referat ocd

26
DAFTAR ISI BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI.................................................. ................................................. 2.2 EPIDEMIOLOGI.............................................. ......................................... 2.3 ETIOLOGI.................................................. ............................................... 2.4 GEJALA KLINIS............................................. .......................................... 2.5 DIAGNOSIS................................................. .............................................. BAB III KESIMPULAN.................................................... ............................... Daftar Pustaka................................................ .....................................................

Upload: rose-rodzi

Post on 02-May-2017

244 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Ocd

DAFTAR ISI

 

BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI...................................................................................................

2.2 EPIDEMIOLOGI.......................................................................................

2.3 ETIOLOGI.................................................................................................

2.4 GEJALA KLINIS.......................................................................................

2.5 DIAGNOSIS...............................................................................................

BAB III KESIMPULAN...................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................

Page 2: Referat Ocd

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana penelitian

modern telah menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Suatu obsesi adalah pikiran,

perasaan, idea atau sensasi yang mengganggu (intrusive). Suatu  kompulsif  adalah  pikiran 

atau  perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau

menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan  seseorang,  sedangkan  melakukan  kompulsi 

menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa melakukan suatu

kompulsi, kecemasan adalah  meningkat.  Seorang  dengan  gangguan  obsesif  kompulsif 

biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi

sebagai ego-distonik.  Gangguan  obsesif  kompulsif  dapat  merupakan  gangguan

yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat

mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi  pekerjaan,  aktivitas 

social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.1

Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan 

adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesif

kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Angka

tersebut menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnosis psikiatri tersering yang

keempat setelah fobia, gangguan berhubungan zat, dan gangguan depresi berat.Untuk orang

dewasa laki-laki dan wanita sama mungkin terkena, tetapi untuk remaja laki-

laki lebih sering terkena gangguan obsesif  kompulsif  dibandingkan  perempuan. Usia onset

rata -rata adalah umur 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki onset usia yang lebih awal

(sekitar 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata 22 tahun). Secara keseluruhan kira-kira dua

per tiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen

pasien memiliki  onset  gejala  setelah  35  tahun. Gangguan  obsesif  kompulsif  dapat

memiliki onset pada masa remaja atau masa kanak-kanak, pada beberapa kasus.

dapat pada usia 2 tahun. 2 Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkenagangguan obsesif

kompulsif dibandingkan orang yang menikah, walaupun temuan tersebut  kemungkinan 

mencerminka kesulitan  yang  dimiliki  pasien  dengan gangguan obsesif kompulsif  dalam

mempertahankan suatu hubungan. Gangguan obsesif  kompulsif  ditemukan  lebih  jarang 

diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih. Pasien dengan gangguan obsesif

Page 3: Referat Ocd

kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk

gangguan obsesif kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia sosial kira-kira 25

persen. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif 

kompulsif  adalah  gangguan  penggunaan  alkohol,  fobia  spesifik,  gangguan  panic  dan

gangguan makan.2

ETIOLOGI

1. Faktor biologis

 Neurotransmiter 

Banyak uji coba klinis yang  telah  dilakukan terhadap  berbagai  obat  mendukung

hipotesis  bahwa suatu disregulasi serotonin terlibat di dalam pembentukan gejala obsesi dan

kompulsi dari gangguan.  Obat  serotonergik  lebih  efektif  dibandingkan  obat  yang

mempengaruhi  sistem neurotransmitter lain. Serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan

obsesif kompulsif adalah tidak jelas. Penelitian klinis telah  mengukur  konsentrasi

metabolit serotonin (5-hydroxyindoleaceticacid/ 5-HIAA) di dalam cairan serebrospinalis,

dan afinitas sertai jumlah tempat  ikatan  trombosit  pada  pemberian  imipramine

(yang berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan telah melaporkan berbagai

temuan  pengukuran  tersebut  pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Beberapa

peneliti mengatakan bahwa system neurotransmitter  kolinergik  dan  dopaminergik  pada 

pasien  dengan  gangguan  obsesif kompulsif adalah dua bidang penelitian riset untuk masa

depan.3

  Penelitian pencitraan otak. Penelitian pencitraan otak fungsional (positron

emission tomoghrapy/PET) telah menemukan peningkatan aktivitas (metabolisme dan aliran

darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kauda) dan singulum pada pasien

dengan gangguan obsesif  kompulsif.  Terapi  farmakologis  dan  perilaku  telah  dilaporkan

membalikkan kelainan tersebut. Baik CT maupun MRI telah menemukan adanya 

penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan  obsesif  kompulsif. 

