radiologi
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jumlah tumor medula spinalis mencakup kira-kira 15 % dari seluruh neoplasma
susunan saraf. Sebagian besar tumor-tumor intradural tumbuh dari konstituen seluler
medula spinalis dan filum terminale, akar saraf atau meningens. Metastasis ke dalam
kompartemen intradural kanalis spinalis jarang terjadi (paraganglioma, neoplasma
melanositik).
Insiden 10 per 100.000 penduduk per tahun . Usia muda dan pertengahan dewasa
mendominasi. Tumor Intrameduler lebih sering pada anak-anak. Tumor Extrameduler lebih
sering pada dewasa. Pada laki-laki dan wanita sama-sama sering terjadi.
Sebagian besar tumor primer medula spinalis tumbuh pada intradural. Lokasi
tumor medula spinalis : Thorak (50%), lumbal (30%), servikal (20%).
Tumor medula spinalis yang paling sering pada intrameduler adalah glioma. Tipe
lainnya yang sering adalah astrositoma, ependimoma, dan ganglioglioma, lebih jarang
hemangioblastoma dan tumor neuroektodermal primitif.
I.2 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul dan tata laksana dari tumor medulla
spinalis yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan bagi penderitanya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada
daerah cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas; A.Tumor primer: 1)
jinak yang berasal dari a) tulang; osteoma dan kondroma, b) serabut saraf disebut
neurinoma (Schwannoma), c) berasal dari selaput otak disebut Meningioma; d) jaringan
otak; Glioma, Ependinoma. 2) ganas yang berasal dari a) jaringan saraf seperti;
Astrocytoma, Neuroblastoma, b) sel muda seperti Kordoma. B. Tumor sekunder:
merupakan anak sebar (metastase) dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut , pelvis
dan tumor payudara.
Gambar 2.1. Diagram otak, tulang belakang dan medulla spinalis.
2
II.2 Etiologi
Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi kebanyakan
muncul dari pertumbuhan sel normal pada tempat tersebut. Riwayat genetik terlihat sangat
berperan dalam peningkatan insiden pada keluarga tertentu atau syndromic group
(neurofibromatosis). Astrositoma dan neuroependymoma merupakan jenis yang tersering
pada pasien dengan neurofibromatosis tipe 2, yang merupakan kelainan pada kromosom
22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan von hippel-lindou
syndrome sebelumnya,yang merupakan abnormalitas dari kromosom 3.2
II.3 Epidemiologi
Insiden dari semua tumor primer medula spinalis sekitar 10% sampai 19% dari
semua tumor primer susunan saraf pusat. (SSP), dan seperti semua tumor pada aksis saraf,
insidennya meningkat seiring dengan umur. Prevalensi pada jenis kelamin tertentu hampir
semuanya sama, kecuali pada meningioma yang pada umumnya terdapat pada wanita, serta
ependymoma yang lebih sering pada laki-laki. Sekitar 70% dari tumor intradural
merupakan ekstramedular dan 30% merupakan intramedular.4-6
Table 1. distribusi insiden tumor primer medulla spinalis berdasarkan histology
Histologi Insiden
Tumor sel glia 23 %
3
Ependymoma
Astrositoma
Schwanoma
Meningioma
Lesi vascular
Chondroma/chondrosarkoma
Jenis tumor yang lain
13%-15%
7%-11%
22%-30%
25%-46%
6%
4%
3%-4%
Tabel 2, distribusi tumor intradural ekstramedular berdasarkan umur, jenis kelamin dan lokasi tersering
Jenis tumor Total insiden Umur Jenis kelamin Lokasi anatomis
Schwanoma
Meningioma
Ependymoma
53,7 %
31,3%
14,9%
40-60 tahun
40-60 tahun
<>
> Laki-laki
>perempuan
Laki-laki=perempuan
>lumbal
>thorakal
>lumbal
. Tabel 3, insiden tumor primer medulla spinalis berdasarkan lokasi
Lokasi Insiden
Thorakal
Lumbal
Servikal + Foramen magnum
50%-55%
25%-30%
15%-25%
Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependymoma, astrositoma
dan hemangioblastoma. Ependymoma merupakan tumor intramedular yang paling sering
pada orang dewasa. Tumor ini lebih sering didapatkan pada orang dewasa pada usia
