traumatik rongga mulut

33
STEP I MENGIDENTIFIKASI KATA SULIT - Keratinasi Adalah proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang membelah. Keratinasi ini terjadi pada bagian dari permukaan jaringan yang keras dan bertanduk untuk pembuatan keratin. Keratin adalah protein tidak larut yang terdapat di matrix organik enamel, epidermis jaringan tanduk. Jika keratinasi ini terjadi pada daerah yang tidak pernah terkeratnasi maka akan terkeratinasi sebagian. - Eritema Merupakan keadaan kemerahan pada mukosa palatum akibat pelebaran pembuluh daprah kapiler yang sifatnya reversibel. Kemerahan yang terjadi karena hiperemia terdapat darah dalam jumlah yang banyak di jaringan dan merupakan tahap awal peradangan. - Hiperplasia Adalah perkembangan berlebihan dari jaringan karena peningkatan produksi sel, pembentukan ini terjadi di dalam organ karena mitosis. Hiperplasia terjadi pada sel yang dirangsang oleh peningkatan beban kerja, sinyal hormon dan sinyal yang dihasilkan secara lokal sebagai respon terhadap penurunan kepadatan jaringan. Hiperplasia dikelompokkan menjadi dua : a. Hiperplasia fisiologik : terjadi karena sebab yang fisiologis atau normal dalam tubuh. 1

Upload: silvia-dona

Post on 24-Jul-2015

690 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: traumatik rongga mulut

STEP I

MENGIDENTIFIKASI KATA SULIT

- Keratinasi

Adalah proses pembentukan lapisan keratin dari sel-sel yang membelah.

Keratinasi ini terjadi pada bagian dari permukaan jaringan yang keras dan bertanduk

untuk pembuatan keratin.

Keratin adalah protein tidak larut yang terdapat di matrix organik enamel, epidermis

jaringan tanduk.

Jika keratinasi ini terjadi pada daerah yang tidak pernah terkeratnasi maka akan

terkeratinasi sebagian.

- Eritema

Merupakan keadaan kemerahan pada mukosa palatum akibat pelebaran pembuluh

daprah kapiler yang sifatnya reversibel.

Kemerahan yang terjadi karena hiperemia terdapat darah dalam jumlah yang banyak di

jaringan dan merupakan tahap awal peradangan.

- Hiperplasia

Adalah perkembangan berlebihan dari jaringan karena peningkatan produksi sel,

pembentukan ini terjadi di dalam organ karena mitosis.

Hiperplasia terjadi pada sel yang dirangsang oleh peningkatan beban kerja, sinyal hormon

dan sinyal yang dihasilkan secara lokal sebagai respon terhadap penurunan kepadatan

jaringan.

Hiperplasia dikelompokkan menjadi dua :

a. Hiperplasia fisiologik : terjadi karena sebab yang fisiologis atau normal dalam tubuh.

b. Hiperplasia patologik : disebabkan oleh stimulus hormonal yang berlebihan atau efek

yang berlebihan dari hormon pertumbuhan pada sel sasaran.

Kemampuan sel tubuh untuk mengadakan hiperplasia berbeda-beda.

a. Sel yang mudah : sel epitel kulit, sel epitel usus halus, sel hepatosit, sel fibroblas, dan

sel sumsum tulang.

b. Sel yang memiliki daya tapi rendah : sel tulang, sel tulang rawan, dan sel otot polos.

1

Page 2: traumatik rongga mulut

c. Sel yang tidak memiliki daya hiperplasia : sel saraf, sel otot jantung dan sel otot

rangka.

- Trauma

Adalah luka atau cedera baik fisik ataupun psikis akibat tindakan fisik dengan terputusnya

kontinyuitas normal suatu struktur.

- Histopatologi

Merupakan kerja mikroskopik dari suatu penyakit jaringan.

Histopatologi ini digunakan sebagai pemeriksaan penunjang karena seringkali pada kasus

penyakit tertentu yang berbeda ditemukan adanya gejala yang sama.

- Cincin keratorik putih

Berupa lesi putih, dimana terjadi keabnormalan mukosa putih, kasar, berbeda dengan

jaringan yang ada disekitarnya. Ditandai dengan peningkatan lapisan keratin.

- Squamous metaplasia

Merupakan perubahan sel dari sel lain menjadi sel squamous.

Misalnya sel epitel kuboid berganti menjadi sel epitel squamous pada saluran pernafasan

yang biasanya dialami oleh oleh perokok.

- Jejas

Adalah keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebihan sehingga jaringan menjadi

rusak dan menstimulasi respon imunologik terhadap antibodi.