Prosedur  neurologis yang melibatkan singulum kadang-kadang  efektif  dalam  pengobatan 

pasien  dengan gangguan  obsesif  kompulsif.  Suatu  penelitian  MRI baru - baru ini

melaporkan peningkatan waktu relaksasi  T1  di  korteks  frontalis, suatu temuan  yang 

konsisten  dengan  lokasi  kelainan  yang ditemukan pada penelitian PET. 2,3

Page 4: Referat Ocd

Genetika.

Penelitian kesesuaian pada anak kembar untuk gangguanobsesif kompulsif menemukan

adanya angka kesesuaian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigot

dibandingkan kembar dizigot. Penelitian  keluarga  pada  pasien  gangguan  obsesif 

kompulsif  telah menemukan  bahwa  35  persen  sanak  saudara  derajat  pertama  pasien

gangguan obsesif kompulsif juga menderita gangguan. 3

Data biologis lainnya.

Penelitian elektrofisiologis, penelitian EEG tidur,   dan  penelitian  neuroendokrin

telah  menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresi dengan

gangguanobsesif kompulsif penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan yangmirip

dengan yang  terlihat pada gangguan depresif,  seperti  penurunan latensi  REM

(rapid eye movement). Penelitian  neuroendokrin  seperti nonsupresi  pada  dexamethason-

supression  test  pada  kira-kira  sepertiga  pasien dan penurunan sekresi hormone

pertumbuhan pada infus clonidine. 3,4

2. Faktor perilaku

Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan. Stimulus   yang 

relative  netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan  melalui  proses 

pembiasaan  responden  dengan memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami adalah

berbahayadan menghasilkan kecemasan. Objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi

stimuli yang terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan 4. 

Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan bahwa tindakan

tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan  pikiran  obsesional.  Jadi  strategi 

menghindar yang aktif dalam bentuk  perilaku kompulsi atau ritualistic dikembangkan untuk

mengendalikan kecemasan.  Karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkandorongan

sekunder yang menyakitkan (kecemasan), stretegi menghindar menjadi terfiksasi sebagai

pola perilaku kompulsi yang dipelajari. Teori  belajar  memberikan  konsep  yang  berguna 

Page 5: Referat Ocd

untuk  menjelaskan  aspek  tertentu  dari  fenomena  obsesif- kompulsif  (sebagai  contoh 

kemampuan gagasan untuk menimbulkan kecemasan adalah tidak selalu menakutkan bagi

dirinya sendiri dan menegakkan pola perilaku kompulsif 4.

3. Faktor psikososial

Faktor kepribadian. Gangguan obsesif kompulsif adalah berbeda dari   gangguan 

kepribadian  obsesif - kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif kompulsif tidak 

memiliki  gejala  kompulsif pramorbid. Dengan demikian sifat kepribadian tersebut tidak

diperlukan atau tidak  cukup untuk perkembangan gangguan obsesif kompulsif. Hanya kira-

kira15-35 persen pasien gangguan obsesif kompulsif memiliki sifat obsesional  pramorbid. 5

Faktor  psikodinamika.  Sigmund  Freud  menjelaskan  tiga mekanisme  pertahanan 

psikologis utama  yang menentukan  bentuk  dan kualitas gejala dan  sifat karakter  obsesif

kompulsif; isolasi, meruntuhkan dan pembentukan reaksi.

