prinsip dasar higiene industri
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan kerja merupakan hak semua pekerja. Kesehatan lingkungan kerja sering kali
dikenal juga dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien
Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
Selain itu Kegiatannya bertujuan agar tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat
lingkungan kerja diantaranya melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan
tindakan perbaikan yang mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang
mungkin dihadapi di lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan industri
yang mengerti tentang hygiene industri dan menerapkannya di lingkungan kerjanya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar hygiene industry?
2. Apa pengertian dan ruang lingkup hygiene industry?
3. Bagaimanakah profesi sebagai industrial hygienist?
4. Bagaimana kode etik profesinya?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip dasar hygiene industry
2. Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup hygiene industry
3. Untuk mengetahui profesi industrial hygienist
4. Untuk mengetahui kode etik profesi hygiene
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar Higiene Industri
I. Filosofi
Sebelum abad kedelapan belas (yaitu sebelum tahun 1911), konsep–konsep tentang
keselamatan dan kersehatan kerja belum terjamah , dan diterima secara luas dalam tahun–tahun
perang dunia. Organisasi keselamatan kerja pertama didunia diketemukan di Perancis pada tahun
1867, yang diiukti oleh Jerman pada tahun 1884, Belgia pada tahun 1890, dan Inggris pada tahun
1914–1918 selama perang, di Amerika Serikat didirikan pada tahun 1900. Pada 1939 organisasi
profesi higiene industri didirikan ‘’ American Industrial Hygiene Association (AIHA)’’, tahun
1946 didirikan organisasi yang menangani tentang kesehatan kerja dan dampak di lingkungan
kerja American Conference of Governmental Industrial Hygienists ACGIH), dan tahun 1959
AIHA dan ACGIH, mendirikan Dewan Industri “ American Board of Industrial Hygiene
(ABIH)” organisasi professional yang keanggotan bersifat sukarela. kualifikasi hygienists
industri, praktiksi higiene industri, dan yang telah memenuhi standar profesional yang ditetapkan
oleh Dewan Direksi.
Adapun dari setiap afiliasi profesional lainnya, ABIH Kode Etik (Kode) berlaku untuk:
masing-masing individu bersertifikat oleh ABIH sebagai Certified Industrial Higiene (CIH) atau
Certified Associate Higiene Industri (CAIH) (certificants), dan, masing-masing individu mencari
ABIH sertifikasi (calon). Dengan didirikan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), adalah
suatu badan yang bukan saja untuk pertukaran informasi untuk kepentingan keselamatan kerja,
tetapi juga berupa kegiatan-kegiatan untuk memberikan sumbangan terhadap penurunan jumlah
kecelakaan .
II.Prinsip Dasar Higiene Industri
Higiene industry, adalah perpanduan ilmu (science) dan seni (art), dalam usaha
mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi dan mengontrol faktor-faktor lingkungan yang
Page 2
timbul di/dari tempat kerja, yang mungkin mengakibatkan sakit, gangguan kesehatan atau rasa
kenyamanan dan menyebabkan menurunnya efisiensi kerja diantara para pekerja.
Kesehatan kerja ,menurut defenisi bersama antara “ ILO & WHO “ berisikan hal-hal
sebagi berikut :
(a) meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setingginya baik jasmani,
rohani, maupun sosial tenaga kerja dalam semua jabatan atau lapangan kerja.
(b) mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang ditimbulkan oleh kondisi kerja
(c) melindungi tenaga kerja dalam pekerjaan terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh
pekerjaan.,
(d) menempatkan tenaga kerja dalam suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan faal
badan dan rohaninya .
Keselamatan kerja , menurut America Society of safety and Engineering (ASSE)
diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang
ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja, dan (sesuai UU No.1 tahun 1970 ), adalah
keselamatan yang bertalian dengan mesin/alat, bahan baku, lingkungan tempat kerja, serta cara
melakuakan pekerjaan, yang bebas dari interaksi
Lingkungan Kerja : Area / ruang yang dipergunakan untuk aktivitas industri antara lain :
tempat/ ruang kerja, ruang/ tempat penyimpanan bahan baku hasil produksi, ruang/ tempat proses
berikut, dan semua benda-benda di sekitarnya, mesin dan bahan baku. Faktor-Faktor Lingkungan
Kerja adalah unsur-unsur dari lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan sakit, gangguan
kesehatan, ketidak nyamanan dan keselamatan dalam bekerja, sehinga mengakibatkan efisiensi
kerja menurun. Faktor-faktor lingkungan kerja yaitu, unsur fisika, kimia, biologi, dan ergonomi .