2

Page 3: traumatik rongga mulut

STEP II

MERUMUSKAN MASALAH

1. Bagaimana mekanisme inflamasi akibat trauma?

2. Apa saja faktor penyebab traumatik jaringan rongga mulut?

3. Apa saja kelainan jaringan rongga mulut akibat trauma?

4. Bagaimana gejala klinis tiap kelainan yang terjadi ?

5. Bagaimana cara terapi dari trauma yang terjadi?

3

Page 4: traumatik rongga mulut

STEP III

MENGANALISIS MASALAH

Secara mikroskopis mekanisme inflamasi dapat dinyatakan dengan sebagai berikut.

Ini mekanisme karena adanya perubahan termis.

- Terjadi perubahan termis mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah,

kemudian timbul rubor atau kemerahan.

- Terjadi vasodilatasi pembuluh darah sehingga pembuluh darah melebar.

- Perubahan tersebut mengakibatkan munculnya tumor atau nbengkak dan kemudian kalor

atau panas sehingga menimbulkan rasa nyeri.

Faktor penyebab terjadinya traumatik jaringan rongga mulut.

- Rokok

- Infeksi bakteri, vvirus dna jamur

- Kebiasaan menggigit

- Penyakit sistemik

- Malnutrisi vitamin

- Suhu

- Interaksi fisik : kontak gesek, panas, alat prostodonsia dan orthodonsia.

- Interaksi kimia : aspirin, dengan cairam kaustik, obat kumur, fenol pada perawatan kavitas

gigi, etsa, bleaching dan endodontik.

Kelainan jaringan rongga mulut akibat trauma.

a. Sympton : menimbulkan gejala

4

Perubahan termis

Rasa nyeri

kalor tumor Pembuluh darah melebar

vasodilatasi

ruborvasokonstiksi

Page 5: traumatik rongga mulut

- Leukoplakia

Terjadi karena penggunaan rokok, dapat didukung oleh faktor predisposisi misalnya

infeksi jamur, virus, bakteri.

Gejala klinis diawali dengan hyperkeratosis, warna putih karena penurunan mikrovaskular

dari venul dan arteri.

Histopaloginya terjadi penebalan epitel pada lapisan keratin.

Terapinya dengan mengurangi alkohol dan rokok.

- Traumatic ulser

Disebabkan karena trauma mekanik (alat protesa) , kimia, termis, tergigit, karena

makanan tajam.

Gejala klinis terbentuk rasa nyeri, terdapat jaringan putih kekuningan, eritema. Bentuknya

tergantung dari sumber trauma, tempat mukosa bukal dan labial rahang atas dan rahang

bawah.

Proses penyembuhan 2 minggu dengan sendirinya. Pemberian triamicolone atau

antiinflamasi kortikosteroid topikal. Jika semakin paarah akan menjadi traumatic, ulseratif

granuloma.

- Neuromaterapic

Trauma ini terjadi karena serabut saraf terpotong.

Gejala klinisnya berupa nodul berukuran kurang dari 0,5 cm, jika dilakukan palpasi akan

terasa sakit.

Untuk mengatasinya dilakukan pemberian kortikosteroid.

- Frictional keratinosis

Terjadi pada wanita remaja yang mempunyai kebiasaan menggigit bibir dan mukosa pipi.

Gejala klinisnya berupa bentukan kasar berwarna putih keabuan pada bagian bibir bawah

sepanjang oklusi.

Terapinya dengan menghentikan kebiasaan tersebut.

- Idiopatic keratosis

Penyebab kelainan ini belum dapat dipastikan ecara klinis. Namun berdasarkan survey,

penyebabnya adalah devisiensi vitamin A.

5

Page 6: traumatik rongga mulut

Gejala klinisnya timbul lesi tunggal kecil yang tersebar di dasar rongga mulut.

- Keratosis yang berhubungan dengan perokok

Disebabkan karena penggunaan pipa sehingga menimbulkan lesi pada palate, gejala

klinisnya stomatitis nikotin. Penggunaan sigaret juga dapat menyebabkan lesi pada

mukosa bukal.

- Ulkus kemoterapeutik

Penyebabnya adalah trauma obat imunopressan. Dalam jangka waktu 2 minggu

menimbulkan ulkus yang menandakan adanya keracunan obat yang mengenai mukosa

palatum lidah dan bibir.

Gejala klinisnya terasa sebagai sensai terbakar, sakit dalam jangka waktu yang tidak

teratur.

Untuk menanggulangi kelainan ini dilakukan dengan mengurangi dosis obat yang

digunakan.

b. Asymptosis : tidak menimbulkan gejala

- Sublingual keratosis

Gejala klinisnya berupa lesi putih dan tunggal seperti kupu-kupu progresif.

- Hairy tongue

Adanya bulu di bagian dorsal lidah yang diakibatkan oleh pertumbuhan papila filiformis

yang berlebihan. Terjadi hiperplasia yang tebal sehingga cocok digunakan untuk

menangkap bakteri, jamus dan debris.