Isolasi. Isolasi adalah mekanisme  pertahanan yang melindungi seseorang dari afek

dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Kondisi pada seseorang yang mangalami secara

sadar afek dan khayalan dari suatu gagasan yang  mengandung  emosi, terlepas apakah

ini berupa fantasi atau ingatan terhadap suatu peristiwa. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls

yang didapatkan darinya  adalah dipisahkan  dari komponen ideasional dan dikeluarkan dari

kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek  yang  terkait  seluruhnya

terepresi, dan  pasien  secara  sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang 

berhubungan dengannya.5,6,8

Meruntuhkan (undoing).  Karena  adanya  ancaman  terus - menerus  bahwa impuls

mungkin dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjdi  bebas,  operasi  pertahanan 

sekunder  adalah diperlukan untuk melawan impuls dan menenangkan kecemasan yang

mengancan keluar kekesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi

permukaan operasi  defensif  yang  ditujukan  untuk  menurunkan  kecemasan  dan

mengendalikan  impuls  dasar  yang  belum  diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi

pertahanan  sekunder  yang  cukup penting  adalah mekanisme meruntuhkan (undoing).

Seperti yang dinyatakan oleh katanya, meruntuhkan  adalah suatu  tindakan  kompulsif  yang 

dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara irasional akan

dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.

Page 6: Referat Ocd

Pembentukan reaksi (reaction formation). Baik  isolasi  maupun meruntuhkan adalah

tindakan  pertahanan  yang  terlibat  erat  dalam menghasilkan gejala klinis. Pembentukan 

gejala  menyebabkan  pembentukan  sifat karakter,  bukannya  gejala.  Pembentukan  reaksi

melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas

berlawanan dengan impuls dasar. 5,8,9

Faktor psikodinamika  lainnya. Pada teori  psikoanalitik  klasik, gangguan obsesif

kompulsif dinamakan neurosis obsesif kompulsif dan merupakan  suatu  regresi  dari  fase 

perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif

kompulsif merasaterancam oleh kecemasan tentang pembalasan dendam  atau kehilangan

objek cinta yang penting, mereka mundur dari posisi oedipal dan beregresike stadium

emosional yang sangat ambivalen yang berhubungan denganfase anal.  Ambivalensi adalah

dihubungkan dengan menyelesaikan fusiyang halus antara dorongan seksual dan agresif yang

karakteristik dari faseoedipal. Adanya benci dan cinta secara bersama-sama kepada orang

yang sama menyebabkan  pasien  dilumpuhkan  oleh keragu-raguan dan kebimbangan. 6

Suatu  ciri yang melekat  pada pasien dengan  gangguan obsesif  kompulsif adalah

derajat dimana  mereka terpaku  dengan agresi  atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi

gejala mereka atau dalam hubungan yang  terletak  dibelakangnya. dengan  demikian, 

psikogenesis  gangguan obsesif  kompulsif mungkin terletak  pada gangguan dan 

perkembangan  pertumbuhan normal yang berhubungan dengan fase perkembangan anal-

sadistik. 9

Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahandalam

karakteristikkehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak normal selama fase

perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta dan kebencian kepada suatu objek.

Konflik emosi yang berlawanan tersebut mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukan-

tidak  melakukan  pada  seorang  pasien  dan  keragu - raguan  yang melumpuhkan dalam

berhadapan dengan pilihan. 6,9

Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal,

ketimbang impuls; yaitu fungsi ego dan juga fungsi id,dipengaruhi oleh regresi. Yang

melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan.  Orang  merasa  bahwa  mereka 

dapat  menyebabkan  peristiwa di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik yang

menyebabkannya, semata-mata hanya dengan berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan

Page 7: Referat Ocd

tersebut menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan manakutkan bagi pasien gangguan

obsesif kompulsif.