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah kadar suatu substansi dalam udara/tempat kerja yang
merupakan pedoman pengendalian, agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya dengan tidak
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan atau kenikmatan kerja dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu tidak boleh lebih 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
TLV (Threshold Limit Values), adalah kosentrasi air bone dari suatu subtansi
diudara/tempat kerja yang mana memapar tenaga kerja selama jam kerja secara berulang-ulang
setiap hari kerja, dianggap tidak menimbulkan dampak
Page 3
TLV- TWA (Time Weigthed Average) adalah kosentrasi rata-rata dari substansi
diudara/tempat kerja yang mana memapar para pekerja selama jam kerja, 8 jam per hari 40 jam
per minggu, dianggap tidak menimbulkan dampak. ..
B. Pengertian dan Ruang Lingkup
HI adalah ilmu dan seni untuk memelihara kesehatan melalui Pengenalan, penilaian,
pengawasan terhadap penyebab –penyebab lingkungan dan sumber sumber penyakit (potensial
hazard), Dan perancangan peniadaan atau pengawasan . (Patty Frank A : Preface Industrial
Hygiene and Toxicologi , Volume 1. New York Interscience Publisher, Inc, 1948, P.VI)
H Perusahaan : adalah spesialisasi dalam higene beserta prakteknya Yang dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan
perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif
kepada lingkungan , bila perlu pencegahan agar tenaga kerja dan masyarakat sekitar suatu
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan
yg optimal.JELAS, sifat-sifat Higiene Perusahaan : Sasaran adalah lingkungan kerja dan bersifat
teknik.(Suma’mur P.K: Higiene perusahaan dan kesehatan Kerja, Jakarta, PT Gunung Agung,
1975, hal.1).
Object dari HI adalah melindungi kesehatan tenaga kerja di Tempat Kerja, Disamping itu
juga melindungi tenaga kerja dari penyakit-penyakit Industri. Ruang Lingkup HI :
Lingkungan Kerja,
Kepadatan yg berlebihan
Jam Kerja
Masa Istirahat
Rotasi Kerja
Tenaga Kerja anak & Wanita
Ganti Rugi
Pelayanan
Pemeriksaan Fisik
Personal Hygiene, Kes. Jiwa
(Rosenau, M.J. Preventive Medicine and Hygiene , 6 th ed New York Appleteon
Century, 1935, p. 1261).
Page 4
Ruang lingkup hygiene industry merupakan sekuen atau urutan langkah atau metode
dalam implementasi HI,dimana urutan tidak bisa dibolak balik dan merupakan suatu siklus yang
tidak berakhir (selama aktivitas industry berjalan).
Ruang lingkup hygiene industry terdiri dari :
1) Antisipasi
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko di tempat
kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan higiene industri di tempat kerja. Adapun
tujuan dari anntisipasi adalah :
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi bahaya dan
risiko yang nyata
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan atau suatu area
dimasuki
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses dijalankan atau
suatu area dimasuki
Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :
Pengumpulan Informasi
Melalui studi literature
Mempelajari hasil penelitian
Dokumen-dokumen perusahaan
Survey lapangan
Analisis dan diskusi
Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
Pembuatan Hasil
Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi bahaya dan risiko yangndapat
dikelompokkan:
Berdasarkan lokasi atau unit
Berdasarkan kelompok pekerja
Berdasarkan jenis potensi bahaya
Berdasarkan tahapan proses produksi dll
2) Rekognisi
Page 5
Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali suatu bahaya lebih detil
dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan
suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan. Di mana dalam rekognisi ini kita
melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis,
ukuran (partikel), jenis, kandungan atau struktur, sifat, dll .
