tumor ganas paru paru

26
TUMOR GANAS PARU PARU A. Definisi Bila mana kita menyebut tumor paru-paru maka yang dimaksud adalah karsinoma bronkogenik, karena kebanyakan tumor ganas primerdari system pernafasan bagian bawah bersifat epiteldan berasal dari mukosa percabangan bronkus. B. Etiologi Meskipun penyebab sebenarnya dari karsinoma bronkogenik belum di ketahui tetapi ada tiga faktor yang agakya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden penyakit ini: 1. Merokok yang memegang peranan paling penting 2. Dari berbagai bahaya industri yang paling penting asbes yang kini banyak sekali digunakan pada industri bangunan 3. Karena diet dan familial beberapa penelitian telllah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A. dan anggota keluarga yang mempunyai sakit kanker paru juga dapat memilki resiko terjadi. C. Patofisiologi Kanker paru biasanya diklasifikasikan menurut jenis histologinya. Berdasarkan pilihan pengobatan, maka karsinoma bronkogenik biasanya dibedakan menjadi kanker paru-paru sel kecil ( SCLC ) dan kanker paru-paru tidak kecil ( NSCLC ). Karsinoma sel skuamosa merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering ditemukan, kanker ini berasal dari permukaan epitelbronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia,atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral disekitar hilus, danmenonjol kedalam bronki besar. Karsinoma sel skuamosa seringkali disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi,pneumonia,dan pembentukan abses akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam bermetafisis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki proknosis Adenokarsinoma, sesuai dengan namanya memperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan tumor ini timbul dibagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru-oaru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada

Upload: sena-ajah

Post on 17-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tumor ganas paru paru

TRANSCRIPT

TUMOR GANAS PARU PARU A. DefinisiBila mana kita menyebut tumor paru-paru maka yang dimaksud adalah karsinoma bronkogenik, karena kebanyakan tumor ganas primerdari system pernafasan bagian bawah bersifat epiteldan berasal dari mukosa percabangan bronkus.B. EtiologiMeskipun penyebab sebenarnya dari karsinoma bronkogenik belum di ketahui tetapi ada tiga faktor yang agakya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden penyakit ini:1. Merokok yang memegang peranan paling penting 2. Dari berbagai bahaya industri yang paling penting asbes yang kini banyak sekalidigunakan pada industri bangunan3. Karena diet dan familial beberapa penelitian telllah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah vitamin A. dan anggota keluarga yang mempunyai sakit kanker paru juga dapat memilki resiko terjadi.C. PatofisiologiKanker paru biasanya diklasifikasikan menurut jenis histologinya. Berdasarkan pilihan pengobatan, maka karsinoma bronkogenik biasanya dibedakan menjadi kanker paru-paru sel kecil ( SCLC ) dan kanker paru-paru tidak kecil ( NSCLC ). Karsinoma sel skuamosa merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering ditemukan, kanker ini berasal dari permukaan epitelbronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia,atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral disekitar hilus, danmenonjol kedalam bronki besar. Karsinoma sel skuamosa seringkali disertai batuk dan hemoptisis akibat iritasi atau ulserasi,pneumonia,dan pembentukan abses akibat obstruksi dan infeksi sekunder. Karena tumor ini cenderung agak lamban dalam bermetafisis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki proknosis Adenokarsinoma, sesuai dengan namanya memperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mucus. Kebanyakan tumor ini timbul dibagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru-oaru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini ,dan secra klinis tetap tidak menunjukkan gejala-gejala sampai terjadi metastasis yang jauh.Karsinoma sel bronchial alveolar merupakan subtype Adenokarsinoma yang jarang di temukan dan yang berasal dari epitel alveolus atau bronkus terminalis.Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yangbesar dan ukuran inti bermacam-macam . Sel-sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ketempat tempat yang jauh.Karsinoma sel kecil seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki. Tidak seperti kanker paru-paru lainya,jenis tumor ini timbul dari sel-sel kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.