DIAGNOSIS

Walaupun kriteria diagnosis untuk gangguan obsesif kompulsif di dalam

diagnostic and  statistic manual of mental disorder edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R)

banyak yang dipertahankan di dalam edisi keempatnya (DSM-IV), telah dibuat modifikasi

penting di dalam definisi DSM-IV tentang obsesi dan kompulsi. DSM-IV  memperkenalkan

pengamatan klinis bahwa pikiran (yaitu tindakan mental) dapat merupakan obsesi atau

kompulsi, tergantung pada apakah ia  menyebabkan  peningkatan  kecemasan  (obsesi)  atau 

menurunkan kecemasan (kompulsi).  DSM-IV  juga  memperbaharui  definisi  obsesi  untuk 

menghindari istilah “ego-distonik” di dalam edisi ketiganya dan kata tanpa perasaan

(senseless) di dalam edisi ketiga yang direvisi, keduanya memiliki arti yang kurang jelas

dansulit untuk operasinalisasi.Kriteria diagnostic untuk gangguan obsesif kompulsif 10

 

A. Salah satu obsesi atau kompulsi:10

1. Pikiran, impuls atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami,

pada suatu saat selama gangguan, sebagai intrusive dan tidak sesuai, dan

menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.

2. Pikiran, impuls atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran yang

berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

3. Orang berusaha atau mengabaikan atau menekan pikiran, impuls atau bayangan-

bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.

4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls atau bayangan-bayanganobsesional adalah

keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dariluar seperti penyisipan pikiran).

B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwaobsesi atau

kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak  berlaku pada anak-anak.

C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; menghabiskan waktu;  atau 

secara  bermakna  mengganggu  rutinitas  normal  orang,  fungsi  pekerjaan, atau aktivitas

atau hubungan social yang biasanya.

Page 8: Referat Ocd

D. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya

(misalnya  preokupasi  dengan  makanan  jika  terdapat  gangguan makan;  menarik  rambut

jika  teradapat  trikotilomania;  permasalahan  pada  penampilan jika terdapat gangguan

dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat;

preokupasi dengan menderita suatu  penyakit  serius  jika  terdapat  hipokondriasis; 

preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual jika tedapat parafilia; atau perenungan

bersalah  jika terdapat gangguan depresif berat)

E. Tidak  disebabkan  oleh  efek  langsung  suatu  zat  (misalnya  obat  yang disalahgunakan,

medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika: dengan tilikan buruk: jika selama

sebagian besar waktu selama episode  terakhir,  orang  tidak  menyadari  bahwa  obsesi  dan 

kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.

KRITERIA DIAGNOSTIK DSM V 10

Obsesif kompulsif disorder

A. Presence of obsessions, compulsions or both: obsessions are defines by (1) and (2):

1. Recurrent and persistent thoughts, urges or images that are experience at some time

during the disturbance, as intrusive and unwanted and that is most individuals cause

marked anxiety or distress.

2. The individual attempts to ignore or suppress such thoughts, urges, or images, or to

neutralize them with some other thought or action (i.e., by performing a compulsion).

Compulsions are define by (1) and (2):

1. Repetitive behaviours (e.g., hand washing, ordering, checking) or mental acts (e.g.,

praying, counting, repeating words silently) that the individual feels driven to perform

in respons to an onsession or according to rules that must be applied rigidly.

2. The behaviour or mental acts are aimed at preventing or reducing anxiety distress or

preventing some dreaded event or situation; however, these behaviours or mental acts

are not connected in a realistic way with that they are designed to neutralize or

prevent, or clearly excessive.

Page 9: Referat Ocd

B. The obsessions or compulsions are time-consuming (e.g., take more than 1 hour per

day) or cause clinically significant disress or impairment in social, occupational, or

other important areas of functioning.

C. The obsessive –compulsive symptoms are not attributable to the physiological affects

of a substance(e.g., a drug of abuse, a medication) or another medical condition.

D. The disturbance is not better explained by the symptoms of another mental disorder

(e.g., excessive worries, as in generalized anxiety disorder; preoccupation with

appearance, as in body dismorphic disorder; hair pulling, as in trichotillomania (hair

pulling disorder); skin picking as in excoriation (skin-picking) disorder; stereotypes as

in stereotypic movement disorder; ritualized eating behaviour as in eating disorder;

preoccupation with substance or gambling, as in substance – related and additive

disorder; sexual urges or fantasies, as on paraphilic disorder; impulse as in disruptive,

impulse- control, and conduct disorder; guilty ruminations as in major depressive

disorder; thought insertion or delusional preoccupation, as in schizophrenia spectrum

and other psychotic disorder; or repetitive patterns of behaviour, as in autism

spectrum disorder)

300.3 (F42) Obsessive compulsive disorder

Specify if; with good ir fair insight; with poor insight; with absent insight/delusional

beliefs: tic- related.