pertengahan(30-39 tahun) dan lebih jarang terjadi pada usia anak-anak. insidensi
4
ependidoma kira-kira sama dengan astrositoma. Dua per tiga dari ependydoma muncul
pada daerah lumbosakral.4,8
Gambar 2.2 years old, sagittal T2-weighted image showing an intradural mass (ependymoma). B:
T2weighted enhanced sagittal imaging not showing postoperatively in the conus levels. (Sumber: Turkish
Neurosurgery 2006, Vol: 16, No: 3, 130-138 Figure 5 A) 11
Gambar 2.3 Male, 38 years old, T1- and T2-weighted sagittal image showing an intradural conus tumor (ependymoma). (Sumber: Turkish Neurosurgery 2006, Vol: 16, No: 3, 130-138 Figure 2)11
5
Gambar 2.4 T1- and T2-weighted sagittal 3A and axial 3B images showing an intradural cystic ependymoma. (Sumber: Turkish Neurosurgery 2006, Vol: 16, No: 3, 130-138 Figure 3) 11
Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat tumbuh
pada medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi yang tersering
pada tiga dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor spinal intramedular yang
tersering pada usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari tumor intramedular pada anak-anak
dibawah umur 10 tahun, dan sekitar 60% pada remaja. Diperkirakan 60% dari astrositoma
spinalis berlokasi di segmen servikal dan servikotorakal. Tumor ini jarang ditemukan pada
segmen torakal, lumbosakral atau pada conus medialis.5
Hemangioblastoma merupakan tumor vaskular yang tumbuh lambat dengan
prevalensi 3% sampai 13% dari semua tumor intramedular medula spinalis. Rata-rata
terdapat pada usia 36 tahun, namun pada pasien dengan von Hippel-Lindau syndrome
(VHLS) biasanya muncul pada dekade awal dan mempunyai tumor yang multipel. Rasio
laki-laki dengan perempuan 1,8 : 1.4
Tumor intradural ekstramedular yang tersering adalah schwanoma, dan
meningioma. Berdasarkan table 3, schwanoma merupakan jenis yang tersering (53,7%)
6
dengan insidensi laki-laki lebih sering dari pada perempuan, pada usia 40-60 tahun dan
tersering pada daerah lumbal.4
Meningioma merupakan tumor kedua tersering pada kelompok intradural-
ekstramedullar tumor. Meningioma menempati kira-kira 25% dari semua tumor spinal.
Sekitar 80% dari spinal meningioma terlokasi pada segmen thorakal, 25% pada daerah
servikal, 3% pada daerah lumbal, dan 2% pada foramen magnum.5,9
II.4 Klasifikasi
Tumor pada medulla spinalis dapat dibagi menjadi tumor primer dan tumor
metastasis. Kelompok yang dominan dari tumor medula spinalis adalah metastasis dari
proses keganasan di tempat lain. Tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, berdasarkan letak anatomi dari massa tumor. Pertama, kelompok ini dibagi dari
hubungannya dengan selaput menings spinal, diklasifikasikan menjadi tumor intradural
dan tumor ekstradural. Selanjutnya, tumor intradural sendiri dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu tumor yang tumbuh pada substansi dari medula spinalis itu sendiri –
intramedullary tumours- serta tumor yang tumbuh pada ruang subarachnoid
(extramedullary).3
Table 4 distribusi anatomi dari tumor medulla spinalis berdasarkan gambaran histologisnya
Ekstra dural Intradural ekstramedular Intradural intramedular
Chondroblastoma
Chondroma
Hemangioma
Lipoma
Ependymoma, tipe myxopapillary
Epidermoid
Lipoma
Meningioma
Astrocytoma
Ependymoma
Ganglioglioma
Hemangioblastoma
7
Lymphoma
Meningioma
Metastasis
Neuroblastoma
Neurofibroma
Osteoblastoma
Osteochondroma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral
Hemangioma
Neurofibroma
Paraganglioma
Schwanoma
Hemangioma
Lipoma
Medulloblastoma
Neuroblastoma
Neurofibroma
Oligodendroglioma
Teratoma
Gambar 2.5 letak tumor medulla spinalis, ed = ekstradural; ie = intradural ekstramedular;
ii = intradural intramedular*
8
Gambar 2.6 : tumor medulla spinalis (a,b) tumor ekstradural, a di dorsal medulla spinalis.b, di
ventral medulla spinalis c. Tumor intradural ekstrameduler dan d tumor intradural intrameduler.12