D. Manifestasi karsinoma bronkogenik karsinoma bronkogenik menyerupai banyak jenis penyakit paru-paru lain dan tidak mempunyai awitan yang khas. Seringkali menyerupai pneumotis yang tidak dapat ditanggulangi. - Batuk merupakan gejala yang umum yang seringkali diabaikan oleh klien ,bila karsinoma bronkus menjadi berkembang maka batuk timbul lebih sering atau volume spuntum bertambanh banyak.- Hemoptisis merupakan gejala umum lainnya .- Gejala- Gejala awal adalah stridor local dan dispnea ringan yang mungkin diakibatkan oleh obstruksi bronkus.- Nyeri dada dapat timbul dapar berbagai bentuk tetapi biasanya dialami sebagai perasaan sakit atau tidak enak akibat penyebaran neoplsatik kemediastenum dan dapat timbul arena pleuritik akibat penyebaran neoplastik atau pneumonia.- Pembengkakan jari-jari yang timbul cepat merupakan ertanda yang penting karena dapat dikaitkan dengan karsinoma bronkogenik - Anoreksi,lelah,dan berkurangnya BB merupakan pertanda gejala lanjutan.- Gejala intratoraks atau ekstratorak dapat juga ditemukan.- Penyebaran local dapt terjadi dan menimbulkan suara yang serak.akibat terserangnya saraf rekuren, disfagia akibat keterlibatan esophagus dan paralysis hemidiagfarma dengan keterlibatan saraf frenikusE. DIAGNOSA DAN STADIUM KANKER PARU-PARUAlat utama untuk mendiagnosis kanker paru-paru adalah : - Rodiologi - Bronkoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang baik dalam mendiagnosa karsinoma sel skuamosa. - Sitologi spuntum, bilasan bronkus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memaikan peranan penting dalam mendiagnosis kanker paru-paru. - CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut.Pembagian stadium Pembagian stadium tumor paru berdasarkan TNM system untuk kankaer paru-paru dilakukan oleh Amirican Join Committee on cancer merupakan metode yang diterima secara luas untuk menentukan perluasan kanker jenis NSCLC. Berbagai T (ukuran tumor ) N ( metaatasis kekelenjar lymfe regional ) dan M ( ada atau tidak adanya metastasis ke distal ) digabung untuk menentukan kelompok stadium yang berbeda .sistem TNM dikembangkan untuk karsinoma bronkogenik . Untuk SCLC digunakan suatu system pembagian dua stadium yang sederhana. Stadium penyakit yang masih terbatasdidefinisikan sebagai SCLC yang masih terbatas pada satu hemithoraks dan kelenjar lymfe regional, dan stadium penyakit yang sudah meluas yaitu dimana penyakit sudah meluas lebih dari batasan diatas. Pada sebagian kasus, stadium penyakit yang masih terbatas berhubungan dengan apakah tumor tersebut dapat diberi terapi radiasi.

