higiene mulut
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya. Melihat hal itu personal hygiene diartikan sebagai
hygiene perseorangan yang mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk
mencapai kebersihan tubuh, meliputi membasuh, mandi, merawat rambut,
kuku, gigi, gusi dan membersihkan daerah genital. Jika seseorang sakit,
biasanya masalah kesehatan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
mengganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal
tersebut kurang diperhatikan dapat mempengaruhi kesehatan secara umum
terutama pasien imobilisasi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud higiene mulut?
2. Bagaimana peningkatan higiene mulut?
3. Bagaimana proses perawatan higiene mulut?
4. Apa saja kelainan pada higiene mulut?
5. Bagaimana penanggulangannya?
1.3 TUJUAN
1. mengetahui apa yang di maksud higiene mulut
2. mengetahui peningkatan higiene mulut
3. mengetahui perawatan higiene mulut
4. mengetahui kelainan pada higiene mulut
5. mengetahui cara penanggulangannya
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HIGIENE MULUT
Rongga mulut dilapisi dengan membran mukosa yang terus menerus pada
kulit. Membran merupaka jaringan epitel yang melapisi dan melindungi organ
mensekresi mucus untuk menjaga jalan saluran sistem pencernaan basa da
terminyaki, dan mengabsorbsi nutrien.
Mulut atau bukal, rongga yang terdiri dari bibir sekitar pembukaan mulut,
leher sepanjang sisi dinding rongga, lidah dan ototnya dan langiy-langit mulut,
bagian depan dan belakang yang membentuk akar rongga. Mukossa mulut secara
normal berwarna merah muda terang dan basah. Gigi adalah untuk mengunyah,
atau maskikasi. Gigi normal terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, leher dan akar.
Membran periodental berada pada margin gusi, sekitar gigi, menahan kuat di
tempat. Gigi yang sehat, tampak putik, halus, bercahaya dan berjajar rapih.
Higiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi,
gusi, dan bibir. Menggosok membersihkan gigi dari partikel-partikel makanan,
plak, dan bakteri. Memasase gusi, dan mengurangi ketidaknyamanan yang di
hasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman. Flossing membantu lebih lanjut
dala mengangkat plak dan tartar diantara gigi untuk mengurangi inflamasi gusi
dan infeksi. Hygine mulut yang lengkap memberikan rasa sehat da selanjutnya
menstimulus napsu makan.
Tanggung jawab perawat pada higiene mulut adalah pemeliharaan dan
pecegahan. Hal ini penting khusus jika klien hendak menerima radiasi atau
kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan medis. Perawat membantu klien untuk
mempertahankan higiene mulut yang baik dengan mengajarkan teknik yang benar
atau denga menampilkan hygine secara aktual pada klien lemah atau cacat. Sering
2
kali perawat harus membuat rujukan ke dokter gigi untuk masalah yang
memerlukan perawatan khusus. Pendidikan tentang gangguan gusi dan gigi yang
umum dan metode pencegahan dapat memotifasi klien untuk mengikuti praktek
hygine oral yang baik.
Peningkatan Kesehatan Gigi
Bertujuan untuk mengurangi kehilangan gigi akibat gigi yang rusak atau
penyakit periodontal bagi orang berusia 35-44 tahun, mengurangi jumlah lansia
yang kehilangan gigi alami mereka mengurangi prevalensi gingivitas dan
mengurangi penyakit periodontal destruktif diantara individu berusia 35-44 tahun.
2.2 PROSES KEPERAWATAN DAN HIGIENE MULUT
1. Pengkajian Fisik
Menjelaskan rinci pengkajian perawat tentang bibir, gigi, mukosa
buccal, gusi, langit-langit, dan lidah klien. Perawat memeriksa semua
daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur, dan lukanya.
Klien yang tidak mengikuti praktik higiene mulut yang teratur akan
mengalami penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam
(khususnya sepanjang margin gusi), karies gigi, kehilangan gigi, dan
halitosis.
