referat trakoma

27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trakoma adalah sebuah penyakit mata menular, dan penyebab utama kebutaan akibat infeksi di dunia. Secara global, 84 juta orang menderita infeksi aktif, dan hampir 8 juta orang menjadi tunanetra sebagai akibat dari penyakit ini. Trakoma berasal dari perkataan Yunani, trachis, yang berarti kasar. Penyakit ini dapat mengenai semuaumur, terutama orang muda dan anak anak. Kadang kadang tidak disertai dengan keluhan nyata. Yang dapat disarankan penderita kadang kadang hanya gatal di mata dan banyak kotoran. Sehingga adanya trakoma seringkali diketahu secara kebetulan. Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang berlangsung lama dan disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Reservoir penyakit ini adalah manusia. Cara penularan melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau dari discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi seperti melalui alat kebutuhan sehari hari, handuk, alat kecantikan dan lainnya. Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata. Bila ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan. Kebutaan ini terjadi setelah bertahun tahun infeksi berulang. Jika tidak diobati, infeksi trakoma berulang dapat mengakinatkan enteropion yang merupakan bentuk kebutaan 1

Upload: ruby-kurniawan

Post on 20-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

ruby kurniawanFK Universitas Tarumanagara

TRANSCRIPT

Page 1: referat trakoma

BAB 1PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Trakoma adalah sebuah penyakit mata menular, dan penyebab utama kebutaan akibat infeksi di dunia. Secara global, 84 juta orang menderita infeksi aktif, dan hampir 8 juta orang menjadi tunanetra sebagai akibat dari penyakit ini. Trakoma berasal dari perkataan Yunani, trachis, yang berarti kasar. Penyakit ini dapat mengenai semuaumur, terutama orang muda dan anak anak. Kadang kadang tidak disertai dengan keluhan nyata. Yang dapat disarankan penderita kadang kadang hanya gatal di mata dan banyak kotoran. Sehingga adanya trakoma seringkali diketahu secara kebetulan.

Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang berlangsung lama dan disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Reservoir penyakit ini adalah manusia. Cara penularan melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau dari discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi seperti melalui alat kebutuhan sehari hari, handuk, alat kecantikan dan lainnya.

Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata. Bila ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan. Kebutaan ini terjadi setelah bertahun tahun infeksi berulang.

Jika tidak diobati, infeksi trakoma berulang dapat mengakinatkan enteropion yang merupakan bentuk kebutaan permanen dan disertai rasa nyeri jika kelopak mata berbalik ke dalam ,karena ini menyebabkan bulu mata menggaruk kornea. Nantinya dapat menyebabkan munculnya jaringan parut pada kornea mata. Anak anak yang paling rentan terhadap infeksi ini karean kecenderungan mereka untuk dengan mudah menjadi kotor, tetapi efek penglihatan kabur dan gejala lebih parah sering tidak terasa sampai dewasa.

1

Page 2: referat trakoma

BAB II

PEMBAHASAN

Definisi

Trakoma adalah suatu bentuk dari konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia Trachomatis. Trakoma termasuk jenis infeksi mata yang berlangsung lama yang menyebabkan inflamasi dan jaringan parut pada konjungtiva dan kelopak mata, serta kebutaan.

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membran halus yang melapisi permukaan sklera yang terpajan dengan lingkungan luar. Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari 3 bagian:

1. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)2. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)3. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara

bagian posterior palpebra dan bola mata)

Konjungtiva palpebralis merupakan konjungtiva yang melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat ke tarsus. Konjungtiva ini pada tepi superior dan inferior tarsus akan melipat ke posterior (pada fornises superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungiva bulbaris.

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan melipat berkali kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks danmelipat berkali kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sclera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3mm). Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terletak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula) menempel

2

Page 3: referat trakoma

superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit dan membran mukosa.

Konjungtiva forniks strukturnya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungan dengan jaringan dibawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.