Faktor predisposisi debris, faktor candida albicans, penggunaan obat antibiotik. Faktor

predisposisi ini dapat menyebabkan rasa gatal dan muntah.

Terapinya dengan menyikat lidah dengan larutan sodium bikaronat, menjaga oral hygiene

dan dapat sembuh jika oral hygiene membaik.

- Kista

Kista disebabkan oleh trauma yang berulang.

6

Page 7: traumatik rongga mulut

Gejala klinisnya tampak warna yang kurang bervariasi, sehingga tamppak seperti

sekitarnya. Kista ini menyebabkan saluran kelenjar saliva minor tersumbat sehingga

terjadi penumpukan cairan pada kelenjar saliva minor.

Kista, contoh Kista Mucocele, adanya kista retensi yang menyebabkan sumbatan.

- Leukodema

Kelainan ini belum ditemukan secara jelas faktor penyebabnya, namun dugaan sementara

karena fungsi sistem mastikasi. Penyebabnya karena trauma dan oral hygiene yang buruk.

Leukodema ditemukan pada daerah sekitar mukosa bukal dan palatum mole.

Gambaran klinisnya berwarna putih seperti susu, panjang, tersebar, tipis dan terjadi

pembengkakan hiperkeratosis.

Kelainan ini umumnya diderita oleh pasien yang berumur tua.

- Linea albae bucals

Disebabkan oleh karena kebiasaan menggigit dan menghisap.

Gejala klinisnya timbul lesi putih pada mukosa bukal.

Terapi dan pencegahan dengan mengurangi kebiasaan buruk.

7

Page 8: traumatik rongga mulut

STEP IV

Mapping

8

Jejas Traumatik

Inflamasi

Faktor Predisposisi Gejala Klinis

Histopatologi

Terapi

Diagnosa

Page 9: traumatik rongga mulut

STEP V

Menentukan tujuan belajar

1. Mampu mengetahui dan menjelaskan mekanisme inflamasi secara mikroskopik sampai

dengan terjadinya regenerasi jaringan.

2. Mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam kelainan rongga mulut yang

disebabkan karena tauma.

3. Mampu mengetahui dan menjelaskan macam-macam lesi.

9

Page 10: traumatik rongga mulut

STEP VII

Menarik kesimpulan dari seluruh informasi yang didapatkan

1. Inflamasi

Inflamasi merupakan suatu reaksi setempat dari jaringan hidup ata sel terhadap suatu

rangsang atau injury (cidera atau jejas).

Proses ini diawali dengan kerusakan jaringan yang menyebabkan patogen melewati

pertahanan tubuh untuk menginfeksi sel-sel tubuh. Jaringan yang terinfeksi tersebut akan

melepaskan histamin dan prostaglandin. Sel yang melepaskan histamin adalah mastosit yang

berkembang dari basofil. Histamin yang dilepaskan menyebabkan pelebaran pembuluh darah

dan peningkatan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat

menyebabkan neutrofil, monosit dan eusinifil berpindah dari pembuluh darah ke jaringan

yang terinfeksi. Akibatnya, daerah yang terinfeksi akan berwarna kemerahan, panas, bengkak,

dan terasa nyeri.

Secara mikroskopis, pembulluh darah mengalami konstriksi sementara yang mungkin

disebabkan oleh reflek neurogenik setempat yang bisa berkembang tetapi hanya bertahan

beberapa menit dan dengan cepat diikuti oleh dilatasi arteriol. Dilatasi arteriol yang

berkepanjangan menyebabkan kenaikan aliran darah setempat (hiperemia) dan dilatasi

kapiler. Kenaikan permeabilitas kapiler disebabkan oleh dua faktor utama yaitu :

a. Dilatasi arteriol menaikkan tekanan hidrostatik kapiler, menyebabkan aliran air lebih

besar larut ke dalam cairan intestisial.

b. Permeabilitas endotelial venular dan kapiler ditingkatkan, sehingga memungkinkan

molekul lebih besar khususnya albumin memasuki jaringan intestisial.

Akhirnya, terjadi perlambatan aliran darah kapiler dan hemokonsentrasi intravaskuler

diikuti hilangnya aliran darah normal. Secara normal, sel-sel darah mengalir ditengah kapiler

dengan plasma yang relatif bebas sel menyentuh endotel. Sedangkan sel yang abnnormal akan

mengalami penepian leukosit yaitu ke tepi endotel. Pengumpulan sel-sel merah ke tengah

akan membentuk rouleaux. Terjadi perlekatan leukosit pada sel endotel kapiler,diikuti dengan

perpindahan aktif oleh gesekan amuboid ke dalam jaringan perivaskuler melalui celah-celah

diantara sel endotel. Setelah berada di luar, leukosit berpindah dengan cara kemotaksis,

dimana sel tersebut ditarik menuju substansi kimia yang konsentrasinya lebih tinggi.