II.5 Gambaran Klinis
Gambaran klinik dari tumor pada aksis spinal tergantung dari fungsi pada daerah
anatomis yang terkena. Tumor medulla spinalis dapat menyebabkan gejala lokal dan distal
dari segmen spinal yang terkena (melalui keterlibatan traktus sensorik dan motorik pada
medula spinalis) akibat organisasi anatomik dalam medula spinalis, maka kompresi lesi-
lesi di luar medula spinalis biasanya menimbulkan gejala di bawah tingkat lesi. Tingkat
gangguan sensorik naik secara berangsur-angsur bersama dengan meningkatnya kompresi,
dan melibatkan daerah yang lebih dalam. Lesi yang terletak jauh di dalam medula spinalis
mungkin tidak menyerang serabut-serabut yang terletak superfisial, dan hanya
menimbulkan disosiasi sensorik, yaitu sensasi nyeri dan suhu yang hilang, dan sensasi raba
9
yang masih utuh. Kompresi medula spinalis akan mengakibatkan ataksia karena
mengganggu sensasi posisi.4
Gambaran klinik pada tumor medulla spinalis sangat ditentukan oleh lokasi serta
posisi pertumbuhan tumor dalam kanalis spinalis.
a. Gejala klinik berdasarkan lokasi tumor
Tumor foramen magnum
Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan
hiperestesi dermatom daerah vertebra servikalis 2 (C2). Setiap aktivitas yang
meningkatkan tekanan intrakranial (misal, batuk, mengedan, mengangkat barang atau
bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan
motorik pada tangan dengan pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang
kancing. Perluasan tumor menyebabkan kuadraplegia spastik dan hilangnya sensasi
secara bermakna. Gejala lainnya adalah pusing, disatria, disfagia, nistagmus, kesulitan
bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastiodeus dan trapezius.
Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas
nuchal, gaya berjalan spastic, palsy N.IX sampai XI, dan kelemahan ekstremitas.10
Tumor daerah servikal
Lesi daerah servikal menimbulkan gejala sensorik dan motorik mirip lesi
radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga melibatkan tangan.
Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas diduga disebabkn oleh kompresi
suplai darah ke kornu anterior melaui arteria spinalis anterior. Pada umumnya terdapat
kelemahan dan artrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah
( C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas
10
(biseps,brakhioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial
lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk
pada lesi C7; dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari
tengah.10
Tumor daerah thorakal
Penderita lesi daerah thorakal seringkali datang dengan kelemahan spastik yang
timbul perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parastesia.
Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen,
yang mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat intrathorakal dan intraabdominal. Pada
lesi thorakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda beevor dapat
menghilang.10
Tumor daerah lumbosakral
Kompresi segmen lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut,
namun menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi
panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks
pergelangan kaki dan tanda babynski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan ke
selangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral
bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum, betis dan kaki.
Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol usus dan
kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral bagian
bawah.10
Tumor kauda ekuina
11
Lesi dapat menyebabkan nyeri radikular yang dalam., kelemahan dan atrofi
dari otot-otot termasuk gluteus, otot perut, gastrocnemius, dan otot anterior tibialis.
Refleks APR mungkin menghilang, muncul gejala-gejala sfingter dini dan impotensi.
