (TY, KN) Esophageal Tumor. 20 Januari 2008 Available

at : http://www.3-rx.com/ab/more/esophageal-tumor/ 13 maret 08 16:42

4. Thawatchai Akaraviputh, Vitoon Chinswangwatanakul, Jirawat

Swangsri and Varut Lohsiriwat Division of General Surgery, The Department of Surgery,

Faculty of Medicine, Siriraj Hospital, Mahidol University, Bangkok 10700, ThailandWorld

Journal of Surgical Oncology 2006, 4:70doi:10.1186/1477-7819-4-70 Thoracoscopic enucleation

of a large esophageal leiomyoma using a three thoracic ports technique Available at :

http://www.wjso.com/content/4/1/70 13 maret 2008 16:45

5. Fisichella PM, Clinical Instructor in Surgery, Fellow in Minimally Invasive Surgery, Department of Surgery, University of California at San Francisco member of the following medical societies: American College of Surgeons, American Medical Association, Association for Academic Surgery, Society for Surgery of the Alimentary Tract, and Society of American Gastrointestinal and Endoscopic Surgeons Patti M, Director, Center for the Study of Gastrointestinal Motility and Secretion, Moffitt-Long Hospital; Associate Professor, Department of Surgery, University of California at San Francisco

Schulman P, Chief, Medical Oncology, Department of Medicine, Memorial Sloan-Kettering Cancer Center; Clinical Professor, Department of Medicine, New York University School of Medicine; Talavera F, Senior Pharmacy Editor, eMedicine; Hu W, Consulting Staff, Department of Hematology/Oncology and Bone Marrow Transplantation, Huntington Memorial Medical Center; McKenna R, Consulting Staff, Department of Medicine, Southwest Medical Consultants, SC, Good Samaritan Hospital, Advocate Health Systems; Macdonald JS, Professor of Medicine, New York Medical College; Chief, St Vincent's Hospital and Medical Center; Medical Director, Division of Medical Oncology, Saint Vincent's Comprehensive Cancer CenterEsophageal CancerArticle Last Updated: Oct 18, 2006 Available at : http://www.emedicine.com/med/topic741.htm 13 maret 17:09

6. Esophageal Cancer MediResource Inc. Terms and conditions of use: The contents herein are for informational purposes only. Always seek the advice of your physician or other qualified health provider with any questions you may have regarding a medical condition.

Available at : http://www.healthyontario.com/ConditionDetails.aspx?disease_id=266 13 maret 17 : 23