Staging system TNM terdiri dari :Tx : - Tumor terbukti ganas didapat dari secret bronco pulmoner, tapi tidak terlihat secara bronkoskopis dan radiologist- Tumor tidak bisa dinilai pada staging retreatmentTis : - Karsinoma insitu ( Preinvasipe carcinoma )T1 : Tumor , diameter kurang 3 CmT2 : Tumor , diameter 3 cm atau terdapat atelektasis pada distal hilusT3 : Tumor Ukuran apapun meluas kepleura , dinding dada, digfragma, pericardium, kurang 2 Cm dari carina, terdapat atelektasis total.T4 : Tumor Ukuran apapun invasi kemediatinum atau terdapat efulsi pleura MalignaNo : Tidak ada kelenjar getah bening ( KGB ) yang terlibat N1 : Metastasis KGB bronkopulmuner atau ipsilateral hilus.N2 : Metastasis KGB mediastinal atas subkarinaN3 : Metastasis KGB mediastinal kontra lateral atau hilus atau KGBskalenus atau supraklavikular.Mo : Tidak ada metastasis jinakM1 : Metastasis jinak pada organ ( Otak ,hati,dll )Staging kanker paru dapat dilakukan secara :- Diagnosis klinis ( c TNM )- Reseksi surgikal patologis ( p TNM )- Evaluasi surgikal ( s TNM )- Retreament ( r TNM )- Autogsi (a TNM )Untuk stging kanker paru, sedikitnya diperlukan pemeriksaan CT Scan dada, USG abdoment ( atau CT Scan abdomen ), CT Scan Otak dan Bonne scaning.F. Pengobatan dan pronosis kakanker paru-paruRejiment pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pebedahan,Radiasi dan Kemoterapi- Pembedahan adalah engobatan pilihan bagi pasien-pasien NSCLC Stadium I- Radiasi umumnya dianjurkan untuk lesi-lesi stadium I dan II jika terdapat kontraindikasi pembedahan.- Kemoterapi dan radiasi dapat diberikan pada pasien pasien dengan stadium penyakit yang terbatas, jika secara fisiologis mereka mampu menjalani engobatan itu.PrognosisSecara keseluruhan bagi asien pasien dengan karsinoma bronkogenik adalah buruk ( kelangsungan hidup 5 tahun % ) , dengan demikian penekanan harus diberikan pada encegahan. Tenaga-tenaga kesehatan menganjurkan kepada masyarakat untuk tidak merokok atau hidu dalam lingkungan yang tidak tercemar polusi industri. Tindakan protektif harus dilakukan bagi mereka yang bekerja dengan asbes,uraium,,kromium,dan materi karsinogenik lainnya.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 1. Gangguan pertukaran gas/ kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan Pengangkatan jaringan paru, Gangguan suplai Oksigen, Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah ( kehilangan darah )Tujuan : Tidak terjadi gangguan pertukaran gas/ kerusakan pertukaran gasKriteria hasil : - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuatdengan GDA normal- Bebas dari gejala distress pernafasanIntervensi :1. Catat Frekuensi, kedalaman dan kemudahan pernapasanR/ Pernafasan meningkat akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi awal terhadap hilangnya jaringan paru.2. Observasi pengunaan otot Bantu,napas bibir,perubahan kulit/membrane mukosa mis : pucat/sianosisR/ Peningkatan kerja napas dan sianosis dapat menunjukkan peningkatan konsumsi oksigen dan kebutuhan energi/ penurunan cadangan pernapasan.3. Auskultasi paru untuk gerakan udara dan bunyi napas tak normal R/ Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi dioperasi normal pada pasien pneumoktomi namun, Pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara normal pada lobus yang masih ada4. Observasi kegelisahan dan perubahan mental / tingkat kesadaranR/ Dapat menunjukkan hipoksia atau komplikasi lain5. Pertahankan kepatenan jalan napas pasien dengan memberi posisi,penghisapan dan pengunaan alatR/ Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi, mengganggu pertukaran gas.6. Ubah posisi dengan sering ,letakkan pasien dengan posisi dudukR/ Maksimalkan ekpansi paru dan drainase secret.7. Bantu klien dengan latihan napas dalam dan napas bibir dengan tepat R/ Meningkatkan ventilasi maksimal oksigenasi dan menurunkan / mencegah atelektasis.8. Kaji klien respon klien terhadap aktivitas, dorong periode istirahat/ batasi aktifitas sesuai toleransi klienR/ Peningkatan komsumsi oksigendan stress pembedahan dapat mengakibatkan peningkatan dispnea dn pwerubahan tanda vital karena aktivitas. Mobilisasi dini.9. Kolaborasi memberikan tambahan oksigen, awasi/buat gambaran GDA,nadi oksimetri,catat kadar HBR/ Memaksimalkan sediaan oksigen, penurunan atau peningkatan paO2 dapat menunjukkan kebutuhan untuk dukungan ventilasi.2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas Berhubungan dengan sekresi berlebihan / peningkatan jumlah secret. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan jalan nafas menjadiEfektif.Kriteria: Menunjukkan patensi jalan nafas dengan cairan secret yang mudahdikeluarkan, bunyi nafas jelas dan pernafasan tak bising.Intervensi :1. Auskultasi dada untuk karakter bunyi nafas dan adanya secret.R/ pernafsan bising ronchi dan mengi menunjukkan tertahannya secret atau obstruksi jalan nafas.2. Bantu pasien dengan intruksikan untuk nafas dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi R/ Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksimal dan penekanan menguatkan upaya batuk untuk mobilisasi membuang secret.Penekanan dilakukan perawat ( meletakkan tangan dianterior dan posterior didinngdada) dan oleh pasien ( dengan bantal samapai kekuatan memmbaik )3. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml / hari tawarkan air hangat dari pada dinginR/ Cairan ( khususnya yang hangat ) memobilisasi dan mempermudah mengeluarkan secret 4. Kolaborasi memberikan tambahan oksigen awasi / buat gambaran GDAR/ Memaksimalkan sediaan oksigen, penurunan atau peningkatan paO2 dapat menunjukkan kebutuhan untuk dukungan ventilasi.5. Kolaborasi pemberian obat : bronkodilator,ekspektoran,dan analgesic sesuai indikasiR / Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara,ekspektoron untuk meningkatkan produksi mukosa untuk mengencerkan dan menurunkan viskositas secret memudahkan pembuangan.analgeik untuk menghilangkan ketidaknyamanan dada.3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan invasi kanker ke pleura, dinding dadaTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilangKriteria : - Melaporakan nyeri hilang atau terkontrol.- Tampak rileks dan tidur / istirahat dengan baik- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan.Intervensi :1. Kaji tentang nyeri karakteristik nyeri dan tentukan skala nyeri ( 0 -10)R/ Meningkatkan control nyeri2. Kaji pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasienR/ Ketidak sesuain antara petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri kebutuhan atau keefektifan intervensi.3. Evaluasi keefektifan pemberian obat dorong pemakaian obat yang benar untuk mengontrol nyeriR/ Persepsi nyeri dan hilangnya nyeri adalah subyektif dan pengontrolan nyeri yang terbaik merupakan keleluasan klien.4. Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.R/ Takut/ masalah dapat meningkatkan teganggan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri5. Berikan tindakan kenyamanan misalnya : sering ubah posisi,dorong untuk pengunaan teknik relaksasi mis: visualisasi, bombing imajinasi dan aktifitas hubungan yang tepatR/ Meningkatkan relaksasi dan mengalihkan perhatian menghilangkan ketidaknyamanan dan meningkatkan efek terapiutik analgesik.6. Jadwalkan peride istirahat, berikan lingkungan tenangR/ Penuruan kelemahan dan menghemat energi dan menuingkatkan koping.7. Kolaborasi pemberian obat analgesic sesuai indikasiR/ analgeik untuk menghilangkan ketidaknyamanan4. Ketakutan atau ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mengetahui perubahanstatus kesehatanKriteria : - Menggakui dan mendiskusikan takut/ masalah- Klien tampak rilek- Menyatakan [pengetahuan yang akurat tentang situasi.Intervensi :1. Evalusi tingkat pemahaman pasien atau orang terdekat tentang diagnosaR/ Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat.2. Akui rasa takut atau masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan R/ Pasien mungkin perlu waktu untuk mengidentifikasi perasaan dan meskipun lebih banyak waktu untuk mulai mengekpresikannya.3. Berikan kesempat untuk bertanya dan jawab dengan jujur.R/ Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi / salah interpretasi terhadap informasi.4. Catat komentar / prilaku yang menunjukkan menerima dan / mengunakan strategi efektif menerima situasi.R/ Takut / ansietas menurun, pasien mulai menerima secara positif dengan kenyataan.5. Libatkan pasien / orang terdekat dalam perencanaan perawatan.R/ Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan contol atau kemandirian pada pasien yang merasa tak berdaya dalam menerima dianosa dan pengobatan.6. Berikan kenyamanan fisik pasien R/ Ini sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem atau ketidaknyamanan fisik menetap.