Pergerakan aktif ini menyebabkan akumulasi sejumlah leukosit. Akumulasi ini mudah dilihat

dan dikenal secara mikroskopik untuk diagnosa histopatologi radang akut.

10

Page 11: traumatik rongga mulut

Fagositosis merupakan fungsi utama leukosit yaitu penelanan, pencernaan dan

pembuangan benda-benda asing khususnya bakteri dan sel-sel yang rusak. Setelah terjadinya

perubahan permeabilitas pembuluh darah dan akumulasi leukosit, dilanjutkan dengan proses

fagositosis. Proses ini memicu sekresi fagosit dengan memicu endogen pirogen yang melepas

prostagladin dan merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu. Hal tersebut

mengakibatkan adanya demam pada inflamasi. Pembengkakan lokal terjadi karena tekanan

osmotik koloid sehingga terjadi peningkatan tekanan darah kapiler.

Perbaikan jaringan dilakukan untuk mengganti sel yang hilang atau sel yang mati

dengan sel yang hidup. Sel-sel baru ini dapat berasal dari parenkim atau stroma jaringan ikat

terjejas. Karena kemampuan regenerasi manusia yang terbatas sehingga hanya pada beberapa

jenis sel yang mampu melakukan regenerasi dan hanya pada keadaan tertentu saja.

Pemulihan sel yang mati biasanya melibatkan poliferasi jaringan ikat disertai pembentukan

jaringan parut.

Pembentukan fibroblas dapat meningkatkan sintesis kolagen. Sintesis kolagen yang

meningkat mengakibatkan adanya penimbunan kolagen meningkat dan terjadi keloid. Keloid

ini tidak bisa hilang dengan sendirinya, sehingga perlu dilakukan pengambilan cairan dalam

keloid tersebut. Berbeda dengan jaringan parut, jaringan ini berasal dari pembengkakan

permeabilitas pembuluh darah yang kemudian terbentuk fibrin yang menutup luka dan terjadi

kalsifikasi sehingga menjadi jaringan parut dan bisa hilang.

2. Kelainan rongga mulut yang disebabkan oleh trauma

1. Smokeless tobacco

Etiologi

- Smokeles tabacco menyebabkan perubahan mukosa rongga mulut.

- Respon mukosa rongga mulut terhadap tembakau ; inflamasi dan keratosis

Gambaran klinis

a. lesi putih pada mucobukal fold RB regio insisivus sampai molar

b. Mukosa tampak granular sampai berkerut

c. Lesi kurang sakit / asymtomatis

Histopatologi

11

Page 12: traumatik rongga mulut

a. Parakeratosis jaringan tingkat ringan sampai sedang

b. Epithel superficial menunjukkan vacoulisasa atau edema

c. Infiltrasi radang kronis ringan sampai sedang

d. Dysplasia ephitel (terutama penggunaan jangka lama)

e. Biasanya glandula saliva minor terinflamasi

Terapi dan prognosa

a. Berhenti menggunakan tobacco mengakibatkan lesi hilang dalam beberapa minggu.

b. Pemakaian smokeless tobacco dalam jangka waktu yang lama menyebabkan resiko

tranformasi menjadi verrucous carcinoma atau squamous cell carcinoma.

2. Hairy Tongue

Hairy tongue ada 2 macam yaitu white hairy tongue dan black hairy tongue, dimana

warna tersebut tergantung makanan yang dimakan.

Etiologi

- Terjadi pemanjangan papila filiformis pada permukaan lidah. Pemanjangan ini

terjadi karena terhambatnya pengelupasan lapisan tanduk.

Gambaran klinis

Jika terjadi pemanjangan papila akan mengalami rasa gatal dan mual.

Warna dapat putih, coklat atau hitam tergantung diet, oral hygiene dan komposisi

bakteri.

Histopatologi

Spesimen biopsi ; adanya papila filiformis memanjang, adanya kontaminasi dengan

mikroorganisme.

Lamina propia ; inflamasi.

Terapi dan prognosa

Menghentikan agent penyebab menyebabkan kemajuan kesembuhan dalam

beberapa minggu.

Menyikat lidah dengan larutan sodium bicarbonate.

Pasien radioterapi menyebabkan xerostomia dan perubahan flora bakterial

sehingga penatalaksanaan lebih sulit.

12

Page 13: traumatik rongga mulut

Menghentikan konsumsi antibiotik dalam beberapa minggu akan pulih.

3. Leukoplakia

Leukoplakia adalah bercak putih atau plak yang tidak dapat dinyatakan secara klinis

maupun patologik seperti penyakit laindan tak dapat dikaitkan dengan penyebab fisik

maupun kimia kecuali penggunaan tembakau.

Etiologi

Menyerang membran mukosa

Pada lidah bagian dalam atau luar, daerah genitalia eksterna wanita.