Adapun tujuan dari rekognisi adalah :
o Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek, severity,
pola pajanan, besaran)
o Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
o Mengetahui pekerja yang berisiko
3) Evaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran, pengambilan sampel
dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan
kerja secara kuantitatif dan terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang
berlaku, sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya
korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta sekaligus
merupakan dokumen data di tempat kerja.
Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
Untuk mengetahui tingkat risiko
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik
4) Pengontrolan
Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan:
Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta menghentikan
semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
Page 6
Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan
mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah beberapa
peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik bahan baku yang
diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan potensi bahayanya.
Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan
menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari
pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada faktor
lingkungan kerja selain pekerja
- Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.,
- Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya,
- Proses kerja ditempatkan terpisah,
- Menempatan ventilasi local/umum.
- Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
- Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
- Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
Jenis-jenis alat pelindung diri
Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh yang
berpotensi terkena resiko dari bahaya.
- Mata
Sumber bahaya: cipratan bahan kimia atau logam cair, debu, katalis powder,
proyektil, gas, uap dan radiasi. APD: safety spectacles, goggle, faceshield, welding
shield.
-Telinga
Sumber bahaya: suara dengan tingkat kebisingan lebih dari 85 dB.
APD: ear plug, ear muff, canal caps.
- Kepala
Sumber bahaya: tertimpa benda jatuh, terbentur benda keras, rambut terlilit benda
berputar. APD: helmet, bump caps.
- Pernapasan
Page 7
Sumber bahaya: debu, uap, gas, kekurangan oksigen (oxygen defiency).
APD: respirator, breathing apparatus
- Tubuh
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan bahan kimia atau
logam cair, semburan dari tekanan yang bocor, penetrasi benda tajam, dust
terkontaminasi.
APD: boiler suits, chemical suits, vest, apron, full body suit, jacket.
- Tangan dan Lengan
Sumber bahaya: temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat, sengatan
listrik, bahan kimia, infeksi kulit. APD: sarung tangan (gloves), armlets, mitts.
- Kaki
Sumber bahaya: lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan
bahan kimia dan logam cair, aberasi. APD: safety shoes, safety boots, legging, spat.
Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja(occupational
health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia, factor biologi, factor ergonomic
dan factor psikologi.
1. Bahaya Fisik :
Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas,
getaran, radiasi dsb
- Kebisingan
Kebisingan mempengaruhi kesehatan antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada
indera pendengaran sampai kepada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti
bahwa in tensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi
kesehatan (pendengaran) adalah diatas 60 dB. Oleh sebab itu para karyawan yang
bekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin diatas 60 dB maka harus dilengkapi
dengan alat pelindung (penyumbat) telinga guna mencegah gangguan pendengaran.
Disamping itu kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi.
- Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang di lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja
karena mengganggu pelaksanaan pekerjaan tetapi juga menimbulkan kesan kotor.
Page 8
Oleh karena itu penerangan dalam lingkungan kerja harus cukup untuk menimbulkan
kesan yang higienis. Disamping itu cahaya yang cukup akan memungkinkan pekerja
dapat melihat objek yang dikerjakan dengan jelas dan menghindarkan dari kesalahan
kerja. Akibat dari kurangnya penerangan di lingkungan kerja akan menyebabkan
kelelahan fisik dan mental bagi para karyawan atau pekerjanya. Gejala kelelahan
fisik dan mental ini antara lain sakit kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi dan kecepatan berpikir. Disamping
itu kurangnya penerangan memaksa pekerja untuk mendekatkan matanya ke objek
guna memperbesar ukuran benda.
Untuk mengurangi kelelahan akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan
dengan objek dan umur pekerja ini dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :
Perbaikan kontras dimana warna objek yang dikerjakan kontras dengan latar
belakang objek tersebut. Misalnya cat tembok di sekeliling tempat kerja harus
berwarna kontras dengan warna objek yang dikerjakan.
Meningkatkan penerangan, sebaiknya 2 kali dari penerangan diluar tempat kerja.
Disamping itu di bagian-bagian tempat kerja perlu ditambah dengan dengan
lampu-lampu tersendiri.
Pengaturan tenaga kerja dalam shift sesuai dengan umur masing-masing
tenagakerja. Misalnya tenaga kerja yang sudah berumur diatas 50 tahun tidak
diberikan tugas di malam hari.
