higiene vs penyakit kulit.docx

40
BAB I PENDAHULUAN Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis sehingga mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur. Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%. Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum. Selain itu penyakit kulit juga dapat muncul akibat kurangnya higiene diri dan sanitasi lingkungan. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Higiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena erat kaitannnya. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Proses perjalanan suatu penyakit terjadi dimulai sejak adanya gangguan keseimbangan antara penyakit, manusia, dan lingkungan sehingga dapat terjadi suatu kesakitan termasuk penyakit kulit. Penyakit infeksi kulit banyak ditemukan di kalanagan penduduk di daerah beriklim panas dan lembab dengan higiene 1

Upload: ferdana2003

Post on 03-Jan-2016

121 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia

beriklim tropis sehingga mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur.

Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat

ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang

terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%.

Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum.

Selain itu penyakit kulit juga dapat muncul akibat kurangnya higiene diri dan sanitasi

lingkungan.

Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan

subjeknya yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta

lingkungan tempat orang tersebut berada. Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit yang

menitikberatkan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Higiene dan sanitasi tidak

dapat dipisahkan satu sama lain karena erat kaitannnya.

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Proses perjalanan

suatu penyakit terjadi dimulai sejak adanya gangguan keseimbangan antara penyakit,

manusia, dan lingkungan sehingga dapat terjadi suatu kesakitan termasuk penyakit kulit.

Penyakit infeksi kulit banyak ditemukan di kalanagan penduduk di daerah beriklim

panas dan lembab dengan higiene dan sanitasi lingkungan yang buruk. Umumnya penderita

penyakit kulit ini banyak ditemukan pada anak-anak dari pada orang dewasa

Sikap seseorang dalam melakukan higiene personal dipengaruhi oleh sejumlah faktor

antara lain: Budaya, Status sosial ekonomi, Agama, Tingkat pengetahuan dan perkembangan

individu, Status kesehatan, Kebiasaan, dan Cacat jasmani.

Bila higiene dan sanitasi lingkungan sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan

lingkungan, maka kemungkinan terjadinya penyakit kulit relatif kecil.

1

Page 2: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

BAB II

INFEKSI JAMUR

Penyakit Kulit karena Jamur

Penyakit kulit karena jamur ini biasanya disebut sebagai mikosis. Jamur

menimbulkan penyakit dan menjadi patogen terhadap manusia ila disertai adanya

faktor predisposisi dan faktor pencetus. Faktor predisposisi tersebut antara lain adalah

kelembaban karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh baju, orang sakit

yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada oran gemuk, imunitas rendah baik

karena penyakit (DM, kurang gizi) maupun karena pengobatan (kortikosteroid,

sitostatik).

Mikosis dapat diklasifikasikan menjadi mikosis profunda dan superficialis.

Mikosis superfisialis dibagi menjadi dua yaitu dermatofitosis (Tinea) dan

nondermatofitosis (ptiriasis versicolor, kandidosis).

a. Dermatofitosis

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,

misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan

golongan jamur dermatofita berfilamen (Trychophyton, Mycrosporum,

Epydermophyton). Disebut juga sebagai tinea, ringworm, kurap, teigne.

Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam

jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke

dalam jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhan jamur

dengan pola radial pada stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit sirsinar

dengan batas yang jelas an meninggi yang disebut ringworm.

Lokasi dermatofitosis dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terkena, yaitu

tinea kapiis (skalp, rambut, alis, bulu mata), tinea korporis (badan), tinea kruris

(genitokrural sampai bokong, pubis, paha atas medial), Tinea manum (tangan dan

telapak tangan), tinea pedis (kaki dan telapak kaki), dan tine unguium (kuku).

Gambaran klinis berviaiasi bergantung pada lokasi kelainan, respon imun

seluler pasien terhadap penyebab, serta jenis spesies dan galur penyebab. Morfologi

khas yaitu kelainan yang berbatas tegas, terdiri atas bermacam-macam efloresensi

(polimorfi), bagian tepinya lebih aktif. Gejala lainnya adalah adanya rasa gatal.

2

Page 3: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH

dengan bahan yang diambil dari kerokan kulit, rambut dan kuku yang ditetesi KOH

20% kemudian dilihat dibawah miksroskop. Pada sediaan kulit dan kuku yang terluha

adalah hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan bercabang, maupun spora

berderet (artospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati. Pada sediaan

rambut yang dilihat adalah mikrospora dan makrospora. Spora dapat tersususn di luar

rambut (ektotriks) atau di dalam rambut (endotriks).

