referat tumor paru

35
BAB I PENDAHULUAN Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih sekitar 1,01% menjadi 4,5% pada 1990. Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita kanker paru pasca bedah menunjukan bahwa, rata-rata angka bertahan hidup 5 tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan. Kanker paru adalah salah satu penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakkan diagnosa penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi Universitas Kristen Indonesia Kepanitraan Klinik Ilmu Radiologi Periode27 Mei 2013 -22 Juni 2013 1

Upload: istari-putri

Post on 03-Jan-2016

364 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

Penyebab tumor paru masih belum bisa ditentukan, tetapi penyebab kanker paru yang merupakan tumor ganas dapat dijelaskan melalui hubungannya dengan zat karsinogen, antara lain :• Asap rokok yang mengandung tar• Asap pabrik/industri• Debu radioaktif• Beberapa zat kimia seperti asbes, arsen, krom, nikel, besi dan uranium

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Tumor Paru

BAB I

PENDAHULUAN

Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai

salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan

angka kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena

kanker masih sekitar 1,01% menjadi 4,5% pada 1990. Data yang dibuat WHO menunjukan

bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama

pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada

perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya

penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit.

Hasil penelitian pada penderita kanker paru pasca bedah menunjukan bahwa, rata-rata angka

bertahan hidup 5 tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah

stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan.

Kanker paru adalah salah satu penyakit paru yang memerlukan penanganan dan

tindakan yang cepat dan terarah. Penegakkan diagnosa penyakit ini membutuhkan

ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin

kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru

dengan ahli radiologi diagnostic, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah

thoraks, ahli rehabilitasi medik, dan ahli ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksanaan

penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti.

Penemuan kanker pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan

diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup

yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya.

Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru

terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru

membutuhkan penanganan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan.

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan

yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar pari (metastasis tumor di paru).

Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru

primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus

(bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini, kanker adalah penyakit gen. Sebuah

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

1

Page 2: Referat Tumor Paru

sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan

antara fungsi onkogen dengan gen tumor suppressor dalam proses tumbuh dan kembangnya

sebuah sel. Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen

dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppressor menyebabkan sel tumbuh dan

berkembang biak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang lebih

dikenal dengan proses multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya

hilangnya heterogeniti pada kromosom

ANATOMI DAN FISIOLOGI THORAKS

Thoraks merupakan suatu rongga pada tubuh yang ditempati terutama oleh organ-

organ pernapasan. Dibatasi di superior oleh aperture thoracalis superior dan inferior oleh

apertura thoracalis inferior, dengan batas luar adalah dinding thorax yang disusun oleh

vertebra thorakal, costa, sternum, otot, dan jaringan ikat.

 Rongga thorax dapat dibagi ke dalam dua bagian utama, yaitu paru-paru dan

mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam 3 bagian: superior, anterior, dan posterior.

Mediastinum terletak diantara paru kiri dan kanan dan  merupakan daerah tempat organ-

organ penting thorax selain paru-paru (yaitu : jantung, aorta, arteripulmonalis, vena cava,

esophagus, trachea, dll).

Rangka thorax terluar tersusun atas iga-iga (costae) yang merupakan tulang jenis

osseokartilaginosa. Memiliki penampang berbentuk konus, dengan diameter penampang yang

lebih kecil  pada  iga  teratas  dan makin melebar di iga sebelah bawah. Di bagian posterior

lebih petak dan makin ke anterior penampang lebih memipih.

 Terdapat 12 pasang iga yang terdiri dari :

a. Costa vera : costa 1-7, melekat pada vertebra yang bersesuaian, dan

disebelah anterior ke sternum.

b. Costa spuria : costa 8-10, merupakan iga palsu (false rib) yang melekat

dianterior ke rawan kartilago iga di atasnya

c. Costa fluctuates : costa 11-12, merupakan iga yang melayang karenatidak

berartikulasi di sebelah anterior.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

2

Page 3: Referat Tumor Paru

COSTAE

.