Infeksi pada mulut melibatkan organisme seperti treponema
pallidum, neisseria gonorrhoeae, dan hominis virus herpes.seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau
kemoterapi, sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai keadaan
rongga mulut klien. Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk perawatan
prefentif bagi pelayan saat mereka melewati pengobatan (Griefzu,
Radjeski, Winnick, 1990).
3
2. Perubahan Perkembangan
Sepanjang masa hidup seseorang, perubahan fisiologi
mempengaruhi kondisi dan penampilan struktur dalam rongga mulut.
Anak dapat terjadi karies gigi pada gigi susu karena pola makan atau
kurangnya perawatan gigi. Gigi remaja adalah permanent yang
memerlukan perhatian teratur untuk diet dan perawatan gigi dan mencegah
masalah pada tahun-tahun berikutnya. Pada saat orang bertambah tua,
praktik higiene mulut berubah untuk mempengaruhi gigi dan mukosa lebih
lanjut. Usia yang berhubungan dengan perubahan di dalam mulut,
dikombinasi dengan penyakit kronis, ketidakmampuan fisik, dan medikasi
yang diresepkan memiliki efek samping pada mulut, menyebabkan
perawatan mulut yang buruk. Efek pada ketidakcukupan perawatan
meliputi karies dan kehilangan gigi ; penyakit periodontal ; permulaan
infeksi sistemik ; dan efek jangka panjang pada harga diri ; kemampuan
untuk makan ; dan pemeliharaan hubungan.
3. Pola Makan
Untuk mengkaji pola makan klien saat ini untuk mendeteksi
keberadaan iritasi lokal pada gusi atau struktur mukosa. Tanyakan klien
jika ada masalah tertentu dalam mengunyah, kecocokan gigi palsu, atau
menelan. Adanya bisul atau iritasi mengganggu pengunyahan dan
menyebabkan klien menghindar untuk makan.
4. Pilihan dan Praktik Higienis
Praktik gigi menghadapai tantangan yang baru karena peningkatan
yang bermakna dalam jumlah lansia dan minoritas. Data menunjukan pola
karies gigi yang tidak terawat pada orang Afrika,Amerika dan Mexiko
Amerika dan Prevalensi Gingivitas pada Spanyol Amerika. Oleh karena
itu penting bagi perawat mengkaji praktik hiegene mulut klien untuk
mengidentifikasi kesalahan dalam teknik, defisiensi pada tipe-tipe praktik,
dan tingkat pengetahuan klien tentang perawatan gigi.
4
2.3 FAKTOR-FAKTOR RESIKO UNTUK MASALAH HIGIENE MULUT
Ketidakmampuan melakukan keperawatan mulut, atau perubahan
intregitas gigi dan mukosa akibat penyakit atau pengobatan.
MASALAH UMUM MULUT
1. Karies gigi (gigi berlubang)
Karies gigi merupakan masalah mulut paling umum dari orang muda.
Perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan
kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium.flak
adalah transfaran dan melekat pada gigi, khususnnya dekak dasar
kepala gigi pada margine gusi.flak mencegah dilusi asam normal dan
netralisasi, yang mencegah disolusi bakteri pada rongga mulut. Asam
akhirnya merusak gigi dan email.
2. Periodontal (pyorrhea)
Penyakit ini adalah penyakit jaringan sekiar gigi, seperti peradangan
membran periodontal atau ligamen periodontal. Halitosis atau bau
nafas, merupakan masalah umum rongga mulut, hal ini akibat hiegen
mulut yang buruk, pemasukan makanan tertentu atau proses infeksi
atau penyakit. Higiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau
keculai penyebabanya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver
atau diabetes. Gejala penyakit periodontal meliputi gusi yang berdarah,
bengkak, jaringan yang radang, garis gusi yang menyusut, dengan
pembentukan celah atau kantong antara gigi dan gusi dan kehilangan
gigi tiba-tiba. Jika perawatan mulut yang tepat tidak dipelihara maka
bakteri mati, disebut tartar yang mengumpul disepanjang garis gusi
akibatnya kehilangan gigi. Tindaka prefentif yang paling baik adalah
pembersihan dengan Flasshing dan gosok gigi yang teratur.