Tanda-tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum dan perineum yang kadang-
kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks saraf yang
terkena dan terkadang asimetris.10 Refleks lain dapat terpengaruh tergantung letak lesi.
b. Perjalanan klinis tumor berdasarkan letak tumor dalam kanalis spinalis
Lesi Ekstradural
Perjalanan klinis yang lazim dari tumor ektradural adalah kompresi cepat
akibat invasi tumor pada medula spinalis, kolaps kolumna vertebralis, atau perdarahan
dari dalam metastasis. Begitu timbul gejala kompresi medula spinalis, maka dengan
cepat fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali. Kelemahan spastik dan hilangnya
sensasi getar dan posisi sendi di bawah tingkat lesi merupakan tanda awal kompresi
medula spinalis.10
Lesi Intradural
1. Intradural Ekstramedular
Lesi medula spinalis ekstramedular menyebabkan kompresi medula spinalis
dan radiks saraf pada segmen yang terkena. Sindrom Brown-Sequard mungkin
disebabkan oleh kompresi lateral medula spinalis. Sindrom akibat kerusakan separuh
medula spenalis ini ditandai dengan tanda-tanda disfungsi traktus kortikospinalis dan
kolumna posterior ipsilateral di bawah tingkat lesi. Pasien mengeluh nyeri, mula-mula
di punggung dan kemudian di sepanjang radiks spinal. Seperti pada tumor ekstradural,
nyeri diperberat oleh traksi oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat
12
terjadi pada malam hari. Nyeri yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi
pada radiks saraf yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah
hilangnya efek pemendekan dari gravitasi. Defisit sensorik mula-mula tidak jelas dan
terjadi di bawah tingkat lesi (karena tumpah tindih dermaton). Defisit ini berangsur-
angsur naik hingga di bawah tingkat segmen medula spinalis. Tumor pada sisi posterior
dapat bermanifestasi sebagai parestesia dan selanjutnya defisit sensorik proprioseptif,
yang menambahkan ataksia pada kelemahan. Tumor yang terletak anterior dapat
menyebabkan defisit sensorik ringan tetapi dapat menyebabkan gangguan motorik yang
hebat.10
2. Intradural Intramedular
Tumor-tumor intramedular tumbuh ke bagian tengah dari medula spinalis dan
merusak serabut-serabut yang menyilang serta neuron-neuron substansia grisea.
Kerusakan serabut-serabut yang menyilang ini mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri
dan suhu bilateral yang meluas ke seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya
akan menyebabkan kerusakan pada kulit perifer. Sensasi raba, gerak, posisi dan getar
umumnya utuh kecuali lesinya besar. Defisit sensasi nyeri dan suhu dengan utuhnya
modalitas sensasi yang lain dikenal sebagai defisit sensorik yang terdisosiasi. Perubahan
fungsi refleks renggangan otot terjadi kerusakan pada sel-sel kornu anterior. Kelemahan
yang disertai atrofi dan fasikulasi disebabkan oleh keterlibatan neuron-neuron motorik
bagian bawah. Gejala dan tanda lainnya adalah nyeri tumpul sesuai dengan tinggi lesi,
impotensi pada pria dan gangguan sfingter.10
II.6 Pemeriksaan Penunjang
13
A. Radiologi
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mendiagnosis semua tipe
tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan
kontras pada struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan
pemeriksaan yang lain.4
Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen
intervertebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau tampak
berlekuk-lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta pelebaran jarak
interpendikular.4
Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intradural-
ekstramedular memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada pemeriksaan
myelogram. Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada bayangan medula
spinalis.4
Gambar 2.7 foto polos lumbal
14
Gambar 2.8 Myelografi pada rontgen
Gambar 2.9, gambaran MRI tumor medula spinalis (intradural intramedular)
15
Gambar 2.10. gambaran MRI tumor intradural ekstramedular
B. CSS
Pada pasien dengan tumor spinal, pemeriksaan CSS dapat bermanfaat untuk
differensial diagnosis ataupun untuk memonitor respon terapi. Apabila terjadi obstruksi
dari aliran CSS sebagai akibat dari ekspansi tumor, pasien dapat menderita hidrosefalus.