PULMO

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

3

Page 4: Referat Tumor Paru

 

Paru-paru dibentuk oleh parenkim yang berada bersama-sama dengan bronkus dan

percabangan-percabangannya. Bentuk menyerupai konus, dipengaruhi oleh organ-organ yang

berada di sekitarnya. Pulmo dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Pulmo dexter terdiri dari tiga buah lobus yaitu:

Lobus superior : Segmen posterior Segmen anterior

Lobus medius : Segmen lateral Segmen medial

Lobus inferior : Segmen apical, Segmen mediobasalis, Segmen anterobasalis,

Segmen laterobasalis Segmen posterobasaliler)

2.  Sedangkan pulmo sinister terdiri dari dua buah lobus, yaitu :

bagian superior : Segmen apicoposterior , Segmen anterior

bagian inferior : Segmen lingualis superior

Saluran pernapasan merupakan suatu sistem terintegrasi yang terlibat alam pengambilan

oksigen dari lingkungan ke paru, serta pertukaran oksigen dengan karbondioksida dari paru-

paru kembali ke lingkungan. Saluran pernapasan (respiratory tract) terdiri dari hidung, faring

(nasofaring, orofaring, laringgofaring), trakea, bronkus dan bronkiolus. Sementara organ

pernapasan terdiri dari alveolus, dan parenkhim paru.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

4

Page 5: Referat Tumor Paru

Hidung merupakan pintu masuk dari udara, yang berfungsi menyaring dan menyamakan

suhu dari udara yang dihirup agar sesuai dengan suhu tubuh. Selain itu mulut juga

merupakan suatu jalur ‘alternatif’ yang dapat dilalui udara, sehingga sampai di paru-paru,

namum dua fungsi yang telah disebutkan diatas tidak tersedia dalam jalur oral, sehingga saat

seseorang mengalami flu dan bernapas melalui mulut, biasanya mulut terasa kering dan

mudah terserang infeksi.

Satu hal yang mengenai saluran pernapasan, adalah penting tetap mempertahankan

saluran pernapasan untuk tetap terbuka agar udara dapat keluar masuk dengan mudah. Untuk

mempertahankan trakea agar tidak kolaps terdapat cincin kartilago multiple yang panjangnya

kurang lebih lima per enam panjang trakea. Keberadaan otot polos juga ditemui di bronkus,

walaupun dengan rasio yang leih sedikit dibanding trakea.

Jejak otot polos tersebut berkurang secara progresif sampai bagian akhir bronkus,

sehingga pada bronkiolus tidak lagi ditemui otot polos oleh dan karena itu bronkiolus tidak

dapat mencegah kolaps pada dinding nya, begitupula pada alveolus.

Terdapat percabangan khusus yang mengarah kedalam Alveolus merupakan tempat

pertukaran udara dari lingkungan keparu-paru maupun sebaliknya.

Paru-paru memiliki kurang lebih 300 juta ‘unit pernapasan’ yang terdiri dari bronkiolus

respiratorius, ductus alveolaris, atria, dan alveoli pada kedua lapangan paru. Dinding

alveolus sangat tipis, dengan diameter kurang lebih 0,2 mm, dan memiliki jaringan kapiler

yang hampir padat dan saling berhubungan.

Manusia memiliki dua buah paru yang terletak dalam rongga dada (cavum thoraks).

Paru-paru dilindungin oleh iga (costae), agar tidak mundah terjadi trauma maupun kompresi.

Paru kanan terbagi menjadi tiga lobus yakni lobus atas, tengah, dan bawah dibagi oleh fissura

oblikus dan horizintalis. Sementara lobus kiri memiliki hanya dua lobus, dan dibatasi hanya

oleh fissura oblikus. Apeks paru mencapai ujung costae 1, dengan basis terletak dekat

diafragma . paru juga dilindungi oleh selaput paru atau pleura. Terdapar dua buah pleura yang

melindungi paru. Pleura parietalis yang menempel pada jaringan paru, dan pleura viseralis

yang bedekatan dengan rongga thoraks.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

5

Page 6: Referat Tumor Paru

BAB II

ISI

SYARAT FOTO THORAX YANG BAIK

Saat melakukan interpretasi sangat penting dapat menentu apakah foto tersebut layak

untuk dibaca atau memiliki kualitas yang baik atau tidak. Syaratnya antara lain :

a. Pemberian label yang benar

Identitas foto, memastikan apakah foto tersebut sesuai dengan pasien yang tepat, yaitu

mencocokan nama, usia dan jenis kelamin.