Gambar 6. Pemeriksaan KOH dermatofita dengan mikroskop

Pengobatan pada tinea bertujuan untuk menyembuhkan penyakit (ditandai

dengan hilangnya gejala klinis dan pemeriksaan mikologi negetif), mencegah

perkembangan penyakit menjadi kronis, dan mencegah kekambuhan. Strategi

pengobatan meliputi:

1. Diagnosis yang tepat

2. Menghilangkan atau mencegah faktor predisposisi

3. Menghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan, tanah maupun benda

di sekeliling yang mengandung elemen jamur.

4. Pemilihan obat yang tepat. Obat yang biasa diberikan baik secara sistemik maupun

topikal seperti griseofulvin, golongan azol (ketokonazol), dan derivat alilamin

(terbinafin)

3

Page 4: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Gambar 7. Dermatofitosis

Tinea Pedis

Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya elemen hifa dari

jamur yang mampu menginfeksi kulit. Skala desquamasi kulit bisa terinfeksi di lingkungan

selama berbulan-bulan atau tahun. Oleh karena itu transmisi bisa terjadi dengan kontak tidak

langsung lama setelah infeksi terjadi.

Bahan seperti karpet yang kontak dengan kulit vektor sempurna. Begitu, transmisi

dermatophytes suka Trichophyton rubrum, T. interdigitale dan Epidermophyton floccosum

yang biasnya pada kaki. infeksi di sini sering kronis dan tidak menimbulkan keluhan selama

beberapa tahun dan hanya ketika menyebar kebagian lain, biasanya di kulit.

 Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)

Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering menyebabkan tinea

unguium.

Dermatofita jenis unguium digolongkan menjadi dua bagian utama: (1). Superficial white-

onycomycosis yang menempel atau membuat lubang pada permukaan kuku. (2). Invasif,

subungual dermatofita yang lateral dari proximal atau pun distal. Diikuti dengan menetapnya

infeksi pada dasar kuku. Onycomycosis subungual distal adalah bentuk umum dari

4

Page 5: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

onycomycosis dermatofita. Jamur menyerang bagian distal bantalan jari yang menyebabkan

hiperkeratosis dari bantalan kuku dengan onycolisis dan menyebabkan penebalan lempeng

kuku.

Seperti namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian lateral kuku dan sering

menyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada onycomycosis subungual proximal jamur

menginvasi kebawah kutikula dan menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal karena

spot yellow-white akan menyerang lunula terlebih dahulu kemudian meluas ke lempeng

kuku.

Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of the groin)

Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.

Kelainan ini dapat bersifat akut ataupun menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang

berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat berbatas pada daerah genito-krural saja, atau

meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh

yang lain.

Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada

tepi lebih nyata daripada daerah di tengahnya. Fluoresensi terdiri atas bermacam-macam

bentuk yang primer dan sekunder (polimorfik). Bila menahun dapat disertai bercak hitam dan

bersisik. Erosi dan keluarnya cairan terjadi akibat garukan. Dan tinea kruris merupakan

bentuk klinis tersering di Indonesia.

Dermatofit T rubrum menjadi penyebab yang paling umum untuk tinea cruris. T rubrum

menjadi dermatofit yang lazim 90% dari kasus tinea cruris, diikuti T tonsurans ( 6%) dan T

mentagrophytes ( 4%). Organisme lain, termasuk E floccosum dan T verrucosum,

menyebabkan suatu kondisi klinis yang serupa. Infeksi T rubrum dan E floccosum lebih

cenderung untuk menjadi kronis dan non-inflamatori, sedangkan infeksi oleh T

mentagrophytes sering dihubungkan dengan suatu presentasi klinis merah, menyebabkan

peradangan akut.

Agen yang pada umumnya menyebabkan tinea kruris antara lain: T. rubrum, T. interdigitale

dan E. floccosum.

Tinea kapitis

5

Page 6: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies

dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan

kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Ada tiga bentuk

tinea kapitis:

1. Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus

microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah

yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat

dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak

berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut dengan

pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh jamur dan

menyebabkan alopesia setempat. Tempat-tempat terlihat sebagai gray patch, yang pada klinik

tidak menunjukan batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu wood terlihat

fluoresensi hijau kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch

tersebut. Tinea kapitis disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda

peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.

2. Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum canis

(Mulyono, 1986). Bentuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa

pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya. Kelainan ini

menimbulkan jaringan parut yang menetap.

3. Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh

Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum (Mulyono, 1986). Gambaran klinis

berupa terbentuknya titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi

tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam.

Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis

(Siregar, 2005).

Tinea korporis

Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous skin).

1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atu lonjong, berbatas tegas terdiri

dari eritema, squama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul ditepi. Daerah tengah

biasanya tenang. Kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya

6

Page 7: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Dapat terlihat sebagai lesi dengan

tepi polisiklik, karena beberapa lesi kulit menjadi satu.

2. Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya tidak terlihat lagi.

Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada

sela paha. Dalalm hal ini disebut tinea korporis et kruris atau sebaliknya tinea kruris et

korporis. Bentuk menahun dari trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan

tinea unguium.

3. Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton concentricum disebut

tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan

menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses

ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-

lingkaran berskuama yang kosentris.

4. Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa atau favus.

Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna

merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai

ukuran. Krusta tersebut biasanya tembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat

terlihat dasar yang cekung merah dan membasah. Rambut tidak berkilat lagi dan terlepas.

Bila tidak diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak.

Berlainan dengan tinea korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh

pada usia akil balik. Biasanya tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus. Tiga

spesies dermatofita yang menyebabkan favus, yaitu trichophyton schoenleini, trichophyton

violaceum, dan microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak tidak

bergantung pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat

kebersihan, umur, dan ketahanan penderita penderita.

2.1 Definisi Higiene & Sanitasi

Higiene personal adalah upaya yang dilakukan individu dalam memelihara kebersihan

dan kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental. Sanitasi adalah usaha pencegahan

penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Higiene & Sanitasi

7

Page 8: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Tidak ada dua orang yang sama dalam melakukan perawatan kebersihan diri karena

manusia itu unik. Sikap seseorang dalam melakukan higiene personal dipengaruhi oleh

sejumlah faktor antara lain:

1. Budaya

Kepercayaan budaya individu dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan higienis.

Sejumlah mitos yang berkembang di masyarakat menjelaskan saat individu sakit ia

tidak boleh dimandikan karena akan memperparah penyakitnya.

2. Status sosial ekonomi

Untuk melakukan higiene personal yang baik dibutuhkan sarana dan prasarana yang

memadai, misalnya kamar mandi, peralatan dan perlengkapan mandi (sampo, sabun

mandi, sikat gigi, pasta gigi). Semua membutuhkan biaya. Masyarakat juga harus

menentukan apakah dapat menyediakan bahan-bahan tersebut dan juga menentukan

apakah produk-produk tersebut merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang

digunakan oleh mereka. Dengan kata lain bahwa sumber keuangan individu akan

berpengaruh pada kemampuannya mempertahankan higiene personal yang baik.

3. Agama

Agama juga berpengaruh pada keyakinan individu dalam melaksanakan kebiasaan

sehari-hari. Misalnya agama islam diperintahkan untuk mejaga kebersihan karena

kebersihan adalah sebagian dari iman. Hal ini akan mendorong individu untuk

mengingat pentingnya kebersihan diri bagi kelangsungan hidup.

4. Tingkat pengetahuan dan perkembangan individu

Pengetahuan tentang pentingnya higiene personal dan implikasinya bagi kesehatan

mempengaruhi praktek higiene seseorang. Penting untuk diketahui bahwa berbekal

pengetahuan tidak cukup bila tidak dibarengi dengan motivasi individu/ masyarakat

untuk memelihara higiene personal. Kedewasaan seseorang akan memberikan

pengaruh tertentu pada kualitas orang tersebut, karena pengetahuan penting dalam

meningkatkan status kesehatan individu. Misalnya: agar terhindar dari penyakit kulit

kita harus mandi dengan bersih setiap hari.

5. Status kesehatan

Kondisi sakit atau cedera akan menghambat kemampuan individu dalam melakukan

perawatan diri. Hal ini akan berpengaruh pada tingkat kesehatan individu. Individu

akan semakin lemah yang pada akhirnya jatuh sakit.

6. Kebiasaan

8

Page 9: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Berhubungan dengan kebiasaan individu dalam menggunakan produk-produk

tertentu, keinginan serta pilihan mereka dalam melakukan perawatan diri dan

bagaimana cara melakukan higiene personal. Misalnya: pasien DM harus berhati-hati

menjaga kakinya agar tetap bersih sehingga terhindar dari resiko infeksi. Kebiasaan

tidur beramai-ramai dalam satu kamar tidur atau terlalu padat penghuni adalah

kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena dapat menularkan penyakit dengan cepat.