3

Page 4: referat trakoma

Gambar 1. Anatomi konjungtiva

Epidemiologi

Prevalensi dan berat penyakit beragam yang beragam per regional dapat dijelaskan dengan dasar variasi higiene perorangan dan standar kehidupan masyarakat di dunia, kondisi iklim tempat tinggal, usia saat terkena, serta frekuensi dan jenis mata bekterial yang sudah ada.

Trakoma yang membutakan terdapat banyak di daerah Sfrika, beberapa di daerah Ssia, di antara suku aborigin di Australia, dan di Brazil Utara. Masyarakat dengan trakoma yang lebig ringan dan tidak membutakan terdapat di daerah yang sama, dan di beberapa daerah di Amerika latin serta kepulauan pasifik.

Survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1996 prevalensi penyakit mata utama khususnya untuk konjungtivitis sebesar 1,74 %.  Seperti yang kita ketahui, trakoma termasuk infeksi mata yang lama kelamaan akan menyebabkan kebutaan. Badan kesehatan dunia WHO merillis data bahwa setidaknya ada 40 - 45 juta penderita kebutaan (cacat netra)/gangguan penglihatan. Setiap tahunnya kurang lebih dari 7 juta orang mengalami kebutaan atau setiap detiknya terdapat satu penduduk bumi menjadi buta dan perorang mengalami kebutaan perduabelas menit dan ironisnya, kebanyakan orang yang berada di ekonomi bawah yang terkena gangguan penglihatan yaitu sekitar 90%.

4

Page 5: referat trakoma

Dan jika ini penyakit ini masih diabaikan WHO memprediksi pada tahun 2020 gangguan penglihatan akan meningkat menjadi 2 kali lipat yaitu sekitar 80 – 90 juta orang. Survey oleh Direktur Jenderal Bina Kesmas Kementerian Kesehatan RI, Budihardja, beliatu mengatakan bahwa survey Indra Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993 – 1996 menunjukkan angka kebutaan di Indonesia 1,5%-paling tinggi di Asia - dibandingkan dengan Bangladesh 1%, India 0,7%, dan Thailand 0,3%. Artinya jika ada 12 penduduk dunia buta dalam setiap 1 jam, empat di antaranya berasal dari Asia Tenggara dan dipastikan 1 orangnya dari Indonesia.  (Djunaedi, S.Pd.I : 2010). Secara umum, trakoma diderita oleh sekitar 84 juta orang di 55 negara yang endemis (banyak terdapat penderita trakoma), dan sekitar 1,3 juta orang diantaranya buta karena penyakit mata ini. Penyakit ini ditunjukkan pada hasil tertinggi nya yaitu pada usia 3 – 5 tahun.

Etiologi

Trakoma disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis serotipe A, B, Ba atau C. Masing masing serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang berbeda. Chlamydia ini termasuk bakteri gram negatif. Ordo Chlamydiales, famili Chlamydiacea, dan genus Chlamydia. Chlamydia trachomatis serotipe A-C menyebabkan trakoma, sedangkan serotipe D-K menyebabkan konjungtivitis inklusi dan limfogranuloma venerum disebabkan oleh serotipe L1-L3.

Patofisiologi

Infeksi menyebabkan terjadinya proses inflamasi, yaitu didominasi oleh infiltrat limfosit dan monositic dengan sel plasma dan makrofag dalam folikel. Folikel merupakan pusat germinal khas dengan pulau pulau proliferasi sel-B yang dikelilingi oleh sebukan sel T. Infeksi konjungtiva berulang menyebabkan peradangan berkepanjangan yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut konjungtiva (Conjungtival scarring). Jaringan parut diasosiasikan dengan atrofi epitel konjungtiva, hilangnya sel goblet, dan pergantian jaringan normal, longgar, stroma vaskular subepitel dengan jaringan ikat kolagen tipe IV dan V.

5

Page 6: referat trakoma

Gambar 2. Siklus hidup trakoma

Tanda dan Gejala Klinis

Trakoma mulanya adalah suatu konjungtivitis folikular kronik pada masak kanak kanak, yang dapat berkembang hingga terbentuknya parut konjungtiva. Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke arah dalam terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva berat. Abrasi terus menerus oleh bulu mata membalik dan defek film air mata menyebabkan parut kornea, umumnya setelah usia 30 tahun.