Gejala klinis

Terdapat plak putih yang tidak dapat dinyatakan secara klinis maupun patologik

pada mukosa, bibir, gingiva, dasar mulut.

Lesi awal berwarna putih atau abu-abu agak transparan.

Bisa terjadi eritroplasia.

Histopatologi

Terjadi perubahan epitel katerna transformasi displasi.

Terjadi diferensiasi epitel abnormal yang diikuti pembentukan keratinasi sehingga

hasil penampakan mukosa berwarna putih. Kemudian terjadi penebalan epitelium

bahkan epitel dapat menjadi atrofi atau arkhantrosis.

Terapi

Secara medis dapat dapat dilakukan pencegahan agar tidak menjadi sel ganas.

Dengan operasi, namun ini pilihan kecil dan tergantung patologis displasia tersebut.

4. Traumatic ulcer

Etiologi

Disebabkan adanya trauma mekanik

Beberapa merupakan trauma pertemuan gigi (tampak lekukan gigi) pada bibir

bawah, lidah, mukosa bukal.

Traumatic ulcer karena iatrogenik

o Cotton rool

13

Page 14: traumatik rongga mulut

o Saliva ejector

o Rotary instrument

Kimia

o Asam atau alkalin menyebabkan iritasi lokal

o Aspirin burn

o Perawatan kavitas gigi

o Bahan etsa gigi

Panas

Material impression (wax, hydrocolloid, dental compound)

Terapi radiasi pada kepala dan leher.

Gambaran klinis

Ulser reaktif akut

o Membran mukosa mulut kemerahan, sakit, dan bengkak.

o Ulser ditutupi eksudat fibrin berwarna kekuningan sampai putih dan

dikelilingi halo eritematus.

Ulser reaktif kronis

o Sedikit dan tidak sakit

o Ulser ditutupi membran berwarna kekuningan dan dikelilingi peninggalan

margin (hiperkeratosis)

Histopatologi

Ulser reaktif akut

o Terjadi penipisan jaringan epitel dan diganti dengan jaringan fibril yang

mengandung banyak neutrofil.

o Kapiler meningkat, dan terjadi granulasi pada jaringan.

o Regenerasi dimulai dari margin ulser dengan poliferasi sel, dasar jaringan

granulasi dan fibrin.

Ulser reaktif kronis

o Epitel permukaan menipis

o Terdapat fibril

o Makrofag eusinofil lebih besar daripada ulser kronis

o Infiltrasi sel radang lebih banyak daripada ulser akut

o Regenerasi epitel tidak terjadi sehingga trauma berlangsung terus-menerus.

14

Page 15: traumatik rongga mulut

Terapi

Observasi

Jika sakit diberikan terapi menggunakan anestetikum topikal

Kortikosteroid topikal

5. Stomatitis nikotina

Etiologi

Merupakan bentuk keratosis yang dihubungkan dengan tembakau

Pada perokok karena menggunakan pipa dan sigaret

Gambaran klinis

Eritema pada mukosa palatum diikuti keratinasi, bintik merah dikelilingi oleh cincin

keratorik putih

Bintik merah menunjukkan adanya inflamasi duktus ekskresi glandula saliva

Histopatologi

Hyperplasia epitel dan keratinasi

Glandula saliva minor mengalami inflamasi

Duktus ekskresi mengalami squamous metaplasia

Terapi dan prognosa

Kondisi ini jarang menjadi malignant kecuali perokok reverse smoke

Resiko terjadi carcinoma di palatum, tetapi pada tempat lain rongga mulut,

oropharing, respiratory tract bagian atas untuk displasia epitel dan neuplasia

meningkat.

6. Leukoderma

Merupakan keadaan berbatas tidak jelas dan istilah ini menunjukkan gambar dari mukosa

mulut yang berwarna putih keabuan dan tampak sangat kering, mukosa iini biasanya

memiliki sedikit keriput dan bila ditegangkan lesi cenderung hilang atau teretikulasi.

Perbedaan leukoderma dan leukoplakia

15

Page 16: traumatik rongga mulut

Leukoderma merupakan penebalan mukosa yang bilateral, difuse translucent, yang

terjadi pada mukosa bukal hingga labial berwarna putih susu. Epitel tampak lebih

tebal, terjadi retepeg tebal.

Leukoplakia

istilah lama untuk menunjukkan adanya bercak putih atau plak. Saat ini diganti

dengan nama yang lebih jelas. Pada keadaan ini, retepeg seperti tetesan air mata.

Secara umum, leukoplakia bukanlah sebagai suatu kelainan.

Cheilitis atau biasa disebut bibir pecah-pecah disebabkan karena bernafas aktivitas

bernafas melalui mulut, hipersensitivitas, alergi terhadap sesuatu. Bentuk lesinya yaitu seperti

sisik atau desquamasi dan pecah-pecah atau disebut fisssura.