BODY DYSMORPHIC DISMORPHIC

Diagnostic criteria:

A. Preoccupation with one or more perceived defects or flaws in physical appearance

that are not abservable or appear slight to other.

B. At some point during the course of the disorder, the individual has performed

repetitive behaviours (e.g., morror checking, excessive gromming, skin picking,

reassurance seeking) or mental acts (e.g., comparing his or her appearance with that of

other) in response to appearance concert.

C. The preoccupation causes clinically significant distress or impairment in social,

occupational, or other important areas of functioning.

Page 10: Referat Ocd

D. The appearance preoccupation is not better explained by concerns with body fat or

weight in an individual whose symptoms meet diagnostic criteria for an eating

disorder.

300.7 (F45.22): Body Dysmorphic Disorder

Specify if: With muscle dysmorphia; With good fair insight; With poor insight; With

absent insight/ delusional beliefs.

HOARDING DISORDER

Diagnostic criteria:

A. Persistent difficulty discarding or parting with possession, regadless of their actual

value.

B. This difficulty is due to a perceived need to save the items and to distress associated

with discarding them.

C. This difficulty discarding possession results in the accumulation of possession that

congest and clutter active living area and substantiallycompromise the intend use. If

living areas are uncluttered is not only cause of the interventions of the third parties

(e.g., family members, cleaners, authorities)

D. The hoarding causes clinically significant distress or impairment in social,

occupational or other important areas of functioning (including maintaining a safe

environment for self and other)

E. The hoarding is not attributable to another medical condition condition (e.g., brain

injury, cerebrovascular disease, prader will syndrome)

F. The hoarding in not better explained by the symptoms of another mental disorder

(e.g., obsession in obsessive compulsive-compulsive disorder disorder, decreased

energy in major depressive disorder, cognitive deficits in majir neorocognitive

disorder, restrictive interest in autism spectrum disorder).

300.3 (F42) : Hoarding disorder

Specify if: with excessive acquisition; with good or fair insight; with poor insight; with

absent nsight/delusional beliefs

Page 11: Referat Ocd

Manifestasi klinis

  Gejala mungkin bertumpang tindih dan berubah sesuai dengan berjalannya waktu.

Gangguan ini memiliki 4 pola gejala utama, yaitu obsesi terhadap kontaminasi, obsesi

keragu-raguan diikuti pengecekan yang kompulsi, pikiran obsesional yangmengganggu dan

kebutuhan terhadap simetrisitas atau ketepatan. Gejala-gejala obsesi harus mencakup hal-hal

berikut: 11,12

a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri

b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,meskipun adalainnya

yang tidak lagidilawan oleh pasien

c) Pikiran untuk melakukan trindakan tersebut diatas bukan merupakan halyang member

kepuasan atau kesenangan

d) Gagasan,  bayangan  pikiran,  atau  impuls  tersebut  harus  merupakan pengulangan yang

tidak menyenangkan.

Ada kaitan erat antara gejala obsesi, terutama pikiran obsesi, dengan depresi. Pasien  dengan

obsesi  kompulsi  seringkali  menunjukkan  gejala  depresi  dan sebaliknya pasien gangguan

depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesi selama episode depresinya.

Gejala obsesi sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom touretteatau 

gangguan  mental  organic,  harus  di  anggap  sebagai  bagian  dari  kondisi tersebut.13,14

Page 12: Referat Ocd

Tabel 1. Klasifikasi Obsesi dan Kompulsi 11

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Sebagian besar gejala muncul secara tiba-tiba, terutama setelah suatu peristiwayang

menyebabkan stress, seperti kehamilan, maslah seksual, atau kematian salahseorang sanak

saudara. Perjalanan penyakit biasanya lama dan bervariasi, beberapa berfluktuasi namunada

pula yang konstan. Prognosis buruk bila pasien mengarah pada kompulsi, berawal pada masa

Page 13: Referat Ocd

anak-anak, kompulsi yang aneh, perlu perawatan dirumah sakit, gangguan depresi beratyang

menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang, danadanya gangguan

kepribadian.8,9

  Prognosis baik ditandai oleh penyesuaian social dan pekerjaan yang baik, adanya 

peristiwa pencetus, dan sifat gejala episodik.