5. Cemas berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan mengenai prognosisTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien cemas berkurang / tidakCemasKriteria : - Menanyakan pemahaman selukbeluk diagnosa, program pengobatan.- Melakukan perubahan pola hidup.Intervensi :1. Diskusikan diagnosa, rencana / terapi saat ini dan hasil yang diharapkanR/ Memberikan informasi khusus individu,membuat pengetahuan untuk belajar lanjut tentang manajement dirumah. Dan informasi penting untuk memapukan pasien / orang terdekat untuk membuat keputusan berdasarkan informasi2. Diskusika perlunya perencanaan untuk mengevaluasi perwatan saat pulangR/ Menyakinkan penyembuhan optimal dan memberikan kesempatan untu merujuk masalah atau pertayaan pada waktu yang sedikit setres.3. Indentifikasi tanda atau gejala yang memerlukan eveluasi medis, mis: terjadinya kesulitan pernafasan demam,peningkatan nyeri dada, perubahan penampilan spuntumR/ Deteksi dini dan intervensi tepat waktu dapat mencegah atau meminimalkan komplikasi.4. Bantu pasien menentukan toleransi aktifitas dan menyusun tujuanR/ Secara emosional membantun pasien untuk mampu menyusun tujuan aktifitas yang realistis untuk meningkatkan kemandirian optimal.5. Evaluasi ketersediaan atau keadekuatan system pendukung dan perlunya bantuan dalam perawatan diri/ manajemen dirumah.R/ Kelemahan umum dan keterbatasan aktifitas dapat menurunkan kemampuan induvidu untuk memenuhi kebutuhan sendiri..6. Anjurkan menghentikan aktifitas yang menyebabkan akan kelemahan atau meningkatkan napas pendek.R/ Terlalu lelah meningkatkan kegagalan pernapasan.7. Tekankan pentingnya menghindari merokok polusi udara dan kontak dengan orang yang menderita infeksi saluran napas atasR/ Melindungi dari iritasi dan menurunkan resiko infeksi.8. Kaji kebutuhan nutrisi/ cairan anjurkan meningkatkan protein dan mengunakan makanan yang ringan tinggi kalori yang tepat. R/ Memenuhi kebutuhan energi seluler dan mempertahankan volume sirkulasi baik untuk perfisi jaringan.memudahkan regenerasi jaringan / proses penyembuhan.9. Kaji komoniti induvidu yang tepat mis: yaysan kanker Indonesia.R/ Agen seperti ini menawarkan pelayanan luas yang dapat diberikan untuk memberikan dukungan dan memenuhi kebutuhan induvidu.

DAFTAR PUSTAKADoengoes Marilynn E , Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3, EGC

Price M. Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Jilid 2 Edisi 4 ,EGC

Prof. dr. Arjatmo Tjokronegoro,Buku ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid II, Balai penerbit FKUI, jakarta

Molecular Pathogenesis of Squamous Cell Carcinoma

W. Franklin Since the 1960's, it has been recognized that in smokers at risk for lung cancer, normal mucociliary mucosa of the central airways may replaced by squamous epithelium. This squamous transformation is accompanied by variable cytological atypia (dysplasia) and is associated with profound increases in epithelial proliferative rate and EGFR and HER expression. In some cases, evidence of angiogenesis is detected. Specific proteomic profiles can be used to distinguish dysplastic mucosa from epithelium. It is postulated that these lesions represent precursors of invasive squamous carcinoma. Molecular changes that underlie squamous dysplasia in the in the airways of smokers are increasingly better defined. It is now possible to construct a multistep molecular model for the central airway carcinogenesis that we discuss below.

A model for molecular progression to squamous carcinoma The initial phase of carcinogenesis is purely chemical with direct damage to DNA occurring as a result of exposure to the highly reactive compounds mainly in tobacco smoke that give rise to DNA bulky adducts and DNA methylation. Adducts and methylation may interfere with DNA repair and resulting double stranded breaks may results in chromosomal recombination or partial loss. These changes are recognized as loss of heterozygosity (LOH) and can now be detected at high density throughout the genome using SNP arrays. Losses may be small or extensive, involving a major part of individual chromosomal arms. This phenomenon has been referred to as somatic recombination, mitotic recombination, or most recently as uniparental disomy (UPD). Recombination may occur continuously through the life of the premalignant cell.

Mutation may also occur in premalignant cells and some of these mutations may have an important impact on the fate of the affected cells. In particular, TP53 may result in increased resistance to apoptosis and to a proliferative advantage that results in a spreading of tumor cells over the airways. Ongoing mitotic recombination may result in further LOH in genes that are important in lung carcinogenesis. Loss of the normal copy of TP53 in a cell with one mutant copy may result in complete loss of a mitotic checkpoint and may lead to the complicated karyotypes that are characteristic of invasive squamous. The extent of genomic damage in fully formed squamous carcinoma is being revealed by the ongoing sequencing studies. These studies have identified not only molecular changes that are important in squamous carcinogenesis but also new therapeutic targets including FGF1 amplification and DDR25.

Biomarkers of Squamous Carcinogenesis in Sputum A readily available surrogate for biopsy tissue is sputum and data regarding cellular and molecular changes in sputum have been used to assess the status and predictive power of candidate biomarkers. Cytology: Sputum squamous atypia detected by conventional cytological examination increases the risk for incident cancer in smokers with a hazard ratio (HR) of 2.4 overall and 10.3 for those subjects tested 5 months before the appearance of carcinoma. Sputum cytology alone is therefore a standard against which other markers should be measured. Gene methylation: Nested case control studies have indicated that methylation of tumor suppressor genes may be predictive of lung carcinoma with 6.5 fold increased risk for carcinoma in a high risk cohort. FISH: Aneuploidy indicated by FISH is the most strongly predictive biomarker for lung cancer risk evaluated to date. In initially cancer-free subjects who subsequently develop lung cancer, aneuploidy is highly correlated with clinical detection lung cancer (HR 29.9) within 18 months. FISH aneuploidy is currently being validated as a clinical early detection tool.