Tanggal pemeriksaan

Terdapat marker yang menentukan antara kanan atau kiri (R/L)

Terdapat tanda proyeksi, apakah proyeksinya PA ataupun AP

b. Penilaian tentang kualitas foto yang baik :

Dapat dilihat dari KV (kilovoltage)

Bila KV cukup maka corpus vertebra toraks III harus terlihat tetapi makin kebawah

corpus vertebra akanmakin tidak jelas.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

6

Page 7: Referat Tumor Paru

c. Rotasi

Simetris atau tidaknya sebuah foto dilihat dari procesus spinosus thoraks ditarik garis

khayal (linea mediana) kemudian ditarik garis ke ujung medial clavicula, bila jarak

antara medial clavicula kiri ke linea media dengan medial clavicula kanan ke linea

medial memiliki jarak yang sama maka dapat dikatakan foto tersebut simetris.

d. Inspirasi yang maksimal

Film diambil saat melakukan inspirasi yang maksimal. Ini dapat ditentukan dengan

melihat costa, apabila costa anterior 5 atau 6 dan atau costa posterior 10 terlihat maka

pasien tersebut telah melakukan inspirasi maksimal.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

7

Page 8: Referat Tumor Paru

e. Tidak ada artefak

PROYEKSI

Posisi yang biasa dilakukan untuk dalam pemeriksaan foto toraks adalah Posteroanterior

(PA) dan Lateral.

Posteroanterior (PA)

Pada posisi PA, pasien berdiri diantara film dan sumber sinar. Pasien berdiri

menghadap ke film dengan bagian dada depan menempel pada film dan membelakangi

sumber sinar. Tangan pasien tolak pinggang dan dikedepankan (agar skapula tidak menutupi

lapangan paru). Sinar akandipancarkan dari belakang pasien ke arah depan menuju ke film.

Pada saat itu pasien harus melakukan inspirasi maksimal dan menahan nafasnya agar

diafragma turun sehingga lapangan paru dan jantungakan terlihat jelas.Jantung dan

mediastinum yang letaknya lebih anterior dalam rongga dada kita, memiliki jarak yang sangat

dekat dengan film sehingga minim terjadi perbesaran atau magnifasi. Inilah mengapa posisi

PA lebih dipilih dalam melakukan pemeriksaan toraks. Tetapi dalam melakukan posisi ini

pasien harus dalam keadaan yang baik, yaitu sadar dan dapat bekerjasama dengan baik.

Lateral

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

8

Page 9: Referat Tumor Paru

Pasien berdiri diantara film dengan sumber sinar dangan bagian lateral dada atau

toraks menempel pada film. Tangan pasien diangkat keatas atau diletakkan di kepala. Bagian

yang menempel pada film dapat ditentukan sesuai dengan organ yang ingin dilihat, dengan

prinsip mendekatkan organ yang ingin dilihat dengan film. Umumnya bagian yang menempel

adalah sebelah kiri, karena salah satu yang ingin dilihat adalah jantung yang letaknya lebih

banyak di bagian kiri rongga dada. Sehingga bila bagian lateral kiri yang menempel maka

sinar akan dipancarakan dari arah kanan pasien ke arah kiri menuju ke film. Pada saat ini

pasien juga harus melakukan inspirasi dalam dan menahan napas. Tujuan dari foto dengan

posisi ini adalah untuk melihat kelainan pada mediastinum dan jantung yang mungkin belum

jelas tampak pada foto PA.

Anteroposterior (AP)

Posisi AP dilakukan bila kondisi pasien tidak baik, tidak sadar atau tidak dapat

bekerjasama dengan baik (contohnya pasien ICU dan pada anak anak). Pada posisi AP,

pasien dalam posisi supine (berbaring) dengan tangan atau lengan ke atas. Film diletakkan di

bagian belakang tubuh pasien dan sinar dipancarkan dari arah depan pasien ke arah belakang

pasien menuju film. Pada posisi ini letak jantung dan mediastinum jauh dari kaset, sehingga

dapat terjadi perbesaran atau magnifikasi pada jantung dan mediastinum sehingga dapat

menyebabkan salah interpretasi bahwa terjadi kardiomegali oleh karena itu sangat sulit

menentukan besar jantung pada posisi AP.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

9

Page 10: Referat Tumor Paru

Posisi lain yang digunakan :

Top lordotik, untuk melihat kelainan pada puncak paru dan melihat lobus medius

paru.