5
MASALAH MULUT LAIN
1. Stomatitis adalah kondisi peradangan pada mulut karena kontak
dengan pengiritasi seperti tembakau, defisiensi vitamin, infeksi oleh
bakteri, virus atau jamur atau penggunaan kemoterapi.
2. Glositis adalah peradangan lidah karena penyakit infeksi atau cidera,
seperti luka bakar atau gigitan.
3. Gingivitis adalah peradangan gusi, biasanya karena higiene mulut yang
buruk atau terjadi tanda leukimia, defisiensi vitamin, atau diabetes
militus.
2.4 DIET
Untuk mencegah kerusakan gigi, klien harus mengubah kebiasaan makan,
mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan.
Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan
gigi. Setelah memakan yang manis, klien harus menggosok gigi dalam waktu 30
menit untuk mengurarangi aksi flak. Memakan buah yang mengandung asam
(misal apel dan makanan yang berserat seperti sayuran segar ) juga mengandung
flak. Kualitas keasaman makanan mengeliminasi bakteri yang membentuk pada
gigi. Diet seimbang yang baik meningkatkan integritas jaringan mulut.
Untuk wanita hamil nutrisi yang tepat penting untuk perkembangan gigi
utama dalam kandungan. Jumlah asupan kalsium yang direkomendasi setiap hari
adalah 1200 mg untuk dewasa yang hamil dan 1600mg untuk remaja yang hamil.
4-6 gelas setiap harinya yang memenuhi persyaratan kalsium.
6
2.5 GOSOK GIGI
Gosok gigi dengan teliti sedikitnya 4 kali sehari, adalah dasar program
hygine mulut yang efektif sikat gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan
bulunya harus cukup kecil, untuk menjangkau semua bagian mulut. Sikat gigi
harus di ganti setiap 3 bulan.
Alat dan bahan :
1. Handuk dan kain pengalas
2. Gelas kumur berisi
Air masak atau NaCl
Obat kumur
Borax gliserin
3. Spatel lidah yang telah di bungkus dengan kain kasa
4. Kapas lidi
5. Bengkok
6. Kain kasa
7. Pinset atau arteri klem
8. Sikat gigi dan pasta gigi
Cara Pelaksanaan
Untuk pasien tidak sadar
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan posisi tidur miring kanan atau kiri
4. Pasang handuk di bawah dagu atau pipi pasien
5. Ambil pinset da bungkus dengan kain kasa yang di basahi air hangat atau
masak
6. Gunakan tong spatel (sudip lidah) untuk membuka mulut pada saat
membersihkan gigi atau mulut
7
7. Lakukan pembersihan di mulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi, dan
lidah
8. Keringkan dengan kasa steril yang kering
9. Setelah bersih, oleskan borax gliserin
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
Untuk pasien sadar tetapi tidak mampu melakukan sendiri
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan duduk
4. Pasang handuk di bawah dagu
5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang berisi air hanagt atau
masak
6. Kemudian bersihkan pada daerah mulut mulai rongga mulut, gusi, gigi,
dan lidah. Lalu bilas dengan larutan NaCl.
7. Setelah bersih, oleska borax gliserin
8. Untuk perawatan gigi lakukan peningkatan dengan gerakan naik turun.
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakuakan.