High Throughput Approaches to Squamous Carcinogenesis Increasingly studies of carcinogenesis and premalignancy are driven by data-dense high throughput techniques and several of these are described below. GWAS: GWAS studies involving 40,000 to 60,000 individuals have identified loci in three chromosomal regions (8p11, 15q25 and 19q13) harboring nicotine associated genes that may affect smoking behavior9 and a locus at chromosome 15q15.2 that is associated lung cancer risk. This latter variant is distinct from coding variants of TP53BP that are also located at 15q15.2. To date GWAS studies have not emphasized risk associations for specific histological subtypes of carcinoma or premalignant lesions. Gene expression (mRNA):Similarly, microarray technology has been used to discover predictive gene expression changes in bronchial epithelial brushings of patients . These studies have provided an 80 gene indicator of lung cancer distinguishes smokers with from those without prevalent lung cancer. These mRNA changes are have not yet been used to predict lung cancer prospectively nor predict specific lung tumor types in subjects who do not yet have cancer. Microarray gene expression signatures have also been derived for dysplastic lesions and have been correlated with dysplasia grade in squamous lesions. We have found that gene expression changes may be divided into those that are related to epidermalization of the epithelium and other changes that may be related to increased proliferative potential. miR signatures: Recent studies have evaluated miR levels in dysplastic squamous lesions and identified miR signatures associated with progression of dysplastic changes to invasive carcinoma. These promising results suggests that it may be possible to use miR signatures to support histological interpretations and perhaps ultimately as a surrogate for histology. The biological significance of these changes is currently being evaluated.

Conclusions Despite the availability of impressive new technologies to assess molecular changes in premalignant bronchial epithelium, clinical applications remain distant. New software tools for mapping and recording of cellular and molecular changes and assembly of large, properly followed cohorts may help to better define the natural history of central airway premalignancy.

WCLC 2011,Prosiding Abstract M03.1

Molekul Patogenesis Karsinoma Sel Skuamosa

W. Franklin Sejak tahun 1960-an, telah diakui bahwa pada perokok beresiko terkena kanker paru-paru, mukosa mukosiliar normal saluran udara sentral dapat digantikan oleh epitel skuamosa. Transformasi skuamosa disertai dengan atypia sitologi variabel (displasia) dan berhubungan dengan peningkatan besar dalam tingkat proliferasi epitel dan EGFR dan ekspresi HER. Dalam beberapa kasus, bukti angiogenesis terdeteksi. Profil proteomika spesifik dapat digunakan untuk membedakan mukosa displastik dari epitel. Hal ini mendalilkan bahwa lesi ini merupakan prekursor karsinoma skuamosa invasif. Perubahan molekuler yang mendasari displasia skuamosa di dalam saluran udara perokok semakin baik didefinisikan. Sekarang mungkin untuk membangun sebuah model molekul tahapan untuk saluran udara sentral karsinogenesis yang kita bahas di bawah ini.

Sebuah model untuk perkembangan molekuler untuk karsinoma skuamosa Tahap awal dari karsinogenesis adalah murni kimia dengan kerusakan langsung pada DNA yang terjadi sebagai akibat dari paparan senyawa yang sangat reaktif terutama dalam asap tembakau yang menimbulkan adduct DNA besar dan metilasi DNA. Adduct dan metilasi dapat mengganggu perbaikan DNA dan mengakibatkan istirahat beruntai ganda dapat menghasilkan rekombinasi kromosom atau hilangnya sebagian. Perubahan ini diakui sebagai hilangnya heterozigositas (LOH) dan sekarang dapat dideteksi pada kepadatan tinggi di seluruh genom menggunakan array SNP. Kerugian mungkin kecil atau luas, yang melibatkan bagian utama dari lengan kromosom individu. Fenomena ini telah disebut sebagai rekombinasi somatik, rekombinasi mitosis, atau terakhir sebagai disomy uniparental (UPD). Rekombinasi dapat terjadi terus menerus melalui kehidupan sel premaligna.

Mutasi juga dapat terjadi pada sel-sel prakanker dan beberapa mutasi ini mungkin memiliki dampak penting pada nasib sel-sel yang terkena. Secara khusus, TP53 dapat mengakibatkan peningkatan resistensi terhadap apoptosis dan keuntungan proliferatif yang menghasilkan penyebaran sel-sel tumor di saluran udara. Rekombinasi mitosis yang sedang berlangsung dapat mengakibatkan LOH lebih lanjut dalam gen yang penting dalam karsinogenesis paru-paru. Kehilangan salinan normal TP53 dalam sel dengan satu salinan mutan dapat mengakibatkan hilangnya lengkap sebuah pos pemeriksaan mitosis dan dapat menyebabkan kariotipe rumit yang merupakan ciri khas dari skuamosa invasif. Tingkat kerusakan genom pada karsinoma skuamosa sepenuhnya terbentuk sedang diungkapkan oleh studi sekuensing yang sedang berlangsung. Studi-studi telah mengidentifikasi tidak hanya perubahan molekul yang penting dalam skuamosa target karsinogenesis tetapi juga terapi baru termasuk FGF1 amplifikasi dan DDR25.