Oblique, bertujuan untuk melihat kelainan yang pada posisi PA atau lateral masih

belum jelas.

Lateral Dekubitus untuk melihat cairan dalam cavum pleura yang sedikit jumlahnya,

kurang dari 100-20cc atau yang pada posisi PA belum dapat ditentukan adanya cairan

dalam cavum pleura.

CARA MEMBACA FOTO THORAX SECARA UMUM

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

10

Page 11: Referat Tumor Paru

Membaca foto dimulai dari luar ke dalam.

1. Soft tissue : nilai ketebalannya sama atau tidak, ada sweling atau tidak , gambaran

emfisema subcutis

2. Tulang : ada tidaknya diskontinuitas, lesi litik maupun sklerotik

3. Pleura : ada tidaknya cairan atau udara di dalam cavum pleura

4. Menilai sinus costophrenicus dan sinus cardiophrenicus,

5. Trakea : berada di tengah, apakah ada penarikan atau pendorongan.

6. Jantung :

a. Ukuran jantung

Dengan diukur dan dihitung adakah perbesaran jantung (Cardio Thorax Ratio)

CTR = (a+b)/c x 10%

Dimana :

a = bagian terlebar dari jantung kanan ke garis tengah

b = bagian terlebar dari jantung kiri ke garis tengah

c = lebar thoraks terlebar

dengan penilaian terjadi pembesaran jantung bila didapatkan nilai CTR pada

proyeksi PA, CTR> 5% atau CTR pada proyeksi AP, CTR>55% atau ada juga

yang mengatakan bila CTR>60%

7. Aorta

a. Ada tidaknya pelebaran aorta, yang dapat dinilai dengan cara mengukur dari

linea media ke lateral dari aorta, bila > 4 cm maka dikatakan terjadi pelebaran

aorta.

b. Ada tidaknya kalsifikasi aorta, dilihat dengan ada tidaknya bayangan radio

opaq sejajar permukaan aorta

c. Ada tidaknya elongasia aorta, dilihat dengan cara mengukur jarak antara

puncak arcus aorta dengan ujung medial clavicula, bila nilainya < 1 cm maka

dikatakan terjadi elongasia aorta.

8. Paru

a. Hillus

Normal hilus paru kiri lebih tinggi dibandingkan dengan hilus paru kanan,

dengan perbedaan tinggi 1 -1,5 cm. Bila diameter hilus lebih besar dari

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

11

Page 12: Referat Tumor Paru

diameter trakea, maka dikatakan hilus melebar

b. Corakan paru (corakan bronkovaskuler)

Menyebar dari hilus makinke lateral makin kabur. Corakan paru bertambah

bila >Tdari lebar paru pada paru kanan dan bila> Sdari lebar paru pada paru

kiri.

c. Gambaran radioopaq atau radiolusent pada parenkim paru.

Bila didapatkan gambaran radioopaq maka kemungkinan yang ada

disana adalah cairan ataupun massa

Bila didapatkan gambaran radiolusent maka didapatkan bahwa daerah

tersebut merupakan udara.

Kemudian ditentukan apakah gambaran tersebut homogen atau tidak, ataupun

memiliki bentuk dan ukuran yang khas.

9. Diafragma

Normal difragma kanan lebih tinggi dibandingkan dengan diafragma kiri dengan

perbedaan tinggi 1- 1,5 cm,bentuk kubah, permukaan licin. (a-z)

TUMOR PARU

Etiologi

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

12

Page 13: Referat Tumor Paru

Penyebab tumor paru masih belum bisa ditentukan, tetapi penyebab kanker paru yang

merupakan tumor ganas dapat dijelaskan melalui hubungannya dengan zat karsinogen, antara

lain :

Asap rokok yang mengandung tar

Asap pabrik/industri

Debu radioaktif

Beberapa zat kimia seperti asbes, arsen, krom, nikel, besi dan uranium

Gejala Klinis

Tumor paru mempunyai gejala yang bervariasi tergantung dari letak tumor tersebut

sentral atau perifer. Tumor didaerah sentral umumnya memberikan gejala batuk karena

adanya iritasi bronkial, sesak napas karena obstruksi bronkial, nyeri dada, bising mengi,

batuk darah karena ruptur kapiler tumor intrabronkial, serta kadang-kadang gejala

pneumonia dengan demam. Sedangkan tumor yang terletak di daerah perifer umumnya tidak

menyebabkan gejala sumbatan pada paru dan kadang kadang tidak memberikan gejala sama

sekali, tapi bila timbul keluhan umumnya adalah batuk dan nyeri dada yang diakibatkan

karena gesekan pleura parietal dengan dinding dada. Gejala umum lainya seperti anoreksia,

mudah lelah, berkurangnya berat badab merupakan gejala lanjutan.

