rabu, 27 april 2011 hati-hati membuka mulut · gigi dan mulut fakultas ke-dokteran universitas...

1
selama 3-4 hari atau bisa juga sampai tiga minggu tergan- tung kondisi pasien. Fiksasi berfungsi mencegah pasien membuka mulut terlalu lebar selama proses pemulihan. Faktor pemicu Andy Jimmy menjelaskan, meski belum ada data pasti, kasus dislokasi sendi rahang sering terjadi. Dalam prak- tiknya dalam sebulan Andy Jimmy menerima sedikitnya satu pasien dislokasi sendi rahang. Umumnya pasien-pasien itu berusia 45 tahun ke atas. Memang, pertambahan usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dislokasi sendi rahang. ‘’Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh dalam memperbaiki jaringan tulang rawan sendi dan memproduksi glukosamin (zat pemelihara tulang rawan) menurun se- hingga tulang rawan sendi terkikis. Terkikisnya tulang rawan memudahkan terjadinya dislokasi,’’ jelas dokter yang juga berpraktik di RS PGI Ci- kini Jakarta itu. Selain faktor usia, kondisi geligi dan kebiasaan buruk yang memperparah pengikis- an tulang rawan sendi juga jadi faktor penyebab dislokasi. Misalnya, kebiasaan mengge- merutukkan gigi ( bruxism), mengunyah makanan hanya di satu sisi mulut, serta geraham yang dibiarkan ompong. ‘’Benturan pada rahang serta penyakit tulang, seperti rematik dan osteoartritis, juga menjadi faktor penyebab,’’ imbuh Andy Jimmy. (H-2) [email protected] ENI KARTINAH M ENGUAP me- rupakan proses yang wajar di- lakukan setiap manusia. Biasanya,seseorang menguap ketika dalam kondisi mengantuk atau jenuh, sebagai respons dari kondisi otak yang memerlukan oksigen lebih banyak. Namun, apa jadinya bila sesudah menguap, mulut yang terbuka lebar tidak bisa dikatupkan lagi? Itulah kejadian yang me- nimpa Wijaya, 79, baru-baru ini. Laki-laki asal Jakarta Pusat ini sangat terkejut ketika suatu pagi, seusai bangun tidur, ia menguap lebar-lebar tapi sesu- dahnya tidak bisa mengatup- kan mulutnya kembali. Berulang kali ia berusaha menutup mulut. Namun, se- makin dipaksakan, bagian pipi dekat telinganya semakin sakit. Akhirnya ia mencoba jasa tukang urut, tapi tidak berhasil juga. Seharian ia tersiksa akibat mulut yang terus membuka dan kesulitan makan minum. Esok paginya, Wijaya pergi ke puskesmas. Akan tetapi, usahanya sia-sia. Ketika perik- sa ke dokter umum, ia disaran- kan pergi ke dokter gigi di rumah sakit. Kejadian serupa juga dialami Sulastri, 59. Perempuan asal Bekasi ini tidak bisa mengatup- kan mulut setelah menguap. Sama seperti Wijaya, ia juga mencari pertolongan ke tukang urut dan puskesmas. Namun, usahanya tidak membawa hasil. Esok harinya ia pergi ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Di rumah sakit, Wijaya dan Sulastri ditangani dokter gigi spesialis bedah mulut. Me- reka didiagnosis mengalami dislokasi (pergeseran) sendi rahang. Menurut dokter yang me- nangani keduanya, Dr dr Andy Jimmy Mappaile SpBM, dis- lokasi sendi rahang pada Wi- jaya terjadi karena faktor usia lanjut serta penyakit rematik yang dideritanya. ‘’Adapun pada Sulastri, selain faktor usia, juga karena gigi-gigi geraham- nya dibiarkan ompong sejak lama.’’ Sendi rahang, lanjut Andy Jimmy, merupakan sendi yang menghubungkan antara tulang tengkorak dan rahang. Le- taknya di sekitar depan bawah telinga kanan dan kiri. Sendi rahang tersusun atas cekungan tulang tengkorak serupa mangkuk, tulang rawan bantalan sendi, serta ujung tulang rahang yang membulat dan tertangkup dalam mang- kuk sendi. Dengan bantuan ligamen dan otot-otot di sekitarnya, tu- lang rahang bawah dapat ber- gerak bebas sehingga memung- kinkan orang untuk membuka tutup mulutnya, mengunyah makanan, dan berbicara. Pada kondisi normal, gerak dan po- sisi sendi itu stabil. Namun, pada kasus Wijaya dan Sulastri, bulatan ujung tu- lang rahang keluar dari mang- kuknya, menyebabkan sendi rahang tidak bisa bergerak normal dan mulut tidak bisa mengatup. ‘’Sebenarnya jika sesudah ke- jadian pasien langsung dibawa ke rumah sakit, unit gawat darurat bisa menanganinya. Tapi kalau tertunda hingga lebih dari 24 jam, penanganan harus dilakukan di ruang ope- rasi karena otot sekitar rahang sudah kaku,’’ ujar Andy Jimmy yang juga Ketua Departemen Gigi dan Mulut Fakultas Ke- dokteran Universitas Indone- sia-RSCM. Penanganan di ruang operasi, lanjut Andy Jimmy, melibatkan penggunaan anestesi dan obat- obatan yang berfungsi mele- maskan otot-otot rahang yang kaku. Kemudian, dokter akan mengembalikan sendi rahang ke posisi yang benar. Sesudahnya, pasien harus difiksasi dengan memasang kawat pada geraham atau cu- kup dengan memasang perban elastik mengitari wajah. Proses ksasi itu dilakukan 26 K ESEHAT AN RABU, 27 APRIL 2011 Bagi Anda yang berusia 45 tahun ke atas, apalagi punya gigi yang ompong, sebaiknya hati-hati saat membuka mulut. Membuka mulut terlalu lebar berisiko mengalami dislokasi sendi rahang. BELAKANGAN, berita ten- tang korban-korban kelompok yang menamakan diri Negara Islam Indonesia (NII) marak ditayangkan berbagai media. Diceritakan, korban-korban itu mengalami perubahan pe- mikiran dan perilaku yang drastis. Mereka memiliki keyakinan ekstrem bahwa hanya ada satu agama yang benar, yakni Islam versi NII. Menurut mere- ka, orang-orang di luar NII adalah kar, termasuk orang tua dan keluarga mereka yang tidak sepaham. Indonesia pun dianggap sebagai negara kar. Mereka pun berjuang me- negakkan NII. Demi tegaknya NII, mereka rela mengorbankan apa pun, termasuk harta. Bahkan mere- ka rela menipu keluarga dan kerabat demi mendapatkan uang dan benda berharga lain untuk kemudian disumbang- kan kepada NII. Berdasarkan pengakuan kor- ban dan mantan anggota NII, diketahui bahwa NII memi- liki sistem perekrutan anggota yang sistematis. Dalam pe- rekrutan itu NII menggunakan metode cuci otak. Apa dan bagaimanakah cuci otak itu? Wikipedia mendefinisikan cuci otak sebagai upaya re- kayasa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku, dan kepercayaan tertentu menjadi sebuah tata nilai baru. Menu- rut psikiater Prof dr Dadang Hawari SpKJ, pencucian otak dilakukan melalui hipnosis. Selain dengan memberi su- gesti melalui kalimat-kalimat yang didasarkan pada rujukan yang meyakinkan, seperti ayat-ayat Alquran dan hadis, metode hipnosis juga dapat ditempuh dengan pemberian obat-obatan jenis hipnotikum dalam dosis tertentu. Cuci Otak dan Bahayanya Andy Jimmy Mappaile Ketua Departemen Gigi dan Mulut FKUI-RSCM Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh dalam memperbaiki jaringan tulang rawan sendi menurun.” Merawat sendi rahang penting dilakukan terutama oleh kaum lanjut usia. Tujuannya agar kestabilan dan fungsi sendi rahang terjaga. Dengan demikian, kejadian dislokasi sendi