Biomarker skuamosa Karsinogenesis di Sputum Sebuah pengganti tersedia untuk jaringan biopsi adalah dahak dan data mengenai perubahan seluler dan molekuler dalam sputum telah digunakan untuk menilai status dan daya prediksi biomarker calon. Sitologi: Sputum skuamosa atypia terdeteksi oleh pemeriksaan sitologi konvensional meningkatkan risiko kanker pada perokok insiden dengan rasio hazard (HR) dari 2,4 dan 10,3 keseluruhan bagi mata pelajaran yang diujikan 5 bulan sebelum munculnya karsinoma. Sputum sitologi saja karena itu merupakan standar yang penanda lainnya harus diukur. Metilasi gen: studi kasus Nested kontrol telah menunjukkan bahwa metilasi gen supresor tumor mungkin prediksi karsinoma paru dengan 6,5 kali lipat peningkatan risiko untuk karsinoma pada kohort berisiko tinggi. IKAN: aneuploidy ditunjukkan oleh IKAN adalah biomarker yang paling sangat prediktif untuk risiko kanker paru dievaluasi sampai saat ini. Dalam awalnya bebas kanker mata pelajaran yang kemudian mengembangkan kanker paru-paru, aneuploidi sangat berkorelasi dengan deteksi kanker paru klinis (HR 29,9) dalam waktu 18 bulan. Aneuploidi IKAN saat ini sedang divalidasi sebagai alat deteksi klinis awal.

Tinggi throughput Pendekatan untuk Carcinogenesis skuamosa Semakin studi premalignancy karsinogenesis dan didorong oleh data-padat teknik throughput yang tinggi dan beberapa di antaranya dijelaskan di bawah ini. GWAS: GWAS studi yang melibatkan 40.000 sampai 60.000 orang telah mengidentifikasi lokus di tiga daerah kromosom (8p11, 15q25 dan 19q13) menyimpan gen terkait nikotin yang dapat mempengaruhi merokok behavior9 dan lokus pada kromosom 15q15.2 yang terkait risiko kanker paru. Ini varian terakhir ini berbeda dari pengkodean varian TP53BP yang juga terletak di 15q15.2. Sampai saat ini studi GWAS belum menekankan asosiasi risiko untuk subtipe histologis tertentu karsinoma atau lesi prakanker. Ekspresi gen (mRNA): Demikian pula, teknologi microarray telah digunakan untuk menemukan perubahan ekspresi gen prediktif dalam brushings epitel bronkus pasien. Studi-studi telah disediakan indikator gen 80 kanker paru-paru perokok membedakan dengan dari mereka yang tidak lazim kanker paru-paru. Perubahan mRNA yang belum digunakan untuk memprediksi kanker paru-paru atau prospektif memprediksi jenis tumor paru-paru yang spesifik dalam mata pelajaran yang belum memiliki kanker. Tanda tangan ekspresi gen microarray juga telah diturunkan untuk lesi displastik dan telah berkorelasi dengan grade dysplasia pada lesi skuamosa. Kami telah menemukan bahwa perubahan ekspresi gen dapat dibagi menjadi orang-orang yang terkait dengan epidermalization dari epitel dan perubahan lain yang mungkin berhubungan dengan peningkatan potensi proliferatif. tanda tangan mir: Penelitian terbaru telah dievaluasi tingkat mir pada lesi skuamosa displastik dan mengidentifikasi tanda tangan mir terkait dengan perkembangan perubahan displastik menjadi karsinoma invasif. Ini hasil yang menjanjikan menunjukkan bahwa dimungkinkan untuk menggunakan tanda tangan untuk mendukung interpretasi mir histologis dan mungkin pada akhirnya sebagai pengganti untuk histologi. Makna biologis dari perubahan saat ini sedang dievaluasi.

Kesimpulan Meskipun ketersediaan teknologi baru yang mengesankan untuk menilai perubahan molekuler dalam epitel bronkial premaligna, aplikasi klinis masih jauh. Perangkat lunak baru untuk pemetaan dan pencatatan perubahan seluler dan molekuler dan perakitan besar, kohort diikuti dengan benar dapat membantu untuk lebih menentukan riwayat alami premalignancy saluran napas pusat.

WCLC 2011, Prosiding Abstrak M03.1

MESOTELIOMA1. PENDAHULUANMesotelioma adalah suatu bentuk kanker yang menyerang rongga abdomen, rongga thorak, dan daerah sekeliling jantung. Bayangan yang terbentuk berupa bayangan pleura dan tanda-tanda keganasan yang khas. Karena penyebabnya yang tidak biasa, mesotelioma biasanya sulit didiagnosa dan ditangani. Telah dikaitkan dengan paparan terhadap asbestos, suatu bahan yang duluya terdapat pada banyak lingkungan kerja. C, E

Tumor PrimerMesotelioma erat hubungan kausanya dengan asbes. Keganasan ini juga termasuk penyakit polusi udara napas, terutama asap rokok. Agaknya serat asbes langsung merangsang mesotel dan menimbulkan mesotelioma; dalam tumor mesotelioma biasanya ditemukan serat asbes.. Perlindungan karyawan terhadap asbes dan tidak digunakannya asbes di bangunan dan industri merupakan tindak pencegahan yang efektif. ATumor pleura primer yang jinak jarang, dapat berupa lipoma, fibroma, emangioma, neurofibroma, yang memberi bayangan massa di dinding toraks. Tumor primer yang ganas lebih jarang lagi yang dikenal adalah mesotelioma, bisa di pleura atau fisura interlobar, cepat membesar dan sering disertai dengan pembentukan cairan rongga pleura.B