Penjelasan mengenai Masalah Mulut Lain
1. Stomatitis
a. Cara perawatan untuk stomatitis
Untuk mengatasi penyakit ini dapat menggunakan beberapa jenis obat baik dalam
bentuk salep, obat tetes maupun obat kumur. Saat ini sudah tersedia pasta gigi
yang dapat mengurangi terjadinya sariawan, jika ternyata sariawan terlanjur parah,
dapat digunakan antibiotik dan obat penurun panas (bila disertai demam),
sariawan umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari, namun bila sariawan tidak
kunjung sembuh, segera periksa ke dokter karena hal itu dapat menjadi gejala
awal adanya kanker mulut.
8
b. Pencegahan Stomatitis
Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita
mengetahui penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya
sariawan ini diantaranya dengan :
1. Menjaga kebersihan mulut
2. Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12,
vitamin C dan zat besi
3. Menghadapi stress dengan efektif
4. Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit
makanan
5. Menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
6. Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi
alergi pada rongga mulut.
2. Glossitis
a. Penegakan Diagnosa
a. Dengan melihat tanda dan gejala
Secara umum : lidah sakit, kemerahan, bengkak, dan lunak, atrofi
papila, kesulitan bicara dan kesulitan dalam makan. Komplikasi lidah
bisa menutupi jalan napas. Lidah bengkak, licin, warna kemerahan
(pada glositis akibat anemia pernisiosa warna lidah pucat , sedangkan
pada glositis akibat defisiensi vit B warna lidah menyala, lidah lembut
dan sangat sakit).
b. Dengan anamnesis riwayat penyakit.
c. Pemeriksaan fisik pada lidah : lidah bengkak (atau patch
pembengkakan). Para nodul pada permukaan lidah (papila) mungkin
tidak ada.
9
d. Pemeriksaan penunjang : Lab darah.
e. Rawat bersama : Bagian penyakit dalam, bagian THT-KL
b. Prinsip Terapi
Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Perawatan
biasanya tidak memrlukan rawat inap kecuali lidah bengkak sangat parah.
a. Prinsip terapinya adalah mengurangi peradangan dengan antibiotik,
anti jamur, anti mikrobial yang sesuai dengan penyebabnya.
b. Untuk glasitis yang disebabkan kekurangan nutrisi, pasien diberikan
diet makanan yang bergizi dan suplemen.
c. Pasien juga diharapkan untuk menghindari iritan.
d. Pasien harus menjaga oral higiene dengan baik yaitu : menyikat gigi
menyeluruh setidaknya 2 kali sehari dan flosshing sedikitnya tiap hari.
3. Gingivitis
a. Penyebab
a) Terjadi penggosokan dan flossing (membersihkan gigi dengan
menggunakan benang gigi) yang tidak benar, sehingga plak tetap ada
disepanjang garis gusi. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih
dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk karang gigi
(kalkulus flossing (benang gigi).
b) Obat-obat tertentu bias menyebabkan pertumbuhan gusi yang
berlebihan sehingga plak sulit dibersihkan dan terjadilah gingivitis.
Obat-obat tersebut adalah :
- Fenitoin (obat anti kejang
- Siklosporin (diminum oleh penderita yang menjalani pencangkokan
organ
- Calcium channel blocker (misalnya nifedipin, obat untuk
mengendalikan tekanan darah dan kelainan irama jantung)
- Pil atau suntukan KB
10
c) Kekurangan vitamin C bisa menyebabkan gingivitis, dimana gusi
meradang dan mudah berdarah.
d) Kekurangan Niasin (Pellagra) juga bias menyebabkan peradangan dan
pendarahan gusi, serta mempermudah terjadinya infeksi mulut.
b. Pengobatan
1. Jika penyebabnya adalah obat-obatan , maka pertumbuhan gusi yang
berlebihan harus diangkat dengan pembedahan.
2. Jika kekurangan vitamin C dan niasin, maka diberikan tambahan
vitamin.
2.6 HIGIENE MULUT KHUSUS
Beberapa klien memerlukan metode higiene mulut yang khusus karena
tingkat ketergantungan mereka pada perawat atau adanya masalah mukosa mulut.