rahang bisa dihindari. Berikut langkah-langkah merawat sendi rahang: Merawat Sendi Rahang Jangan biarkan gigi ompong terlalu lama. Pasang implan, gigi pengganti, atau gunakan gigi palsu. Ubah kebiasaan mengunyah di satu sisi mulut menjadi mengunyah di dua sisi mulut, kiri dan kanan. Hindari kebiasaan menguap terlalu besar atau membuka mulut terlalu lebar. Hindari benturan atau trauma pada rahang. Konsumsi suplemen glukosamin untuk memperlambat ausnya tulang rawan sendi. Hati-Hati Membuka Mulut ‘’Obat-obatan jenis ini bisa membuat seseorang berada dalam kondisi yang mudah diberi sugesti dan pemahaman baru meski bersifat ekstrem,’’ jelas Prof Dadang kepada Media Indonesia, baru-baru ini. Korban cuci otak dapat dike- nali dari perubahan sikap yang drastis secara tiba-tiba, yang sangat menyimpang dari ke- biasaan mereka sebelumnya. ‘’Mereka melakukan hal-hal berlawanan dengan sifat mau- pun sikap keseharian sebe- lumnya. Misalnya, jadi suka menipu,’’ tambahnya. Pribadi rentan Ternyata tidak semua orang bisa dengan mudah menjadi sasaran cuci otak. Menurut Dadang, yang rentan men- jadi korban cuci otak adalah pri badi pendiam, tertutup, kurang pergaulan alias ku- per sekaligus idealis, dan kurang pendidikan agama. ‘’Mereka tak bisa bedakan yang benar dan salah. Lalu diberi pemaham an agama yang sesat.’’ Pengakuan senada juga per- nah diungkapkan mantan ak- tivis NII, Adnan Fahrullah, 40. Ia menuturkan, dalam mencari korban, para pelaku cuci otak biasanya mendekati orang yang sedang sendirian. ‘’Bila calon korban terlihat labil dan memenuhi kategori, mereka bakal mengajak untuk berjum- pa kembali esok harinya.’’ Agar bisa dikembalikan ke kondisi normal, korban pencu- cian otak perlu menjalani terapi. Dadang menjelaskan salah satu caranya dilakukan dengan me- tode hipnosis dan penggunaan obat-obatan. ‘’Pemulihannya dilakukan dengan mencuci otak kembali,’’ selorohnya. Upaya pemulihan itu, lanjut Dadang, mencakup empat fak- tor, yakni biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Pertama, faktor biologi mencakup upaya pemulihan kerusakan sik otak dengan obat-obatan tertentu. Kedua, faktor psikologi, di- lakukan melalui konsultasi simultan antara korban dan psikolog/psikiater. Ketiga, faktor sosial yang ditempuh dengan menjauhkan korban dari orang-orang yang berpa- ham ekstrem. ‘’Dan terakhir faktor spiri- tual, maksudnya perdalam pemahaman agamanya. Kalau ada yang menyimpang, per- baiki,’’ ungkap Dadang. Sementara itu, menyikapi orang-orang yang berpema- haman ekstrem seperti pen- tolan-pentolan NII, menurut Dadang, perlu melibatkan psikiater dan agamawan. Jika mereka tertangkap dan terbukti bersalah, hukuman penjara saja tidak bakal cukup. ‘’Pasalnya, mereka termasuk orang yang juga memiliki gang- guan kejiwaan dalam bentuk delusi atau waham. Mereka memiliki keyakinan mendalam terhadap sesuatu yang ira- sional, dan itu tak bisa diubah hanya dengan hukuman pen- jara,’’ pungkasnya. (*/S-3) PEMICU DILOKASI: Menguap adalah perilaku alami. Namun, bagi orang yang sendi rahangnya sudah aus atau rusak, menguap terlalu lebar bisa memicu dislokasi (pergeseran) tulang sendi rahang sehingga mulut tidak dapat terkatup kembali. PERUBAHAN DRASTIS: Korban pencucian otak dapat dikenali dari perubahan sikap dan pemikirannya yang drastis dan tiba-tiba. SXC.HU AP/BEN BIRCHALL Ja Ub H H Ko