Tumor SekunderKebanyakan tumor pleura adalah tumor sekunder. Tumor sekunder yang terbanyak adalah karsinoma paru dan karsinoma payudara. Gejalanya seperti pada tumor mesotelioma, tetapi ditemukan tumor primernya di tempat lain. Bila ditemukan nodul multiple, sukar dibedakan dengan mesotelioma, kecuali dengan biopsi. AMetastasis tumor ganas ke pleura lebih sering terjadi yang biasanya berupa cairan rongga pleura secara cepat bertambah banyak. B

Mesotelioma Benigna (Localized Fibrous Mesotelioma / Fibrous Tumor of The Pleura) Tidak ada hubungan langsung dengan asbestosis; lebih sering muncul dari pleura visceralis dibanding dari pleura parietalis.D

2. INSIDENMesotelioma benigna : Menyerang kelompok umur dekade ke 3 8; usia rata-rata antara 40 50 tahunMesotelioma maligna : Dapat terjadi pada anak-anak (namun tidak dihubungkan dengan paparan asbestos). Periode laten : 20 40 tahun. Usia puncak : dekade 6 7. Pria : wanita = 3 : 1. Penelitian lain menyatakan 10 30 : 2 kasus per satu juta penduduk, dan tipe yang paling banyak adalah tipe epithelial. Puncak iniden sekitar 35 45 tahun setelah paparan asbestos D, F, G.Kurang lebih 8 juta orang di Amerika Serikat telah terpapar asbestos di lingkungan kerja. Mesotelioma tidak memiliki predileksi terhadap ras. Paparan asbestos merupakan fakor terpenting. Ras tidak berpengaruh. Setiap tahunnya hanya didiagnosa sekitar 3000 penderita E, F, G.

3. EPIDEMIOLOGIPaling banyak kasus mesotelioma ditemukan pada daerah-daerah industri dengan tingkat paparan asbestos yang tinggi. Insiden mesotelioma paling tinggi di daerah Pasifik dan negara-negara Mid-Atlantik dan kemungkinan berhubungan dengan lokasi industri seperti galangan kapal G.

4. ETIOLOGI Paparan terhadap asbestos akibat pekerjaan ditemukan pada 80% dari seluruh kasus (Karsinogenik potensial : crocidolite > amosite > chrysotile > antophylite ) 5 10 % pada penderita yang terpapar akibat pekerjaan akan memperbesar faktor resiko 300 kali lipat dibanding masyarakat pada umumnya Tidak ada hubungan dengan lama / tingkat keterpaparan atau riwayat merokok Juga sering dikaitkan dengan penggunaan radioterapi dengan thorim dioksida dan zeolite Peran virus Simian 40, namun masih dalam perdebatan. Interleukin 8 yang memiliki aktifitas potensiasi pertumbuhan lapisan sel mesotelial. Genetik : hilangnya satu copy dari kromosom 22 yang merupakan peruahan kariotip paling umum pada mesotelioma maligna. Perubahan kromosomal lain seperti 1p, 3p, 9p, dan 6q. Perubahan pada gen supresor tumor p16 (CDKN2A) dan p14 (ARF) dan hilangnya fungsi neurofibromin 2 (NF2) atau perubahan merlin D, E, F, G.

5. ANATOMI

Pleura terdiri dari 2 bagian yaitu pleura viseralis dan pleura parietalis. Pleura viseralis adalah pleura yang kontak dengan jaringan paru, sedangkan pleura parietalis adalah yang berada di permukaan dalam dari dinding thorak. Kedua pleura ini pada akhirnya bersambungan pada daerah hilus dari paru. Di antara kedua lapisan pleura ini terdapat rongga yang disebut cavum pleura yang berisi cairan yang berguna untuk membasahi permukaan pleura A.Pleura, peritoneum, dan pericardium mempunyai lapisan sel yang berasal dari mesoderm yang melapisi rongga tubuh embrio; pada orang dewasa membentuk epitel skuamosa sederhana yang melapisi semua membran. Lapisan epitel merupakan lapisan yang menutupi permukaan dalam dan luar tubuh termasuk lapisan pada pembuluh darah dan rongga yang kecil dan diklasifikasikan berdasarkan jumlah lapisan dan bentuk-bentuk selnya.