Biasanya bila salah seorang menderita batuk dan pilek maka semua yang tidur

bersama-sama dengan orang tersebut akan tertular sakit batuk dan pilek. Penyakit-

penyakit lain yang dapat menular akibat tidur ramai-ramai yaitu sakit mata, kulit,

batuk darah (TB).

7. Cacat jasmani

Kondisi cacat jasmani dan gangguan mental menghambat kemampuan individu untuk

melakukan perawatan diri secara mandiri.

2.3

9

Page 10: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

BAB III

PERENCANAAN

Upaya pencegahan terjadinya infeksi jamur khususnya tinea capitis et corporis saya sudah melakukan penyuluhan dan topik yang saya angkat adalah indikator PHBS

Rumah sehat

Memiliki sebuah rumah yang sehat serta membuat nyaman bagi seluruh pemilik dan

anggota keluarga tentunya akn menjadi dambaan dan impian bagi setiap keluarga. Karena

dengan adanya rumah yang telah memenuhi kriteria rumah sehat akan bisa meningkatkan

derajat kesehatan seluruh anggota keluarga yang ada dalam rumahnya.

Karena rumah yang telah mempunyai ciri rumah yang sehat akan bisa juga termasuk

dalam cara mencegah penularan penyakit dalam lingkungan kehidupan sebuah keluarga.

Karena kehidupan dalam rumah adalah sebuah kehidupan yang banyak dilalui dengan

aktifitas sehari-hari oleh seluruh anggota keluarga.

Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak sehat dapat menyebabkan dan

menularkan penyakit bagi penghuninya, seperti sakit batuk-batuk, pilek, sakit mata, demam,

sakit kulit, maupun kecelakaan.

Gambar 1. Rumah Sehat

Sebelum kita membangun rumah, tentunya kita juga memikirkan bagaimana tata letak

rumah yang sehat dalam setiap bagiannya, baik itu dalam segi ruangan tamu, ruangan kamar

yang sehat, bagaimana menciptakan dapur yang sehat, kamar mandi yang sehat serta semua

lingkungan rumah agar bisa membuat suasana yang menyenangkan dan menyehatkan bagi

seluruh anggota keluarga yang mendiaminya.

10

Page 11: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tempat tinggal yang kita diami dan

tinggali memenuhi syarat dan kriteria rumah sehat serta jauh dari segala hal yang berkaitan

dengan penyakit maka berikut ini adalah hal yang perlu dilakukan :

1. Ventilasi Sirkulasi Pertukaran Udara Lancar. Udara yang bersih adalah hal yang

penting yang harus ada dalam sebuah rumah yang sehat. Karena kebutuhan pokok

manusia salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan oksigen yang baik dan ini bisa

kita dapatkan dan penuhi bila rumah kita memiliki ventilasi yang baik serta cukup

untuk pertukaran udara. Dan ini juga termasuk dalam hal pemenuhan syarat rumah

sehat yang harus dimiliki sebuah tempat tinggal untuk keluarga.

2. Kebersihan Rumah. Kita ketahui bersama bahwa kebersihan adalah sebagian dari

iman dan kebersihan adalah juga merupakan pangkal kesehatan. Sehingga bila kita

mengidamkan sebuah tempat tinggal yang sehat tentunya harus bisa memenuhi

standar bersih dan sehat bagi sebuah rumah. Sistem bangunan yang dimiliki tersebut

bisa memungkinkan agar rumah bisa menjadi bebas kotoran, debu, asap serta

kontaminan lainnya yang bisa berefek terhadap kesehatan.

3. Persediaan Air Bersih Yang Tercukupi. Kebutuhan pokok manusia yang lainnya

adalah pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Sehingga rumah sehat juga diharapkan

mempunyai sarana dan prasana dalam penyediaan air bersih yang mencukupi untuk

kebutuhan seluruh anggota keluarga.

4. Lingkungan Rumah Yang Aman. Lingkungan tempat tinggal dan juga lingkungan

masyarakat tempat kita tinggal perlu juga memenuhi syarat dan standar keamanan

yang baik. Bila kaitannya dengan rumah maka ketika akan membangun sebuah rumag

perlu dipikirkan konsep rumah yang aman dan sehat pula. Rumah hendaknya

dibangun dengan bentuk, fungsi, dan peralatan yang aman bagi seluruh penghuni

keluarga. Konsep ergonomis di setiap piranti hendaknya juga dipikirkan dengan baik

dan matang pula. Sisi keamanan rumah dan juga kemananan lingkungan adalah faktor

yang penting, demi menghindari terjadinya kecelakaan di dalam maupun di sekitar

rumah.