Pada orang yang sudah lanjut usia kebiasaan mengunyah sirih pinang merupakan hal

yang lazim pada kalangannya. Sirih pinang disini berbeda dengan tembakau yang sebenarnya.

Efek yang ditimbulkan pada pengunyahan sirih pinang yaitu dapat mencegah terjadinya karies

pada gigi, namun bagi jaringan periodontal dapat merusak sehingga gigi mudah tanggal

dengan sendirinya tanpa rasa sakit.

3. Macam – macam lesi

Secara klinis lesi dibagi menjadi dua macam yaitu lesi primer dan lesi sekunder.

Lesi primer

o Makula

Adalah suatu daerah berbatas jelas dari epidermis atau mukosa yang

berbeda warna dari sekelilingnya. Makula dapat tampak sebagai bercak

atau titik yang berwarna biru, coklat, atau hitam.

Warna merah kecoklatan dikarenakan adanya perubahan vaskuler seperti

hyperemia dan bila ditekan warnanya menjadi merah.

Warna merah kebiruan dikarenakan tekanan darah dibawah kulit

mengalami gangguan. Contoh : purpura

Warna biru kecoklatan dikarenakan pigmen melanin yang mengalami

hyperpigmentasi.

o Papula

16

Page 17: traumatik rongga mulut

Adalah suatu lesi padat, menimbul, superfisial yang diameternya lebih kecil

dari 1 cm. Papula dapat terjadi pada warna apapun dan dapat melekat

dengan suatu tangkai atau dasar yang kuat. Papula dapat mengalami erosi

dan deskuamasi dan juga dapat terjadi leukoplakia yang menyebabkan

panas dan nyeri.

o Plak

Adalah suatu daerah yang menimbul, padat, rata dan diameternya lebih

besar dari 1 cm. Meskipun terutama superfisial, plak dapat meluas lebih

dalam ke dermis daripada papula. Tepi-tepinya dapat landai dan kadang-

kadang permukaan keratinnya berpoloferasi. Plak ini dapat enjadi

leukoplakia dan karsinoma.

o Nodula

Adalah suatu massa jaringan padat yang tebal. Seperti papula, lesi-lesi ini

diameternya kurang dari 1 cm, tetapi nodula meluas lebih ke dalam

dermisnya. Palpasi dilakukan untuk mendeteksi suatu nodula. Epidermis

yang menutupi biasanya tidak cekat dan dapat dengan mudah digerakkan

dari lesinya.

o Vesikula

Adalah suatu benjolan berisi cairan, berbatas jelas dalam epidermis yang

kurang dari 1 cm diameternya. Cairan vesikel umumnya terdiri atas limfe

atau serum, tetapi juga dapat berisi darah. Dinding epitel dari vesikel adalah

tipis dan akhirnya akan pecah karena terjadi suatu ulkus. Vesikel umum

dalam infeksi-infeksi virus seperti herpes simpleks, herpes zoster, cacar air

dan cacar.

o Pustula

Adalah suatu benjolan berbatas jelas yang berisi eksudat purulen akibat dari

infeksi. Pustula diameternya kurang dari 1 cm dan dapat didahului oleh

vesikel atau papula. Tampak berwarna putih krem atau kekuningan dan

seringkali berhubungan dengan suatu pori-pori epidermal. Secara intraoral,

pustula tampak sebagai abses yang hampir memecah.

o Bula

Merupakan suatu vesikel yang mencapai diameter lebih besar dari 1 cm.

Kondisi ini terjadi dari pengumpulan cairan dalam pertemuan epidermis-

dermis atau celah pada epidermis.

17

Page 18: traumatik rongga mulut

o Keratosis

Merupakan penebalan yang tidak normal pada lapisan epitel terluar.

Misalnya linea alba bukalis dan leukoplakia.

o Wheals

Adalah suatu papula atau plak edematosa yang berasal dari ekstrvasasi akut

dari serum ke dalam dermis yang lebih atas. Umumnya wheals berwarna

merah pucat, gatal dan tidak lama. Wheals sering terjadi pada orang-orang

yang alergi. Wheals dapat timbul karena gigitan serangga, alergi terhadap

makanan, atau iritasi mekanis.

o Tumor

Merupakan pembengkakan karena neuroplasma atau radang akibat

pembelahan sel progresif. Tumor dapat berwarna apapun dan tidak

mempunyai kegunaan fisiologis. Lesi timbul secara tidak beraturan.