Upload: ngotuong

Post on 20-Jun-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RABU, 27 APRIL 2011 Hati-Hati Membuka Mulut · Gigi dan Mulut Fakultas Ke-dokteran Universitas Indone-sia-RSCM. Penanganan di ruang operasi, lanjut Andy Jimmy, melibatkan penggunaan

selama 3-4 hari atau bisa juga sampai tiga minggu tergan-tung kondisi pasien. Fiksasi

berfungsi mencegah pasien membuka mulut terlalu lebar selama proses pemulihan.

Faktor pemicuAndy Jimmy menjelaskan,

meski belum ada data pasti, kasus dislokasi sendi rahang sering terjadi. Dalam prak-tiknya dalam sebulan Andy Jimmy menerima sedikitnya satu pasien dislokasi sendi rahang.

Umumnya pasien-pasien itu berusia 45 tahun ke atas. Memang, pertambahan usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dislokasi sendi rahang.

‘’Seiring bertambahnya usia, kemampuan tubuh dalam memper baiki jaringan tulang ra wan sendi dan memproduksi glukosamin (zat pemelihara tulang rawan) menurun se-hingga tulang rawan sendi

terkikis. Terkikisnya tulang rawan memudahkan terjadinya dislokasi,’’ jelas dokter yang juga berpraktik di RS PGI Ci-kini Jakarta itu.

Selain faktor usia, kondisi geligi dan kebiasaan buruk yang memperparah pengikis-an tulang rawan sendi juga jadi faktor penyebab dislokasi. Misalnya, kebiasaan mengge-merutukkan gigi (bruxism), mengunyah makanan hanya di satu sisi mulut, serta geraham yang dibiarkan ompong.

‘’Benturan pada rahang serta penyakit tulang, seperti rematik dan osteoartritis, juga menjadi faktor penyebab,’’ imbuh Andy Jimmy. (H-2)

[email protected]

ENI KARTINAH

MENGUAP me-rupakan proses yang wajar di-lakukan setiap

manusia. Biasanya,seseorang menguap ketika dalam kondisi mengantuk atau jenuh, sebagai respons dari kondisi otak yang memerlukan oksigen lebih banyak.

Namun, apa jadinya bila sesudah menguap, mulut yang terbuka lebar tidak bisa dikatupkan lagi?

Itulah kejadian yang me-nimpa Wijaya, 79, baru-baru ini. Laki-laki asal Jakarta Pusat ini sangat terkejut ketika suatu pagi, seusai bangun tidur, ia menguap lebar-lebar tapi sesu-dahnya tidak bisa mengatup-kan mulutnya kembali.

Berulang kali ia berusaha menutup mulut. Namun, se-makin dipaksakan, bagian pipi dekat telinganya semakin sakit. Akhirnya ia mencoba jasa tukang urut, tapi tidak berhasil juga. Seharian ia tersiksa akibat mulut yang terus membuka dan kesulitan makan minum.

Esok paginya, Wijaya pergi ke puskesmas. Akan tetapi, usahanya sia-sia. Ketika perik-sa ke dokter umum, ia disaran-kan pergi ke dokter gigi di rumah sakit.

Kejadian serupa juga dialami Sulastri, 59. Perempuan asal Bekasi ini tidak bisa mengatup-kan mulut setelah menguap.

Sama seperti Wijaya, ia juga mencari pertolongan ke tukang urut dan puskesmas. Namun, usahanya tidak membawa hasil. Esok harinya ia pergi ke RS Cipto Mangun kusumo (RSCM).

Di rumah sakit, Wijaya dan Sulastri ditangani dokter gigi spesialis bedah mulut. Me-reka didiagnosis mengalami dislokasi (pergeseran) sendi rahang.

Menurut dokter yang me-nangani keduanya, Dr dr Andy Jimmy Mappaile SpBM, dis-lokasi sendi rahang pada Wi-jaya terjadi karena faktor usia lanjut serta penyakit rematik yang dideritanya. ‘’Adapun pada Sulastri, selain faktor usia, juga karena gigi-gigi geraham-nya dibiarkan ompong sejak lama.’’

Sendi rahang, lanjut Andy Jimmy, merupakan sendi yang menghubungkan antara tulang tengkorak dan rahang. Le-taknya di sekitar depan bawah

telinga kanan dan kiri.Sendi rahang tersusun atas

cekungan tulang tengkorak serupa mangkuk, tulang rawan bantalan sendi, serta ujung tulang rahang yang membulat dan tertangkup dalam mang-kuk sendi.