6. PATOFISIOLOGIAsbestos merupakan karsinogenik pokok yang terkait dalam patogenesis mesotelioma. Mesotelioma pleura biasanya dimulai sebagai plak dan nodul khas yang bersatu membentuk sheetlike neoplasma . Tumor biasanya tumbuh pada thorak bagian bawah. Tumor ini dapat menyerang diafragma dan meliputi permukaan paru serta fissura interlobaris. Juga dapat mengenai pada parenkim paru, dinding dada, dan mediastinum. Meluas ke esophagus, iga, vertebra, plexus brachialis, dan vena cava superior F.Metastasis pada : paru ipsilateral (60%), hilar + nodus mediastinal, paru kontralateral + pleura (jarang), perluasan ke dinding dada + diafragma D.7. DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan dengan pungsi pleura dan pemeriksaan sitologi. Pemeriksaan tambahan adalah pemeriksaan radiologi untuk menentukan adanya efusi, penebalan pleura, nodulus di pleura atau paru, massa di dinding dada, massa di mediastinum. Torakoskopi berguna sekali untuk menentukan letaknya dengan tepat dan mengambil biopsi untuk memastikan diagnosis.A Gambaran KlinisMesotelioma benigna- Asimptomatis pada 50% pasien- Batuk, demam, dispnoe, nyeri dada (pada massa yang lebih besar)- Jari tabuh + osteoartropati hipertrofi pulmonary- Efusi pleura- Hipoglikemi berulang (jarang) Mesoteloma maligna Massa lobuler ireguler dengan dasar yang luas pada pleura / penebalan pleura Efusi pleura yang eksudatif / hemoragik tanpa mediastinal shift (difiksasi oleh jaringan pleura yang mengalami keganasan) pada 80 100% kasus mengandung asam hialuronat Disertai dengan plak pleura pada 50% kasusBentuk melingkar = mengenai seluruh permukaan pleura (mediastinum, pericardium, fissura pada tahap lanjut) A, D. Geala yang paling umum yaitu : nafas pendek yang muncul (31%) dan memburuk (30%) dengan cepat, dan nyeri dada. Gejala lain seperti batuk (35%), berat badan turun (23%), kelemahan (18%), dan peningkatan produksi sputum (18%). Sementara dari pemeriksaan fisis (79%) ditandai dengan efusi pleura (mis: perkusi bunyi tumpul, suara pernapasan melemah) G Gambaran RadiologisDiperoleh dari pemeriksaan : Radiografi , thorak sebagai pemeriksaan awala.Temuan yang paling sering yaitu penebalan pleura unilateral, konsentris, seperti plak, atau noduler.b.Efusi pleura

Gambar 1. Foto thorak seorang pasien 72 thn dengan nyeri dada yang hebat. Terlihat tampakan mesotelioma dengan suatu massa pleura dengan batas melingkar ireguler, batas melingkar (dengan tanda panah) dengan penyerta menurunnya volume hemithorak dan corakan yan ramai pada costa CT-scan (Computerized Tomography), lebih diarahkan untuk menentukan tadium tumor MRI (Magnetic Resonance Imaging), pada sebagian pasien dipakai sebagai pembanding CT. Memberikan gambaran batas-batas jaringan lunak yang lebih baik (kontras jaringan lunak yang lebih baik) dan memungkinkan pencitraan pada bidang sagital dan koronar PET (Positron Emission Tomography = tomografi dengan emisi positif) dapat berguna dalam memberi batas-batas perluasan tumor atau meastasis G.Plak pada pleura menggambarkan penebalan pleura akibat serat asbes. Penebalan pleura yang terisolir diakibatkan areal paru berwarna putih yang terlokalisasi.dan sulit dibedakan dengan bayangan paru C. Massa lobular berbatas tegas dengan diameter 2 30 cm di dekat perifer paru / berbatasan dengan permukaan pleura / di dalam fissura Membenuk sudut tumpul dengan dinding dada Sessil (biasa) / pedunculated (jarang, penyerta jinak) Bentuk dan lokasi tumor dapat berubah (tipe pedenculated) Bisa disertai area hemoragik / nekrosis (akibat keganasan) Efusi pleura yang ipsilateral (jarang) mengndung asam hialuronat D

Patologi AnatomiMesotelioma benigna : Secara histologis, tumor berasal dari sel mesenkial submesotelial, dibentuk oleh lapisan sel mesotelial : Jaringan fibrosa yang relatif aseluler Kumpulan sel-sel tebal berbentuk kumparan melingkar Membentuk hemangioperisitoma paruSecara patologi kasar ditemukan permukaan pleura ditumbuhi bercak oleh sel-sel mesotelioma maligna , yang membentuk nodul secara berkelompok. Sejalan dengan penyakit, menutupi seluruh permukaan pleura dan menyerang dinding dada, mediastinum, serta diafragma. Secara mikroskopik dibagi menjadi tiga tipe histologis : (a) Epitelial, (b) Mesenkimal, (c) Campuran D, F.

8. DIAGNOSIS BANDING Kumpulan metastase D Kanker paru Non-Small Cell & Small Cell (Oat Cell) F

9. PENGOBATANPilihan tindakan untuk penanganan mesotelioma maligna antara lain tindakan bedah, kemoterapi, radiasi, dan penanganan multimodalitas. Sekarang ini tidak ada terapi yang menjadi standar. Metode standar bedah, radiasi, atau kemoterapi saja belum bias meningkatkan masa hidup D, F. Modalitas terapi yang lain sementara dipelajari seperti terapi gen, terapi yang diarahkan pada sitokin, dan terapi fotodinamik F.

10. PROGNOSAMesotelioma maligna biasanya fatal. Kematian biaasnya terjadi dalam jangka waktu 18 bulan setelah timbulnya gejala. Tumor jinak pleura dapat diangkat, sedangkan tumor yang ganas prognosisnya kurang baik; jarang yang dapat hidup lebih dari dua tahun. Tanpa perawatan, mesotelioma akan berakibat fatal dalam 4 8 bulan. Dengan perawatan trimodality sebagian pasien telah bertahan 16 19 bulan A, D, F, G.