Cara penularan trakoma adalah melalui kontak langsung dengan sekret pendertia atau melalui alat sehari hari. Masa inkubasi trakoma rata rata 7 hari, tapi bervariasi dari 5 sampai 14 hari. Pada bayi atau anak anak, biasanya timbul diam diam dan penyakit itu dapat sembuh dengan sedikit atau tanpa komplikasi. Pada orang dewasa, timbulnya sering akut, subakut, dan komplikasi cepat berkembang. Pada saat timbulnya, trakoma sering menyerupai konjungtivitis bakterial. Tanda dan gejalanya antara lain mata berair, fotofobia, nyeri, eksudasi, edema palpebra,

6

Page 7: referat trakoma

kemosis konjungtiva bulbaris, hiperemia, hipertrofi papilar, folikel tarsal dan limbal, keratitis superior, pembentukan pannus, dan sebuah nodus preaurikular kecil yang nyeri tekan.

Jika terjadi invasi kuman, bakteri maupun virus maka akan terjadi reaksi di dalam jaringan tersebut diantaranya infiltrasi, eksudasi, nekrosis, dan pembentukan jaringan parut. Reaksi ini dapan juga di konjungtiva dan kornea.

Yang penting untuk mendirikan diagnosis trakoma adalah pemeriksaan:

Konjungtiva palpebra superior, dimana terlihat prefolikel dan sikatrik Konjungtiva forniks superior, dapat terlihat folikel dan sikatrik Kornea 1/3 atas, terlihat infiltrat, neovaskularisasi, folikel, herbert’s pits

Gambar 3. Herbert’s Pit

Klasifikasi

Klasifikasi menurut Mac Callan, terdapat 4 stadium:

1. Stadium insipien2. Stadium established3. Stadium parut4. Stadium sembuh

Stadium I, insipien (hiperplasi limfoid): terdapat hipertrofi papil dengan folikel yang

kecil-kecil pada konjungtiva tarsus superior, yang memperlhatkan penebalan dan kongesti

pada pembuluh darah konjungtiva. Sekret yang sedikit dan jernih bila tidak ada infeksi

sekunder. Kelainan kornea sukar ditemukan tetapi kadang-kadang dapat ditemukan

neovaskularisasi dan keratitis epitelial ringan.

7

Page 8: referat trakoma

Stadium II, established: terdapat hipertrofi papiler dan folikel yang matang (besar)

pada konjungtiva tarsus superior. Pada stadium ini ditemukan pannus trakoma yang jelas.

Terdapat hipertrofi papil yang berat yang seolah-olah mengalahkan gambaran folikel

pada konjungtiva superior. Pannus adalah pembuluh darah yang terletak di daerah limbus

atas dengan infiltrat.

Stadium III, parut: terdapat parut pada konjungtiva tarsus superior yang terlihat

sebagai garis putih yang halus sejajar dengan margo palpebra. Parut folikel pada limbus

kornea disebut cekungan Herbert. Gambaran papil mulai berkurang.

Stadium IV, sembuh: suatu pembentukan parut yang sempurna pada konjungtiva

tarsus superior hingga menyebabkan entropion dan trikiasis.

Tabel 1. Tabel Klasifikasi dan Stratifikasi menurut Mac Callan

Klasifikasi menurut WHO

1. Trakoma Folikular (TF)

Trakoma dengan adanya 5 atau lebih folikel dengan diameter 0,5 mm didaerah sentral konjungtiva tarsal superior. Bentuk ini umumnya ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensipuncak pada 3-5 tahun.

2. Trakoma Inflamasi berat (TI)

Ditandai konjungtiva tarsal superior yang menebal dan pertumbuhanvaskular tarsal. Papil terlihat dengan pemeriksaan slit lamp.

8

Page 9: referat trakoma

3. Sikatrik  Trakoma (TS)

Ditandai dengan adanya sikatrik yang mudah terlihat pada konjungtivatarsal. Memiliki resiko trikiasis ke depannya, semakin banyak sikatrik semakinbesar resiko terjadinya trikiasis.