- Getaran
Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti:
frekuensi, amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau
intermitten.Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan
efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan
gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ”
vibration-induced white fingers”(VWF).
Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem
saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit
tulang belakang.
Page 9
2. Bahaya Kimia
Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
- Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat
dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang
paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
- Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa
menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan
yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )
Contoh : Kulit ( asam, basa,pelarut, minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts,
amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
- Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem tubuh.
Contoh :
Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
3. Faktor biologi
Dimana pun Anda bekerja dan apa pun bidang pekerjaan Anda, faktor biologi merupakan
salah satu bahaya yang kemungkinan ditemukan ditempat kerja. Maksudnya faktor biologi
eksternal yang mengancam kesehatan diri kita saat bekerja. Namun demikian seringkali luput
dari perhatian, sehingga bahaya dari faktor ini tidak dikenal, dikontrol, diantisipasi dan
cenderung diabaikan sampai suatu ketika menjadi keadaan yang sulit diperbaiki. Faktor biologi
ditempat kerja umumnya dalam bentuk mikro organisma sebagai berikut :
Bakteri : Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang
(basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk,
makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang
Page 10
yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus,
thypoid, cholera, dan sebagainya
Virus : Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 – 300 nano meter. Virus
tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh
penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
Jamur : Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek
karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari
organisme atau hewan lain.
Mikroorganisme penyebab penyakit di tempat kerja
Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin ditemukan di
tempat kerja, diantaranya :
Daerah pertanian :
Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja dapat terinfeksi
oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau
keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) :
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri
penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan
lainnya seperti Pneumonia.
Daerah peternakan : terutama yang mengolah kulit hewan serta produk-produk dari
hewan. Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini misalnya :
Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, Brucellosis,
Infeksi Salmonella.
Di Laboratorium : Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi,
terutama untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang
megandung organisme pathogen
Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami. Para
pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier
fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme
yang hidup pada air yang terdapat pada system pendingin, Legionnaire disease penyakit
Page 11
yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja
dengan usia lanjut.
4. Faktor ergonomic
Faktor bahaya fisologis adalah potensi bahaya yang berasal atau disebabkan oleh
penerapan ergonomic yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma – norma ergonomic yang
berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk sikap dan cara kerja yang
tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja atau ketidakserasian antara manusia dan mesin.
5. factor psikososial
Factor psikososial adalah potensi bahaya psikososial yang ditimbulkan oleh kondisi aspek
– aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian, seperti
: penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen, atau pendidikannya, system seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai,
kurangnya keterampilan tenaga kerja dlam melakukan pekerjaannya
C. Profesi Industrial Hygienist
Seorang Industrial hygienist adalah detektif, sebab kita diharuskan mengetahui informasi
lebih mengenai bahaya-bahaya di dalam tempat kerja. Monitor lingkungan kerja dan
menganalisa metodenya yang nanti digunakan untuk menganalisa dampaknya terhadap pekerja
yang terpajan.
Yang dapat dilakukan oleh seorang Industrial Hygienist adalah menerapkan ilmu Medical
Scientist, Detective, dan Engineer. Pengetahuan yang luas mengenai ilmu kesehatan sangat
membantu seorang Industrial Hygienist dalam memandang permasalahan di tempat kerja.
Analisa bahaya di tempat kerja merupakan tahap pertama terpenting dari seorang
Industrial Hygienist untuk mengetahui potensi bahaya di tempat kerja terhadap pekerja.
Pengenalan lapangan kerja yang merupakan daerah tanggung jawab Kita harus dikontrol setiap
waktu, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi di area kerja dapat termonitor setiap saat.
Dalam memonitor lingkungan kerja, selain lingkungan fisik, perlu juga dilakukan
monitoring terhadap para pekerja dengan melakukan interview untuk menanyakan apakah ada
Page 12
isu-isu kesehatan yang terjadi di areanya. Sebelumnya kita harus memberikan informasi
kedatangan Kita kepada Foreman atau Supervisor yang berwenang di area tersebut. Sehingga
apabila ditemukan hal-hal yang substandard bisa dilakukan klarifikasinya kepada mereka. Ini
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan informasi antara kondisi lapangan dengan keterangan dari
mereka.