Deteksi dini

Deteksi dini memiliki 3 tujuan utama, yaitu menemukan kanker secara dini,

mengurangi angka morbiditas dan mengurangi angka mortalitas. Diharapkan bila kanker

ditemukan secara dini, kanker masih dapat disembuhkan, karena kanker masih kecil, bersifat

lokal dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti. Deteksi dini ini dilakukan terutama

pada orang yang memiliki resiko tinggi, yang masuk kedalam GRT (Golongan Resiko

Tinggi) yaitu laki-laki, usia lebih dari 4tahun, perokok berat atau sedang, terpapar zat

karsinogen/ paparan zat industri tertentu, disertai dengan satu atau lebih gejala respiratorik

antara lain batuk darah, batuk kronik, sesak napas, nyeri dada dan berat badan turun.

Golongan lain yang perlu diwaspadai antara lain perempuan perokok pasif disertai salah satu

gejala atau keluhan respiratorik dan berat badan yang turun ; seseorang dengan gejala klinik

respiratorik disertai dengan penurunan berat badan tanpa penyakit yang jelas; seseorang yang

memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker paru.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

13

Page 14: Referat Tumor Paru

Gambaran Radiologis

Bila didapatkan sebuah gambaran radiopoak pada parenkim paru kita dapat

mencurigai bahwa itu merupakan massa ataupun cairan, untuk menentukan melalui radiologi

kita harus melihat ciri ciri lainnya. Bila gambaran radioopak tersebut berada di lapangan paru

bawah, mengikuti bentuk rongga paru, homogen dan memiliki tepi yang datar maka dapat

kita simpulkan sementara bahwa hal tersebut merupakan cairan. Bila gambaran radioopak

tersebut tidak berada di basal paru, memiliki bentuk bulat atau tidak teratur, homogen dan

tepi terlihat jelas maka dapat kita simpulkan secara sementara bahwa hal tersebut adalah

massa. Tumor paru dapat kita curigai bila kita mendapatkan gambaran radioopak berupa

nodul soliter. Gambaran ini kemudian dapat kita bedakan menjadi tumor maligna atau

benigna dengan melihat ciri ciri lainnya dari gambaran nodul tesebut, yaitu :

Tabel 1. Karakteristik benigna dan maligna tumor

Characteristic Favor Benign Lesion Favors Malignant Lesion

Roentgenologic findings :

Size

Shape

Margin

Less than 1 cm

Regular

Smooth and round

More than 4 cm

Irregular

Notched or indefinite

Calsification

‘Popcorn” type

Laminated type

Central type

Marginal flaky type

Hamartoma probable

Granuloma probable

Granuloma probable

May be granuloma

Absent

Absent

Absent

May be malignancy

Cavitation

Smooth internally

Rough internally

Benign abscess or cyst

Less likely to be benign

Usually absent

Usually present

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

14

Page 15: Referat Tumor Paru

gambaran single pulmonary nodule

Selain gambaran radioopak berupa nodul kita juga bisa mendapatkan gambaran lain

selain gambaran tersebut dari hasil foto thorax. Hal ini dikarenakan efek atau perparahan dari

tumor tersebut menyebabkan gangguan lain pada paru, seperti : kita dapat melihat gambaran

atelektasis, pneumonia, efusi pleura. Gambaran – gambaran ini dapat membantu kita

menentukan letak dari tumor tersebut, tapi ini bukan merupakan hal yang pasti.

Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa gejala dari tumor paru yang muncul ini sesuai

dengan keadaan tumor, yaitu lokasi, ukuran, dan jenis tumor tersebut, maka gambaran yang

muncul di foto thoraxpun akan sesuai dengan keadaan tumor tersebut. Maksudnya bila

didapati terdapat gambaran avaskuler pada lobus atas kanan dengan gambaran radioopak

pada bagian medialnya, maka dapat kita simpulkan sementara bahwa letak tumor tersebut di

bagian sentral yang menyebabkan terjadinya obstruksi saluran napas dan menyebabkan

atelektasis lobus atas.