Punksi lumbal harus dipertimbangkan secara hati- hati pada pasien tumor medula spinalis
dengan sakit kepala (terjadi peninggian tekasan intrakranial).4,5
Pemeriksaan CSS meliputi pemeriksaan sel-sel malignan (sitologi), protein dan
glukosa. Konsentrasi protein yang tinggi serta kadar glukosa dan sitologi yang normal
didapatkan pada tumor-tumor medula spinalis, walaupun apabila telah menyebar ke selaput
otak, kadar glukosa didapatkan rendah dan sitologi yang menunjukkan malignansi. Adanya
xanthocromic CSS dengan tidak terdapatnya eritrosit merupakan karakteristik dari tumor
medula spinalis yang menyumbat ruang subarachnoid dan menyebabkan CSS yang statis
pada daerah kaudal tekal sac.4,5
C. Gambaran MRI Tumor Medula Spinalis Intradural-ekstramedular
16
1. Ependymoma, tipe myxopapillary
Gambar 2.11. Ependymoma tipe myxopapillary (potongan sagital)
Myxopapillary ependymoma dalam bocah 12 tahun. Potongan sagital T1-postcontrast citra MRI
menunjukkan massa lesi extramedullary intradural membentang dari T12 ke tingkat L3 dan lesi yang
kedua pada tingkat L5-S2 dengan peningkatan difus. Ada terkait scalloping dari aspek posterior badan
vertebra lumbalis.
2. Epidermoid
Gambar 2.12. Epidermoid
Epidermoid dalam anak 5 tahun. A. sagital berturut-turut T1-gambar menunjukkan massa
(hampir tidak terdeteksi) sangat halus bipartit intradural (panah kecil) di bawah konus, pada
17
tingkat L3 untuk L4. Lesi ini menunjukkan peningkatan tidak dengan gadolinium. B, Kiri.
Sagital proton-kepadatan dan Kanan, Sagittal T2-tertimbang gambar lagi menunjukkan massa
sangat halus yang hampir isointense untuk CSF pada semua urutan, tetapi yang terbaik terlihat
pada proton-density gambar. Pada pembedahan, massa ini adalah kuning-putih dalam warna.
Pada dipotong, itu konsistensi dan serpihan-seperti tekstur dari sebuah sabun
3. Lipoma
Gambar 2.13. Lipoma
intradural extramedullary lipoma pada wanita 20 tahun. A, Kiri. Sagital T1 MR gambar
menunjukkan baik dibatasi sangat besar intradural-extramedullary T1-terang massa posterior dan
menekan kabel toraks atas. A, Kanan. Lemak jenuh postgadolinium gambar T1 menunjukkan
penindasan lengkap sinyal T1-terang, membuktikan kehadiran lemak daripada T1-terang darah.
Sebuah tepi tipis halus dari peningkatan dicatat sekitar kapsul tumor. B. Aksial gambar T1
menunjukkan lipoma mengisi dan memperluas kantung teka dan kanal tulang belakang, nyata
merata kabel (panah) 13
4. Meningioma
18
Gambar 2.14. meningioma
Meningioma pada wanita 62 tahun, yang disajikan dengan sejarah beberapa bulan
penurunan kemampuan untuk berjalan. Postgadolinium sagital gambar T1 MR menunjukkan
peningkatan seragam massa baik dibatasi intradural-extramedullary, yang nyata menekan
sumsum tulang belakang toraks pada tingkat T2. Perhatikan meningkatkan karakteristik "ekor
dural" (panah) 13
5. Neurofibroma
Gambar 2.15. Neurofibroma
Multipel sakral Neurofibroma besar di NF-1, dalam bocah 8 tahun. Aksial T2-
menunjukkan beberapa Neurofibroma terang besar yang melibatkan semua akar saraf sakral
dalam saluran akar saraf, dan memperluas keluar sepanjang ala sakral ke dalam panggul.
Perhatikan inti pusat sinyal gelap khas dalam tumor13
6. Paraganglioma
19
Gambar 2.16. Paraganglioma
Paraganglioma pada seorang pria 47 tahun. Sagital postgadolinium gambar T1 MR
menunjukkan massa baik dibatasi meningkatkan patuh kepada filum terminale di tingkat L3. 13
7. Schwanoma
Gambar 2.17. schwannoma20
Beberapa cauda equina schwannomas NF-2 dalam seorang wanita 18-tahun-. Sagital
postgadolinium T1-tertimbang gambar MR menunjukkan beberapa massa nodular meningkatkan
pada cauda13
8. Metastase
Metastase basanya hasil dari penumpukan CSF dari tumor primer intrakranial seperti
medulloblastoma atau ependymoma, kanker paru-paru atau payudara atau limfoma. Metastasis
ini sering isointense atau sedikit hyperintense pada T1, dan agak hiperinten pada T2, meskipun
hal ini dapat ditutupi oleh T2-terang CSF. Peningkatan gadolinium sangat membantu dalam
meningkatkan conspicuity ini intradural-extramedullary lesi, dengan perubahan inten
Gambar 2.18. metastase dari medulloblastoma dalam bocah 3 tahun
Kiri. T2-tertimbang gambar menunjukkan ekspansi dan edema kabel serviks, membentang hingga
ke medula. Perhatikan bahwa CSF menempati banyak dari fosa kranial garis tengah posterior,
karena otak kecil beberapa telah resected karena keterlibatan medulloblastoma. Benar.