4. Trikiasis  (TT)

Ditandai dengan adanya bulu mata yang mengarah ke bola mata. Potensial untuk menyebabkan opasitas kornea.

5. Opasitas Kornea (CO)

Ditandai dengan kekeruhan kornea yang terlihat di atas pupil. Kekeruhan kornea menandakan prevalensi gangguan visus atau kebutaan akibat trakoma.

9

Page 10: referat trakoma

10

Page 11: referat trakoma

11

Page 12: referat trakoma

Gambar 4. Klasifikasi Trakoma menurut WHO

Adanya TF dan TI menunjukkan suatu trakoma infeksiosa aktif dan dan harus diobati. TS adalah bukti kerusakan akibat penyakit ini. TF berpotensi membutakan dan merupakan indikasi untuk tindakan operasi koreksi palpebra. CO adalah lesi trakoma terakhir, yang membutakan.

Temuan Laboratorium

Inklusi klamidia dapat ditemukan pada kerokan konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa, tetapi tidak selalu ada. Pada sediaan pulasan Giemsa, inklusi tampak sebagai massa sitoplasma biru atau ungu gelap yang sangat halus, yang menutupi inti sel epitel. Pulasan antibodi fluorescein dan uji immunoassay enzim tersedia di pasaran dan banyak dipakai di laboratorium klinis. Uji baru ini dan uji-uji baru lainnya, termasuk polymerase chain reaction (PCR), telah menggantikan sediaan hapus konjungtiva dengan pulasan Giemsa dan isolasi agen klamidial dalam biakan sel.

Secara morfologis, agen trakoma mirip dengan agen konjungtivitis inklusi, tetapi keduanya dapat dibedakan secara serologis dengan mikroimunofluoresens. Trakoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis serotipe A, B, Ba, atau C.

DiagnosisDiagnosis trakoma ditegakkan berdasarkan:

1. Gejala klinis

Bila terdapat 2 dar 4 gejala yang khas:

1. Adanya prefolikel di konjungtiva

2. Folikel di konjungtiva forniks superior dan limbus kornea 1/3 atas

3. Panus aktif di 1/3 atas limbus kornea

4. Sikatrik berupa garis/bintang di konjungtiva palpebra/forniks

superior, Herbert’s Pits di limbus kornea 1/3 atas

2. Kerokan konjungtiva, dengan pewarnaan giemsa dapat ditemukan badan

inklusi Halberstaedter Prowazeki.

12

Page 13: referat trakoma

Diagnosis trakoma juga dapat ditegakkan berdasarkan 1 gejala klinis

ditambah dengan kerokan konjungtiva yang menghasilkan badan inklusi.

3. Biakan konjungtiva

4. Tes serologik

1. Tes fiksasi komplemen, menunjukan antibodi terhadap trakoma,

dengan menggunakan antigen murni. Memiliki diagnostik yang

tinggi.

2. Tes mikro imunofluoresen, menentukan antibodi antichlamidial

spesifik.

Diagnosis banding

Diagnosis banding Trakoma, Konjungtivitis Folikularis, dan Konjungtivitis

Vernal

TrakomaKonjungtivitis

folikularisKonjungtivitis

Vernal

Gambaran lesi (kasus dini) papula krcil atau bercak merah bertaburan dengan bintik putih-kuning (folikel trakoma) pada konjungtva tarsal (kasus lanjut) granula (menyerupai butir sago) dan parut, terutama konjungtiva tarsal atas

Penonjolan merah – muda pucat tersusun teratur seperti deretan “beads”

Nodul lebar-lebar dengan susunan “cobblestone” pada konjungtiva tarsal atas dan bawah, diselimuti lapisan susu.