Gambaran gambaran lain yang muncul akibat adanya tumor paru antara lain :

Obstruksi saluran nafas atau penyempitan bronkus akibat pertumbuhan tumor pada akhirnya

dapat menyebabkan kolapsnya paru yang berada pada distal dari tumor tersebut. Sebelum

terjadi kolaps dapat menimbulkan infeksi yang akan menggambarkan adanya gambaran

konsolidas, sehingga dapat terlihat gambaran atelektasis dan pneumonia; Perbesaran hillus

merupakan gambaran radiologis yang sering didapatkan, hal ini akibat tumor itu sendiri

maupun kelenjar getah bening yang membesar. Bila tumor primer ini merupakan tumor

sentral, maka ini mempresentasikan tumor itu sendiri. Bila tumor merupakan perifer, maka

ini menunjukan metastasis ke kelenjar limfe bronkopulmonar dan tumor primer yang ada

dapat terlihat dapat juga tidak terlihat; Perbesaran mediastinum disebabkan oleh kelenjar

getah bening yang membesar; gambaran kavitas; Pleural involment yaitu adanya efusi pleura

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

15

Page 16: Referat Tumor Paru

(biasanya merupakan hemoragik) yang mungkin disebabkan langsung oleh penyebaran tumor

tapi mungkin juga merupakan hasil dari obstruksi limfatik.

Gambaran atelektasis

Gambaran perbesaran hillus

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

16

Page 17: Referat Tumor Paru

Gambaran cavitas

Gambaran efusi pleura

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

17

Page 18: Referat Tumor Paru

Gambaran gambaran yang muncul ini sulit dibedakan dengan penyakit lainnya yang

memiliki gambaran yang sama, terutama untuk menentukan etiologinya sehingga harus

dilihat kembali gejala gejala klinis yang ada pada pasien tersebut yang mendukung ke arah

tumor paru ataupun kanker paru, seperti berat badan turun drastis dll.

Tumor benigna

Tumor benigna, dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain hamartoma dan adenoma. Pada

radiologis foto thorax di dapatkan berupa nodul soliter, memiliki batas yang tegas, diameter

kurang dar 4 cm, terdapat gambaran kalsifikasi dan tumbuh tidak progresif (ukuran tidak

berubah lebih dari 2 tahun). Bila nodul memiliki kalsifikasi dan letak nodul di perifer

dicurigai hamartoma dan bila letak nodul di sentral (hillus) dicurigai adenoma.

A right lower lobe solitary pulmonary

nodule that was later identified as a

hamartoma

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

18

Page 19: Referat Tumor Paru

http://emedicine.medscape.com/article/2139920-overview#a1

Tumor maligna

Tumor paru maligna/ kanker dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan gambaran sel

kankernya di bawah mikroskop, yaitu : small cell lung cancer dan non-small cell lung cancer.

Karsinoma non-small cell dibagi lagi menjadi karsinoma sel skuamosa, adenocarcinoma dan

large cell undifferentiated karsinoma. Yang paling banyak adalah karsinoma sel skuamosa

yaitu 30-35%, kemudian adenocarsinoma (25-35%), small cell karsinoma (25%) dan terakhir

adalah large cell undifferentiated karsinoma (10%). Karena jenis atau tipe kanker ini

ditentukan secara mikroskopik maka foto thorax tidak dapat menentukan hal tersebut.

Sehingga bila ingin mengetahui jenisnya harus dilakukan biopsi.

Berdasarkan lokasi, yang biasanya terdapat di bagian sentral adalah karsinoma sel skuamosa

dan small sel karsinoma, yang terdapat di bagian perifer adalah adenocarsinoma dan large sell

karsinoma.

Pada karsinoma sel skuamosa gambaran yang dapat terlihat adalah bila terdapat di

sentral dapat terjadi atelektasisi, gambaran reverse S sign Golden, post-obstructive

pneumonia dan soft tissue mass. Bila terdapat di perifer dapat berupa kavitas.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

19

Page 20: Referat Tumor Paru

Pada adenocarcinoma, tampak nodul di bagian perifer, berupa nodul soliter dan biasanya

terdapat di lobus atas.