Postgadolinium sagital gambar T1 menunjukkan beberapa lapisan subarachnoid metastasis
meningkatkan aspek posterior kabelnya, dengan beberapa deposito yang lebih besar muncul
untuk memperpanjang ke kabel, sehingga akuntansi untuk edema13
21
Gambar 2.19. Intratekal metastasis dari kanker paru-paru pada seorang wanita 25-tahun.
Potongan sagital postgadolinium T1-tertimbang gambar menunjukkan dua nodul tumor
kecil di konus meningkatkan itu. Ada juga menyebar halus lapisan tumor meningkatkan
sumsum tulang belakang posterior dan cauda equina. Gambar Precontrast tidak
menunjukkan keterlibatan sumsum tubuh vertebral di tingkat manapun.13
II.7 Diagnosis
Diagnosis tumor medula spinalis diambil berdasarkan hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisis serta penunjang. Tumor ekstradural mempunyai perjalanan klinis berupa
fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali disertai kelemahan spastik dan hilangnya
sensasi getar dan posisi sendi di bawah tingkat lesi yang berlangsung cepat. Pada
pemeriksaan radiogram tulang belakang, sebagian besar penderita tumor akan
memperlihatkan gejala osteoporosis atau kerusakan nyata pada pedikulus dan korpus
vertebra. Myelogram dapat memastikan letak tumor.10
Pada tumor ekstramedular, gejala yang mendominasi adalah kompresi serabut
saraf spinalis, sehingga yang paling awal tampak adalah nyeri, mula-mula di punggung dan
kemudian di sepanjang radiks spinal. Seperti pada tumor ekstradural, nyeri diperberat oleh
traksi oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan, dan paling berat terjadi pada malam hari.
22
Nyeri yang menghebat pada malam hari disebabkan oleh traksi pada radiks saraf yang
sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek pemendekan dari
gravitasi. Defisit sensorik berangsur-angsur naik hingga di bawah tingkat segmen medulla
spinalis. Pada tomor ekstramedular, kadar proteid CSS hampir selalu meningkat.
Radiografi spinal dapat memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikulus
yang berdekatan. Seperti pada tumor ekstradural, myelogram, CT scan, dan MRI sangat
penting untuk menentukan letak yang tepat.10
Pada tumor intramedular, Kerusakan serabut-serabut yang menyilang pada
substansia grisea mengakibatkan hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas ke
seluruh segmen yang terkena, yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada
kulit perifer. Sensasi raba, gerak, posisi dan getar umumnya utuh kecuali lesinya besar.