5. Sanitasi Rumah Yang Baik. Yang satu ini tak boleh pula kita lupakan. Perlu pula kita

berkonsultasi bagaimana cara menciptakan sebuah sanitasi yang sehat dan baik bagi

sebuah rumah tempat tinggal kita. Baik itu menyangkut mengenai sistem

pembuangan, sarana pembuangan limbah keluarga, adanya tempat sampah yang

memenuhi standar kesehatan dan sebagainya.

11

Page 12: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Jamban sehat

Penimbangan

Cuci bersih oleh ibunya

Pemeriksaan ke dokter

12

Page 13: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

BAB IV

PELAKSANAAN

ke dokter

- Edukasi mengingatkan indikator PHBS, rumah sehat- Pemantauan gizi buruk PMT- Progresivitas penyakit- Bila diperlukan PMT, apa yang sesuai

13

Page 14: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

BAB V

MONITORING

Ibu belum membersihkan jamur

Pengambilan keputusan

Resiko rujuk

Ternyata progresifitas penyakit sampe infeksi sekunder, gizi buruk menetap

14

Page 15: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

-

dan penimbangan informasi rumah sehat

Penimbangan

15

Page 16: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

2.3 Penyakit Kulit

Penyakit pada kulit merupakan penyakit yang menginfeksi kulit baik yang di

sebabkan oleh mikroorganisme maupun nonmikroorganisme. Penyakit kulit karena

mikroorganisme dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit. Penyakit kulit

nonmikroorganisme dapat disebabkan karena alergi maupun karena kontak dengan bahan

iritan tertentu.

2.2 Ujud Kelainan Kulit

Banyak bentuk berbeda dari lesi diuraikan dalam status dermatologis yang

menentukan penyakit spesifik. Hal ini dapat dibagi dalam bentuk yang tidak merusak kulit

(lesi primer) dan bentuk yang merusak kulit (lesi sekunder).

A. Lesi Kulit Primer

a. Makula

Hal ini merupakan perubahan dalam warna kulit. Mereka bervariasi dalam

ukuran dan bentuk, dan tampak sebagai pewarnaan pada kulit. Makula dibentuk

dari :

2. Deposit pigmen dalam kulit, misalnya frekles.

3. Keluarnya darah kedalam kulit, misalnya petekie.

4. Dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, misalnya nevi.

5. Dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler, misalnya eritema.

b. Papula

Terdapat elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya

dari sekitar 1-5 mm. Permukaan dapat tajam, bulat atau datar. Mereka terletak

superficial dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan ke dalam kulit.

c. Nodul

Ini serupa dengan papula tetapi terletak lebih menonjol. Mereka bervariasi

dalam ukuran dan biasanya lebih besar dibandingkan papula. Contoh dari nodul

subkutan adalah nodul rematisme akut.

d. Vesikel

Vesikel merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan

dalam epidermis ; mereka biasanya diisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada

anak-anak yang menderita eksema.

16

Page 17: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

e. Bula Atau Pustula

Bula merupakan vesikel besar yang mengandung serum, pus atau darah.

Mereka ditemukan misalnya pada pemfigus neonatorum.

f. Urtika/gelegata

Gelegata merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh edema

dermis dan dilatasi kapiler sekitarnya. Biasanya berkaitan dengan respon alergi

terhadap bahan asing.

Gambar 3. Lesi kulit Primer

B. Lesi Kulit Sekunder

a. Skuama

Skuama merupakan lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk

pada kulit yang dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi. Keadaan

ini ditemukan pada psoariasis.

b. Krusta

Ini terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit.

Masing-masing dapat dikenal dengan warna berikut : merah kehitaman (krusta

darah), kuning kehitaman (krusta nanah), berwarna madu (krusta serum).

c. Fisura

Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan

memaparkan dermis. Mereka dapat terjadi pada kulit kering dan pada inflamasi

kronik.

17

Page 18: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

d. Ulkus

Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari seluruh

epidermis dan sebagian atau seluruh korium di bawahnya.