Small cell karsinoma gambaran yang

muncul adalah terjadi perbesaran

mediastinum (kelenjar getah bening mediastinum membesar), perbesaran hilus (massa hilus),

nodul bisa terlihat (kecil) atau tidak terlihat. Sel ini berpotensi metastase dan

pertumbuhannya cepat.

Large cell undifferentiated memiliki gambaran massa besar di perifer dan sering

menyebabkan keterlibatan pleura

Large cell carsinoma

CT Scan

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

20

Page 21: Referat Tumor Paru

Bila kita dapatkan gambaran sesuai dengan gambaran tumor paru maka tindakan

selanjutnya yang dapat dilakukan di bidang radiologi adalah melakukan pemeriksaan lanjutan

berupa CT scan Thorax. Ct Scan Thorax ini memiliki beberapa manfaat, antara lain :

memastikan apa yang membentuk gambaran noduler yang tampak pada rotgent thorax

sebelumnya, menentukan apakah tumor benigna atau maligna, dan menentukan staging.

Salah satu keunggulan ct scan adalah dapat menentukan densitas suatu benda,

sehingga dari sinilah dapat diketahui apa yang membentuk massa tersebut. Ukuran densitas

ini adalah Hounsfield units (HU) dengan nilai air adalah 0 HU, udara -1000 HU, metal/logam

+4000 HU

Tabel interpretasi nilai densitas

Menentukan apakah tumor tersebut jinak atau ganas dilakukan dengan melakukan CT

Scan dengan kontras. Bila terjadi peningkatan atau enhancement sebesar 20 HU atau lebih

maka tumor tersebut merupakan tumor ganas.

Menentukan staging dengan melihat hasil dari ct scan itu sendiri, staging dinilai

berdasarkan sistem TNM, yaitu Tumor, Nodul dan Metastasis.

STAGE

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

21

Page 22: Referat Tumor Paru

 Stadium  TNM

Occult carcinoma

0

IA

IB

IIA

IIB

IIIA

IIIB

IV

Tx  N0  M0

Tis  N0  M0

T1  N0  M0

T2  N0  M0

T1  N1  M0

T2  N1  M0, T3 N0  M0

T1  N2  M0, T2 N2  M0, T3  N1 M0, T3 N2  M0

Sebarang T  N3  M0, T4  sebarang N  M0

Sebarang T  sebarang N  M1

Kategori TNM untuk Kanker Paru :

T    :   Tumor Primer   

To    :   Tidak ada bukti ada tumor primer

Tx   :   Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel tumor

ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis atau

bronkoskopis.

Tis    :   Karsinoma in situ

T1    :  Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh

jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih

proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus utama). Tumor

sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas pada dinding bronkus yang

meluas ke proksimal bronkus utama.

T2    :   Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :

Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm.

Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina, dapat

mengenai pleura viseral.

Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif  yang meluas ke

daerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.

T3    :    Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding dada

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

22

Page 23: Referat Tumor Paru

(termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau tumor

dalam bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah distal karina atau

tumor yang berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh

paru.

T4     :  Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung, pembuluh

besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi

pleura ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan

tumor primer.

N    :   Kelenjar getah bening regional (KGB)

Nx    :   Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai

No    :   Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening

N1  :   Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus ipsilateral,

termasuk perluasan tumor secara langsung

N2   :   Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral dan/atau KGB

subkarina

N3    :   Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB skalenus atau

supraklavikula ipsilateral/kontralateral

M    :   Metastasis (anak sebar) jauh

Mx    :   Metastasis tak dapat dinilai

Mo   :   Tak ditemukan metastasis jauh

M1    :   Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer dianggap

sebagai M1

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

23

Page 24: Referat Tumor Paru

Contoh Kasus

Foto thorax proyeksi AP seorang wanita usia 49 tahun.

Gambaran peningkatan/naiknya diafragma kiri dan trakea yang tertarik ke arah kiri.

Tampak gambaran avaskuler pada apex paru kiri

Kesan : atelektasis lobus atas kiri

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

24

Page 25: Referat Tumor Paru

Gambaran radiolusen di belakang sternum yang disebabkan oleh hiperinflasi paru kanan.

Universitas Kristen IndonesiaKepanitraan Klinik Ilmu RadiologiPeriode27 Mei 2013 -22 Juni 2013

25