Defisit sensasi nyeri dan suhu dengan utuhnya modalitas sensi yang lain dikenal sebagai
defisit sensorik yang terdisosiasi. Radiogram akan memperlihatkan pelebaran kanalis
vertebralis dan erosi pedikulus. Pada myelogram, CT scan, dan MRI, tampak pembesaran
medulla spinalis.10
II.8 Diagnosis Banding
Tumor medula spinalis harus dibedakan dari kelainan-kelainan lainnya pada
medula spinalis. Beberapa diferensial diagnosis meliputi : transverse myelitis, multiple
sklerosis, syringomielia, syphilis,amyotropik lateral sklerosis (ALS), anomali pada
vertebra servikal dan dasar tengkorak, spondilosis, adhesive arachnoiditis, radiculitis cauda
ekuina, arthritis hipertopik, rupture diskus intervertebralis, dan anomaly vascular.5
23
Multiple sklerosis dapat dibedakan dari tumor medula spinalis dari sifatnya yang
mempunyai masa remisi dan relaps. Gejala klinis yang disebabkan oleh lesi yang multiple
serta adanya oligoklonal CSS merujuk pada multiple sklerosis. Transverse myelitis akut
dapat menyebabkan pembesaran korda spinalis yang mungkin hampir sama dengan tumor
intramedular.5
Diferensial diagnosis antara syringomielia dan tumor intramedular sangat rumit,
karena kista intramedular pada umumnya berhubungan dengan tumor tersebut. Kombinasi
antara atrofi otot-otot lengan dan kelemahan spastic pada kaki pada ALS mungkin dapat
membingungkan kita dengan tumor servikal. Tumor dapat disingkirkan apabila didapatkan
fungsi sensorik yang normal, adanya fasikulasi, dan atrofi pada otot-otot kaki. Spondilosis
servikal, dengan atau tanpa rupture diskus intervertebralis dapat menyebabkan gejala iritasi
serabut saraf dan kompresi medulla spinalis. Osteoarthritis dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan radiologi.5
Anomali pada daerah servikal atau pada dasar tengkorak, seperti platybasia atau
klippel-feil syndrome dapat didiagnosis melalui pemeriksaan radiologi. Kadang kadang
arakhnoiditis dapat memasuki sirkulasi dalam medulla spinalis yang dapat menunjukkan
gejala seperti lesi langsung pada medulla spinalis. Pada arakhnoiditis, terdapat peningkatan
protein CSS yang sangat berarti.5
Tumor jinak pada medulla spinalis mempunyai ciri khas berupa pertumbuhan
yang lambat namun progresif selama bertahun-tahun. Apabila sebuah neurofibroma
tumbuh pada radiks dorsalis, akan terasa nyeri yang menjalar selama bertahun-tahun
sebelum tumor ini menunjukkan gejala-gejala lainnya yang dikenali dan didiagnosis
sebagai tumor. Sebaliknya, onset yang tiba-tiba dengan defisit neurologis yang berat,
24
dengan atau tanpa nyeri, hampir selalu mengindikasikan suatu tumor ekstradural malignan,
seperti karsinoma metastasis atau limfoma.5
II.9 Tata Laksana
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor
secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor
intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang
minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola
pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologist dan tidak secara total di hilangkan
melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post operasi.1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
a. Dexametason (DMZ) (Decadron) : 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus,
mungkin juga menghasilkan perbaikan neurologis).
b. Evaluasi Radiografi:
1) Foto Polos seluruh tulang belakang: 67-85 % abnormal; kemungkinan temuan:
erosi pedikel (defek pada “mata burung hantu” pada tulang belakang LS AP) atau
pelebaran, fraktur kompresi patologis, badan vertebra scalloping, sklerosis,
perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca prostat, hodgkin, dan
biasanya Ca payudara.
2) Bila tersedia dan pasien bersedia, MRI dilakukan secepat mungkin.
25
c. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
Bila tdk ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya Sistemik kemoterapi);
terapi radiasi lokal (XRT) pada lesi bertulang ; analgesik untuk nyeri.
Bila lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada 10x
perawatan dg perluasan dua level diatas dan di bawah lesi); radiasi biasanya
seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yg lebih sedikit.
Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan
kecepatan deteriorasi.
bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera
mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan DMZ keesokan harinya dengan 24
mg IVP setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama radiasi,
selama 2 minggu.
bila < 80 % blok,: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan DMZ 4 mg selama 6
jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat diangkat
dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy .
e. Pembedahan.
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik
myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan
tumor medula spinalis.
Indikasi pembedahan:
26
Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi dapat
dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien dengan
riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.
Medula spinalis yang tidak stabil (Unstable spinal).
Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan
atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang
radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma.
Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
Komplikasi pembedahan :
Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar
selama tindakan operasi.
Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis.
Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi
foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.
II.10 Prognosis
Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif mempunyai
prognosis yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada kasus-
kasus ini. Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol
dalam waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung pada
status pre operatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya umur (>60
tahun).5
27
28
BAB III
KESIMPULAN
Tumor Medulla spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada
daerah cervical pertama hingga sacral. Insiden dari semua tumor primer medula spinalis
sekitar 10% sampai 19% dari semua tumor primer susunan saraf pusat. (SSP), dan seperti
semua tumor pada aksis saraf, insidennya meningkat seiring dengan umur. Tumor medula
spinalis dapat dibagi menjadi tiga kelompok, berdasarkan letak anatomi dari massa tumor.