PENANGANAN

A. PsikoterapiPenanganan psikoterapi untuk gangguan Obsesif-kompulsif

umumnyadiberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Psikoterapi

suportif  jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien gangguan bosesif

kompulsif yang,walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan, adalah

mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial.9,10

Tujuan Psikoterapi Suportif adalah:11

1. Menguatkan daya tahan mental yang ada

2. Mengembangkan mekanisme yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan

kontrol diri

3. Mengembalikan keseimbangan adaptif.

Cara- cara psikoterapi suportif antara lain sebagai berikut3 .

1. Ventilasi atau (psiko) kataris.

2. Persuasi atau bujukan.

3. Sugesti.

4. Penjaminan kembali (reassurance0

5. Bimbingan dan penyuluhan.

6. Hipno-terapi dan narkoterapi.

7. Psikoterapi kelompok.

8. Terapi perilaku.

Ada beberapa faktor gangguan obsesif kompulsof sangat sulit untuk disembuhkan,

penderita gangguan obsesif kompulsif kesulitan mengidentifikasi kesalahan (penyuimpangan

perilaku) dalam mempersepsi tindakannya sebagai bentuk penyimpangan perilaku yang tidak

Page 14: Referat Ocd

normal. Individu beranggapan bahwa ia normal-normal saja walaupun perilakunya itu

diketahui pasti sangat mengganggunya. Baginya, perilaku kompulsif tidak salah dengan

perilakunya tapi bertujuan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan baik-baik

saja. Faktor lain adalah kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai kondisi yang di

alamai oleh individu oleh praktisi secara tidak tepat dapat membuat individu merasa enggan

untuk mengikut terapi.

B. Psikofarmakologi

Obat-obat Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) bekerja terutama pada terminal

akson presinaptik dengan menghambat ambilan kembali serotonin. Penghambatan ambilan

kembali serotonin diakibatkan oleh ikatan obat (misalnya: fluoxetin) pada transporter ambilan

kembali yang spesifik, sehingga tidak ada lagi neurotransmitter serotonin yang dapat

berkaitan dengan transporter. Hal tersebut akanmenyebabkan serotonin bertahan lebih lama

di celah sinaps. Pengunaan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) terutama ditujukan

untuk memperbaiki perilaku stereotipik , perilaku melukai diri sendiri, resisten terhadap

perubahan hal-hal rutin,dan ritual obsesif dengan ansietas yang tinggi. Salah satu alasan

utama pemilihan obat-obat penghambat reuptake serotonin yang selektif adalah kemampuan

terapi. Efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian fluexetine adalah nausea, disfunfsi

seksual, nyeri kepala, dan mulut kering. Toleransi SSRI yang relative baik disebabkan oleh

karena sifat selektivitasnya. Obat SSRI tidak banyak berinteraksi dengan reseptor

neurotransmitter lainnya. Penelitian awal dengan metode pengamatan kasus serial terhadap 8

subjek. Tindakan terapi ditujukan untuk mengatasi gejala-gejala disruptif,dan dimulai dengan

fluexetine dosis 10 mg/hari dengan pengamatan. Perbaikan palingnyata dijumpai pada

gangguan obsesif dan gejal cemas 13,14

Trisiklik (Tricyclics)

Obat jenis trisiklik berupa clomipramine (Anafranil). Trisiklik merupakan obat-obatan

lama dibandingkan SSRIs dan bekerja sama baiknya dengan SSRIs. Pemberian obat ini

dimulai dengan dosis rendah. Beberapa efek pemberian jenis obatini adalah peningkatan berat

badan, mulut kering, pusing dan perasaan mengantuk 13

Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs). Jenis obat ini adalah phenelzine (Nardil),

tranylcypromine (Parnate) danisocarboxazid (Marplan). Pemberian MAOIs harus diikuti

Page 15: Referat Ocd

pantangan makanan yang berkeju atau anggur merah, penggunaan pil KB, obat penghilang

rasa sakit (seperti Advil, Motrin, Tylenol), obat alergi dan jenis suplemen. Kontradiksi dengan

MOAIs dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi 13

KESIMPULAN

Gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang

dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk

melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu

fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. Prevalensi penderita gangguan ini adalah sekitar 2-

3% dari populasi, dengan jumlah penderita perempuan lebih banyak daripada laki-laki.