Selama proses menganalisa seorang Industrial Hygienist melakukan:
Mengidentifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi, permasalahan-
permasalahan kerja serta resikonya. Menganalisa kondisi-kondisi yang dapat diukur
untuk mencari permasalan yang timbul.
Mengembangkan strategi sampling dan menggunakan peralatan-peralatan sampling yang
dimiliki untuk mengukur seberapa besar sumber bahaya di tempat kerja.
Melakukan pengamatan terhadap bagaimana dampak sumber-sumber bahaya kimia dan
fisika dapat mempengaruhi kesehatan pekerja dengan melakukan pengukuran.
Membandingkan hasil sampling dengan standart atau petunjuk yang relevan untuk
menentukkan apakah pengontrolan khusus diperlukan.
Setiap tempat kerja tentunya memiliki bahaya-bahaya yang dapat mengancam kesehatan
dan keselamatan pekerja dalam waktu singkat maupun jangka panjang. Tugas seorang IH adalah
memastikan pekerja terbebas dari bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja.
Bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja dalam scoop IH dapat dibagi menjadi:
1. Bahaya Fisik : Kebisingan, Temperature ekstrim (Heat Stress), Vibrasi (HAV/WBV), dll
2. Bahaya Kimia: Dust, Vapor, Mist, Fume, Asbestos, dll
3. Bahaya Radiasi : Non-ionizing radiation, IR, RF, dll
4. Ergonomi : Working position, ilumination, dll
5. Bahaya Biologi : Jamur,bakteri, virus, dll
6. Bahaya Psikologis
Dari ke enam bahaya-bahaya tersebut, seorang IH ditantang untuk mengevaluasi dan
mengendalikan secara profesional. Oleh karena itu terkadang IH akan terlibat untuk
mempelajari: Asbestos, Bio-safety, Biological Monitoring, Confined space, Lead, Emergency
Response,Exposure assessment, IAQ, Toksikologi, dan banyak lagi.
Page 13
Untuk saat ini di Indonesia untuk mendapatkan sertifikasi IH, rekan-rekan tentunya harus
mengikuti Training dan Sertifikasi yang diselenggarakan oleh Majelis Hygiene Industri
Indonesia (MHII).
1. Ahli higiene industriharus mempraktekkan profesi mereka sesuai prinsip-prinsip ilmiah
yang diakui dengan realitas bahwa hidup, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat
mungkin tergantung pada pertimbangan profesional mereka dan bahwamereka
berkewajiban untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan orang.
2. Ahli higiene industriharus memberitahukan pihak-pihak mengenai potensi resiko
kesehatan dan pencegahan diperlukan untuk menghindari efek yang merugikan kesehatan
berdasarkan fakta yang didapat.
3. Ahli higiene industriharus menjaga rahasia pribadi dan informasi bisnis yang diperoleh
selama pelaksanaan kegiatan kebersihan industri, kecuali jika diperlukan oleh hukum
atau dengan pertimbangan utama kesehatan dan keselamatan.
4. Ahli higiene industriakan menghindari situasi dimana suatu kompromi penilaian
profesional atau konflik kepentingan mungkin terjadi.
5. Ahli higiene industriakan melakukan layanan hanya di bidang kompetensi mereka.
6. Ahli higiene industriharus bertindak secara bertanggung jawab untuk menegakkan
integritas profesi.
7. Ahli higiene industri harus memiliki sertifikat, lisensi atau dokumen pendaftaran
diperlukan oleh pemerintah nasional atau lokal yang kompeten sebelum bekerja di bidang
kebersihan kerja, di mana hal tersebut diperlukan.
D. Kode etik profesi Kesehatan Kerja
Pelaksanaan upaya kesehatan kerja dengan subjek manusia tersebut memerlukan etika,
karena ada unsur HAM yang harus dihormati dan dijaga. Etika kesehatan kerja tidak persis sama
dengan etika kedokteran, karena: (1) tanggung jawab profesi kesehatan kerja yang kompleks
terhadap pekerja, pemberi kerja, lembaga terkait kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan
hukum; (2) profesi kesehatan kerja terdiri dari banyak individu yang berasal dari berbagai
disiplin ilmu; dan (3) pendekatan multidisiplin dengan latar belakang yang bervariasi.