Ukuran danLokasi lesi

Penonjolan besar lesi konjungtiva tarsal atas dan teristimewa lipatan retrotarsal korea-panus, bawah infilttasi abu-abu dan pembuluh. Tarsus terlibat

Penonjolan kecil terutama di konjungtiva tarsa bawah dan forniks bawahTarsus tidak terlibat

Penonjolan besarTipe tarsus atau palpebra, konjungtiva tarsus terlibat, forniks bebasTipe limbus atau bulbus, limbus terlibat, forniks bebas, konjungtiva tarsus bebas

Tipe campuran tarsus tidak terlibat

13

Page 14: referat trakoma

Tipe sekresi Kotoran air berbusa atau “frothy” pada stadium lanjut

Mukoid atau purulen Bergetah, bertali, seperti susu

Pulasan Kerokan epitel dari konjungtiva dan kornea memperlihatkan eksfoliasi, proliferasi, inklusi selular

Kerokan tidak karakteristik (Koch-Weeks, Morax-Axenfeld, mikrokokus kataralis stafilokokus, pneumokokus

Eosinofil karakteristik dan konstan pada sekresi

Penyulit atau sekuela

Kornea: panus, kekeruhan kornea, xerosisKonjungtiva: simblefaronPalpebra: Ektropion atau entropion, trikiasis

Ulkus korneaBlefaritisEktropion

Infiltrasi kornea (tipe limbal)Pseudoptosis (tipe tarsal)

Tabel 3. Diagnosis banding Trakoma

PenatalaksanaanTujuan pengobatan trakoma adalah untuk mendapatkan konjungtiva dalam

keadaan licin dengan jaringan sikatrik yang minimal. Hal ini dapat dicapai bila pengobaan diberikan sedini mungkin, sehingga pengobatan terjadi dengan cepat, dengan demikian mengurangi kesempatan pembentukan jaringan sikatriks. Memperbaiki keadaan umum pasien juga merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, karena dapat pula meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Tindakan pengendalian trakoma yang dikembangkan oleh WHO meliputi: pencegahan tersier (Surgery), pencegahan sekunder (Antibiotic treatment of the infection) dan pencegahan primer (Facial hygiene and Environmental change to improve sanitation) – the SAFE strategy.

1. Tindakan pembedahan Pembedahan kelopak mata untuk memperbaiki entropion dan/atau

trikiasis sangat penting pada penderita dengan trikiasis dan/atau entropion dimana mereka memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya gangguan penglihatan dan kebutaan (Trachomatous visual impairment and blindness)

Rotasi kelopak mata dapat membatasi perkembangan jaringan parut pada kornea. Dalam beberapa kasus, dapat menghasilkan sedikit perbaikan dalam ketajaman penglihatan, kemungkinan karena pemulihan permukaan visual dan penurunan sekresi mata dan blepharospasm.

14

Page 15: referat trakoma

2. Terapi antibiotikWHO merekomendasikan 2 antibiotik untuk kontrol trachoma: azitromisin

oral dan salep mata tetrasiklin. Tetes mata azitromisin juga telah terbukti sangat efektif.

Azitromisin lebih baik dari tetrasiklin, tetapi lebih mahal. Azitromisin adalah obat pilihan (drug of choice) karena mudah untuk

digunakan sebagai dosis tunggal. Pemberiannya dapat langsung dipantau. Oleh karena itu, kepatuhan lebih tinggi daripada tetrasiklin dan benar-benar dapat diukur, sedangkan, dengan pemberian tetrasiklin dirumah, tingkat kepatuhan tidak diketahui.

Azitromisin memiliki efikasi yang tinggi dan insiden efek sampingnya rendah. Ketika efek samping terjadi, mereka biasanya ringan; gangguan pencernaan dan ruam kulit adalah efek samping yang paling umum.

Infeksi Chlamydia trachomatis terjadi pada nasofaring; Oleh karena itu, dapat terjadi reinfeksi pada pasien jika hanya antibiotik topikal yang digunakan.

Efek sekunder menguntungkan dari azitromisin termasuk dapat mengobati infeksi genital, pernapasan, dan kulit

Dosis azitromisin: dewasa 1 gram per oral sehari, anak-anak 20mg/kgBB per oral sehari

Selain azitromisin dan tetrasiklin dapat digunakan juga doxycycline dan erythromycin.

Perbaikan klinis yang terlihat umumnya dapat dicapai dengan Tetracycline, 1-1,5 g/hari per oral dalam empat dosis terbagi dalam 3-4 minggu; doxycycline, 100 mg per oral dua kali sehari selama 3 minggu; atau erythromycin, 1 g/ hari per oral dibagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu.