Penyebab gangguan Obsesif-kompulsif antara lain dipengaruhi oleh aspek biologis,

psikologis, dan aspek sosial.

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau

kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.

Diagnosis gangguan Obsesif - kompulsif ditegakkan hanya bilatidak ada gangguan depresi

pada saat gejala Obsesif - kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak ada yang

menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer. Pada

gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejalayang paling bertahan saat gejala

yang lain menghilang.

Gejala dari Obsesif - kompulsif ditandai dengan pengulangan pikiran dan tindakan

sedikitnya 4 kali untuk satu kompulsi dalam sehari dan berlangsung selama1 sampai 2

minggu selanjutnya. Penanganan pasien dengan gangguan Obsesif-kompulsif dapat berupa

psikoterapi dan psikofarmakologi. Prognosis pasien gangguan Obsesif-kompulsif dapat baik

dan buruk. Prognosis buruk bila terjadi pada usia anak-anak, terdapat depresi berat serta

adanya kepercayaan waham. Sedangkan baik bila penyesuian sosial dan pekerjaan yang baik,

adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang episodik.

Page 16: Referat Ocd

DAFTAR PUSTAKA

1. Ko Soo Meng. Obsessive Compulsive Disorder. 2006. Available

from:www.med.nus.edu.sg/pcm/book/14.pdf. 

2. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: AirlanggaUniversity

Press.2009.h 312-313

3. Benjamin J, Virginia A. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry.

Seventh Edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers.2000. p 2569-2580.

4. William M Greenberg.Obsessive Compulsive Disorder. [ updated 2011December 29;

cited 2012 July 29]. Available from :http://emedicine.medscape.com/article/1934139-

overview  

5. Jerald Kay,Allan Tasman. Obsessive Compulsive Disorder.WileyEssentialOf

Psychiatry.British Library Cataloguing. 2006.

6. S. Wilhelm, G. S. Steketee’s.“Cognitive Therapy for Obsessive Compulsive Disorder:

A Guide for Professionals” 2006. Available from: www.newharbinger.com  

7. D J Stein. Obsessive Compulsive Disorder. The Lancet. Vol 360. USA:Lancet

Publshing Group.2002. p 397-405.

8. Michael AJ. Obsessive Compulsive Disorder. The new england journal of medicine.

Inggris : Department of Psychiatry, Massa- chusetts GeneralHospital. 2004.

9. Sadock VA. Kaplan dan Sadock Synopsis Sciences/ Clinical. TenthEdition. New

York: Lippincott Williams dan Wilkins. 2007. p 604

10. Kaplan, Harold I MD,dkk. Gangguan Obsesif Kompulsif. Ilmupengetahuan perilaku

psikiatri klinis, Jilid 2, edisi Ketujuh, Hal 56-6811.

Page 17: Referat Ocd

11. Sa’adi Y PSIKOLOGI ABNORMAL Obsesif Kompulsif. Madiun :Fakultas Ilmu

Pendidikan IKIP PGRI. 2010.

12. Novedica. Obsessive Compulsive Disorder. 2010.

Availablefrom: http://noel4.student.umm.ac.id/2010/09/23/obsessive-compulsive-

disorder-ocd/    

13. Maslim Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik. EdisiKetiga. Jakarta:

PT Nuh Jaya ; 2000. P.47-51

14. Laurenc B, Keith P, Donald B, Iain B. Pharmacotherapy of Asthma. Goodman &

Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics. UnitedStates of America : The

McGraw-Hills Company. 2008. p 286-295

15. Maslim Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dariPPDGJ-

III. Jakarta: PT Nuh Jaya;2001.p.76-77