Pertama, kelompok ini dibagi dari hubungannya dengan selaput menings spinal,
diklasifikasikan menjadi tumor intradural dan tumor ekstradural. Selanjutnya, tumor
intradural sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tumor yang tumbuh pada
substansi dari medula spinalis itu sendiri –intramedullary tumours- serta tumor yang
tumbuh pada ruang subarachnoid (extramedullary).
Gambaran klinik pada tumor medulla spinalis sangat ditentukan oleh lokasi serta
posisi pertumbuhan tumor dalam kanalis spinalis.
Lokasi Tanda dan Gejala
Foramen
Magnum
Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis posterior yang
disertai dengan hiperestesia dalam dermatom vertebra servikalis kedua
(C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ; batuk,
mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat memperburuk
nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada
tangan dengan pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau
memasang kancing. Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia
spastik dan hilangnya sensasi secara bermakna. Gejala-gejala lainnya
adalah pusing, disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas, mual
dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
29
Temuan neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup
hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX
hingga N.XI, dan kelemahan ekstremitas.
Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular
yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang
tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal,
diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu
anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada umumnya terdapat
kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang
lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks
tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps). Defisit
sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari
pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi
C7, dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari
tengah.
Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada
ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia. Pasien
dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan
abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat gangguan
intratorakal dan intraabdominal. Pada lesi torakal bagian bawah,
refleks perut bagian bawah dan tanda Beevor (umbilikus menonjol
apabila penderita pada posisi telentang mengangkat kepala melawan
suatu tahanan) dapat menghilang.
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang
melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak segmen
lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari
tingkat medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula spinalis
lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun
menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan
kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi
30
kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda
Babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi
yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral
bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum,
betis dan kaki, serta kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya
sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol
usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai
daerah sakral bagian bawah.
Kauda
Ekuina
Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-tanda
khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai
dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.
Cairan spinal, Computed Tomographic (CT) myelography, dan MRI spinalis
merupakan tes yang paling sering digunakan dalam mengevaluasi pasien dengan lesi pada
medula spinalis. MRI merupakan modalitas pencitraan primer untuk penyebaran ke
medula, reduksi ruang CSF disekitar tumor. Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan
peningkatan protein dan Santokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam
mengambil dan memperoleh cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus
berhati-hati karena blok sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan
menyebabkan paralisis yang komplit.
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor
secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf. Edisi III. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1999.
Hal 331-340.
2. Hakim, A Adril. Permasalahan Serta Penanggulangangn Tumor Otak Dan Sumsum
Tulang Belakangi. . http://www.USU-digitallibrary.com. 2006.
3. Plummer. Report Of A Case Of Spinal Cord Tumor. http:// www.jbjs.org. 2008
4. Anonim. How Are Brain and Spinal Cord Tumors in Adults Diagnosed?.
http://www.cancer.org. 2008
5. Mumenthaler and Mattle. Fundamental of Neurology. Thieme. 2006. Page 146-147.
6. Anonim. About Brain and Spinal Cord Cancers. http://www.jbjs.org. 2008
7. Mark S. Greenberg. Handbook of Neurosurgery. Third Edition. Greenberg Graphics.
Lakeland, Florida. 1994. Page 689-699.
8. Francavilla, L Thomas. Intramedullary Spinal Cord Tumors. http://www.emedicine.com
2012.
9. Shneiderman, Amiran. Tumors of the Conus and Cauda Equina.
http://www.emedicine.com / 2012.
10. Japardi, Iskandar. Radikulopati Thorakalis. http://www.USU-digitallibrary.com / 2012.
11. Kadir KOTiL, Turgay BILGE. Turkish Neurosurgery 2006, Vol: 16, No: 3, 130-138.
2006
12. Topographic and functional antomy of the spinal cord. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1148570-overview#a30
13. Spinal Cord tumor. Diunduh dari http://www.localhealth.com/article/spinal-cord-tumor
32