Di Indonesia, kode etik yang terkait dengan kesehatan kerja telah disusun oleh beberapa
organisasi profesi, antara lain: 1) Kode Etik Dokter Kesehatan Kerja disusun IDKI (1999). 2)
Page 14
Kode Etik Spesialis Kedokteran Okupasi disusun PERDOKI (2004). 3) Di tingkat internasional,
kode etik pertama profesi kesehatan kerja dipublikasi oleh ICOH pada tahun 1992 dan direvisi
pada tahun 2002. Kode etik ini relevan bagi profesional yang bertugas di perusahaan, sektor
swasta/ umum, berkaitan dengan K3, hygiene dan lingkungan kerja. Kode etik tersebut juga
berlaku bagi individu/ organisasi pelayanan K3 terhadap pelanggan dan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat atau komersial.
Prinsip etika dan nilai dalam kode etik ICOH tersebut mencakup: 1) Kesehatan kerja
bertujuan memberikan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan sosial bagi pekerja, individu atau
kelompok. Praktik kesehatan kerja harus berdasarkan standar tertinggi profesi dan prinsip etika.
2) Kebijakan dan program kesehatan kerja melindungi kehidupan & kesehatan pekerja,
menjunjung HAM dan etika Berintegritas, tidak apriori, menjaga kerahasiaan data dan privacy
pekerja. 3) Bebas berkarya sebagai ahli dalam menjalankan fungsi kesehatan kerja. Mendapatkan
dan menjaga kompetensi serta kondisi yang diperlukan dalam menjalankan tugas sesuai praktik
yang baik dan etika profesi.
Page 15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Higiene industry, adalah perpanduan ilmu (science) dan seni (art), dalam usaha
mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi dan mengontrol faktor-faktor lingkungan
yang timbul di/dari tempat kerja, yang mungkin mengakibatkan sakit, gangguan
kesehatan atau rasa kenyamanan dan menyebabkan menurunnya efisiensi kerja diantara
para pekerja.
Ruang lingkup higiene indutri meliputi : (a) antisipasi dan rekognisi (debu, gas, uap,
logam berat, non logam, vapor, fume, asap, panas, getaran, ioniasing radiation, tekanan,
suhu, listrik, bising, pencahayaan, dan gelombang elektromagnitik) (b) evaluasi (konsep
identifikasi dan penilaian resiko, sampling partikel, samling gas dan uap), dan (c) kontrol
(Hirarki Kontrol, ventilasi, dan alat pelindung diri)
Ruang lingkup faktor- faktor lingkungan kerja di industri terdiri dari : (a) faktor fisik
(panas, cahaya, noise, vibrasi, ioniasing radiation, debu, tekanan, suhu, listrik, gelombang
elektromagnitik, dll ), (b) faktor kimia ( logam berat, non logam, gas, vapor, uap, fume,
asap , dll), (c) factor biologie ( jamur, bakteri, dll), dan (d) factor ergonomi.
Di Indonesia, kode etik yang terkait dengan kesehatan kerja telah disusun oleh beberapa
organisasi profesi, antara lain: 1) Kode Etik Dokter Kesehatan Kerja disusun IDKI
(1999). 2) Kode Etik Spesialis Kedokteran Okupasi disusun PERDOKI (2004). 3) Di
tingkat internasional, kode etik pertama profesi kesehatan kerja dipublikasi oleh ICOH
pada tahun 1992 dan direvisi pada tahun 2002
B. Saran
Dengan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa sebagai calon ahli k3 dan akan
bekerja di bidang hygiene industry dapat memahami dan mengenal bidang kerjanya.
Page 16
DAFTAR PUSTAKA
http://latar.blog.esaunggul.ac.id/2012/06/01/dasar-dasar-higiene-industri/
http://media.kompasiana.com/buku/2012/04/17/makalahq-higiene-industry-455253.html
idki.org
http://nuisyeutea.blogspot.com/2010/04/konsep-dasar-kesehatan-keselamatan.html
Page 17