Dengan bantuan ligamen dan otot-otot di sekitarnya, tu-lang rahang bawah dapat ber-gerak bebas sehingga memung-kinkan orang untuk membuka tutup mulutnya, mengunyah makanan, dan berbicara. Pada kondisi normal, gerak dan po-sisi sendi itu stabil.

Namun, pada kasus Wijaya dan Sulastri, bulatan ujung tu-lang rahang keluar dari mang-kuknya, menyebabkan sendi rahang tidak bisa bergerak normal dan mulut tidak bisa mengatup.

‘’Sebenarnya jika sesudah ke-jadian pasien langsung dibawa ke rumah sakit, unit gawat darurat bisa menanganinya. Tapi kalau tertunda hingga lebih dari 24 jam, penanganan harus dilakukan di ruang ope-rasi karena otot sekitar rahang sudah kaku,’’ ujar Andy Jimmy yang juga Ketua Departemen Gigi dan Mulut Fakultas Ke-dokteran Universitas Indone-sia-RSCM.

Penanganan di ruang operasi, lanjut Andy Jimmy, melibatkan penggunaan anestesi dan obat-obatan yang berfungsi mele-maskan otot-otot rahang yang kaku. Kemudian, dokter akan mengembalikan sendi rahang ke posisi yang benar.

Sesudahnya, pasien harus difiksasi dengan memasang kawat pada geraham atau cu-kup dengan memasang perban elastik mengitari wajah.

Proses fi ksasi itu dilakukan

26 KESEHATAN RABU, 27 APRIL 2011

Bagi Anda yang berusia 45 tahun ke atas, apalagi punya gigi yang ompong, sebaiknya hati-hati saat membuka mulut. Membuka mulut terlalu lebar berisiko mengalami dislokasi sendi rahang.

BELAKANGAN, berita ten-tang korban-korban kelompok yang menamakan diri Negara Islam Indonesia (NII) marak ditayangkan berbagai media. Diceritakan, korban-korban itu mengalami perubahan pe-mikiran dan perilaku yang drastis.

Mereka memiliki keyakinan ekstrem bahwa hanya ada satu agama yang benar, yakni Islam versi NII. Menurut mere-ka, orang-orang di luar NII adalah kafi r, termasuk orang tua dan keluarga mereka yang tidak sepaham. Indonesia pun dianggap sebagai negara kafi r. Mereka pun berjuang me-negakkan NII.

Demi tegaknya NII, mereka rela mengorbankan apa pun, termasuk harta. Bahkan mere-ka rela menipu keluarga dan kerabat demi mendapatkan uang dan benda berharga lain untuk kemudian disumbang-kan kepada NII.

Berdasarkan pengakuan kor-ban dan mantan anggota NII,

diketahui bahwa NII memi-liki sistem perekrutan anggota yang sistematis. Dalam pe-rekrutan itu NII menggunakan metode cuci otak. Apa dan bagaimanakah cuci otak itu?

Wikipedia mendefinisikan cuci otak sebagai upaya re-

kayasa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku, dan kepercayaan tertentu menjadi sebuah tata nilai baru. Menu-rut psikiater Prof dr Dadang Hawari SpKJ, pencucian otak dilakukan melalui hipnosis. Selain dengan memberi su-

gesti melalui kalimat-kalimat yang didasarkan pada rujukan yang meyakinkan, seperti ayat-ayat Alquran dan hadis, metode hipnosis juga dapat ditempuh dengan pemberian obat-obatan jenis hipnotikum dalam dosis tertentu.

Cuci Otak dan Bahayanya

Andy Jimmy MappaileKetua Departemen Gigi dan Mulut FKUI-RSCM

Seiring bertambahnya

usia, kemampuan tubuh dalam memper baiki jaringan tulang ra wan sendi menurun.”