Gambar 4. Lesi kulit Sekunder

2.3 Penyakit Kulit Mikroorganisme

Penyakit kulit karena mikroorganisme dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur

maupun parasit.

A. Penyakit Kulit karena Bakteri

Penyakit kulit karena bakteri ini biasanya disebut sebagai pioderma. Pioderma

adalah penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus,

Streptococcus, atau oleh keduanya. Faktor yang menjadi predisposisi penyakit kulit

ini adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh ataupun adanya

penyakit lain di kulit sehingga terjadi kerusakan epidermis yang memudahkan

terjadinya infeksi.

Pioderma ini diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Pioderma primer

terjadi pada kulit normal, misalnya impetigo, furunkel, folikulitis, eritrasma, selulitis,

limfangitis, Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS), dll. Pioderma sekunder

terjadi pada kulit yang sebelumnya telah mengalami kelainan, misalnya dermatitis

impetigenisata, skabies impetigenisata, dll.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi

dan kultur berikut tes resistensi. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat leukositosis.

Kultur dan tes resistensi dilakukan pada kasus-kasus kronis dan sukar sembuh.

Penatalaksanaan pada pioderma ini secara umum dapat dilakukan dengan

menjaga higiene perorangan dan sanitasi lingkungan yang baik. Selain itu dapat

diberikan medikamentosa berupa antibiotik (amoksisilin, ampisilin) dan antihistamin

(CTM, ceterizine, loratadin).

18

Page 19: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Gambar 5. Penyakit Kulit karena Bakteri (Pioderma)

a. Nondermatofitosis

Penyakit jamur nondermatofitosis meliputi ptiriasis versicolor dan kandidosis yang

akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Ptiriasis versicolor

Ptiriasis versicolor adalah penyakit jamur superfisial kronik berupa

bercak berskuama halus berwarna putih dapat kemerahan maupun coklat

sampai hitam, trutama meliputi badan dan kadang dapat menyerang ketiak,

lipat paha, lengen, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut.

Istilah lain dari penyakit ini adalah panu, kromofitosis. Jamur penyebab

penyakit ini adalah Malassezia furfur.

19

Page 20: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Gambar 8. Ptiriasis Versicolor

Kelainan kulit terlihat sebagai bercak yang berfloresensi bila dilihat

dengan lampu wood, biasanya asimtomatik atau kadang terasa gatal ringan.

Floresensi lesi kulit adalah berwarna kuning keemasan. Pada pemeriksaan

sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat hifa pendek

dan spora bulat berkelompok (spagethy and meatball appearance).

Pengobatan dapat diberikan secara sistemik (ketokonazol) maupun

topikal (suspensi selenium sulfida 2,5% dalam bentuk losio atau sampa yang

dipakai 3x seminggu).

2. Kandidosis

Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut

disebabkan oleh spesies Candida dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit,

kuku, bronki atau paru, kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis

atau meningitis.

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia dapat menyerang semua umur,

baik laki-laki maupun perempuan. Penyebab tersering adalah Candida albicans

yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang

normal.

Faktor predisposisi terjadinya penyakit ini adalah daya tahan tubuh

yang lemah yang dapat disebabkan oleh faktor endogen (kehamilan,

kegemukan, iatrogenik, endokrinopati, DM, penyakit kronik, umur orang tua

dan bayi, imunologik) maupun faktor eksogen (iklim panas, kelembaban,

kebersihan kulit, kontak dengan penderita).

Manifestasi klinis dari penyakit ini tergantung pada lokasi yang

terkena. Kandidosis pada selaput lendir dapat berupa thrush, perleche,

20

Page 21: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

vulvovaginitis, maupun balanitis.kandidosis kutis dapat bertupa kandidosis

intertriginosa (lipatan kulit seperti ketiak, lipat paha, lipat payudara, sela jari,

glans penis), perianal, generalisata, paronikia, dan diaper rash (ruam popok).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah pemeriksaan

dengan KOH 10%, dapat terlihat gambaran sel ragi, blatospora, atau hifa

semu.

Penatalaksanaan pada kandidosis ini ialah dengan menghindari atau

menghilangkan faktor predisposisi serta memberikan medikamentosa baik

topikal (larutan ungu gentian, salep nisatatin, amfoterisin B, mikonazol)

maupun sistemik (tablet nisatatin, ketokonazol, itrakonazol).