Lesi sekunder

o Cicatriks

Terjadi akibat penyembuhan luka yang kurang sempurna.

o Kista

Adalah suatu massa yang berdinding epitel dan seringkali berisi cairan,

dalam jaringan dermis atau subkutan. Diameternya berkisar dari beberapa

mm sampai cm. Kista-kista yang berwarna berisi cairan bening secara klinik

tampak merah muda sampai biru, sedangkan yang berisi keratin seringkali

tampak kuning atau putih krem.

o Pseudomembran

Merupakan lapisan membran jaringan nekrotik yang melapisi suatu lesi.

o Fissure

Adalah suatu celah garis normal atau abnormal dalam epidermis yang

secara khas terjadi pada bibir dan jaringan-jaringan perioral. Jika organisme

patogen menginfeksi suatu fisur maka akan mengakibatkan sakit, ulserasi

dan peradangan.

o Ulser

Adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang

memperlihatkan disintegrasi dan nekrosis jaringan yang sedikit demi sedikit.

18

Page 19: traumatik rongga mulut

Ulser meluas melewati lapisan basal dari epitel dan ke dalam dermisnya,

karenanya pembentukan jaringan parut dapat mengikuti penyembuhannya.

19

Page 20: traumatik rongga mulut

o Erosi

Adalah suatu istilah klinis yang menjelaskan suatu lesi jaringan lunak

dimana epitel di atas lapisan sel basal hilang. Erosi itu basah, sedikit cekung,

seringkali akibat dari vesikel yang pecah atau trauma. Penyembuhannya

jarang mengakibatkan penyembuhan jaringan parut.

20

Page 21: traumatik rongga mulut

21

LESI PRIMER

Page 22: traumatik rongga mulut

Kandidiasi pseudomembran akut pada pasien yang memakai obat isap steroid.

LESI SEKUNDER

22

Page 23: traumatik rongga mulut

DENTIFRICE – ASSOCIATED SLOUGH

Merupakan suatu penyakit yang dihubungkan dengan penggunaan pasta gigi hal ini

disebabkan karena chemical burn superficial atau reaksi dari komponen yang terkandung

dalam pasta gigi yaitu deterjen. Gambaran klinis dari kelainan ini yaitu adanya plak putih

superfisialis pada mukosa bukal. Untuk penyembuhannya dengan cara mengganti pasta gigi.

Pada pasta gigi mengandung deterjen yang mnengandung bahan Sodium Lauril Sulfat

(SLS). Deterjen yang mengandung SLS ini juga digunakan juga dalam sabun pencuci mobil,

shampoo, pembersih lantai dan juga sabun mandi. Fungsi SLS sebenarnya adalah untuk

menurunkan tegangan permukaan larutan sehingga dapat melarutkan minyak serta

membentuk mikro emulsi menyebabkan busa terbentuk. Hampir 99% jenis pasta gigi yang

menggunakan SLS sebagai salah satu bahan kandungan untuk membentuk busa.

SLS yang digunakan melebihi batas yang dianjurkan dapat menyebabkan terjadinya

iritasi epidermis dan denaturasi rantai polipeptida suatu molekul protein sehingga merubah

struktur protein. Apabila SLS dipakai dalam rongga mulut, struktur rantai protein saliva

berubah sehingga kelarutan saliva berkurang. Taste buds yang terdapat pada lidah akan turut

terpapar karena taste buds mengandung protein-protein transmembran yang mengenali

ionion yang memberi reaksi terhadap sensasi rasa.2

Protein-protein transmembran akan turut terganggu akibat perubahan struktur

protein oleh SLS sehingga tastan tidak dapat mencapai reseptor pada mikrovili di lidah

menyebabkan terjadinya perubahan sensitivitas rasa.

Penggunaan SLS yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada rongga mulut,

ulserasi yang parah,penurunan kelarutan saliva serta perubahan sensitivitas rasa. Batas

pemakaian SLS yang dibenarkan dalam pasta gigi adalah 1-2%, karena pemakaian yang

melebihi dari batas tersebut dapat menyebabkan terjadinya efek-efek tersebut sedangkan

pemakaian rata-rata SLS dalam pasta gigi di pasaran adalah sebanyak 1,5-5%.

Pengecap rasa pada lidah adalah taste buds. Taste buds mengandung pori-pori atau

dikenal sebagai taste pore yang mengandung mikrovili yang membawa sel gustatori yang akan

distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili merupakan reseptor permukaan bagi rasa.

Serabut nervus sensorik dari taste buds pada bagian anterior lidah menghantarkan impuls ke

batang otak melalui chorda tympani (cabang dari nervus facialis). Bagian posterior lidah

23

Page 24: traumatik rongga mulut

menghantar impuls ke batang otak melalui nervus glossopharyng sedangkan taste buds pada

pharynx dan epiglottis diinervasi oleh nervus vagus untuk menginterpretasikan rasa.

Gangguan pengecapan dapat terjadi apabila terdapat sesuatu bahan yang dapat

merubah sensitivitas rasa sehingga lidah tidak dapat mendeteksi rasa dengan benar. SLS

merupakan salah satu bahan di dalam pasta gigi yang dapat merubah sensitivitas rasa pada

lidah.