Salep atau tetes topikal, termasuk pereparat sulfonamide, tetracycline, erythromycin, dan rifampin, empat kali sehari selama 6 minggu, sama efektifnya.

Sejak dimulainya terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai selama 10-12 minggu. Karena itu, tetap adanya folikel pada tarsus superior selama beberapa minggu setelah terapi berjalan jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi.

3. Kebersihan wajah Pada studi epidemiologi dan uji coba masyarakat secara random telah

menunjukkan bahwa kebersihan wajah pada anak-anak mengurangi baik risiko dan tingkat keparahan trachoma aktif.

Untuk menjadi sukses, kegiatan pendidikan dan promosi kesehatan harus berbasis masyarakat dan memerlukan upaya yang cukup.

15

Page 16: referat trakoma

4. Perbaikan lingkungan Perbaikan umum dalam kebersihan pribadi dan masyarakat yang hampir

secara universal dikaitkan dengan penurunan prevalensi-dan akhirnya hilangnya-trakoma. Hal ini berlaku tidak hanya di Eropa, Amerika, dan Australia, tetapi juga di Afrika dan Asia.

Kegiatan perbaikan lingkungan adalah promosi peningkatan pasokan air dan perbaikan sanitasi rumah tangga, terutama metode untuk pembuangan yang aman dari kotoran manusia.

Kegiatan ini harus diprioritaskan. Lalat yang menyebarkan trachoma lebih memilih untuk bertelur di kotoran

manusia yang terdapat di tanah. Mengendalikan populasi lalat dengan menyemprotkan insektisida cukup sulit. Studi tentang dampak pengendalian lalat di trachoma memiliki hasil yang bervariasi. Uji coba telah dilakukan untuk mengevaluasi pemasangan jamban yang baik menunjukan bahwa prevalensi trakoma berkurang tetapi gagal untuk menunjukkan dampak yang signifikan secara statistik.

Kriteria kesembuhan berdasarkan pemeriksaan dengan mata telanjang adalah:

1. Folikel (-)2. Infiltrat kornea (-)3. Panus aktif (-)4. Hiperemia (-)5. Konjungtiva, meskipun ada sikatriks, tampak licin

Selain itu, kriteria kesembuhan yang dapat dilihat pada individu penderita juga dapat berupa:

Pada pemeriksaan fluoresein, yang dilihat dengan slit lamp, menunjukkan tidak ada keratitis epitelial di kornea

Pada pemeriksaan mikroskopis dan kerokan konjungtiva, tidak menunjukkan adanya badan inklusi

Komplikasi dan Sekuele

1. Xerosis konjungtiva dan epitel kornea

Parut di konjungtiva adalah komplikasi yang sering terjadi pada trakoma

dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulis

kelenjar lakrimal. Hal ini mengurangi komponen akueosa dalam film air mata

prakornea secara drastis, dan komponen mukosanya mungkin berkurang karena

hilangnya sebagian sel goblet. Sehingga di konjungtiva dan kornea timbul epitel

16

Page 17: referat trakoma

“plaques” yang berwarna abu-abu, di sebelah nasal dan temporal kornea

berbentuk segitiga menyerupai bercak Bitot, pada defiensis vitamin A, tetapi

disini tanpa hemeralopia.

2. Ulkus kornea

Luka parut itu juga mengubah bentuk palpebra superior berupa

membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis) atau seluruh lapisan palpebra

(entropion) sehingga bulu mata terus menerus menggesek kornea. Kondisi ini

sering mengakibatkan ulserasi kornea, infeksi bakterial kornea, dan parut kornea.

Ulkus kornea, karena adanya destruksi epitel kornea oleh infiltrasi

trakoma. Adanya entropion dan trikiasis menimbulkan kerusaknan kornea yang

dimulai dengan erosi korena dan bila disertai infeksi sekunder, berubah menjadi

ulkus yang dalam. Ulkus korena yang terkena infeksi sekunder kemudian dapat

menimbulkan jaringan parut.