Klien yang tidak sadar, klien ini lebih rentan terkena kekeringan sekresi air
liur pada mukosa yang tebal karena mereka tidak mampu untuk makan dan
minum, sering bernapas melalui mulut, dan seringkali memperoleh terapi oksigen.
Contoh melakukan perawatan mulut untuk klien yang tidak sadar atau
lemah, langkah-langkahnya :
1. Kaji adanya refleks muntah. Posisikan klien dalam posisi sims atau miring
dengan kepala diputar ke arah sisi yang terkena.
2. Jelaskan prosedur kepada klien.
3. Persiapkan peralatan yang diperlukan :
a. Larutan anti infeksi
b. Sikat gigi spons atau spatel lidah yang dibungkus kasa tunggal
c. Spatel lidah berbantalan
d. Handuk wajah
e. Mangkok piala ginjal
f. Handuk kertas
g. Gelas air dengan air dingin
h. Jeli larut air
i. Mesin penghisap portabel (tambahan) dengan kateter suksion
11
j. Sarung tangan sekali pakai
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sekali pakai.
5. Letakkan handuk kertas diatas meja temoat tidur dan atur peralatan.
Hidupkan mesin penghisap dan hubungkan selang ke kateter penghisap.
6. Tarik tirai tempat tidur atau tutup pintu ruangan.
7. Tinggikan tempat tidur pada tingkat horizontal tertinggi.
8. Pindahkan klien mendekati sisi tempat tidur dan dekat ke perawat.
9. Letakan handuk dibawah wajah klien dan mangkok piala ginjal di bawah
dagu.
10. Secara hati-hati retraksi gigi bagian atas dan bawah klien dengan spatel
lidah yang berbantalan dengan memasukan spatel dengan cepat tetapi
lembut diantara geraham belakang.
11. Bersihkan mulut menggunakan sikat atau spatel lidah yang dilembabkan
dengan anti infeksi dan air. Minta perawat kedua menghisap sekresi yang
mengumpul selama pembersihan. Bersihkan permukaan mengunyah dan
bagian dalam pertama kali. Bersihkan permukaan luar gigi. Usapkan
bagian dasar mulut dan sebelah dalam pipi. Secara lembut usap atau sikat
lidah tetapi hindari menstimulasi refleks muntah. Lembabkan lidi kapas
yang bersih dengan air untuk membilas. Ulangi membilas beberapa kali.
Isap semua sekresi yang tersisa.
12. Berikan jeli larut air tipis pada bibir .
13. Jelaskan bahwa prosedur telah selesai.
14. Letakan sarung tangan dan letakan pada tempat yang sesuai.
15. Atur kembali posisi klien yang nyaman.
16. Bersihkan peralatan dan kembalikan pada tempat yang sesuai.
17. Cuci tangan.
18. Inspeksi rongga mulut.
19. Catat prosedur.
Klien Diabetes. Kunjungan ke dokter gigi diperlukan setiap 3 atau 4 bulan.
Semua jaringan ditangani dengan lembut dengan meminimalkan trauma. Klien
harus diajarkan untuk mengikuti jadwal pembersihan yang sedikit kaku.
12
Klien Infeksi Mulut. Perawat memberitahukan dokter bila tanda infeksi
seperti ulserasi yang tertutupi, merah, kering, lidah yang bengkak, halitosis, lidah
yang berselaput terjadi.
Antibiotik topikal cair digunakan pada permukaan mukosa dengan spon
yang lembut atau dengan membuat klien membilas rongga mulut dengan
medikasi. Klien yang memakai gigi palsu harus melepaskan gigi palsunya dulu
sebelum menggunakan antibiotik topikal.
2.7 PENGGUNAAN FLUORIDA
Rozier dan Beck (1991) melaporkan ringkasan studi epidemioloogi yang
menunjukan bahwa pemberian fluor pada air minum telah memainkan peranan
penting dalam menurunkan karies gigi. Orang yang tidak memiliki air berflouride
dapat memperoleh fluoride dalam bentuk obat kumur, pasta gigi, atau suplemen.