B. Penyakit Kulit karena Parasit

Penyakit Kulit karena parasit salah satu diantaranya adalah skabies. Skabies

adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau

Sarcoptes scabiei varian hominisI dan produknya. Faktor yang berperan dalam

penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, higiene perorangan yang

buruk, sanitasi lingkungan yang kurang baik, perilaku yang tidak bersih dan sehat,

serta kepadatan penduduk.

Secara morfologik Sarcoptes scabiei merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih

kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x

250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 –

200 mikron. Siklus hidup mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu

antara 8-12 hari. Yang jantan mati setelah kopulasi, yang betina menggali terowongan

di stratum korneum dan bertelur, setelah 3-5 hari menetas menjadi larva, dan 2-3 hari

kemudian menjadi nimfa (jantan dan betina).

Penyakit kulit skabies merupakan penyakit yang mudah menular baik dari

manusia ke manusia maupun dari hewan ke manusia dan sebaliknya.. Penyakit ini

dapat ditularkan secara langsung melalui kontak kulit dengan kulit misalnya berjabat

tangan, tidur bersama, dan melalui hubungan seksual. Penularan secara tidak langsung

melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan selimut yang dipakai

bersama

Patogenesis kelainan kulit yang disebabkan tungau skabies dan garukan gatal

akibat sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah

21

Page 22: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya

papul, vesikel, urtika, dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan

infeksi sekunder.

Gambar. Skabies sela jari

Ada 4 tanda cardinal untuk mendiagnosis penyakit skabies. Diagnosis dapat

dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut ini : (Handoko, R, 2005) :

i. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

ii. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam

sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang

berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan

hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun

mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini

bersifat sebagai pembawa (carrier).

iii. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-

rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel.

Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule,

ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat

dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan

tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola

mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut

bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

iv. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat

ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

22

Page 23: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak

menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau

mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah. Obat yang dapat dikapai

diantaranya gammexane, permetrin 5%.

C. Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik adalah kelainan kulit yang sering terjadi pada bayi dan anak,

yang biasa ditandai oleh rasa gatal, penyakit sering kambuh, dan distribusi lesi yang

khas. Dermatitis atopik ini penyebabnya adalah multifaktorial, termasuk di antaranya

faktor genetik, emosi, trauma, keringat, dan faktor imunologis.

Biasanya gejala dan tanda pada dermatitis atopik mulai timbul ketika usia 6

bulan, jarang sebelum usia 8 minggu. Umumnya dermatitis atopi sering mengalami

kekambuhan, jarang sembuh 100%. Sebagian besar dermatitis atopi dapat sembuh

dengan bertambahnya umur tetapi dapat juga menetap sampai usia dewasa.

Gambar. Dermatitis Atopi

Bentuk klinis dari dermatitis atopik terbagi atas:

Bentuk infantil (2 bulan – 2 tahun)

Nama awam adalah eksema susu. Kelainan kulit berupa eritema berbatas

tegas, dapat disertai papulpapul dan vesikel-vesikel miliar. Biasa mengenai

daerah kedua pipi, tangan dan kaki.

Bentuk anak (3 – 10 tahun)

Merupakan kelanjutan dari bentuk infantil. Kulit tampak lebih kering (xerosis)

yang bersifat kronik dan mengenai daerah fleksura antekubiti (lipat lengan),

poplitea (lipat paha), tangan kaki dan periorbita.

Bentuk dewasa (13 – 30 tahun)

23

Page 24: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Kelanjutan dari bentuk infantil dan anak. Lesi selalu kering dan terdapat

likenifikasi (kulit menjadi tebal dan keras). Distribusi ialah di tengkuk serta

daerah fleksura antekubiti (lipat lengan), poplitea(lipat paha).

Gambar. Lokasi dermatitis atopi sesuai usia

Dari anamnesis pasien, dapat ditanyakan kebiasaan menggaruk (pruritus), eksema

pada wajah dan ekstensor pada bayi, likenifikasi fleksural (dewasa), dermatitis kronik atau

kronik residif. Selain itu, ada beberapa hal yang biasanya dihubungkan dengan dermatitis

atopi. Yaitu tanyakan stigmata atopi pada pasien atau keluarganya (asma, rinitis alergi,

dermatitis atopik), infeksi kulit, xerosis, fisura periaurikular, IgE reaktif (peningkatan kadar

di serum, RAST dan uji kulit positif), dan gambaran lain (katarak subkapsular anterior).

Untuk mencari faktor atopi dapat dilakukan uji kulit alergen atau uji IgE spesifik.

Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan dermatitis atopi yaitu alergi saluran

napas dan infeksi kulit oleh kuman S. aureus dan H. Simplex.

Identifikasi faktor pencetus dan menghindarinya, termasuk alergen makanan dan

inhalan .Antihistamin sedatif diberikan untuk menghilangkan rasa gatal di malam hari,

tetapi bila terdapat gejala saluran napas atau urtikaria konkomitan dapat digunakan

antihistamin non sedatif Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi sekunder Mencegah

kekeringan kulit dengan menjaga hidrasi dan pemakaian emolien, hindari pemakaian

sabun yang bersifat basa . Pada kasus yang berat, pemberian kortikosteroid lokal secara

sistemik dapat diberikan, namun harus diperhatikan efek sampingnya dan diberikan

jangka pendek (4 hari).

D. Dermatitis Kontak

24

Page 25: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Dermatitis merupakan penyakit kulit dengan gejala subjektif pruritus. Obyektif

tampak inflamasi eritema, vesikel, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda

polimorfi tersebut tidak selalau timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif

dan menjadi kronis. Penyebab dernatitis kadang tidak diketahui. Sebagian besar

merupakan respon kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein,bakteri dan

fungi. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan

kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi. Reaksi alergi terjadi atas

dasar interaksi antara antigen dan antibodi.

Gejala subjektif berupa tanda radang akut terutama pruritus (sebagai pengganti

dolor). Selain itu terdapat juga kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), pembengkakan

(edema) dan gangguan fungsi kulit (fungsiolesa).

Gejala objektif biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorf yang

dapat timbul secara serentak atau berturut-turut.

Dermatitis kontak ialah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang menimbulkan

fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan). Berikut ini adalah perbedaan dermatitis

kontak iritan dan alergi:

25

Page 26: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

Tabel 1. Perbedaan Dermatitis kontak Iritan & Alergi

Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi

Penyebab Iritan primer Alergen kontak

Permulaa

n

Pada kontak pertama Pada kontak ulang

Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik

Lesi Batas lebih jelas

Eritema sangat jekas

Batas tidak begitu jelas

Eritema kurang jelas

Uji tempel Sesudah ditempel 24 jam, bila

iritan diangkat, reaksi akan segera

Bila sesudah 24 jam bahan alergen

diangkat, reaksi menetap atau meluas

berhenti

26

Page 27: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia

beriklim tropis sehingga mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun jamur.

Selain itu penyakit kulit juga dapat muncul akibat kurangnya higiene diri dan sanitasi

lingkungan.

Penyakit infeksi kulit banyak ditemukan di kalanagan penduduk di daerah beriklim panas

dan lembab dengan higiene dan sanitasi lingkungan yang buruk. Umumnya penderita

penyakit kulit ini banyak ditemukan pada anak-anak dari pada orang dewasa

Sikap seseorang dalam melakukan higiene personal dipengaruhi oleh sejumlah faktor

antara lain: Budaya, Status sosial ekonomi, Agama, Tingkat pengetahuan dan

perkembangan individu, Status kesehatan, Kebiasaan, dan Cacat jasmani.

Bila higiene dan sanitasi lingkungan sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan lingkungan,

maka kemungkinan terjadinya penyakit kulit relatif kecil.

3.2 Saran

Menjaga higiene perorangan dan sanitasi lingkungan supaya terhindar dari penyakit

kulit

Dilakukan penyuluhan tentang higine dan sanitasi untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat.

27

Page 28: HIGIENE VS PENYAKIT KULIT.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku

Kedokteran, Jakarta.

2. Djuanda, A., Hamzah,M. Aisah, S. 2010. Dermatofitosis dalam Ilmu penyakit kulit

dan kelamin. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Handoko R, Djuanda A, Hamzah M. 2007. Skabies dalam Ilmu penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia.

4. Harahap M. 2000. Dermatitis dalam Ilmu Penyakit Kulit.Ed.1. Jakarta: Hipokrates.

5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani, W, Setiowulan, W. 2000. Kapita

Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 3. Jakarta: Media Aesculapius.

6. Mulyono. 1986. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin, 1st ed, ,Jakarta:

Meidian Mulya Jaya.

7. Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. 2008. Scabies and Pediculosis. Fitzpatrick’s

Dermatology in General Medicine, 7th. USA: McGrawHill.

8. http://blog.wahyu-winoto.com/2012/02/ciri-ciri-rumah-yang-baik-dan-sehat.html

28