Merawat sendi rahang penting dilakukan terutama oleh kaum lanjut usia. Tujuannya agar kestabilan dan fungsi sendi rahang terjaga. Dengan demikian, kejadian dislokasi sendi rahang bisa dihindari. Berikut langkah-langkah merawat sendi rahang:

Merawat Sendi Rahang

Jangan biarkan gigi ompong terlalu lama. Pasang implan, gigi pengganti, atau gunakan gigi palsu. Ubah kebiasaan mengunyah di satu sisi mulut menjadi mengunyah di dua sisi mulut, kiri dan kanan. Hindari kebiasaan menguap terlalu besar atau membuka mulut terlalu lebar. Hindari benturan atau trauma pada rahang. Konsumsi suplemen glukosamin untuk memperlambat ausnya tulang rawan sendi.

Hati-Hati Membuka Mulut

‘’Obat-obatan jenis ini bisa membuat seseorang berada dalam kondisi yang mudah diberi sugesti dan pemahaman baru meski bersifat ekstrem,’’ jelas Prof Dadang kepada Media Indonesia, baru-baru ini.

Korban cuci otak dapat dike-nali dari perubahan sikap yang drastis secara tiba-tiba, yang sangat menyimpang dari ke-biasaan mereka sebelumnya. ‘’Mereka melakukan hal-hal berlawanan dengan sifat mau-pun sikap keseharian sebe-lumnya. Misalnya, jadi suka menipu,’’ tambahnya.

Pribadi rentanTernyata tidak semua orang

bisa dengan mudah menjadi sasaran cuci otak. Menurut Dadang, yang rentan men-jadi korban cuci otak adalah pri badi pendiam, tertutup, kurang pergaulan alias ku-per sekaligus idealis, dan kurang pendidikan agama. ‘’Mereka tak bisa bedakan yang benar dan salah. Lalu

diberi pemaham an agama yang sesat.’’

Pengakuan senada juga per-nah diungkapkan mantan ak-tivis NII, Adnan Fahrullah, 40. Ia menuturkan, dalam mencari korban, para pelaku cuci otak biasanya mendekati orang yang sedang sendirian. ‘’Bila calon korban terlihat labil dan memenuhi kategori, mereka bakal mengajak untuk berjum-pa kembali esok harinya.’’

Agar bisa dikembalikan ke kondisi normal, korban pencu-cian otak perlu menjalani terapi. Dadang menjelaskan salah satu caranya dilakukan dengan me-tode hipnosis dan penggunaan obat-obatan. ‘’Pemulihannya dilakukan dengan mencuci otak kembali,’’ selorohnya.

Upaya pemulihan itu, lanjut Dadang, mencakup empat fak-tor, yakni biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Pertama, faktor biologi mencakup upaya pemulihan kerusakan fi sik otak dengan obat-obatan tertentu.

Kedua, faktor psikologi, di-

lakukan melalui konsultasi simultan antara korban dan psikolog/psikiater. Ketiga, faktor sosial yang ditempuh dengan menjauhkan korban dari orang-orang yang berpa-ham ekstrem.

‘’Dan terakhir faktor spiri-tual, maksudnya perdalam pemahaman agamanya. Kalau ada yang menyimpang, per-baiki,’’ ungkap Dadang.

Sementara itu, menyikapi orang-orang yang ber pe ma-ham an ekstrem seperti pen-tolan-pentolan NII, menurut Dadang, perlu melibatkan psikiater dan agamawan. Jika mereka tertangkap dan terbukti bersalah, hukuman penjara saja tidak bakal cukup.

‘’Pasalnya, mereka termasuk orang yang juga memiliki gang-guan kejiwaan dalam bentuk delusi atau waham. Mereka memiliki keyakinan mendalam terhadap sesuatu yang ira-sional, dan itu tak bisa diubah hanya dengan hukuman pen-jara,’’ pungkasnya. (*/S-3)

PEMICU DILOKASI: Menguap adalah perilaku alami. Namun, bagi orang yang sendi rahangnya sudah aus atau rusak, menguap terlalu lebar bisa memicu dislokasi (pergeseran) tulang sendi rahang sehingga mulut tidak dapat terkatup kembali.

PERUBAHAN DRASTIS: Korban pencucian otak dapat dikenali dari perubahan sikap dan pemikirannya yang drastis dan tiba-tiba.

SXC.HU

AP/BEN BIRCHALL

Ja Ub H

H Ko Ko