Fluoridasi berlebihan menyebabkan perubahan warna pada email gigi.
Klien harus diberi nasihat untuk memperhatikan kondisi ini.
2.8 FLOSSING
Flossing gigi adalah penting untuk mengangkat plak dan tartar dengan
efektif diantara gigi. Flossing melibatkan insersi floss gigi yang berlilin atau tidak
tidak berlilin diantara semua permukaan gigi, satu persatu. Jika pasta gigi
digunakan pada gigi sebelum flossing maka fluorida akan masuk kontak langsung
dengan permukaan gigi, membantu mencegah terjadinya lubang. Membersihkan
dengan serat halus sehari sekali cukup. Membersihkan gigi dengan serat halus
paling mudah dilakukan segera setelah menggosok gigi.
13
2.9 PERAWATAN GIGI PALSU
Gigi palsu merupakan milik pribadi klien dan harus ditangani dengan hati-
hati karena mudah patah. Gigi palsu harus dilepas sebelum pergi tidur untuk
memberi istirahat pada gusi dan mencegah bakteri tumbuh dan mukosa meradang.
Untuk mencegah gigi palsu melengkung, maka harus disimpan di air apabila tidak
dipakai. Perawat selalu menyimpan gigi palsu di cangkir tertutup, diberi label
selama perendaman ataupun ketika gigi palsu sedang tidak dipakai.
Langkah-langkah perawat dalam membersihkan gigi palsu :
1. Tanyakan pada klien apakah gigi palsunya tidak pas dan apakah ada gusi
atau mukosa yang nyeri atau iritasi.
2. Jelaskan prosedur dan pastikan klien bahwa akan menggunakan praktik
pilihan pribadi.
3. Persiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan :
a. Sikat gigi berbulu lembut
b. Sikat gigi untuk gigi palsu
c. Mangkok piala ginjal atau wastafel
d. Detrifikasi gigi palsu atau pasta gigi
e. Gelas air (untuk air hangat dan dingin)
f. Kasa tunggal 4x4
g. Waslap
h. Cangkir plastik gigi palsu
i. Sarung tangan sekali pakai
4. Cuci tangan.
5. Atur bahan-bahan di meja tempat tidur atau dekat wastafel.
6. Isi mangkuk piala ginjal setengah penuh dengan air biasa atau letakan
waslap pada wastafel dan nyalakan air sampai terisi kurang lebih 2,5 cm.
7. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
8. Minta klien untuk melepas gigi palsu dan letakan gigi palsunya pada
mangkok piala ginjal.
9. Gunakan detrifikasi pada gigi palsu dan sikat permukaan gigi palsu.
10. Bilas gigi palsu dengan teliti dalam air biasa.
14
11. Kembalikan gigi palsu kepada klien atau simpan di dalam air biasa di
dalam secangkir plastik.
12. Kosongkan mangkok piala ginjal dan tambahkan air dingin yang segar.
13. Minta klien untuk berkumur dengan teliti.
14. Masukan kembali gigi palsu jika klien menginginkan atau biarkan klien
melakukan sendiri.
15. Buang sarung tangan pada tempat yang sesuai. Bersihkan dan simpan
bahan-bahan. Cuci tangan.
16. Tanya klien jika gigi palsu terasa nyaman.
17. Catat prosedur.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Higiene mulut yang baik termasuk, dan kelembaban struktur mulut.
Perawatan yang tepat dapat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi.
2. Higine mulut bertujuan agar klien memiliki mukosa yang terhidrasi
dengan baik.
3. Klien mampu melakukan sendiri perawatan higine mulut dengan benar.
4. Klien akan mencapai rasa nyaman dan memahami praktik higene mulut.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah.2004.Kebutuhan Dasar
Manusia:Jakarta.EGC.
Potter, Patricia A.2005.Fundamental Keperawatan:Jakarta.EGC.
17