Jadi kebutaan pada trakoma tidak disebabkan oleh trakomanya sendiri

akan tetapi akibat infeksi sekunder yang dapat terjadi pada stadium:

Dini : di mana terdapat panus aktif yang merupakan keratitis superfisial ulseratif, karena terdiri dari infiltrat dan neovaskularisasi, sehingga merupakan suatu locus minoris resistenciae, dengan adanya infeksi sekunder menimbulkan ulkus yang dalam dan dapat berakhir dengan kebutaan seperti telah diterangkan di atas.

Lanjut : Entropion dan trikiasis yang juga dapat menimbulkan ulkus kornea, bila terkena infeksi sekunder dapat berakhir dengan kebutaan.

3. Simblefaron, entropion, trikiasis, litiasis yang dapat menimbulkan sensasi seolah-olah ada benda asing

Insiden dan kehebatan gejala sisa dan penyulitnya tergantung dari :

Kehebatan penyakitnya Lamanya sakit Adanya infeksi sekunder yang mengenai konjungtiva dan korena

17

Page 18: referat trakoma

PrognosisTrakoma, secara karakterisitik merupakan penyakit kronik yang

berlangsung lama. Dengan kondisi higiene yang baik (khususnya, mencuci muka pada anak-anak), penyakit ini dapat sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele berat terhindarkan. Sekitar 6-9 juta orang di dunia telah kehilagan penglihatannya karena trakoma.

18

Page 19: referat trakoma

BAB IIIPENUTUP

Trakoma mulanya adalah suatu konjungtivitis folikular kronik pada masa kanak-kanak, yang dapat berkembang hingga terbentuknya parut konjungtiva. Pada kasus berat, pembalikan bulu mata ke arah dalam terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut konjungtiva yang berat. Abrasi terus menerus oleh bulu mata yang membalik dan defek film air mata menyebabkan parut kornea, umumnya setalah usia 30 tahun.

Penyakit ini sangat menular dan biasanya menyerang kedua mata. Bila ditangani secepatnya, trakoma dapat disembuhkan dengan sempurna. Namun bila terlambat dalam penanganannya, trakoma dapat menyebabkan kebutaan. Kebutaan dari trakoma terjadi setelah bertahun-tahun infeksi berulang.

Tujuan pengobatan trakoma adalah untuk mendapatkan konjungtiva dalam keadaan licin dengan jaringan sikatrik yang minimal. Hal ini dapat dicapai bila pengobaan diberikan sedini mungkin. Memperbaiki keadaan umum pasien juga merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, karena dapat pula meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Kunci untuk pengobatan trakoma dikenal dengan strategi SAFE yang dikembangkan oleh WHO. ("S") Surgical care ("A") Antibiotic, ("F") Facial cleanliness, dan ("E") Environmental improvement.

Dengan kondisi higiene yang baik (khususnya, mencuci muka pada anak-anak), penyakit ini dapat sembuh atau bertambah ringan sehingga sekuele berat terhindarkan.

19

Page 20: referat trakoma

DAFTAR PUSTAKA

1. Fransisco J. Konjungtiva. In: Vaughan & Asbury; Oftalmologi Umum. Ed 17th. Jakarta: EGC.2013.p.102-4

2. Riordan-Eva. Anatomi dan Embriologi Mata. In: In: Vaughan & Asbury; Oftalmologi Umum. Ed 17th. Jakarta: EGC.2013.p.5-7

3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed 4th. Jakarta: FKUI.2012.p.138-414. Wijana N. Ilmu Penyakit Mata. Ed 6th, p.61-35. Evans JR, Solomon AW. Antibiotics for trachoma. Cochrane Database Syst

Rev. Mar 16 2011;CD0018606. Mabey DC, Solomon AW, Foster A. Trachoma. Lancet. Jul 19

2003;362(9379):223-97. Taylor AC. Trachoma. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/1202088-overview.8. WHO. Trachoma; SAFE Strategy. Available at

http://www.who.int/blindness/causes/trachoma/en/.9. Joseph A Cook. Trachoma and the Safe Strategy. Available at

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1706029/.

20