Teori mengatakan SLS dapat mengurangi rasa manis sukrosa dan pada waktu yang

sama akan memperkuat rasa pahit dari asam sitrat sekitar sepuluh kali. Penurunan sensitivitas

rasa manis terjadi akibat denaturasi rantai polipeptida pada protein transmembran pada taste

buds dan penurunan tegangan permukaan saliva sehingga kelarutan saliva berkurang dan

mengganggu sensitivitas rasa manis pada lidah. Denaturasi dapat dipengaruhi oleh faktor

panas, pH, bahan kimia dan mekanis. Ikatanikatan yang dipengaruhi oleh denaturasi protein

antara lain ikatan hidrogen, ikatan hidrofobik, ikatan ionik antara ion positif dan ion negatif,

serta ikatan intramolekuler.

Pada permukaan lidah juga terdapat lapisan lemak yang dikenal sebagai lapisan

fosfolipid. Lapisan ini berfungsi untuk menghambat rasa pahit pada lidah dan mengontrol ion

atau molekul yanmasuk ke dalam sel. Penggunaan SLS menyebabkan lapisan fosfolipid terlarut

sehingga permeabilitas sel berubah. Perubahan ini mengakibatkan lidah lebih sensitif

terhadap rasa pahit dan mengurangi rasa manis.

Penurunan sensitivitas rasa manis akibat penggunaan deterjen SLS ini termasuk dalam

gangguan pengecapan sementara yang dapat terjadi setiap hari setelah menyikat gigi.

Gangguan bersifat sementara ini karena terjadinya renaturasi protein dengan menghilangkan

penyebab denaturasinya. Penggunaan SLS dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan

gangguan pengecapan yang permanen dan menimbulkan efek-efek samping yang berbahaya

seperti menyebabkan iritasi epidermis pada rongga mulut, kekeringan dan pengelupasan kulit,

ulserasi.

24

Page 25: traumatik rongga mulut

HIPERSALIVA

Suatu keadaan terjadinya sekresi saliva yang berlebihan, dapat terjadi karena:

1. Psikhis, reaksi emosional yang secara fisiologis mempengaruhi aliran saliva spt:

Melihat atau mencium makanan

Rasa takut

Refleks

Rasa sakit yang berlebihan

2. Lokal

Pemakaian gigi tiruan tahap awal

Rasa sakit akibat protesa or alat ortodonsi

Luka dalam mulut karena fraktur rahang

3. Keadaan Patologik

Stomatitis

Gastritis

Morning Sicknes

Bulbair Paralize

25

Page 26: traumatik rongga mulut

KESIMPULAN

Inflamasi merupakan suatu reaksi setempat dari jaringan hidup atau sel

terhadap suatu rangsang atau injury (cidera atau jejas). Reaksi ini merupakan salah satu

cara pertahanan tubuh.

Rongga mulut merupakan jalan masuknya berbagai macam benda asing ke

dalam tubuh. Jaringan lunak pada rongga mulut dapat mengalami berbagai macam

kelainan, salah satunya dikarenakan oleh trauma. Contoh dari kelainan tersebut adalah

Leukoplakia, Stomatitis nikotin, Smockless tobacco, Traumatic ulcer, Hairy tongue dan

lain sebagainya. Kelainan-kelainan ini diakibatkan karena kebiasaan menggigit,

penggunaan rokok, penggunaan antibiotik yang berlebihan. Kelainan tersebut dapat

diatasi dengan berbagai cara yaitu dengan menghentikan faktor yang menyebabkan

kelainan tersebut, misalnya dengan mengurangi penggunaan antibiotik, menghilangkan

kebiasaan menggigit dan sebagainya.

Lesi merupakan kelainan pada jaringan rongga mulut. Lesi ini dibagi menjadi 2

macam yaitu lesi primer dan lesi sekunder. Lesi primer adalah lesi yang pertama kali

timbul sedangkan lesi sekunder adalah lesi yang timbul setelah lesi primer.

Dentrifrice – associated slough merupakan suatu penyakit yang dihubungkan

dengan penggunaan pasta gigi hal ini disebabkan karena chemical burn superficial atau

reaksi dari komponen yang terkandung dalam pasta gigi yaitu deterjen.

26

Page 27: traumatik rongga mulut

DAFTAR PUSTAKA

Sudiono, Janti.2003.Ilmu Patologi. Jakarta: EGC

Langlais, Robert P. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim.

Jakarta : Hipokrates

Pindborg. J.J. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Jakarta : Binarupa Aksara

Lawler, William. 1992. Buku Pintar Patologi untuk Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC

Gayford, JJ. 1990. Penyakit Mulut. Jakarta : EGC

27